DISKRIMINASI PEREMPUAN AFGHANISTAN DALAM NOVEL THE PEARL
THAT BROKE ITS SHELL KARYA NADIA HASHIMI
Wafa Syaripatul Auliya 1185020138
Email: wafasyarifatul@gmail.com
ABSTRAK
Manusia diciptakan dengan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki
memiliki peran begitupun perempuan yang memiliki perannya masing-masing. Hak-hak yang dimiliki oleh setiap gender merupakan sesuatu yang harus dipenuhi. Namun, sejarah dan corak sosialisasi masyarakat dapat menyebabkan perubahan kesetaraan perempuan menjadi lebih rendah dibandingkan dengan kaum laki-laki dan beberapa hak perempuan yang terenggut percuma. Hak-hak tersebut diantaranya mendapatkan pendidikan yang layak, mengemukakan pendapat dalam suatu forum, keturunan yang tidak mengunggulkan laki-laki dalam sebuah kelahiran, dan lain sebagainya. Di beberapa tempat menjadi suatu hal yang tabu untuk dibicarakan, salah satunya di Afghanistan yang menjungjung kebudayaan patriarki. Sehingga laki-laki benar-benar dibutuhkan dan diinginkan dalam segala aspek. Pengangkatan hak dan derajat perempuan begitu minim, tanpa ada yang membela kecuali sekelompok perempuan itu sendiri. Hal ini menjadi isu yang menarik dan perlu dibahas dalam menganalisis novel The Pearl that Broke Its Shell.
Kata Kunci: Diskriminasi, Perempuan, Gender
A. Pendahuluan
Perempuan dan laki-laki adanya kesetaraan gender di
memiliki kedudukan yang sama, Afghanistan. Perempuan dibiarkan hanya perbedaan dari segi biologis dalam rumah dengan dalih sumur, dan psikis. Namun, untuk beberapa dapur, dan kasur. Hak perempuan tempat prinsip memiliki kedudukan sering kali dirampas seperti yang sama tersebut hanya mimpi misalnya dalam pernikahan, bagi seorang perempuan dengan dimana perempuan selalu dijadikan menempatkan perempuan lebih objek kawin paksa oleh pihak laki- rendah dibandingkan dengan laki- laki. padahal sebagaimana yang laki. Tidak ada tempat dalam kita tahu dimana pernikahan kehidupan sosial bagi perempuan. merupakan kegiatan sakral diantara Hal ini berlaku di daerah Timur dua orang yang saling mencintai Tengah, salah satunya adalah bukan memaksa. Perempuan sering Afghanistan. Afghanistan dijadikan objek cat calling oleh menganut prinsip Patriarki (suatu laki-laki setiap terlihat di jalanan adat masyarakat yang mengatur atau kegiatan yang ramai alur keturunan berasal dari pihak penduduk. Bentuk diskriminasi ayah), dimana posisi perempuan terhadap perempuan diantaranya dinomorduakan, penuh terjadinya kekerasan dalam rumah diskriminasi, serta bagaikan aib tangga oleh laki-laki secara fisik. memiliki seorang anak perempuan. Permasalahan- padahal terdapat kesetaraan gender permasalahan tersebut menjadi diantara perempuan dan laki-laki. latar belakang dalam menganalisis Salah satu bentuk suatu karya sastra Afghanistan kedudukan perempuan berada yang menceritakan kondisi dibawah laki-laki yakni dengan perempuan di Afghanistan. tidak diutamakan perempuan untuk Sehingga lebih menyadarkan setiap mendapatkan hak pendidikan di kaum laki-laki ataupun perempuan sekolah. Selain itu, pemerintahan bahwa pentingya prinsip kesetaraan serta tempat bekerja lainnya gender yang mengangkat hak-hak banyak didominasi oleh kaum laki- perempuan. Karena pada laki. hal ini menjadi bukti tidak hakikatnya perempuan dan laki- laki sama-sama merupakan salah diskriminasi yang sering terjadi, satu jenis makhluk hidup yakni yaitu sebagai berikut: manusia. 