Puji dan syukur dipanjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
nikmat dan karuniaya kepada kita semua sehingga pada tahun ini dapat tersusun
mempengaruhi besaran dan kualitas layanan publik. Oleh karena itu pembangunan
desain kependudukan yang dapat dijadikan indikator berbagai layanan dan arah
berakhlak mulia, sehat, cerdas, nyaman dan unggul dalam memenuhi hak-hak
dasar hidup.
i
dengan daya dukung lahan mampu menciptakan lingkungan yang sehat lahir
batin. Lingkungan sehat dapat ditinjau dari tingkat kepadatan penduduk dan
dasar seperti pangan, akses kesehatan dan ruang terbuka bagi akses oksigen tanpa
pencemaran lingkungan.
informasi dasar tentang jumlah penduduk, laju pertumbuhan penduduk dan laju
integrasi pembangunan bersama sektor lain yang secara langsung atau tidak
keluarga dan lain-lain. Oleh karena itu, Grand design kependudukan Kota
ilmiah untuk tersusunnya grand design ini. Ucapan terima kasih diberikan kepada
Bappeda Kota Bandung, OPD Kota Bandung, BPS Kota Bandung dan Tim ahli
baik dari Universitas Padjadjaran maupun dari Koalisi Kependudukan Jawa Barat
ii
yang telah bersedia berdiskusi dalam forum FGD untuk menyusun roadmap
Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan demi
Bandung.
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iv
DAFTAR GAMBARxi
BAB I PENDAHULUAN 1
1.5 Tujuan 10
1.6 Sasaran 11
iv
2.6 Data dan Informasi Kepedudukan 72
v
4.7 Kebijakan Pembiayaan 171
vi
DAFTAR TABEL
vii
Tabel 3.13 Jumlah Kasus Kekerasan pada Anak dan Perempuan di Kota Bandung
Tahun 2017-2018..............................................................................117
Tabel 3.14 Penduduk Kota Bandung Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan
2015-2018.........................................................................................121
Tabel 3.15 Penduduk Kota Bandung Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut
Golongan Umur dan Kegiatan Seminggu yang Lalu 2018...............125
Tabel 3.16 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan
Pekerjaan Utama 2015-2018.............................................................126
Tabel 3.17 Penduduk Kota Bandung yang Bekerja Menurut Kelompok Sektor,
2014 – 2018.......................................................................................127
Tabel 3.18 Penduduk Kota Bandung Berumur 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja
Selama Seminggu Yang Lalu Menurut Status Pekerjaan Utama Tahun
2018...................................................................................................128
Tabel 3.19 ASNMR Penduduk Kota Bandung....................................................133
Tabel 3.20 Dependency ratio dan AKH...............................................................134
Tabel 3.21 Pertumbuhan Penduduk .…………………………………………. 137
Tabel 3.22 Proyeksi Komposisi Penduduk di Kota Bandung 2015, 2020, 2025 145
Tabel 4.1 Perbandingan LPE dan LPP Kota Bandung tahun 2006-2030 (persen)
...........................................................................................................154
Tabel 4.2 Proyeksi Penduduk menurut Usia Kota Bandung tahun 2030.............155
Tabel 4.3 Proyeksi Penduduk menurut Usia Kota Bandung tahun 2034.............156
Tabel 4.4 Roadmap Kondisi Kuantitas Kependudukan Yang Diinginkan..........158
Tabel 4.5 Kondisi Yang Diinginkan Akhir Roadmap menurut Indikator dan
Parameter Pengendalian Kuantitas Penduduk Kota Bandung 2010-
2030...................................................................................................158
Tabel 4.6 Roadmap Kondisi Kualitas Penduduk yang Diinginkan.....................159
Tabel 4.7 Perkiraan Rata-Rata Lama Bersekolah (MYoS)..................................160
Tabel 4.8 Scenario Asimtot APM........................................................................160
Tabel 4.9 Perkiraan Angka Harapan Hidup 2014-2034.......................................161
Tabel 4. 10 Kondisi Yang Diinginkan Akhir Roadmap menurut Indikator dan
Parameter Peningkatan Kualitas Penduduk Kota Bandung 2010-2034
viii
...........................................................................................................161
Tabel 4. 11 Roadmap Pembangunan Keluarga....................................................162
Tabel 4. 12 Kondisi Yang Diinginkan Akhir Roadmap Menurut Indikator dan
Parameter Pembangunan Keluarga Kota Bandung 2010-2034.........162
Tabel 4. 13 Roadmap Kondisi Penataan Persebaran dan Mobilitas Kependudukan
Yang Diinginkan Kota Bandung 2010-2030.....................................163
Tabel 4. 14 Road Map Pembangunan Kependudukan Kota Bandung.................164
Tabel 4. 15 Road Map Pembangunan Kependudukan Kota Bandung.................165
Tabel 4. 16 Roadmap Pembangunan Database Kependudukan...........................168
Tabel 4. 17 Kondisi Yang Diinginkan Akhir Roadmap Menurut Indikator dan
parameter Pembangunan Database Kependudukan Kota Bandung
2010-2034.........................................................................................169
Tabel 5. 1 Aspek Pengendalian Kuantitas Penduduk di Kota Bandung (Jumlah,
LPP dan Kepadatan)..........................................................................187
Tabel 5. 2 Aspek Pengendalian Kuantitas Penduduk (Aspek pengendalian
kelahiran/ Natality)............................................................................192
Tabel 5. 3 Aspek Kuntitas Penduduk di Kota Bandung (Aspek Mortality)........195
Tabel 5. 4 Aspek Kualitas Penduduk di Kota Bandung (Aspek Kesehatan).......197
Tabel 5. 5 Aspek Kualitas Penduduk di Kota Bandung (Aspek Ekonomi
Ketenagakerjaan)...............................................................................202
Tabel 5. 6 Aspek Kualitas Penduduk di Kota Bandung (Aspek Pendidikan)......205
Tabel 5. 7 Aspek Kewilayahan di Kota Bandung...............................................206
Tabel 5. 8 Aspek Pangan Penduduk di Kota Bandung........................................207
Tabel 5. 9 Pengendalian Kuantitas Penduduk di Kota Bandung........................208
Tabel 5. 10 Peningkatan Kualitas Penduduk Melalui Pengendalian Mortalitas
Penduduk di Kota Bandung..............................................................216
Tabel 5. 11 Pengendalian Kualitas Penduduk di Kota Bandung (Aspek Kesehatan)
...........................................................................................................219
Tabel 5. 12 Peningkatan Kualitas Penduduk Melalui Ekonomi Ketenagakerjaan di
KOTA BANDUNG...........................................................................222
ix
Tabel 5. 13 Peningkatan Kualitas Penduduk Melalui Pendidikan di Kota Bandung
...........................................................................................................224
Tabel 5. 14 Peningkatan Kualitas Kewilayahan di Kota Bandung....................225
Tabel 5. 15 Rantai Pasok Pangan Di Kota Bandung...........................................226
Tabel 5. 16 Penurunan Kriminalitas Di Kota Bandung.....................................227
DAFTAR GAMBAR
x
Gambar 2. 1 Bandung Tempo Dulu.......................................................................28
Gambar 2. 2 Peta Bandung Kota............................................................................29
Gambar 2. 3 Perkembangan Penduduk di Kota Bandung......................................34
Gambar 2. 4 Rasio Jenis Kelamin Tiap Kecamatan berdasarkan Diagram Jumlah
Penduduk Kota Bandung Tahun 2018................................................40
Gambar 2. 5 Piramida Penduduk di Kota Bandung...............................................41
Gambar 2. 6 Jumlah Penduduk Kota Bandung Berdasarkan Kelompok Usia
Produktif Tahun 2018.........................................................................43
Gambar 2. 7 Distribusi Kepadatan Penduduk Di Kota Bandung..........................45
Gambar 2. 8 Trend angka kelahiran Bayi di Kota Bandung..................................50
Gambar 2. 9 Peningkatan indeks kesehatan Kota Bandung...................................55
Gambar 2. 10 Akselerasi Berbagai Komponen IPM..............................................56
Gambar 2. 11 Prosentase Sektor Pekerjaan Dari Penduduk Bekerja.....................59
Gambar 2. 12 Jumlah Rumah sakit dan dokter di Kota Bandung..........................61
Gambar 2. 13 Keluarga Pra Sejahtera dan Sejahtera I Tahun 2016.......................64
Gambar 2. 14 Distribusi KK di Kota Bandung......................................................67
Gambar 2. 15 Data Distribusi Penduduk di Kota Bandung tahun 2016................68
Gambar 2. 16 Skema Alur Data Dan Informasi Kependudukan Terintegrasi.......79
Gambar 3. 1 Rasio Jenis Kelamin Menurut Kecamatan di Kota Bandung, 2018..82
Gambar 3. 2 Grafik Pertumbuhan Penduduk atas over density.............................85
Gambar 3. 3 Penduduk berdasarkan kelompok umur............................................87
Gambar 3. 4 Piramida Penduduk Kota Bandung...................................................87
Gambar 3. 5 Grafik Perkembangan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di
Kota Bandung......................................................................................93
Gambar 3. 6 Status PUS Kota Bandung 2019.......................................................97
Gambar 3. 7 Peserta KB Kota Bandung 2019.......................................................98
Gambar 3. 8 Rata-rata lama sekolah Kota Bandung............................................104
Gambar 3. 9 Rata-rata lama sekolah Provinsi Jawa Barat...................................105
Gambar 3. 10 Angka Partisipasi Kasar (APK) menurut Daerah Tempat Tinggal,
Kelompok Umur Pendidikan dan Jenis Kelamin di Kota Bandung,
xi
Tahun 2011-2017..............................................................................108
Gambar 3. 11 Penyebab Kematian Ibu Kota Bandung Tahun 2017...................110
Gambar 3. 12 Tren Migrasi di Kota Bandung Tahun 1980 – 2010.....................111
Gambar 3. 13 Gambar Tren Migrasi Risen Jawa Barat Tahun 1980 – 2010......113
Gambar 3. 14 Grafik Jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)
...........................................................................................................118
Gambar 3. 15 Persentase Penduduk Umur Produktif Menurut Kecamatan di Kota
Bandung 2018...................................................................................120
Gambar 3. 16 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kota Bandung................122
Gambar 3. 17 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 2015 – 2018.........................123
Gambar 3. 18 TFR Penduduk Jawa Barat............................................................132
Gambar 3. 19 Sebaran penduduk Jawa Barat tahun 1990, 2000 dan 2010.........139
Gambar 3. 20 Proyeksi Komposisi Penduduk di Kota Bandung 2010, 2020, 2025
...........................................................................................................145
xii
BAB I
PENDAHULUAN
yang terstruktur dalam unit-unit terkecil (rumah tangga) sampai unit komunitas
yang besar menempati wilayah tertentu dengan mengikuti aturan yang berlaku
dalam wilayah tersebut. Unit kecil dalam bentuk rumah tangga merupakan
zaman. Unit kecil dalam wilayah tertentu akan berhubungan secara social dengan
antar dan intra unit kecil tersebut sehingga terbangun sistem social. Menurut
Arifin, dkk (2018) bahwa orientasi social dalam bermasyarakat di suatu wilayah
Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di wilayah negara kesatuan
hak dan kewajiban sebagai warga negara. Setiap warga masyarakat di kota
Bandung memiliki peran yang sama dalam mewujudkan hak dan menjalankan
maka negara dibentuk untuk menjamin warganya memiliki pertahanan hidup dan
kebutuhan dasar manusia yang diatur oleh negara dalam bentuk perundangan.
masyarakat yang selaras dan keberlanjutan pada berbagai aspek. (sebagai bagian
dari tujuan akhir konsensus negara). Ilustrasi ini menggambarkan bahwa pelaku
teknologi dan seni. Atas dasar ini maka suatu pemerintahan (termasuk di tingkat
menghasilkan generasi yang kuat, berdaya juang tinggi dan mampu menjalin
keselarasan untuk mewujudkan hak manusia secara bersama tanpa ada manusia
yang memiliki daya dukung lebih dalam mencukupi kebutuhan hidup. Kondisi
perpindahan penduduk ke tempat tertentu akibat alih fungsi kawasan dan lain-lain.
sebagai pendiri (the founding father) pada era kolonial. Kota Bandung diresmikan
September 1810 oleh Gubernur Belanda (Mr. Daendels) dengan pusat kota di
kota yang massif membuat masyarakat dari berbagai penjuru datang ke kota ini
sebagai migran. Situasi ini mempercepat wilayah kota Bandung menjadi salah
manusia dapat melahirkan generasi yang kuat dan berdaya saing dalam
kesejahteraan yang berkeadilan, baik untuk masa sekarang maupun masa yang
akan datang. Manusia yang kuat (jasmaniah dan rohaniah) akan menciptakan
subyek pengelola yang arif, cerdas dan sehat dalam menggunakan sumberdaya
alam dan teknologi untuk pembangunan yang berorientasi pada masa depan
direkayasa secara arif agar tercipta pelaku pembangunan yang kuat dan cerdas.
manusia yang dapat memenuhi kebutuhan dasar dan pengembangan diri manusia
lahir dan batin. Hal ini sesuai dengan Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 pasal 28 bahwa setiap orang memiliki hak untuk hidup
sejahtera lahir batin, dengan mendapatkan hak yang sama untuk memperoleh
kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan.
