SUNDARI (10156122153)
2. Jika larangan tersebut masih berupa imbauan, karena keadaan masih dianggap
kondusif, dan imbauan tersebut bertujuan untuk pencegahan dini dari
penyebaran virus covid-19, maka sebaiknya imbauan tersebut diikuti, karena
mencegah lebih baik dari pada mengobati. Hal itu tercermin dari kaidah sadd
aldzarai’ (tindakan preventif) dan al-dhararu yuzal (menghilangkan mudarat).
Keluarnya imbauan dari pemerintah atau MUI sudah dengan sendirinya
menjadi uzur untuk meninggalkan shalat Jumat dan shalat berjemaah di
masjid.
3. Jika belum ada larangan atau imbauan khusus untuk daerah tertentu, karena
penyebaran virus belum sampai ke daerah tersebut, dan masyarakat yakin
bahwa daerahnya masih steril, maka shalat Jumat dan jemaah di masjid tetap
dilaksanakan seperti biasa, demi menjaga syiar Islam.
4. Jika sebuah lembaga atau badan takmir masjid tetap memilih melaksanakan
shalat Jumat dan shalat berjemaah di masjid setelah adanya imbauan dari
pemerintah dan MUI, dengan menerapkan beberapa bentuk tindakan preventif,
seperti memakai masker, social distancing (jaga jarak) shaf shalat, maka ada
perbedaan pendapat antara ulama (kontemporer) tentang sah tidaknya shalat
dengan shaf yang berjauhan, baik antara shaf pertama dan kedua, maupun
antara seorang dengan orang yang di kanan dan kirinya.
Hukum Merenggangkan Shaf Di Masa Covid-19 karna pada masa ini merupakan
kondisi yang darurat, maka tentu kondisi ini tidak sama dengan kondisi normal.
Kondisi covid-19 ini menghendaki seseorang berjarak dengan yang lainnya
(perenggangan fisik) untuk menghentikan penyebaran virus covid-19. Dalam ajaran
Islam, kita diminta untuk menjauh dari hal-hal yang membawa kepada kemudharatan.
Rasulullah bersabda: La dharar wa la dhirar (Tidak boleh membahayakan diri sendiri
dan tidak boleh membahayakan orang lain). Dalam shaf yang rapat saat shalat jamaah
di Masjid (atau semisalnya yang diakses secara umum) tentu berpotensi adanya hal
yang membahayakan yaitu kemungkinan peyebaran virus covid-19. Maka hal yang
membahayakan ini harus dijauhi dengan cara merenggangkan shaf. Sehingga, shalat
seseorang yang shafnya renggang/berjarak antara satu dengan lainnya tetaplah sah dan
inilah yang harus dilakukan dalam kondisi darurat covid-19 ini.
Meskipun penulis sudah berusaha untuk menyempurnakan Essai ini, tapi nyatanya
penulis masih banyak memiliki kekurangan yang harus diperbaiki. Oleh karena itu
berbagai macam saran dari pembaca yang membangun, sangat diharapkan agar dapat
dijadikan bahan evalusi kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Arif Zuhri, Muhammad (2020). “Ibadah saat pandemi Covid -19”. Diakses
pada tanggal 24 Desember 2023, pukul 09.40.
https://syariah.umm.ac.id/id/agenda/bincang-fatwa-muhammadiyah-tentang-ibadah-
saat-pandemi-bersama-kaprodi-hki.html