1. Diskriminasi berdasarkan suku/ B. Landasan Teori etnis, ras, dan agama/ keyakinan. Diskriminasi terhadap 2. Diskriminasi berdasarkan jenis perempuan menjadi perhatian besar kelamin dan gender (peran sosial namun sering teracuhkan oleh karena jenis kelamin). sebagian kalangan masyarakat, 3. Diskriminasi terhadap penyandang karena dinilai sebagai hal yang cacat. lumrah dilakukan. Diskriminasi 4. Diskriminasi terhadap penyandang menurut Theodorson dan HIV/AIDS Theodorson adalah perlakuan yang 5. Diskriminsi karena strata sosial. tidak seimbang terhadap Jenis-jenis diksriminasi ini perorangan, atau kelompok, berdasarkan realita yang terjadi di berdasarkan sesuatu, biasanya masyarakat, bahkan tak mengenal bersifat kategorikal, atau atribut- usia dan status. Diskriminasi sering atribut khas, seperti berdasarkan dinilai sebagai salah satu cara ras, kesuku bangsaan, agama, atau pelaku menjadi merasa lebih tinggi keanggotaan kelas-kelas sosial. derajatnya menurut kriterianya Perlakuan ini muncul dari sehingga menjadikan korban pandangan seseorang atau diskriminasi sebagai objek lebih sekelompok mengenai suatu rendah menurut pandangan pelaku. perbedaan yang menimbulkan Adapun sebab diskriminasi stigma kepada seseorang atau itu terjadi menurut Yahya (2006: sekelompok yang mendapatkan 248-249), mengemukakan sebab- perlakuan diskriminasi tersebut. sebab diskriminasi, yaitu: Perempuan hampir selalu 1. Mekanisme pertahanan psikologi, merupakan tokoh yang dibeda, pelaku memindahkan ciri-ciri yang korban yang selalu diimbau untuk tidak disukai kepada orang lain mendapatkan perhatian (Faruk 2. Kekecewaan dalam Sugihastuti, 2016: 67). 3. Mengalami rasa tidak selamat dan Adapun menurut Fulthoni rendah diri, maka diskriminasi (2009: 9), memaparkan jenis-jenis sebagai cara untuk menenangkan diri 4. Sejarah diskriminasi gender. Berikut 5. Persaingan dan eksploitasi penggalan-penggalan kalimat yang 6. Corak sosialisasi, fenomena yang menunjukkan keterkaitan novel diturunkan dari generasi ke tersebut dengan diskriminasi dan generasi melalui proses sosialisasi sedikit pembahasan mengenai sehingga terbentuk pandangan transgender. Seiring dengan idealis mengenai perlakuan, cara perjalanan hidupnya Rahima, kisah hidup, dan sebagainya. Shekiba pun diceritakan karena memiliki kesamaan cerita antara C. Analisis dan Pembahasan Shekhiba dan Rahima. Dimana Novel A Pearl that Broke Shekiba merupakan nenek Its Shell menceritakan tentang buyutnya yang sempat menjadi seorang perempuan Afghanistan Bacha Posh. yang bernama Rahima dengan “Dengan membuntuti sang kondisi tinggal bersama empat gadis pilihan, mereka lantas saudari perempuannya serta Ibu mengklaimnya sebagai ‘hak milik’. dan Ayahnya. Namun karena Ini gadisku, begitu kata mereka, keluarga tersebut memiliki anak dan hanya aku yang boleh perempuan semua, maka salah satu mengikuti bayangannya. Kakak anaknya harus dijadikan Bacha tertuaku, Shahla yang berusia 12 Posh, salah satu kebudayaan tahun, menjadi magnet perhatian Afghanistan yang mengharuskan yang tak pernah ia inginkan.”(P9 anak perempuan diubah menjadi K3, Nadia Hashimi, 2014:10) anak laki-laki dari segi tampilan Analisis dalam penggalan beberapa sampai sebelum akil baligh anak kalimat tersebut menggambarkan tersebut. Karena pengaruh patriarki kondisi perempuan yang dijadikan di Afghanistan yang sangat kuat sebagai objek hiburan di jalanan menjadikan kedudukan perempuan oleh sekumpulan pemuda, sehingga lebih rendah dibandingkan dengan tidak terdapat hak kebebasan bagi laki-laki. Tidak hanya dari segi perempuan meskipun dalam keturunan laki-laki yang dirasa menjalankan aktivitas sehari-hari unggul, namun dari segi seperti halnya pulang dari sekolah. keterlibatan sosial pun perempuan Perempuan dibuat risih oleh Afghanistan sering mengalami pemuda karena mengikutinya di jalanan. Penggunaan kalimat ‘tak sebuah kebudayaan suatu daerah pernah ia inginkan’ menunjukkan menjadikan bayi perempuan tidak bahwa keadaan Shahla sebagai diinginkan dalam suatu keluarga seorang perempuan yang risih khususnya oleh seorang ayah. Ini ketika diikuti oleh seorang pemuda menunjukkan begitu rendahnya yang tidak dikenal. Hal ini sesuai posisi perempuan di Afghanistan dengan teori Theondros mengenai sampai bayi perempuan yang tidak diskriminasi. Meskipun tidak memiliki pilihan untuk dilahirkan melibatkan fisik dalam penggalan atau tidak menjadi korban tersebut. diskriminasi gender secara tidak “Ibu memalingkan wajah dan langsung. Penggunaan kalimat menghela napas kecewa. yang menggambarkan kesedihan Kegagalannya melahirkan seorang bagaikan suatu penyesalan yang putra menjadi sumber teramat oleh sang Ibu karena sang kesedihannya setelah kelahiran Ayah menuntut untuk memiliki Shahla. Ia tidak menyangka itu seorang anak laki-laki. akan diungkit lagi malam ini. ia “Iya, kisah yang itu. Aku rasa menghidari mata ayah.” (P1 K1- sudah saatnya segala sesuatu K3, Nadia Hashimi, 2014:25) berubah bagimu. Menurutku akan Analisis dalam penggalan beberapa lebih baik jika kami kalimat tersebut menunjukkan membiarkanmu menjadi ‘anak laki- bahwa ketika melahirkan seorang laki’ untuk ayahmu.” (P8 K1-K2, anak laki-laki maka akan lebih Nadia Hashimi, 2014:39) tersanjung sang ibu sebagai orang Analisis dalam penggalan beberapa yang melahirkannya berbalik kalimat tersebut membuktikan dengan kenyataan bahwa anak bahwa kebudayaan Bocha Posh di yang dimilikinya perempuan semua Afghanistan menjadi suatu hal seolah menjadi suatu bencana yang biasa dilakukan oleh suatu dengan menempatkan kesalahan keluarga yang memiliki anak tersebut kepada si Ibu, padahal perempuan semua. Meskipun tidak keturunan dengan jenis kelamin mengubah secara biologis hanya apapun merupakan sebuah dari segi tampilan saja namun anugerah dari Tuhan sebagai berpengaruh besar terhadap psikis tutipan, namun hanya karena untuk pertumbuhannya. Karena merasa dia laki-laki dan bisa Afghanistan tidak hanya berhenti di melakukan apapun yang dia mau. diskriminasi gender saja, namun Hal ini dilakukan karena anak laki- terdapat diskriminasi terhadap laki banyak diandalkan dimulai penyandang cacat. Shekiba yang dari membeli kebutuhan sehari- merupakan seorang perempuan hari, bersekolah, bekerja, sehingga dengan memiliki wajah setengah kehidupan sosial didominasi oleh buruk rupa, menjadikannya sebagai kaum laki-laki. Permintaan orang objek hinaan dengan sebutan- tuanya untuk menjadikan anaknya sebutan yang buruk. Dalam buku sebagai ‘anak laki-laki’ secara tersebut dijelaskan bahwa Shekiba tidak langsung menjadi transgender di beri sebutan Shekiba-e-shola1, meskipun dalam waktu yang karena wajahnya yang tampak singkat bukan untuk selamanya. seperti bubur, tidak beraturan. Seorang anak kecil yang hanya Diskriminasi terhadap penyandang menuruti perintah orang tua nya cacat tersebut bukan hanya datang tidak mengetahui makna yang dari perkataan masyarakat yang sebenarnya, namun hanya satu hal tidak mengenalnya. Namun berasal yang bisa dirasakan dan diketahui dari keluarga Ayahnya yang berani oleh seorang Bacha Posh adalah memberikan sebutan nama yang suatu hak kebebasan, dengan kurang pantas digunakan antar pribadi sebelumnya menjadi sesama manusia. perempuan yang beberapa hak nya “Dalam sekejap Abdul Khaliq terenggut sampai tiba menjadi menarik rambutku dan mengangkat seorang laki-laki yang bebas kepalaku dari lantai. Kepalaku melakukan hal apapun. terantuk ke depan. Ia menjambak “Keluarga mereka dengan cepat rambutku lagi