1
penatalaksanaan linen, penempatan pasien, program kesehatan karyawan yang diatur
lebih jelas dalam kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit, praktek
lumbal punksi. Kewaspadaan standar diterapkan secara menyeluruh di semua area
Rumah Sakit dengan mengukur resiko yang dihadapi pada setiap situasi dan aktivitas
pelayanan sesuai Panduan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Panti
Bhaktiningsih Charitas Belitang.
2
C. Kebersihan tangan dilakukan menurut 5 Momen Kebersihan Tangan(WHO):
1. Momen 1 : sebelum kontak dengan pasien
2. Momen 2 : sebelum tindakan aseptik
3. Momen 3 : setelah terkena cairan tubuh pasien
4. Momen 4 : setelah kontak dengan pasien
5. Momen 5: setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien
E. Jenis kebersihan tangan untuk seluruh ruangan / bagian (klinis dan non-klinis) di
Rumah Sakit Panti Bhaktiningsih, yaitu :
1. Kebersihan tangan dengan air mengalir dan sabun (sosial)
2. Kebersihan tangan dengan air mengalir dan sabun antiseptik chlorhexidine
2% (aseptik)
3. Kebersihan tangan dengan larutan berbahan dasar alkohol (handrub)
4. Kebersihan tangan sebelum pembedahan dengan larutan antiseptik
chlorhexidine 4 % (surgical).
3
3. Bagi semua petugas yang berkontak langsung dengan pasien (klinisi), semua
perhiasan yang ada (misalnya: jam tangan, cincin, gelang) harus dilepaskan
selama bertugas dan pada saat melakukan kebersihan tangan.
4. Jika tangan ada luka ditutup dengan plester kedap air.
5. Tutuplah kran dengan siku tangan atau putar kran menggunakan tissue sekali
pakai.
6. Membersihkan tangan dengan sabun cair dan air mengalir apabila tangan
terlihat kotor.
7. Membersihkan tangan dengan larutan berbahan dasar alkohol (handrub) bila
tangan tidak terlihat kotor diantara tindakan.
8. Keringkan tangan menggunakan tissue sekali pakai.
9. Pastikan tangan kering sebelum memulai kegiatan / mengenakan sarung
tangan.
10. Jangan menambahkan sabun cair ke dalam tempatnya bila masih ada isinya.
11. Dispenser sabun harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum pengisian ulang.
4
d. Larutan berbahan dasar alkohol (handrub) : pintu keluar-masuk petugas /
pengunjung, ruang tunggu rawat jalan, farmasi, kamar jenazah, area
dimana fasilitas kebersihan tangan dengan sabun dan air mengalir tidak
tersedia / jauh letaknya.
I. Melakukan program edukasi kebersihan tangan pada petugas, pasien, keluarga dan
pengunjung yang merupakan salah satu bagian dari proses penerimaan pasien
baru.
5
keluarga dan pengunjung untuk meminimalisir penyebaran droplet melalui udara
melalui penyuluhan maupun leaflet yang disebar di bagian rumah sakit.
6
Alat Pelindung Diri yang digunakan sarung tangan, gaun pelindung dan
apron.
c. Resiko tinggi : kemungkinan terpajan darah dan terciprat perdarahan
masif
Alat Pelindung Diri yang digunakan sarung tangan, pelindung kepala,
masker, goggles, gaun pelindung, apron, pelindung kaki (maximal
barrier precaution)
2. Ruang gizi
Untuk ruang gizi Alat Pelindung Diri yang harus disediakan dan
dipergunakan seluruh karyawan gizi RS adalah tutup kepala, masker, gaun
pelindung yang tidak tembus air, sarung tangan bersih, dan penggunaan
sepatu boat di pergunakan saat pembersihan ruangan.
3. Ruang sanitasi
Untuk ruang sanitasi Alat Pelindung Diri yang harus disediakan dan
dipergunakan seluruh karyawan sanitasi adalah googles/kacamata, masker,
sarung tangan rumah tangga, sepatu boat.
Khusus untuk sanitasi IPAL alat pelindung diri yang digunakan adalah
googles/kacamata, masker, sarung tangan rumah tangga, gaun pelindung
yang tidak tembus air, sepatu boat.
4. Ruang kamar cuci
Untuk ruang kamar cuci Alat Pelindung Diri yang harus disediakan dan
dipergunakan seluruh karyawan kamar cuci RS adalah tutup kepala, masker,
googles/kaca mata, gaun pelindung yang tidak tembus air, sarung tangan
rumah tangga, dan penggunaan sepatu boat .
5. Ruang bengkel
Untuk ruang bengkel Alat Pelindung Diri yang harus disediakan dan
dipergunakan seluruh karyawan bengkel RS adalah tutup kepala(helm
bangunan), masker, googles, gaun pelindung yang tidak tembus air
dipergunakan saat pembersihan rutin, sarung tangan kain, dan penggunaan
sepatu khusus yang tahan tembus benda tajam.
6. Ruang perkantoran
Untuk ruang perkantoran Alat Pelindung Diri yang harus disediakan dan
dipergunakan seluruh karyawan perkantoran RS adalah masker
7
( dipergunakan saat karyawan perkantoran ada yang mengalami sakit infeksi
pernapasan .
7. Bagian kendaraan
Untuk bagian kendaraan Alat Pelindung Diri yang harus disediakan dan
dipergunakan seluruh karyawan di bagian kendaran RS adalah masker, gaun
pelindung yang tidak tembus air (jika diperlukan), sarung tangan bersih.
8. Bagian keamanan
Untuk bagian keamanan Alat Pelindung Diri yang harus disediakan dan
dipergunakan seluruh karyawan bagian keamanan RS adalah masker, sarung
tangan bersih ( bila diperlukan).
9. Bagian logistik
Untuk bagian logistik Alat Pelindung Diri yang harus disediakan dan
dipergunakan seluruh karyawan bagian logistik RS adalah masker
(dipergunakan saat karyawan sakit dan pembersihan ruangan)
10. Ruang penunjang medik
a. Rekam Medis
Untuk ruang rekam medis Alat Pelindung Diri yang harus disediakan
dan dipergunakan seluruh karyawan rekam medis RS adalah masker
b. Farmasi
Untuk ruang farmasi Alat Pelindung Diri yang harus disediakan dan
dipergunakan seluruh karyawan farmasi RS adalah tutup kepala,
masker, sarung tangan bersih.
c. Laboratorium
Untuk ruang laboratorium Alat Pelindung Diri yang harus disediakan
dan dipergunakan seluruh karyawan laboratorium RS adalah masker,
sarung tangan bersih, tutup kepala.
d. Radiologi
Untuk ruang radiologi Alat Pelindung Diri yang harus disediakan dan
dipergunakan seluruh karyawan radiologi RS adalah masker dan sarung
tangan bersih.
