Anda di halaman 1dari 243

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan

nikmat dan karuniaya kepada kita semua sehingga pada tahun ini dapat tersusun

sebuah Grand design pembangunan kependudukan Kota Bandung untuk tahun

2019-2035. Perencanaan ini disusun melalui usaha yang mendalam melalui

kerjasama dengan tim ahli kependudukan Universitas Padjadjaran dan Koalisi

Kependudukan Jawa Barat.

Pembangunan daerah yang disusun dalam berbagai perencanaan program

akan mengacu kepada jumlah penduduk. Perkembangan jumlah penduduk akan

mempengaruhi besaran dan kualitas layanan publik. Oleh karena itu pembangunan

yang mendasarkan pada kuantitas dan kualitas serta perkembangan jumlah

penduduk menjadi acuan bagi semua komponen dalam menyusun perencanaan

yang tepat, anggaranm pembangunan yang dibutuhkan sampai kepada tingkat

kepuasan masyarakat terhadap hasil pembangunan.

Ilustrasi di atas menuntut pemerintah kota Bandung untuk menyusun

desain kependudukan yang dapat dijadikan indikator berbagai layanan dan arah

pembangunan bagi kesejahteraan masyarakat kota Bandung. Grand design

pembangunan kependudukan Kota Bandung disusun agar wilayah Kota Bandung

sebagai wilayah yang layak bagi semua penduduknya memiliki berkepribadian,

berakhlak mulia, sehat, cerdas, nyaman dan unggul dalam memenuhi hak-hak

dasar hidup.

Pembangunan kependudukkan diarahkan pada upaya memanipulasi

kondisi wilayah Kota Bandung yang memiliki kepadatan penduduk terkendali

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035

i
dengan daya dukung lahan mampu menciptakan lingkungan yang sehat lahir

batin. Lingkungan sehat dapat ditinjau dari tingkat kepadatan penduduk dan

rumah tinggalnya serta kecukupan masyarakat dalam memperoleh kebutuhan

dasar seperti pangan, akses kesehatan dan ruang terbuka bagi akses oksigen tanpa

pencemaran lingkungan.

Ilustrasi di atas menggambarkan bahwa tercapainya indikator

kependudukan dilakukan melalui regulasi yang mampu mendinamisasi kuantitas

penduduk, kualitas penduduk, mobilitas penduduk yang terusun secara sinergis

dan berkelanjutan. Rancangan pembangunan Kota Bandung harus dimulai dari

informasi dasar tentang jumlah penduduk, laju pertumbuhan penduduk dan laju

tingkat kepadatannya. Informasi tersebut menjadi modal dalam membangun

integrasi pembangunan bersama sektor lain yang secara langsung atau tidak

langsung dapat mempengaruhi indikator kependudukan seperti kecukupan

pangan, akses ketenagakerjaan, tingkat pendidikan, kualitas kesehatan, ketahanan

keluarga dan lain-lain. Oleh karena itu, Grand design kependudukan Kota

Bandung disusun secara sinergis dengan melibatkan masalah pokok yang

mempengaruhi kependudukan atas sektor-sektor yang terlibat dalam indikator

tersebut yang terdistribusi dalam organisasi SKPD Kota Bandung.

Bersama ini kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang

setinggi-tingginya kepada pihak-pihak yang telah bersedia memberikan kontribusi

ilmiah untuk tersusunnya grand design ini. Ucapan terima kasih diberikan kepada

Bappeda Kota Bandung, OPD Kota Bandung, BPS Kota Bandung dan Tim ahli

baik dari Universitas Padjadjaran maupun dari Koalisi Kependudukan Jawa Barat

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035

ii
yang telah bersedia berdiskusi dalam forum FGD untuk menyusun roadmap

kependudukan di Kota Bandung. Besar harapan kami roadmap pembangunan

kependudukan tahun 2019-2035 dapat dijadikan sebagai referensi dalam

menyusun program tahunan bagi pembangunan kependudukan di Kota Bandung.

Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan demi

efektifitas dalam merealisasi program pembangunan kependudukan di Kota

Bandung.

Bandung, November 2019


Dinas P2KB Kota Bandung
Kepala Dinas

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iv

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBARxi

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Dasar Hukum 7

1.3 Visi dan Misi 8

1.4 Arah Kebijakan 10

1.5 Tujuan 10

1.6 Sasaran 11

1.7 Ruang Lingkup 11

1.8 Pengertian Umum 12

1.9 Penjelasan Indikator 13

1.10 Metode Pengkajian 18

1.11 Tahapan Kegiatan ……………………………………………………… 20

BAB II KONDISI UMUM KEPENDUDUKAN KOTA BANDUNG 27

2.1 Gambaran Umum Wilayah Kota Bandung 27

2.2 Aspek Kuantitas Penduduk Kota Bandung 33

2..3 Kualitas Penduduk 52

2.4 Pembangunan Keluarga 63

2.5 Persebaran dan Mobilitas Penduduk 66

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035

iv
2.6 Data dan Informasi Kepedudukan 72

BAB III KONDISI PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN KOTA


BANDUNG 81

3.1 Kondisi Terkini Kuantitas Penduduk 81

3.2 Komposisi Penduduk Menurut Karakteristik Demografi 86

3.3 Piramida Penduduk 87

3.4 Komposisi Keluarga 88

3.5 Komposisi dan Persebaran Penduduk 89

3.6 Indeks Pembangunan Manusia 99

3.7 Pendidikan 102

3.8 Kesehatan 108

3.9 Mobilitas dan Persebaran Penduduk 110

3.10 Pembangunan Keluarga 114

3.11 Ekonomi 119

3.12 Data dan Administrasi Kependudukan 129

3.13 Kondisi Harapan Kuantitas dan Kualitas Penduduk Kota Bandung …


3.14 Analisis pembangunan kependudukan 136

3.15 Analisis Distribusi, Struktur dan Transisi Demografi 141

BAB IV ROADMAP KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN


KOTA BANDUNG TAHUN 2019-2035 152

4.1 Pengendalian Kuantitas Penduduk 152

4.2 Peningkatan Kualitas Penduduk 158

4.3 Pembangunan Keluarga 162

4.4 Pengarahan Mobilitas Penduduk 163

4.5 Pembangunan Sistem Data dan Informasi Kependudukan 168

4.6 Implikasi Kebijakan 171


Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035

v
4.7 Kebijakan Pembiayaan 171

4.8 Perluasan Akses Pelayanan Kesehatan 172

4.9 Peningkatan Pendidikan Perempuan 173

4.10 Kebijkan Keluarga Berencana Sebagai Basis Pembangunan Keluarga


174

BAB V ROADMAP KEGIATAN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN


KOTA BANDUNG 2019-2035 176

5.1 Pendahuluan 176

5.2 Analisa Matrik Konteks Sebagai Dasar Penyusunan Roadmap


Pembangunan Kependudukan di Kota Bandung 187

5.3 Roadmap Kegiatan Pembangunan Kependudukan 208

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jadwal kegaitan yang akan dilanjutkan tahun 2019...............................23


Tabel 1.2 Format FGD GD Pembangunan Kependudukan...................................24
Tabel 1.3 Jumlah peserta FGD...............................................................................26
Tabel 2.1 Letak Geografis Tiap Kecamatan Topografi........................................31
Tabel 2.2 Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Bandung.........................................35
Tabel 2.3 Laju Pertumbuhan Penduduk Tiap Kecamatan tahun 2017...................36
Tabel 2.4 Penduduk Kota Bandung berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2016..........38
Tabel 2.5 Jumlah Penduduk Kota Bandung berdasarkan Kepadatan Penduduk.....46
Tabel 2.6 Wilayah Jumlah Penduduk dan Over density di Kota Bandung Tahun
2018.....................................................................................................47
Tabel 2.7 Data Kelahiran dan Kematian Bayi Tahun 2016...................................51
Tabel 2.8 Indeks Pembangunan Manusia Kota Bandung Tahun 2017..................54
Tabel 2.9 IPM Dengan Komponennya Kota Bandung.........................................54
Tabel 2.10 Indeks Pemberdayaan Jender (IDJ) Kota Bandung 2014-2016..........63
Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Kota Bandung berdasarkan Kepadatan Penduduk
Tahun 2018..........................................................................................83
Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Struktur Umur Tahun 2018.................88
Tabel 3.3 Proyeksi Penduduk Menurut kelompok Umur dan Jenis Kelamin........91
Tabel 3.4 Persentase Jumlah Kepala Keluarga Menurut Jenis Kelamin di Kota
Bandung 2018.....................................................................................92
Tabel 3.5 Jumlah PUS Kota Bandung Tahun 2017...............................................95
Tabel 3.6 Capaian IPM dan Komponennya di Kota Bandung, Tahun 2018.......101
Tabel 3.7 Angka Partisipasi Kasar di Kota Bandung Tahun 2011-2017.............107
Tabel 3.8 IPM. Indeks Kesehatan, RLS, Pengeluaran per kapita dan Umur
Harapan Hidup Kota Bandung..........................................................108
Tabel 3.9 Kematian Bayi Tahun 2013 s/d 2017..................................................109
Tabel 3.10 Jumlah Kematian Ibu Kota Bandung Tahun 2014-2017...................109
Tabel 3.11 Migrasi Seumur Hidup Jawa Barat ………………………………..
111
Tabel 3.12 Migrasi Risen Jawa Barat Tahun 1980-2010....................................113
Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035

vii
Tabel 3.13 Jumlah Kasus Kekerasan pada Anak dan Perempuan di Kota Bandung
Tahun 2017-2018..............................................................................117
Tabel 3.14 Penduduk Kota Bandung Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan
2015-2018.........................................................................................121
Tabel 3.15 Penduduk Kota Bandung Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut
Golongan Umur dan Kegiatan Seminggu yang Lalu 2018...............125
Tabel 3.16 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan
Pekerjaan Utama 2015-2018.............................................................126
Tabel 3.17 Penduduk Kota Bandung yang Bekerja Menurut Kelompok Sektor,
2014 – 2018.......................................................................................127
Tabel 3.18 Penduduk Kota Bandung Berumur 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja
Selama Seminggu Yang Lalu Menurut Status Pekerjaan Utama Tahun
2018...................................................................................................128
Tabel 3.19 ASNMR Penduduk Kota Bandung....................................................133
Tabel 3.20 Dependency ratio dan AKH...............................................................134
Tabel 3.21 Pertumbuhan Penduduk .…………………………………………. 137
Tabel 3.22 Proyeksi Komposisi Penduduk di Kota Bandung 2015, 2020, 2025 145
Tabel 4.1 Perbandingan LPE dan LPP Kota Bandung tahun 2006-2030 (persen)
...........................................................................................................154
Tabel 4.2 Proyeksi Penduduk menurut Usia Kota Bandung tahun 2030.............155
Tabel 4.3 Proyeksi Penduduk menurut Usia Kota Bandung tahun 2034.............156
Tabel 4.4 Roadmap Kondisi Kuantitas Kependudukan Yang Diinginkan..........158
Tabel 4.5 Kondisi Yang Diinginkan Akhir Roadmap menurut Indikator dan
Parameter Pengendalian Kuantitas Penduduk Kota Bandung 2010-
2030...................................................................................................158
Tabel 4.6 Roadmap Kondisi Kualitas Penduduk yang Diinginkan.....................159
Tabel 4.7 Perkiraan Rata-Rata Lama Bersekolah (MYoS)..................................160
Tabel 4.8 Scenario Asimtot APM........................................................................160
Tabel 4.9 Perkiraan Angka Harapan Hidup 2014-2034.......................................161
Tabel 4. 10 Kondisi Yang Diinginkan Akhir Roadmap menurut Indikator dan
Parameter Peningkatan Kualitas Penduduk Kota Bandung 2010-2034

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035

viii
...........................................................................................................161
Tabel 4. 11 Roadmap Pembangunan Keluarga....................................................162
Tabel 4. 12 Kondisi Yang Diinginkan Akhir Roadmap Menurut Indikator dan
Parameter Pembangunan Keluarga Kota Bandung 2010-2034.........162
Tabel 4. 13 Roadmap Kondisi Penataan Persebaran dan Mobilitas Kependudukan
Yang Diinginkan Kota Bandung 2010-2030.....................................163
Tabel 4. 14 Road Map Pembangunan Kependudukan Kota Bandung.................164
Tabel 4. 15 Road Map Pembangunan Kependudukan Kota Bandung.................165
Tabel 4. 16 Roadmap Pembangunan Database Kependudukan...........................168
Tabel 4. 17 Kondisi Yang Diinginkan Akhir Roadmap Menurut Indikator dan
parameter Pembangunan Database Kependudukan Kota Bandung
2010-2034.........................................................................................169
Tabel 5. 1 Aspek Pengendalian Kuantitas Penduduk di Kota Bandung (Jumlah,
LPP dan Kepadatan)..........................................................................187
Tabel 5. 2 Aspek Pengendalian Kuantitas Penduduk (Aspek pengendalian
kelahiran/ Natality)............................................................................192
Tabel 5. 3 Aspek Kuntitas Penduduk di Kota Bandung (Aspek Mortality)........195
Tabel 5. 4 Aspek Kualitas Penduduk di Kota Bandung (Aspek Kesehatan).......197
Tabel 5. 5 Aspek Kualitas Penduduk di Kota Bandung (Aspek Ekonomi
Ketenagakerjaan)...............................................................................202
Tabel 5. 6 Aspek Kualitas Penduduk di Kota Bandung (Aspek Pendidikan)......205
Tabel 5. 7 Aspek Kewilayahan di Kota Bandung...............................................206
Tabel 5. 8 Aspek Pangan Penduduk di Kota Bandung........................................207
Tabel 5. 9 Pengendalian Kuantitas Penduduk di Kota Bandung........................208
Tabel 5. 10 Peningkatan Kualitas Penduduk Melalui Pengendalian Mortalitas
Penduduk di Kota Bandung..............................................................216
Tabel 5. 11 Pengendalian Kualitas Penduduk di Kota Bandung (Aspek Kesehatan)
...........................................................................................................219
Tabel 5. 12 Peningkatan Kualitas Penduduk Melalui Ekonomi Ketenagakerjaan di
KOTA BANDUNG...........................................................................222

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035

ix
Tabel 5. 13 Peningkatan Kualitas Penduduk Melalui Pendidikan di Kota Bandung
...........................................................................................................224
Tabel 5. 14 Peningkatan Kualitas Kewilayahan di Kota Bandung....................225
Tabel 5. 15 Rantai Pasok Pangan Di Kota Bandung...........................................226
Tabel 5. 16 Penurunan Kriminalitas Di Kota Bandung.....................................227

DAFTAR GAMBAR

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035

x
Gambar 2. 1 Bandung Tempo Dulu.......................................................................28
Gambar 2. 2 Peta Bandung Kota............................................................................29
Gambar 2. 3 Perkembangan Penduduk di Kota Bandung......................................34
Gambar 2. 4 Rasio Jenis Kelamin Tiap Kecamatan berdasarkan Diagram Jumlah
Penduduk Kota Bandung Tahun 2018................................................40
Gambar 2. 5 Piramida Penduduk di Kota Bandung...............................................41
Gambar 2. 6 Jumlah Penduduk Kota Bandung Berdasarkan Kelompok Usia
Produktif Tahun 2018.........................................................................43
Gambar 2. 7 Distribusi Kepadatan Penduduk Di Kota Bandung..........................45
Gambar 2. 8 Trend angka kelahiran Bayi di Kota Bandung..................................50
Gambar 2. 9 Peningkatan indeks kesehatan Kota Bandung...................................55
Gambar 2. 10 Akselerasi Berbagai Komponen IPM..............................................56
Gambar 2. 11 Prosentase Sektor Pekerjaan Dari Penduduk Bekerja.....................59
Gambar 2. 12 Jumlah Rumah sakit dan dokter di Kota Bandung..........................61
Gambar 2. 13 Keluarga Pra Sejahtera dan Sejahtera I Tahun 2016.......................64
Gambar 2. 14 Distribusi KK di Kota Bandung......................................................67
Gambar 2. 15 Data Distribusi Penduduk di Kota Bandung tahun 2016................68
Gambar 2. 16 Skema Alur Data Dan Informasi Kependudukan Terintegrasi.......79
Gambar 3. 1 Rasio Jenis Kelamin Menurut Kecamatan di Kota Bandung, 2018..82
Gambar 3. 2 Grafik Pertumbuhan Penduduk atas over density.............................85
Gambar 3. 3 Penduduk berdasarkan kelompok umur............................................87
Gambar 3. 4 Piramida Penduduk Kota Bandung...................................................87
Gambar 3. 5 Grafik Perkembangan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di
Kota Bandung......................................................................................93
Gambar 3. 6 Status PUS Kota Bandung 2019.......................................................97
Gambar 3. 7 Peserta KB Kota Bandung 2019.......................................................98
Gambar 3. 8 Rata-rata lama sekolah Kota Bandung............................................104
Gambar 3. 9 Rata-rata lama sekolah Provinsi Jawa Barat...................................105
Gambar 3. 10 Angka Partisipasi Kasar (APK) menurut Daerah Tempat Tinggal,
Kelompok Umur Pendidikan dan Jenis Kelamin di Kota Bandung,

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035

xi
Tahun 2011-2017..............................................................................108
Gambar 3. 11 Penyebab Kematian Ibu Kota Bandung Tahun 2017...................110
Gambar 3. 12 Tren Migrasi di Kota Bandung Tahun 1980 – 2010.....................111
Gambar 3. 13 Gambar Tren Migrasi Risen Jawa Barat Tahun 1980 – 2010......113
Gambar 3. 14 Grafik Jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)
...........................................................................................................118
Gambar 3. 15 Persentase Penduduk Umur Produktif Menurut Kecamatan di Kota
Bandung 2018...................................................................................120
Gambar 3. 16 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kota Bandung................122
Gambar 3. 17 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 2015 – 2018.........................123
Gambar 3. 18 TFR Penduduk Jawa Barat............................................................132
Gambar 3. 19 Sebaran penduduk Jawa Barat tahun 1990, 2000 dan 2010.........139
Gambar 3. 20 Proyeksi Komposisi Penduduk di Kota Bandung 2010, 2020, 2025
...........................................................................................................145

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035

xii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penduduk merupakan sekelompok manusia dalam sistem sosial masyarakat

yang terstruktur dalam unit-unit terkecil (rumah tangga) sampai unit komunitas

yang besar menempati wilayah tertentu dengan mengikuti aturan yang berlaku

dalam wilayah tersebut. Unit kecil dalam bentuk rumah tangga merupakan

dinamika social yang terjadi dalam perkembangan umat manusia sepanjang

zaman. Unit kecil dalam wilayah tertentu akan berhubungan secara social dengan

antar dan intra unit kecil tersebut sehingga terbangun sistem social. Menurut

Arifin, dkk (2018) bahwa orientasi social dalam bermasyarakat di suatu wilayah

adalah ingin mencapai kesejahteraan, kenyamanan dan keamanan bersama,

sehingga dalam konteks kemasyarakatan terbangun aturan hukum yang berlaku

dan mengikat warga masyarakat untuk mencapai tujuannya.

Penduduk dalam perspektif kewarganegaraan adalah warga negara

Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di wilayah negara kesatuan

Republik Indonesia (sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku) memiliki

hak dan kewajiban sebagai warga negara. Setiap warga masyarakat di kota

Bandung memiliki peran yang sama dalam mewujudkan hak dan menjalankan

kewajibannya sebagai warga masyarakat dan warga negara. Dengan demikian

maka negara dibentuk untuk menjamin warganya memiliki pertahanan hidup dan

kehidupannya, membentuk keluarga, dan mengembangkan diri dalam pemenuhan

kebutuhan dasar manusia yang diatur oleh negara dalam bentuk perundangan.

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


1
Perwujudan pengembangan diri dan kebutuhan dasar warga masyarakat

dilakukan melalui ikhtiar kolektif suatu kegiatan bersama bernama pembangunan.

Oleh karena itu pembangunan merupakan bagian dari upaya perwujudan

kesejahteraan masyarakat dan terwujudnya keadilan social, terciptanya kehidupan

masyarakat yang selaras dan keberlanjutan pada berbagai aspek. (sebagai bagian

dari tujuan akhir konsensus negara). Ilustrasi ini menggambarkan bahwa pelaku

(subyek) pembangunan adalah manusia dan sasaran (obyek) pembangunan adalah

manusia juga, dalam kontek berkelompok menjadi penduduk.

Upaya perwujudan keselarasan dan keberlanjutan pembangunan manusia

dilakukan dengan memanfaatkan kemampuan manusia, sumberdaya alam, modal

dan pengusaan atas teknologi serta kekuatan kelembagaan masyarakat. Adapun

sasaran pembangunan adalah manusia. Artinya, proses membangun sasaran

pembangunan adalah memanfaatkan, mengelola, dan mengatur berbagai

sumberdaya yang dimiliki, antara lain sumberdaya manusia, sumberdaya alam,

teknologi dan seni. Atas dasar ini maka suatu pemerintahan (termasuk di tingkat

kota) memerlukan rancangan pembangunan manusia yang tepat, agar

menghasilkan generasi yang kuat, berdaya juang tinggi dan mampu menjalin

keselarasan untuk mewujudkan hak manusia secara bersama tanpa ada manusia

lain yang terampas hak asasinya.

Proses pembentukkan penduduk secara klasik dibagi menjadi dua, pertama

terbentuk dengan tidak disengaja akibat migrasi penduduk ke dalam wilayah

yang memiliki daya dukung lebih dalam mencukupi kebutuhan hidup. Kondisi

pembentukkan penduduk model pertama ini banyak menyebar di wilayah yang

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


2
memiliki sumberdaya dan daya dukung mencari ekonomi bagus, biasanya

terbentuk di wilayah sekitar industri, wilayah kosong dengan kesuburan tinggi,

perpindahan penduduk ke tempat tertentu akibat alih fungsi kawasan dan lain-lain.

Proses pembentukkan penduduk dalam katagori Kedua, adalah penduduk

yang terbentuk dengan sengaja melalui regulasi negara dalam pembentukkan

wilayah baru untuk perluasan, kawasan pemerintahan, kawasan industry dan

sebagainya. Proses perkembangan penduduk di Kota Bandung masuk dalam

katagori ini. Kota Bandung dibentuk pada masa Bupati R. A. Wiranatakusumah II

sebagai pendiri (the founding father) pada era kolonial. Kota Bandung diresmikan

sebagai ibukota baru Kabupaten Bandung dengan surat keputusan tanggal 25

September 1810 oleh Gubernur Belanda (Mr. Daendels) dengan pusat kota di

wilayah Kebon Kawung dengan kantor di Gedung Pakuan. Proses pembangunan

kota yang massif membuat masyarakat dari berbagai penjuru datang ke kota ini

sebagai migran. Situasi ini mempercepat wilayah kota Bandung menjadi salah

satu kota metropoliotan besar di Indonesia.

Pembangunan manusia dirancang dalam berbagai variabel, salah satunya

pembangunan kependudukan. Pembangunan kependudukan dilakukan agar

manusia dapat melahirkan generasi yang kuat dan berdaya saing dalam

kesejahteraan yang berkeadilan, baik untuk masa sekarang maupun masa yang

akan datang. Manusia yang kuat (jasmaniah dan rohaniah) akan menciptakan

subyek pengelola yang arif, cerdas dan sehat dalam menggunakan sumberdaya

alam dan teknologi untuk pembangunan yang berorientasi pada masa depan

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


3
penduduknya. Oleh karena itu manusia sebagai komponen kependudukan perlu

direkayasa secara arif agar tercipta pelaku pembangunan yang kuat dan cerdas.

Kependudukan merupakan bagian dari upaya menciptakan sumberdaya

manusia yang dapat memenuhi kebutuhan dasar dan pengembangan diri manusia

secara berkelanjutan dari generasi ke generasi dalam mendapatkan kesejahteraan

lahir dan batin. Hal ini sesuai dengan Undang-undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 pasal 28 bahwa setiap orang memiliki hak untuk hidup

sejahtera lahir batin, dengan mendapatkan hak yang sama untuk memperoleh

kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan.

Isu kependudukan adalah isu yang sangat strategis dan bersifat lintas

sektor. Oleh karena itu, pengintegrasian berbagai aspek kependudukan ke

dalam perencanaan pembangunan dan bagaimana pembangunan

kependudukan itu sendiri akan dicapai, akan menjadi pekerjaan besar yang

harus diwujudkan. Dalam hal ini, upaya mewujudkan keterkaitan perkembangan

kependudukan, sebagai wujud dinamika penduduk dengan berbagai kebijakan

pembangunan menjadi prioritas penting agar kedepan nanti pengelolaan

perkembangan kependudukan dapat mewujudkan keseimbangan yang serasi

antara kuantitas dan kualitas penduduk, pengarahan mobilitas penduduk dan

penataan persebarannya yang didukung oleh upaya-upaya perlindungan,

pemberdayaan penduduk, peningkatan pemahaman dan pengetahuan tentang

wawasan kependudukan bahkan sejak usia dini.

Perencanaan kependudukan pada era otonomi daerah memerlukan orientasi

nilai dan tujuan yang jelas, informasi yang terbuka dan saling terintegrasi dalam

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


4
kemerdekaan berpendapat. Pembangunan kependudukkan juga menganut prinsip

desentralisasi berkoridor demokrasi civil society dalam model button up. Strategi

yang diupayakan untuk bisa mmberikan nafas pembangunan kependudukan dalam

kontek pembangunan daerah salah satunya adalah dengan menyusun Grand

Design Pembangunan Kependudukan. Banyak variabel yang diperhitungkan

sesuai asumsi perkembangan sosiologis yang sangat dinamis di masa milenial.

Namun demikian perancangan pembangunan kependudukan akan dicoba dalam 5

(lima) aspek pokok kependudukan, yakni (i) kuantitas penduduk, (ii) kualitas

penduduk, (iii) mobilitas (migrasi), (iv) dan Pembangunan keluarga (v), dan

pembuatan data base kependudukan (vi).

Kuantitas penduduk merupakan dinamika populasi suatu wilayah yang

terbangun atas rangkaian banyaknya kelahiran penduduk (fertility), kematian

penduduk (mortality), dan mobilitas penduduk (inmigration and emigration). Dari

sisi kuantitas penduduk Kota Bandung memiliki kepadatan yang sangat tinggi.

Penduduk Kota Bandung menurut BPS Kota Bandung berjumlah 2.490.622 jiwa

dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 0.37 persen pada tahun 2016,

meningkat tahun 2017 jumlah penduduk sudah bertambah menjadi 2.497.938

jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk menurun menjadi 0,29 persen.

Kuantitas penduduk berpengaruh langsung terhadap kepadatan penduduk.

Angka kepadatan penduduk menjadi dasar bagi pengelola pembangunan untuk

menetapkan daya tampung wilayah, jumlah rumah hunian, tingkat kualitas

lingkungan, jumlah sekolah (termasuk guru dan fasilitas infrastrukturnya), jumlah

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


5
layanan kesehatan, jumlah pasokan bahan makanan pokok dan kemampuan

wilayah dalam mensuplay pangan dari hasil pertaniannya.

Kematian dikendalikan oleh pola hidup sehat dan pelayanan kesehatan yang

terjangkau oleh seluruh warga masyarakat. Namun persoalan mobilitas penduduk

menjadi sangat sulit untuk diantisipasi. Secara empiris dikatakan, salah satu

indikator kemajuan bangsa selain jumlah pengeluaran bidang rekreasi, juga

tingkat mobilitas penduduk. Dengan demikian, mobilitas adalah harga yang harus

dibayar dari suatu proses pembangunan. Tantangan pembangunan kependudukan

di Kota Bandung hari ini dan kedepan salah satunya masalah in-migration.

Akselerasi pertumbuhan penduduk yang tinggi, terpicu oleh berbagai sebab dan

akibat yang pada gilirannya dapat mengusik beban pembangunan itu sendiri.

Berdasarkan ilustrasi di atas maka pembangunan kependudukan harus

menfokuskan diri dalam menata beberapa indikator penting yang menjadi

perhatian serius dalam pembangunan kependudukan. Indikator tersebut antara lain

laju pertambahan penduduk (LPP) cukup baik, rata-rata kelahiran anak di

beberapa wilayah masih tinggi, usia perkawinan pertama masih rendah, MJP yang

harus ditingkatkan karena data keluarga pra sejahtera dan sejahtera masih tinggi.

Variasi nilai indikator di wilayah Kota Bandung disebabkan oleh kepadatan

penduduk yang tidak merata dan data kependudukan yang perlu direstorasi.

Berdasarkan ilustrasi di atas maka perlu disusun grand design

pembangunan kependudukan di Kota Bandung untuk melengkapi dokumen

perencanaan pembangunan yang ada. Grand design pembangunan kependudukan

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


6
ini akan dijadikan sebagai referensi pemerintah dan masyarakat dalan

menjalankan kegiatan pembangunan kependudukan di Kota Bandung.

1.2 Dasar Hukum

Landasan hukum yang mendasari pelaksanaan Grand Design KKBPK

antara lain :

1. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Bandung

(Lembarn Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 89, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4116);

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4700);

3. Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan

kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Lembaran negara Republik

Indonesia Tahun 2009 Nomor 161, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5080)

4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan (Lembaran negara Republik Indonesia Tahun 2011

Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234)

5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana teal

dirubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


7
2015 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014

tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran negara Republik Indonesia Tahun

2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5679)

6. Peraturan Pemerintah Nomor 87 Tahun 2014 Tentang Perkembangan

Kependudukan dan Pembangunan Keluarga , Keluarga Berencana dan Sistem

Informasi Keluarga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014

Nomor 319, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5614)

7. Peraturan Presiden Nomor 153 Tahun 2014 tentang Grand Design

Pembangunan Kependudukan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2014 Nomor 310);

8. Peraturan Wali Kota Bandung Nomor 8 Tahun 2016 tentang Pembentukan

dan Susunan Perangkat Daerah Kota Bandung

9. Peraturan Wali Kota Bandung Nomor 1388 tahun 2016 tentang Kedudukan,

susunan organisasi, tugas dan fungsi serta tata kerja Dinas Pengendalian

Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Bandung.

10. RPJMD Kota Bandung tahun 2018-2023 tentang Visi dan Misi Kota Bandung

1.3 Visi dan Misi

Dengan mempertimbangkan arah pembangunan jangka panjang daerah,

kondisi, permasalahan, dan tantangan pembangunan yang dihadapi serta isu-isu

strategis maka Visi Kota Bandung Tahun 2018-2023, yaitu:

“Terwujudnya Kota Bandung Yang Unggul, Nyaman, Sejahtera, Dan Agamis”

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


8
Visi dari pembuatan Grand Desain Kependudukan adalah terwujudnya

keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara jumlah, struktur dan persebaran

penduduk dengan lingkungan hidup baik berupa daya dukung alam maupun daya

tampung lingkungan. Juga dengan melihat kondisi perkembangan sosial dan

budaya masyarakat Mewujudkan keluarga kecil yang mandiri, tangguh dan

sejahtera.

Perwujudan visi Kota Bandung dijabarkan dalam Misi Kota Bandung

sebagai berikut :

1. Membangun Masyarakat yang humanis, agamis, berkualitas dan berdaya

saing

2. Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan yang Melayanai, Efektif, Efisien, dan

Bersih

3. Membangun Perekonomian yang Mandiri, Kokoh, dan Berkeadilan

4. Mewujudkan Bandung nyaman melalui perencanaan tata ruang,

pembangunan infrastruktur serta pengendalian pemanfaatan ruang yang

berkualitas dan berwawasan lingkungan

5. Mengembangkan pembiayaan kota yang partisipatif, kolaboratif dan

terintegrasi

Perwujudan misi tersebut diatas, Dinas Pengendalian Penduduk dan

Keluarga Berencana harus mempunyai arah misi yang dibangun meliputi :

1. Membangun komitmen para stakeholder tentang penting dan strategisnya

upaya pengendalian kuantitas penduduk dan peningkatan kualitas penduduk

bagi pembangunan

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


9
2. Membentuk dan menyempurnakan peraturan daerah atau membangum

konstruksi regulasi yang mendukung upaya pengendalian penduduk dan

peningkatan kualitas penduduk di Kota Bandung

1.4 Arah Kebijakan

Penyusunan grand design pembangunan kependudukan diarahkan untuk

menyusun arah kebijakan pemerintah Kota Bandung, antara lain :

1. Pembangunan kuantitas penduduk di Kota Bandung perlu dirancang dalam

suatu desain yang dapat dijalankan oleh semua pihak secara sistematis dan

efektif dapat mengendalikan jumlah penduduk dan persebarannya.

2. Pembangunan kualitas penduduk, yakni rancangan peningkatan kuantitas

penduduk dengan pembangunan sumberdaya manusianya seperti tingkat

kesehatan, pendidikan (jumlah lulusan pada berbagai tingkat pendidikan,

fasilitas pendidikan, serapan tenaga kerja berdasarkan lulusan pendidikan dan

lain-lain), tenaga kerja, dan daya beli masyarakat.

3. Persebaran penduduk yang tidak merata dan terkonsentrasi di daerah sekitar

pusat pemerintahan Kota Bandung. Hal ini berimplikasi pada kemampuan daya

tampung dan daya dukung lingkungan, yang pada akhirnya suatu saat akan

menimbulkan permasalahan lingkungan hidup, pasokan pangan dan masalah

social.

4. Administrasi kependudukan (data dan informasi penduduk) berkaitan dengan

tiga aspek pembangunan kependudukan yaitu kuantitas penduduk, kualitas

penduduk dan mobilitasnya belum ditetapkan dalam rencana pembangunan

daerah secara konsisten;

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


10
1.5 Tujuan

Tujuan dari pembuatan Grand Design Kependudukan secara umum adalah

Menyajikan Grand Desain Kependudukan Kota Bandung Tahun 2019 -

2035, sebagai salah satu informasi dalam penentuan kebijakan, perencanaan

pembangunan serta evaluasi hasil pembangunan antara lain :

1. Memberikan arah kebijakan bagi pelaksanaan pengendalian penduduk di

Kota Bandung 2019-2035

2. Mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan melalui rekayasa kondisi

penduduk optimal yang berkaitan dengan jumlah, struktur/komposisi,

pertumbuhan serta persebaran penduduk di wilayah Kota Bandung

3. Mengendalikan pertumbuhan dan persebaran penduduk sesuai dengan daya

dukung alam dan daya tampung lingkungan serta suplay pangan melalui

pengendalian angka kelahiran, penurunan angka kematian dan regulasi

mobilitas.

4. Menyusun desain peningkatan kualitas penduduk melalui pembangunan

keluarga dan meningkatkan kualitas data serta informasi keluarga.

1.6 Sasaran

Sasaran dalam kajian ini adalah pemerintah kota Bandung, penduduk kota

Bandung dan masyarakat atau stakeholder yang berhubungan dengan aspek

kependudukan dan keluarga berencana di Kota Bandung.

1.7 Ruang Lingkup

1. Kuantitas Penduduk, meliputi komposisi dan persebaran penduduk.

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


11
2. Kualitas penduduk, meliputi kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan.

3. Pembangunan Keluarga

4. Penataan persebaran dan pengarahan mobilitas penduduk

5. Data kependudukan dan penataan administrasinya.

1.8 Pengertian Umum

1. Penduduk adalah Warga Negara Indonesia dan Warga Negara Asing yang

termasuk secara sah bertempat tinggal di wilayah Indonesia sesuai dengan

peraturan (Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2006)

2. Administrasi Kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan

penerbitan dalam penerbitan dokumen dan data kependudukan melalui

pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan informasi

administrasi kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk

pelayanan publik dan pembangunan sektor lain (Undang - Undang Nomor

23 Tahun 2006).

3. Data kependudukan adalah data perorangan dan atau data agregat yang

terstruktur sebagai hasil dari kegiatan pendaftaran penduduk dan

pencatatan sipil (Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006)

4. Kuantitas Penduduk adalah jumlah penduduk akibat dari perbedaan

antara jumlah penduduk yang lahir, mati dan pindah tempat tinggal

(Undang-Undang Nomor 10 tahun 1992)

5. Kualitas Penduduk adalah kondisi penduduk dalam aspek fisik dan non

fisik serta ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang

merupakan dasar untuk mengembangkan kemampuan dan menikmati

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


12
kehidupan sebagai manusia yang berbudaya, berkepribadian dan layak.

(Undang Undang Nomor 52 Tahun 2009)

6. Grand Desain Perkembangan Penduduk adalah kumpulan data dan

informasi tentang perkembangan kependudukan dalam bentuk tertulis,

yang mencakup segala kegiatan yang berhubungan dengan perubahan

keadaan penduduk yang meliputi kuantitas, kualitas, dan mobilitas

serta peramalannya yang mempunyai pengaruh terhadap pembangunan

dan lingkungan hidup yang bersifat jangka panjang.

7. Persebaran Penduduk adalah kondisi sebaran penduduk secara keruangan

(Undang- undang no.10 tahun 1992).

8. Peristiwa Kependudukan adalah kejadian yang dialami Penduduk

yang harus dilaporkan karena membawa akibat terhadap penerbitan

atau perubahan Kartu Keluarga, Kartu Tanda Penduduk dan/atau surat

keterangan kependudukan lainnya meliputi pindah datang, perubahan

alamat, serta status tinggal terbatas menjadi tinggal tetap (Undang-undang

no.23 tahun 2006).

9. Perkembangan Kependudukan adalah segala kegiatan yang berhubungan

dengan perubahan keadaan penduduk yang meliputi kuantitas, kualitas dan

mobilitas yang mempunyai pengaruh terhadap pembangunan dan

lingkungan hidup.

1.9 Penjelasan Indikator

1. Jumlah dan Proporsi Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Untuk menghitung jumlah penduduk dapat menggunakan rumus sebagai

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


13
berikut : Pt = Po + ( B – D) + ( Mi – Mo)

Di mana :

Pt = jumlah penduduk pada tahun t

Po = jumlah penduduk pada tahun dasar (0)

B( Birth ) = jumlah kelahiran selama periode 0-t

D ( Death) = jumlah kematian selama periode 0-t

Mi = jumlah migrasi masuk selama periode 0-t

Mo = jumlah migrasi keluar selama periode 0-t

2. Kepadatan Penduduk

Rasio kepadatan penduduk dapat dihitungdengan menggunakan rumus :

D= rasio kepadatan penduduk ( jiwa/Km²)

P = jumlah penduduk (jiwa)

A = Luas Wilayah (Km²)

3. Laju Pertumbuhan Penduduk

Laju Pertumbuhan Penduduk dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

𝒓
Pt = 𝑷0 𝓮

Di mana :

Pt = jumlah penduduk pada tahun t

Po = jumlah penduduk pada tahun dasar (0)

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


14
r = angka pertumbuhan penduduk

t = periode waktu anatara tahun dasar dan tahun t

e = fungsi eksponensisal = 2,718281

4. Rasio Ketergantungan

Data yang dipergunakan untuk menghitung rasio ketergantungan adalah

jumlah usia 0-14 tahun 54 tahun. Rasio ketergantungan dapat dihitung dengan

menggunakan rumus :

Di mana :

RK total = Rasio Ketergantungan penduduk Usia muda dan tua

RK muda = Rasio Ketergantungan penduduk usia muda

RK tua = Rasio Ketergantungan penduduk usia tua

Po-14 = Jumlah penduduk usia muda ( 0-14)

P65+ = Jumlah penduduk usia produktif ( 65 tahun keatas)

P15-64 = Jumlah penduduk usis produktif ( 15-64 tahun)

5. Rasio Jenis Kelamin

Data yang diperlukan untuk menghitung rasio jenis kelamin adalah jumlah

penduduk laki-laki dan perempuan menurut kelompok umur lima tahunan

pada suatu tahun tertentu. Rasio jenis kelamin dapat dihitung dengan

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


15
menggunakan rumus :

SR = rasio jenis kelamin

∑L = jumlah penduduk laki-laki

∑P = jumlah penduduk perempuan

XK = konstanta = 100 penduduk perempuan

6. Angka Perkawinan Kasar

Data yang digunakan dalam menghitung angka perkawinan angka perkawinan

kasar adalah jumllah perkawinan dalam satu tahun dan jumlah penduduk awal

tahun dan akhir yang sama. Angka perkawinan kasar dap at dihitung dengan

menggunakan rumus ;

Dimana :

M = angka perkawinan kasar

M = jumlah perkawinan dalam satu tahun

P = jumlah penduduk pada pertengahan tahun yang sama

K = konstatnta = 1000

7. Angka Perkawinan Umum

Data yang diperlukan untuk menghitung angka perkawinan umum adalah

jumlah perkwainan 15 tahun keatas.

Angka umum ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


16
Mu = angka rasio perkawinan kasar

M = jumlah perkawinan dalam satu tahun

P15 = jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas

K = konstanta 1000

8. Angka perkawinan menurut kelompok umur

Untuk menghitung Angka Perkawinan Spesifik (Angka Perkawinan Menurut

kelompok Umur ) menggunakan rumus :

= Angka perkawinan menurut kelompok umur (i) dan jenis kelamin (s)

= Jumlah perkawinan menurut kelompok umur (i) dan jenis kelamin (s)

pada tahun tertentu

= Jumlah penduduk menurut kelompok umur (i) dan jenis kelamin (s)

pada pertengahan tahun yang sama.

9. Angka perceraian umum

Angka perceraian umum lebih cermat dibandingkan dengan angka perceraian


kasar. Angka perceraian umum ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus

d = angka perceraian umum

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


17
Dv = jumlah perceraian dalam satu tahun

P15 = jumlah penduduk usia 15 tahun keatas pada pertengahan tahun

K = konstanta = 1000

10. Angka perceraian kasar

Angka ini berguna untuk mengetahui gambaran sosiologis suatu daerah yang

berkaitan dengan tingkat perceraian. Angka perceraian kasar ini dapat dihitung

dengan menggunakan rumus :

d = Angka Perceraian Kasar

Dv = jumlah perceraian dalam satu tahun

P = jumlah penduduk pada pertengahan tahun

K = konstanta – 1000

11. Rasio Anak dan Perempuan

Rasio anak dan perempuan adalah rasio antara jumlah anak dibawah lima

tahun di suatu tempat pada suatu waktu dengan penduduk usia 15-49 tahun.

