Anda di halaman 1dari 183

PENGERTIAN

Tenaga Teknis Pertambangan yang Berkompeten adalah tenaga


pertambangan yang memiliki pengetahuan, kemampuan,
pengalaman, atau sertifikasi kompetensi bagi area kerja yang
telah memiliki standar kompetensi kerja yang berlaku wajib di
bidang eksplorasi/geologi, survei/pemetaan, studi kelayakan,
konstruksi, penambangan, pengolahan dan/atau pemurnian,
pengangkutan, dan/atau reklamasi dan pascatambang yang
diakui Pemerintah.
PERSONEL

a. Orang yang Berkompeten (Competent Person)


1) persyaratan orang yang berkompeten terdiri atas :
a) memiliki pengalaman paling kurang 5 (lima) tahun di
bidang pelaporan hasil eksplorasi dan/atau estimasi
sumber daya dan/atau estimasi cadangan untuk
komoditas yang sama ; dan
b) memiliki sertifikat kompetensi di bidang pelaporan hasil
eksplorasi dan/atau estimasi sumber daya dan/atau
estimasi cadangan untuk komoditas yang sama.
PERSONEL

2) Orang yang Berkompeten (competent person) bertanggung


jawab terhadap laporan yang dibuatnya.
3) Kepala Teknik Tambang wajib menyampaikan daftar Orang
yang Berkompeten (Competent Person) yang bekerja di
wilayah yang menjadi tanggung jawabnya kepada Direktur
Jenderal.
Tenaga Teknis Pertambangan yang Berkompeten

1) persyaratan Tenaga Teknis Pertambangan yang


Berkompeten terdiri atas:
a) memiliki pengalaman paling kurang 3 (tiga) tahun di
bidangnya; dan
b) memiliki sertifikat kompetensi sesuai bidang pekerjaaan.
2) Tenaga Teknis Pertambangan yang Berkompeten
bertanggung jawab kepada Kepala Teknik Tambang.
Tenaga Teknis Pertambangan yang Berkompeten
3) perencanaan kegiatan teknis pertambangan yang meliputi
eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi dan pengujian alat
pertambangan (commisioning), penambangan, pengolahan
dan/atau pemurnian, pengangkutan, dan pengelolaan teknis
pascatambang wajib disusun/dirancang oleh Tenaga Teknis
Pertambangan yang Berkompeten.
4) pelaksana kegiatan teknis pertambangan yang berhubungan
dengan survei dan pemetaan serta pengelolaan peta-peta di
bidang eksplorasi dan penambangan dilakukan oleh juru
ukur tambang selaku Tenaga Teknis Pertambangan yang
Berkompeten.
Tenaga Teknis Pertambangan yang Berkompeten

5) juru ukur tambang sebagaimana dimaksud dalam angka (4)


paling kurang mampu melaksanakan :
a) survei dan pemetaan rencana dan kemajuan kegiatan
eksplorasi, konstruksi, pemasangan Tanda Batas, dan
penambangan;
b) survei dan pemetaan untuk identifikasi area yang
memiliki potensi bahaya serta pemantauannya; dan
c) evaluasi, pemutakhiran, dan pengelolaan peta rencana
dan kemajuan kegiatan pertambangan
PETA
a.peta perencanaan dan hasil kegiatan teknis
pertambangan disajikan dengan kaidah kartografi
yang benar meliputi sistem koordinat, dan informasi
tepi yang terdiri atas judul, arah mata angin, skala,
legenda, penerbit/pembuat, dan meta data.
b.peta perencanaan dan hasil kegiatan teknis
pertambangan dibuat oleh tenaga teknis
pertambangan yang berkompeten.
PETA
c. peta perencanaan dan hasil kegiatan teknis
pertambangan dikelola dan dipelihara dalam sistem
basis data yang dapat diperiksa sewaktu-waktu oleh
Inspektur Tambang dengan ketentuan paling
kurang:
1) tata waktu;
2) jenis/judul peta; dan
3) validitas peta.
PETA

d. peta perencanaan dan hasil kegiatan teknis pertambangan


yang disampaikan/dilaporkan kepada Menteri melalui
Direktur Jenderal atau Gubernur sesuai dengan
kewenangannya paling kurang memuat:
• dalam bentuk hardcopy dan digital dengan format vektor; dan
• menggunakan sistem koordinat yang terikat dalam sistem
referensi geospasial mengacu kepada instansi pemerintah
yang menyelengarakan urusan pemerintah di bidang survei
dan pemetaan.
PETA
e. survei untuk pemetaan perencanaan dan kemajuan kegiatan
pertambangan paling kurang memuat:
1) kesesuaian antara metode dan peralatan dengan
ketelitian peta;
2) pengolahan data yang memadai; dan
3) dilaksanakan oleh tenaga teknis pertambangan yang
berkompeten.
f) survei untuk pemetaan perencanaan dan kemajuan kegiatan
pertambangan dapat dilakukan oleh juru ukur tambang.
g) juru ukur tambang ditetapkan oleh Kepala Teknik Tambang
dan didaftarkan dalam Buku Tambang.
KEPEKAAN TERHADAP
LINGKUNGAN
A. DEFINISI
Kepekaan terhadap lingkungan merupakan kemampuan
untuk merasakan dan mengamati reaksi-reaksi yang
terjadi di lingkungan serta perubahan orang lain yang
ditunjukkannya baik secara verbal maupun nonverbal.

Seorang individu diasah dan ditempa untuk mengenal


nilai moral sikap yang membawa kepada keberhasilan
atau pola perilaku yang mengakibatkan kegagalan.
B. CARA MENUMBUHKAN KEPEKAAN

1. Adanya kesadaran bahwa hidup tidak bisa sendirian


Mengapa orang tidak mampu memiliki kepekaan sosial
yang baik? Salah satu penyebabnya adalah karena
orang itu sering menyendiri dan tidak mau berbaur
dengan yang lain. Ia ada dalam sebuah lingkungan,
tetapi ia tidak pernah mau untuk berkumpul bersama
dengan orang-orang yang ada dalam lingkungannya

Manusia bersifat homo homini socius


2. Bergaul dengan sebanyak banyaknya orang

Bertemu dengan banyak orang akan membuat kita makin


mudah mengetahui perbedaan karakter dari tiap-tiap
pribadi. Ketika Tuhan menciptakan manusia dengan
keunikan dan kekhususan masing-masing.

Manusia diciptakan bersuku suku dan berbangsa bangsa


adalah untuk saling mengenal.
3. Memperhatikan dan memperbaiki cara berbicara

Keterlibatan kita dalam organisasi akan mengasah kita


untuk memiliki kepekaan dalam mengutarakan ide dan
pendapat sehingga tidak melukai orang lain. Keterlibatan
ini juga akan membuat kita mampu mengenali cara
berpikir dan cara bicara orang lain sehingga sedikit
banyak kemampuan kita untuk mengenal orang lain akan
terasah.
4. Terlibat dalam kegiatan sosial
Kegiatan sosial merupakan kegiatan yang sering
dilakukan oleh banyak orang pada masa sekarang.
Kegiatan ini biasanya dilakukan dalam berbagai macam
bentuk, misalnya: kunjungan ke panti asuhan,
pengumpulan dana untuk korban bencana, pengobatan
gratis, dan sebagainya. Jika Anda mendengar di sekolah
Anda atau di lingkungan Anda melakukan kegiatan-
kegiatan semacam itu, sedapat mungkin terlibatlah dalam
kegiatan itu.
5. Mengembangkan empati
Empati merupakan kemampuan untuk merasakan dan
memahami perasaan orang lain. Kunci untuk memahami
perasaan orang lain adalah mampu membaca pesan non
verbal, seperti nada bicara, gerak-gerik, ekspresi wajah,
dan sebagainya. Seseorang yang memiliki kemampuan ini
akan lebih pandai menyesuaikan diri, lebih mudah
bergaul, dan lebih peka. Empati dapat kita kembangkan
apabila kita membiasakan diri untuk bergaul dengan orang
lain dan mengamati orang-orang yang ada di sekitar kita.
6. Berperilaku pro sosial
Perilaku pro sosial adalah istilah yang digunakan oleh
para ahli psikologi untuk menjelaskan perilaku sukarela
yang ditujukan untuk kepentingan atau keuntungan
orang lain, seperti: berbagi, membantu seseorang yang
membutuhkan, bekerja sama dengan orang lain, dan
mengungkapkan simpati. Perilaku ini menuntut adanya
kesediaan untuk berkorban bagi orang lain, menghargai
keberadaan orang lain, dan tidak menempatkan diri
sendiri lebih tinggi dari orang lain.
7. Melihat dan bertindak
Orang yang memiliki kepekaan terhadap lingkungan
adalah orang yang pada saat melihat orang lain yang ada
dalam kondisi yang susah tidak akan hanya berhenti
pada memandang orang itu, melainkan melakukan
sesuatu untuk orang yang dilihatnya itu. "Sesuatu" di sini
tidak harus dengan memberi uang atau barang,
melainkan juga bisa dalam bentuk perbuatan lain,
misalnya berdoa untuk orang itu.
C. CARA MELATIH KEPEKAAN

