Anda di halaman 1dari 6

PT AVISENA MANDIRI SEJAHTERA

RUMAH SAKIT UMUM AVISENA


Jl. Melong No. 170 Cimahi
Telp. 022 6000830

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

CHRONIK KIDNEY DISEASE

Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologis dengan


etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang
progresif, yang terjadi dalam waktu ≥ 3 bulan dan pada akhirnya
berakhir dengan gagal ginjal. Selanjutnya, gagal ginjal adalah suatu
keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang
irreversibel, pada suatu derajat yang memerlukan terapi penggantian
ginjal yang tetap berupa dialysis atau transplantasi ginjal.

Definisi CKD menurut NKF-K/DOQI adalah:

1. Kerusakan ginjal selama ≥ 3 bulan


1. Pengertian (Definisi)
Yang dimaksud terdapat kerusakan ginjal adalah bila dijumpai
kelainan struktur atau fungsi ginjal dengan atau tanpa penurunan
GFR, dengan salah satu manifestasi:

- Kelainan patologi

- Petanda kerusakan ginjal, termasuk kelainan komposisi darah


atau urine, atau kelainan radiologi.

2. GFR ≤ 60 ml/men/1,73m2 ≥ 3 bulan dengan atau tanpa kerusakan


ginjal.

1. Keluhan pada CKD : lemah, letargi, anoreksia, mual muntah,


nokturia, gatal, sakit kepala, gangguan tidur, sesak nafas, nyeri
2. Anamnesis dada, fatigue, pandangan kabur, disfungsi ereksi, hipertensi,
perdarahan, kejang, nyeri sendi, tulang dan fraktur, gangguan
mental.

3. Pemeriksaan Fisik 1. KU : dapat terjadi penurunan kesadaran sampai koma, pucat,


sesak nafas.
2. Mata : penurunan visus, red eye, nistagmus, pupil asimetri.
3. Leher : pembesaran kelenjar tiroid.
4. Paru : Gerakan nafas tertinggal, retraksi (+), SN melemah,
pekak rhonki (+).
5. KV : pembesaran jantung (didapatkan pergeseran dari batas
jantung, khususnya pergeseran batas jantung kiri ke arah
lateral.), gangguan irama jantung (aritmia), peningkatan
tekanan darah.
6. Abdomen : nyeri epigastrium, asites.
7. Muskuloskeletal : nyeri sendi, tulang dan fraktur.
8. Ekstremitas : neuropati perifer, pitting oedem.
9. Kulit : kering, bersisik, scratch mark, urea frost
1. Kerusakan ginjal selama ≥ 3 bulan dengan atau tanpa disertai
penurunan GFR
4. Kriteria Diagnosis
2. GFR ≤ 60 ml/men/1,73m2 ≥ 3 bulan dengan atau tanpa
kerusakan ginjal.
5. Diagnosis Kerja CKD (Chronik Kidney Disease)
1. AKI (Acute Kidney Injury)
6. Diagnosis Banding
2. Sindroma Nefrotik
Pemeriksaan laboratorium :

1. Faal ginjal
2. Darah lengkap ( termasuk kimia darah)
3. Urinalisa
4. GFR
Pemeriksaan penunjang lain :
7. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto polos abdomen
2. BNO-IVP
3. Pielografi antergrad / retrograd
4. USG
5. Renogram
6. Biopsi dan pemeriksaan histopatologi ginjal
8. Tata Laksana Prinsip terapi

1. Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya


2. Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid
3. Memperlambat perburukan (progression) fungsi ginjal
4. Pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskular
5. Pencegahan dan terapi terhadap komplikasi
6. Terapi pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi
ginjal
Terapi Konservatif
 Pengobatan hipertensi. Target penurunan tekanan darah
yang dianjurkan < 140/90 mmHg. Dapat diberikan ACE
Inhibitor dan ARB.
 Pembatasan asupan protein, dimulai ketika LFG ≤60
ml/menit. Jumlah asupan protein yang dianjurkan 0,6-0,8
gr/kgBB/hari,yang 0,35-0,5 gr di antaranya merupakan
protein dengan nilai biologi tinggi. Pada pasien yang sudah
mendekati stadium akhir, asupan protein ditingkatkan
menjadi 0,9 g/kgBB/hari yang terdiri dari protein dengan nilai
biologi tinggi.

