Anda di halaman 1dari 23

PEDOMAN PELAYANAN GERIATRI

RUMAH SAKIT UMUM RSU AVISENA

JL. MELONG NO 170 CIJERAH

CIMAHI TAHUN 2022


KATA PENGANTAR

Ba’da salam dan bahagia. Semoga rahmat dan hidayah Allah S.W.T. senantiasa tercurah
kepada kita semua. Amin.

Indonesia menempatkan para lanjut usia (lansia) pada posisi yang dihormati, bukan saja
karena nilai-nilai budaya yang hidup dan berkembang di masyarakat, tetapi juga karena
lansia tergolongdalamkelompokyang rentan. Penghormatan tersebut dapat berupa
pemberian fasilitas dan pelayanan khusus dalamrangka perlindungan dan pemenuhan
hak-hak mereka sebagaimana diatur dalamPasal8 UU Nomor 39 Tahun 1999. Salah satu
wujudnyaadalah tersedianya fasilitas dan pelayanan khusus di rumah sakit berupa kursi
roda, lift khusus, toilet, jalan/akses bagi lansia yang bertongkat, tangga, fasilitas lain,
dan layanan khusus berupa “Pelayanan Geriatri”.

Pedoman Pelayanan Geriatri RSU Avisena ini diharapkan dapat bermanfaat dalam
rangka perlindungan dan pemenuhan hak-hak para lansia.

Kami tidak mungkin lepas dari khilaf dan salah, untuk itu kritik dan saran sangat kami
harapkan untuk penyempurnaan pedoman ini.

Semoga upaya kita mendapatkan rahmat, hidayah, dan ridho dari Allah S.W.T. Amin.

Cimahi, 2022

Penyusun

Tim Geriatri
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan
diselenggarakan berdasarkan perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian,
adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus pada
penduduk rentan antara lain ibu, bayi, anak, lanjut usia dan keluarga miskin.
Dampak keberhasilan pembangunan kesehatan ditandai dengan meningkatnya
umur harapan hidup, menurunnya tingkat kematian bayi dan ibu melahirkan.
Berdasarkan data Biro Pusat Statistik tahun 2014, umur Harapan Hidup (UHH) di
Indonesia untuk wanita adalah 73 tahun dan untuk pria adalah 69 tahun. Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional memproyeksikan umur harapan hidup di
Indonesia pada tahun 2025 dapat mencapai 73,6 tahun.
Upaya peningkatan kesejahteraan pada lanjut usia diarahkan untuk
memperpanjang usia harapan hidup dan masa produktif agar terwujud kemandirian
dan kesejahteraan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah peningkatan pelayanan
kesehatan geriatri di rumah sakit. Dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan
geriatri di rumah sakit yang berkualitas, merata dan terjangkau maka pelayanan
geriatri harus dilakukan secara terpadu melalui pendekatan yang bersifat
interdisiplin oleh berbagai tenaga profesional yang bekerja dalam tim terpadu
geriatri. Oleh sebab itu, dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan geriatri
di rumah sakit dan untuk mengakomodasi berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi dibidang pelayanan geriatri, perlu disusun penyelenggaraan pelayanan
geriatri di rumah sakit.
B. Tujuan
1. Tujuan umum :
Terselenggaranya pelayanan lanjut usia/ geritari secara terpadu dan nyaman di
RSU Avisena.
2. Tujuan Khusus :
a. Terselengaranya pelayanan lanjut usia di rawat jalan.
b. Terselenggaranya pelayanan lanjut usia kunjungan rumah ( home care )

C. Ruang lingkup pelayanan


Berdasarkan kemampuan pelayanan, pelayanan Geriatri dibagi menjadi :
1. Tingkat Sederhana
Jenis pelayanan Geriatri tingkat sederhana paling sedikit terdiri atas rawat jalan
dan kunjungan rumah (home care).
2. Tingkat Lengkap
Jenis pelayanan Geriatri tingkat lengkap paling sedikit terdiri atas rawat jalan,
rawat inap akut, dan kunjungan rumah (home care).
3. Tingkat Sempurna
Jenis pelayanan Geriatri tingkat sempurna paling sedikit terdiri atas rawat jalan,
rawat inap akut, kunjungan rumah (home care), dan Klinik Asuhan Siang.
4. Tingkat Paripurna
Jenis pelayanan Geriatri tingkat paripurna terdiri atas rawat jalan, Klinik
Asuhan Siang, rawat inap akut, rawat inap kronik, rawat inap Psikogeriatri,
penitipan Pasien Geriatri (respite care), kunjungan rumah (home care), dan
Hospice.

