Anda di halaman 1dari 3

Red Dress

Prolog

Ellizabeth Rose Maxwell || Maxime Adelweight

Mata setajam Elang itu tidak melepaskan tatapannya dari seorang wanita yang baru
saja memasuki ballroom dengan memakai gaun merah yang bertaburan permata hitam dan
merah yang merambat dari bawah atas bagian dada wanira yang sama seperti satu tahun lalu
saat Dia pertama kali bertemu dengan wanita itu. Di tinggalkan seorang wanita? Cih..

Pria itu perlahan mendekati wanita tersebut dan menarik pinggang wanita itu dari arah
belakang sehingga

“I got y”
01. History (1)

Kerajan Aertexeze,Utara

Malam itu Hujan turun sangat deras tidak henti-hentinya dari pukul tujuh malam
menguyur seluruh permukaan tanah masyarakat wilayah kerajaan Aertexeze,Utara .Guntur
saling bersahutan membuat semua orang mengurung diri dalam rumah masing-masing.
Sedangkan didalam kerajaan,Pavilion utara, terjadi ketenggangan karena Ratu Brianna
sedang berjuang melahirkan anak ketiganya. Kali ini Ratu tidak ditemani oleh raja seperti
saat melahirkan anak pertama dan keduanya, karena saat ini Raja sedang berjuang berperang
memperebutkan wilayah Timur.

CRASS

PRANG

Darah mengalir dari wajah raja Arthur. Darah itu adalah darah musuh yang baru saja ia
bunuh.

“JANGAN MUNDUR,KEMENANGAN MILIK KITA MALAM INI!!” Teriak raja. Semua


pasukkan Aertexeze semakin membara untuk memperoleh kemenangan. Pihak musuh juga
tidak mau mengalah walaupun pasukkan mereka sudah sangat melemah.

“Menyerahlah Argos, pasukkanmu melemah” ucap Raja Arthur sambil mengayunkan


pedangnya.

“Jangan Congkak, kemenangan Malam ini akan menjadi milikku!” sembari menangkis
pedang yang dilayangkan padanya.

“Kau sudah melemah” Raja Arthur terus memberi serangan sampai membuat raja Argos
Kewalahan. Raja Argos tidak mau mengalah. Melihat hal itu, Arthur menggores lengan
kanan dan paha kiri dari Argos sehingga membuat Argos jatuh berlutut ditanah. Dengan
segera Raja Arthur melayangkan pedangnya keleher Argos. Argos sudah menyerah, dia
sudah tak kuat.Argos memejamkan matanya. Argos pikir dia akan mati malam ini dan
meninggalkan Istri dan Putra tercintanya. Namun nyatanya dia hanya merasakan pedang
tertahan di Lehernya.

“Aku tak akan membiarkan mu mati, Jadilah panglima Perang bagi kerjaan ku maka kau
dapat melihat Istri dan anakmu terus hidup. Namun Bila sekali saja kau melakukan
pemberontakkan terhadapku maka akan ku habiskan keturunanmu tak bersisah!”

Bagaimana bisa ada seorang musuh yang membiarkan


ucap Arthur sembari menatap tajam pria dibawahnya. Argos Tidak berfikir 2 kali, ini adalah
suatu berkah. Paling tidak dia masih hidup dan melihat anak beserta istrinya. Semua
prajuritnya juga selamat.

“BERHENTI!! EXODUS BERHENTI!!!” Titah raja Argos Pada prajuritnya. Seketika perang
berhenti. Ini lebih baik dari pada harus menyaksikan semua prajuritnya mati ditangan musuh.
Mungkin akan jauh lebih berat Ketika mereka harus menyerahkan diri, tetapi paling tidak ini
lebih baik daripada kematian.

Lalu semua prajurit menyaksikan Argos berlutut dan berteriak “Hidup yang mulia Arthur
Maxwell , Hidup yang Mulia Arthur Maxwel” walaupun dilanda kebinguan sejenak, prajurit
Exodus mengerti bahwa raja mereka telah menyerahkan diri. Serentak prajurit Exodus
bertelut dan menyorak sorakkan kemenangan pada raja Arthur. Prajurit Aertexes juga
membalas sorakkan kemenangan bagi raja Arthur.

“Mulai saat ini, Argos Douglass akan Kuangkat menjadi Panglima perang Sayap Kanan!
”Titah raja Artur, mencengangkan semua orang. Entah ini menjadi suatu kebuntungan atau
keuntungan bagi mereka,tapi melihat keputusan ini. Mereka berharap keuntungan yang akan
datang.

Setelah kejadian tersebut, raja Arthur menitahkan bahwa esok petang akan Kembali ke
Kerajaan Aertexeze, Bersama Prajurit Exodus.

Istana, Aertexeze

Sudah 30 menit menunggu namun Permaisuri belum juga melahirkan. Perutnya terasa sangat
mulas, mukanya sudah pucat pasi serta peluh membajiri keningnya. Setelah sedikit lebih lama
menunggu Permaisuri merasakan bahwa ia akan segera mengeluarkan anaknya. Segera ia
mengejan semberi dibantu oleh para dayang. Setelah beberapa menit lahirlah seorang anak
perempuan yang cantik. Rambutnya menuruni rambut permaisuri yaitu kuning keemasaan
wajahnya perpaduan yang pas antara raja dan ratu. Para dayang dan juga Tabib kerajaan
terkesima dengan kecantikan dari putiri kecil. Ia sangat berbeda dari 2 kakak terdahulunya
yang sangat menuruni gen raja, ayah mereka.

Selepas memberikan sang putri kepada dayang, tabib melihat keanehan. Nafas permaisuri
mulai tersendat, detak jantungnya berjalan dengan lebih cepat

Anda mungkin juga menyukai