Anda di halaman 1dari 27

KEKUATAN PERJANJIAN PRA NIKAH TENTANG KETENTUAN HAK

DAN KEWAJIBAN SUAMI TERHADAP ISTRI DAN ANAKNYA DALAM


PRESPEKTIF UUP NO.1 TAHUN 1974 DAN HUKUM ISLAM.
(Studi kasus di desa siraman,kecamatan kesamben,kabupaten blitar )

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Agama Islam


Universitas Hasyim Asy’ari
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Penulisan Skripsi

Disusun oleh:
Wahyuni Danial Khotimah
NIM: 1891014019

Pembimbing:

Drs.Abd.Aziz,M.HI.
NIY.UHA.01.0028

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS HASYIM ASY’ARI
TEBUIRENG JOMBANG
2021
Drs.Abd.Aziz,M.HI.
Dosen FAI UNHASY Tebuireng

Perihal : Permohonan Seminar Proposal


a/n. Wahyuni Danial Khotimah
Lamp : 3(tiga) eksemplar

Kepada Yth.
Bapak Dekan Fakultas Agama Islam
Universitas Hasyim Asy’ari
di,-
Tebuireng Jombang

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Setelah kami teliti kembali, dan diadakan perbaikan serta
penyempurnaan sesuai petunjuk dan arahan kami, maka kami berpendapat
bahwa proposal skripsi saudara:

Nama : Wahyuni Danial Khotimah


NIM : 1891014019
Program Studi : Hukum Keluarga FAI UNHASY
Judul : Kekuatan Perjanjian Pra-nikah Tentang
Ketentuan Hak Dan Kewajiban Suami Terhadap Istri Dan
Anak Dalam prespekif UUP No.1 Tahun
1974 Dan Hukum Islam.

Telah memenuhi syarat untuk diajukan dalam seminar proposal


skripsi Fakultas Agama Islam Universitas Hasyim Asy’ari Tebuireng
Jombang, untuk itu kami mengharapkan agar seminar proposal segera
dilaksanakan.
Demikian surat ini dibuat, atas perhatiannya disampaikan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jombang, 10,Desember 2021


Dosen Pembimbing

Drs.Abd.Aziz,M.HI.
NIY.UHA.01.0028

ii
PERNYATAAN KEASLIAN PROPOSAL

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:


Nama : Wahyuni Danial Khotimah
NIM : 1891014019
Program Studi : Hukum Keluarga FAI UNHASY
Menyatakan bahwa proposal skripsi yang berjudul:
Kekuatan Perjanjian Pra-nikah Tentang Ketentuan Hak Dan Kewajiban
Suami Terhadap Istri Dan Anak Dalam prespekif UUP No.1 Tahun 1974
Dan Hukum Islam.

Secara keseluruhan adalah hasil penelitian atau karya saya sendiri, kecuali bagian
tertentu yang dirujuk sumbernya.

Jombang,10, Desember 2021


Penulis

Wahyuni Danial Khotimah


NIM 1891014019

iii
KEKUATAN PERJANJIAN PRA NIKAH TENTANG KETENTUAN HAK
DAN KEWAJIBAN SUAMI TERHADAP ISTRI DAN ANAKNYA DALAM
PRESPEKTIF UUP NO.1 TAHUN 1974 DAN HUKUM ISLAM.
(Studi Kasus di desa siraman, Kecamatan kesamben, Kabupaten Blitar)

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Prenuptial Agreement atau Perjanjian Pra-nikah dikenal sebagai sebuah
perjanjian yang dibuat oleh calon mempelai sebelum mengadakan upacara
pernikahan untuk mengesahkan keduanya sebagai pasangan suami dan istri.
Perjanjian ini mengikat kedua calon mempelai dan berisi masalah pembagian
harta kekayaan masing-masing atau berkaitan dengan harta pribadi kedua
belah pihak sehingga bisa dibedakan jika suatu hari terjadi perceraian atau
keduanya dipisahkan oleh kematian. Selintas, perjanjian ini terkesan sebagai
perjanjian yang seolah-olah mendoakan terjadinya perpisahan antara pasangan
calon mempelai. Akan tetapi tidak ada orang yang bisa memastikan 100%
tentang apa yang akan terjadi dan menimpa orang lain. Sehingga, kesannya
tidak mendukung kukuhnya bahtera rumah tangga yang dibangun seseorang,
perjanjian ini sama-sama melindungi harta pribadi baik dari pihak suami atau
istri nantinya bila terjadi perceraian atau kematian.

Kebenaran perjanjian pra-nikah di Indonesia sendiri dilindungi secara hukum,


yakni pada Pasal 29 Ayat 1 UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang
menyatakan "Pada waktu atau sebelum perkawinan dilangsungkan, kedua
belah pihak atas persetujuan bersama dapat mengajukan perjanjian tertulis
yang disahkan oleh pegawai Pencatat perkawinan setelah mana isinya berlaku
juga terhadap pihak ketiga tersangkut.” Ini artinya hukum telah mengakui
sahnya perjanjian pra-nikah yang melindungi antar pasangan suami dan istri.

perjanjian pra-nikah tersebut juga harus dilaporkan kepada lembaga


pencatatan perkawinan yaitu KUA atau Kantor Catatan Sipil yang akan
mendokumentasikan perjanjian pra-nikah Anda sehingga telah sah di mata
hukum dan Anda bisa melanjutkan proses pengesahan diri sebagai pasangan
suami istri yang baru.

Merupakan Sebuah Perlindungan Hukum Penting tidaknya, bagaimana


sifatnya, apa saja isinya, perjanjian ini tergantung pada setiap pasangan yang
membutuhkan perlindungan hukum masing-masing pihak. Maka tidak ada
paksaan untuk membuat perjanjian ini, hanya himbauan. Mengenai persepsi
sah tidaknya perjanjian ini dari sudut pandang lain tidak bisa digeneralisasikan
atau dipukul rata sehingga perjanjian ini kerap kali bukan sebagai syarat wajib
dalam pengajuan izin pernikahan di kantor catatan sipil.

1
2

Allah SWT menciptakan seluruh makhluk berpasang-pasangan tanpa kecuali,


sekecil apapun ciptaan Allah SWT pasti mempunyai pasangannya masing-
masing tidak terkecuali manusia. Sebagai makluk Allah SWT yang paling
sempurna dan juga sebagai khalifah di muka Bumi, manusia mempunya
tanggung jawab mematuhi ketentuan-ketentuan yang Allah SWT. telah
tetapkan baik melalui Firman-Nya maupun memalui Sabda Rasul-Nya. Salah
satu ketentuan-Nya adalah tentang pernikahan dan tanggung jawab yang
timbul akibat adanya pernikahan tersebut.
Setiap manusia pasti punya keinginan untuk menikah dan membangun rumah
tangga yang harmonis karena menikah merupakan salah satu sunnatullah.
Namun banyak sekali rumah tangga yang tidak bahagia disebabkan kurangnya
pengetahuan pasangan suami istri tentang bagaimana membentuk suatu rumah
tangga yang sakinah mawadah dan rahmah sesuai petunjuk Al-Qur’an.
Menikah bukan hanya bertujuan untuk meneruskan keturunan, namun
menikah merupakan ikatan sah dari dua insan berbeda, dua karakter yang
berbeda, dua pikiran yang berbeda, dan dua sifat yang berbeda yang kemudian
disatukan dalam bahtera rumah tangga sebagai suami isteri. Penyatuan
tersebut tentu akan menimbulkan hak dan kewajiban antara keduanya,
sehingga Allah SWT sebagai Sang Maha Pencipta dalam Firmannya telah
memberikan aturan-aturan bagi manusia, agar manusia menyadari akan hak
dan kewajibannya sebagai suami istri sehingga pada akhirnya dapat
mengantarkan rumah tangganya sebagai suatu lingkungan yang harmonis
sebagaimana nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an.