8
VI. PENGENDALIAN LINGKUNGAN DAN PENATALAKSANAAN LIMBAH
Meliputi penyehatan air, pengendalian serangga dan binatang pengganggu, penyehatan
ruang dan bangunan, pemantauan higiene sanitasi makanan, pemantauan penyehatan
linen, disinfeksi permukaan/udara/lantai, pengelolaan limbah cair/limbah B3/limbah
padat medis/non medis dikelola oleh Sarana Umum RS dan Sanitasi RS bekerjasama
dengan pihak ketiga, berkoordinasi dengan Tim PPI RS, sehingga aman bagi
lingkungan.
A. Seluruh area permukaan rumah sakit dilakukan pembersihan setiap hari sesuai
dengan prosedur yang berlaku. Permukaan rumah sakit meliputi lantai, jendela,
pintu, tempat tidur, meja pasien, meja troli, peralatan pasien.
B. Setiap air limbah hasil produksi rumah sakit dialirkan ke Instalasi Pengelolaan
Air Limbah (IPAL), diolah dan disterilkan. Setelah dipastikan telah layak buang,
air akan dibuang melalui saluran pembuangan. Air yang akan digunakan untuk
rumah sakit selalu diperiksa oleh BTKL provinsi setiap 3 – 6 bulan sekali.
C. Petugas pengendalian lingkungan memastikan tidak adanya binatang, hewan dan
serangga di lingkungan rumah sakit
D. Pengelolaan limbah harus memperhatikan prinsip sebagai berikut :
1. Semua limbah beresiko tinggi harus diberi label/ tanda yang jelas wadah
/container diberi alas kantong plastic dengan warna : kuning untuk limbah
infeksius dan B3,hitam untuk limbah non medis / domestika.
2. Limbah tidak boleh dibiarkan atau disimpan > 24 jam
3. Limbah B3 tidak boleh dibiarkan maksimal 90 hari.
4. Kantong plastic tempat limbah tidak diisi terlalu penuh ( cukup ¾ )
5. Meskipun limbah tidak sampai ¾ kantong namun bila ≥ dari 24 jam maka
dilakukan pengosongan dan dibuang sesuai dengan prosedur
6. Wadah / container harus tertutup, tahan bocor, tidak berkarat, mudah
dikosongkan atau diangkat, mudah dibersihkan dan berada ditempat yang
terlindung dari binatang atau serangga.
7. Darah dan cairan tubuh lainnya dibuang melaui saluran pembuangan untuk
diolah di Intalasi Pengolahan Air Limbah yang selanjutnya dibuang melalui
saluran pembuangan ke lingkungan.
E. Limbah benda tajam dan jarum harus dikumpulkan dalam satu wadah anti bocor
dan tahan tusukan ( safety box), tanpa memperhatikan terkontaminasi atau tidak.
9
F. Limbah kassa / kapas yang terkontaminasi darah / cairan tubuh ditampung dalam
sampah medis infeksius yang dialasi kantong kuning
G. Untuk limbah B3 dikelola oleh pihak ketiga dengan perjanjian kerjasama.
H. Pengangkutan limbah harus menggunakan troli yang tertutup. Pengangkutan
dilakukan 2 kali. Apabila ada fasilitas lift harus dengan lift tersendiri.
I. Pembuangan atau pemusnahan limbah medis padat harus dilakukan di tempat
pengelolaan sampah medis dalam hal ini Incenerator RS.
J. Petugas yang menangani limbah harus mengunakan APD seperti sarung tangan
khusus, masker, sepatu boot, apron, pelindung mata, dan bila perlu helm
K. Prinsip metode pembersihan ruang perawatan dan lingkungan, pemilihan bahan
desinfektan ,cara penyiapan dan penggunaannya dilaksanakan berdasarkan
telaah Tim PPI RS untuk mencapai efektivitas yang tinggi.
L. Karena tidak tersedianya jalur khusus untuk pembuangan limbah, maka diatur
jam untuk pembuangan dan pemusnahan limbah sesuai dengan prosedur yang
ditetapkan RS.
M. Dilakukan monitoring dan evaluasi pengendalian lingkungan setiap satu bulan
sekali.
10
F. Setiap kali penyuntikan insulin dengan menggunakan flexpen harus
menggunakan jarum baru.
11
d. Dekontaminasi masih dilakukan di masing-masing unit dengan prosedur
yang telah ditetapkan dari unit sterilisasi
e. Dekontaminasi alat menggunakan larutan klorin 0,5 %, dengan
perbandingan 1:9 (1 bagian klorin di campur dengan 9 bagian air)
f. Pembuatan larutan klorin disesuaikan dengan jumlah alat yang akan di
lakukan dekontaminasi
g. Selalu mengganti larutan klorin dalam waktu 1 x 24 jam atau bila larutan
klorin telah keruh.
h. Perendaman alat tidak boleh lebih dari 10 menit
i. Setelah selesai melakukan dekontaminasi setiap APD yang digunakan
dibuang ke tempat sampah infeksius
j. Untuk cara dekontaminasi diatur dalam prosedur tetap
2. Pembersihan
a. Setiap akan melakukan pembersihan petugas wajib menggunakan alat
pelindung diri yaitu topi, masker, kaca-mata, scort, sarung tangan dan
sepatu boat.
b. Pembersihan alat dilakukan di masing-masing unit dengan prosedur yang
telah ditetapkan dari unit sterilisasi
c. Setelah alat dilakukan dekontaminasi maka alat harus segera dibersihkan
menggunakan cara manual yaitu menggunakan detergent
d. Pembersihan menggunakan detergent disesuaikan dengan jumlah alat yang
akan di bersihkan
e. Alat yang sudah bersih di rendam kedalam air panas selama 10 menit
f. Alat dikeringkan dengan cara dilap atau dianginkan
g. Untuk cara pembersihan diatur dalam prosedur tetap
3. Desinfeksi
a. Desinfeksi tingkat tinggi dilakukan saat alat yang tidak memungkinkan
disterilkan seperti alat yang berbahan plastik atau karet.