Isu kependudukan adalah isu yang sangat strategis dan bersifat lintas
kependudukan itu sendiri akan dicapai, akan menjadi pekerjaan besar yang
nilai dan tujuan yang jelas, informasi yang terbuka dan saling terintegrasi dalam
desentralisasi berkoridor demokrasi civil society dalam model button up. Strategi
(lima) aspek pokok kependudukan, yakni (i) kuantitas penduduk, (ii) kualitas
penduduk, (iii) mobilitas (migrasi), (iv) dan Pembangunan keluarga (v), dan
sisi kuantitas penduduk Kota Bandung memiliki kepadatan yang sangat tinggi.
Penduduk Kota Bandung menurut BPS Kota Bandung berjumlah 2.490.622 jiwa
dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 0.37 persen pada tahun 2016,
Kematian dikendalikan oleh pola hidup sehat dan pelayanan kesehatan yang
menjadi sangat sulit untuk diantisipasi. Secara empiris dikatakan, salah satu
tingkat mobilitas penduduk. Dengan demikian, mobilitas adalah harga yang harus
di Kota Bandung hari ini dan kedepan salah satunya masalah in-migration.
Akselerasi pertumbuhan penduduk yang tinggi, terpicu oleh berbagai sebab dan
akibat yang pada gilirannya dapat mengusik beban pembangunan itu sendiri.
beberapa wilayah masih tinggi, usia perkawinan pertama masih rendah, MJP yang
harus ditingkatkan karena data keluarga pra sejahtera dan sejahtera masih tinggi.
penduduk yang tidak merata dan data kependudukan yang perlu direstorasi.
antara lain :
5679)
9. Peraturan Wali Kota Bandung Nomor 1388 tahun 2016 tentang Kedudukan,
susunan organisasi, tugas dan fungsi serta tata kerja Dinas Pengendalian
10. RPJMD Kota Bandung tahun 2018-2023 tentang Visi dan Misi Kota Bandung
penduduk dengan lingkungan hidup baik berupa daya dukung alam maupun daya
sejahtera.
sebagai berikut :
saing
Bersih
terintegrasi
bagi pembangunan
suatu desain yang dapat dijalankan oleh semua pihak secara sistematis dan
pusat pemerintahan Kota Bandung. Hal ini berimplikasi pada kemampuan daya
tampung dan daya dukung lingkungan, yang pada akhirnya suatu saat akan
social.
dukung alam dan daya tampung lingkungan serta suplay pangan melalui
mobilitas.
1.6 Sasaran
Sasaran dalam kajian ini adalah pemerintah kota Bandung, penduduk kota
3. Pembangunan Keluarga
1. Penduduk adalah Warga Negara Indonesia dan Warga Negara Asing yang
23 Tahun 2006).
3. Data kependudukan adalah data perorangan dan atau data agregat yang
antara jumlah penduduk yang lahir, mati dan pindah tempat tinggal
5. Kualitas Penduduk adalah kondisi penduduk dalam aspek fisik dan non
lingkungan hidup.
Di mana :
2. Kepadatan Penduduk
𝒓
Pt = 𝑷0 𝓮
Di mana :
4. Rasio Ketergantungan
jumlah usia 0-14 tahun 54 tahun. Rasio ketergantungan dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :
Di mana :
Data yang diperlukan untuk menghitung rasio jenis kelamin adalah jumlah
pada suatu tahun tertentu. Rasio jenis kelamin dapat dihitung dengan
kasar adalah jumllah perkawinan dalam satu tahun dan jumlah penduduk awal
tahun dan akhir yang sama. Angka perkawinan kasar dap at dihitung dengan
menggunakan rumus ;
Dimana :
K = konstatnta = 1000
K = konstanta 1000
= Angka perkawinan menurut kelompok umur (i) dan jenis kelamin (s)
= Jumlah perkawinan menurut kelompok umur (i) dan jenis kelamin (s)
= Jumlah penduduk menurut kelompok umur (i) dan jenis kelamin (s)
K = konstanta = 1000
Angka ini berguna untuk mengetahui gambaran sosiologis suatu daerah yang
berkaitan dengan tingkat perceraian. Angka perceraian kasar ini dapat dihitung
K = konstanta – 1000
Rasio anak dan perempuan adalah rasio antara jumlah anak dibawah lima
tahun di suatu tempat pada suatu waktu dengan penduduk usia 15-49 tahun.
Rasio ini untuk melihat tingkat fertilitas pada suatu wilayah dan rasio ini
berguna sebagai indicator fertilitas penduduk apabila tidak ada dat kelahiran
dan data registrasi. Untuk menghitung rasio anak dan perempuan digunakan
rumus :
K = Konstanta 100
dengan cara observasi, Focus Group Discussion, pengambilan data sekunder serta
Secara umum kegiatan ini meliputi tiga kegiatan besar yang terdiri atas:
1. Inventarisasi/Karakterisasi
penduduk yang tersebuar di Kota Bandung. Pada tahap ini dilakukan kegiatan
bagi kegiatan tahap pengembangan. Metode yang dapat digunakan dalam hal ini
untuk memanfaatkan potensi yang ada di Kota Bandung Provinsi Jawa Barat
secara berkelanjutan. Selain itu, studi pustaka, key informant interview dan FGD
serta observasi diperlukan untuk mendukung model. Pada tahap ini penerapan
e. Diseminasi kegiatan untuk mencari imbal balik dari desain yang telah
dan pelaporan. Selama proses tahapan dilakukan Focus Group Discussion (FGD)
berencana.
Konsep arah Kebijakan dan Pemahaman dan Pengetahuan Masyarakat Konservasi Ekologis dan
Proyeksi terhadap kependudukan Lingkungan Aktivitas berbasis
penduduk
Rekomendasi
b. Bulan kedua adalah pengumpulan data sekunder berupa FGD: desk study,
c. Bulan ketiga dan keempat adalah pengumpulan data primer dengan melakukan
d. Bulan kelima dan keenam adalah tahap pengolahan data primer dan sekunder
Jadwal pelaksanaan beserta waktu yang lebih rinci dapat dilihat pada tabel
berikut:
:
2. Konsultan 1. Yudi Suryadhi, MSi
:
3. Government 1. Sekda Kota Bandung
2. Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Dan
Anak,Pengendalian Penduduk Dan Keluarga
Berencana Kota Bandung
3. Stake holder vertical dan horizontal
Pelaksana Kegiatan : Koalisi Kependudukan Indonesia Jawa Barat
1. Data Kuantitas Kependudukan Kota Bandung
Obyek Kajian : 2. Data PPKB Kota Bandung
3. Data Kemiskinan
4. Menyusun aksi multi pihak yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten, koalisi
Kota Bandung merupakan wilayah legendaris yang dikenal dunia sejak pra
kolonial yaitu kerajaan Galuh Pakuan, Galuh Pasundan, Kerajan Pajajaran dan
demikian wilayah Bandung pada pra Kolonial tercatat sebagai kota kabupaten,
Adipati atau distrik dari dinamika kerajaan Parahyangan. Adipati yang terkenal
kota Bandung. Kota Bandung diresmikan sebagai ibu kota baru Kabupaten
Bandung dengan surat keputusan tanggal 25 September 1810 dengan pusat kota di
Residentsweg (sekarang Jalan Otto Iskandar Dinata tahun 1867 dan kantor
Residen Priangan dibangun di sisi timur Hotel Pos Road (Savoy Homan Hotel).
Perkembangan wilayah Bandung menjadi kota secara hukum adalah pada tahun
1906 dengan penetapan Kota Bandung dan resmi keluar dari Kabupaten Bandung.
masa itu membuat Kota Bandung menjadi ramai, penduduk dari luar Jawa Barat
Pada awal kemerdekaan, kota Bandung menjadi bagian penting dari perang
kemerdekaan, perang kota antara tentara Belanda dan pejuang menjadikan kota ini
pernah membara. Peristiwa ini dikenal dengan peristiwa Bandung Lautan Api.
dan kegiatan ekonomi industry mulai bergerak secara massif sampai sekarang. Hal
maka Kota Bandung menjadi wilayah yang sangat padat. Persawahan, pekarangan
Kota Bandung dikepalai oleh Wali Kota yang juga membawahi koordinasi
permukaan laut, titik tertinggi di daerah utara dengan ketinggian 1.050 meter
dan terendah di sebelah Selatan adalah setara 675 meter di atas permukaan
laut. Di wilayah Kota Bandung bagian Selatan permukaan tanah relatif datar,
analisis aspek geografis Kota Bandung memiliki luas wilayah 16.731 hektar
RW, dan 9.884 RT. Kecamatan yang terluas adalah Kecamatan Gedebage,
dengan luas wilayah 958 Hektar dan Kecamatan yang terkecil Kecamatan
Topografi
Ketinggian dari
Wilayah Geografis Datar Berbukit- Permukaan Laut
bukit
(1) (2) (3) (4)
01. Ujungberung 2 4 750 - 950
02. Cibeunying 1 4 800 - 1050
03. Bojonagara 2 2 735 - 820
04. Karees 4 0 600 - 850
05. Tegallega 3 2 600 - 700
06. Gedebage 5 0 540 - 650
Kota Bandung 17 13 791
Sumber: Pusat Statistik BPS Kota Bandung tahun 2018
umum merupakan dataran tinggi (ketinggian di atas 700 meter dpl) dengan
kondisi lahan datar sebesar 57 persen dan lahan pegunungan 43 persen. Ruang
datar berada di areal lembah cekungan raksasa yang berbatasan dengan kabupaten
Bandung dan Kota Bandung. Adapun areal tinggi berada di lereng dan puncak
Barat.
pertanian tanaman pangan. Hal ini dapat dilihat dari sejarah Kota Bandung pada
masa lalu dimana hampir semua wilayah datar merupakan lahan sawah yang subur
dengan irigasi yang bagus dan air mengalir sepanjang tahun. Iklim Kota Bandung
dipengaruhi oleh iklim pegunungan yang lembab dan sejuk. Pada tahun 2011
tahun 2011 sebes ar 381,5mm , sementara curah hujan terendah sebesar 3,1
mm. Namun seiring dengan perkembangan kota maka potensi geografis yang
layak utuk tanaman pangan beralih fungsi menjadi industry, manufaktur dan
pembangunan bangsa Indonesia. Salah satu bonus topografi adalah sejak masa
dan akseleratif di wilayah Kota Bandung. Pada saat ini Kota Bandung menjadi
wilayah kawasan perkantoran, industri dan perdagangan yang padat dan dinamis.