1. Serius mencari dan menemukan kekurangan diri; tidak


usah sibuk membela diri
2. Meningkatkan terus kemampuan supaya mampu
berbuat lebih baik. Karena kemuliaan seseorang dilihat
dari tingkat manfaatya bagi orang lain. Orang memang
cenderung tebih sibuk dengan kepentingan dirinya,
dengan aktivitas yang menguntungkan diri.
D. JENIS KEPEKAAN TERHADAP LINGKUNGAN
1. Kepekaan terhadap pemberitaan
Berita di media massa itu sangat dahsyat pengaruhnya,
sehingga mempengaruhi pikiran dan sikap jutaan
pembaca atau penerimanya. Inilah yang disebut bahwa
berita dapat membentuk opini publik. Bahayanya apabila
berita itu menyangkut citra dan martabat seseorang.
Khususnya bila berita itu tidak benar, isu, gosip,
ditambah-tambah, dibelok-belokan, atau fitnah. Perlu
sikap tabayyun terhadap setiap pemberitaan.
2. Mencermati fenomena perilaku ikut kutan

Tidak semua hal yang diikuti dan serempak dilakukan orang


banyak adalah kebenaran. Tidak setiap perkara yang dianut
oleh mayoritas masyarakat itu, pasti suatu kebaikan. Sering
kali suatu kebenaran itu hanya diikuti dengan sebagian kecil
masyarakat yaitu masyarakat yang masih teguh memegang
nilai-nilai/ norma. Dan merekalah yang bakal sukses dan
memperoleh kebahagiaan sebenarnya.
3. Gemar berbagi kepada orang lain
Melaksanakan Partisipasi dalam program pemberdayaan
komunitas dengan berbagi ilmu dan keterampilan

4. Kepekaan terhadap sosial budaya


• Memperhatikan nilai-nilai, praktik, kebiasaan, dan adat
istiadat masyarakat setempat
• Mempelajari perilaku yang menghormati nilai-nilai, praktik,
kebiasaan, dan adat istiadat masyarakat setempat
• Menetapkan aspek-aspek sosial dan budaya masyarakat
setempat sesuai dengan tata nilai yang berlaku
Sumber : https://www.bimbingankonseling.web.id/2020/03/kepekaan-diri-dalam-sosial.html
MELAKSANAKAN KOMUNIKASI KERJA
TIMBAL BALIK
Komunikasi merupakan
aktifitas yang sangat penting
dalam kehidupan tidak
terkecuali di dunia kerja

Definisi Komunikasi : Upaya untuk menyampaikan


pendapat, menyatakan perasaan, nenyampaikan
informasi sehingga diketahui dan dimengerti orang
lain (Longman)
MANFAAT KOMUNIKASI
1. Menciptakan Kepuasan Kerja
2. Menyelesaikan Konflik
3. Meningkatkan Produktivitas
JENIS JENIS KOMUNIKASI
1. Komunikasi Lisan (Langsung disampaikan)
2. Komunikasi Tulisan (Tidak Langsung disampaikan)
3. Komunikasi Gerak Tubuh
KELOMPOK KOMUNIKASI
1. Komunikasi Intrapersonal (Komunikasi Tunggal)
2. Komunikasi Interpersonal (Komunikasi Orang ke Orang)
3. Komunikasi Kelompok (Komunikasi dgn tujuan yang
sama)
4. Komunikasi Publik (Komunikasi satu ke banyak orang)
5. Komunikasi Organisasi (Komunikasi dgn tujuan yang
sama dalam skala besar)
6. Komunikasi Massa (Komunikasi menggunakan media)
KOMUNIKASI BERSIFAT EFEKTIF
1. Menyampaikan informasi dan menghasilkan pengertian
2. Menimbulkan rasa senang
3. Mempengaruhi sikap
4. Menghasilkan hubungan social yang lebih baik
5. Menghasilkan tindakan nyata

(Stewart l. Tubbs dan Sylvia Moss)


PROSES KOMUNIKASI
MESSAGE MESSAGE MESSAGE MESSAGE

SENDER ENCODING CHANEL DECODING RECEIVER

FEEDBACK
TEKNIK KOMUNIKASI EFEKTIF
1. Mendengar dengan aktif
2. Terampil dalam berbicara
3. Gaya bicara yang tepat dan mudah dimengerti
4. Penampilan yang menarik
5. Mengingat nama lawan bicara
HAMBATAN DALAM KOMUNIKASI
1. Hambatan pada Komunikator dan Komunikan
2. Hambatan pada kode kode yang digunakan
3. Hambatan pada saluran komunikasi
4. Hambatan situasi komunikasi
BERBICARA YANG EFEKTIF
1. Menetapkan sasaran
2. Mengenali Pendengar
3. Mempelajari tempat dan sarana
4. Melakukan manajemn waktu
5. Mempersiapkan bahan
6. Mengelola Teknik penyampaian
MENDENGAR YANG EFEKTIF
Seseorang tidak hanya sekedar mendengar, tetapi
mendengar dengan konsentrasi dan berusaha memahami
informasi atau pesan yang didengar.

KUALITAS PENDENGAR
1. Bukan pendengar
2. Pendengar dangkal
3. Pendengar yang bersikap kurang perhatian
4. Pendengar yang bersikap sungguh sungguh
PRINSIP K3
PERTAMBANGAN
DEFINISI K3
segala kegiatan untuk menjamin dan
melindungi keselamatan dan kesehatan
tenaga kerja melalui upaya pencegahan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
PP RI No. 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem Manajemen K-3
KECELAKAAN OPERASI TAMBANG
kecelakaan yang terjadi dalam operasi tambang banyak
disebabkan antara lain kurangnya kemampuan
pengawas/pekerja tambang dalam mengindentifikasi bahaya
/potensi bahaya di lapangan sehingga bahaya berkembang
menjadi kecelakaan karena tidak adanya tindakan pencegahan
ataupun pengendaliannya

Sehingga dalam pekerjaan operasi penambangan perlu seklali


ditingkatkan kemampuan karyawan dalam mengidentifikasi
bahaya dan bagaimana pengendaliannya, shg kecelakaan dapat
dihindari
KEJADIAN HAMPIR CELAKA (NEAR MISS)
VS KECELAKAAN (ACCIDENT)
• Kejadian hampir celaka adalah kejadian tidak terduga /
tidak terencana yang tidak menimbulkan kerusakan atau
cedera, tetapi berpotensi terjadinya kecelakaan. (Near Miss
/ Hampir Celaka)

• Kecelakaan (Accident) adalah suatu kejadian yang tidak


diinginkan yang mengakibatkan cedera / kerugian pada
manusia atau kerusakan pada alat atau lingkungan sekitar
Menyebabkan pekerja tambang tidak PPSDMmampu melakukan
RINGAN tugas semula lebih dari 1 hariGEOMINERBA
dan kurang dari 3 minggu,
Menyebabkan pekerja BADAN
tambang tidak mampu
PENGEMBANG
melaksanakan tugas semula selama lebih dari 3 minggu
AN SUMBER
termasuk hari Minggu dan hari libur atau
BERAT DAYA MANUSIA
• Cacat tetap (invalid)
ESDM
• Cidera retak
retak tulang
tulang (lengan,
(lengan, kaki,
kaki, kepala,
kepala, punggung,
punggung,
pinggul), pendarahan dalam/ pingsan kurang oksigen,
persendian lepas.
Yang mengakibatkan
mengakibatkan pekerja tambang mati akibat
MATI
kecelakaan tersebut
POTENSI BAHAYA
POTENSI :
Adalah sesuatu yang berpeluang atau berkemungkinan
untuk terjadi
BAHAYA / HAZARD :
Segala sesuatu yang berpotensi untuk
menyebabkan kerusakan pada alat/ proses/
lingkungan sekitar atau cidera pada manusia
Contoh :
suatu lubang yang menganga bekas test pit
RISIKO
RISIKO:
Kemungkinan mendapatkan kerugian (cidera pada
manusia, kerusakan pada alat/proses / lingkungan
sekitar) dari suatu bahaya
Contoh:
Lubang bekas test pit yang tidak diberikan pengaman atau
tdk ditutup adalah sebuah resiko
POTENSI BAHAYA DALAM TAMBANG
A. PELEDAKAN B. JALAN TAMBANG C. FRONT
PENAMBANGAN
A. BAHAYA PELEDAKAN
❖ Bahan peledak itu sendiri ( Detonator, Dynamit, dll)
❖ Gudang bahan peledak (pagar, suhu, hydrant, ohm meter,
security, tumpukan, tanda larangan masuk, dll)
❖ Pengankutan bahan peledak (kendaraan khusus, dll)