b. Desinfeksi tingkat tinggi dilakukan dengan menggunakan cairan kimiawi
(steranios)
c. Cairan steranios bertahan hingga satu bulan setelah itu harus dibuang dan
diganti dengan cairan yang baru
4. Pengemasan
a. Pengemasan dilakukan di unit sterilisasi oleh petugas unit sterilisasi
b. Pengemasan alat instrumen dan linen medis menggunakan pembungkus
linen 2 lapis
12
c. Pengemasan kassa menggunakan kertas krepe dan dikemas menggunakan
tromol
d. Linen pembungkus yaitu linen yang berbahan halus tidak terlalu tebal dan
tidak terlalu tipis
e. Bila linen pembungkus robek atau sudah menipis karena terlalu lama
dipakai harus segera diganti yang baru
5. Labeling
a. Labeling dilakukan di unit sterilisasi oleh petugas unit sterilisasi
b. Setiap alat yang akan di masukkan ke dalam mesin sterilisasi harus diberi
label terlebih dahulu
c. Label menggunakan indikator tape di tempelkan pada kemasan linen dan
disertakan etiket yang berisi nama barang, unit pemilik, tanggal sterilisasi,
waktu sterilisasi, operator dan tanggal kadaluarsa
6. Sterilisasi
a. Sterilisasi dilakukan di unit sterilisasi oleh petugas unit sterilisasi yang
masih tergabung dengan kamar bedah
b. Penggunaan mesin autoclave disesuaikan dengan alat yang akan di
sterilkan
c. Bila alat sudah steril disimpan di lemari khusus alat steril. Masa kadaluarsa
ditetapkan selama 7 hari. Untuk kassa yang terbungkus kertas krep masa
steril ditetapkan selama 30 hari. Setelah lewat masa steril, harus disterilkan
ulang.
d. Langkah proses sterilisasi dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang
berlaku
e. Evaluasi hasil sterilisasi dilakukan secara periodik setiap 6 bulan sekali
dengan memeriksakan kultur ke Balai Besar Laboratorium Kesehatan
Palembang.
13
kebersihan tangan, penggunaan alat pelindung diri (APD) sesuai potensi resiko
selama bekerja.
D. Karena tidak tersedianya jalur khusus untuk pengantaran linen kotor infeksi dan
non infeksi dan pengambilan linen bersih, maka diatur jam untuk pengantaran
dan pengambilan linen dari kamar cuci sesuai prosedur yang di tetapkan RS.
E. Dilakukan monitoring dan evaluasi secara terbuka oleh tim PPI RS PB Charitas
Belitang .
F. Hasil evaluasi didesiminasikan ke pihak manajemen dan ruangan dan tim PPI
RS akan memberikan rekomendasi tentang hasil analisa data tersebut.
G. Pengelolaan linen dilakukan mulai dari ruangan yang bersangkutan sampai di
kamar cuci dan diatur dalam prosedur yang berlaku.
X. PENEMPATAN PASIEN
A. KEWASPADAAN BERDASARKAN TRANSMISI
Merupakan tambahan kewaspadaan isolasi standar diterapkan pada pasien rawat
inap yang suspek atau telah ditentukan jenis infeksinya, berdasarkan cara
transmisi kontak, droplet atau airborne. Tatalaksana administratif meliputi
percepatan akses diagnosis, pemisahan penempatan pasien, mempersingkat waktu
pelayanan di rumah sakit, penyediaan paket perlindungan petugas ; tatalaksana
lingkungan meliputi penataan alur pasien, penataan sistem ventilasi (natural
maupun mekanikal) tatalaksana penyediaan dan penggunaan alat pelindung diri.
1. Rumah Sakit menyediakan penghalang untuk pencegahan dan prosedur
isolasi yang melindungi pasien, pengunjung, staf terhadap penyakit menular
dan pasien yang rentan terhadap infeksi nosokomial ( imuno supressed )
2. Pasien dengan imuno supressed hanya dilakukan stabilisasi keadaan untuk
selanjutnya dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap.
3. Rumah Sakit berencana menyiapkan ruang tekanan negatif , namun saat ini
kita menyiapkan ruang kohort untuk perawatan pasien airborne desease,
dengan sistem ventilasi alami dan mekanik (exhaust dan kipas angin).
4. Transportasi pasien dengan airborne desease di rawat jalan dan atau Instalasi
Gawat Darurat melalui yang ditetapkan dalam prosedur.
5. Tatalaksana perawatan pasien infeksi diterapkan berdasarkan prinsip
kewaspadaan isolasi sesuai cara transmisi spesifiknya. Petugas menerapkan
prinsip kewaspadaan kontak atau droplet atau airborne atau kombinasinya.
14
6. Transportasi pasien infeksi dari satu unit ke unit lain harus dibatasi seminimal
mungkin dan bila terpaksa harus memperhatikan prinsip kewaspadaan isolasi.
7. Pembersihan ruang kohort dilakukan setelah pembersihan ruang perawatan
umum dengan menggunakan bahan desinfektan
8. Setiap pengunjung atau pasien ruang kohort harus dilakukan edukasi
penggunaan APD, kebersihan tangan, etika batuk.
9. Adanya pengaturan alur isolasi pasien penyakit menular
15
8. Pasien disarankan untuk membersihkan tangan setelah menampung sputum
dengan air mengalir dan sabun atau dengan larutan handrubs.
9. Saat memproses spesimen, petugas laboratorium tetap mengacu pada
kewaspadaan standar dan kewaspadaan berdasarkan transmisi melalui udara
(airborne) dan transmisi melalui kontak.
10. Semua petugas kesehatan yang menangani pasien TB akan dilakukan
pemeriksaan kesehatan rutin secara berkala bekerjasama dengan personalia
dan K3 RS.
11. Apabila pasien akan ditransportasikan keluar dari ruang isolasi, pasien harus
mengenakan masker bedah untuk melindungi lingkungan sekitar.
12. Rumah sakit menjamin dilaksanakannya upaya perlindungan diri yang
adekuat bagi petugas kesehatan dan mereka yang bertugas di tempat
pelayanan.