Kota Bandung.
beberapa etnis yang menjadi bagian dari warga Kota Bandung antara lain
masyarakat lokal yang berasal dari Sunda (Pasundan) dan etnis China, kemudian
masyarakat migran yang berasal dari Suku Jawa, Madura, Arab, dan lain-lain.
penduduk didefinisikan sebagai orang lokal dan pendatang yang bertempat tinggal
di wilayah tersebut untuk mendapatkan hak-hak yang sama sebagai warga bangsa.
tinggal, lingkungan sehat dan lain-lain yang dapat diakses oleh masyarakat.
selaras, aman dan memperoleh akses untuk pendidikan serta ibadah sesuai agama
dan kepercayaannya. Kedua kebutuhan tersebut perlu dirancang dari kondisi yang
jumlah penduduknya.
Jumlah penduduk Kota Bandung tahun 2017 terdiri dari 1.267.700 jiwa
Negeri dari proses e-KTP. Hasil pendataan pada tahun 2017 penduduk Kota
151 kelurahan, 1.583 RW, dan 9.884 RT. Jumlah penduduk terbesar ada di
kecamatan Bandung Kulon yaitu sebanyak 130.563 jiwa atau sekitar 5,45%
dari total penduduk Kota Bandung, sedangkan jumlah penduduk terkecil ada
meningkat selama dua belas tahun terakhir, walaupun pada tahun 2016 terjadi
ini.
populasi ini muncul karena adanya faktor utama populasi yaitu kelahiran,
(LPP) adalah sebesar 0,29 persen pertahun, di atas target yang ingin dicapai pada
target Nasional yaitu 1,1 persen. Adapun pergerakan laju pertumbuhan penduduk
Capaity) penduduk kota Bandung yang hanya mencapai 0,5 persen pertahun. Angka
penduduk di kota Bandung adalah daya tamping wilayah untuk perumahan, regulasi
kawasan pemukiman akibat kepadatan tinggi dan harga tanah untuk hunian yang
semakin mahal bagi pendatang bari (migrasi penduduk). Kesadaran tentang batasan
Gejala penurunan laju pertumbuhan penduduk dapat dilihat dari data tahun
Laju Pertumbuhan
NO NAMA KECAMATAN
Penduduk
1 SUKASARI 1.57%
2 COBLONG -0.21%
3 BABAKAN CIPARAY 1.25%
4 BOJONGLOA KALER -0.46%
5 ANDIR -3.00%
6 CICENDO 0.11%
7 SUKAJADI 0.28%
8 CIDADAP -0.33%
9 BANDUNG WETAN -3.22%
10 ASTANA ANYAR -0.30%
11 REGOL -1.92%
12 BATUNUNGGAL 0.37%
13 LENGKONG -0.51%
14 CIBEUNYING KIDUL 0.07%
15 BANDUNG KULON 0.07%
16 KIARACONDONG 0.49%
17 BOJONGLOA KIDUL 0.95%
18 CIBEUNYING KALER 0.58%
19 SUMUR BANDUNG 0.57%
20 ANTAPANI 1.25%
21 BANDUNG KIDUL 0.92%
22 BUAHBATU 1.13%
23 RANCASARI 0.97%
24 ARCAMANIK 1.75%
25 CIBIRU 1.40%
26 UJUNG BERUNG 1.28%
27 GEDEBAGE 1.22%
28 PANYILEUKAN 1.08%
29 CINAMBO 1.34%
30 MANDALAJATI 1.33%
TOTAL 0.29%
Sumber : Data BPS Kota Bandung diolah
berturut-turut yaitu Bandung Wetan, Andir, Regol, Lengkong, dan Bojong Kaler.
sebaran umur penduduk saat ini. Penyusunan data struktur populasi berdasarkan
dasar manusia yang mudah diakses seiring kebutuhan masyarakat sesuai distribusi
umurnya.
laki dan perempuan) pada distribusi umurnya dapat menggambarkan siklus hidup
memprediksi bonus demografi untuk menentukkan jenis dan pola lapangan kerja
berdasarkan jenis kelamin hampir seimbang. Rasio jenis kelamin pada data di atas
menunjukkan angka 1,024, namun demikian angka ini menjadi pijakan bahwa
keterlibatan perempuan dalam sector public harus diberikan ruang yang adil.
perempuan (sex ratio) adalah 102,44 pada tahun 2018, hal ini menunjukkan bahwa
setiap jumlah 100 perempuan terdapat sekitar 102 laki-laki. Sex ratio yang tinggi
terjadi kecamatan Bandung Kulon, Babakan Ciparay dan Bojongloa Kaler yang
juga atas kemampuan wilayah dalam menyediakan suplay umur produktif yang
dapat mengisi sector-sektor ekonomi. Suplay tersebut dapat dilihat dari struktur
Kecamatan Bandung Wetan, Rancasari, Astana Anyar dan Cinambo serta Regol.
membentuk piramida Gentong di mana saat ini telah terdapat modus jumlah
penduduk usia produktif tinggi dan usia akan produktif sangat tinggi. Secara
produktif, dan pada tahun 2019 – 2024 akan terjadi puncak bonus demografi.
Evaluasi terhadap bous demografi ditinjau dari serapan tenaga kerja, pendapatan
masyarkat dan IPM dalam arti luas. Komposisi piramida penduduk dalam
bagi Kota Bandung. Keuntungan yang diproleh dari tingginya usia produktif
adalah
berkontribusi positif terhadap devisa daerah dan nilai investasi daerah untuk
2. Jumlah usia produktif tinggi dengan tenaga kerja serta pendapatan yang
tanggungan penduduk.
3. Mobilitas penduduk akan meningkat sehingga suplai demand barang dan jasa
antar wilayah dan dalam wilayah tinggi, kondisi ini berpengaruh terhadap
Usia produktif tinggi juga mengandung resiko yang besar apabila terdapat
usia produktif di masa yang akan datang dapat menjadi asset sumberdaya
standar layanan publik yang perlu diterapkan seiring dengan bagaimana mengatur
kebutuhan dasar penduduk seperti kecukupan pangan, tempat tinggal dan rekreasi.
System.(GIS).
Kota Bandung termasuk dalam katagori sangat tinggi apabila dilihat dari luasan
kecamatannya. Kondisi ini tentunya akan diperparah dengan modus tiap kelurahan
untuk mengatasi permasalahan pokok akibat jumlah penduduk yang terlalu tinggi.
penduduknya dan indikator lingkungan lain yang secara langsung atau tidak
di Kota Bandung adalah 50,2 persen tanah di Kota Bandung digunakan sebagai
perumahan dan dari luas lahan perumahan dimiliki secara syah oleh penduduk
Luas
Nama Jumlah Kepadatan
No wilayah
kecamatan penduduk penduduk
(ha)
1 Sukasari 627 73,598 117
2 Coblong 735 110,578 150
3 Babakan ciparay 745 132,098 177
4 Bojongloa kaler 303 120,547 398
5 Andir 371 98,921 267
6 Cicendo 686 93,850 137
7 Sukajadi 430 99,280 231
8 Cidadap 611 51,922 85
9 Bandung wetan 339 29,961 88
10 Astana anyar 289 73,424 254
11 Regol 430 80,187 186
12 Batununggal 503 117,144 233
13 Lengkong 590 71,210 121
14 Cibeunying kidul 525 109,125 208
15 Bandung kulon 646 130,651 202
16 Kiaracondong 612 122,913 201
17 Bojongloa kidul 626 84,081 134
18 Cibeunying kaler 450 68,310 152
19 Sumur bandung 340 35,742 105
20 Antapani 379 74,934 198
21 Bandung kidul 606 57,433 95
22 Buahbatu 793 97,792 123
23 Rancasari 733 79,994 109
24 Arcamanik 587 71,909 123
25 Cibiru 632 71,183 113
26 Ujung berung 640 80,622 126
27 Gedebage 958 37,961 40
28 Panyileukan 510 37,806 74
29 Cinambo 368 24,192 66
30 Mandalajati 667 67,221 101
Total 16,731 2,404,589 144
adalah 1000 jiwa per km 2, hal ini dilakukan untuk mengurangi atau
memberikan dampak negatif bagi lingkungan fisik dan social. Dampak negatif
limbah dan sampah domestik, pencemaran udara dan tanah sangat tinggi
4. Pengendalian dan pencegahan Polusi air, udara dan tanah serta penyediaan
5. Dampak habitat III bagi penduduk yang sangat padat adalah langsung
sebagainya)
Dampak negatif dari aspek lingkungan social penduduk habitat III antara lain :
lainnya).
2. Aksesibilitas ruang terbuka hijau, arena bermain anak, sarana olah raga
dan peribadatan serta harmonisasi social sangat terbatas, kondisi ini dapat
apresiasi diri.
topografi wilayah yang relative tidak seragam seragam. Namun demikian terdapat
wilayah terjadi sejak wilayah ini menjadi basis industrialisasi Jawa Barat bahkan
nasional. Secara umum Tenaga kerja terampil dan setengah terampil dari luar
daerah biasanya direkrut oleh pihak industry, rekruitmen ini menjadikan kondisi
maka industrialisasi di wilayah ini justru akan menghasilkan orang datang yang
oleh jumlah penduduk dengan pasangan usia subur yang tinggi, tingkat partisipasi
Jumlah penduduk yang tinggi tidak selalu diiringi dengan natality yang
tinggi, pada wilayah industri justru jumlah penduduk tinggi memiliki natalitas
yang rendah, kondisi ini hampir di semua kecamatan. Dengan demikian dinamika
sangat tinggi dan in-migrasi tinggi berkontribusi terhadap jumlah penduduk yang
tinggi pula. Konsep regulasi dalam managemen natalitas dan immigrasi akan
manusia yang ada di suatu wilayah untuk dapat memenuhi hak-hak kemanusiaan
berkualitas.
kualitas penduduk, nilai ini dipengaruhi oleh kesehatan, pendidikan dan daya beli.
Nilai IPM ini berkorelasi positif dengan variabel pembangunan lainnya seperti
masa sekolah dan gini rasio dan lain-lain. Nilai IPM di Kota Bandung
Pada tahun 2017 IPM Kota Bandung naik 1,8 poin, yaitu 80,13 pada tahun
Hidup (UHH). Pada tahun 2017 usia harapan hidup penduduk Kota Bandung
mengalami peningkatan 0,03 persen dari usia harapan hidup tahun 2016 Dimensi
pendidikan diwakili oleh Harapan Lama Sekolah dan Rata-rata Lama Sekolah.