❖ Peledakan Mangkir (tanda2 misfire, penanganan, prosedure,


siapa yang bertanggung jawab, dll)
❖ Batu Melayang/Flying Rock (sumber batu melayang,
penanganan batu melayang, dll)
❖ Ground Vibration (sumber ground vibration, penanganan
ground vibration)
B. JALAN TAMBANG
• Jenis truck (Fungsi & Ukuran)
- rear dump truck - bottom dump truck
- Articulated truck - Grader dan water truck
• Konsep blind area (depan, samping & belakang)
• Pengamanan juru ukur di jalur angkutan (tanda berupa
rambu/rompi, dll)
• Debu (masker dan penyiraman)
• Jarak pandang
• Kemiringan jalan
• Radius putaran
• Rambu dan aturan lalu lintas
C. FRONT PENAMBANGAN
TAMBANG BIJIH, BATUBARA DAN KUARI :
• Batu menggantung (loss rock)
• Tebing longsor
• Manuver alat gali dan alat muat
TAMBANG SEMPROT :
• Tebing longsor
• Lumpur/rawa
• Air
GAS BERBAHAYA DI TAMBANG
• Gas oksigen (O2)
• Gas nitrogen(N2)
• Gas nitrogen dioksida(NO2)
• Gas carbon mono oksida(CO)
• Gas carbon dioksida(CO2)
• Gas hidrogen(H2)
• Gas hidrogen sulfida(H2S)
• Gas sulfur dioksida(SO2)
• Gas methan(CH4)
JENIS BAHAYA
BAHAYA CONTOH
Micro Biologi : Bakteri, Virus, Jamur, Tong0
Biologi
Macro Biologi : Tumbuhan & Binatang
Suara Bising, Getaran, Pencahayaan, Radiasi,
Fisik
Temperatur, Tekanan
Kimia Debu, Asap, Gas, Kabut, Fiber, Fume, Uap
Stres Fisik ; Ruang sempit & terbatas, menarik,
Ekonomi mendorong, Canggung/aneh
Stres kejiwaan/Mental ; Bosan, Terlalu berat
BAHAYA CONTOH
Kemiringan, Permukaan tidak rata, Cuaca tidak
Lingkungan
ramah, Berlumpur/basah, Kegelapan
Intimidasi, Trauma, Pola gilir kerja, Pola
Psikososial
promosi, Pengorganisasian kerja
Ketidak patuhan, kurang keahlian, tugas
Tingkah Laku
baru/tidak rutin, overconfident,
CARA MENILAI / MENGAKAJI SUATU BAHAYA
1. Identifikasi Seluruh Operasi
2. Identifikasi Bahaya /Resiko Masing Masing Operasi
3. Identifikasi Bahaya/Resiko Masing masing Tugas
4. Identifikasi Pengaruh Potensial Personil/Pribadi
5. Identifikasi Tindakan Existing Control.
6. Tentukan Apakah Existing Control Memadai
7. Tentukan Tindakan Further Control yg tepat
8. Kembangkan Action Plan untuk Implementasi Tindakan Kontrol
PENCEGAHAN BAHAYA
1. Cegah timbulnya bahaya;
2. Kurangi jumlah Bahaya yg terjadi;
3. Cegah pelepasa bahaya yg ada;
4. Tempatkan palang/rintangan pelindung antara bahay dan
orang atau objek yg dapat cidera atau rusak;
5. Kuatkan bodi atau objek yg terpengaruh oleh bahaya;
9. Mulailah menghitung cidera/kerusakan yang sudah terjadi
sehingga akibat-akibatnya dapat diminimalkan.
10.Merehabilitasikan, memperbaiki, dan menstabilkan objek
atau orang dalam cara/gaya yang mungkin terbaik.
CONTOH KONTROL/PENGENDALIAN BAHAYA
LANGKAH BAHAYA /
KEGIATAN JENIS KONTROL
KERJA RESIKO
Pengukuran Sentering Alat ukur • Statiff tertancap
Poligon dan Levelling jatuh ke tanah dan
alat benar benar
datar
• Statiff terpasang
di tanah yang
stabil
ALAT PELINDUNG DIRI JURU UKUR TAMBANG
• TOPI PENGAMAN, PENGIKAT RAMBUT
• KACAMATA PENGAMAN
• PELINDUNG MUKA/PERISAI MUKA
• SARUNG TANGAN BERBAGAI JENIS
• SEPATU PENGAMAN
• RESPIRATOR, MASKER KHUSUS
• SUMBAT TELINGA
• PAKAIAN KERJA BERBAGAI JENIS (TAHAN API, TAHAN
PANAS, DLL)
ALAT KOMUNIKASI JURU UKUR
• ROMPI DENGAN PITA REFLEKTOR (Underground)
• ROMPI DENGAN WARNA MENCOLOK (Open Pit)
• PITA BERWARNA (Kuning atau Merah)
• RAMBU (PAPAN/BENDERA)
• RAMBU KERUCUT
• PELUIT
• RADIO KOMUNIKASI (HT)
• Dan lain lain
Rencana kerja untuk pembuatan peta
adalah serangkaian proses dan tujuan
yang bisa membantu tim dan/atau
seseorang mencapai tujuan pekerjaannya
sesuai dengan spesifikasi dan

klasifikasi yang telah ditetapkan.


a. Tentukan tujuan pembuatan rencana kerja
b. Tulis pendahuluan dan latar belakang
c. Tentukan sasaran dan target
d. Susun rencana kerja dengan target-target yang nyata dan bisa
dikerjakan
- Spesifik - Achievable
- Measureble - Time Bound
e. Cantumkan sumber daya yang tersedia.
- Anggaran - Peralatan - Alat transportasi
- Personil - Data awalt - Dok. terkait
e. Inventarisasi hambatan yang dapat menjadi penghalang
tercapainya tujuan
f. Tentukan personil yang bertanggung jawab
Terdapat area yang
harus diukur dengan
data sebagai berikut :

1. Luas 100 Ha
2. DANA Rp 100 Juta
3.Waktu 1 bulan
4. Skala 1 : 1000
NO. JENIS PEKERJAAN VOL. KAPASITAS/HARI WAKTU (HR)
1 Persiapan 1 Kali - 2
2 Survey Pendahuluan 1 Kali - 5
3 Pemasangan BM 4 Buah 4 BM 1
4 Pengamatan satelit GNSS 4 Buah 4 BM 4
5 Pengukuran Poligon 4 Km 1 Km 4
6 Pengukuran Sipat Datar 4 Km 0.5 Km 8
7 Pengukuran Situasi cara grid 20 Km 1 Km 10
8 Pengolahan Data 100 Ha 1 Km 18
9 Penggambaran 100 Ha 20 Ha 5
10 Pembuatan Laporan 100 Ha - 2
WAKTU
NO.1 JENIS PEKERJAAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