Rasio ini untuk melihat tingkat fertilitas pada suatu wilayah dan rasio ini

berguna sebagai indicator fertilitas penduduk apabila tidak ada dat kelahiran

dan data registrasi. Untuk menghitung rasio anak dan perempuan digunakan

rumus :

CWR = rasio anak dan perempuan

P 0-4 = jumlah penduduk dibawah 5 tahun ( 0-4 tahun)

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


18
P15-49 = jumlah penduduk perempuan umur 15 – 49 tahun

K = Konstanta 100

1.10 Metode Pengkajian

Pengkajian penyusunan Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota

Bandung Provinsi Jawa Barat bersifat multidisiplin dan mengadopsi pendekatan

kualitatif dan kuantitatif (mixed method approach). Pengambilan data dilakukan

dengan cara observasi, Focus Group Discussion, pengambilan data sekunder serta

penelusuran pustaka. Wawancara yang dilakukan meliputi wawancara dengan

masyarakat (face-to-face interview), key informant interview (termasuk expert

interview) dan Focus Group Discussions (FGD).

Secara umum kegiatan ini meliputi tiga kegiatan besar yang terdiri atas:

1. Inventarisasi/Karakterisasi

Karakterisasi meliputi seluruh kegiatan yang berhubungan dengan

identifikasi, deskripsi kuantitatif dan kualitatif, dan dokumentasi dari populasi

penduduk yang tersebuar di Kota Bandung. Pada tahap ini dilakukan kegiatan

pemetaan potensi wilayah, kependudukan yang meliputi kualitas, kuantitas,

ketahanan keluarga dan data kependudukan sebagai bagian dari pembangunan

komprehensif dalam pemerataan ekonomi atau sumberdaya lainnya dengan

memanfaatkan daya dukung wilayahnya. Tahap inventarisasi ini menjadi dasar

bagi kegiatan tahap pengembangan. Metode yang dapat digunakan dalam hal ini

adalah metode descriptive exploratif.

2. Strategi dan Pengembangan/pemanfaatan

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


19
Kegiatan pada tahap pemanfaatan disesuaikan dengan informasi yang

diperoleh pada tahap karakterisasi. Social mapping digunakan dalam

mengeksplorasi kegiatan strategi dan pengembangan.

Pada tahap ini perlu dilakukan formulasi model pengembangan kawasan

kependudukan dengan mengidentifikasi intervensi teknis yang dapat dilakukan

untuk memanfaatkan potensi yang ada di Kota Bandung Provinsi Jawa Barat

secara berkelanjutan. Selain itu, studi pustaka, key informant interview dan FGD

serta observasi diperlukan untuk mendukung model. Pada tahap ini penerapan

model bisa mulai dilakukan.

3. Analisis Desain dan Strategi

Analisis ini diperlukan untuk menyusun pola regulasi dalam

mengkonstruksi tahapan pembangunan kependudukan. Analisis ini terdiri dari:

a. Analisis situasi desa dan kota secara obyektif mampu menggambarkan

aspek-aspek kependudukan dan potensi bonus demografinya

b. Evaluasi dan pendalaman struktur perencanaan pembangunan daerah dari

provinsi hingga ke desa-desa yang berpihak pada pembangunan penduduk

c. Analisis social mapping untuk mencari bentuk pemberdayaan masyarakat

yang tepat bagi pengendalian penduduk dan peningkatankualitasnya

d. Penyusunan tahapan prioritas program dan para pelakunya serta sinergitas

multi pihak dalam membangun penduduk di Kota Bandung

e. Diseminasi kegiatan untuk mencari imbal balik dari desain yang telah

disusun dalam draft dokumen .

1.11 Tahapan Kegiatan

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


20
Kegiatan yang akan dilaksanakan meliputi tahap persiapan, pelaksanaan

dan pelaporan. Selama proses tahapan dilakukan Focus Group Discussion (FGD)

sebagnayk 13 kali dengan tema-tema FGD meliputim aspek pengendalian

kuantitas penduduk, regulasi persebaran penduduk, aspek kualitas penduduk

dalam sebaran gini rasio, rasio ketergantungan, kemiskinan, lingkungan hidup,

pendidikan, kesehatan dan indek pembangunan manusia serta upaya peningkatan

kualitas penduduknya melalui pengendalian kuantitas dalam program keluarga

berencana.

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


21
Penyusunan Grand Design
Kependudukan

Potensi Ekonomi, pendidikan, dan kesehatan Kondisi Eksisting Kependudukan :


- Saat ini Kondisi Kualitas
kedepan Kondisi Kuantitas
Pembangunan Keluarga
Infrastruktur data kependudukan

Identifikasi pola pengembangan potensi Penduduk:


Kajian literature/pustaka
Survey
Wawancara
FGD
Dokumentasi

Konsep arah Kebijakan dan Pemahaman dan Pengetahuan Masyarakat Konservasi Ekologis dan
Proyeksi terhadap kependudukan Lingkungan Aktivitas berbasis
penduduk

Bentuk Regulasi dan Tahapan strategis Program Pengembangan


Kependudukan

Rencana Aksi Multipihak

Rekomendasi

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


22
Analisis Grand Design

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


23
c.2. Jadwal Kegiatan

Jadwal pelaksanaan kegiatan kajian Grand Desain Pemangunan

Kependudukan Kota Bandung akan dilakukan sebagai berikut:

a. Bulan pertama adalah tahap persiapan yang meliputi: penyelesaian administrasi,

rekrutmen tenaga ahli, rekrutmen tenaga lapangan, penyusunan proposal dan

rapat tim persiapan teknis lapangan.

b. Bulan kedua adalah pengumpulan data sekunder berupa FGD: desk study,

workshop penyiapan instrumen lapangan, dan paparan laporan pendahuluan.

c. Bulan ketiga dan keempat adalah pengumpulan data primer dengan melakukan

survei/pengumpulan data lapangan, wawancara mendalam, FGD.

d. Bulan kelima dan keenam adalah tahap pengolahan data primer dan sekunder

dan analisis kajian, serta kegiatan paparan rancangan laporan akhir.

Jadwal pelaksanaan beserta waktu yang lebih rinci dapat dilihat pada tabel

berikut:

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


24
Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035
25
Tabel 1. 1 Jadwal kegaitan yang akan dilanjutkan tahun 2019

Kegiatan September Oktober November Desember


Laporan Interm 1
FGD 2
Tabulasi data-data
FGD 3
Tabulasi Data-data
Penulisan dan analisis
FGD 4
Tabulasi data-data
Penulisan dan analisis
FGD 5
Penulisan laporan akhir
Diseminasi laporan Akhir
Penyerahan draft laporan
Akhir
Presentasi Akhir dan
sosialisasi

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


26
Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035
27
c.3. TOR Focus Group Discussion Grand Desain Pembangunan Kependudukan
Kota Bandung 2019-2035

Tabel 1. 2 Format FGD GD Pembangunan Kependudukan

JUMLAH FGD : 8 (enam) Kali


Kondisi Kuantitas, Kualitas Penduduk, Pembangunan
TEMA : Keluarga, Mobilitas dan Data Kependudukan di Kota
Bandung
1. Laju Pertumbuhan Penduduk, Kepadatan Penduduk,
Piramida Penduduk, Natalitas, Mortalitas, dan
Progres Program KB
2. Pendidikan, ketenagakerjaan, pengangguran terbuka,
tingkat ketergantungan, kesehatan dan pangan serta
SUB TEMA : kualitas lingkungan hidup
3. Ketahanan keluarga, rumah tangga miskin,
pernikahan dini dan PUS
4. Pendataan penduduk terintegrasi
5. Regulasi mobilitas penduduk

Kantor Dinas Pemberdayaan Perempuan Dan


Tempat : Anak,Pengendalian Penduduk Dan Keluarga Berencana
Kota Bandung
Nara Sumber 1. Dr. Ferry Hadiyanto, SE, MA
:
1. Perguruan Tinggi 2. Dr. Johar Arifin,MP

:
2. Konsultan 1. Yudi Suryadhi, MSi
:
3. Government 1. Sekda Kota Bandung
2. Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Dan
Anak,Pengendalian Penduduk Dan Keluarga
Berencana Kota Bandung
3. Stake holder vertical dan horizontal
Pelaksana Kegiatan : Koalisi Kependudukan Indonesia Jawa Barat
1. Data Kuantitas Kependudukan Kota Bandung
Obyek Kajian : 2. Data PPKB Kota Bandung
3. Data Kemiskinan

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


24
Adapun tujuan diselenggarakannya FGD penyusunan grand design

pembangunan kependudukan di Kota Bandung antara lain :

1. Mempertemukan multi pihak multi yang terkait dengan pembangunan

kependudukan baik kualitas maupun kuantitas serta terlibat langsung dalam

tanggungjawab peningkatan indek pembangunan manusia

2. Menyusun deskripsi langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh multi pihak

secara sinergis dalam mengelola penduduk dengan percepatan konektivitas

lintas SKPD di lingkungan Kota Bandung.

3. Memberi masukkan kepada Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Anak ,

Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana tentang tahapan kajian

dalam membangun kependudukan yang berorientasi pada peningkatan kualitas

penduduk dan pengendalian kuantitasnya .

4. Menyusun aksi multi pihak yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten, koalisi

kependudukan dan perguruan tinggi untuk percepatan pembangunan

kependudukan di Kota Bandung

Subyek yang terlibat dalam kegiatan ini adalah

1. SEKDA Kota Bandung

2. Dinas Pemberdayaan Perempuan Dan Anak,Pengendalian Penduduk Dan

Keluarga Berencana Kota Bandung

3. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Bandung

4. Koalisi Kependudukan Provinsi Jawa Barat.

5. Dinas Ketahanan Pangan Kota Bandung

6. Dinas Pendidikan Kota Bandung Litbang Daerah Kota Bandung

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


25
7. Dinas Kesehatan Kota Bandung

8. Dinas Sosial Kota Bandung

9. Koordinator PLKB Kota Bandung

10. Unsur Masyarakat (Ketua Muslimat NU Kota Bandung)

Tabel 1. 3 Jumlah peserta FGD

No Instansi Jumlah Keterangan


Peserta
1. SEKDA Kota Bandung 2 Sekda dan staf
2. Dinas Pemberdayaan 10 Kadis, Sekdis, 3 (tiga) Kabid,
Perempuan Dan
4 (empat) Kasi, 2 (dua) staf
Anak,Pengendalian Penduduk
Dan Keluarga Berencana Kota
Bandung \
3 Dinas Kependudukan dan 2 Bidang Data Kependudukan
Catatan Sipil Kota Bandung dan Kasi
4 Koalisi Kependudukan 2 Ketua dan Kabid Regulasi
Provinsi Jawa Barat
5 Dinas Ketahanan Pangan Kota 2 Bidang Ketahanan Pangan
Bandung
6 Dinas Pendidikan Kota 3 Bidang Perencanaan, 2 Kasi
Bandung
7 Badan Litbang Daerah Kota 2 Kepala dan staf
Bandung
8 Dinas Kesehatan Kota 4 2 (dua) Bidang kesehatan
Bandung masyarakat
2 (dua) Bidang KIA
9 Dinas Sosial Kota Bandung 2 Bidang Kemiskinan dan staf
10 Koordinator PLKB Kota 2 Koordinator dan wakil
Bandung
11 Unsur Masyarakat 2 Koalisi Kependudukan
12 Kecamatan 5 Camat
Jumlah 38 orang

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


26
BAB II
KONDISI UMUM KEPENDUDUKAN KOTA BANDUNG

2.1 Gambaran Umum Wilayah Kota Bandung

Kota Bandung merupakan wilayah legendaris yang dikenal dunia sejak pra

kolonial yaitu kerajaan Galuh Pakuan, Galuh Pasundan, Kerajan Pajajaran dan

Kerajaan Sumedang Larang serta Mataram Islam. Pada zaman-zaman tersebut,

wilayah Bandung terbukti menjadi bagian penting di Jawa Barat. Namun

demikian wilayah Bandung pada pra Kolonial tercatat sebagai kota kabupaten,

Adipati atau distrik dari dinamika kerajaan Parahyangan. Adipati yang terkenal

pada akhir kerajaan Belanda adalah Dipati Ukur.

Pada masa Kolonial Belanda wilayah Bandung berkembang menjadi kota

penting bagi provinsi Jawa Barat pemerintahan Hindia-Belanda. Wilayah

Bandung pada masa tersebut mulai dibangun seiring dengan selesainya

pembngunan infrastruktur tanah Pasundan oleh Gubernur Daendels, antara lain

Jalan Bandung-Cirebon, Jalan Bandung-Jakarta dan Bandung-Banjar serta

Bandung ke distrik lainnya dengan mengintegrasikan aksesibilitas jalan antar

wilayah provinsi dengan kereta api yang sudah dibangun sebelumnya.

Pembangunan Kota Bandung menjadi kota provinsi dimulai oleh Bupati R.

A. Wiranatakusumah II (1794-1829) yang dikenal sebagai the founding father

kota Bandung. Kota Bandung diresmikan sebagai ibu kota baru Kabupaten

Bandung dengan surat keputusan tanggal 25 September 1810 dengan pusat kota di

Kebon Kawung lahan Gedung Pakuan.

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


27
Gambar 2. 1 Bandung Tempo Dulu
(Sumber http://i.pinimg.com)
Pada masa Bupati R. A. Wiranatakusumah IV (1846-1874) menjadi

momentum penting dimana Karisidenan Priangan dipindahkan dari Cianjur ke

Bandung berdasarkan Besluit Nomor 18 tanggal 17 Agustus 1864. Momentum ini

ditandai dengan dibangunnya Rumah Residen Priangan yang terletak di

Residentsweg (sekarang Jalan Otto Iskandar Dinata tahun 1867 dan kantor

Residen Priangan dibangun di sisi timur Hotel Pos Road (Savoy Homan Hotel).

Perkembangan wilayah Bandung menjadi kota secara hukum adalah pada tahun

1906 dengan penetapan Kota Bandung dan resmi keluar dari Kabupaten Bandung.

Pembangunan kota yang diiringi dengan maraknya perdagangan dan industry

masa itu membuat Kota Bandung menjadi ramai, penduduk dari luar Jawa Barat

bahkan luar negeri pun berdatangan untuk bisnis di kota ini.

Pada awal kemerdekaan, kota Bandung menjadi bagian penting dari perang

kemerdekaan, perang kota antara tentara Belanda dan pejuang menjadikan kota ini

pernah membara. Peristiwa ini dikenal dengan peristiwa Bandung Lautan Api.

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


28
Pasca peristiwa tersebut, kota Bandung dibangun kembali secara gotong royong

dan kegiatan ekonomi industry mulai bergerak secara massif sampai sekarang. Hal

ini diindikasi dari maraknya pembangunan perkantoran, perdagangan, pabrik dan

perumahan baik horizontal maupun vertikal. Bertambahnya sarana ekonomi,

lapangan kerja dan hiburan dan diiringi pembangunan infrastruktur aksesibilitas

maka Kota Bandung menjadi wilayah yang sangat padat. Persawahan, pekarangan

dan ruang terbuka berubah menjadi pemukiman.

Wilayah Kota Bandung dapat ditunjukkan dalam peta berikut :

Gambar 2. 2 Peta Bandung Kota


(sumber : www.Bandung Kota.bps.go.id)

Adapun batasan-batasan wilayah Kota Bandung sebelah Utara

berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat; sebelah Barat berbatasan

dengan Kota Bandung; sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


29
Bandung; sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bandung. Dengan luas

Wilayah Kota Bandung sebesar 16.731 Ha. Secara administrasi, Pemerintahan

Kota Bandung dikepalai oleh Wali Kota yang juga membawahi koordinasi

atas wilayah administrasi kecamatan yang dikepalai oleh Camat. Jumlah

Kecamatan yang ada di Kota Bandung sebanyak 30 Kecamatan dan

Jumlah Kelurahan sebanyak 151 Kelurahan, terbagi lagi menjadi 1.561 RW

dan 9.691 RT.

Topografis Kota Bandung terletak pada ketinggian 791 meter di atas

permukaan laut, titik tertinggi di daerah utara dengan ketinggian 1.050 meter

dan terendah di sebelah Selatan adalah setara 675 meter di atas permukaan

laut. Di wilayah Kota Bandung bagian Selatan permukaan tanah relatif datar,

sedangkan di wilayah kota bagian utara berbukit-bukit sehingga merupakan

panorama yang indah.

Pembentukan Kota Bandung menjadikan wilayah ini memiliki

independensi geografis, klimatologis dan sosio-demografis dalam bagian integral

kemandirian kota baik secara administratif maupun anggaran. Berdasarkan

analisis aspek geografis Kota Bandung memiliki luas wilayah 16.731 hektar

yang secara administratif terbagi atas 30 Kecamatan, 151 Kelurahan, 1.583

RW, dan 9.884 RT. Kecamatan yang terluas adalah Kecamatan Gedebage,

dengan luas wilayah 958 Hektar dan Kecamatan yang terkecil Kecamatan

Astanaanyar dengan luas wilayah 89 hektar. Kota Bandung memiliki

karakteristik geografik sebagai berikut :

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


30
Tabel 2. 1 Letak Geografis Tiap Kecamatan Topografi

Topografi
Ketinggian dari
Wilayah Geografis Datar Berbukit- Permukaan Laut
bukit
(1) (2) (3) (4)
01. Ujungberung 2 4 750 - 950
02. Cibeunying 1 4 800 - 1050
03. Bojonagara 2 2 735 - 820
04. Karees 4 0 600 - 850
05. Tegallega 3 2 600 - 700
06. Gedebage 5 0 540 - 650
Kota Bandung 17 13 791
Sumber: Pusat Statistik BPS Kota Bandung tahun 2018

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa wilayah Bandung secara

umum merupakan dataran tinggi (ketinggian di atas 700 meter dpl) dengan

kondisi lahan datar sebesar 57 persen dan lahan pegunungan 43 persen. Ruang

datar berada di areal lembah cekungan raksasa yang berbatasan dengan kabupaten

Bandung dan Kota Bandung. Adapun areal tinggi berada di lereng dan puncak

cekung Bandung yang berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan bandung

Barat.

Kondisi topografis yang datar sebenarnya potensi bagi pengembangan

pertanian tanaman pangan. Hal ini dapat dilihat dari sejarah Kota Bandung pada

masa lalu dimana hampir semua wilayah datar merupakan lahan sawah yang subur

dengan irigasi yang bagus dan air mengalir sepanjang tahun. Iklim Kota Bandung

dipengaruhi oleh iklim pegunungan yang lembab dan sejuk. Pada tahun 2011

tercatat suhu tertinggi di Kota Bandung mencapai 30,4°C yang terjadi di

bulan September dan Oktober. Suhu Terendah di Kota Bandung adalah

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


31
18,2°C yaitu pada bulan Agustus. Curah hujan tertinggi di Kota Bandung

tahun 2011 sebes ar 381,5mm , sementara curah hujan terendah sebesar 3,1

mm. Namun seiring dengan perkembangan kota maka potensi geografis yang

layak utuk tanaman pangan beralih fungsi menjadi industry, manufaktur dan

perdagangan. Keuntungan yang diperoleh antara lain kemudahan membangun

infrastruktur jalan, bangunan pabrik dan aksesibilitas.

Efisiensi aksesibilitas wilayah merupakan bonus topografi wilayah bagi

pembangunan bangsa Indonesia. Salah satu bonus topografi adalah sejak masa

pemerintahan Orde Baru, pengembangan industri dan perdagangan begitu cepat

dan akseleratif di wilayah Kota Bandung. Pada saat ini Kota Bandung menjadi

wilayah kawasan perkantoran, industri dan perdagangan yang padat dan dinamis.

Namun demikian, dampak pembangunan secara langsung tertuju pada penduduk

Kota Bandung.

Penduduk di Kota Bandung merupakan gambaran wilayah multi etnic,

beberapa etnis yang menjadi bagian dari warga Kota Bandung antara lain

masyarakat lokal yang berasal dari Sunda (Pasundan) dan etnis China, kemudian

masyarakat migran yang berasal dari Suku Jawa, Madura, Arab, dan lain-lain.

Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara republic Indonesia Tahun 1945 maka

penduduk didefinisikan sebagai orang lokal dan pendatang yang bertempat tinggal

di wilayah tersebut untuk mendapatkan hak-hak yang sama sebagai warga bangsa.

Kondisi yang diinginkan oleh Pemerintah Kota Bandung adalah menjamin

kenyamanan, keamanan, keselarasan dan kesamaan hak warga negara (penduduk)

dalam memperoleh pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Landasan pemenuhan

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


32
kebutuhan dasar meliputi kebutuhan jasmani dan rohani. Secara jasmani

pemerintah kota harus menjamin terpenuhinya pasokan pangan, kesehatan, tempat

tinggal, lingkungan sehat dan lain-lain yang dapat diakses oleh masyarakat.

Secara rohani pemerintah kota menjamin kehidupan masyarakat yang harmonis,

selaras, aman dan memperoleh akses untuk pendidikan serta ibadah sesuai agama

dan kepercayaannya. Kedua kebutuhan tersebut perlu dirancang dari kondisi yang

paling mendasar yakni penduduk dan kependudukan. Berapapun program dan

fasilitas akses kehidupan yang dibangun pemerintah akan berujung pada

kepuasan. Tingkat kepuasan tergantung pada kemudahan dan kemudahan

diperoleh apabila terdapat keseimbangan antara fasilitas pembangunan dengan

jumlah penduduknya.

2.2 Aspek Kuantitas Penduduk Kota Bandung

2.2.1. Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhannya di Kota Bandung

Jumlah penduduk Kota Bandung tahun 2017 terdiri dari 1.267.700 jiwa

laki-laki dan 1.230.300 jiwa perempuan, sehingga secara total tercatat

2.497.900 jiwa menempati luas wilayah 16.731 Ha. Prosentase jumlah

penduduk ini menurun dari tahun sebelumnya. Alasan terjadinya penurunan

yang cukup signifikan adalah akibat hasil konsolidasi Kementerian Dalam

Negeri dari proses e-KTP. Hasil pendataan pada tahun 2017 penduduk Kota

Bandung yang mencapai 2.497.938 jiwa tersebut menyebar di 30 kecamatan,

151 kelurahan, 1.583 RW, dan 9.884 RT. Jumlah penduduk terbesar ada di

kecamatan Bandung Kulon yaitu sebanyak 130.563 jiwa atau sekitar 5,45%

dari total penduduk Kota Bandung, sedangkan jumlah penduduk terkecil ada

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


33
di kecamatan Panyileukan yaitu 37.401 jiwa atau sekitar 1,56% dari total

penduduk Kota Bandung

Perkembangan jumlah penduduk di Kota Bandung secara umum

meningkat selama dua belas tahun terakhir, walaupun pada tahun 2016 terjadi

penurunan jumlah penduduk. Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) merupakan

keseimbangan dinamis antara kekuatan - kekuatan yang menambah dan

kekuatan-kekuatan yang mengurangi jumlah penduduk. Laju pertumbuhan

penduduk mengidentifikasikan kecenderungan besarnya penduduk pada

waktu mendatang. Perkembangan penduduk Kota Bandung pada grafik berikut

ini.

Gambar 2. 3 Perkembangan Penduduk di Kota Bandung


(Sumber : www.Bandungkota.bps.go.id, di akses 19 April 2018)

Berdasarkan grafik di atas menggambarkan bahwa peningkatan

pertumbuhan penduduk masih tinggi di wilayah Kota Bandung. Dinamika

populasi ini muncul karena adanya faktor utama populasi yaitu kelahiran,

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


34
kematian dan migrasi atau mobilitas penduduk. Laju pertumbuhan penduduk

(LPP) adalah sebesar 0,29 persen pertahun, di atas target yang ingin dicapai pada

target Nasional yaitu 1,1 persen. Adapun pergerakan laju pertumbuhan penduduk

dijelaskan dalam tabel berikut.

Tabel 2. 2 Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Bandung

Tahun Jumlah Penduduk Laju Pertumbuhan Penduduk per Tahun


Year Population Annual Population Growth
Rate (%)
(1) (2) (3)
2012 2 444 617 0,64
2013 2 458 503 0,57

2014 2 470 802 0,5

2015 2 481 469 0,43

2016 2 490 622 0,37

2017 2 497 938 0,29

Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat, 2018

Penurunan laju pertumbuhan penduduk menurut Zulkarnaen (2014)

didasarkan pada rata-rata pertumbuhan populasi dan batasan maksimum (Carrying

Capaity) penduduk kota Bandung yang hanya mencapai 0,5 persen pertahun. Angka

ini diperoleh melalui pendekatan aproximasi didapatkan batasan maksimum akan

diperoleh pada tahun 2030 sebesar 3.140.722 jiwa.

Beberapa variable yang menujukkan gejala penurunan laju pertumbuhan

penduduk di kota Bandung adalah daya tamping wilayah untuk perumahan, regulasi

kawasan pemukiman akibat kepadatan tinggi dan harga tanah untuk hunian yang

semakin mahal bagi pendatang bari (migrasi penduduk). Kesadaran tentang batasan

kesempatan tinggal di Kota Bandung membuat masyarakat memiliki kesadaran untuk

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


35
melakukan pembatasan kelahiran, peningkatan kualitas hidup dan sebagainya, hal ini

akan dianalisis bada bab berikutnya.

Gejala penurunan laju pertumbuhan penduduk dapat dilihat dari data tahun

2017 di setiap kecamatan. Data tersebut tersaji dalam tabel berikut.

Tabel 2. 3 Laju Pertumbuhan Penduduk Tiap Kecamatan tahun 2017

Laju Pertumbuhan
NO NAMA KECAMATAN
Penduduk
1 SUKASARI 1.57%
2 COBLONG -0.21%
3 BABAKAN CIPARAY 1.25%
4 BOJONGLOA KALER -0.46%
5 ANDIR -3.00%
6 CICENDO 0.11%
7 SUKAJADI 0.28%
8 CIDADAP -0.33%
9 BANDUNG WETAN -3.22%
10 ASTANA ANYAR -0.30%
11 REGOL -1.92%
12 BATUNUNGGAL 0.37%
13 LENGKONG -0.51%
14 CIBEUNYING KIDUL 0.07%
15 BANDUNG KULON 0.07%
16 KIARACONDONG 0.49%
17 BOJONGLOA KIDUL 0.95%
18 CIBEUNYING KALER 0.58%
19 SUMUR BANDUNG 0.57%
20 ANTAPANI 1.25%
21 BANDUNG KIDUL 0.92%
22 BUAHBATU 1.13%
23 RANCASARI 0.97%
24 ARCAMANIK 1.75%
25 CIBIRU 1.40%
26 UJUNG BERUNG 1.28%
27 GEDEBAGE 1.22%
28 PANYILEUKAN 1.08%
29 CINAMBO 1.34%
30 MANDALAJATI 1.33%
TOTAL 0.29%
Sumber : Data BPS Kota Bandung diolah

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


36
Berdasarkan data di atas terdapat penduduk dengan LPP yang masih cukup

tinggi, antara lain Kecamatan Arcamanik, Sukasari, Cibiru, Cinambo dan

Madalajati. Sedangkan kecamatan yang mulai mengalami penurunan LPP

berturut-turut yaitu Bandung Wetan, Andir, Regol, Lengkong, dan Bojong Kaler.

2.2.2. Struktur Populasi dan Piramida Penduduk Kota Bandung

Struktur populasi penduduk di Kota Bandung dapat menggambarkan

sebaran umur penduduk saat ini. Penyusunan data struktur populasi berdasarkan

jenis kelamin, umur dan piramida penduduknya sangat bermanfaat bagi

perencanaan beragai program pembangunan. Manfaat umumnya adalah

mengestimasi jumlah kelahiran pada tahun-tahun yang akan datang, penentuan

masa bonus demografi dan penyusunan program peningkatan berbagai fasilitas

dasar manusia yang mudah diakses seiring kebutuhan masyarakat sesuai distribusi

umurnya.

Peyusunan dan analisis struktur populasi berdasarkan jenis kelamin (laki-

laki dan perempuan) pada distribusi umurnya dapat menggambarkan siklus hidup

manusia di kota Bandung, memprediksi jumlah kelahiran dengan

membandingkan struktur umur produktif dengan angka kelahiran berjalan,

memprediksi bonus demografi untuk menentukkan jenis dan pola lapangan kerja

yang disiapkan, menyusun berbagai perencanaan infrastruktur untuk peningkatan

pelayanan dasar (pendidikan, kesehatan dan ekonomi).

Berikut disajikan data struktur penduduk berdasarkan jenis kelamin di

Kota Bandung pada tahun 2017.

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


37
Tabel 2. 4 Penduduk Kota Bandung berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2016
NAMA LAKI- JUMLAH
NO PEREMPUAN PERSENTASE
KECAMATAN LAKI PENDUDUK
1 Sukasari 37,001 36,597 73,598 3.06%
2 Coblong 55,763 54,815 110,578 4.60%
3 Babakan ciparay 67,611 64,487 132,098 5.49%
4 Bojongloa kaler 61,544 59,003 120,547 5.01%
5 Andir 49,957 48,964 98,921 4.11%
6 Cicendo 47,309 46,541 93,850 3.90%
7 Sukajadi 50,004 49,276 99,280 4.13%
8 Cidadap 26,455 25,467 51,922 2.16%
9 Bandung wetan 15,022 14,939 29,961 1.25%
10 Astana anyar 36,860 36,564 73,424 3.05%
11 Regol 40,208 39,979 80,187 3.33%
12 Batununggal 58,923 58,221 117,144 4.87%
13 Lengkong 35,530 35,680 71,210 2.96%
14 Cibeunying kidul 54,962 54,163 109,125 4.54%
15 Bandung kulon 66,328 64,323 130,651 5.43%
16 Kiaracondong 61,765 61,148 122,913 5.11%
17 Bojongloa kidul 42,908 41,173 84,081 3.50%
18 Cibeunying kaler 34,225 34,085 68,310 2.84%
19 Sumur bandung 18,034 17,708 35,742 1.49%
20 Antapani 37,660 37,274 74,934 3.12%
21 Bandung kidul 28,927 28,506 57,433 2.39%
22 Buahbatu 49,416 48,376 97,792 4.07%
23 Rancasari 40,106 39,888 79,994 3.33%
24 Arcamanik 36,373 35,536 71,909 2.99%
25 Cibiru 36,391 34,792 71,183 2.96%
26 Ujung berung 40,707 39,915 80,622 3.35%
27 Gedebage 19,220 18,741 37,961 1.58%
28 Panyileukan 19,142 18,664 37,806 1.57%
29 Cinambo 12,297 11,895 24,192 1.01%
30 Mandalajati 34,030 33,191 67,221 2.80%
Sumber: Data Konsolidasi Kementerian Dalam Negeri Semester I per 30 Juni 2019 - 2035

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


38
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa penyebaran penduduk

berdasarkan jenis kelamin hampir seimbang. Rasio jenis kelamin pada data di atas

menunjukkan angka 1,024, namun demikian angka ini menjadi pijakan bahwa

keterlibatan perempuan dalam sector public harus diberikan ruang yang adil.

Struktur penduduk Kota Bandung dalam perspektif perbandingan laki-laki dan

perempuan (sex ratio) adalah 102,44 pada tahun 2018, hal ini menunjukkan bahwa

setiap jumlah 100 perempuan terdapat sekitar 102 laki-laki. Sex ratio yang tinggi

terjadi kecamatan Bandung Kulon, Babakan Ciparay dan Bojongloa Kaler yang

memiliki sex ratio terbesar yaitu 106,16.

Ketersediaan pengembangan dan peningkatan kualitas penduduk didasari

juga atas kemampuan wilayah dalam menyediakan suplay umur produktif yang

dapat mengisi sector-sektor ekonomi. Suplay tersebut dapat dilihat dari struktur

umur penduduk berdasarkan piramida penduduknya.

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


39
Rasio ini dapat dilihat dalam gambar berikut.

Gambar 2. 4 Rasio Jenis Kelamin Tiap Kecamatan berdasarkan Diagram


Jumlah Penduduk Kota Bandung Tahun 2018

Beberapa kecamatan yang memiliki perhatian khusus tentang gender adalah

Kecamatan Bandung Wetan, Rancasari, Astana Anyar dan Cinambo serta Regol.

Kondisi ini perlu diperbandingkan dengan kualitas penduduknya.

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


40
Gambar 2. 5 Piramida Penduduk di Kota Bandung
(Sumber : BPS Kota Bandung 2018 )

Berdasarkan struktur populasi di atas, penduduk di Kota Bandung

membentuk piramida Gentong di mana saat ini telah terdapat modus jumlah

penduduk usia produktif tinggi dan usia akan produktif sangat tinggi. Secara

relitas kependudukan, Kota Bandung terjadi penumpukkan jumlah penduduk usia

produktif, dan pada tahun 2019 – 2024 akan terjadi puncak bonus demografi.

Evaluasi terhadap bous demografi ditinjau dari serapan tenaga kerja, pendapatan

masyarkat dan IPM dalam arti luas. Komposisi piramida penduduk dalam

perspektif gender menggambarkan bahwa apabila kesetaraan gender menjadi

penghalang dalam pembangunan ketenagakerjaan maka dapat dipastikan bahwa

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


41
rasio ketergantungan di wilayah Kota Bandung semakin tinggi. Oleh karena itu

pemberdayaan perempuan dan penyetaraan kaum perempuan dalam kesempatan

bekerja harus menjadi prioritas.

Usia produktif yang tinggi mengandung keuntungan sekaligus ancaman

bagi Kota Bandung. Keuntungan yang diproleh dari tingginya usia produktif

adalah

1. Peningkatan suplay dan ketersediaan tenaga kerja produktif sehingga

berkontribusi positif terhadap devisa daerah dan nilai investasi daerah untuk

ketenagakerjaan dan sector ekonomim lainnya;

2. Jumlah usia produktif tinggi dengan tenaga kerja serta pendapatan yang

sesuai akan mengurangi tingkat ketergantungan penduduk tiap satuan

tanggungan penduduk.

3. Mobilitas penduduk akan meningkat sehingga suplai demand barang dan jasa

antar wilayah dan dalam wilayah tinggi, kondisi ini berpengaruh terhadap

peningkatan sektor ekonomi daerah

Usia produktif tinggi juga mengandung resiko yang besar apabila terdapat

titik kritis sebagai berikut :

1. Besarnya penduduk usia produktif apabila tidak diiringi peningkatan kualitas

ketrampilan maka penyerapan di sector industri dan jasa tidak simbang,

kondisi ini dapat meningkatkan pengangguran dan kerawanan social.

2. Besarnya penduduk usia produktif apabila tidak dibarengi dengan kualitas

pendidikan hanya akan melahirkan gelombang penduduk miskin yang dapat

menyebabkan problem social tersendiri.

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


42
Gambar 2. 6 Jumlah Penduduk Kota Bandung Berdasarkan Kelompok Usia
Produktif Tahun 2018

Berdasarkan ilustrasi di atas maka pemerintah Kota Bandung perlu

melakukan langkah strategis yang disusun dalam dokumen perencanaan yang

matang untuk hal-hal berikut ini :

1. Peningkatan layanan pendidikan sampai perguruan tinggi sehingga penduduk

usia produktif di masa yang akan datang dapat menjadi asset sumberdaya

manusia yang dapat membantu daerah dalam peningkatan kesejahteraannya.

2. Peningkatan ketrampilan hidup dan membangun citra diri professional bagi

calon usia produktif melalui integrasi pendidikan ketrampilan dan industri

dalam konsep kemitraan strategis.

3. Mempersiapkan layanan lingkungan hidup dan social yang mampu

memberikan kenyamanan hidup sehingga kualitas kehidupan penduduk di

masa yang akan datang menjadi lebih baik.

Wilayah yang perlu dieksplorasi secara fundamental dalam pembangunan

adalah dengan menyusun distribusi penduduk minimal tiap kecamatan. Distribusi

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


43
ini dapat bermanfaat bagi perencanaan pendidikan, kesehatan dan ekonomi serta

standar layanan publik yang perlu diterapkan seiring dengan bagaimana mengatur

kebutuhan dasar penduduk seperti kecukupan pangan, tempat tinggal dan rekreasi.

Berikut disajikan peta kepadatan penduduk berdasarkan laporan basis data

Bappeda Kota Bandung tahun 2018 menggunakan Geographic Information

System.(GIS).

Ilustrasi GIS menggambarkan bahwa penduduk di semua kecamatan di

Kota Bandung termasuk dalam katagori sangat tinggi apabila dilihat dari luasan

kecamatannya. Kondisi ini tentunya akan diperparah dengan modus tiap kelurahan

atau desa di setiap kecamatan yang tidak seimbang dalam kepadatan.

Pengendalian laju penduduk merupakan program penting bagi Kota Bandung

untuk mengatasi permasalahan pokok akibat jumlah penduduk yang terlalu tinggi.

Wilayah dengan jumlah penduduk yang tinggi di wilayah tertentu berpengaruh

terhadap kepadatan penduduk yang tinggi pula.

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


44
(Sumber : Basis data Bappeda Kota Bandung tahun 2018)

Gambar 2. 7 Distribusi Kepadatan Penduduk Di Kota Bandung

Kepadatan penduduk menunjukkan kemampuan wilayah dalam

menyediakan ruang hijau, lahan pertanian untuk mensuplay pangan bagi

penduduknya dan indikator lingkungan lain yang secara langsung atau tidak

langsung memberi kontribusi terhadap kualitas penduduknya. Penggunaan lahan

di Kota Bandung adalah 50,2 persen tanah di Kota Bandung digunakan sebagai

perumahan dan dari luas lahan perumahan dimiliki secara syah oleh penduduk

Bandung sebesar 48,23 persen dan sisanya mengontrak (sewa rumah).

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


45
Tabel 2. 5 Jumlah Penduduk Kota Bandung berdasarkan Kepadatan
Penduduk

Luas
Nama Jumlah Kepadatan
No wilayah
kecamatan penduduk penduduk
(ha)
1 Sukasari 627 73,598 117
2 Coblong 735 110,578 150
3 Babakan ciparay 745 132,098 177
4 Bojongloa kaler 303 120,547 398
5 Andir 371 98,921 267
6 Cicendo 686 93,850 137
7 Sukajadi 430 99,280 231
8 Cidadap 611 51,922 85
9 Bandung wetan 339 29,961 88
10 Astana anyar 289 73,424 254
11 Regol 430 80,187 186
12 Batununggal 503 117,144 233
13 Lengkong 590 71,210 121
14 Cibeunying kidul 525 109,125 208
15 Bandung kulon 646 130,651 202
16 Kiaracondong 612 122,913 201
17 Bojongloa kidul 626 84,081 134
18 Cibeunying kaler 450 68,310 152
19 Sumur bandung 340 35,742 105
20 Antapani 379 74,934 198
21 Bandung kidul 606 57,433 95
22 Buahbatu 793 97,792 123
23 Rancasari 733 79,994 109
24 Arcamanik 587 71,909 123
25 Cibiru 632 71,183 113
26 Ujung berung 640 80,622 126
27 Gedebage 958 37,961 40
28 Panyileukan 510 37,806 74
29 Cinambo 368 24,192 66
30 Mandalajati 667 67,221 101
Total 16,731 2,404,589 144

Sumber: Data Konsolidasi Kementerian Dalam Negeri 2019

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


46
Berdasarkan gambar di atas maka dapat diilustrasikan wilayah dengan

jumlah penduduk yang memiliki kepadatan tinggi secara berturut-turut disajikan

dalam tabel berikut.

Tabel 2. 6 Wilayah Jumlah Penduduk dan Over density di Kota Bandung


Tahun 2018

Prosentase Penduduk Kepadatan


No Wilayah Kecamatan (%) orang/Km2
1
Bojongloa Kaler 4.88 39.99
2
Andir 3.94 26.33
3
Sukajadi 4.37 25.23
4
Batununggal 4.88 24.07
(Sumber : Data Konsolidasi Kementerian Dalam Negeri 2019

Wilayah dengan jumlah penduduk paling tinggi (over density) tersebut

dipengaruhi oleh tingginya natalitas dan orang datang (in-migrasi). Namun

demikian seluruh kecamatan di Kota Bandung memiliki kepadatan yang sangat

tinggi. Kondisi ini mengindikasikan bahwa wilayah Bandung termasuk dalam

katagori habitat III dalam warning of population.

Konsensus habitat III telah menetapkan bahwa kepadatan penduduk ideal

adalah 1000 jiwa per km 2, hal ini dilakukan untuk mengurangi atau

mengendalikan dampak penduduk yang padat. Penduduk yang sangat padat

memberikan dampak negatif bagi lingkungan fisik dan social. Dampak negatif

dari lingkungan fisik pada habitat III antara lain :

1. Kemampuan lingkungan dalam suplay oksigen sebagai bahan utama

kehidupan makhluk hidup terganggu akibat ketidakseimbangan kapasitas

oksigen dengan konsumennya yaitu penduduk.

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


47
2. Sulitnya lahan untuk sarana dan prasarana pengelolaan lingkungan karena

padatnya pemukiman penduduk. Kondisi ini menyumbang pencemaran air

limbah dan sampah domestik, pencemaran udara dan tanah sangat tinggi

ditambah dengan adanya limbah industri yang turut berkontribusi dalam

berbagai pencemaran tersebut.

3. Kondisi drainase dalam lingkungan pemukiman terkendala oleh

ketidakseimbangan antara kapasitas drainase dengan ruang terbuka hijau.

Drainase yang buruk juga rawan menimbulkan pencemaran hebat, antara

lain paparan logam berat, pertumbuhan mikroba berbahaya di sekitar

lingkungan pemukiman sehingga kawasan menjadi tidak sehat, genangan

limbah yang menyebabkan produksi nyamuk dan serangga vector penyakit

meningkat serta poluasi lingkungan kawasan pemukiman.

4. Pengendalian dan pencegahan Polusi air, udara dan tanah serta penyediaan

ruang hijau (RTH) untuk masyarakat dalam kebutuhan harmonisasi antar

manusia dan lingkungan.

5. Dampak habitat III bagi penduduk yang sangat padat adalah langsung

menyentuh pada manusia baik fisik (kesehatan manusia, pengendalian

penyakit menular, suplay oksigen untuk metabolism tubuh dan

sebagainya)

Dampak negatif dari aspek lingkungan social penduduk habitat III antara lain :

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


48
1. Terjadi kerawanan gangguan psikis (tensi psikososial akibat lingkungan

yang panas dan lembab, dampak pengangguran dan kerawanan social

lainnya).

2. Aksesibilitas ruang terbuka hijau, arena bermain anak, sarana olah raga

dan peribadatan serta harmonisasi social sangat terbatas, kondisi ini dapat

menyebabkan tingginya tingkat stress yang berujung pada tingginya angka

kriminalitas, kesulitas hubungan social dan aksesibilitas sarana seni dan

apresiasi diri.

Kota Bandung yang memiliki kepadatan penduduk tinggi tersebar dalam

topografi wilayah yang relative tidak seragam seragam. Namun demikian terdapat

ciri yang sama sebagai wilayah industry, perkantoran, pengolahan dan

perdagangan. Kedatangan penduduk (in-migration) di Kota Bandung di seluruh

wilayah terjadi sejak wilayah ini menjadi basis industrialisasi Jawa Barat bahkan

nasional. Secara umum Tenaga kerja terampil dan setengah terampil dari luar

daerah biasanya direkrut oleh pihak industry, rekruitmen ini menjadikan kondisi

Kota Bandung semakin padat.

Apabila kemampuan daerah dalam menyediakan tenaga terampil kurang,

maka industrialisasi di wilayah ini justru akan menghasilkan orang datang yang

besar namun tingkat pengangguran di Bandung tinggi. Pada kondisi demikian

maka pengendalian jumlah penduduk dapat dilakukan dengan regulasi rekayasa

penduduk melalui pengaturan angka kelahiran dan regulasi in-migrasi.

2.2.3. Aspek Natalitas dan Migrasi Penduduk di Kota Bandung

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


49
Faktor yang mempengaruhi kuantitas penduduk di Kota Bandung

berikutnya adalah Faktor kelahiran (natality). Kelahiran yang tinggi dipengaruhi

oleh jumlah penduduk dengan pasangan usia subur yang tinggi, tingkat partisipasi

Keluarga Berencana, dan rendahnya em-migrasi pada penduduk usia produktif.

Sedangkan faktor em-migrasi dipengaruhi oleh banyaknya lapangan kerja di

wilayah industrialisasi. Penataan kawasan industri yang salah menyebabkan in-

migrasi terjadi di beberapa wilayah melebihi kepadatan penduduk idealnya. Trend

kelahiran bayi di Kota Bandung disajikan dalam gambar berikut.

Gambar 2. 8 Trend angka kelahiran Bayi di Kota Bandung

Jumlah penduduk yang tinggi tidak selalu diiringi dengan natality yang

tinggi, pada wilayah industri justru jumlah penduduk tinggi memiliki natalitas

yang rendah, kondisi ini hampir di semua kecamatan. Dengan demikian dinamika

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


50
populasi yang terjadi di Kota Bandung lebih diakumulasi oleh mobilitas penduduk

dari aspek migrasi penduduk serta tingkat mortality yang rendah.

Tabel 2. 7 Data Kelahiran dan Kematian Bayi Tahun 2016

Jumlah Lahir Jumlah Lahir


Kecamatan Puskesmas
Hidup Mati
Sukasari UPT Sukarasa 1243 1
Sukajadi UPT Sukajadi 1744 4
Cicendo UPT Pasirkaliki 1607 5
Andir UPT Garuda 1727 3
Cidadap UPT Ciumbuleuit 919 1
Coblong UPT Puter 1888 1
Bandung Wetan UPT Salam 528 0
Sumur Bandung UPT Tamblong 613 0
Cibeunying Kaler UPT Neglasari 1171 2
Cibeunying Kidul UPT Padasuka 1900 2
Kiaracondong UPT Babakan Sari 2125 2
Batununggal UPT Ibrahim Aji 1992 4
Lengkong UPT Talagabodas 1227 1
Regol UPT Pasundan 1341 0
Astanaanyar UPT Pagarsih 1240 3
Bojongloa Kaler UPT Cetarip 1852 0
Bojongloa Kidul UPT Kopo 1452 2
Babakan Ciparay UPT Caringin 2271 1
Bandung Kulon UPT Cibuntu 2252 0
Antapani UPT Griya Antapani 1267 2
Mandalajati UPT Sindangjaya 974 1

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


51
Arcamanik UPT Arcamanik 1367 1
Ujungberung UPT Ujungberung Indah 1351 0
Cinambo UPT Cinambo 413 0
Cibiru UPT Cibiru 1217 1

Panyileukan UPT Panghegar 630 2


Gedebage UPT Riung Bandung 645 0
Rancasari UPT Cipamokolan 1364 1
Buahbatu UPT Margahayu Raya 1693 2
Bandung Kidul UPT Kujangsari 988 0
Jumlah 41001 42

Grafik di atas menunjukkan bahwa terdapat wilayah dengan Natalitas

sangat tinggi dan in-migrasi tinggi berkontribusi terhadap jumlah penduduk yang

tinggi pula. Konsep regulasi dalam managemen natalitas dan immigrasi akan

dibahas pada pembahasan berikutnya.

2.3 Kualitas Penduduk

Kualitas penduduk pada hakekatnya merupakan gambaran sumberdaya

manusia yang ada di suatu wilayah untuk dapat memenuhi hak-hak kemanusiaan

secara mandiri. Hak-hak kemanusiaan dapat dilihat dari aspek kemampuan

penduduk dalam mencukupi kebutuhan pangan, papan dan sandang serta

kenyamanan dalam kehidupan sosial. Hak tersebut diperoleh dengan memenuhi

kewajiban dasar untuk menjalin harmonisasi dalam suatu wilayah, sehingga

manusia harus memiliki penghasilan, pekerjaan yang layak, pendidikan yang

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


52
akomodatif terhadap kebutuhan lapangan kerja dan tingkat kesehatan yang

berkualitas.

2.3.1 Aspek Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Bandung

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan bagian penting dari

kualitas penduduk, nilai ini dipengaruhi oleh kesehatan, pendidikan dan daya beli.

Nilai IPM ini berkorelasi positif dengan variabel pembangunan lainnya seperti

tingkat ketenagakerjaan, tingkat pengangguran, jumlah penduduk usia produktif,

masa sekolah dan gini rasio dan lain-lain. Nilai IPM di Kota Bandung

menunjukkan angka yang berkualitas.

Pada tahun 2017 IPM Kota Bandung naik 1,8 poin, yaitu 80,13 pada tahun

2016 menjadi 80,31 di tahun 2017. Seluruh komponen penyusun IPM

menunjukkan peningkatan. Dimensi kesehatan diukur dengan Usia Harapan

Hidup (UHH). Pada tahun 2017 usia harapan hidup penduduk Kota Bandung

mengalami peningkatan 0,03 persen dari usia harapan hidup tahun 2016 Dimensi

pendidikan diwakili oleh Harapan Lama Sekolah dan Rata-rata Lama Sekolah.

Harapan Lama Sekolah naik 0,01 tahun dari 13,89 tahun pada tahun 2016 menjadi

13,90 di tahun 2017. Rata-rata lama sekolah tahun 2017 mencapai 10,59 tahun

atau setara dengan kelas 10 SMU. Rata-rata lama sekolah mengalami peningkatan

0,09 persen jika dibandingkan tahun 2016. Dimensi standar hidup diwakili oleh

pengeluaran per kapita. Pengeluaran per kapita penduduk Kota Bandung tahun

2017 mencapai 15.805.000 rupiah. Pengeluaran per kapita tahun 2017 ini

mengalami peningkatan 1,44 persen jika dibandingkan dengan pengeluaran per

kapita tahun 2016.

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


53
Tabel 2. 8 Indeks Pembangunan Manusia Kota Bandung Tahun 2017

Tahun IPM
2012 74,79
2013 75,17
2014 75,51
2015 76,01
2016 76,28
2017 76,86
Sumber : www.Bandungkota.bps.go.id

Nilai Indeks Pembangunan Manusia Kota Bandung mengalami akselerasi

dari tahun ke tahun. Prestasi IPM Kota Bandung melebihi IPM Jawa Barat yakni

74,6 untuk tahun 2016. Kondisi ini diperoleh dari gambaran IPM umum atas nilai

daya beli, kesehatan dan pendidikan. Secara rinci dapat ditampilkan pada tabel

berikut ini .

Tabel 2. 9 IPM Dengan Komponennya Kota Bandung

Komponen 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017


Indeks Kesehatan 82.35 82.37 82.38 82.40 82.41 82.43 82.45 83.12
Indeks EYS
(expected year of 68.00 70.92 73.50 76.09 76.19 76.28 76.39 76.87
schooling)

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


54
Indeks MYS
(Mean Year of 68.85 69.18 69.59 71.08 71.85 71.87 72.60 73.25
Schooling)
Indeks Pendidikan 68.43 70.05 71.55 73.58 74.02 74.08 74.50 74.89
Indeks Pengeluaran 71.23 71.42 71.53 71.98 72.15 73.08 73.43 73.87
IPM 73.76 74.41 74.99 75.85 76.06 76.42 76.69 76.86
Sumber : www.Bandungkota.bps.go.id

Berdasarkan komponen IPM Kota Bandung menunjukkan bahwa prestasi

tertinggi yang di raih Kota Bandung dalam membangun manusia adalah dari

aspek kesehatan, kemudian menyusul berturut-turut pendidikan dan ekonomi.

Sector ekonomi menjadi penting dalam pembangunan manusia, karena indeks

pengeluaran masyarakat sangat tergantung dari pendapatan masyarakat. Tingkat

pendapatan dipengaruhi oleh serapan tenaga kerja yang tinggi, tingkat

ketergantungan yang rendah dan distribusi pendapatan masyarakat yang

seimbang.

Berdasarkan komponen IPM menunjukkan adanya nilai indeks yang

stagnan, yakni indeks kesehatan. Nilai indeks kesehatan yang stagnasi ditunjukkan

dalam gambar berikut.

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


55
Gambar 2. 9 Peningkatan indeks kesehatan Kota Bandung
Sumber : www.Bandungkota.bps.go.id

Grafik di atas menggambarkan bahwa layanan kesehatan di Kota Bandung

sangat baik, namun seiring dengan perkembangan penduduk belum dibarengi

dengan peningkatan kapasitas atau kuantitas layanan kesehatan. Pembahasan

fasilitas kesehatan dapat ditinjau dari aspek jumlah tenaga medis mulai dari

perawat, bidan, dokter umum, dokter spesialis dan fasilitas posyandu, puskesmas,

rumah bersalin dan rumah sakit. Walaupun nilai IPM bidang kesehatan

mengalami stagnasi, namun Kota Bandung memiliki prestasi luar biasa dari aspek

angka harapan hidup. Nilai rata-rata harapan hidup selalu meningkat setiap

tahunnya. Kualitas kesehatan yang memadai berkorelasi dengan peningkatan

sector lainnya, yaitu indek pendidikan dan ekonomi. ketiga nilai komponen IPM

ini tersaji dalam grafik berikut.

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


56
Gambar 2. 10 Akselerasi Berbagai Komponen IPM
Sumber : www.Bandungkota.bps.go.id

Berdasarkan grafik di atas menunjukkan adanya peningkatan yang tajam

dari aspek pendidikan, termasuk peningkatan lama sekolah. Peningkatan nilai

tersebut belum seiring sejalan dengan peningkatan daya beli (ekonomi). Hal ini

disebabkan oleh faktor di luar kemampuan pemerintah Kota Bandung seperti

depresiasi nilai rupiah, perkembangan nilai tukar dan inflasi global. Faktor-faktor

ekonomi tersebut merupakan permasalahan yang dipengaruhi oleh situasi nasional

dan global di luar kendali atau intervensi kota saja.

Pada sektor ketenagakerjaan, data BPS Kota Bandung tahun 2017

menunjukkan bahwa penduduk usia di atas 15 tahun yang bekerja sebanyak

256.271 orang atau 43,61 persen penduduk berdasarkan pendataan keluarga tahun

2017. Kondisi ini menggambarkan beban tanggungan orang yang bekerja atas

orang yang tidak bekerja lebih baik dari target Jawa Barat. Orang yang tidak

bekerja terdiri dari anak-anak usia belum bekerja, orang yang tua (udzur) dan

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


57
pengangguran. Ratio ketergantungannya sebesar 56, artinya setiap 100 orang usia

produktif menanggung beban 56 orang usia muda dan tua. Sedangkan jumlah

penduduk usia produktif (20-64 tahun) adalah 365.961 jiwa atau 62,4 persen

penduduk. Data ini menunjukkan bahwa penduduk di Kota Bandung masih

terdapat pengangguran pada usia produktif.

Berdasarkan gelombang kesempatan mendapatkan pekerjaan tahun 2020-

2024 yang tinggi dan menjadi modus proporsi penduduk, kondisi ini

menggambarkan bahwa wilayah Kota Bandung akan mendapatkan bonus

demografi yang cukup besar. Nilai bonus demografi yang besar menjadi modal

penting bagi Kota Bandung apabila dapat memanfaatkan bonus demografi secara

maksimal. Pola pelayanan dalam perencanaan pembangunan ketenagakerjaan

dilakukan dengan antisipasi secara cermat dan sistematis agar semua warga

masyarakat usia produktif mendapatkan kesempatan kerja yang sama.

Distribusi orang yang bekerja di Kota Bandung terdiri dari beberapa sektor

pekerjaan, antara lain pertanian sebesar 5.573 orang atau 2,17 persen. Kondisi

dimana wilayah Kota Bandung bukan wilayah berbasis pertanian seperti 20 tahun

yang lalu. Lahan-lahan pertanian berubah menjadi kawasan industri, perkantoran

dan perumahan sehingga jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian ini

sangat rendah. Tingkat ketenagakerjaan bidang pertanian yang rendah

disebabkan oleh faktor lahan pertanian yang menyempit, kondisi ini berkorelasi

langsung terhadap kemampuan wilayah dalam menyediakan pangan bagi

penduduknya. Berdasarkan data yang diperoleh maka dapat dijelaskan bahwa

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


58
penduduk Kota Bandung sangat tergantung kecukupan pangannya dari luar Kota

Bandung.

Adapun orang yang bekerja pada sektor industri cukup tinggi yakni

89.435 orang atau 34,80 persen, kondisi ini menjadi perhatian serius bagi

pemerintah dimana Kota Bandung sebagai kawasan industrialisasi. Hal ini

disebabkan oleh penyerapan tenaga kerja di sektor ini masih belum maksimal,

artinya pemenuhan tenaga kerja industri di wilayah ini masih dipasok dari luar

daerah. Faktor utama rendahnya pekerjaan sektor industri adalah tingkat

pendidikan dan ketrampilan. Tenaga kerja untuk sektor perdagangan sebesar

76.830 orang atau 30 persen, sektor jasa 46.100 orang atau 17,9 persen dan

lainnya 39.148 orang atau 15,2 persen. Prosentase sektor pekerjaan masyarakat

Kota Bandung tersaji dalam grafik berikut ini.

Gambar 2. 11 Prosentase Sektor Pekerjaan Dari Penduduk Bekerja


(Sumber : BPS Kota Bandung Tahun 2017)

Kondisi ketenagakerjaan penduduk di Kota Bandung menunjukkan adanya

distribusi yang tidak seimbang sebagai sebuah daerah industri. Penyerapan tenaga

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


59
kerja untuk industri masih di bawah 40 persen, hal ini ditunjukkan dengan sektor

jasa dan lainnya yang tinggi. Apabila melihat realitas komposisi lulusan SMP

yang masih tinggi maka sector jasa yang dijalankan masih belum menjadikan nilai

pekerjaannya sebagai sector formal.

Industri di Kota Bandung telah menyerap tenaga kerja yang tinggi, yakni

27,47 persen menduduki peringkat kedua setelah sektor lainnya. Penyerapan

tenaga kerja ini mengisi jumlah penduduk yang bekerja sebesar 257.105 jiwa

orang. Walaupun demikian, secara umum penyerapan sektor pertanian menurun

dibanding dengan tahun 2015 dan tahun 2016. Berdasarkan data BPS tahun 2017

bahwa pada tahun 2015 penyerapan tenaga kerja pertanian mencapai 29,8 persen

atau dan pada tahun 2016 mencapai 27,47 persen.

Jumlah perusahaan industri pada tahun 2016 terdiri dari industri besar

sebanyak 67 perusahaan dan industri sedang sebanyak 69 perusahaan. Jumlah

perusahaan industri besar/sedang paling banyak berada di wilayah kecamatan

Bandung Selatan, yaitu 95 perusahaan (73,08 %). Sedangkan yang paling sedikit

berada di wilayah kecamatan Bandung Utara, yaitu 15 perusahaan ( 9,2 %).

Membaca sektor Industri di Kota Bandung dengan kondisi lahan yang

terbaras dan terkonsentrasi di wilayah Bandung Selatan dan Bandung Tengah

menunjukkan adanya pengurasan lahan datar. Kondisi ini membuat pertanian di

Kota Bandung musnah. Problem yang muncul atas kondisi ini adalah tingkat

serapan tenaga kerja pertanian yang sedikit dengan lahan sempit dapat memicu

kualitas tenaga kerja pertanian menjadi tenaga informal.

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


60
Problem berikutnya adalah persoalan sex ratio yang berkaitan erat dengan

penyerapan tenaga kerja perempuan, baik untuk industri, perdagangan maupun

jasa. Sex ratio sebesar 101,66, artinya setiap terdapat 100 orang penduduk

perempuan, terdapat juga 101 orang penduduk laki-laki. Kondisi ini berpengaruh

terhadap ketenagakerjaan di Kabupten Kota Bandung. Banyaknya penduduk yang

bekeja menurut jenis kelamin menurut BPS Kota Bandung Tahun 2016 tidak

seimbang. Rasio perempuan yang bekerja dibanding laki-laki mencapai 1 : 2.

Demikian juga pengangguran wanita lebih banyak dengan rasio 1 : 2.

Kondisi kependudukan atas ketenagakerjaan atau sumberdaya ekonomi

penduduk berimplikasi terhadap kondisi kesehatan dan pendidikan. Kondisi

kesehatan di Kota Bandung dapat ditinjau dari aspek infrastruktur dan kualitas

kesehatan. Infrastruktur kesehatan dapat dilihat dari jumlah fasilitas kesehatan,

jumlah tenaga medis dan lainnya. Fasilitas kesehatan terdiri dari rumah sakit,

puskesmas, klinik kesehatan, dan pustu. Tenaga medis terdiri dari dokter, bidan,

perawat dan terapis. Berdasarkan hasil penelusuran infrastruktur kesehatan

menunjukkan bahwa infrastruktur kesehatan di wilayah Kota Bandung masih

belum memadai. Jumlah rumah sakit milik pemerintah ada 2 (dua) buah dan

sisanya milik swasta sebanyak 4 (empat) buah terkonsentrasi di wilayah Bandung

Tengah dan Bandung selatana untuk melayani penduduk sejumlah lebih dari

586.581 jiwa. Demikian juga jumlah tenaga medis dan fasilitas yang dimiliki oleh

dua rumah sakit tersebut. Kondisi yang sama juga terdapat pada fasilitas

kesehatan di tingkat bawahnya, menunjukkan adanya kekurangan untuk akses dan

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


61
fasilitas medicalnya. Berikut ditampilkan jumlah rumah sakit dan tenaga medis di

Kota Bandung.

Gambar 2. 12 Jumlah Rumah sakit dan dokter di Kota Bandung


(Sumber : BPS Kota Bandung Tahun 2017)

Ujung tombak kesehatan ibu dan anak di tingkat desa atau kelurahan

adalah Pos Pelayanan Terpadu Posyandu kondisi yang sama juga terjadinya

penurunan jumlah Posyandu di bebeapa tempat. Pada tahun 2012 jumlah

Posyandu 388 unit, sampai tahun 2015 mengalami stagnasi. stagnasi posyandu

terjadi di wilayah kota dan perumahan dimana penduduk di wilayah tersebut

memiliki kemandirian untuk akses kesehatan ke tingkat fasilitas kesehatan yang

lebih tinggi.

Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembangunan manusia. Sejalan

dengan program pembangunan pendidikan oleh pemerintah pusat, maka

pemerintah Kota Bandung memiliki capaian pembangunan melalui pendidikan,

antara lain:

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


62
1. Rasio guru dan murid. Kondisi Kota Bandung menunjukkan adanya

keseimbangan rasio Guru : Murid dari tingkat SD, SMP sampai SMA.

2. Partisipasi belajar. Angka partisipasi sekolah mulai mengalami

peningkatan.

3. Sarana dan prasarana pendidikan, meliputi gedung, ruang kelas,

aksesilbilitas, dan fasilitas belajar lainnya cukup. Kondisi yang perlu

diperhatikan dalam sarpras adalah sarana toilet bagi sekolah dasar.

4. Kualitas lulusan yang terserap di perguruan tinggi negeri masih perlu

ditingkatkan. Angka rendahnya kualitas ini menunjukkan kinerja

kurikulum belum diaplikasikan secara maksimal.

5. Kondisi ini dapat digambarkan pada indeks pembangunan Gender sebagai

berikut.

Tabel 2. 10 Indeks Pemberdayaan Jender (IDJ) Kota Bandung 2014-2016

Komponen Tahun
2014 2015 2016
IDJ 66,15 66,51 69,28
Ketelibatan Perempuan di 22,00 22,00 24,00
Parlemen (%)
Perempuan sebagai Tenaga 43,09 45,15 47,23
Manager, Profesional,
Administrasi, dan Teknisi (%)
Sumbangan Perempuan dalam 28,02 32,13 30,16
Pendapatan Kerja (%)
Sumber: BPS, 2016

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


63
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa peran perempuan dalam

pembangunan untuk mengurangi rasio ketergantungan masih cukup tinggi sampai

tahun 2016, bahkan pada tahun 2016 terjadi penurunan dari aspek pendapatan

kerja. Namun demikian dapat ditunjukkan oleh data terakhir adanya komitmen

pemerintah Kota Bandung untuk meningkatkan kesempatan peran dalam

pembangunan. Hal ini ditunjukkan dengan Nilai Indeks Pemberdayaan Jender

yang semakin tahun semakin meningkat.

Perencanaan ideal yang dilakukan oleh pemerintah Kota Bandung harus

disusun dalam bentuk sectoral kewilayahan. Hal ini dibangun agar proses dan

hasil pembangunan dapat diakses atau dinikmati secara merata dan berkeadilan.

Deskripsi ini mengandung pengertian bahwa pembagunan kependudukan harus

dilakukan berdasarkan kondisi wilayah.

2.4 Pembangunan Keluarga

Pembangunan keluarga pada hakekatnya dibagi dalam dua program

penting di Kota Bandung, yakni peningkatan ketahanan keluarga dan

kesejahteraan keluarga. Peningkatan ketahanan keluarga meliputi aspek keluarga

balita, keluarga remaja, keluarga lansia, dan pembinaan para remaja.

Kesejahteraan keluarga melalui program pemberdayaan ekonomi keluarga yang

sasarannya adalah keluarga miskin.

Secara faktual, kondisi empiris pembangunan kependudukan dan KB di

Kota Bandung pada dasarnya secara kuantitas memadai. Tapi kondisi alam yang

terbatas dan perkembangan industri yang mengancam pembangunan kualitas

keluarga, menjadi alasan kuat untuk tetap melaksanakan pengendalian penduduk

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


64
sehingga penduduk harus tetap dikendalikan. Identifikasi internal yang perlu

dilakukan oleh Dinas Sosial Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DINSOSP2KBP3A) Kota

Bandung menunjukkan:

a. Jumlah Keluarga Pra KS dan KS I masih tinggi ( 3.953 pra KS dan 64.544

KS I berdasarkan data BPS Kota Bandung Tahun 2016). Distribusi keluarga

pra sejahtera di Kota Bandung disajikan dalam peta berikut ini.

Gambar 2. 13 Keluarga Pra Sejahtera dan Sejahtera I Tahun 2016


(Sumber : Bappeda Kota Bandung 2016)

a. Proporsi penduduk pra sejahtera 0,67 persen, menurun 12 persen dari

tahun sebelumnya. Adapun proporsi penduduk sejahtera I sebesar 11

persen dan meningkat sebesar 12 persen dari tahun sebelumnya.

b. Proporsi PUS muda masih tinggi (rata-rata 31.8 persen atau 93,251

pasangan)

c. pasangan berdasarkan data Pendataan Keluarga tahun 2015).

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


65
d. TFR, LPP, NRR, unmet need stabil yakni TFR 2,11, LPP 1,53 dan NNR

1.52 tahun 2015

e. Peserta KB Pria masih rendah (0,33 persen berdasarkan pendataan

keluarga 2015).

f. Jumlah wanita melahirkan pertama di bawah 20 tahun cukup baik.

g. Jumlah wanita menikah pertama di bawah 18 tahun cukup terkendali.

h. Wawasan dan keterampilan institusi masyarakat pedesaan dalam program

KB masih rendah.

i. Peran serta keluarga masih rendah terutama dari tokoh masyarakat dan

tokoh agama.

j. Peran serta keluarga terhadap kegiatan ketahanan keluarga masih rendah.

k. Keluarga miskin yang mendapat bantuan modal belum terdeteksi dengan

rapih.

l. Akurasi data dan pemanfaatan belum optimal.

m. Advokasi, penggerakan dan informasi belum optimal.

n. Pemberdayaan perempuan dan partisipasi sekolah anak PAUD masih

belum sampai pada tingkat yang diharapkan.

2.5 Persebaran dan Mobilitas Penduduk

Persebaran penduduk menjadi bagian penting dari pembangunan

kependudukan, nilai persebaran ini akan menentukan tingkat mobilitas penduduk,

kepadatan wilayah, dan konformasi wilayah. Nilai-nilai tersebut sangat berguna

dalam menentukan cabang-cabang pembangunan kependudukan, seperti regulasi

kesesuaian lahan pemukiman, ruang terbuka hijau, moratorium bangunan

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


66
perumahanyang dapat ditinjau dari aspek daya dukung wilayah. Mobilitas

penudduk juga dapat digunakan sebagai asumsi suplay dan rantai pasokan pangan

ke penduduk di suatu wilayah, jumlah fasilitas kesehatan, pendidikan, seni dan

olah raga serta menentukan kualitas lingkungan fisik dan social.

Undang-Undang RI Nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan

Kependudukan dan Pembangunan Keluarga dengan sangat tegas menyatakan

bahwa penduduk sebagai modal dasar dan faktor dominan pembangunan harus

menjadi titik sentral dalam pembangunan (people centered development)

berkelanjutan. Jumlah penduduk yang besar dengan kualitas rendah dan

pertumbuhan yang cepat akan memperlambat tercapainya kondisi yang ideal

antara kuantitas dan kualitas penduduk dengan daya dukung dan daya tampung

lingkungan. Paradigma baru kependudukan tersebut menempatkan manusia

sebagai subyek atau pusat dari proses pembangunan.

Kota Bandung merupakan wilayah yang memiliki daerah industrialisasi,

pengembangan pariwisata dan perdagangan secara holistik dan di dalamnya

membentuk wilayah yang memiliki permasalahan tentang persebaran penduduk.

Persebaran penduduk di cukup varatif. Variasi ini dipengaruhi oleh jumlah desa,

RW, RT dan KK. Distribusi KK di Kota Bandung ditunjukkan pada grafik sebagai

berikut.

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


67
Gambar 2. 14 Distribusi KK di Kota Bandung
(Sumber : Bappeda Kota Bandung 2016)

Peningkatan jumlah KK berpengaruh terhadap laju pertambahan penduduk

sekaligus kualitas, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :

1. Penduduk yang melangsungkan pernikahan memilih tinggal di wilayah asal

sehingga terjadi in-migrasi penduduk apabila pasangan nikahnya berasal dari

luar Kota Bandung.

2. Penduduk yang termasuk katagori baru menikah pada umumnya masih

memiliki penghasilan yang rendah.

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


68
3. Pertambahan KK menyebabkan penambahan kelahiran baru

4. Pada KK yang memiliki penghasilan lebih akan menambah anggota keluarga

yang berasal dari asisten rumah tangga.

Distribusi penduduk di Kota Bandung cukup merata, hampir semua

wilayah merupakan wilayah padat penduduk. Berdasarkan data kependudukan

tahun 2018 semua wilayah kecamatan jumlah penduduknya sangat tinggi dan

melebihi kapasitas lahannya. Di sisi lain tidak terdapat wilayah kosong sehingga

pengembangan atau distribusi penduduk sudah mengalami kejenuhan.

Chart Title

MANDALAJATI 67221
CINAMBO 24192
PANYILEUKAN 37806
GEDEBAGE 37961
UJUNG BERUNG 80622
CIBIRU 71183
ARCAMANIK 71909
RANCASARI 79994
BUAHBATU 97792
BANDUNG KIDUL 57433
ANTAPANI 74934
SUMUR BANDUNG 35742
CIBEUNYING KALER 68310
BOJONGLOA KIDUL 84081
KIARACONDONG 122913
BANDUNG KULON 130651
CIBEUNYING KIDUL 109125
LENGKONG 71210
BATUNUNGGAL 117144
REGOL 80187
ASTANA ANYAR 73424
BANDUNG WETAN 29961
CIDADAP 51922
SUKAJADI 99280
CICENDO 93850
ANDIR 98921
BOJONGLOA KALER 120547
BABAKAN CIPARAY 132098
COBLONG 110578
SUKASARI 73598
0 20.000 40.000 60.000
JUMLAH80.000 100.000 120.000JUMLAH
KEPALA KELUARGA 140.000 160.000 180.000
PENDUDUK

Gambar 2. 15 Data Distribusi Penduduk di Kota Bandung tahun 2016


Salah satu variabel populasi penduduk adalah mobilitas penduduk. Sub

bab kuantitas penduduk dijelaskan bahwa natalitas di beberapa kecamatan dengan

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


69
padat penduduk, demikian juga tingginya natalitas pada beberapa kecamatan tidak

sebanding dengan banyaknya pertambahan penduduk. Migrasi penduduk

merupakan angka yang diperoleh dari data penduduk yang keluar dari populasi

Kota Bandung dan data yang masuk dari luar Kota Bandung ke wilayah ini.

Faktor-faktor yang menyebabkan migrasi antara lain faktor pencarian pekerjaan di

luar populasi, mutasi kerja dan faktor ekonomi lainnya, pernikahan serta faktor

social. Faktor pencarian kerja ke tempat lain dibagi menjadi dua yaitu kerja di

dalam negeri dan luar negeri.

Berdasarkan hasil analisis migrasi penduduk di Kota Bandung

menunjukkan adanya variasi antar wilayah dalam mobilitas penduduk. Persentase

migrasi netto 0,061 untuk laki-laki dan 0,044 untuk wanita. Nilai keluar dan

masuk penduduk yang dihitung dengan tidak memasukkan data natalitas, artinya

hanya penduduk yang keluar dan penduduk yang masuk. Berdasarkan gambar di

atas menunjukkan bahwa penduduk yang masuk (imigrasi) ke wilayah Kota

Bandung sebesar 2.627 orang yang terbagi dalam laki-laki 1.313 laki-laki dan

1.314 perempuan. Sedangkan penduduk yang keluar, (emmigrasi) yaitu 2.545

orang yang terdiri dari laki-laki 2.132 orang dan perempuan 2.373 orang. Kondisi

ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang keluar lebih sedikit dari yang

datang.

Data di atas menunjukkan adanya selisih penduduk yang masuk dengan

penduduk yang keluar sebesar 1,1. Nilai ini termasuk rendah, dalam arti keluarnya

penduduk yang lebih tinggi 1,1 kali lipat tidak mempengaruhi dinamika populasi

penduduk di Kota Bandung. Hal ini disebabkan oleh faktor di luar migrasi

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


70
penduduk, yakni jumlah kelahiran dan kematian penduduk pada tahun tersebut.

Berdasarkan data Tahun 2015 menunjukkan angka kelahiran bayi sebesar 10.193

kelahiran hidup , sedangkan angka kematian total 93 kasus terdiri dari kematian

neo natal 68 bayi dan kematian bayi 25 orang (Dinkes Kota Bandung, 2015).

Berdasarkan hasil analisis menunjukkan pemerintah Kota Bandung telah mampu

menekan angka kelahiran dan angka kematian secara signifikan yang ditunjukkan

melalui indikasi pertambahan penduduk yang stabil (unaccelerative).

Modus penduduk yang kaluar dari wilayah Kota Bandung adalah

Kecamatan-kecamatan di Bandung utara. Kondisi ini terjadi karena wilayah

Bandung utara mengalami perluasan pariwisata. Hotel, restoran dan tempat wisata

baru yang bermunculan menjadikan banyak lahan-lahan tergusur. Di sisi lain,

wilayah terjadi Bandung lainnya, industrialisasi atau perluasan kawasan pabrik

baru seperti di wilayah Kopo dan perbatasan dengan Kabupaten Bandung, Cimahi

dan Bandung Barat. Hal ini memicu masyarakat luar bbandung masuk dengan

profesi sebagai pekerja industri. Kondisi orang datang (in-migrasi) menjadi trend

di wilayah industri Kota Bandung. wilayah industri baru menjadikan penduduk di

Kota Bandung kebanjiran orang datang.

Berdasarkan data distribusi populasi Kota Bandung, menunjukkan semua

wilayah Bandung tidak aman untuk penambahan penduduk baru, atau dengan

kata lain harus dikurangi penduduknya atau regulasi moratorium pemukiman

baru. Merujuk pada data mobilitas penduduk maka inmigrasi yang tinggi di

wilayah Bandung belum menunjukkan keberhasilan dalam mengendalikan

kepadatan penduduknya. Dampak dari penduduk yang kepadatanya tinggi akan

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


71
mengganggu sektor-sektor penting yang menjadi kebutuhan penduduknya. Sektor

tersebut antara lain :

1. Sektor Pertanian

Lahan pertanian produktif dijadikan sebagai pemukiman sehingga luasan

produksi hampir hilang pada penurunan pasokan beras ke wilayah tersebut.

Faktor kepadatan penduduk juga berpengaruh terhadap kualitas air

permukaan. Pencemaran limbah industry dan rumah tangga berpengaruh

nyata terhadap penurunan kualitas air permukaan, logam berat seperti Pb, Cr,

dan plastic akan menginfeksi butiran-butiran padi. Kondisi yang sama atas

kepadatan penduduk juga bepengaruh terhadap sektor perikanan dan

peternakan. Data menunjukkan adanya penurunan produktivitas pertanian

secara drastis dari tahun ke tahun. Pada akhirnya kebutuhan bahan pangan

untuk energy dan protein bagi penduduk Bandung harus mengandalkan dari

luar daerah, kondisi ini menuntut setiap warga masyarakat memiliki daya beli

yang memadai untuk kehidupan pokoknya, dan kota Bandung menjadi sangat

dependen dan rentan terhadap Ketahanan Pangannya.

2. Pendidikan

Kepadatan penduduk akan mempengaruhi kualitas pendidikan seperti rasio

guru murid, volume kelas dan sarana prasarana yang dimilikinya.

3. Kesehatan

Kualitas air, udara dan pencemaran limbah rumah padat penduduk akan

menurunkan kualitas kesehatan lingkungan. Demikian juga sarana dan

prasarana kesehatan seperti rasio jumlah penduduk dengan tenaga medis

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


72
(dokter, bidan, perawat dan fisioterapi). Demikian juga kesehatan social

seperti kebahagiaan, ruang terbuka hijau dan relaksasi.

Mobilitas penduduk di wilayah Kota Bandung perlu dikendalikan untuk menjamin

kualitas penduduk yang terpenuhi aspek pangan, kesehatan dan pendidikan.

2.6 Data dan Informasi Kepedudukan

Tujuan utama dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang

memungkinkan bagi penduduknya untuk menikmati umur panjang, sehat dan

menjalankan kehidupan yang produktif (Purna dan Adhyawarman, 2009).

Sebagai tolok ukur keberhasilan pembangunan (terutama pembangunan manusia),

UNDP kemudian menyusun indeks pembangunan manusia (IPM) atau human

development index (HDI), yaitu indikator gabungan yang terdiri dari tiga ukuran:

kesehatan (sebagai ukuran longevity), pendidikan (sebagai ukuran knowledge),

dan tingkatan pendapatan riil (sebagai ukuran living standards).

Kependudukan merupakan bagian penting dari upaya membangun kualitas

sumberdaya manusia. Perencanaan pembangunan manusia dan kependudukan

disusun sedemikian rupa sehingga program pmbangunan lainnya seperti

infrastruktur akan mengacu pada jumlah penduduk. Jumlah penduduk merupakan

data penting dalam pembangunan, seperti yang dijabarkan sebelumnya bahwa

penduduk adalah subyek pembangunan sekaligus pelaksana pembangunan dengan

orientasi (obyek) adalah kesejahteraan penduduknya. Atas ilustrasi ini maka data

dan informasi kependudukan penting untuk seluruh pelaksana pembangunan

daerah atau wilayah. Lihat gambar berikut, dimana Bandung Selatan meruapak

kecamatan dengan wajib KTP yang tertinggi.

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


73
Data dan informasi kependudukan disusun untuk menggambarkan estimasi

, memproyeksi dan menetapkan penduduk ideal pada tahun berikutnya. Seluruh

elemen pembangunan akan mengikuti informasi tersebut sebagai acuan dalam

target pembangunan. Bagi Kota Bandung data informasi kependudukan perlu

menggambarkan proyeksi dan estimasi penduduk yang diperoleh secara dinamis

dari natality, mortality, dan migrasi serta mobilitas penduduk. Dinamika populasi

penduduk yang konsisten menggambarkan pembangunan kependudukan di

wilayah tersebut berhasil dengan baik.

Data dan informasi kependudukan disusun dengan mengintegrasikan

variabel pembangunan lainnya seperti tata ruang wilayah, ketahanan pangan,

pertanian dan infrastruktur strategis lainnya, dan sebagainya. Integrasi data ini

akan menggambarkan prediksi kebutuhan penduduk secara cermat. Bagi Kota

Bandung, data dan informasi kependudukan terintegrasi akan menggambarkan

kondsi obyektif saat ini dan prediksi tahun-tahun berikutnya dalam beberapa hal,

antara lain :

1. Mengatur jumlah penduduk, meliputi kebijakan keluarga berencana dan in-

migrasi.

2. Menyusun infratruktur yang dibutuhkan dalam pembangunan kependudukan

3. Mengintegrasikan data kependudukan tersebut dalam program pembangunan

strategis, antara lain :

4. Pembangunan kesehatan, meliputi sarana dan prasarana, tenaga medis dan

kesehatan masyarakat. Program penambahan tenaga medis, perencanaan

pengembangan Puskesmas dan Rumah Sakit serta regulasi yang menyangkut

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


74
peningkatan kualitas kesehatan masyarakat disusun berdasarkan kepadatan

penduduk, jumlah penduduk dan dinamika populasi yang ada di dalamnya.

5. Pembangunan pendidikan, meliputi menentukan penyebaran guru,

penambahan ruang kelas baru dan ifrastruktur pendidikan lainnya disesuaikan

dengan kebutuhan penduduknya.

6. Pembangunan Pertanian, meliputi peningkatan kapasitas irigasi, ketahanan

pangan, suplay dan rantai pasok hasil pertanian dan ketenagakerjaan sektor

pertanian. program ini disusun untuk meningatkan kemandirian pangan,

mengurangi rantai pasok beras dari luar daerah dan peningkatan sumberdaya

manusia pertanian.

7. Pengembangan industry, meliputi penentuan wilayah industry, keterlibatan

masyarakat dalam kegiatan industry dan lainnya dengan menyesuaikan

kondisi lahan dan kepadatan penduduknya.

8. Penanggulangan bencana baik bencana alam maupun bencana social.

9. Pembangunan sarana dan prasarana pengelolaan lingkungan hidup, meliputi

infrastruktur pengelolaan limbah, pengelolaan air limbah untuk domestic dan

industri, emisi udara berberak dan tidak bergerak, ruang terbuka hijau (RTH),

pengelolaan drainase pada kawasan pemukiman, dan peningkatan pemahaman

masyarakat dalam hal pengelolaan lingkungan hidup.

10. Keluarga Berencana difokuskan pada pengendalian penduduk, ketahanan

keluarga dan pemberdayaan masyarakat yang terlembaga pada kampung KB

di masing-masing wilayah.

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


75
Data dan informasi kependudukan
PENDUDUK

KETENAGAKERJAAN SEX RATIO GINI RATIO SUMBERDAYA WILAYAH KEPADATAN

TATA RUANG DAN WILAYAH

PENANGGULANGAN KESEHATAN KETAHANAN KB PENDIDIKAN


BENCANA (ALAM DAN PANGAN,
SOSIAL, LINGKUNGAN
SOSIAL) DAN PERTANIAN
DAN MASY

INVESTASI FINANSIAL DAN SOSIAL

IPM

Gambar 2. 16 Skema Alur Data Dan Informasi Kependudukan Terintegrasi

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


79
Pada skema di atas mendeskripsikan bahwa integrasi data dan informasi

kependudukan pada berbagai aspek merupakan bagian dari investasi awal dalam

membangun kependudukan. Nilai investasi ini dapat digambarkan dari factor

utama yang mempengaruhi tujuan kependudukan antara lain kualitas dari aspek

pendidikan, Keluarga Berencana, ketahanan pangan, kesehatan lingkungan dan

penanggulangan bencana alam dan social. Aspek-aspek tersebut perlu

disinergiskan dalam membangun tata ruang wilayah dan program pembangunan

dengan memperhatikan beberapa titik pokok kependudukan, antara lain :

1. Ketenagakerjaan, pada berbagai sebaran umur, gender, pendidikan dan

jenis tenaga kerja

2. Sex ratio yang dapat menggambarkan struktur populasi penduduk,

3. Rasio gini yang dapat membaca sejauh mana ketimpangan ekonomi dan

factor yang mempengaruhinya

4. Kemampuan wilayah dalam menyediakan daya dukung untuk lingkungan

sehat bagi penduduknya

5. Kepadatan penduduk dan dampak negatifnya seperti pencemaran, dan

resiko habitat tiga

Gambaran integrasi data ini kemudian disajikan dalam bentuk peta penduduk

yang sinergis dengan peta geografi, demografi dan lainnya sehingga aksisibilitas

data dapat diterima oleh berbagai pihak. Pihak-pihak yang membutuhkan data

integrasi antara lain pemerintah baik daerah, provinsi ataupun pusat, industry

swasta dalam pertimbangan investasi dan masyarakat kota Bandung agara

terbangun kesadaran dalam pengendalian penduduk yang lebih sistematis.

