Anda di halaman 1dari 9

Nama: Evander Purba; NIM: 221010012; Mata Kuliah: Injil Yohanes

Semester: II; Program: Magister; Dosen: Dr. FX. Marmidi

KASIH SANG GEMBALA MENURUT INJIL YOHANES 21:15-19


1. Pengantar
Menurut kamus Besar bahasa Indonesia Menggembalakan merupakan kata kerja yang
berasal dari kata benda “gembala”, yang artinya menjaga. Kata kerja “menggembalakan”
umumnya digunakan untuk konteks peliharaan ternak lembu, kerbau, domba dan sebagainya.
Dalam kitab suci, kata kerja “menggembalakan” merupakan sebuah analogi yang selalu
diikuti oleh kata “domba-domba” seperti “gembalakanlah domba-domba-Ku” yang artinya
perintah untuk menjaga keselamatan umat Allah. Pelaku utama dalam “menggembalakan
domba-domba” ialah gembala sebagai subjek dan domba sebagai objek.
Dalam perikop ini, terjadi dialog antara Yesus dengan Petrus. Dalam dialog itu, Yesus
menanyakan perihal “apakah engkau mengasihi aku lebih dari mereka ini?” Petrus menjawab
bahwa ia mengasihinya. Pertanyaan yang sama diulang sampai tiga kali. Pertanyaan Yesus
kepada Petrus dihubungkan dengan Petrus yang menyangkal Yesus sampai tiga kali. Maksud
pertanyaan Yesus dengan mengulangi sampai tiga kali ialah meminta ketegasan Petrus. Yesus
ingin agar Petrus menyatakan kesejatian sikapnya terhadap Yesus bukan hanya cintanya
terhadap Yesus tetapi juga kesiapannya untuk mengikuti dan melayani Yesus.
Penulis Injil Yohanes mencatat bahwa, Yesus mempergunakan dua buah kata dalam
bahasa Yunani untuk menggambarkan fungsi dan sikap seorang gembala. Kata yang berasal
dari bahasa Yunani “poimaino” yang artinya pelihara, sama seperti yang digunakan-Nya
dalam Injil Sinoptik, dipakai juga dalam Yohanes 10:2, 11, 14, 16 dan 21:16. Dalam Yohanes
21:15 dan 17, Yesus mempergunakan Istilah yang berasal dari kata Yunani “bosko” yang
artinya memberi makan atau membiarkan kawanan ternaknya makan rumput di belantara.
Para ahli mengartikan perikop ini sebagai bentuk kasih akan domba yang akan tampak pada
diri seorang pemimpin.
Konsep Yesus Kristus tentang tugas seorang pemimpin atas umat Allah dapat dilihat
dengan jelas melalui teladan pelayanan praktis dan ajaran-Nya dalam metafora hubungan
antara gembala dan ternak gembalaannya. Dalam membicarakan tentang tugas gembala
sebagai pemimpin, Yesus tidak membahasnya dalam ruang lingkup apakah itu laki-laki atau
perempuan. Namun yang jelas ketika Yesus membicarakan hal tugas dan fungsi gembala
dilakukan-Nya di hadapan para murid9 dan juga khalayak ramai (umum), yang tentunya
dalam kerumunan itu terdapat kaum perempuan di dalamnya. Hal tersebut dapat kita lihat,
misalnya dalam Yohanes 10:19 dan juga Luk 15:1-10, yang mencatat tentang perumpamaan
domba yang hilang di mana Yesus bicarakan dalam kesejajaran dengan perumpamaan tentang
perempuan yang kehilangan Dirham.