 Retriksi fosfor, diatasi dengan membatasi diet fosfat, yaitu


sebanyak 600-800 mg/hari. Memberi pengikat fosfat. Yang
banyak dipakai adalah CaCO3 dan Calcium asetat.
 Mengurangi proteinuria. Dalam hal ini ACE inhibitor atau
ARB biasanya digunakan. Dapat juga kombinasi dari ACE
Inhibitor dan ARB. Jika ditemukan peningkatan efek samping
maka obat bisa diganti dengan lini kedua seperti CCB,
diltiazem, verapamil.
 Mengendalikan hiperlipidemia. Diet yang diberikan
sebaiknya mengandung kurang dari 7% kalori lemak
jenuh/satured fat (SAFA), polyunsatured fat (PUFA) hingga
10%, monounsatured fat (MUFA) hingga 20% dan total
lemak 25-35% dari kalori total. Diet juga harus mengandung
karbohidrat kompleks(50-60% dari kalori total) dan serat (20-
30 g/hari). Kolesterol diet harus kurang dari 200 mg/hari.
Terapi farmakologis dapat diberikan obat golongan Statin dan
fibrat.
 Pembatasan cairan (balance cairan) dan elektrolit, Jumlah
air yang keluar dari tubuh yaitu dari insensible water loss
adalah sekitar 500-800 ml/hari, sehingga jumlah air yang
masuk adalah 500-800 ml/hari ditambah jumlah urin. Asupan
cairan 1-2 L per hari dapat menjaga keseimbangan cairan.
Pembatasan elektrolit, yaitu dengan mengawasi asupan
kalium dan natrium. Kalium dibatasi karena hyperkalemia
dapat menyebabkan aritmia jantung, sehingga obat-obatan
dan makanan yang tinggi kalium harus dibatasi. (2)Jika GFR
menurun <10-20 ml/menit maka asupan harus kurang dari 50-
60 meq/dl.
 Anemia, EPO biasanya diberikan sebagai injeksi subkutan
(25 hingga 125 U/kgBB) tiga kali seminggu. Indikasi terapi
dengan eritropoetin adalah kadar Hb < 10 gr % dengan
penyebab lain sudah diatasi.
 Asidosis, Penurunan asupan protein dapat memperbaiki
keadaan asidosis, tetapi bila kadar bikarbonat serum kurang
dari 15 mEq/l, dapat diberikan natrium bikarbonat maupun
sitrat pada dosis 1 mEq/kg/hari secara oral. Asidosis berat
dikoreksi dengan NaHCO3 parenteral.
 Hiperkalemia, dapat diberikan :Kalsium glukonas 10% 10
ml dalam 10 menit IV, Bikarbonas natrikus 50-150 IV dalam
15-30 menit, Insulin dan glukosa 6U insulin dan glukosa 50g
dalam waktu 1 jam, Kayexalate (resin pengikat kalium) 25-50
gr oral atau rektal.
 Hiperurisemia, Alopurinol sebaiknya diberikan 100-300 mg,
apabila kadar asam urat > 10 mg/dl atau apabila terdapat
riwayat gout.
 Infeksi, Penderita gagal ginjal kronik memiliki kerentanan
yang lebih tinggi terhadap infeksi, terutama infeksi saluran
kemih. Dapat diberikan antibiotik cefalosporin generasi ke -3,
seperti ceftriaxon, dan cefoperazon, yang memerlukan
penyesuaian dosis.
Modifikasi penyesuaian obat

 Menghindari obat-obatan yan deliminasi terutama melalui


ginjal. Seperti Metformin, meperidin, dan OHO lain yang
dieliminasi di ginjal. OAINS juga harus dihindari karena
dapat memperburuk fungsi ginjal. Dan banyak antibiotik,
antiaritmia , dan antihipertensi yang memerlukan penyesuaian
dosis.
Terapi penggantian ginjal.

1. Hemodialisa atas indikasi.


2. Dialisis perioneal atas indikasi.
Transplantasi ginjal.
1. Penumpukan cairan pada bagian tubuh (edema) atau organ dalam,
termasuk di paru-paru (edema paru)
9. Komplikasi 2. Hiperkalemia, yaitu tingginya kadar kalium dalam darah yang
dapat mengganggu fungsi jantung, bahkan bisa menyebabkan
henti jantung.
1. Hipertensi
2. Diabettes mellitus
10. Penyakit Penyerta 3. Batu Ginjal
4. Eklamsi
5. Kelenjar prostat
Ad vitam : dubia ad bonam/malam

11. Prognosis Ad sanationam : dubia ad bonam/malam

Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam


Pemantauan status pengobatan pada akhir bulan ke 2 dan akhir
12. Kriteria Lanjutan
bulan ke 5
a. Penjelasan perjalanan penyakit, komplikasi, rencana perawatan
dan tindakan.
b. Penjelasan tindakan terapi pengganti ginjal, termasuk komplikasi.
c. Konsultasi Gizi.
13. Edukasi
d. Modifikasi gaya hidup : berhenti merokok, kurangi asupan
protein, lemak dan garam. Olah raga teratur.
e. Kontrol teratur, terutama kontrol tekanan darah dan gula darah
dan LFG.
14. Kepustakaan 1. Prodjosudjadi W, Susalit E, Suwitra K,et al. Penatalaksanaan
Penyakit ginjal Kronik dan Hipertensi. PERNEFRI. 2009.

2. Murray L, Ian W, Tom T, Chee KC. Chronic Renal failure in


Ofxord Handbook of Clinical Medicine. Ed. 7 th. New York:
Oxford University; 2010. 294-97

3. Fauci, Braunwald, Kasper, et al. Harrison’s Principles of Internal


Medicine 17th Ed,Vol.II. Mc Graw Hill. 2008

4. Sudoyo W, Setiyohadi B, Alwi I, et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit


Dalam. Jilid II. Interna Pubishing. Jakarta; 2009.

Price S, Wilson L. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses


Penyakit,Vol.2. ECG. Jakarta; 2011.

Anda mungkin juga menyukai