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
3

1. Bagaimana kekuatan perjanjian pra-nikah terserbut jika hak istri dan


anaknya tidak terpenuhi dengan benar ?
2. Bagaimana Kekuatan Perjanjian Pra-nikah Tentang Ketentuan Hak Dan
Kewajiban Suami Terhadap Istri Dan Anak Dalam prespekif UUP No.1
Tahun 1974 ?
3. Bagaimana kekuatan perjanjian pra nikah tentang ketentuan hak dan
kewajiban suami terhadap istri dan anaknya menurut hukum islam ?
4.
B. Tujuan Penelitian
Dengan dilakukannya penelitian ini dan dengan permasalahan yang ada,
maka tentunya ada tujuan yang ingin didapatkan. Tujuan penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana kekuatan perjanjian pra-nikah tersebut
dalam pandangan hukum islam dengan membela hak istri dan anaknya?
2. Untuk mengetahui perjanjian tersebut memiliki kekuatan berpengaruh
seberapa dalam UUP.
3. Untuk mengetahui bagaimana pandangan ulama’ fiqh / hukum islam akan
kasus yang seperti ini.

C. Kegunaan Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Teoritis
a. Dapat menambah wawasan atau pengetahuan tentang cara-cara
bagaimana meng-aplikasikan perjanjian pra-nikah dengan semestinya
dan lebih berhati-hati lagi supaya tidak di rugikan dalam perjanjian
pra-nikah tersebut.
b. Dengan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini diharapkan oleh
penulis dapat memberikan tambahan pengetahuan terhadap orang-
orang yang masih minim perihal kasus seperti ini dan hukum yang ada
di indonesia.
c. Sebagai bahan pustaka atau referensi bagi semua orang yang kurang
tau akan perjanjian pra-nikah serta hak-hak nya Ketika menjadi
seorang suami, istri,dan anak.
4

2. Praktis
a. Dapat dijadikan bahan acuan atau rujukan siapa saja yang ingin
menggunakan perjanjian pra-nikah dengan semestinya.
b. Sebagai sumber pengetahuan untuk memecahkan permasalahan dalam
rumah tangga dan haknya istri beserta anaknya.

D. Penegasan Judul
Demi mendapatkan persamaan persepsi dan untuk menghindari adanya penafsiran
yang berbeda-beda terhadap pembahasan yang diangkat, maka perlu adanya
penegasan judul terhadap karya ini, yaitu KEKUATAN PERJANJIAN PRA
NIKAH TENTANG KETENTUAN HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI
TERHADAP ISTRI DAN ANAKNYA DALAM PRESPEKTIF UUP NO.1
TAHUN 1974 DAN HUKUM ISLAM.
(Studi Kasus di desa siraman, Kecamatan kesamben, Kabupaten Blitar)
sebagai berikut:

Kekuatan perjanjian pra-nikah : Perjanjian pra-nikah telah


diatur dalam Pasal 29 ayat (1) UU Perkawinan. Di mana, perjanjian tersebut
dibuat secara tertulis pada waktu atau sebelum perkawinan
dilangsungkan. Perjanjian ini kemudian disahkan oleh Pegawai Pencatat
Perkawinan.

Ketentuan hak dan kewajiban suami : Hak dan kewajiban


suami yang merupakan hak istri, antara lain memberikan nafkah, perlindungan,
pendidikan agama, mempergauli istri dengan baik, dan perlakuan adil.

Terhadap Istri Dan Anaknya : Hak Istri dalam Islam:

1. Mendapatkan Perlakuan Ma'ruf dari Suami


2. Hak Istri dalam Islam: Suami yang Bersikap
Bijak Atas Kesalahan Istri.
3. Hak Istri dalam Islam: Kehormatannya Harus
Senantiasa Dijaga.
4. Hak Istri dalam Islam: Mendapatkan Bimbingan
Tentang Agama.
5

5. Hak Istri dalam Islam: Mendapatkan Prioritas.


Anaknya kepada ayahnya : 1. Memberikan nama yang bagus.
2. Mendidik anak.
3. Memberi nafkah.
4. Menikahkan anak dengan orang yang tepat.
Prespektif hukum islam : S yariat yang berarti aturan yang
diadakan oleh Allah untuk umat-Nya yang dibawa oleh seorang Nabi SAW,
baik hukum yang berhubungan dengan kepercayaan (aqidah) maupun hukum-
hukum yang berhubungan dengan amaliyah (perbuatan) yang dilakukan oleh
umat Muslim semuanya

Berdasarkan penegasan judul di atas, maka penulis bermaksud untuk


menjelaskan dan menganalisis terhadap perjanjian pra -nikah dan hak kewajiban
seorang suami terhadap istri serta anaknya . Dan Standart perjanjian pra-nikah
serta hak daan kewajiban suaami terhadap anak istrinya dalam penulisan skripsi
ini menurut M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah. Hukum Islam dalam
penelitian ini menggunakan kitab Fiqih Islam Wa Adillatuhu karya dari Prof. Dr.
Wahbah Az-Zuhaili. Untuk Kitab Ushul Fiqh menggunakan Kitab Ushul Fiqh
karya dari Prof. Muhammad Abu Zahrah.

E. Kajian Penelitian Terdahulu


Kajian penelitian terdahulu ini pada dasarnya adalah untuk mendapatkan
gambaran hubungan topik yang akan diteliti dengan penelitian yang sejenis
yang mungkin pernah dilakukan oleh peneliti lain sebelumnya agar tidak
terjadi pengulangan penelitian secara mutlak. Sebagai berikut:
1. Ahmad Davio Nur Dziddan , Program Studi Hukum, fakultas Hukum,
Universitas Muhammadiyyah Surakarta, Tahun 2017 : PERJANJIAN
PRA-NIKAH DAN AKIBAT HUKUMNYA DITINJAU DARI
PRESPEKTIF HUKUM NASIONAL , Skripsi ini membahas tentang
perjanjain pra-nikah perjanjian yang di buat oleh warga negara Indonesia
dengan warga negara asing.
6