1
2. Analisis Teks Yoh 21:15-19
2.1. Penafsiran Teologi Injil Yohanes 21:15-19
Ay.15a “Sesudah sarapan”. Menurut para ahli waktu sesudah sarapan bukan indikasi
waktu yang sesungguhnya. Momen sesudah sarapan merupakan makna palsu. Tujuannya
hanya untuk menciptakan hubungan antara bab 21: 15-17 dan bab 21:12-13, sekaligus
sebagai sebuah catatan pengantar ke peristiwa berikutnya. Pada ay.15b-17 “Apakah engkau
mengasihi Aku ... Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau... Gembalakanlah domba-
dombaKu”. Dalam bahasa Yunani, ada dua kata kerja untuk kata “mengasihi” yaitu agapan
artinya kasih dan philein artinya persahabatan. Brown mencoba menganalisis kata kerja
“mengasihi” dalam bahasa Yunani; “15: Agapas me ... philo se”, “16: Agapas me ... philo
se”, “17: Agapas me… philo se”. 1
Dari analisa tersebut muncul sebuah diskusi tentang pertanyaan Yesus dan jawaban
Petrus. Boleh jadi Yesus menanyakan bentuk kasih yang lebih agung (agapan) dari Petrus
tetapi kemudian Petrus menjawab pertanyaan itu dalam bentuk kasih yang lebih rendah yaitu
persahabatan (philein) atau apakah Yesus meminta kasih yang khusus (agapan) tetapi
kemudian Petrus mengekspresikan afeksi personal (philein) atau sebaliknya. Adapun
persoalan yang mungkin ialah tidak ditemukan perbedaan arti yang signifikan antara agapan
dan philein dalam ayat 15-17. Jawaban “Ya” dari Petrus terhadap Yesus sama dengan
ekspresi kata kerja agapan. Walaupun Petrus mengekspresikannya dalam kata philein, hal itu
tidak memperlihatkan kesadaran bahwa Petrus menjawab permintaan untuk bentuk kasih
yang lebih tinggi atau lebih relasional dari kasih agapan.2
Menurut Brown, banyak dari para ahli yang berpendapat bahwa tiga kali pengulangan
pertanyaan yang sama “apakah engkau mengasihi Aku?” dari Yesus dan tiga kali
pengulangan jawaban yang sama dari Petrus, “Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau”
adalah simbol dari tiga kali penyangkalan Petrus. Petrus membaharui kemuridannya setelah
ia gagal sebagaimana tampak dalam jawabannya.3
Lebih jauh, Brown mengatakan, menggembalakan domba-domba adalah tuntutan dari
kasih. Yesus menugaskan Petrus untuk menggembalakan domba-domba sebagai wujud kasih
dari Petrus. Bagi Yesus, kasih yang dituntut dari Petrus adalah dalam wujud
menggembalakan domba. Menurut para ahli, Yesus pertama-tama, menanyakan kasih Petrus.
Hal itu terjadi karena tugas Petrus sebagai gembala harus dilaksanakan dalam kasih kepada
domba. Kalau Petrus sungguh memberikan hidupnya kepada Yesus, Yesus dapat
mempercayakan kawanan domba-Nya kepadanya dengan syarat Petrus taat pada kehendak
Yesus atau meniru cara Yesus melaksanakan tugas penggembalaan-Nya.4
Menggembalakan domba-domba kurang mendapat tekanan bila dibandingkan dengan
misi yang diembankan kepada Petrus yakni sebagai gembala. Dia tidak menjadi superior
terhadap domba-dombanya. Petrus diminta untuk menggembalakan, artinya akrab dengan
mereka, berdedikasi juga bila nyawanya terancam dalam pelaksaan misi tersebut. Jadi, dia

1
Raymond E. Brown, SS, The Gospel According to John (xiii-xxi) (New York: The Ancor Bible
Doubleday, 1970), hlm. 1102.
2
Raymond E. Brown, SS, The Gospel According to John (xiii-xxi)..., hlm. 1103.
3
Raymond E. Brown, SS, The Gospel According to John (xiii-xxi)..., hlm. 1111.
4
Raymond E. Brown, SS, The Gospel According to John (xiii-xxi)...,hlm. 1112.

