Anda di halaman 1dari 3

Nama Satria Yudawiranto

Kelas X-5
No. Absen 30

Peninggalan Peninggalan Masyarakat Pra-Aksara Indonesia


Nomer Zaman / Masa Nama Peninggalan Gambar/Foto Keterangan

Alat ini berfungsi sebagai pencetak atau pemotong. Seperti


namanya, kapak genggam memiliki bentuk seperti kapak
Kapak Genggam namun tidak memiliki tangkai sehingga cara penggunaannya
adalah digenggam. Kapak genggam biasanya digunakan
untuk menggali umbi-umbian, memotong dan menguliti
binatang.

Seperti namanya, kapak ini digunakan untuk merimbas kayu,


memahat tulang, serta sebagai senjata. Alat ini digunakan
Kapak Primbas oleh jenis manusia purba jenis Pithecanthropus Erectus yang
tinggal di daerah Pacitan, Homo Wajakensis, Meganthropus
Palaeojavanicus, dan Homo Soloensis yang tinggal di sekitar
aliran Sungai Bengawan Solo
1 PALEOLITIKUM

Alat yang terbuat dari batu chalcedon ini digunakan untuk


Flakes mengupas makanan. Flakes juga disebut sebagai hasil
kebudayaan Ngandong yang digunakan untuk berburu,
menangkap ikan, mengumpulkan ubi dan buah-buahan.

Sebagai peninggalan paleolithikum, bentuk dan cara


peggunaan kapak penetak hampir sama dengan dengan
kapak genggam maupun kapak perimbas, namun
Kapak Penetak
ukurannya jauh lebih besar dari kedua alat sebelumnya,
karena berfungsi untuk membelah kayu, pohon, bambu,
atau disesuaikan dengan kebutuhan pada saat itu);

Kapak ini berbentuk bulat dan terbuat dari batu kali yang
Kapak Sumatera
dibelah dua. Kapak pebble ditemukan di sepanjang Pantai
Timur Pulau Sumatera, dari Langsa (Aceh) hingga Medan
dengan kondisi bentuk yang agak sempurna dan halus.

Penemuan alat tulang atau bone culture ini


merupakan lanjutan penelitian tim Dr. Van Stein
Kebudayaan Tulang Callenfels pada Gua Lawa, Sampung, Kab.
Sampung Ponorogo, Jatim. Ternyata saat diteliti lebih dalam,
alat-alat dari tulang ini juga banyak di temukan di
Besuki, Jawa Timur. Peralatan yang ditemukan
dari tulang

Kebudayaan Bacson-Hoabinh diprediksi memasuki


wilayah Indonesia sejak 2000 SM lewat jalur barat
dan timur.
Penyebaran jalur barat: melewati kawasan Melayu
Austronesia. Peninggalan zaman Mesolitikum dari
jalur ini berupa peralatan dari tulang, kapak
genggam Sumatera dan kapak pendek.
Penyebaran jalur timur: melewati kawasan Papua
Melanosoid. Peninggalan zaman Mesolitikum dari
Kebudayaan Bacson- jalur ini berupa yakni: alat serpih (flakes).
Hoabinh Kebudayaan Bacson – Hoabinh menyajikan
sejarah kepercayaan animisme atau dinamisme.
Yakni ritual manusia purba yang meletakkan mayat
sesamanya dengan posisi jongkok dan dilumuri cat
merah. Mereka memiliki keyakinan bahwa hal
tersebut akan 'mengembalikan hayat kepada
manusia purba lainnya yang belum mati'. Tak
hanya itu, terdapat temuan bahwa mereka juga
membuat kapak dan tanduk dari tulang manusia
yang di tandai cat merah serta tanduk hewan
sebagai alat yang mereka gunakan .

