Anda di halaman 1dari 8

BAHAN KHOTBAH

PRA-PASKA II
Bacaan 21 Februari
pertama 201615:1-12,
: Kejadian
17-18
Mazmur Tanggapan :
Mazmur 27
Bacaan kedua : Filipi 3:17 - 4-1
Bacaan Injil : Lukas 9:28-36

TUJUANKU, TUJUAN
TUHAN

DASAR PEMIKIRAN
Kekecewaan adalah kenyataan hidup kita. Biasanya
kekecewaan terjadi karena keinginan kita yang tidak tercapai.
Dalam kisah Alkitab, banyak tokoh besar yang keinginannya
tidak tercapai. Misalnya, Abram yang kecewa dan
mempertanyakan janji Tuhan untuk memberikan keturunan
dan menjadikan mereka sebagai bangsa yang besar. Janji itu
rasanya sulit dipenuhi, sebab Abram telah tua dan tanah
mereka terbatas. Umat Allah di Mazmur pun mengalami
kekecewaan. Itu sebabnya mereka meratap, memohon
pertolongan Tuhan. Juga Paulus yang kecewa hingga
menangis ketika menyaksikan keberadaan apa yang
disebutnya sebagai seteru-seteru salib. Tiga murid Yesus:
Petrus, Yohanes, dan Yakobus juga kecewa, saat keinginan
LPP Sinode Masaraya Paska 2016 31
mereka membangun pondok bagi Yesus, Musa, dan Elia
ditolak.

Kekecewaan terjadi jika tujuan karya-layan mereka ada pada


diri mereka sendiri. Namun, jika mereka berjalan atas tujuan
Tuhan, maka kekecewaan berganti dengan kesukaan. Lewat
pengalaman para tokoh Alkitab itu, umat di masa kini perlu
belajar meletakkan tujuan hidupnya pada tujuan Tuhan
sehingga kebahagiaan menjadi bagian dari hidupnya.

PENJELASAN TEKS

Kejadian 15:1-12, 17-18


Teks ini agaknya merupakan kumpulan beberapa tradisi yang
disatukan. Setidaknya ada dua tradisi yang digabungkan.
Pertama, ay 1-6 dan 13-16 yang berbicara tentang janji
keturunan. Kedua, ay 7-12 dan 17-21 berbicara tentang
perjanjian yang terkait dengan tanah.

Janji tentang keturunan berangkat dari pergumulan Abram


yang dinampakkan lewat kalimat, “Ya Tuhan ALLAH, apakah
yang akan Engkau berikan kepadaku, karena aku akan
meninggal dengan tidak mempunyai anak, dan yang akan
mewarisi rumahku ialah Eliezer, orang Damsyik itu” (ay. 2).
Terhadap kegelisahan itu Tuhan menjanjikan (kembali) akan
memberikan keturunan yang dibandingkan dengan jumlah
bintang di angkasa, yang tak terhitung banyaknya. Bagian ini
diakhiri dengan kepercayaan (kembali) Abram pada janji
Tuhan yang kemudian mendapat pujian dari Tuhan (ay. 6).

Bagian kedua terkait dengan tanah yang dijanjikan. Janji itu


dimulai dari inisiatif Tuhan sendiri (ay. 7). Janji itu kemudian
ditanggapi Abram dengan bertanya, “… dari manakah aku
tahu, bahwa aku akan memilikinya?” (ay. 8). Atas dasar itu
kemudian Abram diminta mengambil lembu betina, kambing
betina, domba jantan, burung tekukur, dan anak burung

32 LPP Sinode Masaraya Paska 2016


merpati yang kemudian dipotong dua kecuali burung.
Memotong dua (Ibr: batar) dan perjanjian (Ibr: berit) dalam
bahasa Ibrani memiliki kemiripan bunyi. Agaknya, hal itulah
yang menjadikan model ritus perjanjian kuno. Perintah Tuhan
itu menjadi semacam pembaruan janji.

Kedua pernyataan janji Tuhan itu menegaskan bahwa Ia


berkuasa. Justru karena itu, berpegang pada perjanjian
dengan Tuhan adalah pilihan yang benar. Sebab Tuhan tidak
pernah ingkar janji.