13. Penempatan pasien yang sudah pasti menderita penyakit infeksi airborne,
penempatan dilakukan oleh dokter jaga baik IGD maupun unit rawat jalan.
Pada kasus dimana diagnosa pasti belum bisa ditegakkan maka penentuan
penempatan dilakukan oleh dokter penanggung jawab pasien.
16
1. Penanganan pasien immunocopromised hanya melakukan stabilisasi keadaan
umum, bila sudah stabil, rumah sakit merujuk ke fasilitas kesehatan yang lain.
2. Rumah Sakit Panti Bhaktiningsih tidak melakukan perawatan pasien
imuncompromised. Apabila terdapat pasien imunocompromised, maka
dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lainnya.
3. RS Panti Bhaktiningsih akan melakukan perawatan pasien dengan
imunocompromised dengan persetujuan keluarga dilakukan sesuai dengan
kemampuan rumah sakit dan surat pernyataan penolakan rujuk ke rumah sakit
/ fasilitas kesehatan yang lain oleh keluarga.
17
E. Laporan Infeksi RS disampaikan Tim PPI RS kepada Direktur dan kepala bidang
Keperawatan setiap 6 bulan sekali.
F. Pemantauan penerapan bundles Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (ILI, ISK,
IDO) adalah sebagai salah satu tolak ukur keberhasilan surveilans infeksi RS.
G. Sasaran surveilans HAIs di RS PB Charitas Belitang
1. Andreas meliputi surveilans Infeksi saluran kemih, Infeksi Luka Infus.
2. Hanna meliputi surveilans infeksi daerah operasi
18
4. Kegiatan bundle ILI diatur dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur tetap
yang berlaku
19
H. Adanya form daftar monitoring dan evaluasi alat single use yang dire-use.
I. Untuk peralatan atau bahan medis (jarum, benang jahit dan yang sejenisnya)
yang tercetak tanggal kadaluarsa dan habis masa berlaku pemakaian dapat
digunakan ulang dengan cara disterilkan sesuai dengan prosedur yang berlaku.
J. Obat dan cairan infus yang kadaluwarsa tidak dapat digunakan dan dikumpulkan
untuk dilakukan pemusnahan sesuai dengan prosedur yang berlaku.
20
c. Mengetahui proses kerja penerimaan bahan makanan yang benar dan
tepat
21
e. Penyimpanan bahan makanan harus memperhatikan suhu.
f. Tidak menempel pada lantai, dinding atau langit-langit dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Jarak bahan makanan dengan lantai : 15 cm.
b. Jarak bahan makanan dengan dinding : 5 cm.
c. Jarak bahan makanan dengan langit-langit : 60 cm
Syarat-syarat penyimpanan bahan makanan berdasarkan jenis bahan makanan :
1. Penyimpanan bahan makanan kering
a. Bahan makanan harus ditempatkan secara teratur menurut macam
golongan ataupun urutan pemakaian bahan makanan.
b. Menggunakan bahan makanan yang diterima terlebih dahulu (FIFO =
First In First Out) dan expired terlebih dahulu (FEFO = first expired
first out). Untuk mengetahui bahan makanan yang diterima diberi
tanggal penerimaan.
c. Pemasukan dan pengeluaran bahan makanan serta berbagai pembukuan
di bagian penyimpanan bahan makanan ini, termasuk kartu stok bahan
makanan harus segera diisi tanpa ditunda, letakan pada tempatnya,
diperiksa dan diteliti secara kontinyu.
d. Kartu atau buku penerimaan, stok dan pengeluaran bahan makanan,
harus segera di isi dan diletakkan pada tempatnya.
e. Gudang dibuka pada waktu yang telah ditentukan
f. Semua bahan makanan ditempatkan dalam tempat tertutup, terbungkus
rapat dan tidak berlobang. Diletakkan diatas rak bertingkat yang cukup
kuat dan tidak menempel pada dinding.
g. Pintu harus terkunci pada saat tidak ada kegiatan serta dibuka pada
waktu-waktu yang ditentukan.
h. Suhu ruangan harus kering.
i. Pembersihan ruangan secara periodik 2 kali seminggu.
j. Penyemprotan ruangan dengan insektisida hendaknya dilakukan secara
periodik dengan mempertimbangkan keadaan ruangan.
k. Semua lubang yang ada di gudang harus berkasa, serta bila terjadi
perusakan oleh binatang pengerat, harus segera diperbaiki.
22
a. Suhu tempat harus sesuai dengan keperluan bahan makanan, agar rusak.
b. Pengecekan terhadap suhu dilakukan dua kali sehari dan pembersihan
lemari es/ ruangan pendingin dilakukan setiap hari.
c. Pencairan es pada lemari es dilakukan setelah terjadi pengerasan.
d. Semua bahan yang dimasukkan ke lemari/ ruang pendingin sebaiknya
dibungkus plastik atau kertas timah.
e. Tidak menempatkan bahan makanan yang berbau keras bersama bahan
makanan yang tidak berbau.