2. Fayza Miftach Fauzia Ristanto, Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas


Hukum , Universitas Muhammadiyyah Surakarta , tahun 2020 :
PERJANJIAN PRA-NIKAH DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM
DAN HUKUM POSITIF DI INDONESIA ( Studi Kasus KUA Kecamatan
Banjarsari Kota Surakarta) Skripsi ini membahas perjanjian pra-nikah
yang dibuat sebelum menikah waktu di kua dari sisi pandang hukum islam
dan hukum positif yang ada di Indonesia dan isi-isi dari perjanjian pra-
nikah tersebut mulai dari pembagian harta, mendirikan usaha,
pemelihara’an anak, kewajiban suami dan lain-lain nya.
3. Okta Vinna Abri Yanti, Program Studi Hukum Keluarga < Fakultas
Syariah, Institut Agama Islam Negri (IAIN) Metro, Tahun 2017 : HAK
NAFKAH ISTRI DAN ANAK YANG DILALAIKAN SUAMI DALAM
PRESPEKTIF KOMPILASI HUKUM ISLAM (Studi Kasus Desa
Purwodadi 13A Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah)
Skripsi ini membahas tentang suami yang lalai akan kewajiban nya yaitu
menafkahi istri dan anak nya akan tetapi ada factor yang lain yakni
keluarga yang mana istri ini rasa syukur nya kurang dan selalu foya-foya
tidak digunakan untuk kebutuhan sehari-hari yang lebih penting dan
ibadah sang istri ini kurang .
Dalam kajian penelitian terdahulu ini penulis berusaha menelusuri karya-karya
terdahulu yang membahas mengenai kekuatan perjanjian pra nikah dan hak
kewajiban seorang suami terhadap anak dan istrinya Hal ini penting untuk
digunakan sebagai salah satu acuan proses penelitian. Dalam rangka menghindari
adanya pengulangan penelitian (duplikasi) suatu yang sangat disayangkan setelah
mengadakan pelacakan dan penelusuran judul skripsi di perpustakaan Universitas
Hasyim Asy’ary Tebuireng Jombang, studi yang membahas tentang
KEKUATAN PERJANJIAN PRA NIKAH TENTANG KETENTUAN HAK
DAN KEWAJIBAN SUAMI TERHADAP ISTRI DAN ANAKNYA DALAM
PRESPEKTIF UUP NO.1 TAHUN 1974 DAN HUKUM ISLAM.
(studi kasus didesa siraman, kecamatan kesamben, kabupaten blitar) belum
pernah ada yang membahas, kalaupun sudah ada yang membahas namun objek
penelitiannya berbeda.
7

F. Landasan Teori
1. Kekuatan Perjanjian Pra-Nikah Tentang Ketentuan Hak Dan Kewajiban
Suami Terhadap Istri Dan Anak Dalam Prespektif UUP No 1 tahun 1974
Dan Hukum Islam.
1). Pengertian Perjanjian Pra-Nikah
Perjanjian Pra-nikah adalah sebuah kontrak tertulis yang dilakukan
sebelum perkawinan yang dibuat oleh kedua belah pihak yang berniat
untuk segera menikah, isi pranikah ada berbagai macam variasi,akan
tetapi mencakup ketentuan untuk pembagian properti dan dukungan
pasangan dalam hal perecraian atau retaknya sebuah pernikahan dan juga
meliputi persyaratan untuk penyitaan aset sebagai akibat pereceraian
dengan alasan perzinahan, kondisi perwalian lebih lanjut juga bisa di ikut
sertakan, seharusnya tidak disalah artikan dengan penyelesaian
perkawinan bersejarah yang tidak berkaitan dengan efek perceraian.
Perjanjian pra-nikah dalam pasal Pasal 29 Ayat 1 UU No. 1 Tahun
1974 tentang Perkawinan mengatur mengenai beberapa hal, di antaranya:

1. Pemisahan Harta Benda

Pemisahan harta benda mungkin saja terjadi ketika posisi istri dalam keadaan
terpojok akibat 3 alasan berikut:

- Suami dinyatakan berkelakuan tidak baik yaitu dengan memboroskan


harta kekayaan bersama untuk kepentingan pribadi.
- Suami dinyatakan mengurus hartanya sendiri, tidak memberikan bagian
yang layak kepada istrinya sehingga hak istri menjadi hilang.
- Diketahui adanya kelalaian yang sangat besar dalam mengurus harta
perkawinan sehingga memiliki kemungkinan hilangnya harta bersama.

2. Perjanjian Kawin (huwelijks voorwaarden)

Perjanjian ini dibuat oleh calon mempelai untuk mengatur akibat yang
mungkin muncul mengenai harta kekayaan bersama. Dalam perjanjian ini
pihak ketiga boleh diikut sertakan. Hal yang jelas harus menjadi perhatian
ketika membuat perjanjian kawin ini adalah:
Perjanjian itu tidak diperbolehkan bertentangan dengan kesusilaan dan
ketertiban umum.
Perjanjian itu tidak dibuat menyimpang dari: (1) hak-hak yang timbul dari
kekuasaan suami, (2) hak-hak yang timbul dari kekuasaan orang tua.
8

Perjanjian itu tidak mengandung pelepasan hak atas peninggalan orang-


orang yang mewariskannya.
Perjanjian itu tidak boleh menjanjikan bahwa satu pihak harus membayar
sebagian hutang yang lebih besar daripada bagiannya.
Perjanjian itu tidak boleh dibuat janji bahwa perkawinan mereka akan
diatur oleh hukum asing.
Perjanjian kawin ini harus dibuat di hadapan akta notaris sebelum
dilangsungkannya pernikahan. Setelah perkawinan itu berlangsung, tidak
boleh juga ada perubahan dengan cara apapun dan berlaku hingga
perkawinan berakhir yang mungkin bisa disebabkan oleh perceraian
maupun kematian.
Aspek Penting Pembuatan Perjanjian Pra-Nikah
Meski terkesan melindungi, akan tetap ada pendapat bahwa perjanjian ini
tidak sepantasnya ada karena seolah-olah berjaga untuk kemungkinan
terburuk yang pasti terjadi. Beberapa orang mungkin mempertanyakan
maksud dan fungsi perjanjian ini sebetulnya. Tidak mengherankan bila
sebagian orang berpendapat bahwa perjanjian pra-nikah seolah-olah
menyetujui dan mengukuhkan kawin kontrak – dimana perkawinan yang
berlangsung sesungguhnya tidak nyata dan pasti akan ada perpisahan.
Dalam perpisahan tersebut telah diatur berbagai kepentingan masing-
masing pria dan wanita yang terikat dalam kontrak sehingga ketika
kontrak berakhir, kedua belah pihak bisa ‘berpisah’ dengan membawa
harta pribadi dan tidak ada yang merasa dirugikan dengan sandiwara
pernikahan palsu ini.
Tidak salah juga bila sebagian orang berpendapat tidak menyetujui adanya
perjanjian pra-nikah dengan pendapat bahwa pernikahan didasari oleh
perasaan cinta dua insan manusia yang di dalamnya tidak lagi mengenal
pembagian harta "gono-gini" namun harta tersebut telah menjadi milik
bersama. Terlepas dari kepercayaan masing-masing orang, perjanjian pra-
nikah lebih kepada perlindungan hukum bagi setiap masyarakat dari
tuntutan yang mungkin muncul ketika terjadi perceraian antara suami dan
istri atau terjadi perpisahan akibat kematian.
Perlu tidaknya, wajib tidaknya, perjanjian pra-nikah dibuat atas kesadaran
dan kerelaan calon mempelai. Meski tidak mengharuskan pembuatannya,
tetapi perjanjian ini lebih disarankan dibuat untuk melindungi kedua belah
pihak. Dalam pembuatannya pun, sebaiknya Anda juga memperhatikan
beberapa aspek krusial berikut:
1. Keterbukaan
Sebelum Anda benar-benar siap mental dalam menghadapi rumah
tangga dan segala persoalannya, pembuatan perjanjian pra-nikah
membantu Anda melatih diri untuk bersikap terbuka dengan mental
yang siap dalam menghadapi perkara yang mungkin Anda hadapi
nantinya ketika sudah sah sebagai suami dan istri. Pembuatan
9