1 Persiapan
2 Survey Pendahuluan
3 Pemasangan BM
4 Pengamatan satelit GNSS
5 Pengukuran Poligon
6 Pengukuran Sipat Datar
7 Pengukuran Situasi cara grid
8 Pengolahan Data
9 Penggambaran
10 Pembuatan Laporan
100 HA
NO. JENIS PEKERJAAN VOL. BIAYA (Rp) BOBOT (%)
1 Persiapan 1 Kali 1.000.000 1
2 Survey Pendahuluan 1 Kali 5.000.000 5
3 Pemasangan BM 4 Buah 2.000.000 2
4 Pengamatan satelit GNSS 4 Buah 20.000.000 20
5 Pengukuran Poligon 4 Km 20.000.000 20
6 Pengukuran Sipat Datar 4 Km 15.000.000 15
7 Pengukuran Situasi cara grid 20 Km 20.000.000 20
8 Pengolahan Data 100 Ha 10.000.000 10
9 Penggambaran 100 Ha 5.000.000 5
10 Pembuatan Laporan 100 Ha 2.000.000 2
TOTAL 100.000.000 100 %
PERSIAPAN
PERALATAN
& PERSONIL
• Agar alat dapat digunakan dalam jangka
waktu yang cukup lama.
• Agar alat dapat digunakan dengan lancar tidak
terjadi hambatan, seperti macet atau
bagian tertentu lepas.
• Menghindari terjadinya kerusakan, sehingga
alat tidak dapat digunakan.
a) Jaga kebersihan alat ukur tanah
b) Kalibrasi alat ukur tanah
c) Hal nyang harus diperhatikan saat diperjalanan adalah :
• Sebelum dibawa, periksa kondisi peralatan.
• Alat harus terlindung dari goncangan dan panas.
d) Selama penggunaan
• Periksa ulang sebelum digunakan.
• Selama pemakaian dipayungi dari terik sinar
matahari.
• Tidak boleh kehujanan.
• Dalam penggunaan alat tidak berlaku kasar.
• Pemindahan alat dilakukan dengan hati-hati, jika
dipindahkan pada tripod, posisi alat harus dihadapan
pembawa.
• Pada kondisi lapangan yang berat, alat harus
dimasukan kedalam kemasan setiap pindah tempat.
e) Selesai penggunaan.
✓ Bersihkan alat dengan lap halus.
✓ Masukkan alat ke dalam kemasan dengan posisi
yang benar.
✓ Masukkan bahan pengering.
✓ Bersihkan tripod, bak ukur dan alat lain yang
digunakan
f) Penyimpanan alat ukur tanah
• Penyimpanan alat ukur tanah, sebaiknya ditempatkan
pada suatu ruang yang kering, bebas debu dan bebas
dari perubahan suhu yang besar.
• Secara periodik tiap bulan diperiksa dan dibersihkan
dan jika kering, sekrup sekrupnya diberi pelumas.
• Buat buku keterangan alat yang memuat ; deskripsi
hasil pemeriksaan, rekomendasi perbaikan kalau
perlu dan catatan penggunaan.
Pemeriksaan alat ukur yang dilengkapi dengan
program meliputi 2 hal pokok yaitu:
• Pemeriksaan fisik dan kelengkapan alat ukur;
• Pemeriksaan program (running program).
Pemeriksaan alat ukur dilaksanakan:
• Pada awal pemakaian (baru beli);
• Lama tidak dipakai (disimpan);
• Lama dipakai sesuai interval waktu misalnya
per 1 bulan.
Alat GNSS mempunyai 3 kelas berdasar jenis
receiver nya, yaitu :
• Tipe Geodetik (ketelitian mm – cm)
• Tipe Survey (ketelitian 1 m)
•Tipe Navigasi (ketelitian 3 m)
Cara memeriksa alat :
• Hidupkan receiver dan controllernya,
• Pastikan semua lampu LED di receiver
menyala
• Pastikan controller hidup dan konek dengan
receiver
a. Pemeriksaan Fisik, meliputi :
✓ Pemeriksaan slot battery
✓ Pemeriksaan layer monitor
✓ Pemeriksaan Slot untuk unduh data
✓ Pemeriksaan semua tombol yang ada
b. Pemeriksaan Program, meliputi :
✓ Program Tracking
✓ Program Setting
✓ Program Marking
✓ Program Perekaman
Pemeriksaan yang utama adalah pemeriksaan kesalahan
Indek dan kesalahan kolimasi.
Pemeriksaan Kesalahan Indek dan kolimasi
• Datarkan alat di atas statiff, centering dan datarkan
• Bidik satu titik, catat ukuran sudut vertica dan horisontall,
missal V0 dan H0
• Putar teropong arah horisontal 1800 lalu arah vertical 1800
• Bidik titik yang sama, catat ukuran sudut vertical dan
Horisontal, missal X 0 dan Y0
• Untuk ukuran indek V0 + X 0 = 3600
• Bila 𝑉 0 + X 0 ≠ 3600 , maka selisihnya ≤ 10 “
• Untuk ukuran Kolimasi H0 + Y0 = 1800
• Bila H0 + Y0 ≠ 1800 , maka selisihnya ≤ 10 “
Pemeriksaan dilakukan terhadap kesalahan garis bidik. Dilakukan
dengan cara sebagai berikut :
• Tempatkan alat waterpas ditengan dua rambu ukur
• Baca rambu belakang lalu baca rambu depan, sehingga didapat
∆H1
• Pindahkan alat Waterpas mendekati rambu belakang
• Baca rambu belakang lalu baca rambu depan, sehingga didapat
∆H2
• Pindahkan alat Waterpas mendekati rambu depan
• Baca rambu belakang lalu baca rambu depan, sehingga didapat
∆H3
• ∆H1 = ∆H2 = ∆H3
• Bila ∆H1 ≠ ∆H2 ≠ ∆H3, selisihnya ≤ 2 mm
(Ba+Bb)
Rambu Belakang BT= Rambu Muka
2

∆H = BTBlk - BT Muka

BT BT

A 2 1 3 B

∆h 1 ∆h 2 ∆h 3

∆ ≤ 2 mm
1. Tenaga Ahli Geodesi
✓ Menguasai aspek aspek teknis lapangan baik dalam
pekerjaan pengumpulan, pengolahan dan penggambaran
data lapangan.
✓ Menguasai dan memahami lingkup pekerjaan yang
tertuang dalam TOR.
✓ Mampu bekerjasama dengan tenaga ahli lain.

2. Tenaga Surveyor
• Mampu mengoperasikan alat ukur
• Mengerti dan mampu melaksanakan pengukuran
• Mengerti dan mampu melakukan pengolahan data
• Mampu beradaptasi dengan tim dan kondisi alam
3. Tenaga Pengolah Data
✓ Menguasai perangkat lunak pengolah data. Menguasai
dan memahami aspek ketelitian pengolahan data
✓ Mampu menyajikan laporan pengolahan data
✓ Mampu bekerjasama dengan tenaga ahli lain.

4. Tenaga Lokal
• Pekerja keras
• Memahami dan mengetahui kondisi lapangan
• Mengerti dan mampu melaksanakan perintah surveyor
• Mampu beradaptasi dengan tim dan kondisi alam
PEKERJAAN SURVEY PENDAHULUAN
1. Mengidentifikasi bentuk morfologi daerah yang akan diukur
• Pegunungan
• Berbukit dan berlembah
• Pedattaran
2. Mengidentifikasi keadaan lingkungan daerah yang diukur
• Terbuka
• Tertutup
• Padat dengan objek yang harus diukur
• Mengidentifikasi jaringan komunikasi
3. Mencari tempat Base Camp
• Mudah diakses dan mengakses tempat pengukuran
• Mudah mencari logistik
• Mudah mencari tenaga local
• Mudah mencari material BM dan pendukung lapangan
• Terdapat jaringan komunikasi
• Situasi lingkungannya kondusif
4. Mengidentifikasi titik JKHN
• Koordinat dan elevasinya
• Letak dan keutuhan pilarnya
• Jarak ke lokasi pengukuran
• Waktu tempuh dari posisi pilar ke lokasi pengukuran
5. Berkaitan dengan Komunikasi Timbal Balik
• Instruksi data yang harus diambil dan Teknik
pengambilannya disesuaikan dengan spesifikasi Teknik dan
KAK yang berlaku
• Mengimplementasikan setiap tugas dan wewenang dari
setiap personil yang terlibat di pekerjaan
• Menggunakan media komunikasi yang benar dan efektif
✓ Internet (LAN, WAN)
✓ Telepon Genggam
✓ Handi Talki
✓ Perusahaan titipan kilat
6. Berkaitan dengan Kepekaan Terhadap Lingkungan
• Memperhatikan nilai-nilai, praktik, kebiasaan, dan adat
istiadat masyarakat setempat
• Mempelajari perilaku yang menghormati nilai-nilai, praktik,
kebiasaan, dan adat istiadat masyarakat setempat
• Menetapkan aspek-aspek sosial dan budaya masyarakat
setempat sesuai dengan tata nilai yang berlaku
• Melaksanakan Partisipasi dalam program pemberdayaan
komunitas
7. Berkaitan dengan penerapan prinsip prinsip K3

Mengidentifikasi resiko dan bahaya serta cara


penanggulangannya yang diterapkan di tempat bekerja
•Membuat Health Safety Analysis
•Membuat Job Safety Analysis
BM
01
JENIS BENCHMARK

Ditinjau dari lama penggunaannya BM dapat dibagi 3 yaitu:


• BM yang bersifat permanen misalnya Pilar BIG
• Bm yang semi permanen misalnya BM batas IUP
• BM temporary, misalnya BM yang digunakan untuk titik kontrol
pengukuran Poligon .
PERSYARATAN POSISI BM
1.Persyaratan tempat:
• Jauh dari rencana pengembangan fisik di daerah bersangkutan
• Distribusinya sesuai dengan desain jaring yang telah dibuat
• Kondisi dan struktur tanahnya yang stabil
• Mudah dicapai diakses dan ditemukan
• Tidak mengganggu dan terganggu
2. Persyaratan kondisi lingkungan
• Mempunyai ruang pandang langit yang bebas ke segala
arah di atas elevasi 15o;
• Jauh dari objek-objek reflektif yang mudah memantulkan
sinyal satelit, untuk meminimalkan atau mencegah
terjadinya multipath;
• Jauh dari objek-objek yang dapat menimbulkan
interferensi elektris terhadap penerimaan sinyal satelit.
ketinggian dari objek-objek yang
dapat menghalangi (obstruksi)
penerimaan sinyal oleh receiver

sudut elevasi minimum dari satelit


yang akan diamati oleh receiver

objek-objek yang dapat


menimbulkan interferensi elektris
terhadap penerimaan sinyal
3. Persyaratan BM
• Setiap BM harus dilengkapi dengan tablet logam atau marmer
dan dibuat identitasnya
• BM harus dibuat dari campuran semen, pasir, dan kerikil
(1:2:3), sesuai dengan desain dan ukuran yang
dispesifikasikan
• Untuk setiap BM yang dibangun harus dibuatkan sketsa
lapangan dan deskripsinya serta foto dari empat arah (utara,
timur, selatan, dan barat yang dituangkan pada formulir BM
MENENTUKAN KOORDINAT DAN TINGGI
DARI PERMUKAAN LAUT
Datum Perhitungan Tinggi
a) Bidang Datar (Datum Lokal)
B
Garis mendatar melalui titik B