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


80
BAB III
KONDISI PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BANDUNG

3.1 Kondisi Terkini Kuantitas Penduduk

3.1.1 Komposisi dan Persebaran Penduduk

Kuantitas penduduk dibagi menjadi komposisi dan persebaran penduduk.

Penduduk dapat dikelompokkan menurut karakteristik tertentu, seperti kelompok

umur, karakteristik sosial ekonomi dan persebaran atau distribusi tempat

tinggalnya. Pengelompokkan ini berguna untuk mengetahui jumlah sumber daya

manusia yang ada menurut umur, jenis kelamin maupun karakteristik lainnya,

mengembangkan suatu kebijakan yang berhubungan dengan pembangunan

berwawasan kependudukan, menyediakan sarana dan prasarana serta fasilitas

yang diperlukan; membandingkan suatu keadaan penduduk dengan keadaan

penduduk lainnya; mengetahui proses demografi yang telah terjadi pada

penduduk melalui piramida penduduk.

Persebaran penduduk hasil pembangunan kependudukan di Kota Bandung

perlu dianalisis dengan mengetahui berbagai komposisi demografis penduduk.

Komposisi ini akan memberikan gambaran bagaimana langkah perencanaan

pembangunan secara makro yang perlu dilakukan oleh pemerintah Kota

Bandung.

3.1.2 Jumlah dan Persebaran Penduduk

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


81
Rasio Jenis Kelamin (RJK) atau Sex Ratio di Kota Bandung adalah 102

yang berarti bahwa dari setiap 100 penduduk perempuan terdapat 102 orang

penduduk laki-laki.

Gambar 3. 1 Rasio Jenis Kelamin Menurut Kecamatan di Kota Bandung, 2018

Selain keberadaan kuantitas penduduk setiap wilayah, juga komposisi

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


82
penduduk menurut jenis kelamin mewarnai tipikal suatu wilayah. Rasio jenis

kelamin antar wilayah seperti diperlihatkan gambar di atas, Kecamatan Coblong

memiliki jumlah penduduk laki-laki paling banyak dibanding kecamatan-

kecamatan lainnya. Sebaliknya, Kecamatan Bandungwetan dan Lengkong

memiliki jumlah penduduk perempuan paling banyak dibanding kecamatan-

kecamatan lainnya.

3.1.3 Kepadatan Penduduk

Kota Bandung tergolong kabupaten yang padat, hal ini dapat dilihat pada

tabel 3 dibawah ini. Tabel 3 memperlihatkan kepadatan penduduk di Kota

Bandung. Dengan luas 167.31 km2, Kota Bandung pada tahun 2018 didiami

oleh 2.497.900 jiwa atau dengan kepadatan sebesar 14 ribu jiwa/km2. Dengan

kata lain rata-rata setiap km2 Kota Bandung didiami sebanyak 14 ribu jiwa.

Tabel 3. 1 Jumlah Penduduk Kota Bandung berdasarkan Kepadatan


Penduduk Tahun 2018

Persentase Penduduk Kepadatan Penduduk


Kecamatan Percentage of Total (ribu jiwa per km²)
Subdistrict Population Population Density
(thousand person per sq.km)
1 Bandung Kulon 5.78 22.18
2 Babakan Ciparay 5.97 19.87
3 Bojongloa Kaler 4.88 39.99
4 Bojongloa Kidul 3.48 13.80
5 Astanaanyar 2.78 23.87
6 Regol 3.30 19.07
7 Lengkong 2.89 12.14
8 Bandung Kidul 2.39 9.79
9 Buah Batu 3.84 12.02
10 Rancasari 3.04 10.30

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


83
11 Gedebage 1.45 3.75
12 Cibiru 2.84 11.13
13 Panyileukan 1.59 7.71
14 Ujungberung 3.04 11.79
15 Cinambo 1.00 6.73
16 Arcamanik 2.75 11.63
17 Antapani 3.00 19.67
18 Mandalajati 2.54 9.47
19 Kiaracondong 5.32 21.59
20 Batununggal 4.88 24.07
21 Sumur Bandung 1.45 10.56
22 Andir 3.94 26.33
23 Cicendo 4.03 14.56
24 Bandung Wetan 1.25 9.13
25 Cibeunying Kidul 4.36 20.60
26 Cibeunying Kaler 2.87 15.82
27 Coblong 5.32 17.96
28 Sukajadi 4.37 25.23
29 Sukasari 3.30 13.08
30 Cidadap 2.35 9.56
Kota Bandung 100 14.83
Sumber: BPS Kota Bandung 2018

3.1.4 Laju Pertumbuhan Penduduk

Kondisi demografi Kota Bandung pada akhir tahun 2018 tergambar dalam

jumlah penduduk yang tercatat, yaitu 2.497.900 jiwa (Laki-laki: 1.267.700 jiwa;

perempuan : 1.230.300 jiwa) dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar

2,20persen. Kepadatan penduduk pada tahun 2018 tercatat 2192 jiwa per km2

(BPS Kota Bandung, 2019).

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


84
Menurut Zuklarnaen (2014) bahwa laju pertumbuhan penduduk Kota

Bandung akan mengalami stagnasi pada tahun 2025 sampai 2035. Kondisi ini

terjadi apabila penduduk tidak dimanipulasi kuantitasnya (aspek natalitas dan

migrasi) maka over density akan terjadi, kemudian penduduk akan mengalami

kejenuhan dalam memilih tinggal di kota Bandung. Hal ini dapat dilihat dalam

grafik berikut ini.

Gambar 3. 2 Grafik Pertumbuhan Penduduk atas over density

Hasil survei menunjukkan pula bahwa perempuan usia 15 tahun ke atas

yang pernah kawin, sebagian besar atau sekitar 73,76 persen pada tahun 2017

sedang menggunakan alat/cara KB. Jadi pertumbuhan penduduk secara terencana

akan terpantau melalui akseptor KB ini, khususnya perempuan usia produktif

yang secara aktif sebagai akseptor KB.

Bervariasinya pertumbuhan atau dinamika penduduk di masing-masing

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


85
wilayah (kecamatan) bergantung pada jumlah kelahiran, kematian dan migrasinya.

Semakin pesatnya penduduk di suatu wilayah maka jumlah kelahiran dan migrasi

masuk di wilayah tersebut relatif tinggi, begitu pula sebaliknya.

3.2 Komposisi Penduduk Menurut Karakteristik Demografi

Karakteristik penduduk sangat berpengaruh terhadap proses demografi dan

tingkah laku sosial ekonomi, karakteristik penduduk yang paling penting adalah

umur dan jenis kelamin.

3.2.1 Jumlah dan Proporsi Penduduk menurut Umur dan Jenis Kelamin

Distribusi penduduk menurut umur dapat dikelompokkan dalam kelompok

umur tunggal, kelompok uur lima tahunan, ataupun dikelompokkan berdasarkan

distribusi tertentu misalnya pengelompokkan berdasarkan usia sekolah (SD 7 -

12 tahun), SMP 13 - 15 tahun, SMA 16 - 18 tahun dan perguruan tinggi 19

- 24 tahun). Selain pengelompokkan berdasarkan distribusi umur penduduk,

terdapat juga pengelompokkan penduduk berdasarkan struktur umur penduduk

yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar yaitu :

a) Penduduk usia muda umur 0-14 tahun

b) Penduduk usia produktif umur 15 - 64 tahun, dan

c) Penduduk usia lanjut umur 65 tahun ke atas

Sedangkan berdasarkan umur median, penduduk di suatu daerah dibagi

dalam tiga katagori yaitu :

a) Penduduk muda jika umur median <20 tahun

b) Penduduk internediate jika umur median antara 20-30 tahun,

c) Penduduk tua jika umur median lebih dari 30 tahun.

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


86
Gambar 3. 3 Penduduk berdasarkan kelompok umur

3.3 Piramida Penduduk

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


87
Gambar 3. 4 Piramida Penduduk Kota Bandung
Dari tabel terlihat bahwa penduduk Kota Bandung merupakan penduduk Usia

produktif (usia kerja) yang berpotensi sebagai modal pembangunan, sedangkan

penduduk yang berpotensi sebagi beban yaitu penduduk yang belum produktif (0-

14 tahun) dan penduduk yang dianggap kurang produktif atau tidak produktif lagi

(65 tahun ke atas).

3.3.1 Rasio Ketergantungan

Rasio ketergantungan (dependency ratio) menunjukkan beban yang harus

ditanggung oleh penduduk produktif (15-64 tahun) terhadap penduduk tidak

produktif (0-14 tahun dan diatas umur 65 tahun). Makin tingi persentase

dependency ratio menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung

penduduk produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan

tidak produktif lagi. Tabel 3.8 menunjukan jumlah penduduk berdasarkan struktur

umur.

Tabel 3. 2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Struktur Umur Tahun 2018

Kelompok Umur Laki Laki Perempuan Jumlah Presentase


Umur Muda (0- 14 Tahun) 289. 556 277.185 566741 (22.69%)

Umur Produktif (15-64Tahun) 912700 891785 1804485 (72.23%)

Umur Tua (diatas 65 Tahun) 58128 22471 68755 (5.08%)

3.4 Komposisi Keluarga

Informasi tentang jumlah keluarga dan komposisi anggota keluarga,

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


88
diperlukan dalam perencanaan maupun implementasi kebijakan pemenuhan

pelayanan dasar seperti pendidikan, kesehatan, perumahan, kebutuhan pangan,

pengentasan kemiskinan dan sebagainya. Keluarga didefinisikan sebagai

sekumpulan orang yang tinggal dalam satu rumah yang masih mempunyai

hubungan kekerabatan/hubungan darah karena perkawinan, kelahiran, adopsi dan

lain sebagainya. Keluarga dibagi dalam 2 tipe yaitu keluarga inti dan keluarga

luas. Keluarga inti (nuclear family) yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan

anak anak kandung, anak angkat maupun adopsi yang belum kawin, atau ayah

dengan anak anak yang belum kawin atau ibu dengan anak anak yang belum

kawin. Sedangkan keluarga luas (extended family) yaitu keluarga yang terdiri dari

ibu, ayah, anak anak baik yang sudah kawin ataupun belum, cucu, orang tua,

mertua maupun kerabat kerabat lain yang menjadi tanggungan kepala keluarga.

3.4.1 Jumlah Anggota dan Rata Rata Jumlah Anggota Keluarga

Banyaknya jumlah anggota keluarga dapat digunakan untuk

menggambarkan kondisi lingkungan dan kesejahteraan dalam satu keluarga,

dimana diasumsikan semakin kecil jumlah anggota keluarga biasanya akan

semakin baik tingkat kesejahteraannya.

Rata-rata jumlah anggota keluarga biasanya digunakan untuk melihat

perubahan paradigma dari keluarga luas menjadi keluarga kecil.

3.5 Komposisi dan Persebaran Penduduk

3.5.1 Komposisi Penduduk Menurut Karakteristik Demografi

Karakteristik penduduk sangat berpengaruh terhadap prosesdemografi dan

tingkah laku sosial ekonomi. Karakteristik penduduk yang paling penting adalah

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


89
umur dan jenis kelamin.

3.5.2 Jumlah dan Proporsi Penduduk menurut Umur dan Jenis Kelamin

Distribusi penduduk menurut umur dapat dikelompokkan dalam kelompok

umur tunggal, kelompok umur lima tahunan, ataupun dikelompokkan

berdasarkan distribusi tertentu misalnya pengelompokkan berdasarkan usia

sekolah (SD 7-12 tahun, SMP 13-15 tahun, SMA 16-18 Tahun dan Perguruan

Tinggi 19-24 tahun). Selain pengelompokkan berdasarkan distribusi umur

penduduk, terdapat juga pengelompokan penduduk berdasarkan struktur umur

penduduk yang dikelompokan menjadi tiga kelompok besar yaitu:

a) Penduduk usia muda umur 0-14 tahun,

b) Penduduk usia produktif umur 15-64 tahun, dan

c) Penduduk usia lanjut umur 65 tahun ke atas.

Sedangkan berdasarkan umurmedian, penduduk disuatu daerah dibagi

dalam tiga kategori yaitu

a) penduduk muda jika umur median <20 tahun,

b) penduduk intermediate jika umur median antara 20-30 tahun, dan

c) penduduk tua jika umur median lebih dari 30 tahun.

Pada Grafik 3.6, nampak bahwa dari berbagai kelompok umur, hampir

seluruhnya jumlah penduduk laki laki lebih banyak dari pada jumlah penduduk

perempuan.

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


90
Tabel 3. 3 Proyeksi Penduduk Menurut kelompok Umur dan Jenis Kelamin
2015 2020 2025
UMUR Wanita Laki- Jumlah Wanita Laki- Jumlah Wanita Laki- Jumlah
laki laki laki
0-4 104219 108864 213084 104975 108960 213935 108307 112419 220726
9-14 94849 100157 195006 107573 112185 219757 108550 112534 221084
14-15 89157 91867 181024 98093 103466 201559 111345 116013 227358
15-19 116635 113379 230014 92172 94817 186989 101507 106918 208425
20-24 127624 135922 263547 120440 116735 237175 95310 97820 193130
25-29 112534 122222 234756 131644 139822 271466 124450 120352 244802
30-34 107699 114639 222337 115945 125667 241612 135918 144114 280032
35-39 97903 101072 198975 110771 117670 228442 119553 129366 248919
40-40 89617 90736 180354 100399 103352 203751 113947 120775 234722
45-49 77789 75855 153645 91427 92091 183519 102822 105416 208238
50-54 65431 64663 130093 78707 76013 154721 92974 92897 185871
55-59 51032 51488 102520 65371 63459 128830 79170 75249 154419
60-60 31532 32403 63935 49923 48908 98831 64563 58193 122757
65-69 22745 21358 44103 29697 29263 58960 47653 46996 94649
70-74 21429 15529 36958 20017 17791 37808 26625 24867 51492
75+ 17073 13192 30265 25694 17715 43409 29933 22204 52137
Jumlah 1227267 1253348 2480615 1342847 1367915 2710762 1462628 1486133 2948761

3.5.3 Karakteristik Kepala Keluarga Berdasarkan Umur

Informasi tentang kelompok umur dari kepala keluarga dan anggota

keluarga penting diketahui terutama untuk melakukan analisis kondisi demografi

keluarga serta perencanaan kebijakan dasar seperti pangan, pendidikan, kesehatan,

perumahan, kemiskinan dan lain-lain.

3.5.4 Karakteristik Keluarga Berdasarkan Kemiskinan

Karakteristik kepala keluarga menurut jenis kelamin dapat menunjukan

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


91
seberapa banyak perempuan yang menjadi kepala keluarga, bagaimana

kecenderungannya dimasa depan dan bagaimana gambaran social ekonomi

keluarga yang dikepalai oleh seorang perempuan. Penambahan persentase kepala

keluarga perempuan dapat juga menggambarkan tingkat perceraian (baik cerai

hidup maupun cerai mati) yang terjadi dan juga dapat menggambarkan salah satu

trend gaya hidup modern.

Berdasarkan tabel 3.4 nampak bahwa keluarga di Kota Bandung jumlah

penduduk miskin menurun sebanyak 3.57 persen. Indeks kedalaman kemiskinan

menurun 0.48 persen dan garis kemiskinan meningkat Rp 448.902/kapita/bulan.

Kemiskinan yang paling banyak terdapat di Babakan Ciparay 21,94 persen.

Tabel 3. 4 Persentase Jumlah Kepala Keluarga Menurut Jenis Kelamin di


Kota Bandung 2018
Jml Penduduk Persentase Indeks Indeks Garis Kemiskinan
Tahun Miskin Penduduk Kedalaman Keparahan (Rp/Kapita/Bulan)
(Dlm 000) Miskin Kemiskinan Kemiskinan
2014 115,00 4,65 0,69 0,17 353.423
2015 114,12 4,61 0,72 0,19 376.311
2016 107,58 4,32 0,55 0,12 400.541
2017 103,98 4,17 0,68 0,18 420.579
2018 89,38 3,57 0,48 0,11 448,902

Persentase Penduduk Miskin Kota Bandung tahun 2017 (4,17%) berada

pada urutan ke dua terkecil setelah Kota Depok (2,34%) dari 27 kabupaten kota

Provinsi Jawa Barat.

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


92
Gambar 3. 5 Grafik Perkembangan Jumlah dan Persentase Penduduk
Miskin di Kota Bandung

Cara pandang KK dalam menilai arti penting jumlah jiwa akan

berpengaruh terhadap kesehatan rumah tinggal, kelayakan jumlah anggota dalam

rumah tinggal dan potret tingkat kesejahteraan masyarakat. Hal ini tidak

terlepas pula dari latar belakang pendidikan KK yang berpengaruh terhadap

wawasan dan pola pikir dalam menentukan setiap keputusan yang diambil,

dalam hal ini khususnya untuk mengendalikan jumlah anggota keluarga. Semakin

tinggi kesejahteraan KK diasumsikan bahwa pola pikirnya luas dan memiliki visi

jauh ke depan dalam memandang arti kepadatan hunian. Selain itu diharapkan

bisa mendorong keberlangsungan pendidikan bagi anak-anaknya.

3.5.5 Karakteristik Kepala Keluarga Berdasarkan Status Pekerjaan

Status ekonomi keluarga dapat dilihat dari kegiatan ekonomi kepala

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


93
keluarga maupun anggotanya serta seberapa besar sumbangan mereka terhadap

ekonomi keluarga. Status pekerjaan kepala keluarga diperlukan untuk

perencanaan pelayanan kebutuhan dasar penduduk.

Jenis pekerjaan 10 terbesar dari ke 88 jenis pekerjaan yang terdapat di

dalam database kependudukan Kota Bandung. Dilihat dari kegiatan ekonomi,

kepala keluarga di Kota Bandung adalah bekerja dengan jenis pekerjaan terbesar

adalah sebagai wiraswasta, diikuti buruh harian lepas, petani/pekebun, mengurus

rumah tangga, karyawan swasta, buruh tani/ perkebunan, pegawai negeri sipil,

pensiunan, belum/ tidak bekerja dan perdagangan. Pemerintah Kota Bandung

perlu memperhatikan keluarga yang dikepalai oleh kepala keluarga yang

mengurus rumah tangga ke 4(empat) terbesar dan belum/tidak bekerja ke 9

( sembilan) terbesar, Kepala keluarga yang mengurus rumah tangga dan tidak

bekerja, dapat disebabkan karena sudah memasuki usia pensiun atau memang

tidak mampu masuk ke pasar kerja. Untuk mereka ini perlu diberikan intervensi

untuk membantu meningkatkan status kesejahteraan mereka, karena pada

umumnya kepala keluarga tersebut memiliki status ekonomi yang rendah. Karena

bagaimana mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, mereka diduga

tidak mempunyai penghasilan, sehingga pemerintah Kota Bandung perlu

membuat perencanaan pelayanan kebutuhan dasar penduduk.

Keterangan jenis pekerjaan yang di sajikan pada tabel di bawah ini :

1 = Belum/ tidak bekerja, 2 = Mengurus RumahTangga

4 = Pensiunan, 5 = Pegawai Negeri Sipil

8 = Perdagangan, 9 = Petani/ Pekebun

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


94
15 = Karyawan Swasta, 19 = Buruh Harian Lepas

20 = Buruh Tani/ Perkebunan, 88 = Wiraswasta

3.5.6 Keluarga Berencana

Salah satu ciri keberhasilan program keluarga berencana adalah

banyaknya pastisipasi masyarakat khususnya Pasangan Usia Subur

menggunakan alat kontrasepsi, standar Nasional menyepakati 65 persen peserta

KB dari seluruh PUS sudah menunjukkan angka yang baik karena bisa menekan

laju kelahiran pertahunnya. Secara Umum Program keluarga berencana bertujuan

untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak, keluarga

serta masyarakat pada umumnya. Dengan berhasilnya pelaksanaan keluarga

berencana diharapkan angka kelahiran dapat diturunkan, sehingga tingkat

kecepatan perkembangan penduduk tidak melebihi kemampuan kenaikan

produksi. Dengan demikian taraf kehidupan dan kesejahteraan rakyat

diharapkan akan lebih me-ningkat.

Salah satu indikator program KB yaitu penggunaan KB saat ini dan CPR

(Contraceptive Prevalence Rate) atau CU/PUS. CPR adalah persentase

penggunaan alat/cara KB oleh pasangan usia subur (PUS) yaitu WUS (umur 15-

49 tahun) berstatus menikah.

Tabel 3. 5 Jumlah PUS Kota Bandung Tahun 2017


NAMA KECAMATAN JUMLAH PUS
Sukasari 9215
Coblong 17151
Babakan Ciparay 26390
Bojongloa Kaler 18255
Andir 17864

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


95
Cicendo 14604
Sukajadi 17574
Cidadap 8416
Bandung Wetan 5244
Astana Anyar 10221
Regol 12872
Batununggal 18723
Lengkong 7542
Cibeunying Kidul 17528
Bandung Kulon 17360
Kiaracondong 20157
Bojongloa Kidul 12905
Cibeunying Kaler 9653
Sumur Bandung 3401
Antapani 10691
Bandung Kidul 9185
Buahbatu 13230
Rancasari 11077
Arcamanik 10293
Cibiru 11346
Ujung Berung 23152
Gedebage 12756
Panyileukan 6060
Cinambo 4845
Mandalajati 12145

Berdasarkan data DPPKB tahun 2017 jumlah pasangan usia subur di kota

Bandung adalah 389.855 PUS. Secara umum sebaran PUS di Kota Bandung tidak

merata, wilayah babakan Ciparay, Kiaracondong dan Batununggal memiliki PUS

tertinggi.

Status Pasangan Usia Subur secara umum meningkat dari tahun 2015

sampai tahun 2017, namun demikian proporsi PUS di Kota Bandung relative

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


96
stabil. Kondisi ini dipengaruhi oleh proporsi usia subur dan keseimbangan

piramida penduduk dari usia produktif awal sampai usia produktif akhir. Adapun

distribusi status pasangan usia subur di Kota Bandung disajikan dalam grafik

berikut ini.

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


97
Gambar 3. 6 Status PUS Kota Bandung 2019

Sampai dengan bulan Desember 2017, jumlah peserta aktif (PA) atau

contraceptive prevalence rate (CPR) mencapai 73,56 persen persen dari total

pasangan usia subur (PUS) dengan perhitungan PA/PUS yaitu (267.042/363.062

PUS) Paling tinggi CPR di Kota Bandung adalah kecamatan Babakan ciparay

yaitu 83.33 persen sedangkan yang paling rendah adalah Kecamatan Batununggal

70.28 persen.

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


98
Gambar 3. 7 Peserta KB Kota Bandung 2019
3.6 Indeks Pembangunan Manusia

Sejalan dengan makin tingginya intensitas dalam permasalahan

pembangunan, diperlukan indikator yang representatif dengan tuntutan

permasalahan. Dalam kaitan ini, indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM;

Human Development Index) merupakan salah satu alternatif yang diajukan.

Indikator ini, disamping mengukur kualitas fisik; tercermin dari angka harapan

hidup; juga mengukur kualitas non fisik (intelektualitas) melalui lamanya rata-rata

penduduk bersekolah dan angka melek huruf; mempertimbangkan kemampuan

ekonomi masyarakat di wilayah itu; tercermin dari nilai Purchasing Power Parity

Index (PPP).

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan ukuran komposit atau

gambaran gabungan ketiga komponennya, yaitu Indeks Kesehatan, Indeks

Pendidikan, dan Indeks Daya Beli Masyarakat. Jadi IPM merupakan suatu

ukuran komposit yang mencerminkan tidak hanya pendapatan, tapi juga harapan

hidup dan pencapaian bidang pendidikan.

Dikatakan Indeks Komposit (gabungan), karena masing-masing komponen

tersebut antara satu dengan lainnya merupakan bagian integral dan saling

mempengaruhi. Jika semua komponen membaik, maka IPM sudah dapat

dipastikan akan meningkatkan, dan jika ada sebagian komponen yang membaik

sedangkan yang lainnya turun maka akan terjadi semacam tarik-menarik, yang

satu menarik ke atas dan yang lainnya menarik kebawah. Akan tetapi jika minimal

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


99
2 (dua) komponen turun secara signifikan, apalagi ketiga komponennya turun,

maka kemungkinan IPM akan turun. Oleh karena itu, pemerintah senantiasa

berupaya meningkatkan derajat kesejahteraan masyarakat seperti tertuang pada

Visi Kota Bandung 2018-2023, yaitu TERWUJUDNYA KOTA BANDUNG

YANG UNGGUL, NYAMAN, SEJAHTERA, DAN AGAMIS dan salah satu

Misinya yaitu Membangun Masyarakat yang humanis, agamis, berkualitas dan

berdayasaing. Guna mencapai tujuan tersebut diperlukan upaya dalam

meningkatkan kualitas sumber daya manusia baik dari segi fisik dan

intelegensinya. Parameter yang sering digunakan kedua aspek tersebut adalah

taraf kesehatan, pengetahuan dan keterampilan penduduk, serta kemampuan daya

beli di masyarakat.

Dalam konteks peningkatan derajat kesehatan misalnya, upaya

menurunkan tingkat kematian bayi dan balita secara bertahap masih menjadi

prioritas, begitu pula pada penanganan status gizi pada balita dari waktu ke

waktu terus ditingkatkan, dengan tidak mengabaikan program-program lain yang

bersentuhan langsung dengan perbaikan derajat kesehatan.

Di bidang pendidikan, penuntasan buta huruf dan penurunan angka rawan

drop out murid sekolah (mempertahankan agar anak tetap bersekolah), dan

pendidikan luar sekolah tetap dan harus mendapat prioritas utama, disamping

terus melakukan pembangunan dan revitalisasi gedung- gedung sekolah, sebagai

upaya meningkatkan partisipasi murid secara berkelanjutan.

Dalam rangka meningkatkan kemampuan daya beli masyarakat, beberapa

strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai daya beli masyarakat,

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


100
yaitu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mengatur penyediaan barang

publik (alokasi), mengurangi inflasi dan pengangguran (stabilisasi), melaksanakan

pemerataan (keadilan sosial) atau distribusi pendapatan melalui upaya

pengembangan usaha skala mikro untuk mendongkrak pendapatan masyarakat

yang relatif tertinggal.

Untuk mengukur kecepatan perkembangan IPM dalam suatu kurun waktu

digunakan ukuran reduksi shortfall per tahun. Reduksi shortfall menunjukkan

perbandingan antara capaian yang telah ditempuh dengan capaian yang harus

ditempuh untuk mencapai titik IPM ideal, yaitu 100 (seratus). Semakin tinggi nilai

reduksi shortfall, semakin cepat peningkatan IPM.

Pada tahun 2017, capaian IPM Kota Bandung mencapai 80.31 poin atau

meningkat 0,178 poin dari 2016 yang sebesar 80,13 poin atau mengalami

pertumbuhan 1 persen, dengan kategori IPM atas karena berada di atas 80.

Tabel 3. 6 Capaian IPM dan Komponennya di Kota Bandung, Tahun 2018

Sumber: Badan Pusat Statistik Jawa Barat 2018

Pencapaian angka IPM Kota Bandung tentunya tidak terlepas dari capaian

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


101
angka IPM kecamatannya. Jika diperhatikan capaian IPM kecamatannya, terjadi

pergeseran peringkat walaupun masih pada kisaran satu sampai dua tingkat.

Perubahan ini tentunya disertai adanya perubahan kondisi sosial ekonomi di

masing-masing wilayah. Pemahaman kita tentang perubahan posisi antar

kecamatan dari tahun ke tahun, bukan berarti kecamatan ini lebih baik atau lebih

maju dibanding kecamatan lainnya. Akan tetapi perlu kita amati secara

komprehensif bahwa perubahan atau pergeseran tersebut diakibatkan dari

ketersediaan program dan anggaran yang ada di masing-masing kecamatan

yang berkaitan dengan peningkatan derajat kesehatan, pengetahuan dan

perbaikan ekonomi penduduknya. Secara mutlak tidak dapat ditegaskan pula

bahwa program-program yang berkaitan dengan pembangunan manusia akan

serta merta meningkatkan komponen-komponen pembangunan manusia itu

sendiri, tanpa adanya kesadaran dan kesiapan penduduknya untuk melakukan

berbagai program dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan, pengetahuan dan

perbaikan ekonomi. Dengan kata lain bahwa kesinambungan antara program-

program yang akan dijalankan dalam rangka pembangunan manusia dengan

sumber daya manusia yang ada, baik sebagai pelaksana maupun sebagai

penerima program tersebut, perlu terjalin dengan baik sehingga menghasilkan

capaian pembangunan manusia yang diharapkan.

3.7 Pendidikan

3.7.1 Angka Melek Huruf (AMH)

Angka melek huruf menyajikan persentase/proporsi penduduk berusia 10

tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin dibanding jumlah

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


102
penduduk seluruhnya pada tahun tertentu.

Indikator ini menggambarkan mutu dan kemampuan sumber daya

manusia di suatu daerah dalam menyerap informasi pendidikan. Semakin

tinggi nilai indikator, maka semakin tinggi pula sumberdaya manusia di suatu

daerah. Indikator AMH dapat digunakan untuk:

 Mengukur keberhasilan program-program pemberantasan buta huruf,

terutama di daearah pedesaan masih banyak ditemukan penduduk yang

tidak pernah bersekolah atau tidak tamat SD.

 Menunjukkan kemampuan penduduk di suatu daerah dalam menyerap

informasi dari berbagai media.

 Menunjukkan kemampuan untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis.

Sehingga angka melek huruf mencerminkan potensi perkembangan

intelektual sekaligus kontribusi terhadap pembangunan daerah.

3.7.2 Angka Partisipasi Sekolah (APS)

Partisipasi sekolah merupakan salah satu ukuran yang digunakan dalam

menilai keberhasilan program wajib belajar. Angka partisipasi sekolah mengukur

daya serap sektor pendidikan terhadap pendidikan usia sekolah, dimana angka ini

memperhitungkan adanya perubahan umur penduduk terutama penduduk umur

muda.

Dalam hal ini meningkatnya persentase jumlah murid bukan berarti

partisipasi sekolah juga meningkat, karena ukuran perubahan jumlah murid

sekolah tidak langsung berpengaruh terhadap partisipasi sekolah.

Angka Partisipasi Sekolah atau biasa disebut APS didefinisikan sebagai

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


103
perbandingan antara jumlah penduduk kelompok usia sekolah tertentu yang

bersekolah pada berbagai jenjang pendidikan dengan penduduk kelompok usia

sekolah yang sesuai dan dinyatakan dalam persentase. APS ini digunakan

untuk mengetahui banyaknya anak usia sekolah yang telah bersekolah di

semua jenjang pendidikan. Jadi, semakin tinggi APS berarti semakin banyak anak

usia sekolah yang bersekolah.

Gambar 3. 8 Rata-rata lama sekolah Kota Bandung

Angka lama sekolah sekolah penduduk Kota Bandung sudah terbilang

tinggi apabila dibandingkan dengan RLS Provinsi Jawa Barat. Hal ini

menggambarkan kesadaran akan pendidikan yang sudah baik, akan tetapi

sayangnya masih terjadi ketimpangan akses terhadap pendidikan berdasarkan

jenis kelamin, dimana berdasarkan data di atas tampak bahwa buta huruf

lebih banyak dialami oleh perempuan bahkan lebih dari dua kali lipat dari angka

buta huruf laki-laki.

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


104
Gambar 3. 9 Rata-rata lama sekolah Provinsi Jawa Barat

Terkait dengan angka partisipasi, BPS menjelaskan bahwa angka

partisipasi murni adalah persentase siswa dengan usia yang berkaitan dengan

jenjang pendidikannya dari jumlah penduduk di usia yang sama. Angka partisipasi

murni fungsinya hampir sama dengan APK, hanya saja APM Rancangan Awal

RPJMD 2018 - 2023 Kota Bandung merupakan indikator yang lebih baik karena

APM melihat partisipasi penduduk kelompok usia standar dijenjang

pendidikan yang sesuai dengan standar tersebut.

Di Kota Bandung tercatat APM pada jenjang pendidikan dasar yang

menjadi tanggungjawab Pemerintah Kabupaten yaitu SD/MI/Paket A dan

SMP/MTs/Paket B terbilang tinggi, berbeda dengan APM untuk level

pendidikan atas yang terbilang masih sangat rendah. Selain itu, di level

pendidikan atas juga masih terlihat tingginya angka putus sekolah yang cukup

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


105
rentan.Selain akses terhadap pendidikan, juga yang penting untuk diperhatikan

adalah sarana dan prasarana pendidikan. Tabel berikut menyajikan data yang

terkait dengan kondisi ruang kelas yang ada di Kota Bandung.

3.7.3 Angka Partisipasi Kasar (APK)

Angka partisipasi kasar (APK) adalah rasio jumlah murid, berapapun

usianya, yang sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu. APK menunjukkan

tingkat partisipasi penduduk secara umum dimasing-masing tingkat atau jenjang

pendidikan.

Angka Partisipasi Kasar (APK) merupakan indikator yang digunakan

untuk melihat partisipasi sekolah penduduk menurut jenjang pendidikan tertentu

tanpa melihat umur. Angka Partisipasi Kasar (APK) ini merupakan indikator

yang paling sederhana untuk mengukur daya serap penduduk usia sekolah di

masing-masing jenjang pendidikan. Angka Partisipasi Kasar atau disebut sebagai

APK adalah perbandingan antara jumlah murid pada tingkat pendidikan tertentu

(SD, SMP, SM, dsb) dengan jumlah penduduk yang berusia pada tingkat

pendidikan tersebut. Misalnya APK SD, adalah jumlah murid SD (usia

berapapun) dibagi dengan jumlah penduduk usia 7-12 tahun.

Perlu diketahui, bahwa nilai APK itu bisa lebih dari seratus persen.

Kondisi ini terjadi apabila jumlah murid yang bersekolah pada suatu jenjang

pendidikan mencakup anak di luar batas usia sekolah pada jenjang pendidikan

yang bersangkutan, seperti anak yang bersekolah di SD tapi berumur kurang dari

7 tahun atau berumur lebih dari 12 tahun. Sebagai contoh, APK SD di suatu

daerah mencapai 103,38 persen, ini berarti ada sekitar 3 persen anak yang duduk

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


106
di bangku SD itu berusia kurang dari 7 tahun atau lebih dari 12 tahun.

Angka Partisipasi Kasar menunjukkan tingkat partisipasi penduduk secara

umum disuatu tingkat pendidikan. Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah rasio

jumlah siswa, berapapun usianya, yang sedang sekolah di tingkat pendidikan

tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan

jenjang pendidikan tertentu. Angka partisipasi kasar merupakan perbandingan

jumlah siswa pada tingkat pendidikan SD/ SMP/ SMA dibagi dengan jumlah

penduduk berusia 7 hingga 18 tahun atau rasio jumlah siswa. Angka

partispasi kasar merupakan indikator yang paling sederhana untuk mengukur daya

serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan.

Tabel 3. 7 Angka Partisipasi Kasar di Kota Bandung Tahun 2011-2017

APK 2011 2012 2013 2014 2017

APK SD/MI 97,59 103,51 102,60 109,69 104,82

APK SMP/MTs 82,22 79,76 74,25 76,12 89,63

APK SMA/MA/SMK 45,26 65,99 57,11 66,76 85,93

Dari tabel di atas menunjukkan nilai APK pada tahun 2011 sampai 2015

mengalami fluktuasi untuk seluruh jenjang pendidikan. APK SD/MI tertinggi

sebesar 109,69 di tahun 2014, terendah sebesar 97,59 di tahun 2011, APK

SMP/MTs tertinggi sebesar 89,63 di tahun 2017, terendah sebesar 74,25 di tahun

2013. APK SMA/MA/SMK tertinggi sebesar 85,93 di tahun 2017, terendah

sebesar 45,26 di tahun 2011.

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


107
Gambar 3. 10 Angka Partisipasi Kasar (APK) menurut Daerah Tempat Tinggal,
Kelompok Umur Pendidikan dan Jenis Kelamin di Kota Bandung, Tahun 2011-
2017

3.8 Kesehatan

3.8.1 IPM dan Umur Harapan Hidup


Tabel 3. 8 IPM. Indeks Kesehatan, RLS, Pengeluaran per kapita dan Umur Harapan Hidup Kota Bandung

Indikator Satuan Satuan 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Pendidikan
Harapan Lama Tahun
Sekolah 12,97 13,05 13,13 13,33 13,63 13,89 13,90 14,18

Rata-rata Lama Tahun


Sekolah 10,33 10,35 10,37 10,51 10,52 10,58 10,59 10,63

Kesehatan
Umur Harapan Tahun
Hidup 73,74 73,77 73,79 73,80 73,82 73,84 73,86 74,00

Standar Hidup Layak

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


108
Pengeluaran per Ribu rupiah/
kapita Orang/Tahun 14,700 14,763 14,957 15,048 15,609 15,805 16,630 16,630

Indeks Pembangunan Manusia 78,13 78,30 78,55 78,98 79,67 80,13 80,31 81,06

3.8.2 Kematian Bayi tahun 2013 s/d 2017

Tabel 3. 9 Kematian Bayi Tahun 2013 s/d 2017


TAHUN % Kematian Bayi Per Tahun
2013 2.92
2014 2.68
2015 2.19
2016 5.10
2017 3.44

Berdasarkan gambar tersebut, dapat diketahui bahwa AKB di Kota Bandung selama

rentang tahun 2013-2017 berfluktuasi, dengan AKB terendah pada tahun 2014 sebesar

2,68 dan tertinggi terjadi pada tahun 2016 sebesar 5,10. Setelah mengalami peningkatan

di tahun 2016, AKB Kota Bandung menunjukkan perkembangan positif dengan

menurunnya AKB sebesar 1,66 poin menjadi 3,44 pada tahun 2017 yang berarti bahwa di

Kota Bandung pada tahun 2017, diantara 1000 kelahiran hidup ada 3 bayi yang

meninggal sebelum usia tepat 1 tahun.

3.8.3 Kematian Ibu tahun 2017

Tabel 3. 10 Jumlah Kematian Ibu Kota Bandung Tahun 2014-2017

Indikator 2013 2014 2015 2016 2017

Jumlah kasus
kematian ibu 56.65 71.12 56.74 61.69 52.57

Berdasarkan gambar tersebut, dapat diketahui bahwa AKI di Kota Bandung

selama rentang tahun 2013-2017 berfluktuasi, dengan AKI tertinggi terjadi pada tahun

2014 sebesar 71,12 dan yang terendah pada tahun 2017 sebesar 52,57. Hal ini

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


109
menunjukkan bahwa perkembangan angka kematian ibu di Kota Bandung mengalami

perbaikan dengan kecenderungan menurunnya AKI seperti pada tahun 2017 yang telah

mencapai 52,57 yang berarti bahwa terdapat terdapat 53 kematian ibu di Kota Bandung

yang disebabkan karena kehamilan, persalinan sampai 42 hari setelah melahirkan pada

periode tersebut per 100.000 kelahiran hidup.

3.8.4 Penyebab Kematian Ibu

Gambar 3. 11 Penyebab Kematian Ibu Kota Bandung Tahun 2017

3.9 Mobilitas dan Persebaran Penduduk

Pada dasarnya bahwa Mobilitas penduduk adalah perpindahan penduduk

dari suatu daeraha ke daerah lainnya, dimana data-data migrasi Kota Bandung di

sini membandingkannya dengan provinsi Jawa Barat mengingat sulitnya data

yang diperoleh. Migrasi penduduk adalah perpindahan penduduk dari suatu

wilayah administratif lainnya, yang merefleksikan perbedaan pertumbuhan

ekonomi dan ketidakmerataan fasilitas pembangunan antara satu daerah dengan

daerah lain. Analisis tentang migrasi atau mobilitas penduduk merupakan

indikator yang penting bagi terlaksananya pembangunan manusia seutuhnya.

Indikator yang digunakan antara lain: migrasi masuk, migrasi keluar, migrasi

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


110
neto, migrasi bruto, dan persentase migrasi dari pedesaan ke perkotaan.

Tabel 3. 11 Migrasi Seumur Hidup Jawa Barat

MIGRASI SEUMUR HIDUP

TAHUN 1971 1980 1985 1990 1995 2000 2005 2010

MASUK 383560 1003758 1367377 2408626 3615099 3271882 3764889 5225271

KELUAR 1192987 1487935 1660517 1751879 1891615 2046279 1984620 2514344

NETTO -809427 -484177 -293140 656747 1723484 1225603 1780269 2710927

PERTUMBUHAN

TAHUN 1971/1980 1980/1985 1985/1990 1990/1995 1995/2000 2000/2005 2005/2010

MASUK 161,7 36,2 76,1 50,1 -9,5 15,1 38,8

KELUAR 24,7 11,6 5,5 8,0 8,2 -3,0 26,7

NETTO -40,2 -39,5 -324,0 162,4 -28,9 45,3 52,3

Sumber: BPS RI

Gambar 3. 12 Tren Migrasi di Kota Bandung Tahun 1980 – 2010


Semenjak tahun 1971-2010 migrasi masuk seumur hidup cenderung ke

Jawa Barat meningkat, dengan rata-rata peningkatan sebesar 53 persen.

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


111
Peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 1971-1980 sebesar 161,7 persen. Nilai

migasi keluar pun cenderung meningkat, akan tetapi peningkatannya tidak sebesar

migrasi masuk, sehingga karena migrasi yang masuk dan keluar tidak

seimbang mengakibatkan penumpukkan penduduk.

Pada tahun 1995-2000 terjadi penurunan sebesar -9,5 persen. Pertumbuhan

yang negatif ini disebabkan oleh kondisi krisis ekonomi yang terjadi pada periode

tersebut. Pulau Jawa merupakan pulau yang cukup besar terkena dampak krisis

tersebut. Banyak industri- industri kecil dan menengah mengalami penurunan

produksi dan bahkan ada yang harus berhenti beroperasi, akibatnya terjadi

peningkatan jumlah angkatan kerja yang menganggur. Kondisi ini menurunkan

keinginan migrasi masuk ke Jawa Barat.