2
melaksanakan perintah tersebut sungguh karena dedikasi dan kasihnya kepada Yesus gurunya
dan domba-domba.5
Yesus mengenal Petrus dengan baik. Petrus terkesan sombong dengan mengatakan bahwa
dia mengasihi Yesus lebih dari siapa pun dan dia bersedia memberikan hidupnya untuk Yesus
(13:35), tetapi akhirnya Petrus mengkhianati Yesus. Akan tetapi sesudah itu, Yesus
membaharui Petrus. Perintah untuk menggembalakan domba-domba yang diikuti dengan
pembaharuan diri Petrus memperlihatkan bahwa Petrus dijadikan gembala bukan karena
Petrus layak, melainkan karena kesediaannya. Oleh karena dedikasinya kepada kawanan
domba, gurunya menyerahkan tugas itu padanya. Pilihan Petrus memperlihatkan karya Allah
dalam kerapuhan ciptaan, sesuatu yang merupakan bagian dari dunia ini.6
Ay.17 Petrus sedih karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya, “apakah engkau mengasihi
Aku?”. Hal ini membawa kita pada sebuah tafsiran, yang mengandaikan sebuah kesedihan
dalam diri Yesus juga, seperti dia katakan kepada muridnya: “apakah kamu percaya
kepadaku sekarang; lihatlah waktunya akan tiba... Kamu meninggalkan saya seorang diri”
(16:31-32). Ini adalah sebuah nubuat, ungkapan kenabian yang menunjuk keadaan para
muridnya, khususnya Petrus. Yesus mengharapkan kasih Petrus. Petrus memahami dengan
baik apa yang diminta oleh Yesus dari padanya.7
Pemahaman ini sungguh penting karena bimbingan atau permintaan itu berdasar pada
relasi guru dan murid. Selanjutnya, Petrus memahami dengan lebih baik tentang tuntutan dari
kasihnya kepada Yesus daripada sebelumnya. Itulah sebabnya Petrus bersedia memberikan
dirinya untuk kawanan domba. Menurut Brown, kematian Petrus adalah bukti ketulusan
Petrus
atas tiga kali pengulangan janjinya kepada Yesus, “tidak ada orang yang mempunyai kasih
yang lebih besar dari orang yang memberikan hidupnya untuk yang dicintainya”.8
Dalam ay. 18-19 digambarkan implikasi radikal dari komitmen dan kasih Petrus kepada
Yesus serta kawanan-Nya. Masa untuk mengikuti kemauannya sendiri sudah lewat.
Komitmen kepada kawanan Yesus akan berakhir dalam tahanan dan kemartiran. Sama seperti
salib Yesus sendiri, penyaliban Petrus ialah untuk memuliakan Allah. Petrus dipanggil Yesus
untuk menjadi gembala yang baik. Perintah “Ikutlah Aku” identik dengan misi
penggembalaan. Misi penggembalaan yang diemban oleh Petrus adalah melanjutkan karya
cinta sebagaimana ditampilkan oleh Bapa dan Putera sebagai Gembala. Seorang gembala
harus pertama-tama memiliki cinta kepada Yesus, bukan pada dirinya sendiri, supaya bisa
merawat, menjaga memberi makan domba-domba sebagaimana diteladankan oleh Sang
Gembala Agung yang mencintai Petrus tanpa syarat.9

2.2. Analisis Sinkronis


Dalam menganalisis secara linguistik-sintaksis ditemukan kata mengasihi disebutkan
sebanyak enam kali yakni “ [...] benar Tuhan bahwa aku mengasihi Engkau (Yoh 21:15, 16b,
5
Raymond E. Brown, SS, The Gospel According to John (xiii-xxi)...,hlm. 1113.
6
Raymond E. Brown, SS, The Gospel According to John (xiii-xxi)..., 1114.
7
Raymond E. Brown, SS, The Gospel According to John (xiii-xxi)..., 1116.
8
Raymond E. Brown, SS, The Gospel According to John (xiii-xxi)..., 1117.
9
Martin Harun, Yohanes..., hlm. 304.