Harapan Lama Sekolah naik 0,01 tahun dari 13,89 tahun pada tahun 2016 menjadi
13,90 di tahun 2017. Rata-rata lama sekolah tahun 2017 mencapai 10,59 tahun
atau setara dengan kelas 10 SMU. Rata-rata lama sekolah mengalami peningkatan
0,09 persen jika dibandingkan tahun 2016. Dimensi standar hidup diwakili oleh
pengeluaran per kapita. Pengeluaran per kapita penduduk Kota Bandung tahun
2017 mencapai 15.805.000 rupiah. Pengeluaran per kapita tahun 2017 ini
Tahun IPM
2012 74,79
2013 75,17
2014 75,51
2015 76,01
2016 76,28
2017 76,86
Sumber : www.Bandungkota.bps.go.id
dari tahun ke tahun. Prestasi IPM Kota Bandung melebihi IPM Jawa Barat yakni
74,6 untuk tahun 2016. Kondisi ini diperoleh dari gambaran IPM umum atas nilai
daya beli, kesehatan dan pendidikan. Secara rinci dapat ditampilkan pada tabel
berikut ini .
tertinggi yang di raih Kota Bandung dalam membangun manusia adalah dari
seimbang.
stagnan, yakni indeks kesehatan. Nilai indeks kesehatan yang stagnasi ditunjukkan
fasilitas kesehatan dapat ditinjau dari aspek jumlah tenaga medis mulai dari
perawat, bidan, dokter umum, dokter spesialis dan fasilitas posyandu, puskesmas,
rumah bersalin dan rumah sakit. Walaupun nilai IPM bidang kesehatan
mengalami stagnasi, namun Kota Bandung memiliki prestasi luar biasa dari aspek
angka harapan hidup. Nilai rata-rata harapan hidup selalu meningkat setiap
sector lainnya, yaitu indek pendidikan dan ekonomi. ketiga nilai komponen IPM
tersebut belum seiring sejalan dengan peningkatan daya beli (ekonomi). Hal ini
depresiasi nilai rupiah, perkembangan nilai tukar dan inflasi global. Faktor-faktor
256.271 orang atau 43,61 persen penduduk berdasarkan pendataan keluarga tahun
2017. Kondisi ini menggambarkan beban tanggungan orang yang bekerja atas
orang yang tidak bekerja lebih baik dari target Jawa Barat. Orang yang tidak
bekerja terdiri dari anak-anak usia belum bekerja, orang yang tua (udzur) dan
produktif menanggung beban 56 orang usia muda dan tua. Sedangkan jumlah
penduduk usia produktif (20-64 tahun) adalah 365.961 jiwa atau 62,4 persen
2024 yang tinggi dan menjadi modus proporsi penduduk, kondisi ini
demografi yang cukup besar. Nilai bonus demografi yang besar menjadi modal
penting bagi Kota Bandung apabila dapat memanfaatkan bonus demografi secara
dilakukan dengan antisipasi secara cermat dan sistematis agar semua warga
Distribusi orang yang bekerja di Kota Bandung terdiri dari beberapa sektor
pekerjaan, antara lain pertanian sebesar 5.573 orang atau 2,17 persen. Kondisi
dimana wilayah Kota Bandung bukan wilayah berbasis pertanian seperti 20 tahun
dan perumahan sehingga jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian ini
disebabkan oleh faktor lahan pertanian yang menyempit, kondisi ini berkorelasi
Bandung.
Adapun orang yang bekerja pada sektor industri cukup tinggi yakni
89.435 orang atau 34,80 persen, kondisi ini menjadi perhatian serius bagi
disebabkan oleh penyerapan tenaga kerja di sektor ini masih belum maksimal,
artinya pemenuhan tenaga kerja industri di wilayah ini masih dipasok dari luar
76.830 orang atau 30 persen, sektor jasa 46.100 orang atau 17,9 persen dan
lainnya 39.148 orang atau 15,2 persen. Prosentase sektor pekerjaan masyarakat
distribusi yang tidak seimbang sebagai sebuah daerah industri. Penyerapan tenaga
jasa dan lainnya yang tinggi. Apabila melihat realitas komposisi lulusan SMP
yang masih tinggi maka sector jasa yang dijalankan masih belum menjadikan nilai
Industri di Kota Bandung telah menyerap tenaga kerja yang tinggi, yakni
tenaga kerja ini mengisi jumlah penduduk yang bekerja sebesar 257.105 jiwa
dibanding dengan tahun 2015 dan tahun 2016. Berdasarkan data BPS tahun 2017
bahwa pada tahun 2015 penyerapan tenaga kerja pertanian mencapai 29,8 persen
Jumlah perusahaan industri pada tahun 2016 terdiri dari industri besar
Bandung Selatan, yaitu 95 perusahaan (73,08 %). Sedangkan yang paling sedikit
Kota Bandung musnah. Problem yang muncul atas kondisi ini adalah tingkat
serapan tenaga kerja pertanian yang sedikit dengan lahan sempit dapat memicu
jasa. Sex ratio sebesar 101,66, artinya setiap terdapat 100 orang penduduk
perempuan, terdapat juga 101 orang penduduk laki-laki. Kondisi ini berpengaruh
bekeja menurut jenis kelamin menurut BPS Kota Bandung Tahun 2016 tidak
kesehatan di Kota Bandung dapat ditinjau dari aspek infrastruktur dan kualitas
jumlah tenaga medis dan lainnya. Fasilitas kesehatan terdiri dari rumah sakit,
puskesmas, klinik kesehatan, dan pustu. Tenaga medis terdiri dari dokter, bidan,
belum memadai. Jumlah rumah sakit milik pemerintah ada 2 (dua) buah dan
Tengah dan Bandung selatana untuk melayani penduduk sejumlah lebih dari
586.581 jiwa. Demikian juga jumlah tenaga medis dan fasilitas yang dimiliki oleh
dua rumah sakit tersebut. Kondisi yang sama juga terdapat pada fasilitas
Kota Bandung.
Ujung tombak kesehatan ibu dan anak di tingkat desa atau kelurahan
adalah Pos Pelayanan Terpadu Posyandu kondisi yang sama juga terjadinya
Posyandu 388 unit, sampai tahun 2015 mengalami stagnasi. stagnasi posyandu
lebih tinggi.
antara lain:
keseimbangan rasio Guru : Murid dari tingkat SD, SMP sampai SMA.
peningkatan.
berikut.
Komponen Tahun
2014 2015 2016
IDJ 66,15 66,51 69,28
Ketelibatan Perempuan di 22,00 22,00 24,00
Parlemen (%)
Perempuan sebagai Tenaga 43,09 45,15 47,23
Manager, Profesional,
Administrasi, dan Teknisi (%)
Sumbangan Perempuan dalam 28,02 32,13 30,16
Pendapatan Kerja (%)
Sumber: BPS, 2016
tahun 2016, bahkan pada tahun 2016 terjadi penurunan dari aspek pendapatan
kerja. Namun demikian dapat ditunjukkan oleh data terakhir adanya komitmen
disusun dalam bentuk sectoral kewilayahan. Hal ini dibangun agar proses dan
hasil pembangunan dapat diakses atau dinikmati secara merata dan berkeadilan.
Kota Bandung pada dasarnya secara kuantitas memadai. Tapi kondisi alam yang
Bandung menunjukkan:
a. Jumlah Keluarga Pra KS dan KS I masih tinggi ( 3.953 pra KS dan 64.544
b. Proporsi PUS muda masih tinggi (rata-rata 31.8 persen atau 93,251
pasangan)
keluarga 2015).
KB masih rendah.
i. Peran serta keluarga masih rendah terutama dari tokoh masyarakat dan
tokoh agama.
rapih.
penudduk juga dapat digunakan sebagai asumsi suplay dan rantai pasokan pangan
bahwa penduduk sebagai modal dasar dan faktor dominan pembangunan harus
antara kuantitas dan kualitas penduduk dengan daya dukung dan daya tampung
Persebaran penduduk di cukup varatif. Variasi ini dipengaruhi oleh jumlah desa,
RW, RT dan KK. Distribusi KK di Kota Bandung ditunjukkan pada grafik sebagai
berikut.
sekaligus kualitas, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :
tahun 2018 semua wilayah kecamatan jumlah penduduknya sangat tinggi dan
melebihi kapasitas lahannya. Di sisi lain tidak terdapat wilayah kosong sehingga
Chart Title
MANDALAJATI 67221
CINAMBO 24192
PANYILEUKAN 37806
GEDEBAGE 37961
UJUNG BERUNG 80622
CIBIRU 71183
ARCAMANIK 71909
RANCASARI 79994
BUAHBATU 97792
BANDUNG KIDUL 57433
ANTAPANI 74934
SUMUR BANDUNG 35742
CIBEUNYING KALER 68310
BOJONGLOA KIDUL 84081
KIARACONDONG 122913
BANDUNG KULON 130651
CIBEUNYING KIDUL 109125
LENGKONG 71210
BATUNUNGGAL 117144
REGOL 80187
ASTANA ANYAR 73424
BANDUNG WETAN 29961
CIDADAP 51922
SUKAJADI 99280
CICENDO 93850
ANDIR 98921
BOJONGLOA KALER 120547
BABAKAN CIPARAY 132098
COBLONG 110578
SUKASARI 73598
0 20.000 40.000 60.000
JUMLAH80.000 100.000 120.000JUMLAH
KEPALA KELUARGA 140.000 160.000 180.000
PENDUDUK
merupakan angka yang diperoleh dari data penduduk yang keluar dari populasi
Kota Bandung dan data yang masuk dari luar Kota Bandung ke wilayah ini.
luar populasi, mutasi kerja dan faktor ekonomi lainnya, pernikahan serta faktor
social. Faktor pencarian kerja ke tempat lain dibagi menjadi dua yaitu kerja di
migrasi netto 0,061 untuk laki-laki dan 0,044 untuk wanita. Nilai keluar dan
masuk penduduk yang dihitung dengan tidak memasukkan data natalitas, artinya
hanya penduduk yang keluar dan penduduk yang masuk. Berdasarkan gambar di
Bandung sebesar 2.627 orang yang terbagi dalam laki-laki 1.313 laki-laki dan
orang yang terdiri dari laki-laki 2.132 orang dan perempuan 2.373 orang. Kondisi
ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang keluar lebih sedikit dari yang
datang.
penduduk yang keluar sebesar 1,1. Nilai ini termasuk rendah, dalam arti keluarnya
penduduk yang lebih tinggi 1,1 kali lipat tidak mempengaruhi dinamika populasi
penduduk di Kota Bandung. Hal ini disebabkan oleh faktor di luar migrasi
Berdasarkan data Tahun 2015 menunjukkan angka kelahiran bayi sebesar 10.193
kelahiran hidup , sedangkan angka kematian total 93 kasus terdiri dari kematian
neo natal 68 bayi dan kematian bayi 25 orang (Dinkes Kota Bandung, 2015).
menekan angka kelahiran dan angka kematian secara signifikan yang ditunjukkan
Bandung utara mengalami perluasan pariwisata. Hotel, restoran dan tempat wisata
baru seperti di wilayah Kopo dan perbatasan dengan Kabupaten Bandung, Cimahi
dan Bandung Barat. Hal ini memicu masyarakat luar bbandung masuk dengan
profesi sebagai pekerja industri. Kondisi orang datang (in-migrasi) menjadi trend
wilayah Bandung tidak aman untuk penambahan penduduk baru, atau dengan
baru. Merujuk pada data mobilitas penduduk maka inmigrasi yang tinggi di
1. Sektor Pertanian
nyata terhadap penurunan kualitas air permukaan, logam berat seperti Pb, Cr,
dan plastic akan menginfeksi butiran-butiran padi. Kondisi yang sama atas
secara drastis dari tahun ke tahun. Pada akhirnya kebutuhan bahan pangan
untuk energy dan protein bagi penduduk Bandung harus mengandalkan dari
luar daerah, kondisi ini menuntut setiap warga masyarakat memiliki daya beli
yang memadai untuk kehidupan pokoknya, dan kota Bandung menjadi sangat
2. Pendidikan
3. Kesehatan
Kualitas air, udara dan pencemaran limbah rumah padat penduduk akan
development index (HDI), yaitu indikator gabungan yang terdiri dari tiga ukuran:
orientasi (obyek) adalah kesejahteraan penduduknya. Atas ilustrasi ini maka data
daerah atau wilayah. Lihat gambar berikut, dimana Bandung Selatan meruapak
dari natality, mortality, dan migrasi serta mobilitas penduduk. Dinamika populasi
pertanian dan infrastruktur strategis lainnya, dan sebagainya. Integrasi data ini
kondsi obyektif saat ini dan prediksi tahun-tahun berikutnya dalam beberapa hal,
antara lain :
migrasi.
pangan, suplay dan rantai pasok hasil pertanian dan ketenagakerjaan sektor
mengurangi rantai pasok beras dari luar daerah dan peningkatan sumberdaya
manusia pertanian.
industri, emisi udara berberak dan tidak bergerak, ruang terbuka hijau (RTH),
di masing-masing wilayah.