Tingkatan sebagaimana dimaksud tersebut ditetapkan berdasarkan :


1. Jenis pelayanan
2. Sarana dan prasarana
3. Peralatan
4. Ketenagaan.
Jenis pelayanan yang dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Avisena Cimahi
berdasarkan tersedianya fasilitas sarana dan prasana, peralatan dan ketenagaan
adalah pelayanan tingkat sederhana.

.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

Ketenagaan dalam pelayanan Geriatri di RSU Avisena.terdiri atas tenaga


kesehatan dan tenaga non kesehatan yang bekerja bersama-sama sebagai Tim Terpadu
Geriatri.
1. Tim Terpadu Geriatri terdiri atas ketua dan koordinator pelayanan yang merangkap
sebagai anggota, dan anggota.
2. Tim Terpadu Geriatri dibentuk oleh Direktur Rumah Sakit.
3. Ketua Tim Terpadu Geriatri terdiri atas:
a. Dokter spesialis penyakit dalam untuk pelayanan Geriatri tingkat sederhana.
b. Koordinator pelayanan dibentuk sesuai dengan masing-masing pelayanan pada
pelayanan Geriatri tingkat sederhana.

Tim Terpadu Geriatri pada pelayanan Geriatri tingkat sederhana paling sedikit
terdiri atas:
1. Dokter spesialis penyakit dalam
2. Dokter spesialis lainnya sesuai dengan jenis penyakit Pasien Geriatri
3. Dokter
4. Perawat yang telah mengikuti pelatihan keperawatan gerontik atau pelatihan
keterampilan inteligensia
5. Apoteker
6. Tenaga gizi
7. Fisioterapis
8. Okupasi terapis
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah ruang

B. Standar fasilitas
Ruang pelayanan Geriatri tingkat sederhana paling sedikit terdiri atas :
1. Ruang pendaftaran/administrasi
Ruang pendaftaran/administrasi sebagaimana dimaksud dapat bergabung
dengan ruang pendaftaran/administrasi lain di Rumah Sakit.
Ruang pendaftaran administrasi ini harus cukup luas untuk penempatan meja
tulis, lemari arsip untuk penyimpanan dokumen medik pasien. Letaknya dekat
dengan ruang tunggu, sehingga mudah dilihat oleh pasien yang baru datang.
2. Ruang tunggu
Ruang tunggu harus bersih dan cukup luas, aman dan nyaman, baik untuk
pasien dari luar ataupun dari bangsal yang menggunakan kursi roda atau tempat
tidur.
3. Ruang periksa
Ruangan ini dekat dengan ruang pendaftaran serta dilengkapi dengan fasilitas
dan alat-alat pemeriksaan.
Ruangan terdiri dari:
a. Ruang periksa perawat geriatri dan sosial medik untuk melakukan
anamnesis;
b. Ruang periksa dokter/tim geriatri;
c. WC dan kamar mandi
d. Ruangan diskusi tim geriatri atau pertemuan dengan keluarga pasien (family
meeting).
4. Ruang Tim Terpadu Geriatri
Ruang tim terdiri dari :
a. Ruang ketua tim
b. Ruang anggota
c. 1 (satu) ruang pertemuan untuk tim
d. Ruang istirahat karyawan dan pantry
e. Kamar kecil untuk karyawan