perjanjian pra-nikah memaksa Anda untuk terbuka mengenai jumlah


harta pribadi masing-masing yang akan dibawa sebelum akhirnya harta
itu diklaim menjadi milik bersama seiring dengan diucapkannya kata
'sah' dalam pemberkatan perkawinan. Selain jumlah nominal harta
yang akan dibawa masing-masing, Anda juga harus terbuka mengenai
potensi peningkatan harta, warisan, bahkan jumlah hutang yang
dimiliki saat ini. Bagian ini berfungsi untuk mengetahui secara detil
apa saja yang berhak Anda terima dan harus Anda korbankan bilamana
terjadi perceraian atau terpisah kematian.
2. Kerelaan
Hal yang cukup penting di sini selain keterbukaan adalah kesediaan
untuk membuat dan menyepakati bersama perjanjian pra-nikah
tersebut sebelum akhirnya beranjak pada tahap persiapan pernikahan.
Tidak boleh ada yang merasa terpaksa dalam pembuatan perjanjian
pra-nikah ini – baik itu laki-laki sebagai suami maupun perempuan
sebagai istri – karena keterpaksaan akan membatalkan perjanjian ini
secara hukum.
3. Objektif
Pembuatan perjanjian pra-nikah tidak bisa asal membuat di atas kertas
yang ditanda tangani dengan meterai Rp6.000 saja. Ada pejabat yang
berwenang dalam pembuatan perjanjian pra-nikah ini sekaligus sebagai
saksinya. Notaris merupakan pihak yang dimaksud sebagai pejabat
yang berwenang dalam pembuatan perjanjian pra-nikah. Notaris yang
Anda pilih sebaiknya notaris yang kredibel sehingga menjaga
objektifitas perjanjian dan pada akhirnya tidak ada pihak yang merasa
dirugikan.
4. Notariil

Setelah perjanjian pra-nikah dibuat secara resmi dengan saksi dan


pembuatnya merupakan notaris selaku pejabat yang berwenang,

2). Pengertian Hak Dan Kewajiban Suami Terhadap Istri.


Hak adalah sesuatu yang dapat dimiliki dan dikuasai sedangkan kewajiban
adalah sesuatu yang harus diberikan, baik berupa benda baik berupa benda
maupun berupa perbuatan. Apabila akad nikah telah berlangsung dan sah
memenuhi syarat maka menimbulkan akibat hukum. Dengan demikian
akan menimbulkan hak serta kewajibannya suami istri dalam keluarga,
yang meliputi: hak suami istri secara bersama, hak suami atas istri dan istri
atas suami.

Dalam ajaran Islam, pernikahan merupakan akad yang sangat kuat dan
salah satu ibadah yang terikat dengan aturan-aturan yang telah digariskan
10

oleh Allah SWT. dan RasulNya. Oleh karena itu, pernikahan bukan
perkara main-main, dan untuk menuju ke sebuah ikatan pernikahan, calon
suami isteri haruslah mempunyai bekal pengetahuan tentang bagaimana
cara membina rumah tangga yang sakinah mawaddah dan rahmah sesuai
nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an.
Penciptaan laki-laki dan perempuan dari jenis manusia merupakan salah
satu diantara bukti yang menunjukkan keesaan-Nya. Dengan menjadikan
manusia berpasang-pasangan, Allah SWT. ingin memberikan ketenangan
bagi pasangan tersebut dan untuk bersenang-senang diantara keduanya.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Ar-Rum ayat 21 sebagai
berikut:

‫ِاَّن ِفْی ٰذ ِلَك ٰاَلٰیٍت ِّلَق ْو ٍم َّیَتَف َّك ُر ْو َن‬-ؕ‫َو ِم ْن ٰاٰیِتهٖۤ َاْن َخ َلَق َلُك ْم ِّمْن َاْنُفِس ُك ْم َاْز َو اًج ا ِّلَتْس ُك ُنْۤو ا ِاَلْیَه ا َو َجَعَل َبْیَنُك ْم َّمَو َّدًة َّو َر َمْحًة‬.

Artinya: “dan di antara tanda-tanda kebesarannya ialah dia


menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri
agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya dan dia
menjadikan diantara kamu rasa kasih dan sayang.”
Ayat lain yang memiliki makna serupa :

‫ُهَو اَّلِذ ْی َخ َلَقُك ْم ِّم ْن َّنْفٍس َّواِحَدٍة َّو َجَعَل ِم ْنَها َز ْو َجَه ا ِلَیْس ُك َن ِاَلْیَه ا‬

Artinya : “dialah yang menciptakan kamu dari jiwa yang satu (Adam) dan
darinya dia menciptakan pasangannya, agar dia merasa senang
kepadanya.”
Sama dengan maksud dari pasal 3 Kompilasi Hukum Islam bahwa
perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang
sakinah, mawaddah, dan rahmah. Dan untuk mewujudkan tujuan tersebut
diperlukan komitmen suami isteri untuk menjalankan hak dan kewajiban
masing-masing sesuai kemampuan. Suami mejalankan kewajibannya
sebagai suami sekaligus kepala rumah tangga dan istri menjalankan
kewajibannya sebagai istri sekaligus ibu rumah tangga, sehingga akan
tercipta suatu suasana yang harmonis jika semua kewajiban dapat
dijalankan. Tentu timbal baliknya dengan terlaksananya semua kewajiban
maka hak-hak sebagai suami atau sebagai istri pun akan terpenuhi dengan
sendirinya, sehingga ketentraman (sakinah) yang berlandaskan rasa kasih
sayang dalam menjalani bahtera rumah tangga sebagai suatu tujuan
perkawinan akan mudah terwujud.
Kewajiban Suami terhadap Isteri Menurut Al-Qur’an
Akad pernikahan dalam syariat Islam tidak sama dengan akad
kepemilikan. akad pernikahan diikat dengan memperhatikan adanya
kewajiban-kewajiban di antara keduanya. Dalam hal ini suami mempunyai
11

kewajiban yang lebih berat dibandingkan istrinya berdasarkan firman-Nya


“akan tetapi para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada
istrinya”. Kata satu tingkatan kelebihan dapat ditafsirkan dengan
firmannya : “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita” (QS.
An-Nisa ayat 34).
Pada dasarnya kewajiban suami juga merupakan hak isteri, sehingga jika
berbicara tentang kewajiban suami terhadap isteri, maka bisa juga berarti
hak isteri atas suami.
Kewajiban adalah segala hal yang harus dilakukan oleh setiap individu,
sementara hak adalah segala sesuatu yang harus diterima oleh setiap
individu.
Dari definisi di atas, penulis menyimpulkan bahwa kewajiban adalah
segala perbuatan yang harus dilaksanakan oleh individu atau kelompok
sesuai ketentuan yang telah ditetapkan.
Menurut Abdul Wahab Khallaf bahwa hak terdiri dari dua macam yaitu
hak Allah dan hak Adam. Dan hak isteri atas suami tentunya merupakan
dimensi horizontal yang menyangkut hubungan dengan sesama manusia
sehingga dapat dimasukkan dalam kategori hak Adam. Adapun yang
menjadi hak istri atau bisa juga dikatakan kewajiban suami terhadap isteri
adalah sebagai berikut:

1. Mahar

Menurut Mutafa Diibul Bigha, Mahar adalah harta benda yang harus
diberikan oleh seorang laki-laki (calon suami) kepada perempuan (calon
isteri) karena pernikahan.
Pemberian mahar kepada calon istri merupakan ketentuan Allah SWT.
bagi calon suami sebagaimana tertulis dalam Al-Qur’an surat An-Nisa
ayat 4 yang berbunyi:

‫َفِاْن ِط َنْب َلُك ْم َعْن َش ْی ٍء ِّمْنُه َنْف ًس ا َفُكُلْو ُه َه ِنْٓیـًٴـا َّم ِر ْٓی ـًٴـا‬-ؕ‫َو ٰاُتوا الِّنَس آَء َصُد ٰقِتِه َّن ْحِنَلًة‬

Artinya: “Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu


nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika mereka
menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang
hati, maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang
sedap lagi baik akibatnya.”

Dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa kata ؕ‫ الِنْح َلًة‬menurut lbnu ‘Abbas
artinya mahar/maskawin. Menurut ‘A’isyah, ؕ‫ الِنْح َل ًة‬adalah sebuah
keharusan. Sedangkan menurut Ibnu Zaid ؕ‫ الِنْح َل ًة‬dalam perkataan orang
12

Arab, artinya sebuah kewajiban. Maksudnya, seorang laki-laki


diperbolehkan menikahi perempuan dengan sesuatu yang wajib diberikan
kepadanya, yakni mahar yang telah ditentukan dan disebutkan jumlahnya,
dan pada saat penyerahan mahar harus pula disertai dengan kerelaan hati
sang calon suami.
Senada dengan tafsir ath Thabari juga menjelaskan bahwa Perintah
memberikan mahar (dalam surat An-Nisa ayat 4) merupakan perintah
Allah SWT. yang ditujukan langsung kepada para suami dengan jumlah
mahar yang telah ditentukan untuk diberikan kepada isteri.
Praktik pemberian mahar tidak semua dibayarkan tunai ketika akad nikah
dilangsungkan, ada juga sebagian suami yang menunda pembayaran mahar
istrinya ataupun membayarnya dengan sistem cicil, dan ini dibolehkan
dalam Islam dengan syarat adanya kesepakatan dari kedua belah pihak, hal
ini selaras dengan hadits Nabi saw. yang berbunyi, “sebaik-baik mahar
adalah mahar yang paling mudah (ringan).” (HR. al-Hakim : 2692, beliau
mengatakan “Hadits ini shahih berdasarkan syarat Bukhari Muslim.”)

2. Nafkah, Pakain dan Tempat Tinggal.

Nafkah berasal dari bahasa arab (an-nafaqah) yang artinya pengeluaran.


Yakni Pengeluaran yang biasanya dipergunakan oleh seseorang untuk
sesuatu yang baik atau dibelanjakan untuk orang-orang yang menjadi
tanggung jawabnya.
Fuqaha’ telah sependapat bahwa nafkah terhadap istri itu wajib atas suami
yang merdeka dan berada di tempat. Mengenai suami yang bepergian jauh,
maka jumhur fuqaha tetap mewajibkan suami atas nafkah untuk istrinya,
sedangkan Imam Abu Hanifah tidak mewajibkan kecuali dengan putusan
penguasa. Tentang kewajiban nafkah ini telah dijelaskan Allah SWT.
dalam Al-Qur’an surat Al Baqarah ayat 233.

‫اَل‬-ؕ ‫َو َعَلى اْلَمْو ُل ْو ِد َل هٗ ِر ْز ُقُه َّن َو ِكْس َو ُتُه َّن ِب اْلَم ْع ُر ْو ِف‬-ؕ‫َو اْلَو اِل ٰد ُت ُیْر ِض ْعَن َاْو اَل َدُه َّن َح ْو َلِنْی َك اِم َلِنْی ِلَمْن َاَر اَد َاْن ُّیِتَّم الَّر َض اَعَة‬
‫ُتَك َّلُف َنْف ٌس ِااَّل ُوْسَعَه ا‬

Artinya:“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun


penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban
ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf.
Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.”

Maksud dari kata ٗ‫ اْلَمْو ُل ْو ِد َل ه‬pada ayat di atas adalah ayah kandung si anak.
Artinya, ayah si anak diwajibkan memberi nafkah dan pakaian untuk ibu
13

dari anaknya dengan cara yang ma’ruf. Yang dimaksud dengan ‫ِب اْلَم ْع ُر ْو ِف‬
adalah menurut kebiasaan yang telah berlaku di masyarakat tanpa
berlebih-lebihan, juga tidak terlalu di bawah kepatutan, dan disesuaikan
juga dengan kemampuan finansial ayahnya.
Adapun menyediakan tempat tinggal yang layak adalah juga kewajiban
seorang suami terhadap istrinya sebagaimana Firman Allah SWT berikut:
‫ِد‬ ‫ِم‬ ‫ِك‬
‫…َاْس ُنْو ُه َّن ْن َحْیُث َس َك ْنُتْم ِّمْن ُّو ْج ُك ْم‬
Artinya “Tempatkanlah mereka (para istri) di mana kamu (suami) bertempat
tinggal menurut kemampuan kamu,…” (QS. Ath Thalaaq: 6).

3. Menggauli istri secara baik.

Menggauli istri dengan baik dan adil merupakan salah satu kewajiban
suami terhadap istrinya. Sebagaimana Firman Allah dalam Alquran surat
an-Nisa ayat 19 yang berbunyi:
‫ُل َّن ِلَت ْذ ا ِب ِض ۤا ٰا ُت َّن ِاۤاَّل َاْن َّیْاِت ِبَف اِح َش ٍة ُّم ِّیَنٍۚة‬ ‫ِحَی‬ ‫ِذ‬ ‫ٰۤی‬
‫َب‬ ‫َنْی‬ ‫َه ُبْو َبْع َم َتْی ُم ْو ُه‬ ‫َاُّیَه ا اَّل ْیَن ٰاَم ُنْو ا اَل ُّل َلُك ْم َاْن َتِرُث وا الِّنَس آَء َك ْر ًه اؕ َو اَل َتْع ُض ْو ُه‬
‫َفِاْن َك ِرْهُتُمْو ُه َّن َفَعٰۤسى َاْن َتْك َر ُه ْو ا َش ْیـًٴـا َّو ْجَیَعَل الّٰل ُه ِفْیِه َخ ْیًر ا َك ِثْیًر ا‬- ‫َو َعاِش ُر ْو ُه َّن ِباْلَم ْع ُر ْو ِۚف‬

Artinya:”Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu


mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan
mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah
kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji
yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila
kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu
tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang
banyak.”

Maksud dari kata ‫ َو َعاِش ُر ْو ُه َّن ِب اْلَم ْع ُر ْو ِف‬adalah ditujukan kepada suami-suami
agar berbicara dengan baik terhadap para istri dan bersikap dengan baik
dalam perbuatan dan penampilan. Sebagaimana suami juga menyukai hal
tersebut dari istrinya, maka hendaklah suami melakukan hal yang sama.
Sebagaimana hadist dari riwayat ‘A’isyah ra., bahwasanya Rasulullah saw.
bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap
keluarganya, dan aku adalah orang yang paling baik terhadap keluargaku”.
Dan di antara akhlak Rasulullah saw. adalah memperlakukan keluarganya
dengan baik, selalu bergembira bermain dengan keluarga, bermuka manis,
bersikap lemah lembut, memberi kelapangan dalam hal nafkah, dan
bersenda gurau bersama istri-istrinya.

