Anda di halaman 1dari 4

SHOLAT BERJAMAAH DI MASA COVID 19 DALAM PERSPEKTIF FIQIH

IBADAH KLASIK DAN KONTEMPORER

SUNDARI (10156122153)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI MAJENE

Shalat berjamaah adalah shalat yang di kerjakan dengan berkelompok


sedikitnya terdiri atas dua orang yang mempunyai ikatan yaitu satu orang dari
mereka menjadi imam dan yang lain menjadi makmum dengan syarat-syarat yang
ditentukan, di mana makmum wajib mengikuti imam dari mulai takbiratul ihram
sampai salam. Shaf dalam shalat berjamaah tetap diluruskan dan dirapatkan,
pundak bertemu pundak atau mata kaki bertemu mata kaki, sampai selesai shalat.
Sehingga shalat menjadi sempurna dari awal sampai akhir rakaat. Tetapi
pelaksanaan ibadah shalat berjamaah dalam masa pandemi Covid-19 pemerintah
menganjurkan masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan. Hal ini jelas
dikarenakan adanya ancaman terjangkitnya virus covid-19. shaf sholat berjamaah
berubah, dimana adanya aturan untuk jaga jarak pada saat itu karna di khawatirkan
akan tertularnya Covid 19. Dan ditetapkanlah aturan sholat berjamaah dapat
dilakukan dengan shaf yang renggang. Ada yang menggunakan tanda silang di
lantai untuk menunjukkan jarak shaf antar jamaah. Ada juga yang tidak
menggunakan tanda silang, tetapi tergantung dari kesadaran jamaah masing-
masing. Dalam aturan masjid di masa pandemi covid-19 dibuka bebas untuk
berjamaah tetapi tetap dengan menggunakan protokol kesehatan yang telah
ditetapkan. Keadaan orang yang shalat berjemaah dengan shaf yang tidak rapat
disebabkan oleh pemberlakuan jarak di antara mereka. Sebelum mengulas
penjelasan hukum shalat berjemaah di masjid dengan shaf terpisah karena wabah
virus covid-19 yang melanda ada beberapa poin penting yang perlu dipahami
bersama terlebih dahulu, yaitu:
1. Jika telah ada instruksi dari pihak yang berwenang, dalam hal ini pemerintah
dan MUI, untuk menghentikan sementara kegiatan shalat Jumat dan shalat
fardu berjemaah di masjid, maka wajib bagi seorang muslim untuk menaatinya.

2. Jika larangan tersebut masih berupa imbauan, karena keadaan masih dianggap
kondusif, dan imbauan tersebut bertujuan untuk pencegahan dini dari
penyebaran virus covid-19, maka sebaiknya imbauan tersebut diikuti, karena
mencegah lebih baik dari pada mengobati. Hal itu tercermin dari kaidah sadd
aldzarai’ (tindakan preventif) dan al-dhararu yuzal (menghilangkan mudarat).
Keluarnya imbauan dari pemerintah atau MUI sudah dengan sendirinya
menjadi uzur untuk meninggalkan shalat Jumat dan shalat berjemaah di
masjid.

3. Jika belum ada larangan atau imbauan khusus untuk daerah tertentu, karena
penyebaran virus belum sampai ke daerah tersebut, dan masyarakat yakin
bahwa daerahnya masih steril, maka shalat Jumat dan jemaah di masjid tetap
dilaksanakan seperti biasa, demi menjaga syiar Islam.

4. Jika sebuah lembaga atau badan takmir masjid tetap memilih melaksanakan
shalat Jumat dan shalat berjemaah di masjid setelah adanya imbauan dari
pemerintah dan MUI, dengan menerapkan beberapa bentuk tindakan preventif,
seperti memakai masker, social distancing (jaga jarak) shaf shalat, maka ada
perbedaan pendapat antara ulama (kontemporer) tentang sah tidaknya shalat
dengan shaf yang berjauhan, baik antara shaf pertama dan kedua, maupun
antara seorang dengan orang yang di kanan dan kirinya.

Hukum Merenggangkan Shaf Di Masa Covid-19 karna pada masa ini merupakan
kondisi yang darurat, maka tentu kondisi ini tidak sama dengan kondisi normal.
Kondisi covid-19 ini menghendaki seseorang berjarak dengan yang lainnya
(perenggangan fisik) untuk menghentikan penyebaran virus covid-19. Dalam ajaran
Islam, kita diminta untuk menjauh dari hal-hal yang membawa kepada kemudharatan.
Rasulullah bersabda: La dharar wa la dhirar (Tidak boleh membahayakan diri sendiri
dan tidak boleh membahayakan orang lain). Dalam shaf yang rapat saat shalat jamaah
di Masjid (atau semisalnya yang diakses secara umum) tentu berpotensi adanya hal
yang membahayakan yaitu kemungkinan peyebaran virus covid-19. Maka hal yang
membahayakan ini harus dijauhi dengan cara merenggangkan shaf. Sehingga, shalat
seseorang yang shafnya renggang/berjarak antara satu dengan lainnya tetaplah sah dan
inilah yang harus dilakukan dalam kondisi darurat covid-19 ini.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa merenggangkan shaf sholat berjamaah di mesjid


pada masa covid-19 hukumnya sah, karna pada saat ini merupakan kondisi darurat.
Tetapi ada yang kwatir, perihal kekhusyukan, kebanyakan jamaah menilai kekhusyukan
datang dari pribadi masing-masing, sehingga tidak mempengaruhi khusyuk dalam
pelaksanaan ibadah. Tetapi ada jamaah yang merasa was- was dan mengganggu
kekhusyukan karena adanya jamaah luar yang ikut dalam jamaah tersebut. Semua
jamaah merasa tidak ada gejolak yang terjadi terkait dengan pelaksanaan ibadah shalat
berjamaah dalam masa pandemic covid 19. Dalam ajaran Islam, kita diminta untuk
menjauh dari hal-hal yang membawa kepada kemudharatan. Rasulullah bersabda: La
dharar wa la dhirar (Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh
membahayakan orang lain).

Meskipun penulis sudah berusaha untuk menyempurnakan Essai ini, tapi nyatanya
penulis masih banyak memiliki kekurangan yang harus diperbaiki. Oleh karena itu
berbagai macam saran dari pembaca yang membangun, sangat diharapkan agar dapat
dijadikan bahan evalusi kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

Rubiawati (2020) “Sholat berjamaah”. Diakses pada tangal 24 Desember 2023,


pukul 09.00.
https://www.academia.edu/44658141/MAKALAH_SHALAT_BERJAMAAH.

Arif Zuhri, Muhammad (2020). “Ibadah saat pandemi Covid -19”. Diakses
pada tanggal 24 Desember 2023, pukul 09.40.
https://syariah.umm.ac.id/id/agenda/bincang-fatwa-muhammadiyah-tentang-ibadah-
saat-pandemi-bersama-kaprodi-hki.html

Muslihin, (2012) “Pengertian sholat berjamaah”. Diakses pada tanggal 24


Desember 2023, Pukul 10.05. https://www.referensimakalah.com/2012/11/pengertian-
shalat-jamaah.html

Anda mungkin juga menyukai