Anda di halaman 1dari 7

EXPLORING WEST SULAWESI OFFSHORE: “SUCCESS NEEDS TIME !

Ramai-ramai mengambil blok, ramai-ramai mengembalikan blok adalah fenomena biasa


dalam eksplorasi, itulah bagian “trendology”. Ini persis terjadi dengan West Sulawesi
Offshore yang akan saya ceritakan berikut ini.

Tahun 2006 - 2012 di Selat Makassar bagian timur (khususnya West Sulawesi offshore)
ditandai oleh aktivitas eksplorasi yang cukup intensif, dari: mengambil blok-blok,
melakukan studi-studi eksplorasi, survei-survei geologi dan geofisika, pengeboran sumur-
sumur eksplorasi, sampai mengembalikan total blok-blok tersebut terjadi di periode ini.
Perusahaan-perusahaan minyak seperti ExxonMobil, ConocoPhillips, Statoil, Marathon,
Talisman, juga Tately, PTTEP, dan Pearl serta para mitranya di setiap blok seperti
Pertamina, Petronas, dll. giat melakukan eksplorasi di wilayah ini.

Sebagai seorang anggota Tim Penilai Wilayah Kerja Ditjen Migas sejak 2005-sekarang
dan seorang pekerja di Divisi Eksplorasi BPMIGAS (2002-2012), juga kini di SKK Migas,
saya mempunyai akses yang cukup luas atas berbagai data eksplorasi tertutup maupun
terbuka, dan dapat melakukan diskusi-diskusi teknis langsung dengan para geosaintis
atau manajernya dari berbagai oil companies yang beroperasi di wilayah ini. Sebagai
anggota Tim Teknis IPA dari 2005, saya pun banyak terlibat dalam publikasi-publikasi
paper tentang wilayah ini baik yang diajukan oleh para geosaintis di oil companies itu,
maupun yang saya ajukan sendiri. Berbagai aktivitas keterlibatan ini cukup memberikan
pemahaman yang lebih terintegrasi kepada saya tentang Selat Makassar bagian timur ini.

Dalam tujuh tahun eksplorasi di wilayah ini, banyaklah pengetahuan baru geologi
terbangun untuk area ini berkat puluhan studi eksplorasi yang dilakukan, ratusan – lebih
dari 1000 km lintasan geologi permukaan di onshore West Sulawesi, ribuan km seismik
2D, ribuan km2 seismik 3D, ribuan km lintasan survei gayaberat dan magnetik, dan 15
sumur eksplorasi yang telah dibor di Blok: ExxonMobil Surumana, Marathon Pasangkayu,
ConocoPhillips Kuma, Statoil Karama, ExxonMobil Mandar, Talisman Sageri, dan Tately
Budong-Budong. Sekitar 2 milyar USD telah dihabiskan untuk semua kegiatan eksplorasi
di blok-blok ini. Kelak data-data eksplorasi yang sangat banyak ini, bila pengelolaannya
baik, akan sangat berharga buat keperluan studi geologi area ini maupun eksplorasi
lanjut wilayah ini.

Bila pada tahun 2005-2007 saya terlibat dengan penilaian dokumen tender oils
companies ini untuk memasuki blok-blok yang disebutkan di atas, dengan persaingan
yang ketat dalam komitmen dan bonus tanda-tangan Kontrak, sehingga komitmen-
komitmen berani diajukan dalam tiga tahun pertama pelaksanaan Kontrak (komitmen
pasti – harus dilaksanakan, bila tidak akan kena penalti denda uang senilai yang
tercantum pada Kontrak), maka “tragisnya” pada akhir 2012 dan awal 2013 ini saya
terlibat dan menyaksikan oil companies ini ramai-ramai mengembalikan blok-blok mereka
di wilayah ini karena menurut mereka telah terjadi kegagalan eksplorasi atau alasan
ekonomis. Kedua alasan ini, menurut hemat saya, masih bisa didiskusikan, sebagian
bahkan bisa jadi tidak benar.

Pengembalian total pertama di area ini dilakukan PearlOil untuk Blok Karana pada 2010,
bahkan sebelum mereka melakukan komitmen pasti sumur eksplorasinya. Pengembalian
total blok di area ini kemudian disusul oleh Marathon Pasangkayu pada tahun 2012. Lalu
hampir semua oil companies di wilayah ini mengajukan pengembalian total blok-bloknya
pada awal 2013 yang lalu (ExxonMobil Surumana, ExxonMobil Mandar, ConocoPhillips
Kuma, Statoil Karama, dan Talisman Sageri). Blok Pasangkayu, Kuma, Karama, Mandar
dan Sageri dikembalikan setelah dipenuhi semua komitmen pastinya menurut Kontrak,
sementara Blok Surumana dikembalikan sebelum dipenuhi semua komitmen pastinya.
Kini yang tinggal di area ini adalah: PTTEP Malunda, PTTEP South Mandar, dan Tately
Budong-Budong.