Pada tahun 2010 angka migrasi masuk menempati posisi tertinggi yaitu

sebanyak 2.514.344 jiwa penduduk dari provinsi lain yang menetap di Jawa Barat,

sedangkan terendah terjadi pada tahun 1971 sebanyak 1.192.987 jiwa. Periode

1971-1985 angka migrasi netto bernilai negatif, hal ini mengindikasikan pada

periode tersebut penduduk di provinsi lain kurang tertarik untuk migrasi dan

menetap di Jawa Barat. Mulai tahun 1990 fenomena itu bergeser, dimana Jawa

Barat menjadi salah satu provinsi yang diminati oleh penduduk lain untuk pindah

dan menetap di Jawa Barat.

Migrasi keluar seumur hidup dari Jawa Barat ke provinsi lain selama tahun

1980-2010 terus meningkat, dengan rata-rata peningkatan sebesar 40,5 persen.

Karena migrasi yang masuk dan keluar tidak seimbang mengakibatkan

penumpukkan penduduk. Hal berbeda terjadi pada migrasi masuk risen, walaupun

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


112
pada tahun 1980-2010 meningkat sebesar 144 persen, akan tetapi dua periode

berikutnya terus menurun sebesar 19 persen dan 4 persen. Ketidakseimbangan

antara migrasi masuk dan keluar seumur hidup, diperberat oleh migrasi masuk

risen yang cukup tinggi.

Tabel 3. 112 Migrasi Risen Jawa Barat Tahun 1980-2010


MIGRASI RISEN

TAHUN 1980 1985 1990 1995 2000 2005 2010


MASUK 551960 560460 1350596 1117615 1097021 730878 1048964
KELUAR 468441 350074 495727 448779 631753 443039 595877
NETTO 83519 210386 854869 668836 465268 287839 453087
PERTUMBUHAN

TAHUN 1980/1985 1985/1990 1990/1995 1995/2000 2000/2005 2005/2010


MASUK 1,5 141,0 -17,3 -1,8 -33,4 43,5

KELUAR -25,3 41,6 -9,5 40,8 -29,9 34,5

NETTO 151,9 306,3 -21,8 -30,4 -38,1 57,4


Sumber: BPS RI

Gambar 3. 13 Gambar Tren Migrasi Risen Jawa Barat Tahun 1980 – 2010

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


113
Hal yang berbeda terjadi pada migrasi risen, yaitu angka migrasi

masuk dan keluar cenderung berfluktuasi. Pada periode 1980-1990, migrasi

risen menunjukkan kenaikan kemudian turun sampai tahun 2005 dan kembali

meningkat sampai tahun 2010. Rata-rata migrasi masuk sebanyak 984.256 jiwa

dan migrasi keluar sebanyak 494.208 jiwa. Migrasi netto risen yang menyatakan

selisih antara migrasi masuk dan keluar mulai tahun 1980-2010 bernilai positif,

artinya Kota Bandung menjadi salah satu tujuan menetap baik untuk menuntut

ilmu maupun untuk bekerja. Walaupun bernilai positif, tetapi dari tahun 1990

sampai tahun 2005 cenderung menurun.

3.10 Pembangunan Keluarga

3.10.1 Aspek Sosial

Berdasarkan UU No 52 tahun 2009 tentang perkembangan

kependudukan dan Pembangunan keluarga, ditetapkan tujuan pembangunan

keluarga sejahtera adalah untuk mengembangkan kualitas keluarga agar dapat

timbul rasa aman, tenteram, dan harapan masa depan yang lebih baik dalam

mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin. Konsep keluarga

sejahtera menurut undang-undang tersebut adalah keluarga yang dibentuk atas

perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan spiritual dan materil yang

layak, bertaqwa kepada Tuhan YME, memiliki hubungan yang serasi, selaras dan

seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan

lingkungannya. Sedangkan BKKBN merumuskan keluarga sejahtera adalah:

(1) keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan anggotanya baik kebutuhan

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


114
sandang, pangan, perumahan, sosial dan agama, (2) keluarga yang mempunyai

keseimbangan antara penghasilan keluarga dengan jumlah anggota keluarga, (3)

keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan kesehatan anggota keluarga, kehidupan

bersama dengan masyarakat sekitar, beribadah khusuk disamping terpenuhinya

kebutuhan pokok.

Dengan demikian secara ringkas pembangunan keluarga bertujuan untuk

meningkatkan kualitas keluarga agar dapat timbul rasa aman, tenteram, dan

harapan masa depan yang lebih baik dalam mewujudkan kesejahteraan lahir dan

kebahagiaan batin, sesuai tujuan pembangunan keluarga di dalam UU No. 52

tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga.

3.10.2 Jumlah Penduduk Menurut Status Kawin

Konsep status kawin disini meliputi belum kawin, kawin, dan cerai.

Indikator perkawinan berguna bagi penentu kebijakan dalam

mengembangkan program-program pembangunan keluarga dan upaya-upaya

peningkatan kualitas keluarga dan perencanaan keluarga berencana/pembangunan

keluarga.

a. Angka Perkawinan Kasar

Angka perkawinan kasar menunjukkan persentase penduduk yang

berstatus kawin terhadap jumlah penduduk keseluruhan pada pertengahan

tahun pada suatu tahun tertentu. Angka ini merupakan indikator

perkawinan yang sangat sederhana tanpa memperhitungkan umur dan jenis

kelamin. Bagi daerah yang belum atau tidak ada pencatatan perkawinan dan

jumlah penduduk menurut umur, maka indikator ini sangat berguna terutama

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


115
dalam mengembangkan pelayanan yang berkaitan dengan perkawinan dan

perceraian maupun program program pelayanan keluarga. Data

perkawinan penduduk diatas 10 tahun di Kota Bandung disajikan dalam Grafik di

bawah ini.

Angka perkawinan kasar untuk Provinsi Jawa Barat pada tahun 2018

dimana terjadi sebanyak 21,879,460 perkawinan diatas usia 10 tahun adalah

sebesar 482.56. Artinya dari 1000 orang penduduk Provinsi Jawa Barat usia diatas

10 tahun pada Tahun 2013 terdapat 483 orang yang berstatus kawin atau terjadi

perkawinan.

b. Angka Perkawinan Umum

Angka perkawinan umum lebih cermat dibandingkan dengan angka

perkawinan kasar, karena dengan perhitungan ini hanya memasukkan penduduk

yang beresiko kawin saja yaitu yang berumur diatas 15 tahun. Tabel 3.8

memberikan angka perkawinan untuk penduduk diatas usia 15 Tahun. Dalam

tabel nampak masih ada kabuaten/kota yang penduduknya menikah dibawah usia

19 tahun. persentasi dari penduduk yang menikah sebelum usia 19 tahun ada

sebanyak 1.04persen. angka ini kecil disbanding yang telah berusia 19-24 tahun

apalagi jika dibandingkan dengan usia perkawinan penduduk di atas 25 tahun.

persentase perkawinan penduduk usia 19-24 tahun sebesar 9.81persen dan di atas

usia 25 tahun sebesar 89.15persen.

3.10.3 Karakteristik Kepala Keluarga Berdasarkan Status Kawin

Kepala keluarga menurut konsep demografi merupakan seorang laki-laki

maupun perempuan, berstatus menikah maupun tidak, yang mempunyai peran,

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


116
fungsi dan tanggung jawab sebagai kepala keluarga baik secara ekonomi, social,

maupun secara psikologi. Karakteristik kepala keluarga berdasarkan status kawin

dapat digunakan untuk melihat jumlah keluarga yang dikepalai oleh lajang

maupun mereka yang berstatus cerai baik hidup maupun mati.

3.10.4 Kekerasan pada Anak dan Perempuan

Kekerasan terhadap perempuan dan anak merupakan rintangan terhadap

keberhasilan pembangunan. Bagaimanapun juga tindak kekerasan akan

berdampak pada kurangnya rasa percaya diri, menghambat kemampuan

perempuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial, mengganggu kesehatannya,

mengurangi otonomi, baik di bidang ekonomi, politik, sosial budaya serta fisik.

Demikian juga dengan anak, kepercayaan pada diri sendiri dalam pertumbuhan

jiwanya akan terganggu dan dapat menghambat proses perkembangan jiwa dan

masa depannya. Padahal Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang

Perlindungan Anak memberikan kewajiban bagi semua pihak termasuk negara

untuk melindunginya.

Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi dengan jumlah kasus

kekerasan pada anak dan perempuan yang cukup banyak. Walaupun dari tahun

ke tahun beberapa kasus kekerasan menunjukkan tren menurun seperti

trafficking, namun jumlah ini berbanding terbalik dengan jumlah kekerasan

seksual pada anak, yang jumlahnya justru meningkat dari tahun ke tahun termasuk

juga korban KDRT yang tampak pada table 3.13 mengalami peningkatan yang

cukup signifikan pada tahun 2013.

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


117
Tabel 3. 123 Jumlah Kasus Kekerasan pada Anak dan Perempuan di Kota
Bandung Tahun 2017-2018

Jenis Kasus 2017 2018

Korban Trafficking 78 86

Anak Terlantar 6999 44832

Wanita Rawan Masalah Sosial 8537 5439

Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa jumlah anak terlantar di

Kota Bandung sangat tinggi. Kondisi ini mengganggu tingkat kualitas penduduk.

Demikian juga masih ada kasus wanita rawan masalah sosial dan korban

trafficking. Problem kepadatan penduduk menjadi factor utama adanya problema

sosial tersebut.

Kasus penyandang masalah kesejahteraan sosial juga masih tinggi, angka

ini didapat dari factor kelompok fakir miskin yang jumlahnya mencapai 1,2 juta.

Beriut disajikan grafik jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial.

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


118
Gambar 3. 14 Grafik Jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
(PMKS)
Keterangan :

A1 : Anak Balita Terlantar A13 : Kelompok Minoritas (Waria)


A2 : Anak Terlantar A14 : Bekas Warga Binaan LP
A3 : Anak yang Berhadapan dengan A15 : Orang dengan HIV/AIDS
Hukum
A4 : Anak Jalanan A16 : Korban Penyalhgunaan NAPZA
A5 : Anak dengan Kedisabilitasan A17 : Korban Trafficking
A6 : Anak yang Memerlukan A18 : Korban tindak Kekerasa
Perlindungan
A7 : Lanjut Usia Terlantar A19 : Pekerja Migran Bermasalah Sosial
A8 : Penyandang Disabilitas A20 : Korban Bencana Alam
A9 : Tuna Susila A21 : Korban Bencana Sosial Ekonomi
A10 : Gelandangan A22 : Wanita Rawan Sosial Ekonomi
A11 : Pengemis A23 : Keluarga Fakir Miskin
A12 : Pemulung A24 : Keluarga Bermasalah Psikologis

3.11 Ekonomi

3.11.1 Jumlah dan Proporsi Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut

UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja

adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan

barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk

masyarakat. Secara garis besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua

kelompok, yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Penduduk tergolong tenaga

kerja jika penduduk tersebut telah memasuki usia kerja. Batas usia kerja yang

berlaku di Indonesia adalah berumur 15 tahun – 64 tahun. Menurut pengertian ini,

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


119
setiap orang yang mampu bekerja disebut sebagai tenaga kerja.

Indikator ketenagakerjaan berguna sebagai wacana pengambil kebijakan

dalam menyusun rencana ketenagakerjaan. Disamping itu juga untuk mengetahui

berapa banyak tenaga kerja (penduduk usia kerja) potensial. Kelompok umur

produktif secara ekonomis, yaitu kelompok umur 15-64 tahun di Kota Bandung

mencapai 67 persen dari jumlah penduduk keseluruhan. Artinya, sekitar 33

persen penduduk Kota Bandung terkategori tidak produktif secara ekonomis dari

kelompok umur muda (0-14 tahun) dan tua (65 tahun ke atas).

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


120
Gambar 3. 15 Persentase Penduduk Umur Produktif Menurut Kecamatan di Kota
Bandung 2018

Grafik diatas memperlihatkan bahwa penduduk produktif (umur 15-64

tahun) di Kota Bandung berkisar antara 61,72 persen sampai dengan 69,71 persen.

Secara persentase, Kecamatan Darmaga memiliki penduduk umur produktif

paling besar, yaitu mencapai 69,71 persen sedangkan Kecamatan Sukajaya

merupakan kecamatan terendah dalam memiliki penduduk umur produktif secara

ekonomis, yaitu hanya sekitar 61,72 persen. Potensi sumberdaya ini tentunya akan

memberikan peranan terhadap aktivitas perekonomian di wilayah masing-masing.

Semakin besar potensi yang dimiliki maka semakin besar pula kesempatan untuk

memperoleh aktivitas perekonomian beserta outputnya. Hanya saja besar kecilnya

output yang dihasilkan, tergantung kapasitas dan kualitas sumberdaya yang

tersedia serta di sektor mana kegiatan perekonomian itu dilakukan.

Tabel 3. 134 Penduduk Kota Bandung Usia 15 Tahun ke Atas Menurut


Kegiatan 2015-2018

Kegiatan 2015 2016 2017 2018


Bekerja 1,096,799 1,084,989 1,084,989 1,116,529
Pengangguran Terbuka 95,971 107,532 107,532 102,869
Sub Jumlah Angkatan Kerja 1,192,770 1,192,521 1,192,521 1,219,398
Sekolah 196,351 227,172 227,172 198,843
Mengurus Rumah Tangga 392,315 387,311 387,311 423,098

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


121
Lainnya 110,605 100,430 100,430 90,775
Sub Jumlah Bukan Angkatan Kerja 699,271 714,913 714,913 712,716
Jumlah 1,892,041 1,907,434 1,907,434 1,932,114

Dari data jumlah yang bekerja lebih banyak dibanding kegiatan yang lain

sebanyak 1.116.529 orang atau 56,60 persen. Yang paling banyak bekerja di

Kecamatan Batununggal sedangkan yang paling sedikit Kecamatan Cinambo

Sehingga perlu ada perhatian khusus kecamatan dimaksud untuk mencari jalan

keluar, diantaranya kerjasama dengan pihak institusi terkait yang bisa

memberi peluang untuk penduduk bekerja.

Gambar 3. 16 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kota Bandung

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah perbandingan antara

penduduk yang berumur 15 tahun ke atas yang sedang mencari

pekerjaan/mempersiapkan usaha dengan penduduk berumur 15 tahun ke atas yang

termasuk angkatan kerja. Dari tahun ke tahun menunjukan kenaikan dan

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


122
menunjukan suatu masalah di Kota Bandung, sejak tahun 2013 karena melebihi

5persen menjadi masalah mendesak yang harus diatasi. Berdasarkan hasil Suseda

2016, TPT Kota Bandung pada tahun 2018 sebesar 9,75 persen yang belum

terserap dalam lapangan usaha/pekerjaan, yang berarti dari seluruh angkatan kerja

yang ada sekitar 89,25 persen telah terserap dalam berbagai lapangan

usaha/pekerjaan.

Dilihat menurut aspek laki-laki dan perempuan, tampaknya pengangguran

terbuka perempuan proporsinya lebih banyak dibandingkan dengan pengangguran

terbuka laki- laki, yaitu TPT perempuan. Tingginya angka TPT perempuan

dibanding laki-laki, diduga karena aspirasi penduduk perempuan dalam hal

mencari kerja semakin meningkat.

Dilihat menurut aspek laki-laki dan perempuan, tampaknya pengangguran

terbuka perempuan proporsinya masih lebih banyak dibandingkan dengan

pengangguran terbuka laki-laki, yaitu TPT perempuan sebesar 10,61 persen,

sedangkan TPT laki-laki sebesar 9,36 persen. Tingginya angka TPT perempuan

dibanding laki-laki, diduga karena aspirasi penduduk perempuan dalam hal

mencari kerja semakin meningkat. Dimana yang tertinggi TPT Perempuannya di

Kecamatan Babakan Ciparay sampai 9,65 persen, sedangkan yang tertinggi TPT

Laki-lakinya di Kecamatan Gedebage 10,180 persen. Sehingga perlu adanya

kebijakan khusus kecamatan tersebut perlu diperhtaikan agar tidak menimbulkan

masalah sosial, ekonomi dan keamanan.

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


123
Gambar 3. 17 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 2015 – 2018
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), yaitu rasio penduduk

berumur 15 tahun ke atas yang termasuk angkatan kerja terhadap penduduk usia

kerja (umur 15 tahun ke atas).

Semakin besar angka TPAK maka semakin besar pula kesempatan bagi

mereka yang tergolong angkatan kerja untuk mendapatkan lapangan

usaha/pekerjaan. Karena dalam kelompok angkatan kerja, selain mereka yang

belum memperoleh pekerjaan atau menganggur juga sudah terdapat mereka yang

telah bekerja pada lapangan usaha/pekerjaan tertentu. Besaran TPAK ini pula

memberikan peluang dalam memperoleh output yang semakin besar pada suatu

kegiatan perekonomian

Dari tahun menunjukan perkembangan yang baik dimana untuk 2018 di

Kota Bandung mencapai 62,71 persen .Ini menujukan penduduk yang berumur 15

tahun ke atas yang termasuk angkatan kerja (bekerja dan mencari pekerjaan)

berjumlah 62,71. Jumlah yang lebih besar dibanding mereka yang bukan

angkatan kerja yang hanya 37,29 persen. Hanya untuk tahun 2016 saja

menunjukan penurunan, sehingga banyak terjadi pengangguran dan kegiatan

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


124
ekonomi menjadi berkurang.

Tabel 3. 145 Penduduk Kota Bandung Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut


Golongan Umur dan Kegiatan Seminggu yang Lalu 2018
Jumlah Jam laki-laki Perempuan
Per minggu Jumlah persen Jumlah persen
0 12,004 3,71 4,017 2,75
1-9 8,721 2,69 8,011 5,48
10-24 28,838 8,91 36,867 25,21
25-34 32,865 10,15 22,422 15,33
35-44 69,453 21,46 32,26 22,06
45-59 122,194 37,75 26,156 17,89
60+ 49,581 15,32 16,506 11,29
Jumlah 323,656 146,239

Penduduk yang dianggap sebagai pekerja penuh waktu (full time worker),

yaitu penduduk yang bekerja pada kelompok 35 jam ke atas per mingggu. Pada

tahun 2016 jumlahnya laki- laki yang bekerja penuh waktu mencapai 74,5 persen

dari total laki-laki yang bekerja. Sedangkan perempuannya mencapai 51,24

persen. Kalau dibandingkan ternyata laki-laki yang bekerja penuh waktu lebih

banyak dibanding yang perempuan. Hal ini disebabkan, diantaranya perempuan

yang dibatasi nilai sebagai ibu rumah tangga yang terikat dengan nilai –

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


125
nilai keluarga harus mengurus anak dan keluarga, juga dibatasi nilai keagamaan

dan adat istiadat kalau perempuan kerja lembur akan mendapat stigma negatif dari

masyarakat.

Tabel 3. 156 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut


Lapangan Pekerjaan Utama 2015-2018

Lapangan Usaha 2015 2016 2017 2018


persen persen persen persen
Pertanian 5,02 4,92 3,27 2,63
Pertambangan Penggalian 1,52 2,03 1,48 0,92
Industri 24,17 22,43 19,39 18,98
Listrik, Gas dan Air 0,18 1,53 0,49 0,54
Konstruksi 7,60 6,96 6,81 6,79
Perdagangan 28,74 28,31 31,90 25,1
Angkutan dan Komunikasi 6,44 6,75 8,03 18,66
Keuangan 4,63 4,09 4,72 2,23
Jasa 17,70 14,98 18,92 10,79
Lainnya 0,00 0,00 0,00 7,37
Jumlah 100 100 100 100

Berdasarkan posisi geografisnya, Kota Bandung memiliki batas-batas

sebelah utara Kabupaten Bandung, sebelah Selatan Kabupaten Bandung Barat,

sebelah Barat Kota Cimahi, sebelah Timur Kabupaten Bandung. Sehingga

lapangan pekerjaan penduduk Kota Bandung masih didominasi oleh sektor

industri. Pada tahun 2018, dari total penduduk Kota Bandung yang bekerja,

sebanyak 18,98 persen bekerja di sektor industri, angka tersebut menunjukkan

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


126
penurunan jika dibandingkan dengan keadaan tahun sebelumnya.

Lapangan pekerjaan di sektor angkutan dan komunikasi merupakan

terbanyak kedua setelah sektor pertanian, yaitu proporsinya sebanyak 18,66

persen penduduk bekerja di sektor angkutan dan komunikasi, angka ini

menunjukkan kenaikan yang sangat tinggi dibandingkan dengan tahun

sebelumnya.

Letak geografis wilayah Kota Bandung di lereng dan puncak cekung

Bandung yang berbatasan dengan Kabupaten Cianjur. Kondisi topografis yang

datar sebenarnya potensi bagi pengembangan pertanian tanaman pangan dan

ketersediaan air yang melimpah. Pada tahun 2018, dari total penduduk Kota

Bandung yang bekerja, sebanyak 2,63 persen bekerja di sektor pertanian, angka

tersebut menunjukkan kenaikan jika dibandingkan dengan keadaan tahun

sebelumnya.

Tabel 3. 167 Penduduk Kota Bandung yang Bekerja Menurut Kelompok


Sektor, 2014 – 2018

Formal Informal
Tahun Jumlah persen Jumlah persen
2014 123.263 26,12 348.642 73,88
2015 116.738 24,58 358.160 75,42
2016 118.712 24,76 360.683 75,24

2017 132.433 29,43 317.660 70,57

2018 149.352 31,78 320.543 68,22

Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa sector non formal menempati

proporsi lebih tinggi dari pekerjaan di sector formal. Sector non formal ini terdiri

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


127
dari :

1. Perdagangan dan jasa

2. Pertanian, peternakan dan pertanian

3. Sector lainnya.

Tabel 3. 178 Penduduk Kota Bandung Berumur 15 Tahun Ke Atas Yang


Bekerja Selama Seminggu Yang Lalu Menurut Status Pekerjaan Utama
Tahun 2018

2016 2017 2018


Status Pekerjaan
persen persen persen
Berusaha sendiri 20,09 20,15 18,93
Berusaha dibantu buruh
7,36 7,53 6,71
tidak tetap/tak dibayar
Berusaha dibantu buruh
2,39 2,2 4,57
tetap/dibayar
Buruh/karyawan/pegawai 53,95 52,3 53,63
Pekerja bebas di
2,49 3,72 2,74
pertanian
Pekerja bebas di non
8,23 7,86 7
pertanian
Pekerja keluarga/tak
5,48 6,24 6,41
dibayar

Dari data menunjukan bahwa yang menjadi buruh/karyawan sebanyak

1.307.499 orang atau 55,48 persen lebih banyak dibandingkan yang lain, dimana

Kecamatan yang banyak karyawan/buruh adalah kecamatan Gedebage

Bojongloa Kulon 55,94 persen dan paling sedikit di kecamatan Cinambo

8,01persen. Bila dibandingkan dengan jumlah orang lebih banyak Kecamatan

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


128
Bandungkulon , namun kalau dihitung secara prosentase lebih banyak Kecamatan

Bojongloa Kaler tersedia banyak perusahaan dibanding di Kecamatan lainnya.

Sedangkan yang berusaha sendiri 21,42persen. Prosentase Kecamatan

yang paling banyak penduduknya berusaha sendiri adalah kecamatan Babakan

Ciparay 38,60 persen kecamatan Ujungberung 5,76 persen orang. Sedangkan

yang paling sedikit Kecamatan Panyileukan 6,55 persen. Sehingga tidak heran di

Kecamatan ini banyak penduduknya yang menjadi wiraswasta baik yang dalam

atau diluar Bandung.

3.12 Data dan Administrasi Kependudukan

Keterbukaan informasi publik adalah bentuk perubahan tatakelola

pemerintahan yang demokratis dan transparan sesuai dinamika masyarakat.

Institusi publik terutama pemerintah harus membuka dirinya agar sesuai dengan

amanat konstitusi. Dimana dalam UUD RI Tahun 1945 (amandemen) pasal 28 F

disebutkan bahwa “Setiap orang berhak berkomunikasi dan memperoleh

informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak

untuk mencari, memperoleh, memiliki dan menyimpan informasi dengan

menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.”

Hal itu menunjukkan konstitusi telah memberikan jaminan terhadap semua

orang dalam memperoleh informasi. Konsekwensinya institusi pemerintah harus

mampu menyediakan informasi yang dapat di akses oleh publik.

Ketersediaan data dan informasi khususnya dari Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil harus mampu dilaksanakan karena menyakut hak publik untuk

memperoleh informasi sesuai peraturan perundangan. Sejalan dengan itu,

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


129
perkembangan kependudukan dan pembangunan dapat berhasil jika pengelolaan

dan penyajian data kependudukan berskala nasional atau daerah dapat berjalan

dengan baik. Data kependudukan yang diolah dengan baik dan sistematis akan

menjadi informasi yang berguna untuk menunjang pembangunan kependudukan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah, menegaskan bahwa dalam perencanaan pembangunan

daerah harus didasarkan pada data dan informasi yang akurat dan dapat

dipertanggungjawabkan, baik yang menyangkut masalah kependudukan, masalah

potensi sumber daya daerah maupun informasi tentang kewilayahan lainnya.

Selain itu, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi

Kependudukan yang mengamanatkan bahwa data penduduk yang dihasilkan oleh

Sistem Informasi Administrasi

Kependudukan (SIAK) dan tersimpan didalam database kependudukan

dapat dimanfaatkan untuk kepentingan perumusan kebijakan dibidang

pemerintahan dan pembangunan.

Saat ini Sistem Administrasi Kependudukan (SIAK) Provinsi Jawa Barat

sudah dilakukan walaupun banyak persoalan yang dihadapi dalam pelaksanaannya

terutama dalam up dating data penduduk setiap tahunnya. Selain itu

keterbatasan kewenangan yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Bandung yang

menangani SIAK ini menjadi permasalahan tersendiri.

3.13 Kondisi Harapan Kuantitas dan Kualitas Penduduk Kota Bandung

1. Kuantitas Penduduk

Dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


130
Kota Bandung 2005-2025, pembangunan manusia Jawa Barat diarahkan untuk

mewujudkan masyarakat yang berakhlak mulia, sehat, cerdas dan produktif,

menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta mampu memainkan peran dan

fungsi sebagai subjek dan objek dalam pembangunan yang berkelanjutan.

Masyarakat Bandung juga merupakan masyarakat yang memiliki jatidiri yang

kuat dan mandiri serta mampu bersaing dalam kehidupan sehingga menjadi

potensi yang memiliki kapabilitas untuk memenuhi pasar kerja lokal, nasional,

dan internasional.

Misi ini didasari oleh prediksi jumlah penduduk Jawa Barat dalam dua

puluh tahun mendatang diperkirakan mencapai 52 juta jiwa dengan asumsi laju

pertumbuhan penduduk rata-rata sebesar 1.6persen. Dalam kurun waktu jangka

panjang, kondisi yang diharapkan adalah penduduk tumbuh seimbang dan dapat

dikelola dengan baik sehingga menjadi kekuatan positif dan bukan menjadi beban

bagi pembangunan di Bandung. Untuk mencapai kondisi penduduk tumbuh

seimbang, diharapkan angka kelahiran total (TFR) akan berada pada 2,1 per

perempuan Reproduction Rate (NRR) sebesar 1 per perempuan pada tahun 2025.

Selanjutnya secara berlanjut angka fertilitas total menjadi 2,02 pada tahun 2030

dan 2 pada tahu 2035.

Taksiran model pertumbuhan penduduk Kota Bandung , berdasarkan data

penduduk Kabupaten Bandung dari SP 2000, SUPAS 2005 dan SP 2010. Hal

ini dilakukan karena data sebelum SP 2000, Untuk melihat trend penduduk Kota

Bandung dari tahun 2000 dapat dilihat pada Gambar 1.

Proyeksi penduduk Kabupaten Bandung dari tahun 2000 – 2025 dengan

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


131
Metode Komponen (BPS, BAPPENAS dan UNFPA, 2006). Asumsi-asumsi yang

dipergunakan adalah sebagai berikut :

a. Asumsi TFR pada periode proyeksi untuk tahun 2000-2005, 2005-

2010, 2010-2015, 2015-2020 dan 2020-2025, 2025-2030 dan 2030-2035

bertuurt-turut adalah TFR=2,141, TFR=2,118, TFR=2,147, TFR=2,106

TFR=2,1 dan 2. Pada tahun 2005-2010 diasumsikan bahwa rata-rata

jumlah anak yang dilahirkan seorang ibu pada akhir masa reproduksinya

adalah 2,218 orang. Trend TFR penduduk Kota Bandung yang

diasumsikan ole BPS, seperti pada gambar di bawah ini.

Gambar 3. 18 TFR Penduduk Jawa Barat


b. Asumsi mortalitas yang digunakan adalah AKB (Angka Kematian Bayi)

pada periode proyeksi untuk tahun 2000-2005, 2005-2010, 2010-2015,

2015-2020 dan 2020-2025, 2025-2030 dan 2030-2035 berturut-turut

adalah AKB=42, AKB=32, AKB=25, AKB=21 AKB=17 dan 15. Angka

kematian ini diasumsikan terus turun, dengan makin mambaiknya tingkat

kesehatan penduduk Kota Bandung.

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


132
c. Asumsi migrasi sama denga pola tahun dasar yaitu pola migrasi

berdasarkan data SP 2000. Pola migrasi yang dipakai adalah pola migrasi

risen tahun 1995-2000 dan dihitung ASNMR (Age specific Net Migartion

Rate) menurut kelompok umur dan jenis kelamin.

Tabel 3. 189 ASNMR Penduduk Kota Bandung

UMUR ASNMR W ASNMR L


0- 4 0.0022 0.0038
5 -9 0.0021 0.0037
10-14 0.0017 0.0026
15-19 0.0024 0.0031
20-24 0.0047 0.0085
25-29 0.0042 0.0063
30-34 0.0044 0.0091
35-39 0.0028 0.0069
40-44 0.0022 0.0046
45-49 0.0019 0.0042
50-54 0.0018 0.0028
55-59 0.0015 0.0037
60-64 0.0013 0.0033
65-69 0.0014 0.0026
70-74 0.0015 0.0030
75 + 0.0021 0.0052

2. Kualitas Penduduk

Pertumbuhan penduduk yang cukup besar di Kota Bandung harus

diimbangi dengan kualitas penduduk yang baik agar tidak menjadi beban

pembangunan di kemudian hari. Melalui perbaikan sarana dan prasarana

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


133
kesehatan terutama terhadap akses dan mutu kesehatan, diharapkan angka

kematian di Jawa Barat terus menurun dan angka harapan hidup terus meningkat.

Angka kematian ibu dan angka kematian bayi yang selama ini menjadi

penyumbang terbesar bagi angka kematian di Indonesia dalam kurun waktu 2015-

2025 diharapkan menurun menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup dan terus

menerus secara berlanjut hingga pada periode 2030-2035 menjadi sekitar 12 per

1000 kelahiran hidup. Sejalan dengan menurun nya angka kematian bayi, usia

harapan hidup di Kota Bandung diharapkan meningkat menjadi 74,9 tahun pada

tahun 2035.

Selain aspek kesehatan, pendidikan menjadi salah satu indikator

tercapainya sumberdaya manusia yang terampil dan berdayasaing. Pada tahun

2025, diharapkan rata-rata lama sekolah penduduk Kota Bandung adalah 9 tahun

dan terus meningkat menjadi 12 tahun pada tahun 2035.

Tabel 3. 20 Dependency ratio dan AKH


Indikator Kualitas
2010 2015 2020 2025 2030 2035
penduduk
Dependency Ratio 0.51 0.48 0.46 0.47 0.47 0.46
AKH 68.2 70.7 71.6 72.5 73.4 74.3

Aktor lainnya yang menentukan untuk dijadikan sebagai ukuran kualitas

penduduk adalah dependensi rasio dan angka harapmencapaan hidup (AKH).

Ukuran ini merupakan ukuran yang juga digunakan dalam perhitungan IPM dan

MDG’s. Dimana harapan angka dari hasil perhitungan untuk Kota Bandung

adalah 0,46 pada tahun 2035 untuk dependency rasio dan 74,3 untuk AKH.

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


134
3. Persebaran Dan Mobilitas Penduduk

Harapan di tahun 2035, penduduk Kota Bandung tersebar seimbang di

seluruh Kecamatan baik di pusat kota maupun desa atau daerah penyangganya

sesuai potensi daerah masing masing dengan memperhatikan daya dukung dan

daya tamping lingkungan.

Kebijakan pengendalian penduduk harus memperhatikan dampak terhadap

pergerakan penduduk dalam melakukan migrasi atau urbanisasi. Selain itu, pada

tahun 2025 telah dimulai terjadinya keseimbangan antara migrasi masuk dan

keluar sehingga tidak terjadi penumpukan penduduk. Kondisi migrasi yang

diharapkan adalah terciptanya pusat-pusat pertumbuhan baru di luar pusat

kotayang saat ini menjadi magnet paramigran sehingga persebaran penduduk

menjadi seimbang sesuai dengan daya dukung dan potensi.

4. Pembangunan Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat, yang member corak pada

masyarakat dan didalamnya dikembangkan sumber daya manusia. Melalui

keluarga banyak permasalahan dapat diselesaikan dengan lebih baik.Untuk itu,

pendekatan keluarga dalam kegiatan pembangunan menjadi sangat

penting.Keluarga berperan dalam pendidikan dan menjadi komponen utama dalam

tumbuh kembang anak yang sejalan dengan fungsi-fungsi keluarga yaitu : Melalui

pendekatan keluarga, yang termasuk kedalam pembangunan kependudukan dapat

dilihat dari berbagai indikator seperti jumlah penderita penyakit HIV/AIDS atau

TB atau mal nutrisi; penanggulangan masalah social seperti kenakalan remaja,

narkoba dan penanggulangan akibat bencana. Oleh karenanya, diharapkan pada

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


135
tahun 2035, keluarga di Kota Bandung bisa memiliki ketahanan fisik, ekonomi,

sosial-psikologi dan ketahanan social budaya yang mumpuni sehingga mampu

melahirkan sosok manusia yang berkualitas tinggi dan menjadi bagian dalam

pembangunan di Kota Bandung. Kondisi diatas dapat dilihat dari indikator :

5. Data Dan Informasi Kependudukan

Kondisi harapan dari pembangunan data dan informasi kependudukan

adalah tersusunnya sistem database kependudukan yang handal sehingga dapat

diperoleh data dan informasi kependudukan yang akurat, riil dan dapat dijadikan

sebagai bahan pengambilan keputusan secara tepat.

3.14 Analisis pembangunan kependudukan

3.14.1 Analisis Kuantitas Penduduk

Kondisi Kota Bandung yang beragam dalam besaran densitas penduduk

membuat ketimpangan distribusi penduduk telihat semakin besar dalam sepuluh

tahun terakhir. Berbagai kecamatan memiliki pertumbuhan penduduk yang rata-

rata lebih besar dari pertumbuhan penduduk di kecamatan yang ada. Pergerakan

penduduk yang masuk ke wilayah perkotaan juga menunjukkan tren meningkat

yang cukup signifikan. Sementara daerah pedesaan memiliki stock penduduk

yang relatif stagnan atau bahkan berkurang.

Kondisi ketidakseimbangan penduduk yang kalau dibiarkan terjadi dalam

jangka panjang semakin mempersulit bagaimana balanced growth of population

dapat terjadi di Kota Bandung. Hal tersebut belum lagi ditambah dengan

memperhitungkan semakin terserapnya sumber daya ekonomi dan sosial ke

daerah perkotaan daripada pedesaan. Eksternalitas negatif juga semakin besar baik

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


136
yang bersifat mempengaruhi kegiatan ekonomi, sosial, bahkan lingkungan dan

kelembagaan.

Ukuran wilayah pembangunan daerah juga harus diperhatikan, seiring

dengan perkembangan pembangunan fisik dan pertumbuhan penduduk yang ada.

Daya tampung wilayah sejauh ini menjadi perhatian yang cukup serius terutama

terkait dengan kebijakan Tata Ruang yang dimiliki oleh kabupaten. Begitu pun

perencanaan Tata Ruang ditingkat Kabupaten yang memayungi arah dari

pembangunan yang ada di wilayah Kota Bandung. Dalam kebijakan Tata Ruang

Kabupaten yang menyerap aspirasi Masyarakat hasilnya harus mampu

menangkap pergerakan pembangunan fisik dan penyebaran penduduk itu sendiri.

Wilayah perkotaan diyakini menjadi pusat aktivitas sektor manufaktur dan

jasa-jasa, di lain pihak wilayah perdesaan masih bertumpu untuk sektor kegiatan

pertanian. Pusat-pusat dan sentra pertumbuhan ekonomi juga dianggap

menentukan bagaimana arah pergerakan penduduk terjadi. Menjadi beban yang

sangat besar bagi Bandung bila pergerakan penduduk yang terjadi adalah migrasi

ke arah perkotaan bukan perdesaan.

Tabel 3. 21 Pertumbuhan penduduk

Tahap Tingkat Pertumbuhan


Tingkat Mortalitas
Fertilitas Alami
sangat rendah
1. Stabil tinggi Tinggi Tinggi
2. Perkembangan awal Tinggi Turun pelan Lambat
Turun lebih
3. Perkembangan akhir Turun Pesat
cepat
Nol, atau
4. Stabil rendah Rendah Rendah
sangat rendah
Lebih tinggi
5. Menurun Rendah daripada kelahiran Negatif

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


137
a. Pada keadaan I

Angka kematian turun lebih dahulu akibat peningkatan pembangunan dan

teknologi, misalnya di bidang kesehatan, lingkungan, perumahan dan lain-lain.

Kondisi ekonomi makin membaik akibat pembangunan dan pendapatan penduduk

meningkat sehingga kesehatan semakin baik. Akibatnya tingkat kelahiran tetap

tinggi (makin sehat) tetapi angka kematian menurun (akibat kesehatan dan lain-

lain). Pada kondisi ini akan terasa tingginya laju pertumbuhan penduduk alami,

seperti dialami Kota Bandung pada periode tahun 1970 sampai 1980 dengan

angka pertumbuhan 2,66 persen per tahun.

b. Pada Keadaan II

Terjadi perubahan akibat pembangunan dan juga upaya pengendalian

penduduk. Maka sikap terhadap fertilitas berubah menjadi cenderung mempunyai

anak lebih sedikit, sehingga turunnya tingkat kematian juga diikuti turunnya

tingkat kelahiran sehingga pertumbuhan penduduk menjadi tidak tinggi lagi.

Penurunan angka kelahiran di Kota Bandung dilakukan dengan menjalankan

program KB atau Keluarga Berencana. Dalam menjalankan program KB,

digalakan juga pemakaian alat kontrasepsi sehingga angka kelahiran bisa ditekan.

Itu menunjukan bahwa masyarakat Kabupaten Bandung mempunyai

kebudayaan atau gaya hidup sebagai masyarakat modern. Jadi Bandung masih

menjalani proses menuju kondisi stabil sesuai alur yang disepakati diteori transisi

demografi. Semakin berkembangnya jaman, kebiasaan memiliki banyak anak

mulai ditinggalkan, proses industrialisasi sudah semakin membaik, dan angka

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


138
kelahiran sudah cukup berhasil ditekan. Keadaan tersebut dapat dilihat pada

pertumbuhan penduduk Bandung periode 1980 sampai 2010 yang turun menjadi

1,9persen.

c. Pada Keadaan III

Bila penurunan tingkat kelahiran dan kematian berlangsung terus menerus,

maka akan mengakibatkan pertumbuhan yang stabil pada tingkat yang rendah.

Kota Bandung sedang menuju/mengharap tercapainya kondisi ini yaitu penduduk

bertambah sangat rendah atau tanpa pertumbuhan. Tidak mustahil beberapa

waktu yang akan datang Kota Bandung akan mencapai keadaan yang stabil

dan meyelesaikan transisi demografi.

Gambar 3. 19 Sebaran penduduk Jawa Barat tahun 1990, 2000 dan 2010

Walaupun jumlah penduduk Kota Bandung secara umum menunjukan

jumlahnya semakin meningkat, namun selama kurun waktu antara tahun 1971

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


139
– 2010 pertumbuhan penduduk di Jawa Barat memperlihatkan adanya

trend penurunan dalam pertumbuhannya. Pertumbuhan penduduk di Kota

Bandung dapat dilihat dari analisis SWOT sebagai berikut:

STRENGTH : WEAKNESSES :

 Jumlah penduduk relative besar  Rata-rata tingkat pendidikan


 Luas wilayah, topografi dan penduduk masih rendah
keanekaragaman sumberdaya
 Terbatasnya pasar tenaga kerja
alam yang berpotensi besar
sebagai mata pencaharian dan tidak merata antar
 Besarnya jumlah penduduk usia kabupaten/kota
produktif
 Rendahnya rata-rata lama sekolah
 Angka Dependency Ratio
menurun  Masih banyaknya jumlah
 Angka Kelahiran dan Kematian penduduk miskin
menurun
 Masih terjadinya kesenjangan
 Semakin meningkatnya proporsi
belanja dan pendapatan antar daerah dalam aksesibilitas
Pemerintah Daerah untuk mobilitas penduduk
peningkatan kualitas penduduk
OPPORTUNITIES : THREATS :

 Angka Dependency Ratio  Daya saing penduduk masih


Menurun rendah
 Peran perempuan dalam  Pencemaran lingkungan dan
pembangunan semakin meningkat kesehatan masyarakat
 Kepadatan penduduk relative
tinggi dan semakin meningkat

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


140
 Kecenderungan semakin
rendahnya kesadaran tentang
Keluarga Berencana (KB)
 Perkawinan usia dini relative
tinggi

3.15 Analisis Distribusi, Struktur dan Transisi Demografi

Tingginya laju pertumbuhan penduduk yang dialami oleh suatu daerah, di

satu sisi akan berdampak positif berupa penyediaan jumlah sumberdaya

manusia yang memadai, peluang permintaan terhadap barang dan jasa yang

semakin tinggi, dan terkelolanya potensi sumberdaya yang tersedia sehingga

menjadi efektif, namun di sisi lain akan berdampak negatif dalam pembangunan.