∆h 𝐴 𝐵

A
Garis mendatar melalui titik A
b) Bidang Geoid (Datum Nasional)

Fisik Bumi

Geoid

Elipsoid
c) Bidang Ellipsoid (Datum Global)

a
HUBUNGAN BIDANG GEOID, ELLIPSOID DAN
PERMUKAAN BUMI

H = Tinggi A di atas bisang Geoid h = Tinggi A di atas bisang E;;ips


A

∂ = defleksi vertikal

H
A” h

A’” A’

N = Penympangan tinggi Ellipsoid dfn Geoid / Undulasi


H=h-N
Jenis jenis Datum
ELLIPS. DIMENSI ELLIPSOID
NO NEGARA
REF. A (m) f
1 Bessel 1841 Indonesia 6.377.397,155 1/299,153
Spheroid
2 Nasional Indonesia 6.378.160,0 1/298,247
Imdonesia
Australian
3 Geodetic Australia 6.378.160,0 1/298,247
Datum
4 Everest 1830 Malaysia 6.377.276,0 1/300,0
5 WGS 1984 Dunia 6.377.276,0 1/298,257
Metoda PengukuranTinggi
a) Pengukuran tinggi langsung dari MSL

𝐻𝐵 = b − L − m

b m

BM Pasang surut

Muka Air Tertinggi = T


L= Muka Air Rata rata
Muka Air Terendah = R
b) Pengukuran Barometer

Prinsip pengukuran dengan barometer adalah


mengukur perbedaan tekanan atmosfir untuk
memperoleh perbedaan tinggi. Beda tinggi hasil
pengukuran dengan barometer secara umum
mempunyai ketelitian ± 1 mmHg yang setara dengan
± 10 meter, sedangkan untuk barometer yang
teliti (khusus) ketelitiannya ± 0,0025 mmHg setara
dengan ± 0,025 m.
c) Pengukuran Tachimetri

V V
Vz
Vm TT

TA B

∆HAB

A D AB
∆HAB = V + TA - 𝑇𝑇

𝑉 = 𝐷 𝐴𝐵 cos 𝑉 z 𝐷 𝐴𝐵 = Dm 𝐴𝐵 sin 𝑉 z

𝑉 = D mAB sin Vz cos 𝑉 z


d) Pengukuran sipat datar

𝐵 𝐴 +𝐵
1.7 BT1 = 1.7

Ba
2 Ba
1.6 1.6
Bt Bt
1.5 1.5
Bb D 1A = (𝐵𝐴 − 𝐵𝐵) 𝗑 100 Bb

1.4 1.4

D AB = D 1A + D 1B

BTA BTB

D 1A D 1B
1
A
∆H AB = BTA - BTB
CARA BACA RAMBU UKUR

B a = 3.060
3.060
3.050
3.040
3.030
30 3.020
3.010
3.000 2.980
B t = 2.980
2.960 2.970
2.950
2.940
2.930
B b = 2.900 29 2.920
2.910
2.900
B a +B b
Bt =
2
PENGERTIAN SEKSI DAN SLAG
A dan B titik poligon yang berjauhan
Lintasan A ke B disebut satu seksi
SLAG IV

SLAG III
SLAG I SLAG II
3 B

A 2
1
Jumlah SLAG dalam saru SEKSI diusahakan genap
∆h AB = ∆h SLAG I + ∆h SLAG II + ∆h SLAG III + ∆h SLAG I𝑉
D AB = D SLAG I + D SLAG II + D SLAG III + D SLAG I𝑉
PROSEDUR PENGUKURAN SIPAT DATAR MEMANJANG
1. Setiap SLAG diukur dengan dua kedudukan (Double Stand)
2. Selisih bacaan beda tinggi antar Stand dalam satu SLAG
tidak lebih dari 2 mm ( ∆h STAND I ≠ ∆h STAND II ≤ 2 mm )
3. Rambu ukur berpindah secara selang seling

∆h 1 ∆h 2

A B
PENGUKURAN KERANGKA
DASAR VERTIKAL
Dilakukan mengikuti jalur kerangka horizontal Sehingga
titik Kerangka Dasar yang di dapat 3D (X, Y, H)

A B
CONTOH MEMASUKAN DATA SIPAT DATAR

A
BM 1 1
∆H = BT BTBLK - BT MUKA
STAND I
TITIK STAND II
BEDA BEDA BEDA JARAK
TITIK/ BIDIK BELAKANG MUKA BELAKANG MUKA
TINGGI TINGGI TINGGI KE ALAT
ALAT
BLK BA BA (m) BA BA (m) RATA-RATA
BT BT BT BT
MUKA BB BB BB BB BLK MUKA

(BTSTAND 1 ≠ BTSTAND 2 ) ≤ 2 mm
CONTOH KASUS PENGUKURAN SIPAT DATAR

3
4
C
B

BM 1
2
1
A

Terdapat data hasil ukuran sipat datar :


H BM! = 151.197 m
Hitug nilai tinggi A, B, C, dan D dari data ukur sbb :
CONTOH DATA SIPAT DATAR

TITIK STAND I STAND II

TITIK/ BIDIK BELAKANG MUKA BELAKANG MUKA


BEDA BEDA BEDA JARAK
ALAT BLK TINGGI TINGGI TINGGI KE ALAT
BA BA BA BA
BT BT BT BT
MUKA (m) RATA-
BB BB (m) BB BB RATA BLK MUKA

BM 1 0.289 1.163 0.256 1.131 9.625 6.191


1 0.241 1.132 -0.891 0.205 1.096 -0.891 -0.891
A 0.192 1.101 0.155 1.062 10.109 6.857

A 0.039 0.881 -0.027 0.807 4.534 18.780


2 0.016 0.787 -0.771 -0.050 0.721 -0.771 -0.771
B -0.006 0.693 -0.072 0.636 4.507 17.101

B 3.267 1.516 5.206 3.455 22.664 25.855


3 3.154 1.387 1.767 5.093 3.326 1.767 1.767
C 3.041 1.258 4.979 3.196 22.661 25.847

C 0.741 1.108 0.723 1.087 21.154 73.109


4 0.636 0.743 -0.107 0.616 0.723 -0.107 -0.107
BM 1 0.530 0.377 0.508 0.359 21.517 72.759
LANGKAH PERHITUNGAN SIPAT DATAR
BUKA FORM PERHITUNGAN TINGGI FORMAT EXCEL
MASUKKAN NILAI TINGGI AWAL DAN AKHIR

MASUKKAN NILAI BEDA TINGGI SERIAP TITIK

JUMLAHKAN SELURUH BEDA TINGGI

HITUNG SYARAT GEOMETRIK

HITUNG KESALAHAN PENUTUP BEDA TINGGI

KOREKSI SETIAP UKURAN BEDA TINGGI

HITUNG NILAI TINGGI SETIAP TITIK


PENGERTIAN ISTILAH
DALAM I U T

⚫α𝐴𝐵 ALFAATAU AZIMUTH A KE B


⚫α𝐵𝐴 ALFAATAU AZIMUTH B KE A
⚫β BETHAATAU BESARAN SUATU SUDUT
⚫∆ DELTAATAU SELISIH
⚫∑ SIGMAATAU JUMLAH
⚫𝐷𝐴𝐵 JARAK DATAR A KE B
A. Azimuth
1. Pengertian Azimuth :
Sudut Mendatar Yang dimulai dari arah
Utara bergerak Searah Jarum Jam menuju
garis yang menghubungkan dua titik
U

B
α𝐴𝐵

A
2. Jenis Jenis Azimuth :
Azimuth Magnetis
Azimuth magnet adalah sudut mendatar yang dimulai
dari salah satu ujung jarum magnet dan diakhiri pada
ujung obyektif garis bidik.