Adapun Imam Asy-Sya’rawi Rahimahullah mengatakan, ‫ َو َعاِش ُر ْو ُه َّن ِب اْلَم ْع ُر ْو ِف‬,


Kata ‫ اْلَم ْع ُر ْو ف‬memiliki pengertian yang lebih tinggi tingkatannya dari
14

kata al–mawaddah. Karena makna kata al-mawaddah berarti perbuatan


baik kita kepada orang lain hanya didasarkan karena rasa cinta (al-hubb)
atau karena kita merasa senang dan bahagia dengan keberadaan orang itu.
Adapun kata ‫ اْلَم ْع ُرْو ف‬maknanya kita berbuat baik kepada seseorang yang
belum tentu kita sukai atau kita senangi. Artinya jika suatu saat istri kita
sudah tidak lagi menarik secara fisik atau keberadaannya sudah tidak
menyenangkan lagi bahkan membangkitkan kebencian dihati, maka
tetaplah berlaku makruf terhadapnya dan bergaul dengannya dengan
sebaik-baiknya perlakuan sebagaimana perintah ayat tersebut, karena bisa
jadi satu sisi dia buruk namun pada sisi lainnya banyak kebaikan-
kebaikannya yang bisa menutupi keburukannya tersebut.

4. Menjaga istri dari dosa.

Sudah menjadi kewajiban seorang kepala rumah tangga untuk memberikan


pendidikan agama kepada istri dan anak-anaknya agar taat kepada Allah
dan RasulNya. Dengan ilmu agama seseorang mampu membedakan baik
dan buruknya prilaku dan dapat menjaga diri dari berbuat dosa. Selain
ilmu agama, seorang suami juga wajib memberikan nasehat atau teguran
ketika istrinya khilaf atau lupa atau meninggalkan kewajiban dengan kata-
kata bijak yang tidak melukai hati sang istri, sebagaimana Firman Allah
SWT. surah At-Tahrim ayat 6 berikut :
‫ّٰل‬ ‫ٰٓل ِغ ِش‬ ‫ِحْل‬ ‫ِل‬ ‫َّل ِذ‬ ‫ٰۤی‬
‫َاُّیَه ا ا ْیَن ٰاَم ُنْو ا ُقْۤو ا َاْنُفَس ُك ْم َو َاْه ْیُك ْم َن اًر ا َّو ُقْو ُدَه ا الَّناُس َو ا َج اَر ُة َعَلْیَه ا َم ٕى َك ٌة اَل ٌظ َد اٌد اَّل َیْعُص ْو َن ال َه َم ۤا َاَم َر ُه ْم َو‬
‫َیْف َعُلْو َن َم ا ُیْؤ َم ُر ْو َن‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu


dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap
apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.”

5. Memberikan cinta dan kasih sayang kepada istri.

Sebagaimana Firman Allah SWT. dalam surat Ar Rum ayat 21 di atas


pada kalimat

ؕ‫ َو َجَع َل َبْیَنُك ْم َّم َو َّدًة َّو َر َمْحًة‬dapat juga dimaknai bahwa


seorang suami wajib memberikan cinta dan kasih sayang kepada
istrinya yang terwujud dalam perlakuan dan perkataan yang mampu
membuat rasa tenang dan nyaman bagi istri dalam menjalankan
fungsinya sebagai istri sekaligus ibu rumah tangga. Adapun bentuk
15

perlakuan tersebut bisa berupa perhatian, ketulusan, keromantisan,


kemesraan, rayuan, senda gurau, dan seterusnya.
Dalam memberikan cinta dan kasih sayang bukanlah atas dasar besar
kecilnya rasa cinta kita kepada istri, akan tetapi hal tersebut merupakan
perintah Allah SWT. agar suami istri saling mencinta dan berkasih
sayang sebagai wujud kepatuhan kepada Allah SWT. Jika memberikan
cinta dan kasih sayang antara suami istri sudah disandarkan pada
perintah Allah SWT. maka as-sakiinah (ketentraman) dalam rumah
tangga akan mudah kita raih
3). Pengertian Kewajiban Dan Hak Suami (Ayah) Terhadap Anaknya.
Orang tua adalah orang yang telah melahirkan kita yaitu, bapak dan ibu.
Ibu dan bapak selain telah melahirkan kita kedunia ini juga yang telah
mengasuh dan yang telah membimbing anaknya dengan cara memberikan
contoh yang baik dalam menjalani kehidupan sehari-hari, selain itu orang
tua juga telah memperkenalkan anaknya kedalam hal-hal yang terdapat
didunia ini dan menjawab secara jelas tentang sesuatu yang tidak
dimengerti oleh anak. Karena orang tua adalah pusat kehidupan rohani
anak dan sebagai sebab berkenalnya dengan alam luar, maka setiap reaksi
emosi anak dan pemikirannya dikemudian hari terpengaruh oleh sikapnya
terhadap orang tuanya dipermulaan hidupnya dahulu. Sedangkan anak
adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa
harus dijaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat dan hak-hak
sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi.

Kewajiban nyasebagai ayah mencakup dibawah ini :

1. Kewajiban bagi seorang ayah adalah memilih nama terbaik bagi anaknya,
baik dari sisi lafadz dan maknanya, sesuai dengan syar‟i dan lisan arab.
Kadangkala pemberian nama kepada seorang anak baik adab dan diterima
oleh telinga atau pendangaran akan tetapi nama tersebut tidak sesuai
dengan syari‟at.
2. Mendidik anak dengan pendidikan terbaik Kewajiban orang tua untuk
mendidik anak-anaknya mulai dari pendidikan di rumah, pendidikan di
sekolah atau pesantren, bahkan sampai anak melanjutkan ke perguruan
tinggi, merupakan hak anak yang patut diterima dengan sebaikbaiknya.
Pendidikan buat anak yang paling vital di rumah yaitu mengajarkan dan
membiasakan shalat kepada anak-anaknya. Sebagaimana firman Allah
dalam Q.S. Thaaha (20) ayat 132 : “Dan perintahkanlah kepada
keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam
mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, kamilah yang
memberi rezki kepadamu. dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang
yang bertakwa.”
16

3. Mengajarkan keahlian dan ketangkasan Seperti keahlian membaca dan


menulis, dalam konteks sekarang mungkin anak diajarkan agar menguasai
komputer, bahasa asing dll. Ketangkasan dan keberanian, dapat diajarkan
melalui latihan berenang dan memanah, maupun olah raga lainnya
4. Menempatkan ditempat tinggal yang baik dan memberi rezeki dari yang
baik Anak yang tinggal di tempat tinggal dan lingkungan yang baik,
niscaya akan menjadi anak-anak yang baik. Juga, anak yang makan dan
minum yang diberikan orang tuanya dari rezki yang halal dan baik,
niscaya akan menjadi anak yang baik pula. Dan biasanya, anak yang
berada di tempat tinggal yang tidak baik dan makan dari rezki yang tidak
baik, biasanya akan menjadi anak-anak yang tidak baik.
5. Menikahkan anak bila sudah cukup umur Sebenarnya tanggung jawab
untuk mencari dan menikahkan seorang anak perempuan ada di tangan
orang tua dan walinya, secara khusus, dan pemerintahan, secara umum.
Bila kita lihat Q.S. An-Nur:32 (dan kawinkanlah orang-orang yang
sendirian di antara kamu) artinya hendaklah laki-laki yang belum kawin
atau wanita-wanita yang tidak bersuami, dibantu agar mereka dapat
menikah

4). Pengertian Prespektif Hukum Islam.