Hal ini mempunyai arti dan makna yang cukup mendalam, oleh karena penduduk

disamping sebagai pelaku (subject) juga merupakan tujuan (object) dari pada

pembangunan. Suatu pembangunan dapat dikatakan berhasil jika mampu

meningkatkan kesejahteraan penduduk dalam arti yang luas.

Keadaan kependudukan yang ada sangat mempengaruhi dinamika

pembangunan. Jumlah penduduk yang besar jika diikuti dengan kualitas penduduk

yang memadai, akan merupakan pendorong bagi pertumbuhan ekonomi.

Sebaliknya, jumlah penduduk yang besar jika diikuti dengan tingkat kualitas

yang rendah, menjadikan penduduk tersebut hanya sebagai beban bagi

pembangunan. Dampak perubahan dinamika kependudukan baru akan terasa

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


141
dalam jangka yang panjang. Karena dampaknya baru terasa dalam jangka waktu

yang panjang, seringkali peran penting penduduk dalam pembangunan terabaikan.

Oleh karenanya, pembangunan kependudukan memiliki peran yang sangat

penting dalam pencapaian tujuan pembangunan, terutama dalam upaya

peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Mengingat betapa kompleksnya

permasalahan kependudukan, maka salah satu tujuan dilaksanakannya

pembangunan kependudukan adalah untuk melakukan pengendalian kuantitas

penduduk sebagai salah satu aspek penting yang harus dilakukan guna menjamin

tercapainya pertumbuhan penduduk yang seimbang.

Adanya laju pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali, akan

menimbulkan implikasi negatif yang cukup luas terhadap hasil pembangunan

yang telah dicapai selama ini, diantaranya adalah gangguan lingkungan oleh

karena daya dukung alam yang tidak memadai dan tidak disesuaikan, semakin

tingginya jumlah penganggur sehingga menambah jumlah kemiskinan dan

timbulnya berbagai permasalahan sosial lainnya, seperti tindak kriminal,

gelandangan, pengemis, dan sebagainya, serta berbagai permasalahan lainnya

yang multidimensional, cenderung merugikan pembangunan itu sendiri dan

mengancam keberlanjutannya.

Menurut teori neo klasik, pertumbuhan ekonomi tergantung pada

pertambahan penyediaan faktor-faktor produksi (penduduk, tenaga kerja, dan

akumulasi modal) dan tingkat kemajuan teknologi. Pembentukan modal

menghasilkan kemajuan teknik yang menunjang tercapainya ekonomi produksi

skala luas dan meningkatkan spesialisasi, Pembentukan modal memberikan mesin

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


142
alat dan perlengkapan bagi tenaga kerja yang semakin meningkat. Namun yang

menjadi persoalan selama ini adalah terjadinya paradoks dalam pembangunan

ekonomi di Kota Bandung, di mana kenyataan yang terjadi menunjukkan bahwa

angkatan kerja yang meningkat pesat diimbangi juga dengan tingkat

pengangguran dan kemiskinan yang bertambah besar.

Struktur dan distribusi penduduk menjadi hal yang harus diperhatikan

oleh pemerintah Kota Bandung dan kabupaten/kota. Arahan pembangunan yang

berdasarkan kepada masing-masing visi dan misi daerah janganlah menimbulkan

problema kependudukan yang baru. Singkronisasi pencapaian pembangunan

haruslah berbasis kepada seberapa besar input faktor yang dilihat dari struktur dan

distribusinya dapat mendukung pembangunan itu sendiri. Kemampuan proses

pembanngunan dalam menyerap angkatan kerja menjadi pekerja dengan basis

pengembangan aksesibilitas penduduk pada ekonomi sektoralnya. Beberapa hal

yang perlu diperhatikan oleh Kota Bandung dalam menyelesaikan transisi

demografinya :

 Tidak meratanya pembangunan, masih ada daerah primitif dengan gaya

hidup yang masih sederhana. Di sisi lain, pembangunan dan proses

industrialisasi terus berkembang.

 Pendidikan masih perlu di tingkatkan dan diratakan. Salah satu faktor

penentu pertumbuhan adalah pendidikan wanita. Pendidikan masyarakat

yang tinggi juga akan merangsang pemikiran masyarakat untuk

mempunyai gaya hidup modern.

 Agraris, mungkin salah satu faktor penyebab sulitnya Bandung berubah

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


143
menjadi daerah Industri secara merata karena sebagian besar masyarakat

adalah petani.

 Transisi demografi di Kota Bandung menuju pada surplus penduduk usia

produktif. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional memproyeksikan

bahwa kondisi surplus penduduk usia produktif akan terus berlanjut

setidaknya sampai dengan tahun 2030. Surplusnya penduduk usiaproduktif

ini merupakan sebuah potensi dalam pembangunan daerah, sebaliknya

menjadi boomerang bila tidak terkelola secara baik khususnya melalui

kebijakan pemerintah melalui program pembangunan daerah.

3.14.1 Analisis Kualitas Penduduk

Berdasarkan Sensus Penduduk tahun 2010, komposisi penduduk Kota

Bandung terdiri dari 29 persen (0-15 tahun) merupakan penduduk usia muda,

sebesar 67 persen (15-64 tahun) penduduk usia produktif, serta 4 persen (lebih

dari 64 tahun) merupakan penduduk usia tua. Hal ini menggambarkan bahwa

transisi demografi di Jawa Barat menuju pada surplus penduduk usia produktif.

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional memproyeksikan, bahwa

kondisi surplus penduduk usia produktif akan terus berlanjut setidaknya sampai

dengan tahun 2030. Berdasarkan proyeksi tersebut, mulai tahun 2010 jumlah

komposisi penduduk di Kota Bandung akan didominasi oleh penduduk usia

produktif yaitu kelompok umur 15–64 tahun. Sebaliknya penduduk usia muda

cenderung mengalami penurunan dan penduduk usia tua meningkat.

Hal ini mengindikasikan bahwa Bandung sampai dengan tahun 2030 akan

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


144
mengalami surplus penduduk usia produktif. Surplusnya penduduk usia produktif

ini merupakan sebuah potensi dalam pembangunan daerah, sebaliknya menjadi

boomerang bila tidak terkelola secara baik khususnya melalui kebijakan

pemerintah melalui program pembangunan daerah.

Tabel 3. 192 Proyeksi Komposisi Penduduk di Kota Bandung 2015, 2020,


2025

TAHUN 2015 2020 2025

USIA MUDA 29,12 27,16 25,72

USIA PRODUKTIF 67,02 68,16 68,49


USIA TUA 3,86 4,68 5,79

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


145
Gambar 3. 20 Proyeksi Komposisi Penduduk di Kota Bandung 2010, 2020,
2025

Meningkatnya pertumbuhan penduduk usia produktif disebabkan oleh

beberapa hal, diantaranya :

a. Terjadinya transisi demografi yang ditandai dengan semakin menurunnya

angka kelahiran dan kematian penduduk;

b. Membaiknya tingkat kesehatan dan akses pelayanan dibidang kesehatan;

c. Meningkatnya pendapatan perkapita penduduk;

d. Meningkatnya tingkat pendidikan dan kesadaran masyarakat;

e. Keberhasilan program pemerintah dalam mengendalikan penduduk

utamanya melalui program keluarga berencana dan pembinaan

kesejahteraan sosial misalnya PKK; dan

f. Meningkatnya partisipasi perempuan dalam pembangunan, dalam konteks

pembangunan berbasis sumber daya manusia (people centre development),

indikator yang penting adalah kualitas penduduk. Hal ini karena tingginya

jumlah penduduk usia produktif tidak akan memberikan kontribusi

terhadap pembangunan daerah jika tidak diimbangi dengan kualitasnya.

Kualitas penduduk tidak hanya kualitas pada kesehatan dan membaiknya

income percapita saja, namun dalam jangka panjang pendidikan dan

keterampilan menjadi faktor dominan dalam pembangunan daerah.

Adapun IPM Kota Bandung sebagai berikut :

Indeks pembangunan manusia (IPM) di Kota Bandung di Jawa Barat,

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


146
sampai dengan tahun 2018 menempati urutan ke 16 dari seluruh Kab/Kota di Jawa

Barat dan berada dibawah IPM Jawa Barat. Walaupun demikian, tiap periode

indeks tersebut terus mengalami peningkatan. Hal ini menjadikan modal dasar

bagi pembangunan di Kota Bandung melalui pembangunan berbasis

kependudukan (Demografi Based of Development) terutama dalam menyiapkan

transisi demografi yang ditandai dengan tingginya jumlah penduduk usia

produktif.

Bonus demografi merupakan sebuah peluang sekaligus tantangan dalam

pembangunan daerah. Menyikapi bonus demografi maka penurunan fertilitas

memberikan probabilitas terhadap peningkatan kesejahteraan karena adanya

bonus demografi tersebut. Demographic divident atau demographic gift

memberikan sumbangan terhadap penurunan Dependency Ratio. Hal ini

dikarenakan tenaga produktif bebannya terhadap tenaga non produktif akan

semakin kecil. Kondisi tersebut memberikan dampak berupa beban terhadap

pemerintah dan masyarakat yang pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas

masyarakat.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa Dependency Ratio

Kota Bandung lebih rendah dibandingkan dengan angka di Jawa Barat. Pada

tahun 2015 Dependency Ratio Kota Bandung sebesar 67,02 artinya bahwa setiap

100 penduduk usia produktif menanggung sebesar 67,02 penduduk usia non

produktif baik usia muda maupun tua. Diperkirakan angka tersebut akan naik

hingga tahun 2025 sebesar 68,49 dimana setiap 100 penduduk usia produktif

menanggung 68,49 penduduk usia non produktif baik usia tua maupun usia

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


147
muda. Dependency Ratio Kota Bandung adalah sebagai berikut :

3.14.2 Analisis SWOT Menghadapi Bonus Demografi

Menyikapi adanya Bonus Demografi di Kota Bandung, secara sederhana

dapat dilakukan analisa melalui analisis SWOT dengan melakukan identifikasi

kekuatan, kelemahan, ancaman dan peluang terhadap pembangunan daerah.

Adapun analisis tersebut sebagai berikut :

STRENGTH : WEAKNESSES :

 IPM yang relatif meningkat dari  Rata-rata tingkat pendidikan


tahun ke tahun penduduk masih rendah
 Angka Dependency Ratio  Terbatasnya pasar tenaga kerja pada
Menurun sektor industri
 Adanya transisi demografi  Masih banyaknya jumlah penduduk
miskin
 Masih terjadinya kesenjangan antar
daerah
OPPORTUNITIES : THREATS :

 Migrasi antar daerah di Jawa Barat  Daya saing penduduk masih rendah
tidak permanen  Banyaknya Pencemaran lingkungan
 Banyaknya tersedia Lembaga  Kepadatan penduduk relative tinggi
pendidikan dan kesehatan di Jawa dan semakin meningkat
Barat sebagai infrastruktur untuk  Kecenderungan semakin rendahnya
pembangunan manusia kesadaran tentang Keluarga
 Sumberdaya alam menjadi modal Berencana (KB)

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


148
dasar dalam menggali potensi lokal  Perkawinan usia dini relative tinggi
 Peran perempuan dalam sehingga menurunkan produktivitas
pembangunan semakin meningkat

Selanjutnya strategi dalam memanfaatkan bonus demografi agar mempunyai

dampak positif dalam pembangunan daerah di Kota Bandung diantaranya dapat

dilakukan hal-hal sebagai berikut :

a. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

b. Penyiapan lapangan pekerjaan.

c. Menjaga stabilitas ekonomi dengan pengeluaran peerintah yang berbasis

kependudukan dan mempercepat pertumbuhan ekonomi.

d. Peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat dan pengendalian jumlah

penduduk

e. Kebijakan ekonomi yang mendukung fleksibilitas tenaga kerja dan

pasar, keterbukaan perdagangan dan saving nasional.

f. Kebijakan yang mendorong munculnya wirausaha muda dan

memberdayakannya untuk mendukung pembangunan nasional.

Strategi termaksud diharapkan mampu memperbaiki mutu modal manusia,

mulai dari pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan melalui keterampilan kepada

tenaga kerja produktif sehingga pekerja tidak hanya bergantung pada ketersediaan

lapangan pekerjaan tapi mampu menciptakan lapangan pekerjaan itu sendiri

(Wirausaha). Penciptaan lapangan kerja yang bersifat padat karya (pertanian,

industri kreatif serta industri mikro, kecil dan menengah).

3.14.3 Analisis Pembangunan Keluarga

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


149
Jumlah penduduk mempunyai dampak signifikan terhadap pencapaian

IPM. Pada gilirannya, jumlah penduduk akan mempengaruhi pembangunan

keluarga. Sejak awal masyarakat dihadapkan kepada hipotesis program KB akan

mampu memangkas dengan cepat kemiskinan di satu daerah. Dengan kata lain,

program KB merupakan alternatif yang efektif untuk pengentasan kemiskinan.

Hal itu bisa terjadi dikarenakan bahwa program KB bukan saja masalah

konstrasepsi tetapi disetai pula dengan program-program pemberdayaan

masyarakat.

Model kemiskinan itu biasanya dikaitkan dengan kemiskinan yang

persisten atau kemiskinan warisan. Keluarga miskin cenderung akan menikah

dengan keluarga miskin, dan mempunyai anak yang miskin. Benang merah ini

sulit diputus dan ditembus. Maka, ketika muncul begitu banyak analisis yang

mengedepankan hubungan antara program KB dengan kemiskinan memberikan

tekanan tentang pernyataan tersebut.

Kota Bandung mempunyai penduduk cukup tinggi dengan tingkat IMP

yang relatif rendah. Data BKKBN (2010) tentang kemiskinan (Pra-KS) di

Bandung menurun, walaupun relatif kecil. Sementara pada saat yang sama

peserta KB disini semakin membaik. Bahkan dalam program KB Jabar dari

rangking 27 secara nasional naik menjadi rangking 3. Ini merupakan pertanda,

secara perlahan Kota Bandung mulai bangkit membangun pembangunan keluarga

melalui KB.

Kota Bandung merespons baik pembangunan keluarga ini, dengan

meluncurkan Perda penyelenggaraan pembangunan ketahanan keluarga. Perda

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


150
yang diluncurkan bertepatan dengan deklarasi keluarga Indonesia di Bandung

(Juni

2014), seiring dengan begitu besarnya tantangan pembangunan saat ini. Dengan

jumlah penduduk yang relative banyak, dengan adanya Perda ketahanan keluarga,

maka fungsi fungsi keluarga akan berjalan dengan baik. Dalam Perda itu, telah

dimasukkannya delapan fungsi keluarga yakni :

(i) Keagamaan,

(ii) Sosial budaya,

(iii) Cinta kasih,

(iv) Perlindungan,

(v) Reproduksi,

(vi) Sosialisasi dan pendidikan,

(vii) Ekonomi, dan

(viii) Pembinaan lingkungan

Menyadari pentingnya program Keluarga Berencana di Kota Bandung

untuk meningkatkan ketahanan keluarga, maka PPKS (Pusat Pelayanan Keluarga

Sejahtera), yang semula hanya ada di tingkat Propinsi (Juli 2012), kini di Kota

Bandung telah ada tempat pelayanan terpadu program kependudukan dan

Keluarga Berencana dan pembangunan keluarga (KKBPK).

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


151
BAB IV
ROADMAP KEBIJAKAN PEMBANGUNAN
KEPENDUDUKAN KOTA BANDUNG TAHUN 2019-2035

Roadmap Grand Design Pengendalian Kuantitas Penduduk ini mencakup

kurun waktu 2019 sampai dengan 2035 dengan periode lima tahunan. Roadmap

dibuat untuk mengetahui sejauh mana sasaran- sasaran pengendalian kuantitas

penduduk telah dapat dicapai, baik yang mencakup fertilitas maupun mortalitas.

Dengan demikian, tujuan roadmap ini dapat berjalan secara sistematis dan

terencana sehingga dapat diketahui sasaran-sasaran yang harus dicapai pada setiap

periode, serta kebijakan, strategi, dan program yang perlu dilakukan.

Berdasarkan fakta dan kondisi eksisting dari data yang telah dianalisis

akan diproyeksikan kondisi obyektif Kota Bandung 24 tahun ke depan atau

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


152
rencana Bandung tahun 2034. Rencana tersebut mengacu pada arahan 4 skenario

awal pembangunan Kota Bandung yang telah ditetapkan. Rencana berdasar

kondisi obyektif Kota Bandung yang akan diproyeksikan dalam proyeksi jumlah

penduduk dengan 3 skenario beserta proyeksi demografi lainnya, seperti struktur

umur, tingkat pendidikan, tingkat kemiskinan, dan ketenagakerjaan, seperti

tenaga kerja per sektor, tingkat partisipasi kerja, pengangguran, dan kesempatan

kerja tahun 2034.

4.1 Pengendalian Kuantitas Penduduk

Kependudukan merupakan faktor yang penting sebagai modal dasar

pembangunan wilayah. Jumlah penduduk yang besar dan berkualitas dapat

dijadikan tolak ukut pembangunan sumber daya manusia, yang berimbas pada

terciptanya kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan yang tinggi dengan disertai

oleh peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan secara tidak langsung

dapat berperan pada penciptaan barang dan jasa dalam kegiatan produksi. Di sisi

lain kependudukan juga berkaitan dengan penyediaan lapangan kerja dan angka

kemiskinan, yang dalam hal ini pemerintah daerah setempat dituntut untuk dapat

menciptakan lapangan pekerjaan sehingga dapat mengurangi tingkat

pengangguran dan kemiskinan. Sebagai modal dasar pembangunan yang sifatnya

ekstrinsik (tidak nampak), SDM memiliki kecenderungan dapat berubah,

artinya kuantitas maupun kualitas penduduk di suatu daerah dapat mengalami

penurunan maupun peningkatan, hal ini banyak dipengaruhi oleh kebijakan

pemerintah daerah di didang kependudukan ataupun faktor lain yang berasal dari

luar daerah.

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


153
Jika dihubungkan dengan Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE), Laju

Pertumbuhan Penduduk (LPP) Kota Bandung sdiproyeksikan dalam jangka

panjang 24 tahun ke depan rata-rata berada di atas LPE, yaitu LPE sebesar 6,4 7,84

8.21persen sedangkan LPP sebesar 0.28 persen. Hal ini merupakan indikator

tingkat kesejahteraan yang relatif cukup tinggi ke depan selama tahun 2006-2030

di Kota Bandung, yang berarti juga mempunyai implikasi terhadap tingginya

produktivitas penduduk yang berperan dalam produksi barang dan jasa dalam

kegiatan perekonomian yang dicerminkan oleh tingginya tingkat output, yang

berupa tingkat pendatapan regional yang pada akhirnya akan berimbas pada

naiknya pendapatan per kapita yang diperoleh tiap-tiap penduduk di Kota

Bandung. Kondisi tersebut secara umum juga menunjukan bahwa laju produksi

barang dan jasa oleh masyarakat melampaui laju peningkatan kebutuhannya yang

paralel dengan laju pertumbuhan penduduk. Dengan demikian, secara umum bisa

disimpulkan bahwa perekonomian Kota Bandung selama periode tersebut mampu

memenuhi perkembangan kebutuhan masyarakat.

Tabel 4. 1 Perbandingan LPE dan LPP Kota Bandung tahun 2006-2030


(persen)

Tahun LPE LPP


2019 7.21 0.29
2024 7.89 0.29
2029 8.1 0.29
2034 8.3 0.29
Rata-rata 8.02 0.29
Sumber : estimasi hasil pengolahan

Dalam menyusun skenario pertumbuhan penduduk dapat dibagi ke dalam

3 skenario, yaitu skenario pertumbuhan penduduk sedang, rendah, dan seimbang.

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


154
Jumlah penduduk Kota Bandung pada akhir tahun 2034 secara umum terus

mengalami peningkatan. Dengan laju pertumbuhan penduduk rata-rata sebesar

0.29 persen diproyeksikan jumlah penduduk selama 2019-2034 akan terus

meningkat. Dengan laju pertumbuhan di atas, pada akhir tahun 2034 penduduk

Kota Bandung diperkirakan akan > 2.6 juta jiwa, hal ini mengindikasikan jumlah

penduduk Kota Bandung sama dengan jumlah penduduk pada kriteria yang

dimiliki suatu kota metropolitan dengan tingkat persebaran penduduk di Kota

Bandung juga belum merata dengan rata-rata persebaran per kecamatan yang

masih kecil, yaitu sebesar 3,13 persen.

Jika dilihat dari struktur penduduk menurut usia seperti pada tabel 4.1 dan

grafik 4.2 berikut ini terlihat bahwa rata-rata selama 24 tahun ke depan dapat

dikatakan struktur penduduk di Kota Bandung sebagian besar termasuk kelompok

penduduk usia muda yang mengindikasikan jumlah penduduk produktif yang

cukup besar yang terkonsentrasi pada penduduk usia muda yang juga

mengindikasikan tingginya angka dependency ratio yang disebabkan proporsi

penduduk yang masuk ke dalam usia kerja produktif (14-64 tahun) memiliki

persentase lebih besar daripada proporsi penduduk non usia kerja (tidak produktif)

dan mengindikasikan tingkat kemajuan suatau daerah.

Tabel 4. 2 Proyeksi Penduduk menurut Usia Kota Bandung tahun 2030

Umur WANITA LAKI-LAKI JUMLAH

0-4 107463 111769 219232.7


4-9 111996 116106 228102.3
10 - 14 112347 116374 228730.6
14 - 19 114221 119884 234104.4

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


155
20 - 24 104963 110304 214267.9
24 - 29 98483 100841 199334.4
30 - 34 128490 124047 242436.7
34 - 39 140147 148344 288402.4
40 - 44 122981 132779 244749.8
44 - 49 116697 123187 239884.1
40 - 44 104462 106338 210899.7
44 - 49 93421 91963 184483.6
60 - 64 78192 69006 147197.4
64 - 69 61628 44919 117446.8
70 - 74 42724 39934 82649.43
74 + 37429 29761 67290.47
Jumlah 1476944 1496479 3173433

Tabel 4. 3 Proyeksi Penduduk menurut Usia Kota Bandung tahun 2034

Umur WANITA LAKI-LAKI JUMLAH

0-4 104992 110239 216231.3


4-9 111124 114434 226449
10 - 14 114924 120068 234991.8
14 - 19 116268 120247 236424.7
20 - 24 119143 123682 242824.4
24 - 29 108447 113723 222180.4
30 - 34 101681 103947 204627.4
34 - 39 132489 127697 260184.9
40 - 44 144166 142269 296434.2
44 - 49 124949 134430 261379.3
40 - 44 118672 124264 242936.3

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


156
44 - 49 104176 104269 210444.2
60 - 64 92364 84332 176697.9
64 - 69 74637 66308 140944.4
70 - 74 44243 47417 102770.9
74 + 44464 44849 99423.82
Jumlah 1681861 1694298 3377149

Terkait tentang jumlah penduduk di Kota Bandung, ternyata realitas

jumlah penduduk masih di bawah proyeksi artinya pertumbuhan terus menurun.

Dari perkiraan angka LPP di atas 0.29 tapi hasil sensus 2010 (yang terakhir) LPP

Kota Bandung 0.29 artinya secara realitas pertumbuhan penduduk Kota Bandung

tidaklah menunjukkan ledakan penduduk atau pertambahan yang besar per

tahunnya.

Kondisi tersebut mengisyaratkan bahwa selama ini pemerintah mampu

mengatasi permasalahan kependudukan terutama keberhasilan program KB.

Sejalan dengan otonomi daerah, maka upaya pengembangan pembangunan

berwawasan kependudukan secara konsisten dan berkelanjutan merupakan pilihan

yang paling tepat.

Searah dengan kondisi ini diharapkan terus berupaya menurunkan TFR,

LPP dan jumlah bayi yang lahir diharapkan sama (seimbang) dengan jumlah

kematian sehingga penduduk menjadi stabil sehingga Bandung bisa lebih dulu

mencapai arah yang sama dengan kebijakan Pemerintahan Pusat.

Kota Bandung cukup mendekati untuk mencapai bonus demografi.

Bandung mulai pada tahun 2010, 2014, 2020, 2024, 2030 dependency rasionya

adalah adalah 44,91. 40,43. 43,28. 49,04. 40,82. Bonus demografi ini merupakan

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


157
jendela peluang (window of opportunity) yang menjadi landasan untuk memicu

pertumbuhan ekonomi. Bonus demografi ini diperkirakan akan terjadi hanya

sekali dalam sejarah dan waktunya sangat pendek, yaitu sekitar lima tahun, dari

tahun 2020-2024 berdasarkan proyeksi penduduk angka kelahiran dapat

dikendalikan. Pencapaian tahap ini sangat tergantung kepada pengelolaan

pertumbuhan penduduk melalui pengendalian angka kelahiran. Jika angka

kelahiran meningkat, maka tahap tersebut akan tertunda atau bahkan hilang sama

sekali.

Tabel 4. 4 Roadmap Kondisi Kuantitas Kependudukan Yang Diinginkan

Asumsi TFR pada periode proyeksi untuk tahun, 2010-2014, 2014-2020,

2020-2024, 2024-2030 berturut-turut adalah TFR=2,26, TFR=2,19,

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


158
TFR=2,160, TFR=2,14 dan TFR=2,13.

Tabel 4. 5 Kondisi Yang Diinginkan Akhir Roadmap menurut Indikator dan


Parameter Pengendalian Kuantitas Penduduk Kota Bandung 2010-2030
Periode Roadmap 2010-2030
Indikator/Parameter
2010 2014 2020 2024 2030
Laju Pertumbuhan
0, 43 0,46 0, 29 0,23 0,21
Penduduk (persen)
Total Fertility Rate 2,46 2,1 1,89 2, 1 2,20
Contraseptive
69, 40 68,21 68,40 71,00 72,00
Prevalence rate
Usia Kawin Pertama
17,87 18,10 18,90 19,60 20,40
Bagi Wanita

4.2 Peningkatan Kualitas Penduduk

Kualitas penduduk adalah kondisi penduduk dalam aspek fisik dan nonfisil

yang meliputi derajat kesehatan, pendidikan, pekerjaan, produktivitas, tingkat

social, ketahanan, kemandirian, kecerdasan, sebagai ukuran dasar untuk

mengembangkan kemampuan dan menikmati kehidupan sebagai manusia yang

bertakwa, berbudaya, berkepribadian, berkebangsaan, dan hidup layak (UU No.

42 Tahun 2008 Pasal 1 ayat 4). Pengembangan kualitas penduduk dilakukan untuk

mewujudkan manusia yang sehat jasmani dan rohani, cerdas, mandiri, beriman,

bertakwa, berakhlak mulia, dan mmiliki etos kerja yang tinggi. Untuk

mewujudkan tujuan tersebut, pembangunan kualitas penduduk difokuskan pada

unsur pendidikan, kesehatan dan ekonomi.

Tabel 4. 6 Roadmap Kondisi Kualitas Penduduk yang Diinginkan

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


159
Tabel 4.6 di bawah adalah target rata-rata lama bersekolah untuk jangka

waktu lima tahunan secara nasional. Skenario rendah yang menggunakan model

asimtot 11,3 tahun berdasarkan asumsi rata-rata lama bersekolah negara-negara

very high developed saat ini adalah sebesar 11,3 tahun. Skenario sedang

menggunakan model asimtot 12,6 tahun berdasarkan asumsi maksimal rata-rata

lama bersekolah adalah sebesar 12,6 tahun dan skenario tinggi menggunakan

model tanpa asimtot.

Tabel 4. 7 Perkiraan Rata-Rata Lama Bersekolah (MYoS)

Skenario
Tahun
Rendah Sedang Tinggi

2018 12,78 12,82 12,84

2020 12,83 12,86 12,89

2024 12,89 13,40 13,30

2030 13,39 13,94 13,60

2034 13,80 14,00 14,00

Mengacu kepada perkiraan capaian secara nasional. skenario rendah

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


160
dengan asimtot APM SMA adalah 100 persen. Skenario sedang dengan asimtot

APM SMA adalah 100 persen dengan laju pertumbuhan penduduk yang

meningkat 1,4 persen per tahun dan scenario tinggi tanpa asimtot.

Tabel 4. 8 Scenario Asimtot APM

Skenario
Tahun
Rendah Sedang Tinggi

2014 41,1 43,7 40,7


2020 46,2 60,7 46,6

2024 60,7 66,6 63,1

2030 64,8 71,7 70,4

2034 68,4 76,0 78,4

Sesuai acuan nasional, skenario rendah menggunakan model asimtot 80

tahun berdasarkan asumsi dari AHH negara-negara very high developed saat ini

adalah sebesar 80 tahun.

Tabel 4. 9 Perkiraan Angka Harapan Hidup 2014-2034


Skenario
Tahun
Rendah Sedang Tinggi
2014 71,07 72,23 72,62
2020 70,1 70,3 74,2
2024 70,4 70,8 77,0
2030 70,8 71,3 80,0
2034 71,1 71,7 83,0

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


161
Tabel 4. 10 Kondisi Yang Diinginkan Akhir Roadmap menurut Indikator
dan Parameter Peningkatan Kualitas Penduduk Kota Bandung 2010-2034

Periode Roadmap 2010-2034


Indikator/Parameter
2010 2014 2020 2024 2030 2034
Pendidikan
 Lama Sekolah 9 10,2 11,4 12,6 13,8 14,0
 Angka partisipasi Murni 14,6 18,4 21,4 24,2 27,1 30,6
Kesehatan
 Angka Kematian Bayi (per 24,80 23,90 20,70 18,70 16,80 14,90
1000 lahir hidup)
 Angka Kematian Ibu (per 21 27 22 20 18 17
100000 lahir hidup)
 Angka Harapan Hidup 71,10 72,14 72,80 73,60 74,40 74,40

4.3 Pembangunan Keluarga

Pembangunan keluarga dilakukan untuk mencapai kondisi keluarga yang

harmonis, sejahtera, dan damai yang siap menghadapi perubahan-perubahan

yang sangat cepat. Ketahanan keluarga diharapkan dapat menjadi sandaran bagi

kelangsungan berkehidupan yang aman, damai, dan sejahtera. Adapun kegiatan

untuk setiap periode dapat dilihat pada tabel.

Tabel 4. 11 Roadmap Pembangunan Keluarga

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


162
Tabel 4. 12 Kondisi Yang Diinginkan Akhir Roadmap Menurut Indikator
dan Parameter Pembangunan Keluarga Kota Bandung 2010-2034
Periode Roadmap 2010-2034
Indikator/Parameter
2010 2014 2020 2024 2030 2034
Persentasi Penduduk
12,34 11,12 8,44 7,44 4,78 4,20
miskin
Rata-rata banyaknya
3,62 3,43 3,10 3,00 2,12 2,00
anak dalam keluarga
Persentasi Keluarga
6,00 3,4 3.20 3,00 2,72 2,61
Prasejahtera
Indeks Pembangunan
70 71 74 76 78 79
Gender
4.4 Pengarahan Mobilitas Penduduk

Menyangkut aspek mobilitas penduduk, kondisi yang diinginkan adalah

terjadinya persebaran penduduk yang lebih merata setiap kecamatan sehingga

konsentrasi penduduk terkendali. Demikian halnya dengan urbanisasi, diharapkan

agar penduduk tidak berbondong-bondong datang ke kota yang berpotensi

menimbulkan berbagai persoalan baru. Kondisi persebaran penduduk yang

diinginkan adalah persebaran penduduk yang merata dan pengaturan mobilitas

sesuai dengan potensi daerahnya.

Tabel 4. 13 Roadmap Kondisi Penataan Persebaran dan Mobilitas


Kependudukan Yang Diinginkan Kota Bandung 2010-2035

\\

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


163
Tabel 4. 14 Road Map Pembangunan Kependudukan Kota Bandung

KUANTITA KUALITAS
NO PEMBANGUNAN
KECAMATAN S PENDUDU MOBILITAS
. KELUARGA
PENDUDUK K
1 Sukasari favor attention favor attention
2 Coblong favor attention favor attention
3 Babakan Ciparay favor attention favor Favor
4 Bojongloa Kaler favor attention favor attention
4 Andir favor attention favor attention
6 Cicendo favor attention favor attention
7 Sukajadi favor attention favor attention
8 Cidadap favor attention favor attention
9 Bandung Wetan favor attention favor Favor
10 Astana Anyar favor attention favor attention
11 Regol favor attention favor Favor
12 Batununggal favor attention favor attention
13 Lengkong favor attention favor Favor
14 Cibeunying Kidul favor attention favor Favor
14 Bandung Kulon favor attention favor Favor

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


164
16 Kiaracondong favor attention favor Favor
17 Bojongloa Kidul favor attention favor Favor
18 Cibeunying Kaler favor attention favor attention
19 Sumur Bandung favor attention favor Favor
20 Antapani favor attention favor Favor
21 Bandung Kidul favor attention favor Favor
22 Buahbatu favor attention favor Favor
23 Rancasari attention attention favor Favor
24 Arcamanik favor attention favor Favor
24 Cibiru favor attention favor Favor
26 Ujung Berung favor attention favor Favor
27 Gedebage favor attention favor attention
28 Panyileukan favor attention favor Favor
29 Cinambo favor attention favor Favor
30 Mandalajati favor attention favor Favor

Keterangan :

 urgent = kepentingan mendesak

 warning = kepentingan serius

 attention=kepentingan perhatian

 favor=kepetingan perlu

Tabel 4. 15 Road Map Pembangunan Kependudukan Kota Bandung

NO KECAMATA
2014-2020 2020-2024 2024-2030 2030-2034
. N

Pengendalian, Pengendalian,
kualitas dan kualitas dan
kualitas dan kualitas dan
1 Sukasari pembangunan pembangunan
pembangunan pembangunan
Keluarga Keluarga
keluarga keluarga
Pengendalian, Pengendalian,
kualitas dan kualitas dan
kualitas dan kualitas dan
2 Coblong pembangunan pembangunan
pembangunan pembangunan
Keluarga Keluarga
keluarga keluarga

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


165
Pengendalian, Pengendalian,
kualitas dan kualitas dan
Babakan kualitas dan kualitas dan
3 pembangunan pembangunan
Ciparay pembangunan pembangunan
Keluarga Keluarga
keluarga keluarga
Pengendalian, Pengendalian,
kualitas dan kualitas dan
Bojongloa kualitas dan kualitas dan
4 pembangunan pembangunan
Kaler pembangunan pembangunan
Keluarga Keluarga
keluarga keluarga
Pengendalian, Pengendalian,
kualitas dan kualitas dan
kualitas dan kualitas dan
4 Andir pembangunan pembangunan
pembangunan pembangunan
Keluarga Keluarga
keluarga keluarga
Pengendalian, Pengendalian,
kualitas dan kualitas dan
kualitas dan kualitas dan
6 Cicendo pembangunan pembangunan
pembangunan pembangunan
Keluarga Keluarga
keluarga keluarga
Pengendalian, Pengendalian,
kualitas dan kualitas dan
kualitas dan kualitas dan
7 Sukajadi pembangunan pembangunan
pembangunan pembangunan
Keluarga Keluarga
keluarga keluarga
Pengendalian, Pengendalian,
kualitas dan kualitas dan
kualitas dan kualitas dan
8 Cidadap pembangunan pembangunan
pembangunan pembangunan
Keluarga Keluarga
keluarga keluarga
Pengendalian, Pengendalian,
kualitas dan kualitas dan
kualitas dan kualitas dan
9 Bandung Wetan pembangunan pembangunan
pembangunan pembangunan
Keluarga Keluarga
keluarga keluarga
Pengendalian, Pengendalian,
kualitas dan kualitas dan
kualitas dan kualitas dan
10 Astana Anyar pembangunan pembangunan
pembangunan pembangunan
Keluarga Keluarga
keluarga keluarga
Pengendalian, Pengendalian,
kualitas dan kualitas dan
kualitas dan kualitas dan
11 Regol pembangunan pembangunan
pembangunan pembangunan
Keluarga Keluarga
keluarga keluarga
Pengendalian, Pengendalian,
kualitas dan kualitas dan
kualitas dan kualitas dan
12 Batununggal pembangunan pembangunan
pembangunan pembangunan
Keluarga Keluarga
keluarga keluarga

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


166
Pengendalian, Pengendalian,
kualitas dan kualitas dan
kualitas dan kualitas dan
13 Lengkong pembangunan pembangunan
pembangunan pembangunan
Keluarga Keluarga
keluarga keluarga
Pengendalian, Pengendalian,
kualitas dan kualitas dan
Cibeunying kualitas dan kualitas dan
14 pembangunan pembangunan
Kidul pembangunan pembangunan
Keluarga Keluarga
keluarga keluarga
Pengendalian, Pengendalian,
kualitas dan kualitas dan
kualitas dan kualitas dan
14 Bandung Kulon pembangunan pembangunan
pembangunan pembangunan
Keluarga Keluarga
keluarga keluarga
Pengendalian, Pengendalian,
kualitas dan kualitas dan
kualitas dan kualitas dan
16 Kiaracondong pembangunan pembangunan
pembangunan pembangunan
Keluarga Keluarga
keluarga keluarga
Pengendalian, Pengendalian,
kualitas dan kualitas dan
Bojongloa kualitas dan kualitas dan
17 pembangunan pembangunan
Kidul pembangunan pembangunan
Keluarga Keluarga
keluarga keluarga
Pengendalian, Pengendalian,
kualitas dan kualitas dan
Cibeunying kualitas dan kualitas dan
18 pembangunan pembangunan
Kaler pembangunan pembangunan
Keluarga Keluarga
keluarga keluarga
Pengendalian, Pengendalian,
kualitas dan kualitas dan
kualitas dan kualitas dan
19 Sumur Bandung pembangunan pembangunan
pembangunan pembangunan
Keluarga Keluarga
keluarga keluarga
Pengendalian, Pengendalian,
kualitas dan kualitas dan
kualitas dan kualitas dan
20 Antapani pembangunan pembangunan
pembangunan pembangunan
Keluarga Keluarga
keluarga keluarga
Pengendalian, Pengendalian,
kualitas dan kualitas dan
kualitas dan kualitas dan
21 Bandung Kidul pembangunan pembangunan
pembangunan pembangunan
Keluarga Keluarga
keluarga keluarga
Pengendalian, Pengendalian,
kualitas dan kualitas dan
kualitas dan kualitas dan
22 Buahbatu pembangunan pembangunan
pembangunan pembangunan
Keluarga Keluarga
keluarga keluarga

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


167
Pengendalian, Pengendalian,
kualitas dan kualitas dan
kualitas dan kualitas dan
23 Rancasari pembangunan pembangunan
pembangunan pembangunan
Keluarga Keluarga
keluarga keluarga
Pengendalian, Pengendalian,
kualitas dan kualitas dan
kualitas dan kualitas dan
24 Arcamanik pembangunan pembangunan
pembangunan pembangunan
Keluarga Keluarga
keluarga keluarga
Pengendalian, Pengendalian,
kualitas dan kualitas dan
kualitas dan kualitas dan
24 Cibiru pembangunan pembangunan
pembangunan pembangunan
Keluarga Keluarga
keluarga keluarga
Pengendalian, Pengendalian,
kualitas dan kualitas dan
kualitas dan kualitas dan
26 Ujung Berung pembangunan pembangunan
pembangunan pembangunan
Keluarga Keluarga
keluarga keluarga
Pengendalian, Pengendalian,
kualitas dan kualitas dan
kualitas dan kualitas dan
27 Gedebage pembangunan pembangunan
pembangunan pembangunan
Keluarga Keluarga
keluarga keluarga
Pengendalian, Pengendalian,
kualitas dan kualitas dan
kualitas dan kualitas dan
28 Panyileukan pembangunan pembangunan
pembangunan pembangunan
Keluarga Keluarga
keluarga keluarga
Pengendalian, Pengendalian,
kualitas dan kualitas dan
kualitas dan kualitas dan
29 Cinambo pembangunan pembangunan
pembangunan pembangunan
Keluarga Keluarga
keluarga keluarga
Pengendalian, Pengendalian,
kualitas dan kualitas dan
kualitas dan kualitas dan
30 Mandalajati pembangunan pembangunan
pembangunan pembangunan
Keluarga Keluarga
keluarga keluarga

4.5 Pembangunan Sistem Data dan Informasi Kependudukan

Pada prinsipnya roadmap pembangunan data dan informasi kependudukan

dibagi menjadi empat periode. Setiap periode merupakan penahapan yang

sangat terkait dengan pencapaian tujuan dari pengembangan data dan informasi

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


168
kependudukan, yaitu menciptakan suatu sistem yang terintegrasi, mudah diakses

Adapun pentahapannya dapat dilihat pada berikut ini.

Tabel 4. 16 Roadmap Pembangunan Database Kependudukan

Tabel 4. 17 Kondisi Yang Diinginkan Akhir Roadmap Menurut Indikator


dan parameter Pembangunan Database Kependudukan Kota Bandung
2010-2034

Periode Roadmap 2010-2034


Indikator/Parameter
2010 2014 2020 2024 2030 2034
Indikator Kualitatif
Pemantapan layanan Sistem
Administrasi Kependudukan
(SAK) untuk instansi
pemerintah terkait lainnya atau
lebih dikenal dengan konsep

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


169
Government to Government
(G2G), layanan SAK untuk
masyarakat atau dikenal
dengan istilah Government to
Citizen (G2C), layanan Sistem
Administrasi Kependudukan
(SAK) untuk dunia bisnis
(G2B), dan Pemantapan
Sistem Administrasi
Kependudukan (SIAK) dengan
berbagai penyempurnaan dan
penyesuaian fitur agar sesuai
dengan amanat UU No. 23
Tahun 2006. Pada periode ini
juga mulai dikembangkan
sistem identifikasi pengenal
tunggal dengan teknologi
Pengembangan database
kependudukan untuk menjadi
acuan bagi perencanaan
pemerintah secara nasional dan
pemanfaatan dunia bisnis,
seperti untuk kebutuhan
marketing research, e-
payment, e-commerce, dan
transaksi bisnis berbasis
elektronik lainnya.
Pengembangan database
kependudukan untuk menjadi
acuan bagi perencanaan
pemerintah secara nasional
dan pemanfaatan dunia bisnis,
seperti untuk kebutuhan
marketing research, e-
payment, e-commerce, dan
transaksi bisnis berbasis
elektronik lainnya.