3
17b), “[...] apakah engkau mengasihi aku (Yoh 21:15, 16a, 17a). Selain itu, frase
“gembalakanlah domaba-domba-Ku” disebutkan sebanyak tiga kali (15;16;17). Dari
inventaris kata-kata tersebut dapat dilihat bahwa dalam ay. 15, 16b, 17b, mengasihi adalah
ungkapan iman petrus kepada Yesus (berperan sebagai objek). Sedangkan dalam ay. 15, 16b,
17b, mengasihi adalah sebuah ungkapan penegasan iman Petrus kepada yesus (berperan
sebagai subjek). Sementara ungkapan Yesus yang mengatakan “Gembalakanlah domba-
domba-Ku” merupakan sebuah tuntutan bagi Petrus agar tidak hanya mencintai Dia,
melainkan juga diwujudkan dengan siap sedia untuk mengikuti-Nya dan menerima tugas
perutusan.
a. Injil Yohanes
Kata kasih; love; dalam injil Yohanes disebutkan sebanyak 26 kali. Dalam Yoh 5:42,
“kasih” disebutkan dalam rangka kesaksian Yesus tentang diri-Nya. Yesus telah memberikan
kesaksian bahwa Dia adalah anak Allah yang diutus ke dunia sebagai penyelamat. Namun
orang-orang sangat sukar mempercayai-Nya. Memang telah banyak orang melakukan ritus
keagamaan menurut keyakinan mereka masing-masing dan juga memiliki kitab suci yang
berbicara tentang Dia. Namun Yesus dengan tegas mengatakan bahwa walaupun telah
menyelidiki kitab suci kalau tidak mau datang kepada-Nya, maka mereka adalah manusia
yang tidak punya kasih. Penegasan yang sama di ulangi dalam Yoh. 8:42, di mana Yesus
menegaskan asal-usul nya, yakni dari Bapa yang mengutus-Nya. Maka jikalau mereka
mengasihi Bapa, maka mereka juga akan mengasihi Yesus.
Kata “kasih” disebutkan juga dalam Yoh. 11:3. Dalam perikop ini, Maria yang pernah
meminyaki kaki Yesus dan Marta memberitahukan kepada Yesus bahwa saudaranya, Lazarus
yang dikasihi Yesus sedang sakit. Makna kasih dalam perikop ini merujuk pada relasi
kekeluargaan antara Yesus dengan Maria, Marta dan Lazarus. Wujud kasih yang ditunjukkan
oleh Maria dan Marta kepada Yesus ialah imannya yang mendalam akan Yesus yang sungguh
mampu menyembuhkan saudaranya, Lazarus.
Kata “kasih” diulangi lagi dalam Yoh. 13:34,35. Dalam perikop ini, kasih itu
diwujudkan melalui pembasuhan kaki para murid. Perikop ini menjadi konteks perintah
pertama untuk saling mengasihi. Perintah ini ditujukan kepada murid-murid-Nya. Jikalau
mereka menerima perintah ini maka semangat hidup Yesus akan tetap tinggal di tengah-
tengah mereka di dunia. Dalam Yoh. 15:9-17, diterangkan suatu perintah untuk saling
mengasihi. Dalam perikop ini kata “kasih” disebutkan sebanyak enam kali. Yesus
memerintahkan untuk saling mengasihi seperti Dia telah mengasihi umat-Nya. “inilah
perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu” (ay.
12).
Kata “kasih” disebutkan juga dalam Yoh. 17:23-26. Dalam perikop ini, diterangkan
doa Yesus bagi Para murid-Nya. Yesus berdoa kepada Bapa-Nya agar orang-orang yang
mendengar-Nya bisa percaya dan meyakini bahwa Bapalah yang telah mengutus Yesus agar
orang-orang mengenal Bapa melalui Yesus.
Kata “kasih” juga disebutkan dalam epilog Injil Yohanes 21:15-17. Dalam perikop ini,
kasih disejajarkan dengan kata menggembalakan. Yesus bertanya kepada Petrus perihal