IPM
kependudukan pada berbagai aspek merupakan bagian dari investasi awal dalam
utama yang mempengaruhi tujuan kependudukan antara lain kualitas dari aspek
3. Rasio gini yang dapat membaca sejauh mana ketimpangan ekonomi dan
Gambaran integrasi data ini kemudian disajikan dalam bentuk peta penduduk
yang sinergis dengan peta geografi, demografi dan lainnya sehingga aksisibilitas
data dapat diterima oleh berbagai pihak. Pihak-pihak yang membutuhkan data
integrasi antara lain pemerintah baik daerah, provinsi ataupun pusat, industry
manusia yang ada menurut umur, jenis kelamin maupun karakteristik lainnya,
Bandung.
yang berarti bahwa dari setiap 100 penduduk perempuan terdapat 102 orang
penduduk laki-laki.
kecamatan lainnya.
Kota Bandung tergolong kabupaten yang padat, hal ini dapat dilihat pada
Bandung. Dengan luas 167.31 km2, Kota Bandung pada tahun 2018 didiami
oleh 2.497.900 jiwa atau dengan kepadatan sebesar 14 ribu jiwa/km2. Dengan
kata lain rata-rata setiap km2 Kota Bandung didiami sebanyak 14 ribu jiwa.
Kondisi demografi Kota Bandung pada akhir tahun 2018 tergambar dalam
jumlah penduduk yang tercatat, yaitu 2.497.900 jiwa (Laki-laki: 1.267.700 jiwa;
2,20persen. Kepadatan penduduk pada tahun 2018 tercatat 2192 jiwa per km2
Bandung akan mengalami stagnasi pada tahun 2025 sampai 2035. Kondisi ini
migrasi) maka over density akan terjadi, kemudian penduduk akan mengalami
kejenuhan dalam memilih tinggal di kota Bandung. Hal ini dapat dilihat dalam
yang pernah kawin, sebagian besar atau sekitar 73,76 persen pada tahun 2017
Semakin pesatnya penduduk di suatu wilayah maka jumlah kelahiran dan migrasi
tingkah laku sosial ekonomi, karakteristik penduduk yang paling penting adalah
3.2.1 Jumlah dan Proporsi Penduduk menurut Umur dan Jenis Kelamin
penduduk yang berpotensi sebagi beban yaitu penduduk yang belum produktif (0-
14 tahun) dan penduduk yang dianggap kurang produktif atau tidak produktif lagi
produktif (0-14 tahun dan diatas umur 65 tahun). Makin tingi persentase
penduduk produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan
tidak produktif lagi. Tabel 3.8 menunjukan jumlah penduduk berdasarkan struktur
umur.
sekumpulan orang yang tinggal dalam satu rumah yang masih mempunyai
lain sebagainya. Keluarga dibagi dalam 2 tipe yaitu keluarga inti dan keluarga
luas. Keluarga inti (nuclear family) yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan
anak anak kandung, anak angkat maupun adopsi yang belum kawin, atau ayah
dengan anak anak yang belum kawin atau ibu dengan anak anak yang belum
kawin. Sedangkan keluarga luas (extended family) yaitu keluarga yang terdiri dari
ibu, ayah, anak anak baik yang sudah kawin ataupun belum, cucu, orang tua,
mertua maupun kerabat kerabat lain yang menjadi tanggungan kepala keluarga.
tingkah laku sosial ekonomi. Karakteristik penduduk yang paling penting adalah
3.5.2 Jumlah dan Proporsi Penduduk menurut Umur dan Jenis Kelamin
sekolah (SD 7-12 tahun, SMP 13-15 tahun, SMA 16-18 Tahun dan Perguruan
Pada Grafik 3.6, nampak bahwa dari berbagai kelompok umur, hampir
seluruhnya jumlah penduduk laki laki lebih banyak dari pada jumlah penduduk
perempuan.
hidup maupun cerai mati) yang terjadi dan juga dapat menggambarkan salah satu
pada urutan ke dua terkecil setelah Kota Depok (2,34%) dari 27 kabupaten kota
rumah tinggal dan potret tingkat kesejahteraan masyarakat. Hal ini tidak
wawasan dan pola pikir dalam menentukan setiap keputusan yang diambil,
dalam hal ini khususnya untuk mengendalikan jumlah anggota keluarga. Semakin
tinggi kesejahteraan KK diasumsikan bahwa pola pikirnya luas dan memiliki visi
jauh ke depan dalam memandang arti kepadatan hunian. Selain itu diharapkan
kepala keluarga di Kota Bandung adalah bekerja dengan jenis pekerjaan terbesar
rumah tangga, karyawan swasta, buruh tani/ perkebunan, pegawai negeri sipil,
( sembilan) terbesar, Kepala keluarga yang mengurus rumah tangga dan tidak
bekerja, dapat disebabkan karena sudah memasuki usia pensiun atau memang
tidak mampu masuk ke pasar kerja. Untuk mereka ini perlu diberikan intervensi
umumnya kepala keluarga tersebut memiliki status ekonomi yang rendah. Karena
KB dari seluruh PUS sudah menunjukkan angka yang baik karena bisa menekan
untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak, keluarga
Salah satu indikator program KB yaitu penggunaan KB saat ini dan CPR
penggunaan alat/cara KB oleh pasangan usia subur (PUS) yaitu WUS (umur 15-
Berdasarkan data DPPKB tahun 2017 jumlah pasangan usia subur di kota
Bandung adalah 389.855 PUS. Secara umum sebaran PUS di Kota Bandung tidak
tertinggi.
Status Pasangan Usia Subur secara umum meningkat dari tahun 2015
sampai tahun 2017, namun demikian proporsi PUS di Kota Bandung relative
piramida penduduk dari usia produktif awal sampai usia produktif akhir. Adapun
distribusi status pasangan usia subur di Kota Bandung disajikan dalam grafik
berikut ini.
Sampai dengan bulan Desember 2017, jumlah peserta aktif (PA) atau
contraceptive prevalence rate (CPR) mencapai 73,56 persen persen dari total
PUS) Paling tinggi CPR di Kota Bandung adalah kecamatan Babakan ciparay
yaitu 83.33 persen sedangkan yang paling rendah adalah Kecamatan Batununggal
70.28 persen.
Indikator ini, disamping mengukur kualitas fisik; tercermin dari angka harapan
hidup; juga mengukur kualitas non fisik (intelektualitas) melalui lamanya rata-rata
ekonomi masyarakat di wilayah itu; tercermin dari nilai Purchasing Power Parity
Index (PPP).
Pendidikan, dan Indeks Daya Beli Masyarakat. Jadi IPM merupakan suatu
ukuran komposit yang mencerminkan tidak hanya pendapatan, tapi juga harapan
tersebut antara satu dengan lainnya merupakan bagian integral dan saling
dipastikan akan meningkatkan, dan jika ada sebagian komponen yang membaik
sedangkan yang lainnya turun maka akan terjadi semacam tarik-menarik, yang
satu menarik ke atas dan yang lainnya menarik kebawah. Akan tetapi jika minimal
maka kemungkinan IPM akan turun. Oleh karena itu, pemerintah senantiasa
meningkatkan kualitas sumber daya manusia baik dari segi fisik dan
beli di masyarakat.
menurunkan tingkat kematian bayi dan balita secara bertahap masih menjadi
prioritas, begitu pula pada penanganan status gizi pada balita dari waktu ke
drop out murid sekolah (mempertahankan agar anak tetap bersekolah), dan
pendidikan luar sekolah tetap dan harus mendapat prioritas utama, disamping
strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai daya beli masyarakat,
perbandingan antara capaian yang telah ditempuh dengan capaian yang harus
ditempuh untuk mencapai titik IPM ideal, yaitu 100 (seratus). Semakin tinggi nilai
Pada tahun 2017, capaian IPM Kota Bandung mencapai 80.31 poin atau
meningkat 0,178 poin dari 2016 yang sebesar 80,13 poin atau mengalami
pertumbuhan 1 persen, dengan kategori IPM atas karena berada di atas 80.
Pencapaian angka IPM Kota Bandung tentunya tidak terlepas dari capaian
pergeseran peringkat walaupun masih pada kisaran satu sampai dua tingkat.
kecamatan dari tahun ke tahun, bukan berarti kecamatan ini lebih baik atau lebih
maju dibanding kecamatan lainnya. Akan tetapi perlu kita amati secara
sumber daya manusia yang ada, baik sebagai pelaksana maupun sebagai
3.7 Pendidikan
tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin dibanding jumlah
tinggi nilai indikator, maka semakin tinggi pula sumberdaya manusia di suatu
daya serap sektor pendidikan terhadap pendidikan usia sekolah, dimana angka ini
muda.
sekolah yang sesuai dan dinyatakan dalam persentase. APS ini digunakan
semua jenjang pendidikan. Jadi, semakin tinggi APS berarti semakin banyak anak
tinggi apabila dibandingkan dengan RLS Provinsi Jawa Barat. Hal ini
jenis kelamin, dimana berdasarkan data di atas tampak bahwa buta huruf
lebih banyak dialami oleh perempuan bahkan lebih dari dua kali lipat dari angka
partisipasi murni adalah persentase siswa dengan usia yang berkaitan dengan
jenjang pendidikannya dari jumlah penduduk di usia yang sama. Angka partisipasi
murni fungsinya hampir sama dengan APK, hanya saja APM Rancangan Awal
RPJMD 2018 - 2023 Kota Bandung merupakan indikator yang lebih baik karena
pendidikan atas yang terbilang masih sangat rendah. Selain itu, di level
pendidikan atas juga masih terlihat tingginya angka putus sekolah yang cukup
adalah sarana dan prasarana pendidikan. Tabel berikut menyajikan data yang
pendidikan.
tanpa melihat umur. Angka Partisipasi Kasar (APK) ini merupakan indikator
yang paling sederhana untuk mengukur daya serap penduduk usia sekolah di
APK adalah perbandingan antara jumlah murid pada tingkat pendidikan tertentu
(SD, SMP, SM, dsb) dengan jumlah penduduk yang berusia pada tingkat
Perlu diketahui, bahwa nilai APK itu bisa lebih dari seratus persen.