f. Khusus untuk sayuran, suhu penyimpanan harus betul-betul
diperhatikan. Untuk buah-buahan, ada yang tidak memerlukan
pendingin. Perhatikan sifat buah tersebut sebelum dimasukkan dalam
ruang/lemari pendingin
c. Mengetahui proses kerja persiapn bahan makanan yang benar dan tepat
23
d. Mengetahui teknik dan cara menerapkan hygiene dan sanitasi serta
standar prosedur operasional persiapan bahan makanan
2. Bahan makanan yang dipersiapkan harus bersih dan sesuai dengan tabel
spesifikasi bahan makanan dan kualitas yang telah ditetapkan
3. Menyediakan peralatan yang bersih dan steril pisau, baskom, talenan dll.
Maka harus tersedianya tempat pencucian peralatan masak dan alat pemanas
air untuk mensterilkan peralatan
5. Tersedia standar potongan dan bentuk bahan makanan yang menarik yang
akan disajikan . Agar pasien maupun pelanggan dapat berselera dan tertarik
untuk menghabiskan makanan, hal ini memerlukan keterampilan petugas
persiapan bahan makanan
6. Tersedianya standar porsi dan resep agar dapat menghitung jumlah kebutuhan
makanan yang diperlukan
24
c. Mengetahui proses kerja pengolahan bahan makanan yang benar dan
tepat
d. Mengetahui teknik dan cara menerapkan hygiene dan sanitasi serta
standar prosedur operasional pengolahan bahan makanan
e. Petugas pengolahan harus Memakai APD yang benar
f. Berperilaku yang mendukung terwujudnya penyehatan makanan
2. Peralatan yang digunakan untuk mengolah harus bersih dan tidak boleh kotor
3. Bahan makanan yang akan diolah harus bersih dan siap untuk diolah
4. Selain itu dibutuhkan juga Pengawasan pada pengolahan :
a. Temparatur
Mengatur besar kecilnya api
b. Waktu
Ketepatan waktu pemasakan agar tercapai tingkat kematangan yang
tepat
c. Rasa
Selain bumbu- bumbu yang perlu, mengontrol penggunaan gula dan
garam. Setiap orang mempunyai kepekaan terhadap rasa manis, asin
dan asam.
Pada pengolahan dalam jumlah yang banyak untuk mempertahankan agar bahan
makanan tidak hancur, tingkat kematangan merata, mencegah kontaminasi bahan
terhadap mikroorganisme pembusuk, maka ada beberapa cara pengolahan bahan
makanan perlu dilakukan yaitu dapat dilihat pada tabel, sebagai berikut :
Tabel
Cara pengolahan Bahan Makanan
No Cara Pengolahan Pengertian Contoh
1. Merebus Memasak dalam air mendidih dengan api Sup, Sayur Asem,
besar maupun sedang sampai bahan Sayur Lodeh,
makanan terendam dengan air mendidih Gulai, Semur
2. Mengukus Memasak dengan uap air. Bahan dapat Pepes, Botok
diletakkan langsung pada alat pengukus
atau ditempatkan didalam wadah atau
dibungkus kemudian diletakkan dikukusan.
3. Menumis Memasak dengan memanfaatkan cairan Daging Ungkep,
25
bahan makanan sendiri dengan Oseng Tempe,
menambahkan sedikit minyak atau air. Capcay Goreng
4. Memanggang Memasak dan membuat bahan berwarna Ayam Panggang,
kecoklatan dengan mengolesi sedikit Ikan Panggang
minyak.
5. Mengoven Memanggang dalam oven dengan suhu Roti, Cake
tertentu sesuai kebutuhan.
6. Menggoreng Memasak cepat dalam minyak panas Tahu Isi,
sampai bahan makanan berubah warna Pergedel, ayam
kecoklatan. goreng, ikan
goreng
26
c. Wadah makanan, alat penyajian dan distribusi makanan harus tertutup.
2. Pengangkutan makanan
27
Selingan Pagi 09.00 WIB Makan Lembur Sore 14.00 WIB
Makan Siang 11.30 WIB Snack Sore 15.30 WIB
Selingan Sore 15.00 WIB Dinas Malam 17.30 WIB
Makan Sore 17.00 WIB
28
d. Petugas unit harus dalam kondisi sehat dan dilakukan pemeriksaan berkala selama
6 (enam) bulan sekali
e. Penjamah makanan yang kontak langsung dengan makanan wajib melaksanakan
kewaspadaan isolasi standar.
f. Dilakukan monitoring dan evaluasi secara terbuka oleh tim PPI RS PB Charitas
Belitang .
g. Hasil evaluasi didesiminasikan ke pihak manajemen dan ruangan dan tim PPI RS
akan memberikan rekomendasi tentang hasil analisa data tersebut.
29
XVIII. PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
INFEKSI RS
Direncanakan dan dilaksanakan secara periodik dan berkesinambungan oleh bagian
Pendidikan dan Pelatihan (DIKLAT) RS bekerjasama dengan Tim PPI RS untuk
menjamin setiap petugas yang berada dan bekerja di RS (termasuk peserta didik dan
karyawan kontrak) memahami dan mampu melaksanakan program PPI RS, khususnya
kewaspadaan standar dan kewaspadaan berbasis transmisi.
A. Seluruh petugas yang bekerja di RS wajib mengikuti pelatihan dasar PPI.
B. Seluruh SDM baru di RS wajib mengikuti program orientasi, termasuk materi PPI
RS
C. Setiap ada mahasiswa yang akan praktek harus diberikan materi orientasi PPI RS.
D. Monitoring dan evaluasi hasil pendidikan dan pelatihan dilakukan oleh bagian
Diklat bersama Tim PPI RS sesuai ketentuan yang berlaku sebagai dasar
perencanaan program selanjutnya.
30
A. Proses desinfeksi alat dapat dikategorikan menjadi:
1. Peralatan Kritikal / resiko tinggi : adalah peralatan medis yang masuk ke
dalam jaringan tubuh steril atau sirkulasi darah. Contoh instrumen bedah.
Pengelolaannya dengan cara sterilisasi.
2. Peralatan semikritikal / resiko sedang : adalah peralatan yang kontak dengan
membrana mukosa tubuh. Pada peralatan semikritis, proses sterilisasi
disarankan namun tidak mutlak, jadi bisa dilakukan disinfeksi tingkat tinggi.
Contoh oropharingeal airway (OPA)
3. Peralatan Nonkritikal / resiko rendah : adalah peralatan yang kontak dengan
permukaan kulit utuh contoh: tensimeter, stetoskop, linen, alat makan, lantai,
perabot, tempat tidur. Untuk jenis peralatan ini dapat digunakan disinfeksi
tingkat sedang sampai tingkat rendah. Contoh Ambubag dan masker
nebulizer.
B. Disinfeksi lingkungan rumah sakit
1. Permukaan lingkungan : lantai, dinding, dan permukaan meja, trolly
didisenfeksi dengan disinfektan rendah.
2. Lingkungan yang tercemar darah atau cairan tubuh lainnya dibersihkan
dengan desinfektan tingkat menengah.
C. Penggunaan disinfektan di ruang infeksi (menular) dan Area kritis
1. Untuk mengepel/membersihkan lantai dan WC menggunakan : lysol
2. Untuk area yang sering disentuh (High touch area) menggunakan disinfektan
Lysol 1:100 (permukaan logam), Chlorine 0.05 % (permukaan bukan logam).