C. Persyaratan Bangunan
1. Konstruksi bangunan
a. Jalan
Jalan menuju ke pelayanan geriatri harus cukup kuat, rata, tidak licin serta
disediakan jalur khusus untuk pasien/pengunjung dengan kursi roda.
b. Pintu
Pintu harus cukup lebar untuk memudahkan pasien/pengunjung lewat
dengan kursi roda atau tempat tidur. Lebar pintu sebaiknya 120 cm terdiri
dari pintu 90 cm dan pintu 30 cm.
c. Listrik
Daya listrik harus cukup dengan cadangan daya bila suatu saat memerlukan
tambahan penerangan sehingga diperlukan stabilisator untuk menjamin
stabilitas tegangan, dilengkapi dengan generator listrik.
d. Penerangan
Penerangan lorong dan ruang harus terang namun tidak menyilaukan. Setiap
lampu penerangan di atas tempat tidur harus diberi penutup, agar tidak
menyilaukan.
e. Lantai
Lantai harus rata, mudah dibersihkan tetapi tidak licin, bila ada undakan atau
tangga harus jelas terlihat dengan warna ubin yang berbeda untuk mencegah
jatuh.
f. Langit-langit
Langit-langit harus kuat dan mudah dibersihkan.
g. Dinding
Dinding harus permanen dan kuat dan sebaiknya di cat berwarna terang.
Agar memberi semangat dan di sepanjang dinding, terdapat pegangan yang
kuat sebaiknya terbuat dari kayu (hand rail).
h. Ventilasi
Semua ruangan harus diberi cukup ventilasi. Ruangan yang menggunakan
pendingin/air condition harus dilengkapi cadangan ventilasi untuk
mengantisipasi apabila sewaktu-waktu terjadi kematian arus listrik.
i. Kamar mandi dan WC
Kamar mandi menggunakan kloset duduk dengan pegangan di sebelah kanan
dan kirinya. Shower dilengkapi dengan tempat duduk dan pegangan.
Gagang shower harus diletakkan di tempat yang mudah dijangkau oleh
pasien dalam posisi duduk. Demikian pula tempat sabun harus diletakkan
sedemikian agar mudah dijangkau pasien. Tersedia bel untuk meminta
bantuan dan pintu membuka keluar.
j. Air
Penyediaan air untuk kamar mandi, WC, cuci tangan harus cukup dan
memenuhi persyaratan. Semua fasilitas gedung dan lingkungan harus
mengacu kepada pedoman Pekerjaan Umum tentang standar teknis
eksesibilitas gedung dan lingkungan.
k. Pada dinding-dinding tertentu harus diberi pengaman dan kayu atau
alumunium (leuning) yang berfungsi sebagai pegangan bagi pasien pada saat
berjalan serta untuk melindungi dinding dari benturan kursi roda.
l. Agar dihindari sudut-sudut yang tajam pada dinding atau bagian tertentu
untuk menghindari kemungkinan terjadinya bahaya/trauma.
m. Disediakan wastafel pada setiap ruangan pemeriksaan, pengobatan dan
ruangan yang lain.
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

Semua pasien lanjut usia yang datang ke poliklinik/UGD akan dilakukan triase
apakah tergolong ke dalam pasien geriatri. Untuk pasien lanjut usia biasa akan
diteruskan ke dokter spesialis yang sesuai dengan penyakitnya. Apabila tergolong
pasien geriatri (misalnya memiliki: penurunan status fungsional, ada sindrom geriatri,
gangguan kognitif- demensia, jatuh–osteoporosis dan inkontinensia) akan dilakukan
asesmen geriatri komprehensif oleh Tim Terpadu Geriatri.
Model 1.
Alur Pelayanan di Rumah Sakit dengan Pelayanan Geriatri
Tingkat Sederhana

Pasien Lanjut usia Rawat Jalan (Poliklinik) :


- Assesmen dan konsultasi
- Kuratif
Triase di setiap Poliklinik - Intervensi Psikososial
Departemen/IGD - Rehabilitasi Medik

Assesmen Geriatri komprehensif


oleh tim terpadu poli geriatri

Masalah Geriatri :
- Kondisi Medis Umum
- Status Fungsional Rencana Tatalaksana
- Psikiatri : komprehensif oleh tim Home Care
Status Mental terpadu poli geriatri
Fungsi KKognitif
- Sosial dan Lingkungan