2 MESOLITIKUM
Kapak pendek atau Hachecourt seringklai manusia
2 MESOLITIKUM gunakan untuk memotong buah, gambit tanah
untuk ambil makanan yang terdapat pada dalam
tanah misalnya umbi-umbian. Kapak ini terdapat di
sepanjang pantai Sumatera.
Pada masa kebudayaan tersebut, manusia purba
telah mulai kenali cara cocok tanam dengan
Kapak pendek menggunakan alat seadanya dan lebih
berkembang daripada sebelumnya.
Sehingga peralatan tersebut dapat digunakan dan
mempunyai fungsi untuk cocok tanam, bahkan
dapat untuk potong daging hewan buruan, guliti
binatang, serta memotong kayu. Dr. P.V. van Stein
Callenfels menemukan kapak pendek atau
hachecourt yang berukuran lebih pendek
dibandingkan kapak genggam Sumatera. Kapak ini
memiliki bentuk setengah lingkaran.

Selain Kebudayaan Bacson – Hoabinh, terdapat


peninggalan kebudayaan zaman Mesolitikum yakni
prosesi penguburan mayat di dalam gua. Setelah
tulang-belulang mayat yang dikubur mengering,
tulang-tulang tersebut akan diserahkan ke pihak
keluarga sebagai aksesoris.
Selain pengambilan tulang, Kebudayaan Toala
Kebudayaan Toala juga dikenal dengan eksisnya lukisan dinding gua
yang menceritakan tentang aktivitas berburu
hewan (mis: babi).
Kapak pendek ( Hachecourt )
Kapak pendek atau Hachecourt seringklai manusia
gunakan untuk memotong buah, gambit tanah
untuk ambil makanan yang terdapat pada dalam
tanah misalnya umbi-umbian. Kapak ini terdapat di
sepanjang pantai Sumatera.
Abris sous roche adalah goa-goa yang digunakan sebagai
tempat tinggal manusia purba pada zaman Mesolithikum.
Goa ini berfungsi sebagai perlindungan dari cuaca buruk dan
Abris Sous Roche
binatang buas. Bukti ini pun ditemukan dalam perkakas
seperti ujung panah, flakes, batu penggilingan, alat-alat dari
tulang dan tanduk yang ditemukan di dalam gua.
Kapak persegi adalah alat dengan penampang lintang
berbentuk persegi panjang atau trapesium. Ada berbagai
Kapak Persegi
ukuran, dengan yang besar disebut beliung atau cangkul,
dan yang kecil disebut trah (tatah) untuk kayu
Kapak lonjong terbuat dari batu lonjong yang diasah halus
dan memiliki tangkai. Biasanya digunakan untuk menebang
pohon. Kapak ini umumnya ditemukan di wilayah timur
Kapak Lonjong
Indonesia, seperti Irian, Seram, Tanimbar, dan Minahasa.
Ada dua ukuran kapak lonjong, yaitu walzenbeil (besar) dan
kleinbeil (kecil), dan fungsinya mirip dengan kapak persegi.
dipergunakan sebagai perkakas atau alat bantu rumah
3 NEOLITIKUM tangga. Pada perkembangannya, gerabah mengalami
Gerabah
berbagai perubahan bentuk, dan menjadi salah satu alat
yang penting dalam perdagangan.
Batu pipisan dan penggilingan (gandhik) merupakan alat
Batu pipisan
yang berfungsi untuk menghaluskan ramuan obat atau jamu.
fungsi dari berpakaian adalah Penutup aurat, Perangkat
Pakaian untuk beribadah kepada Allah swt, Pelindung tubuh dan
Perhiasan dan keindahan.
Selain perahu berfungsi sebagai alat transportasi perahu
Perahu juga berfungsi sebagai sarana untuk mencari kebutuhan
akan makanan (mencari ikan di rawa, laut dan sungai).
Menhir adalah tugu atau tiang batu yang digunakan sebagai
tanda peringatan kepada arwah nenek moyang, dan juga
untuk mempersembahkan binatang korban kepada mereka.
Menhir
Menhir diletakkan pada tempat tertentu sebagai objek
pemujaan dan digunakan untuk memperingati kepala suku
atau individu yang telah meninggal.
Dolmen adalah meja batu besar dengan permukaan rata
yang digunakan sebagai tempat untuk meletakkan roh,
4 MEGALITHIKUM tempat duduk ketua suku untuk mendapatkan berkat magis
Dolmen
dari para leluhur, dan sebagai tempat untuk meletakkan
sesaji. Dolmen terdiri dari sebuah lempengan batu besar
dengan empat batu panjang sebagai penyangganya.
Kubur Peti Batu adalah peti jenazah pada zaman batu besar
yang terbuat dari batu dan ditanam dalam tanah. Kubur peti
Kubur Peti Batu batu memiliki bentuk persegi panjang dengan alas, sisi, dan
tutup yang terbuat dari batu yang disusun menjadi sebuah
peti.
Nekara merupakan genderang besar dan terdapat pinggang
di bagian tengah, bagian atas tertutup, dan pembuatannya
berasal dari perunggu.Nekara berfungsi sebagai simbol
Nekara/Moko status sosial dan juga sarana upacara, misalnya upacara
kesuburan maupun kematian. Nekara juga berfungsi untuk
memanggil hujan serta memanggil roh leluhur supaya turun
ke dunia memberikan berkatnya.
Kapak corong adalah hasil kebudayaan zaman logam di
masa perunggu. Kapak corong termasuk kapak dengan
bagian tajam menyerupai kapak batu.
Kapak Corong
Bagian corong berfungsi sebagai tempat pemasangan
tangkai kayu yang menyiku mirip bentuk kaki. Fungsi kapak
corong untuk mencangkul atau mengerjakan kayu.
Bejana perunggu adalah hasil kebudayaan zaman logam di
masa perunggu. Bejana perunggu ditemukan di Madura dan
Sumatra.
Bejana Perunggu Hasil peninggalan pada zaman perunggu ini menjadi bukti
bahwa kebudayaan logam yang ada di Indonesia tergolong
5 ZAMAN PERUNGGU masih satu kebudayaan logam Asia dengan pusatnya di
Dongson.
Mata pisau dianggap sebagai perkakas yang memiliki
kegunaan cukup banyak pada zaman besi. Sebab, mata
pisau dapat dimanfaatkan hampir pada setiap kepentingan
dalam kehidupan sehari-hari.
Mata Pisau Misalnya, melindungi diri dari serangan binatang buas,
menjadi senjata, serta alat untuk mengumpulkan makanan.
Selain itu, mata pisau juga dapat digunakan untuk
mengumpulkan tanaman yang dapat dijadikan atap atau alas
dalam pembuatan rumah.
Arca perunggu merupakan hasil budaya zaman logam dan
ada yang berbentuk binatang serta manusia di masa
Arca Perunggu
perunggu. Banyak ditemukan di Lumajang, Riau,
Bangkinang Riau, Bogor, hingga Palembang.
Alat yang mirip kapak dengan bentuk indah dan satu sisinya
Candrasa panjang. Banyak ditemukan di Yogyakarta dan berfungsi
untuk upacara keagamaan dan tanda kebesaran.