3. Untuk area yang jarang disentuh (Non High touch area) menggunakan
disinfektan rendah
D. Penggunaan disinfektan di area banyak tumpahan darah / cairan tubuh:
menggunakan disinfektan Chlorine 0.05%
Cairan desinfektan yang digunakan di RS Panti Bhaktiningsih
NO ISI MERK PENGGUNAAN
1 Ethil alkohol, poly Stero bac Antiseptik kulit
hexamethylene biguanide
2 Chlorhexidine 2% First Aid Antiseptik kebersihan
tangan ruang perawatan,
antiseptik kulit pre operasi
3 Povidone Iodine 7.5% Bethadine Antiseptik kulit dan luka
Solotion Operasi
31
4 Chlorin So Klin - Disinfektan tumpahan darah dan
cairan tubuh lainnya.
5 Gluteraldehyde 3.4% Steranios 2%, High level desinfektan
Stabimed
6 Ethanol Lysol Low level Disinfeksi
32
XXIII. PENANGANAN KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)
A. Agar kejadian KLB dapat dikendalikan dan segera ditangani, Rumah Sakit Panti
Bhaktiningsih perlu mempunyai sistem pengendalian dan penanganan KLB.
B. Untuk mendeteksi secara dini adanya KLB, dilakukan surveilans infeksi di
rumah sakit. Selain untuk deteksi dini, surveilans secara aktif juga bertujuan
untuk mencegah supaya KLB tidak terulang lagi.
C. Surveilans dilakukan oleh IPCN bekerjasama dengan IPCLN. Data yang didapat
dari surveilans diolah oleh Tim PPIRS, disertai analisis, rekomendasi dan tindak
lanjut, dan digunakan sebagai bahan laporan kepada Direktur rumah sakit, dan
bahan komunikasi dengan bagian yang terkait.
D. Kejadian Luar Biasa Infeksi Rumah Sakit ditetapkan oleh Direktur dengan
melihat kecenderungan peningkatan angka IRS secara signifikan selama 3 bulan
berturut-turut. Peningkatan signifikan angka kejadian IRS pada suatu waktu
pengamatan tertentu diwaspadai sebagai KLB.
E. Penanganan KLB Infeksi RS harus dilakukan dengan segera dan secara terpadu
oleh seluruh unsur yang terkait, dikoordinasikan oleh Tim PPIRS. Selama terjadi
KLB, Petugas Ruangan / Bagian terkait, Kepala Bagian, dan IPCLN, harus
berkoordinasi secara intensif dengan Tim PPI Rumah Sakit untuk menangani
KLB tersebut.
F. Setelah menerima laporan dugaan adanya KLB, Tim PPIRS bersama IPCN /
IPCO melakukan investigasi bersama di tempat terjadinya KLB, meliputi:
1. Mencatat setiap kejadian infeksi di ruangan sesuai prosedur Surveilans
Infeksi Rumah Sakit.
2. Berkoordinasi dengan IPCLN dan Kepala ruangan serta dokter yang
bertanggung jawab menangani pasien, untuk melakukan verifikasi diagnosis
infeksi rumah sakit, penegakan diagnosis Infeksi RS dan mengkonfirmasi
sebagai kasus KLB. Selain itu juga dilakukan investigasi terhadap
kemungkinan sumber penularan, cara penularan dan kemungkinan
penyebarannya, serta aspek lain yang diperlukan untuk penanggulangan atau
memutuskan rantai penularan.
3. Berkoordinasi dengan Bagian Laboratorium untuk melakukan:
a. Swab ruang/alat yang diduga terkontaminasi bakteri.
33
b. Pengambilan bahan dari berbagai lokasi tersangka sumber infeksi untuk
dibiakkan dan antibiogram.
c. Pemasangan label di tempat penampungan bahan pemeriksaan
laboratorium pasien penyakit menular. Label bertuliskan ”Awas Bahan
Menular”
4. Berkoordinasi dengan seluruh personil di bagian terkait untuk memberikan
klarifikasi – klarifikasi perihal yang terkait dengan KLB, misalnya
pelaksanaan Prosedur Tetap secara benar.
G. Apabila hasil investigasi menyimpulkan telah terjadi KLB, maka Tim PPIRS
menetapkan status siaga bencana KLB dan melaporkan kepada pimpinan RS.
H. Untuk menanggulangi KLB Tim PPIRS berkoordinasi dengan Kepala Bidang
Pelayanan Medik, Tim K3 RS, Laboratorium, Farmasi, Sanitasi, instalasi
sterilisasi, Gizi, Kamar Cuci dan Bagian terkait lainnya sesuai kebutuhan.
I. Apabila diperlukan pasien kasus KLB dirujuk ke rumah sakit rujukan infeksi yang
telah ditetapkan oleh dinas kesehatan.
J. Agar KLB Infeksi RS tidak meluas, Tim PPI bersama IPCLN dan perawat
ruangan melakukan langkah-langkah pencegahan dan pembatasan dengan cara:
1. Melaksanakan dan mengawasi secara ketat pelaksanaan cuci tangan yang
benar dan tepat.
2. Menggunakan dan mengawasi penggunaan sarung tangan dan APD lain
sesuai indikasi.
3. Melakukan dan mengawasi pembuangan limbah dengan benar
4. Melakukan pemisahan pasien yang terinfeksi, disatukan dengan pasien yang
sama-sama terinfeksi / kohorting dan menentukan staf yang akan memberikan
penanganan (dipisahkan dengan staf lainnya)
5. Apabila diperlukan mengusulkan kepada Direktur Utama untuk mengisolasi
ruangan atau mengisolasi pasien bersangkutan yang dianggap tercemar oleh
infeksi.
6. Mengawasi ketat penerapan Kewaspadaan Isolasi Standar.
7. Ruangan yang terjadi KLB harus didisinfeksi.
K. Tim PPIRS melakukan dokumentasi tentang kejadian dan tindakan yang telah
diambil terhadap data atau informasi KLB.
L. Tim PPIRS terus melakukan monitoring dan evaluasi sampai KLB berhasil
diatasi.
34
M.Status KLB wajib dilaporkan ke dinas kesehatan setempat.
N. Tim PPI menyatakan KLB selesai jika dua kali masa inkubasi terpanjang tidak
ditemukan kasus baru.
35
menandatangani inform consent / persetujuan dengan tetap memperhatikan
kewaspadaan isolasi standar.