Kondisi ini terjadi apabila jumlah murid yang bersekolah pada suatu jenjang
pendidikan mencakup anak di luar batas usia sekolah pada jenjang pendidikan
yang bersangkutan, seperti anak yang bersekolah di SD tapi berumur kurang dari
7 tahun atau berumur lebih dari 12 tahun. Sebagai contoh, APK SD di suatu
daerah mencapai 103,38 persen, ini berarti ada sekitar 3 persen anak yang duduk
umum disuatu tingkat pendidikan. Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah rasio
jumlah siswa pada tingkat pendidikan SD/ SMP/ SMA dibagi dengan jumlah
partispasi kasar merupakan indikator yang paling sederhana untuk mengukur daya
Dari tabel di atas menunjukkan nilai APK pada tahun 2011 sampai 2015
sebesar 109,69 di tahun 2014, terendah sebesar 97,59 di tahun 2011, APK
SMP/MTs tertinggi sebesar 89,63 di tahun 2017, terendah sebesar 74,25 di tahun
3.8 Kesehatan
Indikator Satuan Satuan 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Pendidikan
Harapan Lama Tahun
Sekolah 12,97 13,05 13,13 13,33 13,63 13,89 13,90 14,18
Kesehatan
Umur Harapan Tahun
Hidup 73,74 73,77 73,79 73,80 73,82 73,84 73,86 74,00
Indeks Pembangunan Manusia 78,13 78,30 78,55 78,98 79,67 80,13 80,31 81,06
Berdasarkan gambar tersebut, dapat diketahui bahwa AKB di Kota Bandung selama
rentang tahun 2013-2017 berfluktuasi, dengan AKB terendah pada tahun 2014 sebesar
2,68 dan tertinggi terjadi pada tahun 2016 sebesar 5,10. Setelah mengalami peningkatan
menurunnya AKB sebesar 1,66 poin menjadi 3,44 pada tahun 2017 yang berarti bahwa di
Kota Bandung pada tahun 2017, diantara 1000 kelahiran hidup ada 3 bayi yang
Jumlah kasus
kematian ibu 56.65 71.12 56.74 61.69 52.57
selama rentang tahun 2013-2017 berfluktuasi, dengan AKI tertinggi terjadi pada tahun
2014 sebesar 71,12 dan yang terendah pada tahun 2017 sebesar 52,57. Hal ini
perbaikan dengan kecenderungan menurunnya AKI seperti pada tahun 2017 yang telah
mencapai 52,57 yang berarti bahwa terdapat terdapat 53 kematian ibu di Kota Bandung
yang disebabkan karena kehamilan, persalinan sampai 42 hari setelah melahirkan pada
dari suatu daeraha ke daerah lainnya, dimana data-data migrasi Kota Bandung di
Indikator yang digunakan antara lain: migrasi masuk, migrasi keluar, migrasi
PERTUMBUHAN
Sumber: BPS RI
migasi keluar pun cenderung meningkat, akan tetapi peningkatannya tidak sebesar
migrasi masuk, sehingga karena migrasi yang masuk dan keluar tidak
yang negatif ini disebabkan oleh kondisi krisis ekonomi yang terjadi pada periode
tersebut. Pulau Jawa merupakan pulau yang cukup besar terkena dampak krisis
produksi dan bahkan ada yang harus berhenti beroperasi, akibatnya terjadi
Pada tahun 2010 angka migrasi masuk menempati posisi tertinggi yaitu
sebanyak 2.514.344 jiwa penduduk dari provinsi lain yang menetap di Jawa Barat,
sedangkan terendah terjadi pada tahun 1971 sebanyak 1.192.987 jiwa. Periode
1971-1985 angka migrasi netto bernilai negatif, hal ini mengindikasikan pada
periode tersebut penduduk di provinsi lain kurang tertarik untuk migrasi dan
menetap di Jawa Barat. Mulai tahun 1990 fenomena itu bergeser, dimana Jawa
Barat menjadi salah satu provinsi yang diminati oleh penduduk lain untuk pindah
Migrasi keluar seumur hidup dari Jawa Barat ke provinsi lain selama tahun
penumpukkan penduduk. Hal berbeda terjadi pada migrasi masuk risen, walaupun
antara migrasi masuk dan keluar seumur hidup, diperberat oleh migrasi masuk
Gambar 3. 13 Gambar Tren Migrasi Risen Jawa Barat Tahun 1980 – 2010
risen menunjukkan kenaikan kemudian turun sampai tahun 2005 dan kembali
meningkat sampai tahun 2010. Rata-rata migrasi masuk sebanyak 984.256 jiwa
dan migrasi keluar sebanyak 494.208 jiwa. Migrasi netto risen yang menyatakan
selisih antara migrasi masuk dan keluar mulai tahun 1980-2010 bernilai positif,
artinya Kota Bandung menjadi salah satu tujuan menetap baik untuk menuntut
ilmu maupun untuk bekerja. Walaupun bernilai positif, tetapi dari tahun 1990
timbul rasa aman, tenteram, dan harapan masa depan yang lebih baik dalam
perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan spiritual dan materil yang
layak, bertaqwa kepada Tuhan YME, memiliki hubungan yang serasi, selaras dan
kebutuhan pokok.
meningkatkan kualitas keluarga agar dapat timbul rasa aman, tenteram, dan
harapan masa depan yang lebih baik dalam mewujudkan kesejahteraan lahir dan
Konsep status kawin disini meliputi belum kawin, kawin, dan cerai.
keluarga.
kelamin. Bagi daerah yang belum atau tidak ada pencatatan perkawinan dan
jumlah penduduk menurut umur, maka indikator ini sangat berguna terutama
bawah ini.
Angka perkawinan kasar untuk Provinsi Jawa Barat pada tahun 2018
sebesar 482.56. Artinya dari 1000 orang penduduk Provinsi Jawa Barat usia diatas
10 tahun pada Tahun 2013 terdapat 483 orang yang berstatus kawin atau terjadi
perkawinan.
yang beresiko kawin saja yaitu yang berumur diatas 15 tahun. Tabel 3.8
tabel nampak masih ada kabuaten/kota yang penduduknya menikah dibawah usia
19 tahun. persentasi dari penduduk yang menikah sebelum usia 19 tahun ada
sebanyak 1.04persen. angka ini kecil disbanding yang telah berusia 19-24 tahun
persentase perkawinan penduduk usia 19-24 tahun sebesar 9.81persen dan di atas
dapat digunakan untuk melihat jumlah keluarga yang dikepalai oleh lajang
mengurangi otonomi, baik di bidang ekonomi, politik, sosial budaya serta fisik.
Demikian juga dengan anak, kepercayaan pada diri sendiri dalam pertumbuhan
jiwanya akan terganggu dan dapat menghambat proses perkembangan jiwa dan
untuk melindunginya.
Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi dengan jumlah kasus
kekerasan pada anak dan perempuan yang cukup banyak. Walaupun dari tahun
seksual pada anak, yang jumlahnya justru meningkat dari tahun ke tahun termasuk
juga korban KDRT yang tampak pada table 3.13 mengalami peningkatan yang
Korban Trafficking 78 86
Kota Bandung sangat tinggi. Kondisi ini mengganggu tingkat kualitas penduduk.
Demikian juga masih ada kasus wanita rawan masalah sosial dan korban
sosial tersebut.
ini didapat dari factor kelompok fakir miskin yang jumlahnya mencapai 1,2 juta.
3.11 Ekonomi
Tenaga kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut
UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja
barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk
masyarakat. Secara garis besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua
kelompok, yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Penduduk tergolong tenaga
kerja jika penduduk tersebut telah memasuki usia kerja. Batas usia kerja yang
berapa banyak tenaga kerja (penduduk usia kerja) potensial. Kelompok umur
produktif secara ekonomis, yaitu kelompok umur 15-64 tahun di Kota Bandung
persen penduduk Kota Bandung terkategori tidak produktif secara ekonomis dari
kelompok umur muda (0-14 tahun) dan tua (65 tahun ke atas).
tahun) di Kota Bandung berkisar antara 61,72 persen sampai dengan 69,71 persen.
ekonomis, yaitu hanya sekitar 61,72 persen. Potensi sumberdaya ini tentunya akan
Semakin besar potensi yang dimiliki maka semakin besar pula kesempatan untuk
Dari data jumlah yang bekerja lebih banyak dibanding kegiatan yang lain
sebanyak 1.116.529 orang atau 56,60 persen. Yang paling banyak bekerja di
Sehingga perlu ada perhatian khusus kecamatan dimaksud untuk mencari jalan
5persen menjadi masalah mendesak yang harus diatasi. Berdasarkan hasil Suseda
2016, TPT Kota Bandung pada tahun 2018 sebesar 9,75 persen yang belum
terserap dalam lapangan usaha/pekerjaan, yang berarti dari seluruh angkatan kerja
yang ada sekitar 89,25 persen telah terserap dalam berbagai lapangan
usaha/pekerjaan.
terbuka laki- laki, yaitu TPT perempuan. Tingginya angka TPT perempuan
sedangkan TPT laki-laki sebesar 9,36 persen. Tingginya angka TPT perempuan
Kecamatan Babakan Ciparay sampai 9,65 persen, sedangkan yang tertinggi TPT
berumur 15 tahun ke atas yang termasuk angkatan kerja terhadap penduduk usia
Semakin besar angka TPAK maka semakin besar pula kesempatan bagi
belum memperoleh pekerjaan atau menganggur juga sudah terdapat mereka yang
telah bekerja pada lapangan usaha/pekerjaan tertentu. Besaran TPAK ini pula
memberikan peluang dalam memperoleh output yang semakin besar pada suatu
kegiatan perekonomian
Kota Bandung mencapai 62,71 persen .Ini menujukan penduduk yang berumur 15
tahun ke atas yang termasuk angkatan kerja (bekerja dan mencari pekerjaan)
berjumlah 62,71. Jumlah yang lebih besar dibanding mereka yang bukan
angkatan kerja yang hanya 37,29 persen. Hanya untuk tahun 2016 saja
Penduduk yang dianggap sebagai pekerja penuh waktu (full time worker),
yaitu penduduk yang bekerja pada kelompok 35 jam ke atas per mingggu. Pada
tahun 2016 jumlahnya laki- laki yang bekerja penuh waktu mencapai 74,5 persen
persen. Kalau dibandingkan ternyata laki-laki yang bekerja penuh waktu lebih
yang dibatasi nilai sebagai ibu rumah tangga yang terikat dengan nilai –
dan adat istiadat kalau perempuan kerja lembur akan mendapat stigma negatif dari
masyarakat.
industri. Pada tahun 2018, dari total penduduk Kota Bandung yang bekerja,
sebelumnya.
ketersediaan air yang melimpah. Pada tahun 2018, dari total penduduk Kota
Bandung yang bekerja, sebanyak 2,63 persen bekerja di sektor pertanian, angka
sebelumnya.
Formal Informal
Tahun Jumlah persen Jumlah persen
2014 123.263 26,12 348.642 73,88
2015 116.738 24,58 358.160 75,42
2016 118.712 24,76 360.683 75,24
proporsi lebih tinggi dari pekerjaan di sector formal. Sector non formal ini terdiri
3. Sector lainnya.
1.307.499 orang atau 55,48 persen lebih banyak dibandingkan yang lain, dimana
yang paling sedikit Kecamatan Panyileukan 6,55 persen. Sehingga tidak heran di
Kecamatan ini banyak penduduknya yang menjadi wiraswasta baik yang dalam
Institusi publik terutama pemerintah harus membuka dirinya agar sesuai dengan
Pencatatan Sipil harus mampu dilaksanakan karena menyakut hak publik untuk
dan penyajian data kependudukan berskala nasional atau daerah dapat berjalan
dengan baik. Data kependudukan yang diolah dengan baik dan sistematis akan
daerah harus didasarkan pada data dan informasi yang akurat dan dapat
1. Kuantitas Penduduk
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta mampu memainkan peran dan
kuat dan mandiri serta mampu bersaing dalam kehidupan sehingga menjadi
potensi yang memiliki kapabilitas untuk memenuhi pasar kerja lokal, nasional,
dan internasional.
Misi ini didasari oleh prediksi jumlah penduduk Jawa Barat dalam dua
puluh tahun mendatang diperkirakan mencapai 52 juta jiwa dengan asumsi laju
panjang, kondisi yang diharapkan adalah penduduk tumbuh seimbang dan dapat
dikelola dengan baik sehingga menjadi kekuatan positif dan bukan menjadi beban
seimbang, diharapkan angka kelahiran total (TFR) akan berada pada 2,1 per
perempuan Reproduction Rate (NRR) sebesar 1 per perempuan pada tahun 2025.
Selanjutnya secara berlanjut angka fertilitas total menjadi 2,02 pada tahun 2030
penduduk Kabupaten Bandung dari SP 2000, SUPAS 2005 dan SP 2010. Hal
ini dilakukan karena data sebelum SP 2000, Untuk melihat trend penduduk Kota
jumlah anak yang dilahirkan seorang ibu pada akhir masa reproduksinya
berdasarkan data SP 2000. Pola migrasi yang dipakai adalah pola migrasi
risen tahun 1995-2000 dan dihitung ASNMR (Age specific Net Migartion
2. Kualitas Penduduk
diimbangi dengan kualitas penduduk yang baik agar tidak menjadi beban
kematian di Jawa Barat terus menurun dan angka harapan hidup terus meningkat.
Angka kematian ibu dan angka kematian bayi yang selama ini menjadi
penyumbang terbesar bagi angka kematian di Indonesia dalam kurun waktu 2015-
2025 diharapkan menurun menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup dan terus
menerus secara berlanjut hingga pada periode 2030-2035 menjadi sekitar 12 per
1000 kelahiran hidup. Sejalan dengan menurun nya angka kematian bayi, usia
harapan hidup di Kota Bandung diharapkan meningkat menjadi 74,9 tahun pada
tahun 2035.