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


170
Pemantapan fungsi dan
peranan Database
Kependudukan yang
berlandaskan pada tertib
administrasi kependudukan
dan layanan prima
administrasi kependudukan.

Pengembangan sistem yang


terhubung dengan data lain
yang berasal dari berbagai
lembaga dan sesuai dengan
data yang telah ada. Sistem ini
dikembangkan agar mudah
diakses oleh pemangku
kepentingan
Pengembangan sistem yang
telah terbangun menjadi
bagian dari DSS (Decision
Support System) yang
terintegratif. Tujuannya adalah
memfasilitasi pengambil
kebijakan untuk menggunakan
data dan informasi yang
tersedia untuk pengambilan
keputusan atau penanganan
suatu permasalahan secara
cepat.

Indikator Kuantitatif
Persentase penduduk dapat 40 60 64 70 80 90
menunjukkan catatan sipil
berupa akte kelahiran
Persentase penduduk 10 20 30 40 40 60
menguasai akses database

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


171
4.6 Implikasi Kebijakan

Permasalahan kependudukan merupakan permasalahan wajib yang harus

menjadi priorotas program dan kegiatan pemerintah daerah di Kota Bandung.

Selain itu, menjadi penting peranan pengeluaran pemerintah perkapita urusan

kesehatan, hal lain yang terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap

faktor indicatorpembangunan di Kota Bandung. Untuk itu diperlukan suatu

kebijakan pembangunan kependudukan yang ditujukan untuk lebih meningkatkan

peranan faktor-faktor yang terkait didalamnya dengan harapan akan dapat

memberikan solusi. Kebijakan yang dapat ditetapkan antara lain adalah sebagai

berikut.

4.7 Kebijakan Pembiayaan

Dalam konteks peningkatan indikator pembangunan kependudukan, upaya

secara bertahap dapat menjadi prioritas, dengan tidak mengabaikan program-

program lain yang bersentuhan langsung dengan perbaikan derajat kuantitas,

kualitas dan mobilitas penduduk serta administrasinya. Hal ini dapat dicapai

antara lain dengan pemenuhan pembiayaan kesehatan melalui penyediaan

sarana dan prasarana kesehatan yang memadai baik di tingkat Kota/kota, dan juga

provinsi. Peningkatan pembiayaan untuk pembangunan sarana dan prasarana

merupakan motor ini dapat memperbesar keterjangkauan masyarakat terhadap

fasilitas kesehatan, pendidikan serta kelurga berencana dan lembaga

institusi masyarakat yang diharapkan mampu menghasilkan masyarakat yang

berkualitas, yang pada akhirnya menuju penduduk yang seimbang di wilayah

tersebut.

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


172
Koordinasi dengan lintas sektor yang berkaitan semisal sektor yang

berhubungan dengan tata kota, pembangunan jalan, penyedia perumahan, atau

penyedia air bersih dan yang lainnya; perlu terus ditingkatkan untuk bersama-

sama meningkatkan pembangunan kependudukan. Sebagai contoh, infrastruktur

di kebanyakan Kota/kota di Provinsi Jawa Barat terutama jalan-jalan di

pedesaan masih banyak yang kondisinya rusak sehingga menghambat kelancaran

akses terhadap fasilitas pelayanan kesehatan. Hal ini mengakibatkan terlambat

ditanganinya persalinan yang beresiko yang bisa menyebabkan kematian bayi.

Untuk itu diperlukan peran berbagai pihak demi kelancaran transportasi untuk

akses pada fasilitas pelayanan kesehatan.

Agar pembiayaan ini mampu mengatasi masalah yang ada, maka harus

dimulai dengan perencanaan yang tepat sasaran, memiliki target yang jelas dan

terukur, tidak ‘tumpang tindih’, serta menerapkan sistem pengendalian dan

pengawasan yang memadai.

4.8 Perluasan Akses Pelayanan Kesehatan

Untuk memberikan akses pelayanan kesehatan yang berkualitas dan

terjangkau perlu diterapkan beberapa prioritas kebijakan, baik pengembangan dari

kebijakan yang sudah ada maupun penerapan kebijakan baru. Perluasan akses

pelayanan kesehatan ini dapat dilakukan dengan mempertimbangkan bahwa

perluasan akses dapat dilakukan melalui keterjangkauan dari segi biaya,

kecukupan pengetahuan, maupun keterjangkauan dari segi jarak tempuh ke

fasilitas kesehatan.

Guna meningkatkan keterjangkauan dari segi biaya, hendaknya

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


173
pemerintah melakukan pembebasan retribusi terhadap fasilitas kesehatan yang

kemudian diikuti dengan jaminan kesehtan yang lebih baik dan meluas,

terutama untuk masyarakat kurang mampu yang menggunakan fasilitas kesehatan.

Peningkatan pengetahuan masyarakat juga antara lain dapat diupayakan melalui

bantuan para kader kesehatan. Perlu diterapkan suatu kebijakan untuk

memantapkan upaya revitalisasi Posyandu melalui pemberian penghargaan berupa

insentif bagi para kader kesehatan. Kemudian, karena wilayah Kota Bandung luas

dan memiliki kondisi geografis beragam, maka diperlukan upaya prioritas pada

daerah- daerah yang memiliki persebaran penduduk yang cukup tinggi, dengan

memperhatikan pemenuhan kebutuhan dan pemerataan persebaran tenaga

kesehatan sebagai pemberi pelayanan kesehatan. Pada wilayah dengan geografis

yang sulit, perlu upaya yang serius untuk mendekatkan pelayanan kepada

masyarakat setempat.

4.9 Peningkatan Pendidikan Perempuan

Mengingat pentingnya peran ibu dalam kelangsungan hidup bayi, dan

sebagai ujung tombak pembangunan keluarga, diperlukan kebijakan-kebijakan

pemerintah Kota Bandung yang lebih berpihak pada perempuan. Misalnya,

memberikan akses yang lebih mudah pada penduduk perempuan untuk

melanjutkan sekolah yang lebih tinggi, memprioritaskan beasiswa pada penduduk

perempuan, memperbanyak muatan kurikulum yang berhubungan dengan

kesehatan reproduksi di sekolah-sekolah yang dalam penerapannya melibatkan

tenaga kesehatan, dan mengaktifkan kembali kegiatan penyuluhan oleh tenaga

kesehatan terutama kepada perempuan usia reproduksi.

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


174
4.10 Kebijkan Keluarga Berencana Sebagai Basis Pembangunan Keluarga

Desentralisasi merupakan proses transfer otoritas dan kewenangan

perencanaan, manajemen, dan pengambilan keputusan dari pengendali organisasi

di tingkat atas kepada tingkat yang ada di bawahnya. Pentingnya pelaksanaan

desentralisasi program KB selain sebagai manifestasi responsibilitas/daya

tanggap atas perubahan lingkungan strategis (arus demokratisasi dan HAM serta

delegasi kewenangan pemerintahan dalam beberapa bidang), juga sangat penting

dalam rangka:

1. mendekatkan pelayanan publik kepada pengguna layanan publik, yaitu

warga negara sehingga memungkinkan terjadinya peningkatan kualitas

pelayanan program KB yang bukan hanya sesuai dengan prosedur medis

dan operasional lainnya tetapi juga kualitas pelayanan sebagaimana yang

dikehendaki publik melalui penciptaan mekanisme dialog/interaksi antara

public servant dengan citizen;

2. memeratakan (distribusi) pelayanan program KB sehingga dapat

memperkecil kesenjangan akses publik yang berada di daerah tertentu

dengan daerah lainnya;

3. memungkinkan diakomodirnya strategi dan cara-cara tetentu dalam

operasionalisasi program KB, terutama penggerakkan dalam upaya

menciptakan demand terhadap program KB, yang disesuaikan dengan

kondisi kesejarahan, kultur, dan geografis setempat;

4. memungkinkan penyelenggaraan program KB yang inklusif dan

melibatkan banyak aktor (sektor) sehingga lebih prospektif dalam

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


175
pencapaian sasaran bersama serta menjadi terintegrasinya program KB

dengan program pembangunan lainnya di daerah;

5. efisiensi dalam pendanaan karena operasionalisasi program disesuaikan

dengan kebutuhan dan kondisi lokal (bottom-up) karena berbasis data

peserta KB;

6. memperpendek alur birokrasi sehingga mudah dan cepat dalam

pengambilan keputusan dan mempermudah dalam manajemen supervisi

dan informasi dibantu adanya lembaga-lembaga dan pranata sosial.

BAB V
ROADMAP KEGIATAN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BANDUNG 2019-2035

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


176
5.1 Pendahuluan

Pembangunan kependudukan di Kota Bandung disusun untuk mengatur

populasi penduduk sesuai dengan kemampuan wilayah dalam membangunnya

agar seluruh penduduk dapat menjadi pelaku sekaligus menikmati hasil-hasil

pembangunan. Kemampuan suatu wilayah dalam mencukupi kebutuhan

masyarakatnya sangat komplek, antara lain infrastruktur yang mampu

memberikan aksesibilitas dan komunikasi antar warga masyarakat sehingga

ekonomi berjalan dengan efektif dan efisien, produksi pertanian yang mampu

mencukupi kebutuhan pangan, kegiatan ekonomi produktif serta mampu

memberikan jaminan kegiatan ekonomi bagi masyarakatnya, pendidikan yang

dapat dijangkau dan aksesibilitas terhadap fasilitas kesehatan. Faktor lain adalah

kemampuan wilayah dalam menjamin keamanan, kenyamanan, kebersihan

lingkungan, rumah tinggal yang layak sehingga daerah dapat menciptakan

kesejahteraan social bagi penduduknya.

Problem utama dalam pembangunan kependudukkan adalah bagaimana

pengendalian kuantitas penduduk, peningkatan kualitas penduduk,

pembangunan keluarga, pengarahan mobilitas penduduk, pembangunan sistem

data dan informasi kependudukan. Pengendalian dimaksud adalah pembangunan

kependudukan yang dapat memenuhi aspek penting penduduk seperti kecukupan

pangan, keamanan dan kesehatan penduduk serta pendidikan. Agar penduduk

pada tahun-tahun yang akan datang dapat dikendalikan bersamaan dengan

program pembangunan yang lakukan pemerintah Kota Bandung maka perlu

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


177
disusun sebuah roadmap kependudukan. Roadmap ini disusun dalam lima tahun

sehingga dapat dijadikan sebagai acuan dalam penyusunan perencanaan

pembangunan tahun demi tahun. Ilustrasi ini membutuhkan analisis matriks

kontekstual untuk menganalisis setiap problem kependudukan yang dihadapi

pemerintah Kota Bandung pada saat ini.

Analisis matriks kontekstual merupakan bagian dari analisis kualitatif yang

mendeksripsikan setiap kasus dalam suatu problem yang menjadi bagian penting

dalam rencana pembangunan yang akan disusun. Oleh karena itu dalam analisis

ini diperlukan data-data valid untuk menggambarkan kondisi obyektif dari suatu

kasus yang diisukan. Analisis kondisi disusun berdasarkan fenomena kondisi

obyektif yang diangkat untuk menggambarkan kondisi ideal. Apabila kondisi

ideal telah disusun maka langkah berikutnya adalah mencari solusi yang tepat.

Solusi untuk mengatasi permasalahan pembangunan kependudukan

memerlukan sumberdaya yang kuat untuk menyelesaikannya melalui perencanaan

program sinergitas multi pihak. Anggaran pembangunan kependudukkan disusun

secara rapih dengan mengarusutamakan kebutuhan utama persoalan

kependudukkan, kemudian problem sekunder dan tersiernya dapat diselesaikan

dengan membangun sinergitas antar stake holder kependudukkan seperti bidang

ekonomi termasuk pertanian, kesehatan, data dan informasi serta pendidikan.

Grand design pembangunan kependudukan ini mencakup kurun waktu

2019 sampai dengan 2034. Pada setiap periode lima tahun dari tahun 2019 akan

dibuat peta arah (Road Map) untuk mengetahui sejauh mana sasaran-sasaran

pengendalian kuantitas penduduk telah dapat dicapai, baik yang mencakup

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


178
fertilitas, mortalitas maupun persebaran. Seiring dengan pengendalian kuantitas

penduduk, pemerintah dapat mengukur indikator pemerataan dan peningkatan

kesejahteraan melalui pembangunankualitas penduduknya seperti kesehatan,

pendidikan, ketahanan pangan, ekonomi dan ketenagakerjaan serta pembangunan

berwawasan lingkungan hidup. Dengan demikian tujuan dari road map ini dapat

berjalan secara sistematis dan terencana sehingga dapat diketahui sasaran-sasaran

yang harus dicapai pada setiap periode, serta kebijakan, strategi, dan program

yang perlu dilakukan.

Pembangunan juga harus senantiasa memperhatikan empat isu strategis

global dan nasional yang menjadi perhatian pemerintah dalam mengelola urusan

publik. Kondisi strategis faktual yang dapat dijadikan acuan bertindak setiap aktor

yang memiliki kepentingan terhadap suatu permasalahan atau isu publik dapat

memutuskan untuk terlibat dalam pembuatan dan proses kebijakan. Keempat isu

strategis tersebut adalah: (1) demokrasi dan hak asasi manusia (HAM), (2)

desentralisasi, (3) transisi demografis dan pengentasan kemiskinan, dan (4)

kerusakan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan.

Keempat isu strategis tersebut harus direspons sebagai bagian dari daya

tanggap (responsiveness) pengelola kependudukan atas perubahan lingkungan

strategis dalam mengelola urusan publik yang berhubungan dengan program

pengendalian penduduk. Terkait isu strategis transisi demografis dan pengentasan

kemiskinan serta kerusakan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan adalah

dampak pembangunan kependudukan yang telah dilakukan sebelumnya.

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


179
Prinsip dasar menjalankan roadmap kependudukan adalah demokratic-

citizenship. Prinsip tersebut tercermin dalam dua hal, yaitu :

1. Pembangunan akan memandang publik (pihak yang dilayani) sebagai citizen

(warga negara) dengan segala hak dan kewajibannya.

2. Penduduk dan elemen masyarakat lain (termasuk civil society dan privat

sector) yang memiliki kepentingan dengan urusan publik untuk berpartisipasi

dalam mengelola kependudukan secara sinergis dapat terlibat dalam proses

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Kualitas pelayanan publik (yang

mengetahui persis masalah yang menyangkut kepentingan publik adalah publik

itu sendiri).

Mekanisme yang inklusif dan partisipatoris tersebut salah satunya dapat dilakukan

dengan melakukan desentralisasi kepada unit-unit pemerintahan yang lebih kecil

dalam lingkup daerah (Norton, 1994, dalam Muluk, 2008).

Desentralisasi merupakan proses transfer otoritas dan kewenangan

perencanaan, manajemen, dan pengambilan keputusan dari pengendali organisasi

di tingkat atas kepada tingkat yang ada di bawahnya (Saltman, dalam Wilopo,

2007). Pentingnya pelaksanaan desentralisasi program kependudukan adalah

meningkatkan responsibilitas/daya tanggap atas perubahan lingkungan penduduk

untuk mendapatkan hak dasaranya seperti pangan, kesehatan, keamanan, jaminan

akses pendidikan dan lain-lain.

Undang-undang Nomor 42 tahun 2009 tentang Perkembangan

Kependudukan dan Pembangunan Keluarga sudah diundangkan sejak empat tahun

lalu. Namun demikian, peraturan pendukung pelaksanaan UU belum juga hadir.

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


180
Akibatnya, pelaksanaan program terhambat di sana-sini. Padahal, seperangkat

aturan pendukung tersebut sejatinya sudah ada selambatnya satu tahun setelah UU

keluar. Merujuk pada substansi UU, peraturan perundangan itu meliputi peraturan

pemerintah (PP), peraturan presiden (Perpres), peraturan menteri (Permen) atau

peraturan kepala Lembaga Pemerintahan Nonkementerian, peraturan daerah

(Perda) provinsi, dan Perda Kota atau kota. Dari sederet peraturan yang

disyaratkan, sampai saat ini baru terbit satu Perpres Nomor 62 tahun 2010 tentang

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Perpres

tersebut ditindaklanjuti dengan Peraturan Kepala BKKBN Nomor 72, 82, dan 92.

Padahal, UU 42/2009 secara tegas memberi perintah kepada pemerintah

daerah untuk mengambil peran yang strategis dalam program Kependudukan dan

Keluarga Berencana. Salah satu poin penting dalam perintah tersebut antara lain

pemerintah daerah membentuk Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana

Daerah (BKKBD) yang ikut bertanggung jawab bersama-sama dengan pemerintah

pusat dalam program kependudukan dan pembangunan keluarga.

Secara umum pemerintah daerah berkewajiban mengurus bidang-bidang di

bawah ini.

1. Pendidikan;

2. Kesehatan;

3. Pekerjaan Umum;

4. Perumahan;

5. Penataan Ruang;

6. Perencanaan Pembangunan;

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


181
7. Perhubungan;

8. Lingkungan Hidup;

9. Pertanahan;

10. Kependudukan Dan Catatan Sipil;

11. Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak;

12. Keluarga Berencana Dan Keluarga Sejahtera;

13. Sosial;

14. Ketenagakerjaan Dan Ketransmigrasian;

15. Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah;

16. Penanaman Modal;

17. Kebudayaan Dan Pariwisata;

18. Kepemudaan Dan Olah Raga;

19. Kesatuan Bangsa Dan Politik Dalam Negeri;

20. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah,

Perangkat Daerah, Kepegawaian, Dan Persandian;

21. Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa;

22. Statistik;

23. Kearsipan;

24. Perpustakaan;

25. Komunikasi Dan Informatika;

26. Pertanian Dan Ketahanan Pangan;

27. Kehutanan;

28. Energi Dan Sumber Daya Mineral;

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


182
29. Kelautan Dan Perikanan;

30. Perdagangan; Dan

31. Perindustrian.

Dari 31 urusan tersebut, Peraturan Pemerintah nomor 38 tahun 2007

menentukan urusan wajib. Yakni, urusan pemerintahan yang wajib

diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah

Kota/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar. Urusan wajib tersebut terdiri atas:

1. Pendidikan;

2. Kesehatan;

3. Lingkungan Hidup;

4. Pekerjaan Umum;

5. Penataan Ruang;

6. Perencanaan Pembangunan;

7. Perumahan;

8. Kepemudaan Dan Olahraga;

9. Penanaman Modal;

10. Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah;

11. Kependudukan dan Catatan Sipil;

12. Ketenagakerjaan;

13. Ketahanan Pangan;

14. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak;

15. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera;

16. Perhubungan;

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


183
17. Komunikasi dan Informatika;

18. Pertanahan;

19. Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri;

20. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah,

Perangkat Daerah, Kepegawaian, dan Persandian;

21. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa;

22. Sosial;

23. Kebudayaan;

24. Statistik;

25. Kearsipan; Dan

26. Perpustakaan.

Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 1940 tentang

Pembentukan Kota Bandung di Provinsi Jawa Barat bagi pemerintah Daerah Kota

Bandung untuk melaksanakan kegiatan pembangunan sebagaimana dijelaskan

dalam Undang-undang nomor 32 tahun 2004 yang dirubah menjadi Undang-

undang Nomor 12 tahun 2008 tentang pemerintah daerah, bahwa setiap daerah

harus menjalankan sebagai berikut :

1. Perencanaan Dan Pengendalian Pembangunan

2. Perencanaan, Pemanfaatan, Dan Pengawasan Tata Ruang;

3. Penyelenggaraan Ketertiban Umum Dan Ketentraman Masyarakat;

4. Penyediaan Sarana Dan Prasarana Umum;

5. Penanganan Bidang Kesehatan;

6. Penyelenggaraan Pendidikan;

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


184
7. Penanggulangan Masalah Sosial;

8. Pelayanan Bidang Ketenagakerjaan;

9. Fasilitasi Pembangunan Koperasi, Usaha Kecil Dan Menengah;

10. Pengendalian Lingkungan Hidup;

11. Pelayanan Pertanahan;

12. Pelayanan Kependudukan Dan Pencatatan Sipil;

13. Pelayanan Administrasi Umum Pemerintahan;

14. Pelayanan Administrasi Penanaman Modal;

15. Penyelenggaraan Pelayanan Dasar Lainnya; Dan

16. Urusan Wajib Lainnya Yang Diamanatkan Oleh Peraturan Perundang-

undangan.

Atas tugas tersebut maka pemerintah daerah Kota Bandung selayaknya

dapat menjalankan kependudukan dalam paradigma pembangunan komprehensif

sebagai berikut :

1. Membangun komitmen di kalangan pelaku pembangunan agar menerima dan

menerapkan paradigma kependudukan sebagai titik sentral kegiatan

pembangunan.

2. Koordinasi antar OPD dan fasilitator dalam pengintegrasian kebijakan

kependudukan ke dalam pembangunan sosial budaya, ekonomi, dan

lingkungan hidup.

3. Menjamin terwujudnya penduduk tumbuh seimbang dengan menetapkan

target dan waktu.

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


185
4. Memfasilitasi keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat agar

senantiasa terlindung dan semakin berdaya sehingga ketahanan dan

kesejahterannya meningkat dari waktu ke waktu.

Berdasarkan ilustrasi di atas maka roadmap kependudukan disusun

sebagai suatu kegiatan integratif yang melibatkan multisektoral untuk

mewujudkan penduduk yang berkeadilan. Sektor-sektor penting dalam

mewujudkan keselarasan penduduk adalah kesehatan, pendidikan, pangan,

pertanian, ketenagakerjaan, ekonomi perdagangan dan lingkungan hidup serta

usaha mikro untuk saling berkontribusi mewujudkan kepuasan harmonis

pemanfaat pembangunan, oleh karena itu dalam pembanguna harus menempatkan

penduduk sebagai obyek sekaligus pelaku setiap sektor pebangunan. Penyusunan

roadmap kependudukan inteegratif ini memerlukan analisis terlebih dahulu agar

masing-masing sektor dapat berperan dalam koordinasi yang rapih dimana

penduduk sebagai titik sentralnya.

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


186
5.2 Analisa Matrik Konteks Sebagai Dasar Penyusunan Roadmap Pembangunan Kependudukan di Kota Bandung

Tabel 5. 1 Aspek Pengendalian Kuantitas Penduduk di Kota Bandung (Jumlah, LPP dan Kepadatan)

No Kondisi
Analisis Kondisi Kondisi Ideal Solusi
Obyektif
1. Kota Bandung Jumlah penduduk Kota. Bandung terbanyak (2,49 Penduduk yang tinggal di Kota 1. Peningkatan kuantitas
merupakan juta jiwa) kedua dibandingkan 26 Kota/kota di Jawa Bandung memiliki persebaran dan layanan umum, pendidikan,
wilayah dengan Barat. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan kuantitas yang terkendali, jumlah kesehatan dan ekonomi
jumlah penduduk dengan jumlah penduduk tertinggi kedua di Jawa penduduk yang tinggi apabila disesuaikan agar tidak
yang sangat Barat yakni Kota Bandung 2.49 juta jiwa. angka ini diberdayakan kekuatannya maka mengalami problem sosial
tinggi. menempatkan Kota Bandung sebagai wiayah menjadi modal sosial dalam 2. Peningkatan kapasitas data
dengan penduduk tinggi ke sebelas di tingkat pembangunan daerah. mobilitas penduduk, data
nasional. kelahiran dan kematian IA
3. Implementasi Undang-
undang Perkawinan dan
Keluarga Berencana
2. Laju Pertumbuhan Laju pertumbuhan penduduk di Kota Bandung Laju Pertumbuhan Penduduk 1. Updating data
Penduduk di atas sangat tinggi disebabkan oleh beberapa faktor, disesuaikan atau dibawah 0.29 pertambahan penduduk
rata-rata nasional antara lain natalitas yang tinggi, in migrasi yang secara komprehensif
yakni (0.29) tinggi dan emigrasi yang rendah. Pertambahan 2. Penurunan LPP menjadi
penduduk di masing-masing kecamatan sangat 0.24 secara bertahap

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


187
bervariasi. Wilayah yang memiliki LPP di atas 0.29 dengan membuat regulasi
antara lain Kecamatan Bandungkulon, Babakan yang efektif dalam
Ciparay, Bojongloa kaler, Andir , Astana Anyar dan mengendalikan in migrasi
Kiaracondong dan menekan angka
kelahiran kelahiran
(natality)
3. Berdasarkan Wilayah padat penduduk melahirkan problem 1. Persebaran penduduk 1. Perbaikan perencanaan
kepadatan kependudukan yang tinggi, baik aspek lingkungan merata tata ruang dan wilayah
penduduk, hidup, kesehatan lingkungan makro dan mikro, 2. Penduduk Kota Bandung 2. Sebaran penduduk
wilayah gangguan psikososial dan lain-lain. harus sesuai dg luas wilayah disesuaikan dengan daya
Bojongloa Kaler 3. Zonasi sektor-sektor tampung dan ketersediaan
Andir khusus , zona pemerintahan, daya dukung (air, lahan,
Sukajadi industri, perdagangan, kesempatan kerja)
Batununggal pemukiman 3. Pengendalian
termasuk warning kepadatan penduduk
habitat III dengan penerapan aturan
zonasi hunian
baru ,pemerintahan, rumah
tinggal, perkampungan dan
industri
4. Laju orang datang 1. Kondisi geografis, perkembangan Peningkatan potensi ekonomi, 1. Penertiban KK

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


188
(migrasi) infrastruktur aksesibilitas dan ekonomi Buffer kesehatan dan pendidikan di
penduduk di Kota zone ekonomi dan perdagangan bagi Ibu Kota kota/Kota masing-masing sehingga 2. Membentuk pusat
Bandung masih DKI Jakarta laju in migrasi menurun pertumbuhan ekonomi baru
tinggi dan massif 2. Bandung adalah tempat yang layak untuk di wilayah luar (contoh
tempat tinggal bagi warga yang bekerja di luar Kota Cimahi, Kabupaten
Kota. Bandung Bandung, Bandungbarat,
3. Migrasi warga sekitar Kota Bandung Sumedang dan garut)
3. Kerjasama lintas daerah
Kota Bandung dengan
Kota sekiarnya dalam data
kependudukan
4. Penduduk migran Modus in migrasi penduduk tertumpuk di beberapa Laju masuknya orang ke wilayah 1. Wilayah ditutup untuk
yang bekerja di kecamatan , antara lain Kecamatan Andir, Bandung dikendalikan dengan sector property dan
luar Kota Astanaanyar, Bojongloa Kaler dan Babakan regulasi seperti penyebaran pabrik, perumahan, Bojongloa
Bandung Bandung. Kondisi ini terjadi karena beberapa perbaikan RTRW, daya dukung Kaler Andir, Sukajadi
khususnya sekitar faktor, antara lain : lahan sawah untuk kebutuhan Batununggal
Kota bandung 1. Kebijakan industrialisasi belum pangan, dan sektor perumahan serta 2. hal ini dilakukan agar
banyak bermigrasi mempertimbangkan wilayah kosong, tempat tinggal investor membangun
menjadi penduduk 2. RTRW yang dibangun perlu dievaluasi untuk property dan perumahan ke
Kota Bandung pengembangan rencana induk investasi di wilayah dalam dan selatan
kecamatan-kecamatan rendah penduduk dengan 3. Pembuatan pabrik baru

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


189
wilayah luas (dalam regulasi industri)
3. Kebijakan sector properti dan perumahan belum diarahkan ke wilayah timur
mempertimbangkan lahan produktif untuk dan kabupaten sekitar
pertanian tanaman pangan Bandung
4. Distribusi pabrik tidak merata 4. Restorasi rencana induk
Keempat faktor di atas menjadi pemicu penanaman investasi
masuknya orang ke wilayah Kota Bandung daerah Kota Bandung
dengan modus yang tidak merata. 5. Moratorium perumahan
baru, industry baru dan
diiringi dengan perluasan
industrialisasi di
Kecamatan yang
kepadatanya rendah, yaitu
wilayah Timur
6. Jumlah Penduduk Enam wilayah memiliki jumlah penduduk yang Penduduk dengan laju natalitas 1. Mendekatkan pelayanan
yang tinggi berada tinggi, disebabkan sebagai berikut : tinggi menjadi prioritas program, publik kepada pengguna
di enam a. Kecamatan Bojongloa kaler, Regol dan antara lain : layanan publik dengan sifat
kecamatan, Bandung wetan, in migrasi nya sangat tinggi, 1. Clustering kampung KB interaktif khususnya dalam
terbesar berturut- padahal wilayah ini memiliki natality termasuk 2. Jumlah tempat layanan KB layanan KB,
turut di katagori rendah 3. Penyuluhan pola participatory 2. Distribusi pelayanan
Kecamatan b. Kecamatan Sukajadi, wilayah ini termasuk program KB untuk

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


190
Bandungkulon, warning population, karena migrasi dan 4. Alat Kontrasepsi Gratis dan memperkecil kesenjangan
Babakan Ciparay, natalitas tinggi, bahkan laju natalitas di wilayah disesuaikan dengan keinginan akses publik,
Bojongloa kaler, ini melebihi laju penduduknya masyarakat 3. Penggerakkan dalam upaya
Andir , Astana c. Wilayah Bojongloa Kaler , merupakan daerah menciptakan demand
Anyar dan dengan jumlah penduduk paling padat, terhadap program kb, yang
Kiaracondong walaupun emigrasinya tinggi namun jumlah in disesuaikan dengan kondisi
migrasi juga tinggi dengan natalitas sangat kesejarahan, kultur, dan
tinggi melabihi laju penduduknya geografis setempat;
4. Penyelenggaraan program
KB yang inklusif dan
melibatkan banyak aktor
(sektor).
4. Perbaikan alur birokrasi
sehingga mudah dan cepat
dalam pengambilan
keputusan dan
mempermudah dalam
manajemen supervisi dan
informasi.

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


191
Tabel 5. 2 Aspek Pengendalian Kuantitas Penduduk (Aspek pengendalian kelahiran/ Natality)

No Kondisi Obyektif Analisis Kondisi Kondisi Ideal Solusi


1. Total Fertility Rate masih tinggi, TFR di Kota Bandung masih tinggi Untuk mencapai kondisi Jumlah Peserta KB
yakni 2,1. Artinya setiap wanita disebabkan penduduk tumbuh seimbang ditingkatkan mencapai 90%,
usia subur melahirkan 2,1 anak. 1. Target Peserta KB belum (PTS), diharapkan angka TFR
1. Restorasi komunikasi
Di sisi lain angka kelahiran kasar tercapai menjadi 1,9 pada tahun 2034
pemerintah dengan
(CBR) juga di atas 24,00 2. Jumlah peserta KB laki-laki dan angka NRR sebesar 0,9
masyarakat tentang KB
masih rendah . dampaknya adalah Penduduk PUS di Kota Bandung
2. Membangun sinergitas
jumlah kelahiran mencapai 26 merupakan peserta aktif
kampung KB dengan
kelahiran per 1000 penduduk. program KB, dengan layanan
kekuatan social dan
3. Pembinaan PUS belum mencapai masyarakat yang disubsidi,
ekonomi masyarakat
target komunikatif dan menjadi bagian
4. Pernikahan dini masih tinggi dari program pokok 3. Wilayah prioritas
5. Kesadaran umum masyarakat kependudukan kebijakan yang ketat
tentang KB tentang KB adalah seluruh
wilayah di Kecamatan-
kecamatan Kota Bandung

2 Capaian Peserta KB Baru (PB) di Capaian peserta KB baru di beberapa 1. Pemahaman masyarakat 1. SDM PLKB diperkuat dan
Kota Bandung hanya 36,48 kecamatan mengalami kendala, data tinggi tentang alkon dalam ditambah, khususnya

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


192
persen pada Juli 2019. Perkiraan menunjukkan terdapat angka PPM menjaga inerval kelahiran pemahaman tentang alkon
permintaan masyarakat (PPM) (perkiraan permintan masyarakat) 2. Sosialisasi, penyebaran modern melalui promosi
sebanyak 69.8 persen namun dan capaian yang tidak seimbang, hal alkon terjadwal, kontinyu dan eduksi masyarakat
pencapaianya hanya 24.4 persen, ini disebabkan oleh dan sesuai kapasitas 2. Subsidi alkon MKJP
artinya ada 44.32 persen yang 1. Persepsi masyarakat ttg kelahiran modern
tersisa. alkon yang membuat kegemukan, 3. Setiap kecamatan 3. Kualitas alkon diperbaiki
kekurusan dan lain-lain mencapai PPM yang
2. Sosialisasi tidak tepat seimbang
sasaran,
3. Intensitas dan distibusi alkon
ke daerah TFR perlu dievaluasi
4. SDM KB untuk
responsibilitas masyarakat
terhadap program KB masih
rendah
4 PB yang seharusnya diberi 1. Peran informed consent yang 1. Pengguna alkon MKJP 1. Pelayanan konsultasi
Informed Consent: berupa MOP, tidak melanjutkan bimbingan meningkat online
MOW , IUD, Implant , dan pasca diseminasi informasi KB 2. Obyek layanan KB 2. Metode penyuluhan
Suntikan berada di bawah rata- sehingga pemahaman petugas harus mendapatkan informed disesuaikan kondisi
rata Jawa Barat, capaian Kota masih rendah consent agar obyek paham milenial.
Bandung hanya 64.98 persen , 2. Intensitas dan frekuensi dalam memutuskan untuk 3. Penguatan kapasitas

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


193
sedangkan pada level provinsi tenaga lapangan dalam informed ikut KB PLKB (personal dan
mencapai 60.17 persen. Hal ini consent serta pemahaman petugas 3. Intensitas dan frekuensi kelembagaan)
menempatkan Kota Bandung tentang hal tersebut masih perlu tenaga lapangan dalam 4. kewajiban petugas
pada urutan ke 9 di Provinsi ditingkatkan informed consent serta dalam informed consent
Jawa Barat pemahaman petugas tentang sebelum penyuluhan
hal tersebut terukur secara 5. Pemerataan alkon
kualitas dan kuantitas MKJP
4 Terdapat Kecamatan-kecamatan 1. Biaya KB masih tinggi 1. Biaya KB disubsidi oleh 1. Subsidi alkon KB
yang tingkat partisipasi dan 2. Jangkauan faskes KB masih perlu pemerintah 2. Penyuluhan berkala
keikutsertaan dalam KB masih ditingkatkan 2. Jangkauan faskes KB masih dengan metode milenial
sangat rendah seperti Kecamatan 3. Jumlah Kader Posyandu perlu ditingkatkan di setiap 3. Rekruitmen kader
Cinambo, Sumur Bandung dan mengalami stagnasi seiring Desa dan Kelurahan Posyandu ditingkatkan
Bandung wetan. Hal ini dengan pertumbuhan penduduk 3. Jumlah Kader Posyandu dengan pembentukkan
menyebabkan angka kelahiran ditingkatkan seiring dengan kampung KB di setiap
bayi cukup tinggi di Kota pertumbuhan penduduk desa dan kelurahan
Bandung.
6 Peserta KB aktif 312,979 orang 1. Kontribusi peserta baru KB 1. Peserta KB aktif diarahkan 1. Subsidi alkon KB untuk
di Kota. Bandung kurang terhadap peserta aktif hanya -4.42 ke MKJP mencapai 80 MKJP
terforkus pada MKJP, prosentase persen (Juli 2019) persen 2. Program penguatan
peserta MKJP hanya 23.06 2. Jumlah BKB mencapai 80 persen 2. Jumlah kelompok Binaan kelembagaan untuk
persen sedangkan non MKJP tapi julahnya hanya 111 dan meningkat 76 persen BKB, BKR dan UPPKS

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


194
76.94 persen keluarga (PUS) yang menjadi khususnya BKB, BKR dan serta BKL dengan
sasaran BKB hanya 22,9 persen, UPPKS anggaran dan
BKR hanya 7,31 persen keterlibatan multipihak

Tabel 5. 3 Aspek Kuntitas Penduduk di Kota Bandung (Aspek Mortality)

No Kondisi Obyektif Analisis Kondisi Kondisi Ideal Solusi


1. Angka kematian Kematian penduduk di Kota Bandung Angka kematian penduduk lebih 1. Perbaikan data kematian
penduduk sudah Disebabkan Karena faktor penyakit, usia tua, terkendali (di bawah 9). Oleh karena penduduk dengan
terkendali, Angka dan accident. Untuk mengatasi penyakit maka itu diperlukan data kematian dan mengintegrasikan pada data
kematian kasar (CDR) di perlu dibangun pola hidup sehat, untuk penyebab kematian perlu dilengkapi kependudukan yang lebih
Kota Bandung adalah di meningkatkan kualitas penduduk lanjut usia untuk membuat program komprehensif.
atas 9, artinya dari setiap maka perlu dilakukan pelayanan lansia yang pengendalian penyakit, penanganan 2. Membangun program
1000 orang penduduk maksimal dan untuk menghindari accident lansia dan aturan yang memberi kesehatan lansia
terdapat kematian maka perlu dibuat peraturan yang kenyamanan penduduk terhindar dari 3. Membuat aturan kesehatan
sebanyak 9 orang meminimalisir terjadinya kecelakaan di dunia kecelakaan lalu lintas, kecelakaan lingkungan yang lebih ketat
kerja, jalan raya dan kenyamanan rumah kerja dan aspek rumah tangga 4. Meningkatkan peran hukum
tangga/lingkungan untuk memberi kenyamanan
pada dunia kerja, lalu lintas dan
rumah tangga
5.

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


195
2. Angka kematian bayi Kesehatan bayi dalam kandungan dipengaruhi 1. IMR Angka kematian bayi 1. Penyuluhan perbaikan usia
(IMR) di Kota Bandung oleh kesehatan lingkungan uterus ibu dan menurun dibawah 3 nikah, kampanye kerugian
adalah 41.42, artinya pada asupan gizi ibu hamil yang efektif digunakan 2. Rata-rata nikah pertama nikah usia dini dan peningkatan
setiap kelahiran 1000 bayi untuk janin. perempuan 20 tahun dan laki-laki kualitas hidup rumah tangga/
,terdapat bayi meninggal Kesehatan kandungan dipengaruhi oleh usia 24 tahun pasutri
sebanyak 4 orang, artinya ibu hamil, Rata-rata nikah pertama masih 3. Gizi ibu hamil tercukupi (protein, 2. Meningkatkan peran PKH
di atas rata-rata provinsi rendah, perempuan 18, 74 tahun dan laki-laki lemak, vitamin dan mineral) bagi (program keluarga harapan)
23,11 tahun, hal ini berpengaruh terhadap perkembangan janin dalam kea rah perbaikan gizi, kualitas
kondisi anatomis uterus. Sedangkan asupan kandungan kesehatan dan pola hidup sehat
gizi janin dipengaruhi oleh gizi yang bagi wanita hamil.
dikonsumsi oleh ibu hamil. 3. Meningkatkan peran
Angka kematian bayi (IMR) akan menurun POLINDES, bidan desa dan
dari sekitar 26 kematian per 1000 kelahiran pos pelayanan kesehatan dalam
pada kurun waktu 2010 – 2014 menjadi sekitar mengintervensi ibu hamil
20 kematian per 1000 kelahiran pada periode secara intensif dan
tahun 2030 – 2034. Angka kematian anak juga komunikatif.
diharapkan menurun secara konsisten dari
sekitar 40.42 per 1000 kelahiran pada kurun
waktu 2010 – 2014 menjadi sekitar 13 per
1000 kelahiran pada periode 2030 – 2034.

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


196
3. Angka kematian Ibu KOTA BANDUNG masih mengalami problem (1) Penurunan angka kematian Ibu (1) Kesamaan hak reproduksi
Hamil, angka kematian besar dalam menangani hal ini, kondisi ini Hamil; pasangan suami istri (Pasutri);
Ibu Melahirkan; angka dilihat dari beberapa infrasruktur kesehatan (2) Penurunan angka kematian Ibu (2) keseimbangan Akses dan
kematian pasca yang belum memadai, jumlah tenaga medis Melahirkan; Kualitas KIE dan pelayanan;
melahirkan; dan angka dan kualitasnya serta pelayanan kesehatan (3) Penurunan angka kematian pasca (3) Pencegahan dan pengurangan
kematian Bayi dan Anak yang stagnan. Kondisi ini akan mempengaruhi melahirkan; dan resiko kesakitan dan kematian;
angka berbagai kematian. (4) Penurunan angka kematian Bayi dan
dan Anak. (4) Partisipasi aktif keluarga dan
masyarakat.