Bisa diukur menggunakan alat ukur :


• Kompas Geologi
•Theodolit`T0
Deklinasi magnet (δ)
Deklinasi magnet (δ)di suatu tempat di muka
bumi Besar sudut yang dibentuk antara arah
Utara geografi dan arah Utara magnet
POSISI UTARA MAGNERIS

U adalah arah Utara magnet


T adalah arah Timur
S adalah arah Selatan
B adalah arah Barat
A1 adalah azimuth Utara Timur
A2 adalah azimuth Utara Barat
A3 adalah azimuth Selatan
Timur
A4 adalah azimuth Selatan
Barat
Azimuth Geografis
Azimuth geografi adalah sudut mendatar yang
dimulai dari meridian (garis yang melalui titik
yang akan diukur azimuthnya) berputar ke
kanan (searah jarum jam dan diakhiri pada
ujung garis yang menghubungkan antara dua
titik (yang akan diukur azimuth geografinya)

Metoda Untuk mendapatkan nilai azimuth


geografi, yaitu :
1.Metoda pengamatan matahari, dan
2.Metoda pengamatan satelit Global
Positioning System (GPS)
POSISI UTARA GEOGRAFIS
KU

D B
α α
C A
GARIS
EQUATOR

GARIS
MERIDIAN
Azimuth Peta

Azimuth Peta adalah sudut mendatar yang


dimulai dari sumbu Y dan diakhiri pada ujung
garis yang menghubungkan antara dua titik

Konvergensi Meridian
Konvergensi meridian adalah sudut mendatar
antara arah Utara geografi dan arah Utara peta
(Utara grid) atau besarnya penyimpangan antara
arah Utara sebenarnya dengan arah Utara peta
Konsep Perhitungan Azimuth

U // Y SIN 𝐴𝐵 = ∆X = (X 𝐵 − X 𝐴 )
𝐷 𝐴𝐵 (𝐷 𝐴𝐵 )
∆X = X𝐵 -X𝐴
B 𝑎
(X𝐵, 𝑌𝐵,)
∆Y (𝑌 𝐵 − 𝑌 𝐴
COS𝑎 𝐴𝐵 = = )
𝐷 𝐴𝐵
α𝐴𝐵 ∆Y = 𝑌𝐵 -𝑌𝐴 (𝐷 𝐴𝐵 )

TAN 𝑎 𝐴𝐵 = ∆X = (X 𝐵 − X 𝐴 )
∆Y (𝑌 𝐵 − 𝑌 𝐴 )
X
A ∆X = (X 𝐵 − X 𝐴 )
𝐴𝐵=𝐴𝑇𝐴𝑁=
(X𝐴, 𝑌𝐴,) ∆Y (𝑌𝐵−𝑌𝐴 )

𝐷 𝐴𝐵 = (X𝑏 − X𝑎) 2 +(𝑌𝑏 − 𝑌𝑎) 2


Hubungan 𝑎 𝐴𝐵 dengan
𝑎 𝐵𝐴
U

B α𝐴𝐵
α𝐵𝐴
α𝐴𝐵

A
α𝐵𝐴 =α𝐴𝐵 +1800
Penentuan Kuadrant

∆ POSISI BESAR
∆Y KUADRANT SUDUT
X
Y

90 0 < α < 180 0


4
+ - II
IV 3 I
2 - - III 180 0 < α < 270 0
1
270 0 < α < 360 0
A(2,1)

X
- + IV
-5 -4 -3 -2 -1 1 2 3 4 5
-1 + 0 BATAS 90 0
B(-3,-2) -2

III -3
II - 0 BATAS 270 0
-4
0 + BATAS 00
0 - BATAS 180 0
CONTOH HITUNGAN AZIMUTH

NAM
D
X Y
A
TITIK
4 1 O 500000 10000000
A 500100 10000000
B 500000 9999900
C A C 499900 10000000
O D 500000 10000100

3 1 500100 10000100
2 2 500100 9999900
B 3 499900 9999900
4 499900 10000100

HITUNG AZIMUTH :

α𝑂𝐴, α 𝑂𝐵 , α𝑂𝐶, α 𝑂𝐷, α𝑂1, α𝑂2, α𝑂3, α𝑂4


LANGKAH PENYELESAIAN
∆X = 𝐴𝑇𝐴𝑁 (X 𝐴 − X 𝑂 ) = tan−1 ( (500100−500000) )
1. α𝑂 = 𝐴𝑇𝐴𝑁
∆Y (𝑌 𝐴 − 𝑌 𝑂 ) (10000000−10000000)

α𝑂 = tan−1( 100) = tan−1 ~ = 90 0


0

(X − X ) (500000−500000)
2. α𝑂 𝐵 = 𝐴𝑇𝐴𝑁 𝐵 𝑂 = tan−1 ( )
(𝑌 𝐵 − 𝑌 𝑂 ) (9999900−10000000)

0
α𝑂 𝐵 = tan−1( ) = tan−1 −0 = 180 0
−100

(3 − X 𝑂 )
3. α𝑂 3 = 𝐴𝑇𝐴𝑁 = tan−1 ( (499900−500000) )
(3−𝑌𝑂) (9999900−10000000)

α𝑂 3 = tan−1( −100) = tan−1 1 = 45 0 + 180 0 = 225 0


−100
Pengadaan koordinat awal
1. Pengamaran Satelit (Cara resection/ ilatan ke belakang)

Dikenal istilah :
• Epoch/ measurement rate
• Mask angle • Multipath
• Ambiguity • Cycle slip
Pengadaan koordinat awal
2. Interpolasi dari peta skala besar

𝑌𝐵 B
B (X𝐵 , 𝑌𝐵 )
𝑌𝐴 A A (X𝐴 , 𝑌𝐴 )

X𝐴 X𝐵

3. Menentukan secara loka


Pengadaan Azimutht awal
• Pengamaran Satelit
• Interpolasi dari peta skala besar
• Pengamatan matahari
• Menentukan secara lokal
KITA LANJUT KE MASALAH
POLIGON
PENGERTIAN ISTILAH DALAM I
LMU UKUR TANAH
• α𝐴𝐵 ALFAATAU AZIMUTH A KE B
• α𝐵𝐴 ALFAATAU AZIMUTH B KE A
• β BETHAATAU BESARAN SUATU SUDUT
• ∆ DELTAATAU SELISIH
• ∑ SIGMAATAU JUMLAH
• 𝐷𝐴𝐵 JARAK DATAR A KE B
Dasar Hukum
Metode pengadaan jaring titik kontrol untuk
orde-4 adalah dengan menggunakan Poligon
Menggunakan ETS atau Survei GPS.
(SNI 19 -6724-2002)
Pengukuran poligon merupakan teknik
pengukuran untuk mendapatkan kerangka
dasar horizontal dalam pekerjaan survey
pemetaan, titik-titik poligon akan menjadi titik
ikatan bagi titik-titik yang lainnya (titik-titik
situasi yang ada di daerah pengukuran)
CONTOH KERANGKA DASAR HORISONTAL
DENGAN METODE POLIGON
JENIS DATA UKUR POLIGON
Sudut Horisontal :
Sudut horisontal adalah sudut arah bacaan theodolit antara dua titik atau
lebih pada bidang horisontal atau bidang datar

Sudut Vertikal :
sudut vertikal adalah sudut yang dibentuk oleh suatu garis pada bidang
vertikal terhadap bidang horisontal
V A

β
B
𝐷𝐵

β = Arah bacaan sudut ke B – Atah bacaan sudut ke A


Berdasarkan putaran teropong arah vertical, sudut vertical
terbagi menjadi dua jenis, yaitu :
• Sudut vertical miring (heling)
Sudut yang diperoleh dari bacaan piringan vertical yang
beracuan pada bidang horizontal menuju ke arah sumbu
vertikal
• Sudut vertical zenith
Sudut yang diperoleh dari bacaan piringan vertical yang
beracuan pada sumbu vertikal menuju ke arah bidang
horizontal
Z 00
Z 90 0
V

M
00 90 0
Pengukuran Jarak
Jarak yang dimaksud di sini adalah jarak datar
(horisontal) antara dua titik. Pengukuran jarak dapat
dilakukan dengan cara :
• pengukuran langsung menggunakan pita ukur,
• Pengukuran tidak langsung menggunakan jarak optis
dan pengukuran jarak elektronik.

Pengukuran Jarak Optis


Pengukuran jarak optis dilakukan dengan mengukur
rambu ukur tegak dan diamati bacaan benang atas (Ba),
benang tengah (Bt) dan benang bawah (Bb) serta sudut
vertical
Pengukuran Jarak Elektronik
Pada alat ETS, alat ukur sudut dan jarak telah
terintegrasi sehingga jarak yang diperoleh dapat
berupa jarak miring dan jarak datar. Ketelitian
pengukuran jarak dengan ETS berkisar antara 2 mm
+ 2 ppm X D sampai dengan 5 mm + 5 ppm X D,
dengan D adalah jarak terukur. Alat ini sangat
dianjurkan digunakan pada pengukuran kerangka
dasar horisontal.
Jenis-Jenis Poligon
1. Poligon tertutup (kring) tidak
terikat 3. Poligon terbuka tidak terikat

2. Poligon tertutup (kring) terikat 4. Poligon terbuka terikat sempurna


sempurna
SYARAT GEOMETRIS POLIGON TERTUTUP

Bila menggunakan sudut kiri jalur ukuran/sudut luar


∑β= (n + 2) x 180º

𝑓 𝗑 2 + 𝑓𝑦2
𝑆𝐿 =
∑𝑑

Bila menggunakan sudut kanani jalur ukuran/sudut dalam


∑β= (n - 2) x 180º

𝑓 𝗑 2 + 𝑓𝑦2
𝑆𝐿 =
∑𝑑
SYARAT GEOMETRIS POLIGON TERBUKA
1). Sudut di sebelah kiri jalur ukuran

𝛼 𝑎𝑘ℎi𝑟 - 𝛼𝑎w𝑎𝑙 =∑𝛽 −(𝑛 K 180)

𝑓 𝗑 2 + 𝑓𝑦2
𝑆𝐿 =
∑𝑑

2). Sudut di sebelah kanan jalur ukuran

𝛼 𝑎𝑘ℎi𝑟 - 𝛼 𝑎w𝑎𝑙 = 𝑛 K 180 −∑𝛽

𝑓 𝗑 2 + 𝑓𝑦2
𝑆𝐿 =
∑𝑑
CARA MENGHITUNG AZIMUTH DALAM POLIGON
1). Sudut di sebelah kiri jalur ukuran
U
A 𝑃1
𝑎 𝐵𝑃 1

𝖰0

𝑎 𝐵𝐴
B
𝑎 𝐵𝑃 1 = 𝑎 𝐵𝐴 + 𝖰0
▪ Jika 𝛼𝐵𝑃 > 360o , maka 𝛼𝐵𝑃 – 360o
1 1

▪ Jika 𝛼𝐵𝑃 < 0o , maka 𝛼𝐵𝑃 + 360o


1 1
2). Sudut di sebelah kanan jalur ukuran
U
A 𝑃1
𝑎 𝐵𝑃 1

𝑎 𝐵𝐴
B
𝖰0
𝑎 𝐵𝑃 1 = 𝑎 𝐵𝐴 − 𝖰0
▪ Jika 𝛼𝐵𝑃 > 360o , maka 𝛼𝐵𝑃 – 360o
1 1

▪ Jika 𝛼𝐵𝑃 < 0o , maka 𝛼𝐵𝑃 + 360o


1 1
PARAMETER YANG DIHITUNG DALAM POLIGON

a. sudut horizontal
b. koreksi sudut
c. azimut
d. beda tinggi

e. koreksi tinggi
f. jarak datar
g. koreksi absis dan ordinat
h. koordinat
Contoh Perhitungan Poligon

A β1 = 136 0 12 ′ 24” β3 = 146 0 47 ′ 59”


𝐷 𝐵 1 = 405.744 M 𝐷 2 3 = 528.248 M
β2 = 125 0 41 ′ 20” β4 = 089 0 02 ′ 02”
β1 𝐷 1 2 = 300.184 M 𝐷 3 𝐶 = 377.150 M
B
β5 = 118 0 22 ′ 20”
1 𝐷 𝐶 𝐷 = 361.619 M
β2

β3 2

β4 D
3
β5

C
MASUKAN DATA SUDUT, JARAK DAN KOORDINAT

HITUNG AZIMUTH AWAL DAN AKHIR

HITUNG JUMLAH SELURUH SUDUT UKURAN

HITUNG SYARAT GEOMETRIK

HITUNG NILAI KESALAHAN PENUTUP SUDUT

HITUNG NILAI KOREKSI SUDUT PER TITIK

HITUNG NILAI AZIMUTH ATAU SUDUT JURUSAN

HITUNG NILAI ∆X DAN ∆Y

JUMLAHKAN SELURUH ∆X DAN ∆Y


HITUNG KESALAHAN ABSIS DAN ORDINAT

HITUNG KOREKSI ABSIS DAN ORDINAT

HITUNG NILAI ABSIS ( X ) DAN ORDINAT (Y )


MENGUKUR SITUASI DAN
MELAKUKAN PEMATOKAN
MENGUKUR SITUASI DAN DETAIL

Syarat Pengukuran situasi dan detail :


• Ada titik awal dan titik akhir serta azimuth awal dan
akhir (ada kerangka Dasar Horisontal)
• Ada tinggi awal dan tinggi akhir (Kerangka Dasar
Vertikal)
• Pemberian kode unik untuk setiap objek detail
• Setiap titik dapat dihitung koordinat dan tingginya
• Pembuatan sketsa lapangan
U
ILUSTRASI PENGUKURAN
α AB TT

1. Ukur Tinggi Alat


2. Input Koordinat A dan B B

3. Lakukan Back Sight TA


4. Cek Nilai Azimuth ∆X
α AB = ATAN ∆𝑌
5. Rekam Hasil Bidikan BS
6. Mulai Pengukuran A D D = D M SIN VZ
7. Maukan Kode dan TT D AB = √(∆X2 + ∆𝑌2)
X B = X A + D AB sin α AB ∆H AB = D M SIN VZ COS 𝑉𝑍

YB= YA + D AB COS α AB
H B = H A + ∆H AB AB
PENGUKURAN GRID / ARRAY DAN POLAR

PENGUKURAN GRID / ARRAY

PENGUKURAN POLAR

SUNGAI

JARAK ANTAR GRID

RENCANA GRID
KENDALA DALAM PENGUKURAN

Kendala lapangan yang sering terjadi pada


saat pengukuran adalah adanya halangan
atau rintangan di jalur pengukuran.
Penanggulangannya adalah sebagai berikut
:sebagai berikut :
• Dengan membuat sudut 900 sebanyak 4 kali

• Dengan membuat segiyiga sama kaki


HUBUNGAN SKALA PETA DENGAN KERAPATAN
PENGUKURAN

• Ketelitian Horisontal objek


0.1 mm x skala peta (mm)
Peta skala 1:5000, 1 cm = 5000 cm, sehingga 0.1 mm= 50 cm.
Sehingga objek yang harus diambil datanya minimal sebesar 50 cm.

• Ketelitian Objek Tinggi


1/2000 skala peta.
Peta skala 1:5000, harus diambil setiap beda ketinggian
(5000/2000) = 2.5 m
MELAKUKAN STAKE OUT / PEMATOKAN
Pematokan (stake out ) adalah suatu proses memindahkan titik- titik
(data) yang ada di peta perencanaan ke lapangan dan ditandai
dengan patok
Syarat Pekerjaan Pematokan/Stake Out
• Ada area atau lahan yang akan dipatok
• Ada peta rencana atau desain
• Ada koordinat yang akan distakeout
• Minimal ada 2 patok di lapangan yang sudah
diketahui koordinatnya
• Ada peralatan pematokan
• Ada surveyor pematokan
• Ada tenaga lokal
HAL HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN
SEBELUM PEMATOKAN

• Proyeksi Peta dan sistem koordinat serta


Datum yang dipakai perencanaan

• Peralatan yang digunakan

• Formulir Transformasi Data Peta untuk


pematokan
PROSEDUR PEMATOKAN
METODE PEMATOKAN
Metode Polar
Metode Polar ialah metode pematokan berdasarkan
data yang dihitung (jarak dan azimuth) dari titik kontrol
ke titik yang akan dipatok (stake out)

Metode poligon
Metode poligon ialah metode pematokan dengan alat
berpindah setiap selesai pematokan satu titik dan titik
belakang merupakan titik acuan arah untuk titik ke depan
Metode silang kemuka
Metode silang kemuka ialah metode pematokan titik dari dua
titik acuan (kontrol ) yang serempak dilaksanakan dengan
dua alat.

Metode Offset
Metode Pematokan Offset ialah cara pematokan dengan
jalan menghitung data peta menjadi data lapangan yang
diikatkan kepada data dua titik terakhir
ILUSTRASI PEMATOKAN

PEMETAAN

STAKE-OUT
MEMBUAT PETA
MANUSKRIP DAN
KOMPILASI PETA
TOPOGRAFI

MENGUKUR DAN
MENGGAMBAR PETA
PENAMPANG
MEMBUAT PETA MANUSKRIP DAN KOMPILASI
PETA TOPOGRAFI

Dengan cara menggambarkan berbagai simbol


dan keterangan, sebuah peta harus mudah
dibaca dan dimengerti secara cepat dan tepat.
Sebuah peta harus dapat mewakili keadaan
sebenarnya
JENIS JENIS PETA
Jenis Peta berdasar fungsinya
• Peta Topografi
• Peta Geologi
• Peta Tambang
• Peta Gabungan
Jenis Peta berdasar Skalanya

• Peta Skala Besar (1 : 500 – 1 : 5000)


• Peta Skala Sedang ( 1 : 5000 – 1 : 50000 )
• Peta Skala Kecil ( lebih kecil dari 1 : 50000 )
JENIS SKALA PETA

• Skala Numeris 1 : 1000

• Skala Garis

• Skala Verbal 1 cm di peta sama dengan


1000 cm di lapangan
KELENGKAPAN ISI SUATU PETA
Judul Peta

Arah Utara

Skala Peta

Legenda atau keterangan

Pembuat dan tahun peta dibuat

Muka peta beseta sistem koordinatnya


DESAIN KOMPILASI PETA
Skala peta harus sama

Datum peta harus sama

Sistem koordinat harus sama

Terdapat objek lapangan yang sama


JENIS JENIS SISTEM KOORDINAT
• Sistem Koordinat Kartesian (X,Y) atau Siku siku
Planimetris
SUMBU Y
A (X𝐴 , 𝑌𝐴 )
𝑌𝐴 •A

X𝐴
SUMBU X

• Sistem Koordinat Siku siku Ruang


Sb
Z
X𝑃
P (X𝑃 , 𝑌𝑃 , 𝑍𝑃)
•P 𝑍𝑃
𝑌𝑃

Sb Sb
Y X
• Sistem Koordinat Geodetik (L,B)

LU
BUJUR

1 1 (𝐿𝐿𝑈 , 𝐵𝐵𝑇)
LINTANG BB BT

2
EQUATOR

LS
2 (𝐿𝐿𝑆 , 𝐵𝐵𝐵)
SISTEM KOORDINAT UTM

Garis
1 Zone berjarak Meridian bts Meridian bts Equator
60 kiri Kanan
Meridian Tengah
KOORDINAT SEMU UTM

SUMBU Y

0
500000
SUMBU X
166021.4432 833978.5568 10000000
MENGUKUR DAN MENGGAMBAR PETA
PENAMPANG
Peta penampang merupakan bentuk potongan
melintang dan memanjang dari daerah jalur
pengukuran terhadap elevasi yang ditentukan.