Data-data yang sangat banyak itu telah membangun pengetahuan geologi terbaru
tentang area ini. Kita menjadi tahu atau paling tidak mendapatkan bukti seperti di bawah
ini.

- Tidak ada analogi Delta Mahakam di sebelah barat Selat Makassar yang sangat subur
hidrokarbon itu di sisi timur Selat Makassar, bahkan pada umur yang sama di area ini
diendapkan sedimen volkaniklastik yang masif dan tidak matang secara sedimen.
Sedimen Neogen ini kelihatannya tak menarik lagi buat jadi target, seperti telah
dibuktikan oleh tiga sumur Statoil di Karama. Sedimen Neogen ekivalen di onshore,
mungkin masih lebih menarik dibandingkan di offshore, seperti ditunjukkan oleh dua
sumur Tately Budong-Budong.

- Tetapi pada Eosen, kelihatannya terjadi pengendapan delta yang cukup baik di
beberapa area ini, terutama yang tak jauh dari aliran Sungai Karama sekarang di
Sulawesi Barat. Sedimen Eosen ini bisa membawa reservoir dan batuan induknya sendiri
yang diendapkan di wilayah offshore. Pada saat yang bersamaan, sedimen delta ini akan
menyingkirkan kemungkinan terumbu karbonat tumbuh. Blok-blok seperti Karama atau
Kuma punya potensi sedimen deltaik Eosen ini, jadi jangan mencari terumbu Eosen-
Oligosen di Karama atau Kuma. Tak ada terumbu itu di sini, seperti dibuktikan oleh
sumur Kaluku-1 di Blok Kuma.

- Terumbu karbonat berkembang baik sekali di area-area Eosen-Oligosen yang jauh dari
pusat aliran klastik seperti terjadi di Pasangkayu dan Mandar, ini sesuai dengan pola
hubungan sedimentasi dan batimetri antara karbonat dan silisiklastik. Sederhana saja
hubungan itu, tetapi sayang kelihatannya lepas dari perhatian sejak awal.

- Sumur pertama di area ini, Rangkong-1 (ExxonMobil Surumana, 2009) boleh disebut
sebagai sumur pertama di Selat Makassar yang menyingkapkan hard data tentang apa
sesungguhnya Basement Selat Makassar itu. Lama perdebatan terjadi tentang ini, ada
yang bilang kerak samudera, ada yang bilang kerak kontinen. Analisis petrokimia dan
isotop batuan asosiasi Basement (economic Basement sesungguhnya) yang ditembus
Rangkong-1 menunjukkan Selat Makassar bagian utara dilandasi oleh kerak benua yang
menipis karena regangan, ekstensi.

- Sumur Rangkong juga menunjukkan pada kita bahwa sembulan di Selat Makassar itu
bisa berupa terumbu atau sembulan volkanik, tubuh asosiasi gunungapi. Seismic velocity
ternyata bukan metode yang tepat untuk membedakan keduanya, metode magnetik
ternyata kelihatannya lebih paten untuk membedakan keduanya.

- Keberadaan batuan induk dan kematangan termal area-area dari Surumana sampai
Mandar kelihatannya bermasalah secara umum. Depresi-depresi dalam saat ini ternyata
bukan kitchen, terbukti meskipun struktur-struktur yang dibor itu tak jauh dari depresi,
bahkan dikelilingi depresi, tak ada jejak hidrokarbon sama sekali di sumur-sumur itu
padahal reservoir target berkualitas prima dan perangkap bagus. Kematangan termal
mungkin bermasalah bila melihat data waktu generasi fluid inclusion di volkanik Eosen
yang ditembus Rangkong-1 sampai penemuan nonekonomis dominan gas biogenik di
Mandar. Kelihatannya secara umum generasi hidrokarbon baru terjadi di Plio-Pleistosen di
area ini. Ini mungkin akan membahayakan masalah volumetrik.

- Masalah pengisian hidrokarbon untuk target Neogen dan Paleogen menjadi problem di
area yang berkembang fold-thrust belt, terutama di Kuma dan Karama, sebab sistem
deformasi Neogen ini bermain dengan cara thin-skinned tectonics yang dilandasi bidang
detachment yang masif. Bidang inilah yang akan menghalangi migrasi atau remigrasi
hidrokarbon dari batuan induk atau reservoir Paleogen di bawahnya. Beberapa
companies menafsirkan seismiknya secara inversion meskipun jelas2 thin-skinned fold-
thrust belt deformation. Jangan tafsirkan itu inversi, kecuali di onshore sehingga di
onshore reservoir Neogen bisa diisi oleh hidrokarbon asal Paleogen sources (dis-
associated migration).

- Beberapa companies percaya bahwa masalah penyekat yang bocor (seal failure) sebab
beberapa reservoir terkoneksi ke zona overpressure, adalah sebagai penyebab tak ada
akumulasi hidrokarbon di struktur-struktur yang dibor.
Demikian beberapa saja butir pengetahuan baru hasil eksplorasi di area ini. Yang lebih
lengkapnya nanti akan dipublikasi/dipresentasikan dalam Forum khusus.