Tabel 5. 4 Aspek Kualitas Penduduk di Kota Bandung (Aspek Kesehatan)

No Kondisi Obyektif Analisis Kondisi Kondisi Ideal Solusi


1. Rumah Sakit di Bandung Jumlah Rumah Sakit Kota di Bandung hanya 4 Jumlah Rumah Sakit di Kota 1. Penambahan kapasitas
secara kuantitas buah dengan fasilitas yang kurang memadai. Bandung perlu di tambah baik ruangan dan infrastruktur lain
mengalami stagnasi, Jumlah fasilitas RS yang rendah ini tidak unitnya, ruangannya, tenaga di dua rumah sakit yang sudah
artinya penambahan sebanding dengan penambahan penduduk yang medisnya ada
penduduk yang tinggi tajam. hal ini dapat mempengaruhi angka 2. Pendirian rumah sakit baru di
tidak diimbangi dengan kualitas kesehatan masyarakat, peningkatan wilayah selatan Kota
jumlah rumah sakit yang kematian penduduk dan kualitas layanan Bandung, misalnya dengan
memadai. meningkatkan kualitas

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


197
Puskesmas menjadi RSUD.
3. Penambahan tenaga medis,
khususnnya dokter psesialis
dan bidan di RSUD
4. Membuat solusi strategis
BPJS di RSUD
2. Dinamika Angka harapan Angka harapan hidup waktu lahir (life Pada periode tahun 2020 – 2024 Perbaikan, peningkatan kapasitas,
hidup expectancy at birth) meningkat. Pada tahun diperkirakan angka harapan hidup kelembagaan dan fasilitasi pada
2010 – 2014 diharapkan angka harapan hidup 71,1 tahun (angka harapan hidup fasilitas kesehatan yang ada.
mencapai 77,2 tahun (angka harapan hidup laki-laki sebesar 69,1 tahun
laki-laki 73,1 tahun sedangkan perempuan 76,3 sedangkan perempuan 73,2 tahun).
tahun). Kemudian pada periode tahun 2030 –
2034, angka harapan hidup mencapai
76,2 tahun dimana angka harapan
hidup untuk laki-laki sebesar 73,8
tahun sedangkan untuk perempuan
sebesar 74,6 tahun
3. Fasilitas Kesehatan seperti Tahun 2016 mempunyai 122 Puskesmas yang Jumlah Faskes ideal berdasarkan Jumlah Puskesmas ditambah di
Puskesma, Klinik terdiri dari UPT puskesmas sebanyak 7 dan kepadatan penduduk sebagai berikut : wilayah padat penduduk Setiap
kesehatan dan Poskesdes Fungsional puskesmas 73 buah. Puskesmas 1. Jumlah Puskesmas ditambah puskesmas dilengkapi dokter
masih stagnan. Jumlah menjadi 24 unit agar mencapai

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


198
Puskesmas tidak terakreditasi jumlah ideal yaitu 1: 30.000 umum dan dokter gigi
sebanding dengan 6 puskesmas, jumlah puskesmas Dengan 2. Perluasan kapasitas RS
kepadatan penduduknya. Tempat Perawatan (DTP) 3. Peningkatan Status Puskesmas di
Sampai tahun 2014 dan Puskesmas Pelayanan emergensi obstetrik wilayah selatan menjadi RSUD
seluruh Puskesmas d Kota dan Neonatal Dasar (Poned) 4.
Bandung tidak dilengkapi sebanyak 33 puskesmas.
dengan tenaga Dokter Ratio Puskesmas terhadap jumlah penduduk di
spesialis, dan Dokter gigi. Kota Bandung pada
Tahun 2016 adalah 1 : 48,321, yang artinya 1
puskesmas melayani 48.000
penduduk,
4. Tahun 2016 sebanyak Posyandu merupakan ujung tombak Kader posyandu ditiap desa 1. Membangun kelembagaan
1983 posyandu dengan monitoring kesehatan ibu dan anak. Kesadaran selayaknya diperkuat dengan Posyandu yang bersinergis
kader aktif 14.048 kader. ibu hamil dan menyusui ke posyandu semakin peningkatan kapasitas kelembagaan. dengan PKH dan Dana Desa.
Rasio kader per posyandu meningkat, hal ini dilihat dari tingkat Audit kader posyandu dilakukan 2. Peningkatan kapasitas
8.6 berarti rata-rata setiap partisipasi masyarakat dalam mengakses secara sinergis dengan kegiatan PKH Posyandu meliputi
posyandu mempunyai posyandu. Pada titik-titik tertentu, posyandu agar dapat disusun kebutuhan pemambahan kader ditiap
kader 9 orang. mengalami discommunication. Kondisi ini perluasan Posyandu baik dari aspek kelurahan, membangun pola
menyebabkan jumlah posyandu dititik tersebut kader, fasilitas, dan aksesibilitas. komunikasi Posyandu dengan
tidak aktif, sementara dititik padat penduduk masyarakat.
yang lain posyandu perlu ditambah.

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


199
3. Meningkatkan kapasitas
kelembagaan melalui
peningkatan infra struktur dan
implementasi IT untuk
meningkatkan komunikasi
Posyandu yang lebih efektif.
4 Fasilitas kesehatan di Jumlah Poskesdes di Kota Bandung Tahun Jumlah Poskesdes selayaknya 418 1. Pembangunan Poskesdes di 141
desa-desa masih 2016 pencapaianya Sebesar 0 unit poskesdes. buah dengan tenaga kesehatan yang kelurahan,
mengalami kekurangan, Kondisi ini masih sangat kurang apabila dilihat standby setiap waktu. 2. Peningkatan layanan dengan
hal ini menjadi penyebab dari jumlah penduduk dan persebaran desanya. Informasi kesehatan dibangun secara menambah tenaga medis yang
beberapa kematian ibu, terpadu dengan instansi kesehatan di standby setiap hari
anak dan umur tertentu tingkat yang lebih tinggi 3. membangun instalasi jaringan
tidak terpantau dengan informasi data kesehatan
baik secara terpadu lintas instansi
kesehatan
6 Jumlah Polindes dan Pada Tahun 2016 jumlah Polindes sebanyak 0 Polindes di tiap desa bersinergis Pembangunan Polindes
Bidan Desa telah buah. Dari kelurahan 141 dengan Poskesdes, hal ini dilakukan terintegrasi dengan Poskesdes dan
mencukupi kebutuhan terdapat 444 bidan di kelurahan dari seluruh dengan cara menambah fasilitas Posbidu Lansia serta jaringan
masyarakat, namun kasus bidan sebanyak 910 orang. tenaga medis, bangunan dan layanan infiormasi data terpadu.
penyakit dan kematian ibu Terdapat 1,148 posbindu yang tersebar di 40 informasi.
dan anak masih cukup

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


200
tinggi kecamatan.
7 Tenaga kesehatan di setiap Tahun 2016 sebesar 19,39 artinya di setiap Tenaga medis disesuaikan dengan
Puskesmas Kota Bandung Puskesmas di Kota Bandung sudah tersedia jumlah penduduk (1:2400) untuk
masih kurang apabila sejumlah 19 orang tenaga kesehatan. Keadaan dokter, dan medis lainnya
dibandingkan dengan ini masih dibawah standar DSP (Daftar
jumlah penduduk yang Susunan Pegawai) yaitu sebesar 23
harus dilayani orang/puskesmas untuk daerah pedesaan.
8 Indikator Kinerja Utama Rasio Puskesmas, poliklinik, pustu, persatuan Rasio Faskes, persatuan Penduduk
Kesehatan pada beberapa Penduduk : 1 : 14.363 (target 1: 9.247). Rasio rumah sakit
rasio faskes belum Rasio rumah sakit persatuan penduduk: 1: persatuan penduduk (target
terpenuhi. 206.940 1:194.419)
Rasio dokter persatuan penduduk : Rasio dokter persatuan penduduk :
(target 1:3.788)
1: 3.869 Rasio tenaga medis persatuan
Rasio tenaga medis persatuan
Penduduk : 1: 3.342
Penduduk : (target 1: 2.476)

Tabel 5. 5 Aspek Kualitas Penduduk di Kota Bandung (Aspek Ekonomi Ketenagakerjaan)

No Kondisi Obyektif Analisis Kondisi Kondisi Ideal Solusi


1. Nilai partisipasi angkatan Penduduk usia di atas 14 tahun yang bekerja 1. Peningkatan rasio bekerja formal 1. Pada sektor pertanian perlu
kerja di Kota Bandung sebanyak 2.341 jiwa atau 90.44 persen dari dalam sektor pertanian dan sektor diversifikasi usaha tani
pada tahun 2018 angkatan kerja sebanyak 2.600.000 terbagi lainnya. melalui integrasi pertanian-

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


201
mengalami penurunan. menjadi pekerja formal dan informal. . 2. Peningkatan kuantitas lulusan peternakan sehingga jam
Kondisi ini ironis dengan Sedangkan jumlah penduduk usia produktif SMA ke atas agar serapan kerja petani meningkat dalam
proporsi penduduk usia (20-64 tahun) adalah 3.284.474 jiwa atau industry bagi penduduk Kota setiap tahunnya.
produktif yang tinggi. 48.18 persen penduduk. Bandung meningkat. 2. Pada pekerjaan sektor lainnya
Melihat data penduduk yang bekerja informal 3. Pengendalian arus emigrasi dalam perlu diinventarisir untuk
mencapai 1.234 ribu lebih menunjukkan sektor tenaga kerja industry. mendapatkan skala usaha pada
penyerapan tenaga kerja di Kota Bandung setiap jenis usaha yang
perlu diperbaki, mengingat wilayah ini adalah menyerap tenaga kerja.
pusat industrialisasi di Jawa Barat. 3. Peningkatan kelembagan
pendidikan SMA terbuka dan
atau Paket C untuk
memperluas akses pendidikan.
4. Memperluas infrastruktur dan
aksesibilitas lembaga
sertifikasi kerja baik yang
diselenggarakan oleh
pemerintah ataupun swasta.
5. Pemerintah secara intensif
harus aktif menjalin
korespondensi dengan indistri
di luar Kota Bandung dan

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


202
secara berkala melakukan
program pameran kerja yang
menyajikan lowongan-
lowongan di luar Bandung.
6. Introduksi keterampilan
barang dan jasa yang
diperlukan dalam mendukung
pariwisata Kota Bandung
sehingga tercipta
wirausahawan baru yang
bersinergis dengan
perkembangan pariwisata di
Kota Bandung.
2. Tingkat partisipasi Banyaknya orang tidak bekerja (9.74 %) dari 1. Jumlah pengangguran menurun. 1. Pemerintah wajib
angkatan kerja cenderung jumlah angkatan kerja. Berdasarkan data 2. Penyerapan tenaga kerja lulusan menginisiasi dan
menurun pada tahun 2018 serapan tenaga kerja lulusan SMP dan SD SMA meningkat. mengintrmediasi kemitraan
yang tinggi dan lulusan SMA yang rendah 3. Usia perkawinan dibatasi industry dengan petani dalam
menunjukkan bahwa potensi pengangguran konsep agroindustry.
terdapat pada lulusan SMA yang tidak dapat 2. SMA dan SMK wajib
memasuki pekerjaan sektor industry. Hal ini membangun kemitraan
dapat dijelaskan bahwa penduduk usia dengan industry untuk

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


203
produktif yang bekerja lebih banyak disektor menjawab/memenuhi
informal, misalnya membantu orang tua kebutuhan tenaga kerja
bekerja di sawah/lading. lulusan SLTA yang berasal
dari Kota Bandung.
3. Memperketat batasan usia
nikah dan mengelola pasutri
nikah usia dini.
3. Rasio ketergantungan Berdasarkan nilai rasio ketergantungan 44.14 Rasio ketergantungan menurun 1. Membatasi kelahiran.
44.14, setiap 100 orang menunjukkan adanya beberapa kondisi, antara menjadi 36 2. Distribusi penduduk
usia produktif menanggung lain jumlah anak rata-rata 2,1 orang per PUS bergantung kearah
beban 49 orang usia muda masih termasuk kategori rendah. Nilai peningkatan tingkat
dan tua. ketergantungan problem besar di Kota pendidikan.
Bandung dalam mencukupi kebutuhan dasar 3. Transmigrasi profesional era
kependudukan. milenial (Revolusi Industri
4.0)
4. Rasio bekerja laki-laki Modus perempuan bekerja lebih tinggi dari Perempuan bekerja meningkat Pemberdayaan perempuan di
perempuan 1:1,3 laki-laki pada lulusan SMA dan PT dengan rasio 1:1,4 perdesaan kearah penciptaan
sumber ekonomi baru desa

Tabel 5. 6 Aspek Kualitas Penduduk di Kota Bandung (Aspek Pendidikan)

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


204
No Kondisi Obyektif Analisis Kondisi Kondisi Ideal Solusi
1. Rata-rata lama sekolah Rata-rata lama sekolah yang pendek menjadi Lama sekolah menjadi 12 tahun Akesibility pendidikan
sangat pendek (hanya 10,84 indicator rendahnya IPM untuk meningkat ditingkatkan
tahun) dari harapan 12,4 RLS maka perlu dibuka akses pendidikan
tahun non-reguler seperti Paket C dan SMA
terbuka.
2. Masyarakat tidak tamat sda
SMP masih tinggi
3. Masyarakat tidak Sda
melanjutkan SMA masih
tinggi
4. Serapan lulusan SMA ke Faktor kompetensi lulusan, serapan lulusan Kemitraan pendidikan-industri
sektor industry cukup tinggi SMA dan SMK harus bersaing dengan dan kewirausahaan
tetapi lulusan SMA banyak wilayah lain yang berebut pekerjaan di Pendidikan vokasi
yang tidak bekerja wilayah Kota Bandung Sertifikasi ketrampilan pasca
sekolah kejuruan

Tabel 5. 7 Aspek Kewilayahan di Kota Bandung

No Kondisi Obyektif Analisis Kondisi Kondisi Ideal Solusi


1. Terdapat wilayah dengan Kepadatan penduduk di atas habitat III Jumlah Penduduk di ataur dalam Membuat Moratorium
kepadatan penduduk di atas akan menyebabkan problem social, perumahan, pemukiman dan

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


205
ambang batas habiyay III ekonomi, pangan dan kesehatan lingkungan 1000 orang /KM2 property rumah tinggal dan
pabrik.
Wilayah moratorium adalah
seluruhwilayah kecuali Gedebage
dan Ujungberung
2. Jumlah Pabrik terkonsentrasi Kondisi ini menyebabkan arus penduduk Pabrik terdistribusi dengan baik Menyebarkan pabrik ke wilayah
pada daerah tertentu yang menyebabkan kepadatan meningkat kosong

Tabel 5. 8 Aspek Pangan Penduduk di Kota Bandung

No Kondisi Obyektif Analisis Kondisi Kondisi Ideal Solusi


1. Kebutuhan beras tercukupi Kekurangan beras disebabkan dua faktor Harga beras terjangkau dan distribusi Menciptakan pertanian ramah
hanya 0.43 % khusunya di 1. Ketidakmampuan wilayah dalam efektif padat penduduk
wilayah padat penduduk dan memproduksi beras akibat lahan kering, Moratorium alih fungsi lahan
wilayah selatan. tegalan atau penyusutan lahan basah basah
akibat alih fungsi lahan Peningkatan ekonomi dan subsidi
2. Faktor daya beli masyarakat yang pemerintah untuk harga beras
rendah Jamian pembelian gabah petani

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


206
5.3 Roadmap Kegiatan Pembangunan Kependudukan

5.3.1 Pengendalian Kuantitas Penduduk

Tabel 5. 9 Pengendalian Kuantitas Penduduk di Kota Bandung


Indikator Capaian Indikator Capaian Prakiraan
Subyek Yang dibangun Kegiatan Yang dilakukan Pihak Yang Kegiatan Kegiatan Anggaran
Terlibat Akhir tahun 2024 Akhir tahun 2034 pertahun
(x 1000)
1. Peningkatan kuantitas layanan 1. Secara umum telah Multipihak 1. Tercapainya 1. Penurunan angka Sesuai dengan
umum, pendidikan, kesehatan dituangkan dalam RPJMD RPJMD 2024 kematian IA, dan RAPBD tiap
dan ekonomi disesuaikan agar Kota Bandung dengan Jumlah UT, indikator tahun
tidak mengalami problem Penduduk Yang ninerja kesehatan
sosial sesuai yang meningkat

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


207
2. Peningkatan kapasitas data Pendataan Hilir dari berbagai Multipihak Data Komprehensif --idem-- Sesuai dengan
mobilitas penduduk, data lembaga (Dinas Kesehatan, dinamis dan RAPBD tiap
kelahiran dan kematian IA Ketahanan Pangan, Pertanian, akseleratif tahun
PPKB, Kependudukan dan
Immigrasi
3. Implementasi Undang-undang Koordinasi Kemenag RI Multipihak Kesadaran menunda Usia perkawinan di Sesuai dengan
Perkawinan dan Keluarga dengan Pemda Bandung usia perkawinan atas UU Perkawinan RAPBD tiap
Berencana dengan pendidikan tahun
4. Updating data pertambahan Membuat Program Aplikasi OPD Informasi dan 1. Kartu kendali Laju Pertumbuhan Rp 1.000.000,0
penduduk secara Data Informasi Kelahiran dari Komunikasi, OPD kelahiran di Penduduk
komprehensif kartu kendali kelahiran ke Kependudukan, OPD tingkat KK disesuaikan atau
Polindes (faskes paling Kesehatan, BKKBD, (PUS) terup date dibawah 0.47
bawah), Catatan sipil, Rumah LSM, Legislatif sampai ke Dinas
sakit, Desa, Puskesmas yang PPKB.
terpusat pada satu terminal 2. Laju
data natality dan KB, Pertumbuhan

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


208
terintegrasi GO, NGo dan Penduduk
LSM lainnya disesuaikan atau
dibawah 1,1

5. Penurunan LPP menjadi 0.24 Menyusun Perda/Perbub Integrasi OPD Tersusun Perda / Pengaturan migrasi Sesuai Peraturan
tahun 2024 menjadi 0.24 tentang in-migrasi, Perindustrian, Pergub tentang penduduk dan Perundangan
secara bertahap dengan menyangkut kewilayahan, Kependudukan regulasi in tatanan industry
membuat regulasi yang efektif cluster migrasi dan restorasi PPKB, Legislatif dan migrasi , ramah
dalam mengendalikan in kawasan industry LSM kewilayahan dan kependudukan dan
migrasi dan kelahiran restorasi kawasan kewilayahan secara
(natality) industry, disiplin
pemerintahan,
hunian baru
perkampungan
6. Proteksi wilayah Habitat III, Sesuai Peraturan
a. Perbaikan perencanaan tata a. Menyusun Perda/Perbub Multipihak a.Terbentuk a. Seluruh Perundangan
ruang dan wilayah Sebaran Pencemaran air, udara, Perda/Perbub Kecamatan di
penduduk disesuaikan tanah , Pencegahan Pencemaran air, Kota. Bandung
dengan daya tampung dan Bencana Alam akibat udara, tanah , bebas bahaya
ketersediaan daya dukung habitat III Pencegahan Habitat III
(air, lahan, kesempatan Bencana Alam

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


209
kerja) , akibat habitat III
b. Pengendalian kepadatan b. Peningkatan
penduduk dengan b. Program implementasi GO dan Swasta Investasi industry
penerapan aturan zonasi Perda/Pergub dengan dan perdagangan b.Persebaran
kesesuaian daya dukung membuat peta zonasi yang yang terintegrasi penduduk dengan
wilayah seperti tersosialisasi dengan pihak dengan zonasi kualitas baik dan
pemerintahan, rumah swasta kesesuaian daya seimbang dengan
tinggal, perkampungan dan dukung wilayah daya dukungnya
industrialisasi
c. Moratorium perumahan c. --sda--
baru, industry baru dan c. Moratorium di Kecamatan PemKota Bandung
diiringi dengan perluasan seluruh Kota Bandung c. -- sda --
industrialisasi di
kecamatan yang
kepadatanya rendah
7. Kerjasama lintas daerah Kota Membangun jaringan sistem OPD Kependudukan Data Migrasi ---idem-- Rp 4.000.000,-
Bandung dengan Kota alur migrasi penduduk, Kota. Bandung Penduduk terup date
sekitarnya dalam data menertibkan Kartu Keluarga dengan OPD setiap saat
kependudukan Kependudukan Prov
Jawa Barat,
Sumedang, Garut,

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


210
Bandung Barat,
bandung dan kota
Cimahi dan OPD
Kependudukan Jawa
Tengah
8. Peningkatan laju emigrasi 1. Program transmigrasi 1. OPD Laju emigrasi Laju emigrasi Rp 2.400.000,0
bagi warga Kota Bandung dibangun melalui sinergitas Kependudukan meningkat 10% meningkat 40%
melalui program transmigrasi dengan perusahaan 2. OPD Pendidikan melalui program melalui program
terpadu profesional kemitraan dan pimpinan 3. Bappeda Kota transmigrasi dan 20 transmigrasi
daerah di wilayah kosong Bandung % meningkat melalui profesional dan 20
penduduk di Jawa Barat 4. OPD Perindustrian program translokasi % meningkat melalui
atau luar pulau Jawa . 5. OPD Tenagakerja program translokasi
2. Menyiapkan generasi 6. Lembaga
terampil dalam berbagai sertifikasi profesi
bidang untuk mengisi dan ketrampilan
kekosongan SDM di khusus
wilayah lain.
3. Transmigrasi Profesional
dibangun dengan mencetak
ketrampilan atau
kompetensi profesi yang

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


211
tersertifikasi bagi
penduduk calon angkatan
kerja

9. TFR menjadi 2,1 pada tahun Peningkatan Jumlah Peserta a. OPD TFR menjadi 2,1 TFR menjadi 2,0 Rp 200.000,-
2023 dan angka NRR sebesar KB mencapai 90%, kegiatan Kependudukan pada tahun 2024 dan dengan angka NRR
0,9 dalam rangka menutupi ini dilakukan dengan cara : b. OPD Kesehatan angka NRR sebesar 0,9
peserta KB di tahun 2017 a. Restorasi komunikasi c. PPKB 0,9
sebanyak 389844 PUSyang pemerintah dengan d. LSM
tidak tercapai (64,78%) masyarakat tentang KB e. OPD Pemdes
b. Membangun sinergitas f. Pemdes
kampung KB dengan
kekuatan social dan
ekonomi masyarakat
c. Wilayah prioritas
kebijakan yang ketat
tentang KB di daerah
padat penduduk
10. Pengendalian natalitas di Clustering kampung KB di a. OPD Total Fertlity Rate Total Fertlity Rate Rp 400.000,0
wilayah cluster merah, antara wilayah prioritas (item 1) (TFR) = 2,2 (TFR) = 2,0

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


212
lain : Kecamatan Bojong dengan cara : Kependudukan anak per wanita usia anak per wanita usia
kaler, Andir dan Astana a. Penambahan dan b. OPD Kesehatan subur subur
Anyar serta Bojongloa kaler peningkatan kapasitas c. PPKB Net Reproduction Net Reproduction
tempat layanan KB d. LSM Rate (NRR) = 0.9 Rate (NRR) = 0.9
b. Penambahan Tenaga Crude Birth Rate Crude Birth Rate
medis (CBR) = 17,4 (CBR) = 17,0
c. Penguatan kelembagaan Kelahiran per 1000 Kelahiran per 1000
KB melalui Penyuluhan Penduduk Penduduk
pola participatory dan Contraceptive Contraceptive
terintegrasi dengan Prevalence Prevalence
kegiatan kemasyarakatan Rate(CPR) = Rate(CPR) =
d. Alat Kontrasepsi Gratis 94% 94%
dan disesuaikan dengan
keinginan masyarakat
e. Perbaikan alur birokrasi
pengambilan keputusan
dan manajemen supervisi
dan informasi.
11. Peningkatan capaian Peserta SDM PLKB diperkuat dan PPKB Jumlah PLKB Kompetensi PLKB Sesuai Peraturan
KB Baru (PB) di Kota ditambah, khususnya terpenuhi di 240 dalam jaringan perundangan
Bandung dann Perkiraan pemahaman tentang alkon Pokmas di semua

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


213
permintaan masyarakat (PPM) modern melalui promosi dan Desa/kelurahan desa
di semua kecamatan mencapai eduksi masyarakat
92 persen Subsidi alkon MKJP
modern berkualitas
12. PB diberi Informed Consent: Pelayanan konsultasi online PPKB a. Pengguna a. Pengguna Rp 400.000,-
berupa MOP, MOW , IUD, dengan Metode penyuluhan alkon MKJP 74 alkon MKJP 84
Implant , dan Suntikan dengan disesuaikan kondisi milenial. persen dengan persen dengan
capaian 94 persen Penguatan kapasitas PLKB informed informed
(personal dan kelembagaan) consent. consent.
melalui kewajiban petugas b. Intensitas b. Intensitas
dalam informed consent dan frekuensi dan frekuensi
sebelum penyuluhan tenaga lapangan tenaga lapangan
dalam informed dalam informed
consent 96 consent 96
persen persen
13. Penguatan Kelembagaan Program penguatan PPKB Peserta KB aktif Peserta KB aktif Rp 400.000,-
Pokmas berbasis Milenial kelembagaan untuk BKB, diarahkan ke MKJP diarahkan ke MKJP
dengan teknologi Rev. 4.0 BKR dan UPPKS serta BKL mencapai 80 persen mencapai 84 persen
dengan anggaran dan Jumlah kelompok Jumlah kelompok
keterlibatan multipihak Binaan Binaan
meningkat 76 meningkat 76

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


214
persen khususnya persen khususnya
BKB, BKR dan BKB, BKR dan
UPPKS UPPKS
14. Penyuluhan berkala dengan Pembuatan aplikasi untuk PPKB Peserta pengguna Peserta pengguna Rp 300.000,-
metode milenial dan 1. Penyuluhan aplikasi meliputi 40 aplikasi meliputi 64
Rekruitmen kader Posyandu 2. Buku petunjuk elektronik persen pengguna persen pengguna
ditingkatkan dengan 3. Layanan konsultasi android android
pembentukkan kampung KB 4. Sinergitas multi pihak
di setiap desa dan kelurahan 5. Dilengkapi dengan kuis
dan hadiah

a. Pengendalian Kuantitas Penduduk di Kota Bandung (Aspek Mortality)

Tabel 5. 10 Peningkatan Kualitas Penduduk Melalui Pengendalian Mortalitas Penduduk di Kota Bandung
Indikator Capaian Indikator Capaian Prakiraan
Subyek Yang dibangun Kegiatan Yang dilakukan Pihak Yang Terlibat Kegiatan Kegiatan Anggaran
Akhir tahun 2023 Akhir tahun 2034 (x 1000)
1. Pengendalian Angka 1. Perbaikan data kematian 1. OPD Kependudukan Angka kematian tidak
kematian penduduk (di penduduk dengan 2. OPD Kesehatan penduduk lebih terdeteksi
bawah 9). mengintegrasikan pada data 3. Bappeda Kota terkendali (di bawah 9).
2. Sinergitas dan integrasi kependudukan yang lebih Bandung Dengan indikator
data kematian dan

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


215
penyebab kematian komprehensif. 4. Polres Bandung sekunder antara lain
untuk membuat 2. Membangun program 5. LSM dan asosiasi a. penurunan angka
program pengendalian kesehatan lansia advokat kematian akibat
penyakit, penanganan 3. Membuat peraturan kasus metabolic
lansia dan regulasi kesehatan lingkungan yang pada Lansia
penurunan angka lebih ketat b. Indikator
kecelakaan lalu lintas, 4. peningkatan peran hukum pencemaran air, dan
kecelakaan kerja dan untuk kenyamanan pada udara menurun
kekerasan dalam rumah dunia kerja, lalu lintas dan c. angka kecelakaan
tangga kekerasan rumah tangga lalu lintas menurun
(advokasi, dan pelatihan) d. angka kecelakaan
kerja menurun
e. angka kekerasan
dalam rumah tangga
menurun
3. Penurunan angka 1. Penyuluhan perbaikan usia 1. OPD Kependudukan 1. IMR Angka Rp1.000.000
kematian bayi nikah, kampanye kerugian 2. OPD Kesehatan kematian bayi
4. Peningkatan usia nikah usia dini dan 3. Bappeda KOTA menurun dibawah 3
perkawinan peningkatan kualitas hidup BANDUNG 2. Rata-rata nikah
5. Membangun sinergitas rumah tangga/ pasutri 4. Dinas Ketahanan pertama perempuan
pemerintah daerah 2. Peningkatan peran PKH 20 tahun dan laki-

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


216
KOTA BANDUNG (program keluarga harapan) Pangan laki 24 tahun
dengan kegiatan PKH kearah perbaikan gizi, 5. LSM dan asosiasi 3. Gizi ibu hamil
untuk meningkatkan kualitas kesehatan dan pola profesi kesehatan tercukupi (protein,
kualitas data dan peran hidup sehat bagi wanita lemak, vitamin dan
bersama dalam hamil. mineral) bagi
peningkatan peran 3. Peningkatan peran perkembangan janin
POLINDES, POLINDES, bidan desa dan dalam kandungan
POSYANDU pos pelayanan kesehatan
dalam mengintervensi ibu
hamil secara intensif dan
komunikatif dengan
introduksi makanan
pendamping ibu hamil dan
bayi
6. Penurunan angka 1. Penyuluhan Rumah Tangga 1. OPD Kependudukan Data angka kematian Ibu Rp200.000,0
kematian Ibu Hamil, (Pasutri) tentang kesamaan 2. OPD Kesehatan Hamil, angka kematian
Penurunan angka hak reproduksi bagi 3. BKKBD Ibu Melahirkan,
kematian Ibu pasangan suami istri 4. LSM Penurunan angka
Melahirkan, Penurunan (Pasutri); 5. OPD Pemdes kematian pasca
angka kematian pasca 2. keseimbangan Akses dan 6. OPD Informasi dan melahirkan; dan angka
melahirkan; dan kematian Bayi dan Anak

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


217
Penurunan angka Kualitas KIE dan pelayanan; Komunikasi terintegrasi dengan data
kematian Bayi dan 3. Pencegahan dan 7. Pemdes dalam Program Aplikasi
Anak. pengurangan resiko Data Informasi
kesakitan dan kematian; dan Terintegrasi Kelahiran .
4. Partisipasi aktif keluarga
dan masyarakat dalam
kegiatan pembangunan
lingkungan

b. Pengendalian Kualitas Penduduk di Kota Bandung (Aspek Kesehatan)

Tabel 5. 11 Pengendalian Kualitas Penduduk di Kota Bandung (Aspek Kesehatan)


Pihak Yang Indikator Capaian Indikator Capaian Prakiraan
Subyek Yang dibangun Kegiatan Yang dilakukan Terlibat Kegiatan Kegiatan Anggaran
Akhir tahun 2023 Akhir tahun 2023 (x 1000)
1. Jumlah Rumah Sakit di 1. Penambahan kapasitas 1. Bappeda KOTA 1. Kapasitas Tampung 1. Kapasitas Rp24.000.000,0
Kota Bandung perlu di ruangan dan infrastruktur BANDUNG Rumah Sakit Tampung Rumah
tambah baik unitnya, lain di dua rumah sakit 2. OPD Kesehatan meningkat 30% Sakit meningkat
ruangannya, tenaga yang sudah ada 3. OPD Pekerjaan 2. Terdapat RSUD baru 100%
medisnya 2. Pendirian rumah sakit Umum dengan meningkatkan 2. Indikator kinerja
baru di wilayah selatan status dan kualitas utama kesehatan
KOTA BANDUNG, Puskesmas menjadi terpenuhi 100 %

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


218
misalnya dengan RSUD.
meningkatkan kualitas 3. Tenaga Medis,
Puskesmas menjadi khususnya dokter dan
RSUD. bidan di RSUD
3. Penambahan tenaga meningkat 30%
medis, khususnnya dokter
psesialis dan bidan
2. Perbaikan angka harapan perbaikan fasilitas kesehatan OPD Kesehatan angka harapan hidup 71,1 angka harapan tidak terdeteksi
hidup (angka harapan hidup laki- hidup 73,1 (angka
laki sebesar 69,1 tahun harapan hidup laki-
sedangkan perempuan laki sebesar 72,1
73,2 tahun). perempuan 74,2
3. Peningkatan Tenaga Medis Pemenuhan Dokter dan OPD kesehatan 1. Puskesmas Poned di 1. Puskesmas Tidak terdeteksi
dan Faskes dokter gigi di seluruh 40 Puskesmas Poned di 100
Puskesmas, Penambahan 2. Seluruh Puskesmas Puskesmas
Puskesmas di wilayah memiliki dokter , 2. Seluruh
Lembang, Parongpong dan dokter gigi, bidan dan Puskesmas
Batujajar perawat yang sesuai memiliki dokter
dengan rasio , dokter gigi,
penduduk bidan dan
perawat yang

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


219
sesuai dengan
rasio penduduk
4. Penguatan Kelembagaan 1. Penambahan jumlah OPD Kesehatan 1. Jumlah Posyandu 1. Jumlah Rp 200.000,-
Posyandu Posyandu di kawasan Dinas Informasi 6.349 unit Posyandu
padat penduduk dan Komunikasi 0 2. Kader Posyandu 7.449 unit
2. Peningkatan kader meningkat 31 ribu 2. Kader Posyandu
Posyandu dan subsidi kader meningkat 60%
fasilitasnya 3. Aplikasi Android 3. Sinergitas
3. Membangun Program untuk rekam dan Posyandu,
aplikasi android untuk sharing data Posyandu Polindes dan
Posyandu agar terintegrasi dengan POKMAS
terintegrasi dengan Puskesmas se Kota
seluruh Posyandu dan Bandung
Puskesma se Kota.
Bandung
5. Perbaikan fasilitas Menyusun regulasi TPA, OPD Kesehatan bebas dari limbah rumah tidak terdeteksi
lingkungan hidup Sampah Rumah Tangga dan dan Pekerjaan tangga, TPA yang
limbah industri Umum representative dan
lingkungan udara yang
sehat

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


220
6. Pembangunan Poskesdes Persebaran tenaga medis OPD Kesehatan Integrasi data dan layanan Rp 1000.000,-
di 334 desa, dengan untuk mencapai 1:2.400 di tingkat desa
Peningkatan layanan penduduk melalui Poskesdes
dengan menambah tenaga yang terintegradi dengan
medis yang standby setiap Polindes, Pobides, Posyandu
hari serta terbangun dan Pokmas
instalasi jaringan informasi
data kesehatan secara
terpadu lintas instansi
kesehatan

c. Aspek Kualitas Penduduk di Kota Bandung (Aspek Ekonomi Ketenagakerjaan)

Tabel 5. 12 Peningkatan Kualitas Penduduk Melalui Ekonomi Ketenagakerjaan di KOTA BANDUNG


Indikator Capaian Prakiraan
Subyek Yang dibangun Kegiatan Yang dilakukan Pihak Yang Terlibat Kegiatan Anggaran
Akhir tahun 2023 (x 1000)
1. Peningkatan status kerja 1. Diversifikasi pertanian- 1. OPD pertanian, Peningkatan status Rp1.000.000,0
informal menjadi formal pada peternakan-perikanan peternakan, perikanan tenaga kerja informa
tenagakerja pertanian, jasa dan 2. Membangun sinergitas 2. OPD Tenaga Kerja dan menjadi formal 30%
perdagangan BUMdes dengan kelompok Transmigrasi

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


221
tani, kelompok usaha dan 3. OPD Pemerintahan
perdagangan UMKM Desa
4. TA Kemendes
2. Membangun Kewirausahaan 1. Pelatihan kewirausahaan OPD Tenaga kerja dan 1. Peningkatan jumlah -
dan Pameran Lowongan Kerja berbasis kemitraan industri transmigrasi UKM yang berbasis
2. Mengadakan job fair untuk mitra industri
industri di luar Kota Bandung 2. Peningkatan migrasi
rutin setiap tahun sekali penduduk untuk
bekerja di luar
Bandung
3. Membangun kerja sama industri Menjalin kemitraan industri dan 1. Dinas Pendidikan dan Penyerapan tenaga kerja tidak terdefinisi
untuk penyerapan tenaga kerja Sekolah untuk penyerapan lulusan 2. Dinas Tenaga Kerja industri di Kota Bandung
lulusan SMA dan SMK di industri dan Transmigrasi meningkat 30%
4. Sertifikasi profesi atau keahlian Penguatan lembaga ketrampilan Lulusan SMK atau SMA Emigrasi penduduk usia Tdak terdeteksi
khusus yang dibutuhkan atau BLK tingkat Kota tersertifikat dan produktif meningkat 40
industry di dalam dan luar terintegrasi dengan lembaga terdistribusi di dunia persen dengan
negeri sertifikasi profesi keahlian khusus industry atau perdagangan penyerapan tenaga kerja
dalam dan luar negeri 100 persen
5. Menurunkan Rasio Program Membatasi kelahiran. OPD Pendidikan sda- TFR -
ketergantungan Distribusi penduduk OPD tenaga kerja
bergantung kearah

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


222
peningkatan prosentase
pendidikan.
6. Jumlah Penduduk bekerja laki- Penyebaran lulusan pada wilayah OPD Disnaker - -
laki lebih sedikit dari pada yang membutuhkan
perempuan pada lulusan SD
dan PT

d. Aspek Kualitas Penduduk di Kota Bandung (Aspek Pendidikan)

Tabel 5. 13 Peningkatan Kualitas Penduduk Melalui Pendidikan di Kota Bandung


Indikator Capaian Prakiraan
Subyek Yang dibangun Kegiatan Yang dilakukan Pihak Yang Terlibat Kegiatan Anggaran
Akhir tahun 2023 (x 1000)
1. Peningkatan lulusan SMP dan fasilitasi aksesibilitas SMP dan OPD Pendidikan Angka Lama Sekolah -
SMA untuk memperpanjang SMA Terbuka atau Paket C di meningkat menjadi 12
lama sekolah seluruh kecamatan tahun
2. Peningkatan serapan lulusan peningkatan kapasitasi OPD Pendidikan serapan lulusan SMA -
SMA ke perguruan tinggi negeri pembelajaran dengan kurikulum ke PTN meningkat
yang sudah ada 30%
3. Peningkatan kualitas lulusan 1. Perbaikan lembaga sertifikasi 1. Dinas Pendidikan 1. Lulusan SMK Rp 100.000,0
SMK untuk sertifikasi kerja profesi untuk lulusan SMK baik tersertifikasi

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


223
negeri atau swasta dan sehingga siap kerja
2. Peningkatan dan fasilitasi 2. Dinas Tenaga Kerja 2. Penyerapan kerja
program magang luar negeri dan Transmigrasi meningkat 40%

e. Aspek Kewilayahan di Kota Bandung

Tabel 5. 14 Peningkatan Kualitas Kewilayahan di Kota Bandung


Indikator Capaian Prakiraan
Subyek Yang dibangun Kegiatan Yang dilakukan Pihak Yang Terlibat Kegiatan Anggaran
Akhir tahun 2023 (x 1000)
1. Regulasi distribusi penduduk 1. Membuat Moratorium 1. Bappeda Jumlah Penduduk di -
perumahan, pemukiman , 2. OPD kependudukan ataur dalam 2000
property rumah tinggal dan orang /KM2
pabrik.
2. Wilayah moratorium adalah
seluruhwilayah kecuali
Kecamatan Gedebage dan
Ujungberung
2. Pabrik terdistribusi dengan baik Menyebarkan pabrik ke wilayah 1. Bappeda Perubahan RTRW untuk -
kosong 2. OPD kependudukan industri ke wilayah
3. OPD Pekerjaan dengan daya dukung
Umum memadai

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


224
4. OPD Kehutanan

f. Aspek Ketahanan Keluarga di Kota Bandung

Tabel 5. 15 Rantai Pasok Pangan Di Kota Bandung


Indikator Capaian Kegiatan Prakiraan
Subyek Yang dibangun Kegiatan Yang dilakukan Pihak Yang Terlibat Akhir tahun 2023 Anggaran
(x 1000)
1. Pangan dan pertanian 1. Menciptakan pertanian ramah padat 1. OPD Pertanian, 1. Kecukupan Pangan (beras) Rp1.000.000
penduduk Peternakan dan di atas 70%
2. Moratorium alih fungsi lahan basah Perkebunan 2. Pertanian kota.
3. Peningkatan ekonomi dan subsidi 2. OPD Kehutanan 3. Distribusi pangan efektif
pemerintah untuk harga beras 3. Dinas Pekerjaan 4. Terjalin kemitraan
4. Jamian pembelian gabah petani Umum pertanian-agroindusty
sesuai dengan kalkulasi budidaya
padi
5. Diversifikasi pertanian-peternakan-
perikanan untuk meningkatkan
status tenaga kerja dari formal
menjadi non formal

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


225
Tabel 5. 16 Penurunan Kriminalitas Di Kota Bandung
Indikator Capaian Prakiraan
Subyek Yang dibangun Kegiatan Yang dilakukan Pihak Yang Terlibat Kegiatan Anggaran
Akhir tahun 2023 (x 1000)
1. Penurunan gangguan 1. Program psikososial Multipihak Penurunan angka Tidak
psikososial sebagai dampak diimplementasikan dengan kriminalitas 99 % terdeteksi
dari padat penduduk, tidak ada melibatkan elemen masyarakat
ruang terbuka hijau, dan pemerintah
ketimpangan ekonomi dan 2. Regulasi ruang terbuka
sosial serta pengangguran hijau, ramah anak , luasan lahan
ideal.
3. Penambahan petugas
keamanan yang sinergis dengan
keterlibatan lembaga
keagamaan dalam mengatasi
kriminalitas
4. Penyuluhan pencegahan
tindak kriminal khususnya pada
usia anak-anak di tiap
kelurahan (kerjasama, polisi-
dinas sosial dan masyarakat)

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


226
5. Program hunian baru
vertikal yang terjangkau bagi
masyarakat bawah, dilengkapi
dengan fasilitas psikososial dan
Pendidikan karakter seperti
Madrasah, TPQ, Masjid ,
Kampung KB, PIKR dan rumah
ibadah lainnya secara sinergis
menumbuhkan keimanan,
ketaqwaan dan kesalehan sosial
termasuk toleransi dalam
bermasyarakat.
6. Pembangunan sentra usaha
baru di tiap wilayah sesuai
dengan potensinya yang dapat
menyerap tenaga kerja
2. Perbaikan lingkungan Penyuluhan lingkungan sehat Multipihak Desa Hijau, bersih dan sehat Tidak
pemukiman, kapasitas Kapasitas tampung rumah terdeteksi
tampung hunian, pengelolaan disesuaikan dengan penghuni
limbah, sanitasi dan drainase rumah , Pembangunan drainase,
pemukiman revitalisasi sungai dan

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


227
pengelolaan limbah rumah
tangga di tiap RT
3. Penurunan angka 1. Program penyuluhan dan Koordinasi lembaga Angka perceraian menurun Tidak
perceraian pemberdayaan RT Sakinah yang menangani 80 persen terdeteksi
multi pihak KUA, Dinas sosial, keluarga (KUA, Dinas
Dinas PP dan KB serta Pokmas sosial, P3APPKB
di tiap kelurahan
2. Implementasi UU Perkawinan
dalam program ketahanan
keluarga
3. Program pembagian Buku
Pembekalan Keluarga
4. Penurunan pernikahan usia Program PIKR, BKR, BKL, BKB P3APPKB Usia pernikahan meningkat Rp 200.000,-
dini (organisasi, kelembagaan,
pendanaan dan keterlibatan semua
unsur dalam pembinaan dan
advokasi 3 A
5. Penurunan kasusu Program koordinasi PTP2A , Polri P3APPKB
kekerasan terhadap perempuan dengan pokmas dalam pencegahan
dan anak tindak kekerasan Dalam bimbingan

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


228
ORTU-TOMAS-TOGA

Grand Design Pembangunan Kependudukan Kota Bandung 2019-2035


229

Anda mungkin juga menyukai