Mazmur 27
Mazmur ini berisi dua tema besar: pengakuan tentang Tuhan
dan ratapan umat atas derita hidup-Nya. Pengakuan akan
Tuhan nampak lewat gambaran tentang keberadaan Tuhan
melalui benda yang memberi rasa aman: terang dan benteng.
Keduanya memberi rasa tenang, nyaman, hangat, dan aman.

Rasa aman itu dalam pemahamanan Israel disimbolkan secara


kuat melalui bait Allah. Dengan demikian, tinggal dalam
rumah Tuhan adalah pilihan untuk hidup rasa aman.

Pemazmur mengajak umat yang berada dalam keadaan


berbahaya, untuk dekat dengan Tuhan. Nasihat Pemazmur
adalah agar umat menguatkan dan meneguhkan hatinya.
Sebab kebaikan Tuhan akan datang seperti terang.

Filipi 3:17 - 4-1


Bagian ini merupakan nasihat Paulus bagi jemaat yang tengah
mengalami pergumulan. Pergumulan tersebut agaknya
dikarenakan adanya lawan dari komunitas umat sendiri yang
disebut Paulus sambil menangis sebagai “seteru salib Kristus”
(ay 18). Bagi Paulus mereka hanya mementingkan diri sendiri
dan hanya berjuang untuk kehidupan duniawi. Tidak
demikian dengan umat Tuhan. Sebab umat Tuhan adalah
bagian dari warganegara kerajaan Sorga, yang punya cara
hidup berfokus pada Yesus. Untuk menghadapi mereka,

LPP Sinode Masaraya Paska 2016 33


Paulus mengajak umat meniru dirinya dan komunitas yang
hidup seperti dirinya. Nasihat itu kembali ditegaskan dengan
kalimat, “berdirilah juga dengan teguh dalam Tuhan.”

Lukas 9:28-36
Bacaan ini menuturkan kisah transfigurasi Yesus. Seperti Injil
sinoptik lainnya, Yesus digambarkan mengalami perubahan,
rupa wajah dan pakaian-Nya menjadi putih berkilau-kilauan
(ay 29). Jika Matius memperlihatkan Yesus sebagai Musa baru
(lihat Mat 17:1 dst) dan Markus menggambarkan Yesus
sebagai Mesias yang menyatakan diri, maka Lukas
menggambarkan perubahan itu sebagai pengalaman personal
Yesus. Itu sebabnya, perubahan terjadi saat Yesus sedang
berdoa.

Dalam perubahan itu, nampaklah Musa dan Elia, tokoh kunci


dalam Perjanjian Lama, yang berjumpa dengan Yesus.
Perjumpaan itu menyiratkan pemahaman bahwa Yesus adalah
pemenuhan pengharapan Israel. Lukas menggambarkan isi
perjumpaan itu mendiskusikan “kepergian-Nya yang akan
digenapi-Nya di Yerusalem” (ay 31). Yang dimaksud adalah
kesengsaraan, kematian, kebangkitan, dan kenaikan Yesus.

Ketiga murid Yesus – yaitu Petrus, Yohanes, dan Yakobus –


bertindak mengecewakan. Mereka tertidur, sementara
peristiwa itu terjadi (ay 32). Saat mereka bangun, agaknya
peristiwa personal (dirasakan secara pribadi) itu telah
berubah menjadi peristiwa komunal (dirasakan secara
bersama-sama). Itulah sebabnya, mereka (dalam hal ini
Petrus), meminta ijin untuk membangun pondok, agar
pertemuan tiga tokoh ini terus-menerus dilestarikan. Tentu
saja permintaan itu ditolak, sebab perubahan itu dalam
rangka mempersiapkan kepergian Yesus.