HARAPAN DI BLOK KUMA

“Pesta” belum usai meskipun blok-blok bertumbangan dan dikembalikan. Secara khusus,
saya tertarik dengan Blok Kuma. Dari 15 sumur eksplorasi dibor di area ini, sumur
Kaluku-1 di Blok Kuma layak secara teknis untuk mendapatkan perhatian khusus.

Kaluku-1, menemukan reservoir Eosen dan batuan induk Eosen yang istimewa
kualitasnya. Saat sumur menembus reservoir Eosen, bleeding minyak parafinik terjadi di
shale shaker. Analisis geokimia minyak dan batuan induk menunjukkan bahwa fasies
batuan induk adalah lakustrin. Inilah sumur pertama di Selat Makassar yang
membuktikan bahwa di bawah Selat Makassar yang kini dalam itu pernah berkembang
lakustrin, danau, sebagai hasil peregangan, rifting, pada Eosen. Minyak Kaluku juga
diketahui digenerasikan pada awal matang seperti dibuktikan oleh biomarker aromatik.

Sumur Kaluku-1 adalah “blessing in disguise” sebab sumur Kaluku-1 sebenarnya dibor
dengan target dan total depth di terumbu karbonat Eosen-Oligosen yang duduk di horst.
Ternyata sembulan terumbu tidak pernah ada, struktur sembulan hanyalah sebuah
tipuan seismik/ seismic artifact akibat pull-up effect oleh kencangnya seismic velocity
menembus lapisan Neogen yang terdeformasi dengan ketat. Tak menemukan terumbu
karbonat, sumur diperdalam sampai akhirnya secara tidak sengaja menembus lapisan
reservoir Eosen yang mengandung minyak, juga menembus batuan induk serpih Eosen
lakustrin berkualitas istimewa.

Blok Kuma dikembalikan dengan alasan nonekonomis. Saya tidak sepakat dengan alasan
ini. Dari awal, posisi Kaluku-1 bukan diposisikan untuk mengetes target silisiklastik Eosen.
Bahkan, tidak ada struktur Eosen dikenal dan dipetakan di Blok ini sebelum sumur dibor.
Maka kalau Kaluku-1 menemukan lapisan reservoir berkualitas istimewa mengandung
minyak, itu adalah sebuah “blessing in disguise”, sekaligus “open the gate” untuk lebih
berfokus ke target silisiklastik Eosen di Blok ini.

Struktur-struktur silisiklastik Eosen mungkin akan berkembang lebih baik di bagian timur
Blok dari segi petroleum system. Reservoir akan menebal, kualitas batuan induk akan
lebih baik sebab kondisi anoxia (yang bagus untuk pengawetan organik) akan lebih
berkembang, dan generasi minyak akan lebih awal sebab ketebalan burial sediments
menebal ke timur (secara volumetrik, ini penting).

Namun data seismik yang ada tidak cukup kualitasnya untuk memetakan dengan baik
struktur2 silisiklastik Eosen baik di sekuen post-rift dan syn-rift di bagian timur Blok.
Maka Blok Kuma sesungguhnya tidak konklusif untuk disimpulkan tidak ekonomis buat
dikembalikan secara total. Melakukan survei seismik 3-D detail khusus untuk target
silisiklastik Eosen di sebelah timur Kaluku-1 akan menjadi cara terbaik untuk memahami
lebih lanjut prospektivitas Blok ini yang peluang baiknya telah dibuka oleh reservoir
minyak Kaluku-1.

Kaluku-1 sesungguhnya telah membuka peluang dan mengubah paradigma konsep


eksplorasi di Blok Kuma, dari target silisiklastik Neogen dan terumbu karbonat Eosen-
Oligosen, yang keduanya tidak terbukti sebagai target yang baik atau tidak ada, ke target
silisiklastik Eosen yang telah terbukti mengandung minyak.

Eksplorasi membutuhkan passion, sains, ketekunan, dan daya tahan tersendiri. Tidak
jarang dalam sejarah eksplorasi, lapangan-lapangan besar ditemukan bukan oleh sumur
eksplorasi pertamanya, tetapi oleh sumur kedua, atau ketiga, atau keempat, atau kelima,
atau di atas kelima. Tidak jarang juga Blok yang telah dilepas oleh satu operator,
ternyata oleh operator berikutnya ditemukan minyak dalam jumlah signifikan di Blok yang
sama.

Memang ada Blok yang sekali dibor, segera lupakan saja. Tetapi ada Blok yang sekali
dibor, lanjutkan terus eksplorasinya tahap demi tahap dengan sabar.

Explorationists yang baik tahu kapan harus segera pergi, kapan harus tetap bertahan.

SUCCESS NEEDS TIME, BE PERSISTENT !

Anda mungkin juga menyukai