4
kasihnya kepada Yesus sebanyak tiga kali. Dan sesudah petrus menjawab bahwa dia
mengasih Yesus, lalu Dia melanjutkan agar menggembalakan domba-domba-Nya. Makna
kasih dalam perikop ini ialah kesiapsediaan untuk mengikuti-Nya dan menerima penugasan
dari Yesus sendiri. Makna kasih yang dimaksud oleh Yesus bukan sekedar mengasihi-Nya,
melainkan siap mengikuti-Nya dan menerima seluruh tugas yang akan diberikan Yesus
kepada Petrus.
b. Injil Sinoptik
Dalam Kitab Suci Perjanjian baru, kata kasih sangat sering digunakan. Kekhasan
penyampaian “kasih” oleh penulis Injil Yohanes ialah menyampaikan kasih atau mengasihi
dengan menggunakan simbol atau kiasan. Misalnya dengan simbol gembala,
menggembalakan domba-domba, pembasuhan kaki dan sebagainya. Para pembaca kerap kali
salah paham dalam penyampaian kasih atau mengasihi yang dituliskan dalam Injil Yohanes.
Dalam tulisan-tulisan yang lain seperti dalam Injil sinoptik juga kerap digunakan kata
“gembala” sebagai bentuk mengasihi. Penyampaian kasih lebih konkret dan merujuk kepada
objek yang akan dikasihi serta dapat dipahami maknanya secara langsung. Misalnya dengan
kata “kasihilah musuhmu” (Mat 5:44; Luk 6:27); “mengasihi Allahmu dengan segenap
hatimu” (Mark 22:37). 10
c. Kisah Para Rasul
Kisah perjalanan Paulus pada kali yang ketiga diceritakan pada Kis 18:23-21:14.
Pada bagian Kis 20:17-38, Paulus menyebut diri seseorang selaku pejabat dalam jemaat
dengan menggunakan sebutan “pengetua” “presbyteros” dalam ayat 17, dan sebutan “penilik”
“episkopos” dalam ayat 28. Kedua sebutan yang dikenakan kepada seseorang selaku pejabat
dalam jemaat ini dihubungkan dengan tugas dan fungsinya sebagai penggembala kawanan
jemaat Allah yang dipercayakan kepadanya.
Rasul Paulus menggunakan dua macam istilah yang dipakai sebagai sebutan terhadap
seseorang selaku pejabat gerejawi. Pertama, istilah presbyteros diterjemahkan“penatua” atau
“ketua.” Istilah ini dipakai untuk menunjukkan fungsi seseorang selaku ketua dalam jemaat,
yang juga dipandang mempunyai kehidupan rohani dewasa atau dituakan baik karena usianya
yang tua ataupun karena kedewasaannya secara rohani. Kedua, kata episkopos atau
“penilik.” Istilah ini dipakai untuk menunjukkan fungsi jabatan seseorang selaku pengawas
ajaran dan kehidupan rohani jemaat (Kis 20:28-31).
d. Surat-surat Paulus

10
Injil Matius 9:36 dan Markus 6:34 mencatat, bahwa Yesus menggambarkan fungsi dan sikap gembala
sebagai orang yang tugasnya mengawasi, memelihara, memimpin ternaknya untuk menemukan padang rumput
bagi keperluan makanannya, dan melindungi dari segala mara bahaya. Pekerjaan seseorang selaku gembala oleh
Yesus digambarkan pula secara jelas dengan mempergunakan sebuah perumpamaan tentang domba yang hilang,
sebagaimana dicatat dalam Lukas 15:3-7 dan Matius 18:12-14. Dalam perumpamaan tersebut dijelaskan bahwa,
seorang gembala yang bertanggungjawab senantiasa mengharapkan keutuhan kawanan ternaknya. Seandainya
terdapat domba yang tersesat, seorang gembala yang baik tentulah akan pergi mencarinya. Berusaha untuk
menemukan yang tersesat dan menyelamatkan yang hilang dengan satu tujuan, yaitu agar yang hilang dapat
kembali menjadi satu dalam kawanan gembalaannya.