Prespektif adalah sudut pandang atau cara pandang ,sedangkan hukum
islam adalah syariat yang berarti aturan yang di berlakukan oleh allh
untuk ummatnya yang dibawa oleh seorang nabi SAW, baik hukum yang
berhubungan dengan kepercaya’an (aqidah) maupun hukum-hukum yang
berhubungan dengan amaliyah (perbuatan) yang dilakukan oleh umat
muslim semuanya seiring perkembangan zaman.

G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penyusunan skripsi
ini adalah jenis penelitian kualitatif, yaitu berupa:
a. Penelitian Lapangan (Field Research)
Penelitian lapangan ini dilakukan berada pada obyek/tempat,
terutama dalam mengumpulkan data dan berbagai informasi dalam
17

rangka untuk menyempurnakan atau memperbaikinya. 1 Penelitian


lapangan ini penulis lakukan sebab merupakan salah satu sarana untuk
mengumpulkan data penting dengan tujuan penelitian atau fokus
penelitian melalui teknik wawancara dengan pihak terkait, melakukan
observasi maupun dokumentasi, khususnya dalam penelitian ini pihak
terkait adalah teman saya sendiri yang berada di desa
siraman,kecamatan kesamben,kabupaten blitar.
b. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Untuk penelitian ini, diperlukan berbagai literatur yang
mengharuskannya dilakukan penelitian pustaka, apalagi pada
penelitian yang bersifat kualitatif, maka penggunaan literatur yang
cukup dominan. Acuan dan rujukan dalam mengolah data,
menafsirkan, mengartikan (interpretasi) data harus dilakukan dengan
tolak ukur teori-teori yang diterima kebenarannya di dalam literatur. 2
Dalam penelitian ini khususnya diperlukan literatur mengenai
perjanjian pra-nikah dan hak-hak nya seorang istri dan anak yang
wajib di penuhi oleh seorang suami.
2. Kehadiran Peneliti
Kehadiran penulis dalam penelitian kualitatif ialah sebagai
perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan juga
sekaligus sebagai pelapor hasil penelitiannya.3
3. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini penulis akan mengambil lokasi di desa
siraman, kecamatan kesamben, kabupaten blitar.
4. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah
berupa: kekuatan per-janjian pra- nikah dalam hukum islam dan di
Indonesia , serta hak-hak yang harus di penuhi oleh seorang suami
terhadap anak,istrinya yang tidak boleh di lalaikan.
5. Sumber Data

1
Masyhuri dan Zainudin, Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif, cet ke-2
(Bandung: PT Refika Aditama, 2009), 46-47.
2

3
Lexy J Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung, Remaja Rosda Karya, 2011), 6.
18

a. Sumber data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari


sumbernya, baik melalui wawancara maupun laporan dalam bentuk
dokumen yang tidak resmi yang kemudian diolah oleh penulis. 4 Di
sini penulis akan melakukan wawancara dengan yang bersangkutan
yaitu teman saya sendiri yang ada di desa siraman kecamatan
kesamben , kabupateen blitar.
b. Sumber data sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumen-
dokumen resmi, buku-buku yang berhubungan dengan obyek
penelitian5, diantaranya:
1. Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemah Syamil Qur’an
(Bandung: Sygma Examedia, 2009).
2. Quraish Shihab. Tafsir al-Misbah Pesan, Kesan, dan Keserasian
Al-Qur’an: Jilid 11. Jakarta: Lentera Hati, 2007.
3. Wahbah Az-Zuhaili. Fiqih Islam wa Adillatuhu, juz 9.
4. Muhammad Abu Zahrah. Ushul Fiqh. Terj. Saefullah Ma’shum,
dkk. Jakarta: Pustaka Firdaus, 2016.
5. Rizem Aizid, Fiqh Keluarga Terlengkap (Yogyakarta: Laksana,
2018), 36.
6. Azizah, dkk. Ketahanan Keluarga dalam Prespektif Islam. Jakarta:
Pustaka Cendekiawan, 2018.
7. Buku KHI UU nomor 1 tahun 1974,
8. Jurnal repository UAI
9. Kitab perbandingan madzhab imam Syafi’i dan Imam hanafi
10. Buku A siti soetami 1997.
11. Journal untar.ac.id
12. Lutfy el falahy (institut agama islam Iain curup)
13. Syariah.Iainkediri.ac.id sunnah nabi dalam hadis pandangan
ulama’ ushul fiqh.
14. Kompilasi hukum islam
15. Hukum keperdataan jilid 1 dalam prespektif hukum nasional KUH
perdata

4
Zainuddin, Metode Penelitian Hukum, cet ke-5 (Jakarta: Sinar Grafika, 2014), 106.
5
19

6. Teknik Pengumpulan Data


Untuk memperoleh data yang diperlukan, dalam penelitian ini
digunakan dua acara yaitu:
Data lapangan, sedangkan untuk mengumpulkan datanya
menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
a. Interview/Wawancara
Suatu kejadian atau suatu proses interaksi antara pewawancara
dengan orang yang diwawancarai sebagai sumber informasi, dimana
pewawancara bertanya langsung mengenai objek yang diteliti dengan
pertanyaan yang telah dirancang sebelumnya. Dalam hal ini penulis
mewawancarai teman saya sendiri (disini saya tidak menyebutkan nama
kareena dirasa sebuah privasi ) di desa siraman,kecamatan
kesamben,kabupaten blitar.
b. Dokumentasi
Yaitu alat pengumpulan data yang dilakukan melalui data tertulis
yang berkaitan dengan penelitian ini. Metode ini digunakan untuk
mengetahui gambaran atau keadaan yang terjadi dalam proses sebelum
terjadinya pernikahan dan sesudahnya.
c. Observasi
Observasi adalah bagian dalam pengumpulan data. Obsevasi
berarti mengumpulkan data langsung dari lapangan.
Data kepustakaan, yaitu acuan dan rujukan dalam mengolah data,
menafsirkan, serta mengartikan (interprestasi) data harus dilakukan
dengan tolak ukur berupa teori-teori yang diterima kebenarannya didalam
literatur.6
7. Teknik Analisis Data
Dikarenakan yang diperoleh adalah data kualitatif maka data
tersebut dianalisa dengan menggunakan metode analisis kualitatif,
sedangkan metode yang digunakan penulis adalah:
a. Metode Induktif yaitu pengambilan kesimpulan dimulai dari
pernyataan atau fakta-fakta khusus menuju pada kesimpulan yang