Mata Panah Mata panah yang terbuat dari besi biasanya digunakan untuk
berburu.
Mata pisau dari Zaman Besi merupakan pengembangan alat
serupa dari masa sebelumnya yang terbuat dari batu atau
Mata Pisau kayu. Mata pisau dari Zaman Besi terbuat dari besi dan
biasanya digunakan sebagai peralatan sehari-haru ataupun
sebagai alat untuk mempertahankan diri.

Mata sabit sebenarnya hampir mirip dengan mata pisau.


Mata Sabit Namun, ada perbedaan dari sisi bentuk dan kegunaannya
secara khusus. Mata sabit biasanya digunakan sebagai alat
bercocok tanam, atau untuk mencari rumput pakan ternak.
6 ZAMAN BESI Cangkul sederhana yang terbuat dari paduan kayu sebagai
gagang dan besi sebagai ujungnya sudah dikenal sejak
Cangkul Zaman Besi. Sama seperti mata sabit, cangkul juga
digunakan untuk kepentingan bertani, berkebun, alias
bercocok-tanam.
Pedang pada Zaman Besi diciptakan sebagai alat
mempertahankan diri, baik dari ancaman binatang buas
Pedang
maupun sebagai senjata ketika terjadi pertikaian dengan
komunitas manusia lainnya.
Besi juga bisa dijadikan sebagai bahan membuat perhiasan.
Manusia pada Zaman Besi sudah mengenal perhiasan
Perhiasan sehingga logam, termasuk besi, bisa digunakan sebagai
bahan untuk membuat gelang, kalung, cincin, atau jenis
perhiasan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai