Anda di halaman 1dari 2

YOHANES 1

Gregorius Paskalis Bryan Krisnawan


6122101003

1. Hal yang menarik bagi saya dalam materi Injil Yohanes adalah ‘siapa yang
sebenarnnya mengarang Injil?’
 Sebelum melihat materi tersebut, saya mengira bahwa yang menulis atau yang
mengarang adalah Yohanes, yang merupakan murid Yesus. Hal ini dapat saya
temukan dari kutipan Injil menyebut seorang saksi mata dekat salib (19:35) yang
tampak sama dengan murid yang dikasihi Yesus dalam ay. 26. Dalam bab 21,
bahwa murid yang dikasihi Yesus dan saksi mata itu jugalah orang “yang telah
menuliskannya” (21:20, 24).
 Lebih dalam lagi, Ireneus juga mengatakan bahwa ia juga turut menyamakan
murid yang dikasihi Yesus dan penulis injil itu dengan rasul Yohanes yang merasul
di Efesus sampai akhir abad pertama. Itu menjadi pandangan tradisi kristani
berabad-abad lamanya.
 Hal tersebut yang membuat saya akhirnya menyadari bahwa memang benar
bahwa Yohanes muda yang dikasihi Yesus yang menulis dan mengarang Injil
Yohanes yang digunakan hingga sekarang.
 Namun, tampaknya Yohanes bukan yang menulis Injil, melainkan saksi mata yang
memberikan pengalamannya terhadap kehidupan Yesus yang kemudian ditulis
oleh seorang murid dari Yohanes.

2. Teologi Injil Yohanes: “Injil Cinta Kasih”


 Mencintai dan cinta kasih adalah tema yang sangat dominan dalam Injil Yohanes.
Kata "phileõ" yang berarti "mencintai" dan "ho philos" yang berarti "sahabat"
digunakan sekitar dua belas kali dalam teks tersebut, sementara kata "agapaõ"
yang berarti "mengasihi" dan "agapè" yang berarti "kasih tanpa pamrih"
digunakan berkali-kali, bahkan lebih dari seratus kali jika kita juga menghitung
surat-surat Yohanes. Bahkan dalam kasus-kasus di mana kata-kata ini hampir tidak
digunakan, seperti dalam narasi tentang penderitaan dan kematian Yesus, tema
cinta kasih masih sangat kentara, terutama dalam tindakan dan perbuatan-Nya.
 Perintah Baru: Pada saat perjamuan terakhir, Yesus menyampaikan pesan ini
kepada para murid-Nya, "Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu
supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian
pula kamu harus saling mengasihi" (Yohanes 13:34–35). Penting untuk dicatat
bahwa perintah untuk mengasihi sesama bukanlah sesuatu yang baru dalam ajaran
agama; bahkan sudah terdapat dalam Kitab Imamat 19:18 dan juga disebutkan
dalam Injil-injil sinoptik seperti Markus 12:31 dan lainnya. Namun, yang
membuat perintah ini menjadi baru dalam konteks Injil Yohanes adalah
ukurannya, yaitu mengasihi sesama sebagaimana Yesus telah mengasihi mereka.
 Ketika Yesus mengatakan, "seperti Aku telah mengasihi kamu," maksud-Nya
adalah kasih yang begitu mendalam sehingga Dia bersedia mengorbankan nyawa-
Nya demi keselamatan manusia. Kasih ini tidak hanya merupakan komitmen
radikal terhadap keselamatan dunia dan umat manusia, tetapi juga kesiapan untuk
menanggung penderitaan demi kasih tersebut. Kasih seperti ini adalah kasih yang
merupakan sifat Allah sendiri, yang dinyatakan oleh Yesus, dan yang perlu
dinyatakan terus-menerus oleh murid-murid-Nya, yaitu kasih yang bersedia
memberikan diri bagi orang lain.
 Perintah untuk mengasihi sesama adalah satu-satunya perintah yang ditekankan
oleh Yesus dalam Injil Yohanes. Dalam pasal 15:12–17, Yesus menjelaskan bahwa
sumber utama perintah ini adalah kasih Bapa kepada Yesus dan kasih Yesus
kepada murid-murid-Nya. Kasih Yesus, yang dinyatakan dengan kata-kata "seperti
Aku telah mengasihi kamu," bukan hanya menjadi ukuran tetapi juga sumber dari
kasih yang satu terhadap yang lain. Karena Yesus telah memberikan nyawa-Nya
bagi mereka, mereka juga harus bersedia untuk memberikan nyawa mereka satu
sama lain. Dengan taat pada perintah-Nya dan dengan saling mengasihi
sebagaimana Dia mengasihi mereka, mereka menunjukkan bahwa mereka adalah
sahabat dan murid Yesus (Yohanes 15:14 dan 13:34-35).

Anda mungkin juga menyukai