BERITA YANG MAU DISAMPAIKAN

34 LPP Sinode Masaraya Paska 2016


Dalam hidup ini, banyak hal yang mengecewakan.
Mengecewakan karena kerap tidak sesuai dengan apa yang
kita harapkan. Bacaan kita bertutur tentang berbagai
kekecewaan yang dialami tokoh-tokoh Alkitab. Abram kecewa
dan mempertanyakan janji Tuhan untuk memberikan
keturunan dan menjadi mereka bangsa yang besar. Janji itu
rasanya sulit dipenuhi, sebab Abram telah tua dan tanah
mereka terbatas. Umat Allah di Mazmur pun mengalami
kekecewaan. Itu sebabnya mereka meratap, memohon
pertolongan Tuhan. Paulus tentu saja kecewa, hingga
menangis saat menyaksikan keberadaan seteru salib. Tiga
murid Yesus: Petrus, Yohanes, dan Yakobus mungkin saja
kecewa, saat keinginan mereka membangun pondok bagi
Yesus, Musa, dan Elia ditolak.

Semua keinginan yang tidak terkabul akan mengecewakan.


Namun, tidak semua keinginan kita adalah kehendak Tuhan.
Justru karena itu, ketika keinginan kita tidak terkabul,
ingatlah Tuhan mungkin merancang tujuan yang berbeda
dengan tujuan kita.

KHOTBAH JANGKEP

TUJUANKU, TUJUAN TUHAN

Saudaraku, adakah di antara kita yang pernah kecewa dengan


kehidupan yang kita jalani? Tentu saja. Saya yakin banyak di
antara kita yang mengalami kekecewaan. Kita mungkin
kecewa dengan pasangan kita. Misalnya dengan menyatakan,
“Aku ndak nyangka orangnya seperti itu.” Kita mungkin
kecewa dengan anak kita, “Sudah dikasih makan kok
melawan.” Kita kecewa dengan gereja kita, kita kecewa dengan
pekerjaan kita, kita kecewa dengan pemerintah kita, dengan
pilihan politik kita, dan banyak lagi yang lain.

LPP Sinode Masaraya Paska 2016 35


Pada umumnya, kekecewaan itu muncul karena harapan kita
yang tidak terpenuhi. Apa yang kita inginkan tidak tercapai.
Akan tetapi pernahkah kita berpikir, harapan orang terhadap
kita bisa juga tidak tercapai? Kita berharap naik gaji, ternyata
tidak. Kita kecewa, tetapi pernahkan kita berpikir perusahaan
juga kecewa dengan kinerja kita? Kita kecewa dengan
pasangan kita, yang kita rasa kurang memberikan dukungan
buat kita, tetapi pernahkah kita berpikir kita juga memberikan
dukungan pada pasangan kita?

Kekecewaan dalam hidup kita seringkali berangkat dari


egoisme, hanya berpikir untuk dirinya sendiri! Itulah
sebabnya kita perlu meluaskan cakrawala berpikir kita. Jika
kita ingin hidup dalam kebahagiaan, letakkanlah tujuan kita di
bawah tujuan Allah!

Hari ini kita membaca, berulangkali tokoh-tokoh iman dalam


Alkitab mengalami kekecewaan. Abram kecewa karena di
usianya yang semakin menua, janji Tuhan yang akan
memberikan keturunan tak kunjung datang. Paulus yang
kecewa karena buah pelayanannya tidak sesuai dengan
harapan. Ada musuh dalam selimut yang disebutnya sebagai
“seteru salib.” Petrus, Yohanes, dan Yakobus ingin
membangun pondok kenangan untuk mengabadikan
perjumpaan spektakuler tiga tokoh besar: Musa, Elia, dan
Yesus. Namun keinginan mulia ini ditolak.

Kekecewaan seringkali berasal dari cara pandang yang sempit.


Abram hanya memandang bahwa Tuhan belum memberikan
keturunan. Ia tidak melihat betapa besarnya penyertaan
Tuhan yang ajaib selama ini. Paulus hanya memandang dari
segelintir orang yang melawannya, ia tidak melihat begitu
banyak orang yang mengenal dan mencintai Yesus melalui
dirinya. Pandanglah dari sudut yang berbeda, agar kita tidak
hidup dalam kekecewaan. Seringkali kali ketika kecewa pada
satu hal, dan tidak mengingat betapa tangan Tuhan selama ini
telah menopang hidup kita. Kita kecewa dengan kaki yang

36 LPP Sinode Masaraya Paska 2016


sakit, tetapi lupa bersyukur untuk bertahun-tahun kaki ini
telah menopang tubuh kita. kita kecewa karena omzet toko
turun, tetapi kerap kita menganggap biasa saja ketika berkat
Tuhan lewat toko kita mengalir dengan deras. Kita kecewa
dengan tingkah anak-anak kita, dan melupakan betapa sering
ia memberikan sukacita dalam hidup kita. Saudaraku, bukalah
mata hati kita seluas-luasnya, maka niscaya kita akan
menemukan betapa dahsyat tangan Tuhan dalam hidup kita.

Tema kita hari ini menjadi ajakan buat kita semua untuk
melihat tujuan hidup kita dalam tujuan Allah. Mengapa kita
perlu melihat tujuan Tuhan? Nabi Yesaya berujar, “…
rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah
jalan-Ku…” (Yes 55:8). Memandang dari tujuan Tuhan
membuat kita percaya Ia pasti merancang kehidupan yang
pas, yang sesuai, dengan kita.

Jika kemudian Abram diberi keturunan oleh Tuhan, itu


karena Tuhan sudah menjanjikannya. Janji itu sesuai dengan
rancangan Tuhan, yaitu menghadirkan bangsa yang besar
melalui Abram. Itu sebabnya Tuhan merancang akan hadir-
Nya keturunan bagi Abram dan juga menjanjikan tanah. Usia
tua tidak menghalangi karya ajaib-Nya. Bagi manusia
mungkin mustahil, tetapi tidak bagi Tuhan.

Jika kemudian Tuhan tidak mengijinkan Petrus-Yohanes-


Yakobus membangun pondok, karena itu bukan tujuan Tuhan.
Penglihatan mereka pada perjumpaan Musa dan Elia, tokoh
kunci dalam Perjanjian Lama, dengan Yesus memang amat
luar biasa, spektakuler. Namun, bukan keluarbiasaan
perjumpaan itu yang menjadi tujuan Tuhan. Penginjil Lukas
menggambarkan isi perjumpaan itu untuk mendiskusikan
“kepergian-Nya yang akan digenapi-Nya di Yerusalem” (ay
31). Kepergian ke Yerusalem dalam kaitan dengan
pengorbanan Yesus di atas kayu salib. Itulah tujuan Tuhan. Itu
sebabnya keinginan Petrus-Yohanes-Yakobus tidak
dikabulkan.

LPP Sinode Masaraya Paska 2016 37


Meletakkan tujuan hidup kita pada tujuan Tuhan membuat
kita tidak kecewa. Jika Tuhan mau, apapun yang kelihatannya
mustahil menjadi mungkin. Tetapi kalau Tuhan tidak mau,
apa yang menurut perhitungan mungkin menjadi mustahil.
Bukankah dalam hidup ini berbagai pengalaman semacam itu
kerap kita rasakan?

Persoalannya selanjutnya saudaraku adalah bagaimana kita


tahu tujuan Tuhan dalam hidup kita? Tak pelak lagi,
dibutuhkan keakraban dengan Tuhan. Para tokoh Alkitab
akrab dengan Tuhan. Itu sebabnya mereka langsung
mengikuti keinginan Tuhan. Ada semacam dialog yang seolah
nyata antara Abram dan Tuhan misalnya. Itu sebabnya rasa
kecewa segera menjauh. Ingatlah, dalam keadaan apapun,
keakraban adalah cara mengenal yang terbaik. Kalau saudara
akrab dengan saya, saudara akan mengenali saya termasuk
tujuan hidup saya. Hanya keakraban dengan Tuhan yang
membuat kita makin mengerti tujuan Tuhan dalam hidup
kita. Kecewa? Mungkin saja ada, tetapi rasanya tak lagi
menguasai hidup kita. Sebab kita tahu, Tuhan tidak pernah
bertujuan buruk pada hidup kita. Tuhan mencintai kita
semua. Amin.

[asp]

38 LPP Sinode Masaraya Paska 2016

Anda mungkin juga menyukai