Peta penampang dapat diperoleh melalui :


• Peta topografi
• Pengukuran Sipat Datar memanjang dan
melintang
PENGGAMBARAN PETA PENAMPANG
Skala vertikal dan horizontal yang digunakan untuk peta penampang
biasanya adalah 1:100 dan 1:200.
Isi dari peta penampang terdiri dari:
• Nomor-nomor titik pengukuran
• garis referensi tinggi
• tinggi permukaan tanah
• garis batas tanah badan jalan
• tinggi dan area timbunan dan galian
• bagian yang direncana (lebar, kemiringan, panjang kemiringan)
CONTOH PETA PENAMPANG
4
2
3 3
7
2
1 4
1 6
5
Datum Elev. 0

2.0
Elevasi
2.8
2.0

2.8

1.1
1.5

1.0
Jarak 10 20 30 40 50 60
2.0 ``

2.0

2.0
2.0

2.0

2.0
Desain Elev.
2.0
1. PERHITUNGAN LUAS
• Perhitungan luas suatu daerah dapat dilakukan dari
◊ peta yang sudah ada atau
◊ data hasil pengukuran.
• Perhitungan luas dari peta sebaiknya menggunakan peta yang
berskala besar seperti 1 : 100 – 1 : 1000 untuk mencegah
terjadinya kesalahan yang besar.
• Perhitungan luas dari data hasil pengukuran lebih teliti
dibandingkan dengan perhitungan luas dari peta, karena data
hasil pengukuran merupakan data langsung dari lapangan.
Perhitungan Luas Dari Data Hasil Ukuran
1).Jika diketahui sudut dan sisi
Perhitungan luas areal teratur dari data hasil pengukuran
lapangan dapat dilakukan dengan metode luas segi tiga.
Rumus luas segi tiga adalah:
a.b sin 𝛽
L=
2
Keterangan:
L = luas (m2)
 = sudut datar ()
a, b, c = panjang sisi segi tiga (m)
2) Jika diketahui sisi sisinya

L= 𝑆 𝑆 − 𝑎 X 𝑆 𝑆 − 𝑏 X 𝑆(𝑆 − 𝑐)
dengan :
L = luas (m2)
a, b, c = sisi-sisi segi tiga (m)
a+b+c
S =
2
3) Jika diketahui Koordinat koordinat batasnya

D C
NAMA X Y X n Y n+1 Y n X n+1
A 0 0 0 0
B 10 0 100 0
C 10 10 100 0
D 0 10 0 0
A 0 0
∑ 200 0
A B
(X n Y n+1)−( Y n X n+1)
Luas =
2

Luas = 200 −0 = 100


2
2. PERHITUNGAN VOLUME
• Perhitungan volume diperlukan dalam kegiatan
pertambangan untuk mengetahui volume cadangan bahan
galian atau hasil tambang yang telah diproduksi.

• Pada teknik sipil, volume dihitung untuk menghitung


timbunan dan galian pada pekerjaan pembuatan jalan,
bangunan, bendungan dan sebagainya.
PERHITUNGAN VOLUME DARI PETA
Dalam teknik pertambangan, volume dihitung dari peta
topografi yang berskala besar dengan menentukan level
dasar tertentu sampai ke level ketinggian yang diperlukan.

Perhitungan volume dari peta topografi dapat dilakukan


dengan metode sebagai berikut:
1) Metode rata-rata luas antara dua kontur yang berdekatan
2)Metode perbedaan antara luas dua kontur terhadap
ketinggian dasar
1) Metode rata-rata luas antara dua kontur yang berdekatan

V1 = L 1+L 2 × ∆hL 1 L 2
2
L6
L 2 +L 3
V2 = × ∆h L 2L 3 L5
2 L4 L3
L2 L1
L 3 +L 4
V3 = × ∆hL 3 L 4
2

V4 = L 4+L 5 × ∆hL 3 L 4
2
L6
L 5 +L 6 L5
V5 = × ∆hL 4 L 5 L4
2 L3
L2
L1
VTOTAL = V1 + V2 + V3+ V4 +V5
2) Metode perbedaan antara luas dua kontur terhadap
ketinggian dasar

V1 = L6 x (h6 - h1)
L6
h 5 −h 1
V2 = (L5 −L6) x ((h5 - h1) +( ))
2 L5 L3
L4
h 4 −h 1
V3 = (L4 −L5) x ((h4 - h1) +( )) L2 L1
2
h 3 −h 1
V4 = (L3 −L4) x ((h3 - h 1) +( ))
2
h 2 −h 1
V5 = (L2 −L3) x ((h2 - h1 ) +( ))
2
h h6
V6 = (L1 −L2 ) x ( 1 ) h5
2
h4
VTOTAL = V1 + V2 + V3+ V4 +V5 + V5 h3
h2
BASE ELEV. h1
PERHITUNGAN VOLUME DARI DATA UKUR
Dalam teknik pertambangan, selain dihitung dari peta topografi
volume dapat juga dihitung dari data hasil pengukuran lapangan
dengan metode grid
1.30 1.20 1.40 1.50
• Luas petak grid 10 m2
A B BC
• 1.30 sampai .1.60 beda
tinggi terhadap elevasi 1.20 1.30 1.50 1.40

desain
E D

Hitung volume grid tersebut ! 1.40 1.50 1.60


Langkah Penyelesaian
1. Hitung rata rata beda tinggi tiap grid

GRID A GRID B GRID C GRID D GRID E


1.30 1.20 1.40 1.30 1.50
1.20 1.40 1.50 1.50 1.40
1.30 1.30 1.50 1.40 1.50
1.20 1.50 1.40 1.50 1.60

∑ ∆h 5.00 5.40 5.80 5.70 6.00


∆h rata rata 1.25 1.35 1.45 1.425 1.50
2. Jumlahkan seluruh beda tinggi rata rata
∑∆ h rata rata =1.25 + 1.35 + 1.45 + 1.425 + 1. 50
∑∆ h rata rata = 6.975 m

3. Volume = Luas Grid x ∑∆ h rata rata


Volume = 10 m2 x 6.975 m
Volume = 69.75 m3
Langkah Penyusunan Laporan Pekerjaan
Topografi

1. Mengumpulkan dan memisahkan data hasil survei, data


dikumpulkan dan dipilah sesuai jenis kegiatannya
2. Melaporkan data hasil survei pemetaan, penampang, dan
perhitungan volume sesuai peruntukannya
3. Menggambar Peta dan mempersiapkan hasil
penggambaran data pengukuran sesuai kaidah yang
berlaku
4. Menyusun teknik laporan ditentukan sesuai dengan
pedoman yang berlaku
5. Membuat Kerangka (lay out) laporan sesuai pedoman
yang berlaku
6. Menyusun Konsep (draft) laporan sesuai pedoman yang
berlaku
7. Membuat Laporan hasil survei sesuai konsep yang telah
disetujui
8. Mmenyampaikan Laporan kepada atasan langsung dan
diadministrasikan sesuai dengan SOP
Balikpapan Office :
Ruko Perumahan Pelangi B-Point Blok C-2
Jl. Syarifuddin Yoes, Kota Balikpapan - KalTim
Phone : ( 0542 ) 8510 529
E-mail : marketing.bpn@prosydacademy.com

Sorowako Office :
Jl. Manara Poros Dermaga Sorowako, Sorowako,
Kec. Nuha, Kab. Luwu Timur - SulSel
Phone : 0822 9348 1966
E-mail : prosydsorowako@gmail.com
musryanto.muhisin@gmail.com
Scan me!

@prosydacademy Prosyd Academy

www.she-kalimantan.co.id
Prosyd Academy
www.prosydacademy.com/.id

Anda mungkin juga menyukai