2025, diharapkan rata-rata lama sekolah penduduk Kota Bandung adalah 9 tahun
Ukuran ini merupakan ukuran yang juga digunakan dalam perhitungan IPM dan
MDG’s. Dimana harapan angka dari hasil perhitungan untuk Kota Bandung
adalah 0,46 pada tahun 2035 untuk dependency rasio dan 74,3 untuk AKH.
seluruh Kecamatan baik di pusat kota maupun desa atau daerah penyangganya
sesuai potensi daerah masing masing dengan memperhatikan daya dukung dan
pergerakan penduduk dalam melakukan migrasi atau urbanisasi. Selain itu, pada
tahun 2025 telah dimulai terjadinya keseimbangan antara migrasi masuk dan
4. Pembangunan Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat, yang member corak pada
tumbuh kembang anak yang sejalan dengan fungsi-fungsi keluarga yaitu : Melalui
dilihat dari berbagai indikator seperti jumlah penderita penyakit HIV/AIDS atau
melahirkan sosok manusia yang berkualitas tinggi dan menjadi bagian dalam
diperoleh data dan informasi kependudukan yang akurat, riil dan dapat dijadikan
rata lebih besar dari pertumbuhan penduduk di kecamatan yang ada. Pergerakan
dapat terjadi di Kota Bandung. Hal tersebut belum lagi ditambah dengan
daerah perkotaan daripada pedesaan. Eksternalitas negatif juga semakin besar baik
kelembagaan.
Daya tampung wilayah sejauh ini menjadi perhatian yang cukup serius terutama
terkait dengan kebijakan Tata Ruang yang dimiliki oleh kabupaten. Begitu pun
pembangunan yang ada di wilayah Kota Bandung. Dalam kebijakan Tata Ruang
jasa-jasa, di lain pihak wilayah perdesaan masih bertumpu untuk sektor kegiatan
sangat besar bagi Bandung bila pergerakan penduduk yang terjadi adalah migrasi
tinggi (makin sehat) tetapi angka kematian menurun (akibat kesehatan dan lain-
lain). Pada kondisi ini akan terasa tingginya laju pertumbuhan penduduk alami,
seperti dialami Kota Bandung pada periode tahun 1970 sampai 1980 dengan
b. Pada Keadaan II
anak lebih sedikit, sehingga turunnya tingkat kematian juga diikuti turunnya
digalakan juga pemakaian alat kontrasepsi sehingga angka kelahiran bisa ditekan.
kebudayaan atau gaya hidup sebagai masyarakat modern. Jadi Bandung masih
menjalani proses menuju kondisi stabil sesuai alur yang disepakati diteori transisi
pertumbuhan penduduk Bandung periode 1980 sampai 2010 yang turun menjadi
1,9persen.
maka akan mengakibatkan pertumbuhan yang stabil pada tingkat yang rendah.
waktu yang akan datang Kota Bandung akan mencapai keadaan yang stabil
Gambar 3. 19 Sebaran penduduk Jawa Barat tahun 1990, 2000 dan 2010
jumlahnya semakin meningkat, namun selama kurun waktu antara tahun 1971
STRENGTH : WEAKNESSES :
manusia yang memadai, peluang permintaan terhadap barang dan jasa yang
menjadi efektif, namun di sisi lain akan berdampak negatif dalam pembangunan.
Hal ini mempunyai arti dan makna yang cukup mendalam, oleh karena penduduk
disamping sebagai pelaku (subject) juga merupakan tujuan (object) dari pada
pembangunan. Jumlah penduduk yang besar jika diikuti dengan kualitas penduduk
Sebaliknya, jumlah penduduk yang besar jika diikuti dengan tingkat kualitas
penduduk sebagai salah satu aspek penting yang harus dilakukan guna menjamin
yang telah dicapai selama ini, diantaranya adalah gangguan lingkungan oleh
karena daya dukung alam yang tidak memadai dan tidak disesuaikan, semakin
mengancam keberlanjutannya.
haruslah berbasis kepada seberapa besar input faktor yang dilihat dari struktur dan
demografinya :
adalah petani.
Bandung terdiri dari 29 persen (0-15 tahun) merupakan penduduk usia muda,
sebesar 67 persen (15-64 tahun) penduduk usia produktif, serta 4 persen (lebih
dari 64 tahun) merupakan penduduk usia tua. Hal ini menggambarkan bahwa
transisi demografi di Jawa Barat menuju pada surplus penduduk usia produktif.
kondisi surplus penduduk usia produktif akan terus berlanjut setidaknya sampai
dengan tahun 2030. Berdasarkan proyeksi tersebut, mulai tahun 2010 jumlah
produktif yaitu kelompok umur 15–64 tahun. Sebaliknya penduduk usia muda
Hal ini mengindikasikan bahwa Bandung sampai dengan tahun 2030 akan
indikator yang penting adalah kualitas penduduk. Hal ini karena tingginya
Barat dan berada dibawah IPM Jawa Barat. Walaupun demikian, tiap periode
indeks tersebut terus mengalami peningkatan. Hal ini menjadikan modal dasar
produktif.
masyarakat.
Kota Bandung lebih rendah dibandingkan dengan angka di Jawa Barat. Pada
tahun 2015 Dependency Ratio Kota Bandung sebesar 67,02 artinya bahwa setiap
100 penduduk usia produktif menanggung sebesar 67,02 penduduk usia non
produktif baik usia muda maupun tua. Diperkirakan angka tersebut akan naik
hingga tahun 2025 sebesar 68,49 dimana setiap 100 penduduk usia produktif
menanggung 68,49 penduduk usia non produktif baik usia tua maupun usia
STRENGTH : WEAKNESSES :
Migrasi antar daerah di Jawa Barat Daya saing penduduk masih rendah
tidak permanen Banyaknya Pencemaran lingkungan
Banyaknya tersedia Lembaga Kepadatan penduduk relative tinggi
pendidikan dan kesehatan di Jawa dan semakin meningkat
Barat sebagai infrastruktur untuk Kecenderungan semakin rendahnya
pembangunan manusia kesadaran tentang Keluarga
Sumberdaya alam menjadi modal Berencana (KB)
penduduk
tenaga kerja produktif sehingga pekerja tidak hanya bergantung pada ketersediaan
mampu memangkas dengan cepat kemiskinan di satu daerah. Dengan kata lain,
Hal itu bisa terjadi dikarenakan bahwa program KB bukan saja masalah
masyarakat.
dengan keluarga miskin, dan mempunyai anak yang miskin. Benang merah ini
sulit diputus dan ditembus. Maka, ketika muncul begitu banyak analisis yang
Bandung menurun, walaupun relatif kecil. Sementara pada saat yang sama
melalui KB.
(Juni
2014), seiring dengan begitu besarnya tantangan pembangunan saat ini. Dengan
jumlah penduduk yang relative banyak, dengan adanya Perda ketahanan keluarga,
maka fungsi fungsi keluarga akan berjalan dengan baik. Dalam Perda itu, telah
(i) Keagamaan,
(iv) Perlindungan,
(v) Reproduksi,
Sejahtera), yang semula hanya ada di tingkat Propinsi (Juli 2012), kini di Kota
kurun waktu 2019 sampai dengan 2035 dengan periode lima tahunan. Roadmap
penduduk telah dapat dicapai, baik yang mencakup fertilitas maupun mortalitas.
Dengan demikian, tujuan roadmap ini dapat berjalan secara sistematis dan
terencana sehingga dapat diketahui sasaran-sasaran yang harus dicapai pada setiap
Berdasarkan fakta dan kondisi eksisting dari data yang telah dianalisis
kondisi obyektif Kota Bandung yang akan diproyeksikan dalam proyeksi jumlah
tenaga kerja per sektor, tingkat partisipasi kerja, pengangguran, dan kesempatan
dijadikan tolak ukut pembangunan sumber daya manusia, yang berimbas pada
dapat berperan pada penciptaan barang dan jasa dalam kegiatan produksi. Di sisi
lain kependudukan juga berkaitan dengan penyediaan lapangan kerja dan angka
kemiskinan, yang dalam hal ini pemerintah daerah setempat dituntut untuk dapat
pemerintah daerah di didang kependudukan ataupun faktor lain yang berasal dari
luar daerah.
panjang 24 tahun ke depan rata-rata berada di atas LPE, yaitu LPE sebesar 6,4 7,84
8.21persen sedangkan LPP sebesar 0.28 persen. Hal ini merupakan indikator
tingkat kesejahteraan yang relatif cukup tinggi ke depan selama tahun 2006-2030
produktivitas penduduk yang berperan dalam produksi barang dan jasa dalam
berupa tingkat pendatapan regional yang pada akhirnya akan berimbas pada
Bandung. Kondisi tersebut secara umum juga menunjukan bahwa laju produksi
barang dan jasa oleh masyarakat melampaui laju peningkatan kebutuhannya yang
paralel dengan laju pertumbuhan penduduk. Dengan demikian, secara umum bisa
meningkat. Dengan laju pertumbuhan di atas, pada akhir tahun 2034 penduduk
Kota Bandung diperkirakan akan > 2.6 juta jiwa, hal ini mengindikasikan jumlah
penduduk Kota Bandung sama dengan jumlah penduduk pada kriteria yang
Bandung juga belum merata dengan rata-rata persebaran per kecamatan yang
Jika dilihat dari struktur penduduk menurut usia seperti pada tabel 4.1 dan
grafik 4.2 berikut ini terlihat bahwa rata-rata selama 24 tahun ke depan dapat
cukup besar yang terkonsentrasi pada penduduk usia muda yang juga
penduduk yang masuk ke dalam usia kerja produktif (14-64 tahun) memiliki
persentase lebih besar daripada proporsi penduduk non usia kerja (tidak produktif)
Dari perkiraan angka LPP di atas 0.29 tapi hasil sensus 2010 (yang terakhir) LPP
Kota Bandung 0.29 artinya secara realitas pertumbuhan penduduk Kota Bandung
tahunnya.
LPP dan jumlah bayi yang lahir diharapkan sama (seimbang) dengan jumlah
kematian sehingga penduduk menjadi stabil sehingga Bandung bisa lebih dulu
Bandung mulai pada tahun 2010, 2014, 2020, 2024, 2030 dependency rasionya
adalah adalah 44,91. 40,43. 43,28. 49,04. 40,82. Bonus demografi ini merupakan
sekali dalam sejarah dan waktunya sangat pendek, yaitu sekitar lima tahun, dari
kelahiran meningkat, maka tahap tersebut akan tertunda atau bahkan hilang sama
sekali.
Kualitas penduduk adalah kondisi penduduk dalam aspek fisik dan nonfisil
42 Tahun 2008 Pasal 1 ayat 4). Pengembangan kualitas penduduk dilakukan untuk
mewujudkan manusia yang sehat jasmani dan rohani, cerdas, mandiri, beriman,
bertakwa, berakhlak mulia, dan mmiliki etos kerja yang tinggi. Untuk
waktu lima tahunan secara nasional. Skenario rendah yang menggunakan model
very high developed saat ini adalah sebesar 11,3 tahun. Skenario sedang
lama bersekolah adalah sebesar 12,6 tahun dan skenario tinggi menggunakan
Skenario
Tahun
Rendah Sedang Tinggi
APM SMA adalah 100 persen dengan laju pertumbuhan penduduk yang
meningkat 1,4 persen per tahun dan scenario tinggi tanpa asimtot.