4. Pemulasaraan jenazah secara higienis (membersihkan badan, merapikan
rambut, mendandani, memotong kuku dan mencukur) harus dilakukan
dengan menerapkan Kewaspadaan Standar.
5. Setelah selesai perawatan jenazah tempat dan ruangan wajib dilakukan
dekontaminasi.
C. Pemeriksaan post-mortem:
1. Pemeriksaan post-mortem dilakukan dengan menerapkan Kewaspadaan
Standar.
2. Jumlah petugas harus dibatasi seminimal mungkin.
3. Prosedur dilakukan dalam ruangan yang berventilasi memadai.
4. Tersedia APD yang sesuai dengan resiko pajanan.
D. Pembersihan dan disinfeksi kamar jenazah sesuai dengan ketentuan panduan
Pengelolaan Kamar Jenazah.
E. Penatalaksanaan limbah dan linen kamar jenazah sesuai dengan ketentuan
panduan Pengelolaan Kamar Jenazah.
F. Pemulasaraan jenazah berpenyakit menular harus dilakukan sesegera mungkin,
tidak melebihi batas waktu 4 jam.
G. Rumah sakit menyediakan ruang transit jenazah untuk jenazah yang akan
langsung dibawa pulang keluarga tidak lebih dari 2 jam setelah dinyatakan
meninggal oleh dokter penanggung jawab pasien.
H. Untuk jenazah dari luar yang dititipkan di kamar jenazah dianggap sebagai
jenazah dengan penyakit menular. Keluarga wajib mengisi formulir berkas
penitipan jenazah sesuai dengan protap yang berlaku dan wajib mengikuti
peraturan yang ada di rumah sakit.
I. Petugas wajib memperlakukan jenazah titipan sebagai jenazah dengan penyakit
menular dengan tidak meninggalkan prinsip kewaspadaan isolasi standar.
36
B. Melakukan edukasi (pemasangan rambu atau gambar di area renovasi) kepada
petugas, pengunjung dan pasien.
C. Melakukan pembersihan menyeluruh dan dekontaminasi semua permukaan,
termasuk dinding, langit-langit, jendela dan sistem ventilasi beresiko tinggi.
D. Melakukan swab ruangan dan uji kualitas udara, khususnya di area beresiko
tinggi sebelum ruangan digunakan.
37
d. Perawat yang merawat bayi sehat tidakboleh merawat bayi sakit.
e. Rambut harus diikat / dipotong pendek sehingga tidak mengenai muka
bayi saat memberi susu bayi.
f. Mengganti popok harus mengunakan sarung tangan.
2. Ibu yang menyusui di kamar bayi
a. Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui bayi.
b. Membersihkan puting susu sebelum menyusui bayi
c. Petugas yang menerima ASI yang dipompa dari ibu / keluarga, maka
pada botol harus ditutup, beri label, tanggal dan waktu pengambilan
ASI.
3. Bayi
a. Bayi yang sehat harus dipisahkan dari bayi yang sakit.
b. Pemberian vaccin Hepatitis B diberikan 24 jam setelah lahir
sedangkan bayidengan riwayat ibu dengan Hepatitis diberikan
immunisasi pasif.
c. Bayi dengan berat badan normal dimandikan 1x sehari sebelum putus
tali pusat.
d. Perawatan tali pusat dengan menggunakan air bersih, dikeringkan dan
tidak ditutup dengan kassa.
e. Bayi yang dirawat dengan blue light, matanya harus ditutup dan
dibuka saat diberi susu.
f. Setiap bayi mempunyai perlengkapan masing-masing dan disimpan
ditempat yang sudah disediakan.
38
4. Semua linen yang terkena noda darah dimasukkan ke dalam kantong berwarna
kuning.
5. Staff yang mempunyai lesi / luka terbuka atau goresan pada tangan mereka
harus menutup luka tersebut dengan plester kedap air dan selalu menggunakan
sarung tangan saat menangani persalinan.
6. Staff yang bekerja di kamar bersalin harus ikut dalam program vaccinasi
Hepatitis B.
7. Semua tissue dan sampah yang terkontaminasi dengan darah harus dibuang ke
dalam kantong plastik kuning.
39
c. Semua tumpahan darah dan cairan tubuh harus dibersihkan dengan
menggunakan desinfektan chlorine.
d. Tempat tidur, meja pasien, lemari harus dibersihkan dengan menggunakan
disinfektan rendah setiap selesai digunakan.
2. Alat dan linen
a. Instrumen yang telah dipakai dicuci dengan air mengalir hanya untuk
menghilangkan noda darah (proses dekontaminasi) dan langsung dikirim
ke instalasi sterilisasi.
b. Kemasan steril tidak boleh robek, tidak boleh terbuka dan tidak kotor, dan
lihat tanggal kadaluarsa.
c. Semua peralatan medik steril yang akan dipakai dibatasi secukupnya
sesuai dengan keperluan saat itu.
d. Kain gorden harus diganti setiap 1 bulan sekali atau kalau perlu bila
terkena darah
e. Linen pasien harus diganti segera setelah pasien selesai tindakan.
f. Linen yang telah terkontaminasi dengan darah harus dimasukkan ke dalam
kantong plastik warna kuning.
D. Penanganan terhadap ibu yang positif terpapar virus yang ditularkan melalui darah–
Hepatitis B, C dan HIV.
Untuk meminimalkan resiko kelahiran bayi dengan kelainan darah karena ibunya
positif terkena virus yang ditularkan melalui darah, beberapa langkah yang harus
dilakukan:
1. Pertahankan selaput ketuban tetap utuh selama mungkin.
2. Tali pusat diklem/ditutup sesegera mungkin untuk menghindari transmisi baik
janin maupun ibu.
3. Suntikan dan contoh darah bayi ditunda sampai darah yang berasal dari ibu
dibersihkan.
4. Dalam keadaan ibu positif menderita Hepatitis B, maka dorongan untuk
imunisasi terhadap bayi sebaiknya aktif dilakukan.
5. Pada saat bayi dimandikan, harus dilakukan secara hati – hati sehingga semua
darah menempel bisa dibersihkan, semua peralatan yang digunakan dibuang di
40
plastik warna kuning atau dibersihkan sehingga semua yang mengandung
protein terangkat. Segera setelah prosedur ini selesai dilakukan, bayi bisa
ditangani dengan normal, tidak perlu diambil tindakan pengisolasian.