Rumah sakit dengan pelayanan geriatri sederhana boleh melakukan perawatan


inap namun karena belum terdapat ruang rawat khusus yakni ruang rawat akut geriatri
maka dapat dirawat di ruang rawat biasa.
BAB V
LOGISTIK

Jumlah peralatan didasarkan pada:


1. kebutuhan pelayanan;
2. rata-rata jumlah kunjungan setiap hari.
3. Angka rata-rata pemakaian tempat tidur/Bed Occupancy Rate (BOR) bagi pelayanan
rawat inap
4. evaluasi kemampuan alat dan efisiensi penggunaan alat.
No Alat Sederhana
Ruang pemeriksaan
1 Tempat tidur pasien √
2 1 set alat pemeriksaan fisik √
3 EKG √
4 Light box √
5 Bioelectrical impedance -
6 Timbangan berat badan dan pengukur tinggi badan √
7 Instrumen penilaian Kognitif, Psikologi, Psikiatri √
No Alat Lengkap
Rawat inap
8 Tempat tidur pasien √
9 Oksigen √
10 Suction √
11 Light box √
12 EKG √
13 Blue bag √
14 Chair scale √
15 Timbangan rumah tangga √
Ruang fisioterafi
16 Paralel bar √
17 Walker √
18 Stick √
19 Tripot √
20 Quadripot √
21 Kursi roda √
22 Tilting table √
23 Meja fisiotherafi √
24 Paralel bar √
25 Diatermi √
26 TENS √
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. PENGERTIAN
Menurut Permenkes no. 1691/MENKES/PER/VIII/2011, keselamatan pasien
rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih
aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya diambil.

B. TUJUAN
Hasil integrasi pemeriksaan yang valid akan memberikan penanganan yang tepat
untuk pasien.

C. SASARAN KESELAMATAN PASIEN


Sasaran keselamatan yang dapat diimplementasikan di pelayanan geriatri Reguler
adalah :
1. Ketepatan identifikasi pasien
2. Peningkatan komunikasi efektif
3. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan

D. TATA LAKSANA KESELAMATAN PASIEN


1. Identifikasi
Berdasarkan aturan di rumah sakit, semua petugas harus melakukan
identifikasi dengan menggunakan 2 identitas yaitu Nama dan nomor rekam
medik atau Nama dan tanggal lahir. Untuk pasien rawat inap dapat dicocokkan
dengan gelang pasien, sedangkan untuk pasien rawat jalan dapat dicocokkan
dengan kartu berobat.
2. Alat Pelindung Diri
Petugas yang melakukan pemeriksaan apalagi yang melakukan tindakan
harus menggunakan alat pelindung diri dan bekerja secara aseptis. Sebelum
menggunakan sarung tangan, melakukan hand hygiene dengan hand rub. Setiap
selesai tindakan harus mengganti sarung tangan sebelum mengambil tindakan
pasien lainnya agar petugas tidak memindahkan kuman/ infeksi dari satu pasien
ke pasien lainnya.
Tim terpadu geriatri menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak proses
pelayanan terkait keselamatan pasien masih membutuhkan perbaikan, namun
demikian ada semangat yang besar dari seluruh civitas rawat jalan untuk bekerja
secara terintegrasi menekan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) selama proses
pelayanan.
Kegiatan pelayanan di pelayanan tim geriatri sangat membutuhkan
penerapan manajemen risiko untuk meminimalisir KTD yang mungkin terjadi.
Dengan adanya tindakan yang bersifat antisipatif ini, bila terjadi insiden maka
sudah tersedia alternatif keputusan yang dilihat dari berbagai sisi dilengkapi
dengan pengetahuan akan konsekuensi dan dampak yang diakibatkannya.

E. STANDAR KESELAMATAN PASIEN GERIATRI


Beberapa standar keselamatan pasien yang diterapkan di Pelayanan Geriatri :
1. Hak Pasien
Pasien dan keluarga berhak mendapat informasi tentang rencana dan hasil
pelayanan termasuk KTD
a. Tersedia Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) di tiap klinik
b. Adanya jadwal DPJP di klinik
c. Adanya rencana pelayanan oleh dokter
d. Dokter selalu memberi penjelasan pada pasien tentang rencana dan hasil
pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan
KTD.
2. Edukasi pada pasien dan keluarga tentang tanggung jawab pasien dalam asuhan
pasien.
Semua pemberi pelayanan di klinik wajib :
a. Menanggapi semua pertanyaan pasien/keluarga dengan bijak
b. Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap
Sehingga pasien dapat :
1) Mengetahui kewajiban dan tanggung jawabnya
2) Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan
3) Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan RS
4) Memenuhi kewajiban finansial
3. Kesinambungan pelayanan menuju keselamatan pasien
a. Klinik berkoordinasi secara menyeluruh mulai pasien masuk, dilakukan
pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pengobatan, tindakan pengobatan,
konsultasi sampai pasien keluar
b. Melakukan pengkajian/penilaian awal sehingga dihasilkan informasi
tentang kebutuhan perawatan yang sesuai dengan kondisi pasien untuk
selanjutnya dikoordinasikan pelayanannya
c. Melakukan komunikasi dalam pelayanan konsul antar klinik maupun antar
profesi kesehatan
4. Metode peningkatan kinerja program keselamatan pasien yang ada
a. Karu bersama staf melakukan asessment atas risiko-risiko klinik yang telah
dilaporkan. Dimulai dari identifikasi risiko dengan membuat daftar
katagorisasi risiko
b. Pengelolaan risiko yang mempertimbangkan akibat yang mungkin terjadi
bila risiko terjadi dengan menggunakan system scoring, dimana risiko yang
mempunyai skor tinggi dibuatkan rencana follow upnya.
c. Memutuskan tindakan untuk mengelola risiko, dengan cara memilih dan
menerapkan kegiatan yang sesuai lalu mengontrol atau memodifikasi risiko.
d. Melakukan evaluasi penatalaksanaan risiko
e. Melakukan pencatatan dan monitoring berkala.
f. Bila terjadi insiden, karu harus segera mengumpulkan data-data untuk
membuat pencatatan kronologis yang akurat dan dianalisis kemungkinan
insiden tersebut memiliki kecenderungan dampak kemana.
g. Karu menyusun suatu prosedur yang memungkinkan klinik dapat
menangkap semua insiden yang terjadi, baik yang bersifat reaktif maupun
proaktif. Dengan prosedur tersebut diharapkan berbagai insiden, komplain,
klaim, keinginan pasien, keluarga dan berbagai pemangku kepentingan
rawat jalan dapat diidentifikasi segera mungkin.

Disamping berbagai langkah telah dilakukan oleh tim pelayanan geriatri


dalam menerapkan keselamatan pasien, namun demikian tidak dapat dipungkiri
masih banyak hal-hal yang harus dilakukan yaitu :
1. Audit atas risiko pelayanan yang muncul
2. Prinsip manajemen risiko belum menjadi budaya kerja di instalasi
3. Protap persiapan penanganan atau prosedur cepat tanggap bila terjadi insiden
4. Pencatatan dan pelaporan belum terdokumentasi secara rapi terkait KTD
5. Sistem Informasi Manajemen keselamatan pasien rawat jalan
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. PENGERTIAN
Keselamatan kerja menurut Undang-undang no 1 tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja disebutkan bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat
perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan
hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas Nasional.
Menurut Undang-undang no 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 23
dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus
diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai
resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan
paling sedikit 10 orang

B. TUJUAN
Terciptanya cara kerja, lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan
dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan karyawan rumah sakit pada
umumnya dan Tim Pelayanan Geriatri Reguler pada khususnya.

C. PROSEDUR KEAMANAN KERJA


1. Kesehatan Petugas
a. Pemeriksaan kesehatan rutin untuk semua petugas
b. Vaksinasi HVB
2. Pencegahan Bahaya Kecelakaan
a. Pada awal bekerja prosedur Keselamatan harus dilaksanaan terlebih dahulu
b. Pada saat bekerja :
1) Dilarang : Makan, rokok, minum di ruang pemeriksaan
2) Hindari : Kontak langsung dengan bahan kimia, listrik, api, spesimen
dan mekanik.
3) Melaksanakan pembuangan limbah secara prosedural
Seperti di tempat kerja lainnya, Pelayanan Geriatri memiliki potensi bahaya
yang dapat mengancam status kesehatan pekerja, pasien dan pengunjungnya.
Sumber bahaya di Pelayanan Geriatri harus diidentifikasi dan dinilai untuk
menentukan tingkat risiko yang merupakan tolak ukur kemungkinan terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

1. Identifikasi sumber bahaya


Bahaya potensial berdasarkan lokasi dan pekerjaannya

No Faktor Bahaya Potensial Lokasi Pekerja paling


berisiko
1 Fisik Bising Peralatan yang Dokter gigi,
menghasilkan bising perawat gigi, dokter
Klinik gilut (boor, bedah ortho
kompresor, scaler),
klinik bedah
orthopedi (gergaji
gips)
Getaran Peralatan yang Dokter gigi,
menghasilkan getaran perawat gigi, dokter
Klinik gilut (scaler), bedah ortho
klinik bedah
orthopedi (gergaji
gips)
Debu Semua ruang dan Petugas kebersihan
lorong
Proses pembuatan Teknisi gigi
gigi tiruan
Pembukaan gips Dokter, perawat
(bedah orthopedi)
Ruang audiometri Dokter, perawat
THT
Sengatan listrik Semua alat yang Semua pekerja
membutuhkan energi
listrik (semua klinik)
Tertusuk, Semua area Semua pekerja
tergores benda
tajam
2 Kimia Desinfektan Semua area Petugas kebersihan
Methacrylate, Hg Klinik gigi Dokter & perawat
(amalgam) gigi
3 Biologi HIV-AIDS, Semua area Dokter, perawat
Hepatitis B
Influenza Semua area Semua pekerja
Cytomegalovirus Klinik obsgyn, anak Dokter, perawat
Rubella Klinik obsgyn, anak Dokter, perawat
Tuberculosis Semua area, Semua pekerja
khususnya klinik
Paru
4 Ergonomik Pekerjaan yang Semua area Semua pekerja
dilakukan secara
manual
Postur yang salah Semua area Semua pekerja
dalam melakukan
pekerjaan (duduk,
mengangkat
barang di lantai)
Jenis kerja yang Semua area
berulang
Carpal tunnel Operator keyboard Administrasi
syndrome computer
5 Psikososial Sering kontak Semua area Semua pekerja
dengan pasien
(konflik), kerja
berlebih,
ancaman fisik
6 Limbah Limbah medis Klinik dengan Dokter, perawat
(jarum, vial obat), tindakan
limbah non
medis, limbah
cairan tubuh
(darah, pus,
droplet, sputum)

2. Pengendalian faktor risiko


Terdapat 4 tingkatan pengendalian risiko (merupakan hirarki)
a. Menghilangkan bahaya, bila tidak mungkin ;
b. Menggantikan sumber risiko dengan alat lain yang tingkat risikonya lebih
rendah/tidak ada, bila tidak mungkin ;
c. Melalui rekayasa baik secara teknis maupun administratif, bila tidak
mungkin ;
d. Pilihan terakhir : memakai APD

3. Standar pelayanan kesehatan kerja Pelayanan Geriatri


a. Pemeriksaan kesehatan (medical check up) pada pegawai baru
b. Pemeriksaan kesehatan (medical check up) berkala pada pegawai
c. Pemeriksaan kesehatan khusus; pegawai pada klinik tertentu yang dianggap
rentan kondisinya mengingat jenis pekerjaan yang ditekuni, misal klinik
DOTS, MDR
d. Pengiriman diklat K3
e. Melakukan pemantauan lingkungan kerja, misal pemeriksaan angka kuman
di klinik tindakan, ruang audiometri

4. Standar pelayanan keselamatan kerja Pelayanan Geriatri


a. Monitoring ketersediaan sarana keselamatan kerja di tiap klinik, misal
APAR
b. Monitoring perlengkapan keselamatan kerja : rambu arah dan jalur evakuasi,
pemakaian APD, SOP keselamatan kerja dan APD
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pemantauan dan evaluasi dilaksanakan secara berkesinambungan guna


mewujudkan keberhasilan program pelayanan kesehatan bagi pasien geriatri.
Pemantauan dan evaluasi harus ditindaklanjuti untuk menentukan faktor-faktor yang
potensial berpengaruh agar dapat diupayakan penyelesaian yang efektif. Pemantauan
dan evaluasi mutu dilakukan dalam bentuk kegiatan pencatatan dan pelaporan.
Diperlukan sejumlah indikator dalam pencatatan, diantaranya sebagai berikut:
1. Lama rawat
Lama rawat pasien geriatri di ruang rawat inap akut tergantung dari
kemampuan TTG serta dukungan sarana dan prasarana. Makin terampil dan
lengkap, lama rawat akan semakin singkat. Rata-rata lama rawat pasien geriatri yang
masuk karena mengalami geriatric giants dan dirawat inap dengan menerapkan
pengkajian paripurna pasien geriatri adalah 12 hari.
2. Status fungsional
Status fungsional pasien diukur sejak pasien masuk rumah sakit sampai saat
pemulangan. Diukur rata-rata kenaikan skor status fungsional pasien geriatri dengan
karakteristik seperti di atas adalah 4/20 jika menggunakan instrumen ADL Barthel.
3. Kualitas hidup
Penilaian kualitas hidup harus menggunakan instrumen yang mampu menilai
kualitas hidup terkait kesehatan (health related quality of life = HRQoL). Salah satu
instrumen yang sering digunakan adalah EQ5D (Euro-Quality of Life Five
Dimension) yang mengukur lima dimensi atau aspek yang memengaruhi kesehatan.
Standar nilai EQ5D ≥ 0,71 dengan EQ5D-VAS minimal 79%.
4. Rawat inap ulang (rehospitalisasi)
Rehospitalisasi adalah perawatan kembali setelah pulang ke rumah dari
rumah sakit. Perawatan yang terjadi kembali dalam 30 hari pertama pascarawat
menggambarkan adanya permasalahan kesehatan yang sesungguhnya belum optimal
ditatalaksana di rumah sakit. Persentase maksimal rehospitalisasi pasien geriatri
pascarawat inap akut adalah 15%. Rehospitalisasi ini dapat dipengaruhi oleh
kesiapan tim terpadu geriatri serta dukungan yang ada di rumah sakit.
Rehospitalisasi juga tak terlepas dari pengaruh kemampuan puskesmas dan
community based geriatric service.
5. Kepuasan pasien
Kepuasan pasien diukur saat pasien pulang dengan instrumen yang secara
sahih dapat mengukur kepuasan pasien. Salah satu instrumen yang sering digunakan
adalah Patients’s Satisfaction Questionair (PSQ) yang telah diuji kesahihan
(Spearman correlation coefficient: 0,383 – 0,607 ; p < 0,01) dan keandalannya
(Cronbach’s alpha: 0,684). Instrumen ini memiliki nilai standar minimal 190.
BAB IX
PENUTUP

Pedoman Pelayanan Geriatri ini diharapkan menjadi panduan penyelenggaraan


pelayanan lanjut usia/ geritarik secara terpadu dan nyaman di RSU Avisena..
Pelaksanaan pelayanan geriatri di RSU Avisena.harus disesuaikan dengan SDM yang
tersedia, peralatan, sarana dan prasarana sesuai dengan standar yang telah ditetapkan,
selain itu perlu adanya kerjasama tim terpadu geriatri yang secara bersama-sama
menangani pasien geriatri sesuai dengan bidang ilmunya masing-masing sehingga
terwujud pelayanan geriatri yang terpadu.
Pedoman petunjuk teknis pelayanan ini selanjutnya perlu dijabarkan dalam
prosedur tetap guna kelancaran pelaksanaannya.

Anda mungkin juga menyukai