6
Masyhuri dan Zainudin, Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif, cet ke-2
(Bandung: PT Refika Aditama, 2009), 46.
20

bersifat umum. Data dan fakta hasil pengamatan empiris disusun,


dikelola, dan dikaji untuk kemudian ditarik makna kesimpulannya
dalam bentuk pernyataan yang bersifat umum.7
b. Metode Deskriptif yaitu menggambarkan data yang telah diambil dan
di kumpulkan sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat
kesimpulan yang bersifat untuk umum atau generalisasi. 8 Jadi dalam
Penelitian ini penulis menggabungkan dua metode tersebut.
8. Cara Pendekatan
Jenis pendekatan yang digunakan penulis dalam penyusunan
penelitian ini adalah pendekatan sosial hukum. Pendekatan sosial hukum
pada dasarnya adalah menyelidiki fenomena hukum dengan menggunakan
metode dan teori yang ditawarkan oleh ilmu sosial. Memahami hukum
dalam konteks sosial. Prespektif yang digunakan tidak hanya ada pada
aturan formal, juga aturan informal. Hasil yang diinginkan dari riset
sosiologi hukum adalah menjelaskan dan menghubungkan, menguji dan
juga mengkritik bekerjanya hukum formal dalam masyarakat.9
H. Sistematika Pembahasan
Untuk memberikan jaminan bahwa skripsi ini benar-benar mengarah pada
terciptanya tujuan pembahasan, maka penulis akan memaparkan gambaran
umum dari tiap-tiap bab nya, yaitu:
BAB I : PENDAHULUAN
Dimulai dengan latar belakang masalah untuk memberikan
penjelasan mengapa penulisan ini perlu dilakukan. Dilanjut
dengan rumusan masalah yang merupakan inti dari semua
persoalan yang diangkat dan dikaji dalam proposal skripsi ini.
Rumusan Masalah ditujukan untuk mempertegas pokok-pokok
masalah yang akan diteliti agar lebih fokus, yang kemudian
dilanjutkan dengan tujuan pembahasan dan kegunaan pembahasan
yang didalamnya merupakan jawaban dari rumusan masalah yang
telah penulis angkat. Untuk membatasi pembahasan, penulis
7
Nana Sudjana, Tunutunan Penyusunan Karya Ilmiah, Cet IV. (Bandung: Sinar Biru Argosindo,
2004), 6.
8
Sumadi, Metodologi Penelitian (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1992), 18–19.
9
Umar Sholahudin, Pendekatan Sosiologi Hukum Dalam Memahami Konflik Agraria, Jurnal
Dimensi, Vol.10, No.2, (November 2017), 52.
21

mengemukakan penegasan judul untuk menghindari timbulnya


kerancuan. Untuk melengkapi proposal skripsi ini maka
diperlukan adanya kajian penelitian terdahulu, metode penelitian
dan yang terakhir adalah sistematika pembahasan.
BAB II : KEKUATAN PERJANJIAN PRA NIKAH
Bab ini berfungsi sebagai pijakan pemecahan masalah dalam
skripsi. Dalam bab ini penulis akan memulai dengan menguraikan
tentang pengertian perjanjian pranikah. Kemudian dilanjutkan
dengan menguraikan tentang isi dari pranikah dan apa saja yang
bisa di tulis dalam perjanjian pra-nikah (sebelum menikah)
BAB III : KETENTUAN HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI
TERHADAP ISTRI DAN ANAK
Pada bab ini memuat tentang ketentuan apa saja Ketika menjadi
seorang suami itu ,serta hak-hak nya dan kewajiban nya apa saja
Ketika menjadi seorang suami serta menjadi seorang ayah dari
darah daging nya sendiri.
BAB IV : PAPARAN DATA DARI HASIL TEMUAN PENELITIAN.
Pada bab ini nanti akan memaparkan fan menjelaskan dari hasil
penelitian yang saya dapatkan dari narasumber.
BAB V : ANALISIS KEKUATAN PERJANJIAN PRA NIKAH
TENTANG KETENTUAN HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI TERHADAP
ISTRI DAN ANAKNYA DALAM PRESPEKTIF UUP NO.1 TAHUN 1974
DAN HUKUM ISLAM.
Bab ini merupakan bahasan hasil penelitian yang meliputi
penjelasan tentang bagaimana analisis kekuatan nya perjanjian pra
nikah dalam pandangan hukum yang ada di Indonesia dan
pandangan hukum islam serta ulama’-ulama fuqoha’ serta hak dan
kewajiban seorang suami yang harus di penuhi
BAB VI : PENUTUP
Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran-saran yang
diajukan untuk menyelesaikan semua jawaban atas pokok
masalah dan berisikan saran-saran yang merupakan ide atau
gagasan dari peneliti dalam penulisan skripsi ini.
22

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
HALAMAN NOTA PEMBIMBING
HALAMAN NOTA PERBAIKAN
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN MOTTO
HALAMAN PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR
ABSTRAK
DAFTAR ISI
TRANSLITERASI

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Kegunaan Penelitian
E. Penegasan Judul
F. Kajian Penelitian Terdahulu
G. Sistematika Pembahasan
BAB II : LANDASAN TEORITIK.
A. Kekuatan perjanjian Pra-Nikah Yang Ada Di Indonesia
Didalam UUP No.1 Tahun 1974.
B. Kekuatan Perjanjian Pra-Nikah Jika Jika Hak Istri Dan Anak
Belum Terpenuhi .
23

C. Kekuatan Perjanjian Pra-Nikah Dalam Pandangan Hukum


Islam Seberapa Kuat.
D. Ketentuan Hak Dan Kewajiban Seorang Suami Kepada
Istrinya.
E. Keetentuan Hak Dan Kewajiban Seorang Ayah Terhadap
Anaknya.
F. Faktor yang Mempengaruhi Suami Belum Bisa Memenuhi
Kewajiban Dan Hak Nya Terhadap Istri Dan Anak.
BAB III : METODE PENELITIAN.
A. Jenis Penelitian .
B. Kehadiran Peneliti
C. Lokasi Peneliti.
D. Jenis Data.
E. Sumber Data.
F. Teknik Pengumpulan Data.
G. Teknik Analisis Data.
H. Cara Pendekatan.
BAB IV : PAPARAN DATA DARI HASIL TEMUAN PENELITIAN.

BAB V : ANALISIS KEKUATAN PERJANJIAN PRA NIKAH


SERTA KETENTUAN HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI
TERHADAP ANAK ISTRINYA DALAM PRESPEKTIF
HUKUM ISLAM.
A. Analisis Kekuatan Perjanjian Pra-Nikah Didalam UUP No 1
1974.
B. Analisis Kekuatan Perjanjian Pra-nikah Dalam Hukum Islam
C. Analisis Dalam Memenuhi Ketentuan Hak dan Kewajiban
Seorang Suami Terhadap Istri Dan Anaknya.
BAB VI : PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran-saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
24

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


DAFTAR PUSTAKA

Shihab Quraish. Tafsir al-Misbah Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an: Jilid
11. Jakarta: Lentera Hati, 2007.
Az-Zuhaili, Wahbah. Fiqih Islam wa Adillatuhu, juz 9.
Abu Zahrah Muhammad. Ushul Fiqh. Terj. Saefullah Ma’shum, dkk. Jakarta:
Pustaka Firdaus, 2016.
Departemen Agama RI. Al-Qur’an Dan Terjemah Syamil Qur’an. Bandung:
Sygma Examedia, 2009.
Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia, 2008.
Sumadi. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1992.
Lexy, Maleong J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosda Karya ,
2011.
Zainudin, Masyhuri. Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif, cet
ke-2 . Bandung : PT Refika Aditama, 2009 .
Masyhuri dan Zainudin, Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif,
cet ke-2 Bandung: PT Refika Aditama, 2009.
Sholahudin, Umar. “Pendekatan Sosiologi Hukum Dalam Memahami Konflik
Agraria.” Jurnal Dimensi Vol.10, 2017: 52.

Anda mungkin juga menyukai