5
Pemakaian istilah gembala yang paling penting dalam surat-surat Paulus terdapat
dalam I Korintus 9:7 dan Efesus 4:11. Dimana Paulus memakai istilah gembala dalam
ayatayat ini menunjuk kepada fungsi jabatan gerejawi.
Dalam I Korintus 9:1-10 Paulus menguraikan tentang hak-hak pelayan Allah selaku
pemimpin jemaat. Diantaranya ia memakai pertanyaan retoris untuk menyatakan hak dan
keharusan bagi seorang gembala untuk mendapatkan sesuatu dari ternak gembalaannya (I
Kor. 9:7). Walaupun dalam pembicaraan ini Paulus memakai gambaran seorang gembala
dalam arti nyata, ia sebenarnya bermaksud untuk mempersamakan hak-hak yang seharusnya
ada pada pelayan jemaat dari “kawanan” umat yang dipimpinnya.
2.3. Analisis Diakronis “Kasih” dalam Injil Yoh 21:15-19
Makna kasih dalam perikop ini ialah kesiapan diri untuk mengikuti dan menerima
suatu tugas baru secara total. Hal ini ditunjukkan lewat dialog Yesus dengan Petrus dan
menanyakan Petrus sebanyak tiga kali perihal apakah Petrus mengasihi Yesus. Dan
penegasan mengasihi itu dilanjutkan oleh Yesus dengan mengatakan “gembalakanlah domba-
domba-Ku”. Menggembalakan domba-domba adalah wujud dari sikap mengasihi. Yesus
meminta bukan hanya mengasihi Dia, melainkan juga siap sedia mengikuti-Nya dan
menerima tugas perutusan dari-Nya.
Tugas perutusan untuk menggembalakan domba-domba Yesus mengalir juga dari
peran yang dijalankan oleh Allah sebagai Gembala 11 bagi umat-Nya. Dalam kitab Mazmur 23
dilukiskan tentang Tuhan, gembalaku yang baik. Mazmur ini menyenandungkan peran Allah
sebagai Gembala yang baik yang dapat membimbing (ay 2) menyegarkan jiwa (ay 3),
menyertai (ay 4), menyediakan hidangan dan mengurapi (ay 5). Ayat-ayat mazmur ini hendak
mengatakan bahwa sang Gembala baik senantiasa memberikan perlindungan dari segala
ancaman bahaya serta membuat rasa nyaman sehingga Daud di akhir ayat menyerukan “aku
akan diam dalam rumah Tuhan sepanjang masa”. Dalam Mazmur 77:21 juga ditegaskan
peran Allah sebagai Gembala dengan menuntun umat seperti kawanan domba dengan
perantaraan Musa dan Harun.
Dalam kisah Nabi Yehezkiel 34:1-31 diceritakan tentang Tuhan Gembala Israel yang
baik melawan gembala-gembala yang jahat. Kata gembala dalam kisah nabi Yehezkiel ini
memilik dua makna yang saling bertentangan. Gembala yang baik disebutkan sebagai Allah
yang berfirman sedangkan gembala yang jahat ialah mereka yang menggembalakan dirinya
11
Pekerjaan sehari-hari yang penting bagi masyarakat pada zaman Perjanjian Lama di antaranya adalah
memelihara ternak. Dalam Alkitab sering dinyatakan, seseorang memiliki ternak piaraan berupa sapi (lembu),
kambing, domba dan sebagainya dalam jumlah yang sangat banyak. Oleh karena itu, untuk memeliharanya
diperlukan tenaga banyak orang sebagai penggembalanya. Pekerjaan menggembalakan ternak ini biasanya
dilakukan oleh pria, baik tua maupun muda (I Sam. 16:11-12). Namun demikian, Alkitab mencatat pula
perempuan-perempuan bekerja sebagai gembala atau setidak-tidaknya membantu pekerjaan menggembalakan
ternak. Misalnya yang dilakukan oleh ketujuh anak perempuan Yitro; seorang imam Midian (Kel. 2:16-17).
Pekerjaan menggembalakan ternak merupakan perkerjaan yang cukup berat. Gembala harus berusaha mendapat
dan memberi makan-minum yang cukup, sebagai gembala ia harus berusaha pula melindungi dan menjagai
kawanan ternaknya dari segala mara bahaya, baik yang datang dari ancaman binatang buas, perampok atau
pencuri (Kej. 31:38-40; I Sam. 17: 34-36; Yes. 31:4).

6
sendiri (bdk. Yeh 34:2). Allah memberi teguran kepada para gembala yang hanya menikmati
keuntungan dari domba-dombanya. Mereka hanya menikmati susunya, membuat pakaian dari
bulunya, menyembelihnya akan tetapi domba itu tidak digembalakan (bdk. Yeh 34:3). Allah
dengan keras menegur mereka yang tidak menggembalakan domba dan malah hanya
mengambil keuntungan darinya. Sebagai seorang gembala, dia harus menjaga domba-
dombanya dan bahkan mencari domba-domba yang hilang.
Mempertentangkan antara gembala yang baik dan gembala yang jahat dalam kisah
nabi Yehezkiel mau menunjukkan bahwa gembala yang baik adalah gembala yang
memprioritaskan domba-dombanya bukan malah sebaliknya yang menyebut diri gembala
namun tidak bersikap seperti gembala yang baik yang hanya mengambil keuntungan atau
hanya menggembalakan dirinya sendiri. Selain itu, sebagai gembala yang telah dipercayakan
tuannya untuk menggembalakan domba, harus bersyukur bahwa dapat menikmati hasil
penggembalaannya (bdk. Yeh 34: 18).

3. Komentar bapa-bapa Gereja

3.1. Yohanes Krisostomus


Kiasan menggembalakan domba-domba dalam Injil Yohanes memiliki makna mengasihi
Yesus serta siap mengikuti-Nya. Dalam konteks ini, Yohanes Krisostomus memberikan
sebuah ilustrasi untuk menegaskan sikap mengasihi;
Ketika kita datang ke gereja, kita harus masuk sesuai dengan kehendak Tuhan,
tidak memiliki kebencian dalam jiwa, atau berdoa untuk merugikan diri kita sendiri
ketika kita mengatakan Ampunilah kami seperti kami mengampuni mereka yang
bersalah kepada kami‘. Pernyataan ini mengerikan, dan orang yang mengatakan
demikian sedang berseru kepada Tuhan seperti ini: 'Saya memaafkan orang lain,
Tuhan memaafkan saya. Saya melepaskan orang lain; Tuhan melepaskan saya. Saya
mengampuni orang lain, Tuhan mengampuni saya. Jika saya tidak mengampuni orang
lain, maka jangan hapuskan dosa-dosa saya. Dengan ukuran yang saya gunakan untuk
mengukur orang lain, biarkan saya diukur juga dengan ukuran itu (Krisostomus 1989,
128).
Hal ini dilakukan supaya imam atau para gembala tidak menggunakan jabatannya untuk
menunjukkan menguasai dan bebas melakukan apa pun yang ia mau. Selain itu, supaya ia
sejak awal terhindar dari ketakutan kehilangan jabatan imam. Orang yang takut kehilangan
jabatan akan menjadi budak jabatan, mengisi pikiran dengan berbagai kejahatan. Lebih dari
itu, ia seringkali dipaksa melakukan perbuatan yang tidak berkenan di hadapan Allah dan
juga sesamanya.12
3.2. Theodorus
Sikap mengasihi kewajiban setiap manusia. setiap orang harus mengasihi sesama seperti
mengasihi dirinya sendiri. Hal yang sama dapat diterangkan tentang menggembalakan
12
Veronika Rim, Von Altrosenburg, ed., John Chrysostom Six Books on the Priesthood, (Great Britain:
S.P.C.K, 1907), 21-24.

7
domba-domba. Tanpa kasih, penggembalaan akan menjadi suatu kemustahilan atau bahkan
menjadi sebuah kesempatan dalam mencari kehormatan. Theodorus berpendapat bahwa
mengasihi adalah sebuah perintah baru. Dia menyatakan bahwa dalam Taurat telah
diperintahkan bahwa siapa pun harus mencintai sesamanya seperti dirinya sendiri.
4. Tradisi Gereja

4.1. Katekismus Gereja Katolik


Kasih yang diwujudkan lewat penggembalaan secara turun temurun hidup dan
berkembang dalam Gereja. Maka dalam Katekismus Gereja Katolik ditetapkan sebagai
berikut bahwa Kristus sendiri adalah pencetus jabatan di dalam Gereja. Ia menciptakannya
dan memberi kepadanya wewenang dan perutusan, arah dan tujuan (KGK 874). Untuk
menggembalakan dan senantiasa mengembangkan Umat Allah, Kristus Tuhan mengadakan
dalam Gereja-Nya aneka pelayanan, yang tujuannya kesejahteraan seluruh tubuh. Sebab
para pelayan, yang mempunyai kekuasaan kudus, melayani saudara-saudara mereka, supaya
semua yang termasuk Umat Allah... mencapai keselamatan" (LG 18).
Kasih Petrus kepada Yesus yang diwujudkan dengan mengikuti Dia dan
menggembalakan domba-domba-Nya juga tampak pada bentuk kepemimpinan Gereja dengan
struktur hirarkinya. Tuhan menjadikan hanya Simon, yang ia namakan Petrus, sebagai wadas
untuk Gereja-Nya. Ia menyerahkan kepada Petrus kunci-kunci Gereja (Bdk. Mat 16:18-19).
Dan menugaskan dia sebagai gembala kawanan-Nya (Bdk. Yoh 21:15-17).. "Tetapi tugas
mengikat dan melepaskan yang diserahkan kepada Petrus, ternyata diberikan juga kepada
dewan para Rasul dalam persekutuan dengan kepalanya" (LG 22). Jabatan gembala dari
Petrus dan para Rasul yang lain termasuk dasar Gereja. Di bawah kekuasaan tertinggi
[primat] Paus, wewenang itu dilanjutkan oleh para Uskup (KGK 881).

4.2. Lumen Gentium


Dokumen LG menegaskan tugas dalam penggembalaan. Para gembala (uskup) bertugas
membimbing Gereja-gereja khususnya yang dipercayakan kepada mereka sebagai wakil dan
utusan Kristus. tugas perutusannya bukan hanya berdasarkan nasihat-nasihat yang
disampaikannya, melainkan juga berdasarkan wibawa dan kuasa suci yang dianugerahkan
kepadanya. Wibawa dan kuasa suci itu dipergunakan sebagai pemersatu dan membangun
kawanan gembalaannya menuju kebenaran dan kesucian. Para gembala diingatkan bahwa
para pemimpin hendaknya memiliki sikap melayani bukan dilayani (bdk. Luk 22:26-27) dan
kuasa yang mereka miliki semata-mata ialah atas nama Kristus (bdk. LG 27).

4.3. Presbyterorum Ordinis (PO)


Dalam dekrit pelayanan dan kehidupan para imam (PO), juga ditegaskan tentang tugas
dan tanggung jawab para imam untuk menggembalakan umat-Nya. Mereka menerima tugas
perutusan dari Kristus dan menunaikannya dalam hidup menggeraja. Mereka adalah
pemimpin dan gembala. Atas dasar kasih dan teladan Tuhan, mereka membangun Gereja
dengan bergaul ke semua orang. Tugas penggembalaan mereka tidak terbatas pada pribadi
atau kelompok tertentu, melainkan bertanggung jawab terhadap semua situasi umat secara
khusus mereka yang terpinggirkan dan miskin (Bdk. PO 6).

8
5. Kontekstualisasi
Dari segi struktural, bentuk penggembalaan Gereja pada zaman modern ini terbilang rapi.
Akan tetapi bentuk dan cara penggembalaan yang dipraktikkan oleh Petrus pada masanya
kerap kali disalahgunakan di era ini. Banyak orang menyebut diri “gembala” namun sikap
dan tindakannya meniru sikap gembala yang jahat dalam Perjanjian Lama yang sangat
ditentang oleh Allah. Mereka lebih kepada menggembalakan dirinya sendiri daripada
menggembalakan kawanan dombanya. Kerap kali juga jabatan sebagai gembala menjadi
sebuah sarana untuk bertindak sesuka hati. Makna mengasihi dalam menggembalakan
domba tidak dapat dihayati dengan benar. Maka perlu reparasi bentuk dan cara terutama sikap
para gembala era ini agar sungguh dapat membawa umat kepada keselamatan.

Anda mungkin juga menyukai