dan mengangkat membiasakan diri dengan nama kepalaku. Kulit kepalaku terasa julukan Shekiba. Di Afghanistan, sakit. Saat aku melihat rambut kecacatan seseorang bertebaran di lantai di sekelilingku, mendefinisikan orang.” (P1 K1-K2, aku baru menyadari apa yang Nadia Hashimi, 2014: 82) dilakukannya.....” (P6 K1-K3, Menganalisis dari penggalan Nadia Hashimi, 2014: 542) beberapa kalimat tersebut bahwa 1 Dalam bahasa Afghanistan memiliki arti si wajah- kebiasaan mendiskriminasi warga bubur Analisis dalam penggalan beberapa seorang wanita. Mereka tidak mau kata tersebut menunjukkan bahwa mendengan kritikan darinya. kekerasan terhadap wanita begitu Padahal negara ini tidak butuh kuat dalam suatu ikatan rumah orang cacat lainnya, tetapi itulah tangga. Penggambaran kekerasan yang terjadi sekarang.” (P2 K1-K5, yang detail mengenai apa yang Nadia Hashimi, 2014: 424) terjadi kepada Rahima sebagai Analisis dalam penggalan beberapa tokoh aku, menjelaskan kalimat tersebut jelas menunjukkan bagaiamana cara seorang imam bahwa seorang perempuan begitu dalam keluarga menyelesaikan memiliki kedudukan rendah masalah bukan dengan berbicara dibandingkan laki-laki. Seoran secara empat mata namun perempuan hanya mengungkapkan mengandalkan kekerasan fisik yang pemikirannya dalam sebuah forum, mana perempuan cenderung namun yang terjadi adalah menerima kekerasan tersebut pembalasan terhadap perempuan dibandingkan dengan melawannya. dengan menaruh bom disekitar Sehingga diskriminasi dalam Zamarud yang menjadi tokoh bentuk fisik membekas luka di perempuan tersebut. Tokoh tubuhnya juga membekas luka Zamarud menjadi salah satu contoh dalam mentalnya mengenai seorang perempuan yang ketakutan terhadap apa yang akan menyuarakan kebenaran namun dilakukan nantinya ketika terjadi hanya karena ia adalah seorang hal yang serupa. Penyebab dari perempuan menjadikan kebenaran diskriminasi terjadi karena tersebut tertutupi hanya karena kekecewaan oleh Abdul Khaliq terdapat diskriminasi gender. Hal sebagai suami dari tokoh aku ini jelas tidak dibenarkan dalam kepada Rahima, istrinya. Sehingga setiap forum ataupun dalam hal apa berakhir pada kekerasan yang pun. Namun yang terjadi di terjadi dalam suatu ikatan rumah Afghanistan adalah kebudayaan tangga. patriarki yang kuat sehingga kaum “memangnya itu penting? Mereka perempuan harus berusaha lebih mungkin tidak tahu siapa yang dalam menikmati hak-haknya yang membawa bom itu kesana, tetapi sebagian besar hak nya terampas kita semua tahu kenapa. Zamarud hanya karena perbedaan gender. Diskriminasi ini terjadi karena sejarah serta corak sosialisasi dalam kebudayaan Afghanistan. D. Simpulan DAFTAR PUSTAKA
Analisis diskriminasi terhadap Nadia, Hashimi. 2014. The Pearl
perempuan Afghanistan dalam that Broke Its Shell, terj. novel The Pearl that Broke Its Endang Sulistrowati. Jakarta: Shell dengan menggunakan Bhuana Ilmu Populer pendekatan mimetik bahwasannya kedudukan perempuan begitu rendah dari kaum laki-laki. Sehingga beberapa hak-hak yang harusnya dinikmati oleh seorang perempuan menjadi sesuatu hal yang sulit untuk didapatkan. Hak perempuan tersebut diantaranya mendapatkan pendidikan yang layak, mengemukakan pendapatnya dalam suatu forum atau dalam hal apapun, mendapat perlindungan dari suatu kekerasan dalam rumah tangga, dan lain sebagainya. Hal ini menciptakan seorang perempuan yang bersifat mematuhi secara terpaksa dan hanya sebagai objek oleh kaum laki-laki. Begitu banyak damppak buruk yang terjadi dalam kehidupan seorang perempuan di Afghanistan. Hal ini terjadi tidak lepas dari kebudayaan patriarki serta corak sosialisasi dalam masyarakat.