Skenario
Tahun
Rendah Sedang Tinggi
tahun berdasarkan asumsi dari AHH negara-negara very high developed saat ini
yang sangat cepat. Ketahanan keluarga diharapkan dapat menjadi sandaran bagi
\\
KUANTITA KUALITAS
NO PEMBANGUNAN
KECAMATAN S PENDUDU MOBILITAS
. KELUARGA
PENDUDUK K
1 Sukasari favor attention favor attention
2 Coblong favor attention favor attention
3 Babakan Ciparay favor attention favor Favor
4 Bojongloa Kaler favor attention favor attention
4 Andir favor attention favor attention
6 Cicendo favor attention favor attention
7 Sukajadi favor attention favor attention
8 Cidadap favor attention favor attention
9 Bandung Wetan favor attention favor Favor
10 Astana Anyar favor attention favor attention
11 Regol favor attention favor Favor
12 Batununggal favor attention favor attention
13 Lengkong favor attention favor Favor
14 Cibeunying Kidul favor attention favor Favor
14 Bandung Kulon favor attention favor Favor
Keterangan :
attention=kepentingan perhatian
favor=kepetingan perlu
NO KECAMATA
2014-2020 2020-2024 2024-2030 2030-2034
. N
Pengendalian, Pengendalian,
kualitas dan kualitas dan
kualitas dan kualitas dan
1 Sukasari pembangunan pembangunan
pembangunan pembangunan
Keluarga Keluarga
keluarga keluarga
Pengendalian, Pengendalian,
kualitas dan kualitas dan
kualitas dan kualitas dan
2 Coblong pembangunan pembangunan
pembangunan pembangunan
Keluarga Keluarga
keluarga keluarga
sangat terkait dengan pencapaian tujuan dari pengembangan data dan informasi
Indikator Kuantitatif
Persentase penduduk dapat 40 60 64 70 80 90
menunjukkan catatan sipil
berupa akte kelahiran
Persentase penduduk 10 20 30 40 40 60
menguasai akses database
kesehatan, hal lain yang terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap
memberikan solusi. Kebijakan yang dapat ditetapkan antara lain adalah sebagai
berikut.
kualitas dan mobilitas penduduk serta administrasinya. Hal ini dapat dicapai
sarana dan prasarana kesehatan yang memadai baik di tingkat Kota/kota, dan juga
tersebut.
penyedia air bersih dan yang lainnya; perlu terus ditingkatkan untuk bersama-
Untuk itu diperlukan peran berbagai pihak demi kelancaran transportasi untuk
Agar pembiayaan ini mampu mengatasi masalah yang ada, maka harus
dimulai dengan perencanaan yang tepat sasaran, memiliki target yang jelas dan
kebijakan yang sudah ada maupun penerapan kebijakan baru. Perluasan akses
fasilitas kesehatan.
kemudian diikuti dengan jaminan kesehtan yang lebih baik dan meluas,
insentif bagi para kader kesehatan. Kemudian, karena wilayah Kota Bandung luas
dan memiliki kondisi geografis beragam, maka diperlukan upaya prioritas pada
daerah- daerah yang memiliki persebaran penduduk yang cukup tinggi, dengan
yang sulit, perlu upaya yang serius untuk mendekatkan pelayanan kepada
masyarakat setempat.
tanggap atas perubahan lingkungan strategis (arus demokratisasi dan HAM serta
dalam rangka:
peserta KB;
BAB V
ROADMAP KEGIATAN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN
KOTA BANDUNG 2019-2035
ekonomi berjalan dengan efektif dan efisien, produksi pertanian yang mampu
dapat dijangkau dan aksesibilitas terhadap fasilitas kesehatan. Faktor lain adalah
mendeksripsikan setiap kasus dalam suatu problem yang menjadi bagian penting
dalam rencana pembangunan yang akan disusun. Oleh karena itu dalam analisis
ini diperlukan data-data valid untuk menggambarkan kondisi obyektif dari suatu
ideal telah disusun maka langkah berikutnya adalah mencari solusi yang tepat.
2019 sampai dengan 2034. Pada setiap periode lima tahun dari tahun 2019 akan
dibuat peta arah (Road Map) untuk mengetahui sejauh mana sasaran-sasaran
berwawasan lingkungan hidup. Dengan demikian tujuan dari road map ini dapat
yang harus dicapai pada setiap periode, serta kebijakan, strategi, dan program
global dan nasional yang menjadi perhatian pemerintah dalam mengelola urusan
publik. Kondisi strategis faktual yang dapat dijadikan acuan bertindak setiap aktor
yang memiliki kepentingan terhadap suatu permasalahan atau isu publik dapat
memutuskan untuk terlibat dalam pembuatan dan proses kebijakan. Keempat isu
strategis tersebut adalah: (1) demokrasi dan hak asasi manusia (HAM), (2)
Keempat isu strategis tersebut harus direspons sebagai bagian dari daya
2. Penduduk dan elemen masyarakat lain (termasuk civil society dan privat
itu sendiri).
Mekanisme yang inklusif dan partisipatoris tersebut salah satunya dapat dilakukan
di tingkat atas kepada tingkat yang ada di bawahnya (Saltman, dalam Wilopo,
aturan pendukung tersebut sejatinya sudah ada selambatnya satu tahun setelah UU
keluar. Merujuk pada substansi UU, peraturan perundangan itu meliputi peraturan
(Perda) provinsi, dan Perda Kota atau kota. Dari sederet peraturan yang
disyaratkan, sampai saat ini baru terbit satu Perpres Nomor 62 tahun 2010 tentang
tersebut ditindaklanjuti dengan Peraturan Kepala BKKBN Nomor 72, 82, dan 92.
daerah untuk mengambil peran yang strategis dalam program Kependudukan dan
Keluarga Berencana. Salah satu poin penting dalam perintah tersebut antara lain
bawah ini.
1. Pendidikan;
2. Kesehatan;
3. Pekerjaan Umum;
4. Perumahan;
5. Penataan Ruang;
6. Perencanaan Pembangunan;
8. Lingkungan Hidup;
9. Pertanahan;
13. Sosial;
22. Statistik;
23. Kearsipan;
24. Perpustakaan;
27. Kehutanan;
31. Perindustrian.
Kota/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar. Urusan wajib tersebut terdiri atas:
1. Pendidikan;
2. Kesehatan;
3. Lingkungan Hidup;
4. Pekerjaan Umum;
5. Penataan Ruang;
6. Perencanaan Pembangunan;
7. Perumahan;
9. Penanaman Modal;
12. Ketenagakerjaan;
16. Perhubungan;
18. Pertanahan;
22. Sosial;
23. Kebudayaan;
24. Statistik;
26. Perpustakaan.
Pembentukan Kota Bandung di Provinsi Jawa Barat bagi pemerintah Daerah Kota
undang Nomor 12 tahun 2008 tentang pemerintah daerah, bahwa setiap daerah
6. Penyelenggaraan Pendidikan;
undangan.
sebagai berikut :
pembangunan.
lingkungan hidup.
Tabel 5. 1 Aspek Pengendalian Kuantitas Penduduk di Kota Bandung (Jumlah, LPP dan Kepadatan)
No Kondisi
Analisis Kondisi Kondisi Ideal Solusi
Obyektif
1. Kota Bandung Jumlah penduduk Kota. Bandung terbanyak (2,49 Penduduk yang tinggal di Kota 1. Peningkatan kuantitas
merupakan juta jiwa) kedua dibandingkan 26 Kota/kota di Jawa Bandung memiliki persebaran dan layanan umum, pendidikan,
wilayah dengan Barat. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan kuantitas yang terkendali, jumlah kesehatan dan ekonomi
jumlah penduduk dengan jumlah penduduk tertinggi kedua di Jawa penduduk yang tinggi apabila disesuaikan agar tidak
yang sangat Barat yakni Kota Bandung 2.49 juta jiwa. angka ini diberdayakan kekuatannya maka mengalami problem sosial
tinggi. menempatkan Kota Bandung sebagai wiayah menjadi modal sosial dalam 2. Peningkatan kapasitas data
dengan penduduk tinggi ke sebelas di tingkat pembangunan daerah. mobilitas penduduk, data
nasional. kelahiran dan kematian IA
3. Implementasi Undang-
undang Perkawinan dan
Keluarga Berencana
2. Laju Pertumbuhan Laju pertumbuhan penduduk di Kota Bandung Laju Pertumbuhan Penduduk 1. Updating data
Penduduk di atas sangat tinggi disebabkan oleh beberapa faktor, disesuaikan atau dibawah 0.29 pertambahan penduduk
rata-rata nasional antara lain natalitas yang tinggi, in migrasi yang secara komprehensif
yakni (0.29) tinggi dan emigrasi yang rendah. Pertambahan 2. Penurunan LPP menjadi
penduduk di masing-masing kecamatan sangat 0.24 secara bertahap
2 Capaian Peserta KB Baru (PB) di Capaian peserta KB baru di beberapa 1. Pemahaman masyarakat 1. SDM PLKB diperkuat dan
Kota Bandung hanya 36,48 kecamatan mengalami kendala, data tinggi tentang alkon dalam ditambah, khususnya
5. Penurunan LPP menjadi 0.24 Menyusun Perda/Perbub Integrasi OPD Tersusun Perda / Pengaturan migrasi Sesuai Peraturan
tahun 2024 menjadi 0.24 tentang in-migrasi, Perindustrian, Pergub tentang penduduk dan Perundangan
secara bertahap dengan menyangkut kewilayahan, Kependudukan regulasi in tatanan industry
membuat regulasi yang efektif cluster migrasi dan restorasi PPKB, Legislatif dan migrasi , ramah
dalam mengendalikan in kawasan industry LSM kewilayahan dan kependudukan dan
migrasi dan kelahiran restorasi kawasan kewilayahan secara
(natality) industry, disiplin
pemerintahan,
hunian baru
perkampungan
6. Proteksi wilayah Habitat III, Sesuai Peraturan
a. Perbaikan perencanaan tata a. Menyusun Perda/Perbub Multipihak a.Terbentuk a. Seluruh Perundangan
ruang dan wilayah Sebaran Pencemaran air, udara, Perda/Perbub Kecamatan di
penduduk disesuaikan tanah , Pencegahan Pencemaran air, Kota. Bandung
dengan daya tampung dan Bencana Alam akibat udara, tanah , bebas bahaya
ketersediaan daya dukung habitat III Pencegahan Habitat III
(air, lahan, kesempatan Bencana Alam
9. TFR menjadi 2,1 pada tahun Peningkatan Jumlah Peserta a. OPD TFR menjadi 2,1 TFR menjadi 2,0 Rp 200.000,-
2023 dan angka NRR sebesar KB mencapai 90%, kegiatan Kependudukan pada tahun 2024 dan dengan angka NRR
0,9 dalam rangka menutupi ini dilakukan dengan cara : b. OPD Kesehatan angka NRR sebesar 0,9
peserta KB di tahun 2017 a. Restorasi komunikasi c. PPKB 0,9
sebanyak 389844 PUSyang pemerintah dengan d. LSM
tidak tercapai (64,78%) masyarakat tentang KB e. OPD Pemdes
b. Membangun sinergitas f. Pemdes
kampung KB dengan
kekuatan social dan
ekonomi masyarakat
c. Wilayah prioritas
kebijakan yang ketat
tentang KB di daerah
padat penduduk
10. Pengendalian natalitas di Clustering kampung KB di a. OPD Total Fertlity Rate Total Fertlity Rate Rp 400.000,0
wilayah cluster merah, antara wilayah prioritas (item 1) (TFR) = 2,2 (TFR) = 2,0
Tabel 5. 10 Peningkatan Kualitas Penduduk Melalui Pengendalian Mortalitas Penduduk di Kota Bandung
Indikator Capaian Indikator Capaian Prakiraan
Subyek Yang dibangun Kegiatan Yang dilakukan Pihak Yang Terlibat Kegiatan Kegiatan Anggaran
Akhir tahun 2023 Akhir tahun 2034 (x 1000)
1. Pengendalian Angka 1. Perbaikan data kematian 1. OPD Kependudukan Angka kematian tidak
kematian penduduk (di penduduk dengan 2. OPD Kesehatan penduduk lebih terdeteksi
bawah 9). mengintegrasikan pada data 3. Bappeda Kota terkendali (di bawah 9).
2. Sinergitas dan integrasi kependudukan yang lebih Bandung Dengan indikator
data kematian dan