6. Lakukan imunisasi bayi baru lahir dengan ibu yang positif hepatitis B.
41
h. Kenakan gaun bersih tidak steril untuk melindungi kulit dari kontaminasi
dan mencegah baju menjadi kotor, selama tindakan /merawat pasien yang
memungkinkan terjadinya percikan cairan tubuh pasien.
i. Tutup kepala digunakan mulai pintu masuk kamar bedah, dan diganti
setiap kali selesai operasi.
j. Gunakan alas kaki yang tertutup bagian depan, dan tidak bolong bolong.
k. Gunakan pelindung kaki saat melakukan operasi.
C. Penanganan peralatan perawatan pasien
1. Pembersihan dan desinfeksi dilakukan segera setelah alat-alat dipergunakan
dan dilakukan oleh petugas terlatih.
2. Peralatan untuk ventilasi dan pernapasan yang digunakan pada penderita TB
yang dioperasi digunakan alat yang sekali pakai.
D. Pembersihan lingkungan
1. Menggunakan cairan desinfektan untuk pembersihan sesuai dengan kebijakan
RS
2. Tempat tidur / kursi, meja, permukaan meja operasi, permukaan meja
instrument dibersihkan setiap selesai dipakai pasien dengan menggunakan
clorin 0,5 % atau desinfektan yang lain sesuai kebijakan Rumah Sakit
3. Penanganan limbah, sampah medis (infeksius) dalam kantong kuning, benda
tajam masuk ke dalam box safety kemudian dibakar di incenerator, ,sampah
umum/rumah tangga (non infeksi) dibuang di TPA.
4. Penanganan tumpahan darah atau bahan infeksi harus dibersihkan
menggunakan spill kit yang tersedia sesuai dengan prosedur yang berlaku.
E. Pasien
1. Pasien mandi dengan antiseptik malam dan pagi hari sebelum operasi untuk
operasi elektif.
2. Cukur rambut, dilakukan bila benar-benar diperlukan segera sebelum operasi
dengan menggunakan clipper bukan razor.
3. Post operasi, meliputi pencegahan dan rawatan pasien sebelum, selama pasien
dan sesudah pasien operasi.
4. Penderita TB sewaktu dibawa masuk kamar operasi segera langsung masuk
kamar operasi tidak diperbolehkan menunggu di lingkungan kamar operasi.
Masker bedah harus dipakai pasien selama pasien dipindah ke kamar operasi
42
5. Pasien TB harus dipulihkan kesadarannya di ruang kamar operasi / ruang
anastesi, tidak boleh di ruangan pemulihan.
F. Petugas
1. Memberikan pendidikan dan pelatihan kepada petugas kamar bedah
2. Memberikan motivasi kepada petugas.
3. Petugas tidak memakai jam tangan, gelang, cincin.
4. Tidak berkuku panjang dan memakai kutek
5. Petugas yang menderita penyakit menular dilarang untuk bekerja di kamar
bedah.
43
b. Kacamata pelindung : melindungi mata dari splatter dan debris yang
diakibatkan oleh high speed handpiece, pembersihan karang gigi.
c. Masker : mencegah terhirupnya aerosol yang dapat menginfeksi saluran
pernafasan atas maupun bawah.
C. Sterilisasi instrumen :
1. Sebelum disterilkan alat-alat harus dibersihkan terlebih dahulu dari debris
organik, darah dan saliva
2. Setelah dibersihkan, instrumen harus dibungkus untuk sterilisasi
3. Proses sterilisasi dilakukan di poli gigi.
4. Instrumen harus tetap steril hingga saat dipakai, pembungkus
5. instrumen hanya boleh dibuka segera sebelum digunakan, apabila dalam
waktu 1 bulan tidak digunakan harus disterilkan ulang.
D. Menutupi pegangan lampu, tombol-tombol pada unit gigi, baki instrumen, ujung
alat three way syringe, saliva ejector, ujung alat tambalan sinar, sandaran kepala
dengan plastik, alumunium foil sekali pakai untuk tiap pasien.
E. Pembuangan barang-barang bekas pakai seperti sarung tangan, masker, penutup
permukaan yang terkontaminasi darah atau cairan tubuh ke dalam tempat sampah
infeksius sedangkan benda tajam seperti jarum atau pisau scalpel dimasukkan ke
dalam tempat sampah benda tajam.
F. Berkumur antiseptic sebelum tindakan kedokteran gigi, efektif mereduksi jumlah
oral mikroorganisme rongga mulut
XXXI. PERBANDINGAN DATA DASAR INFEKSI (BENCHMARKING)
A. Perbandingan data dasar infeksi dilakukan secara internal (antar unit) maupun
eksternal (dengan Rumah Sakit lain yang sejenis atau dengan praktik terbaik /bukti
ilmiah yang diakui).
B. Perbandingan data dasar infeksi dilakukan oleh tim Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi setiap bulan (benchmarking internal) dan setahun sekali (benchmarking
eksternal).
C. Rumah sakit yang menjadi mitra dalam benchmarking eksternal adalah rumah sakit
lokal / nasional yang setara maupun organisasi kesehatan internasional yang
terbukti memiliki praktik terbaik secara ilmiah.
D. Hasil perbandingan dianalisa, ditindaklanjuti dan dilaporkan kepada Direksi secara
tertulis dalam bentuk laporan bulanan PPI (benchmarking internal) dan laporan
surveilans tahunan (benchmarking eksternal).
44
E. Hasil perbandingan data dasar infeksi internal maupun eksternal dikoordinasikan
dalam rapat tim pokja PPI setiap 3 bulan sekali.
45
C. Tindakan lumbal punksi tidak dilakukan pada saat terjadi kontra indikasi yang
akan membahayakan keselamatan jiwa pasien.
D. Pasien yang akan dilakukan tindakan lumbal punksi harus mendapatkan
penjelasan mengenai indikasi, kontra indikasi serta efek samping yang akan
terjadi dan menandatangani inform consent / persetujuan tindakan.
E. Bila tindakan lumbal punksi dilakukan pada pasien rawat jalan, maka pasien
diharuskan untuk tetap sementara tinggal di rumah sakit untuk melihat reaksi
komplikasi yang terjadi.
46