NIM : 2112101010107
Proses asuhan keperawatan dan prinsip penatalaksaaan gawat darurat pada kasus syok:
syok hipovolemik, syok kardiogenik, syok distributif (Ns. Rahmalia Amni, M. Kep)
A. SYOK
Syok merupakan salah satu kondisi yang dapat mengancam jiwa seseorang. Hal ini
terjadi apabila seseorang mengalami syok namun tidak diberikan penanganan.
Menurut VonRueden, Bolton, dan Vary dalam Smeltzer, Bare, Hinkle, dan Cheever
(2010), syok merupakan kondisi di mana perfusi yang tidak memadai untuk
memberikan pasukan oksigen serta nutrisi bagi organ-organ tubuh dan fungsi seluler.
Pemberian aliran darah yang cukup bagi jaringan serta sel-sel memerlukan pompa
jantung yang adekuat, pembuluh darah dalam kondisi baik, serta volume darah yang
memadai (Smeltzer, Bare, Hinkle, dan Cheever, 2010).
Syok adalah suatu sindrom klinis yang terjadi akibat gangguan hemodinamik dan
metabolik ditandai dengan kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan perfusi
yang adekuat ke organ-organ vital tubuh (Fachrurrazi, dkk, 2022).
Apabila ketiga kondisi tersebut mengalami gangguan, perfusi ke jaringan akan
berkurang. Jika ini berlangsung secara terus menerus dan tanpa diberikan
penanganan, akan memberikan dampak seperti kurangnya asupan oksigen dan nutrisi
bagi sel, akhirnya akan menyebabkan kematian sel dan jaringan.
Menurut Porth dan Matfin (2009), kondisi syok merupakan kegagalan akut pada
sistem peredaran darah untuk mensuplai darah adekuat ke jaringan perifer dan organ
tubuh. Kondisi syok dapat terlihat dalam tanda-tanda vital rentang normal. hal ini
terjadi karena kondisi syok bukan sebagai penyakit, melainkan sebagai tanda atau
sindrom dalam perjalanan suatu penyakit. Menurut Timby dan Smith (2010), syok
terjadi ketika aliran darah yang mensuplai oksigen ke jaringan dan ke sel-sel tubuh
tidak memadai. Dampak yang diakibatkan oleh syok menurut Timby dan Smith
(2010), di antaranya penurunan volume darah, jantung memompa secara tidak efektif,
dan dilatasi pembuluh darah perifer.
Etiologi syok secara umum
Kondisi syok dapat disebabkan oleh beberapa kondisi seperti perubahan dalam fungsi
jantung (syok kardiogenik), penurunan volume darah (syok hipovelemik), vasodilatasi
pembuluh darah yang berlebihan dengan distribusi aliran darah yang menurun (syok
distributif), dan terdapat obstruksi aliran darah yang melalui sistem sirkulasi (syok
obstruktif) (Poth dan Matfin, 2009).
Syok terbagi menjadi beberapa klasifikasi. Menurut Porth dan Matfin (2010), syok
diklasifikasi menjadi 4 yaitu syok kardiogenik, syok hipovelemik, syok obstruktif,
dan syok distributif. Klasifikasi syok menurut Porth dan Matfin (2010) dan menurut
Timby dan Smith (2010) yaitu:
Jenis Syok Menurut Porth dan Matfin (2010) Menurut Timby dan Smith
(2010)
Kardiogenik Terjadi ketika jantung gagal untuk Kondisi syok kardiogenik,
memompa darah yang cukup untuk kontraksi jantung menjadi tidak
memenuhi kebutuhan tubuh efektif. Hal ini akan
manusia. Syok kardiogenik menurunkan curah jantung.
didefinisikan sebagai penurunan
curah jantung, hipotensi, Penyebab utama syok
hipoperfusi, dan indikasi hipoksia kardiogenik ialah infark
jaringan. miokard.
Cairan di intravaskular,
interstisilal, dan intraseluler
saling bergantungan. Ketika
volume di salah satu lokasi
berkurang akan mempengaruhi
volume di lokasi lainnya.
B. SYOK HIPOVOLEMIK
Syok hipovolemik mengacu pada suatu kondisi di mana darah, plasma, atau
kehilangan cairan yang menyebabkan penurunan sirkulasi darah dan cardiac output. Hal
ini menyebabkan kegagalan multiorgan karena perfusi jaringan yang tidak adekuat
(Hammond and Zimmermann, 2017).
Syok hipovolemik adalah hilangnya volume dapat menurunkan preload yang
menyebabkan penurunan curah jantung, tekanan darah serta gangguan perfusi jaringan
(Ramdani B., 2016).
Syok hipovolemik terjadi karena volume intravaskuler berkurang akibat perdarahan,
kehilangan cairan akibat diare, luka bakar, muntah, dan third space loss, sehingga
menyebabkan pengiriman oksigen dan nutrisi ke sel tidak adekuat (Leksana, 2015).
Berdasarkan definisi dari beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa syok
hipovolemik dapat terjadi karena berkurangna volume intravaskuler yang dapat
menyebabkan gangguan hemodinamik dan tidak adekuatnya hantaran oksigen ke seluruh
tubuh dan gangguan pada perfusi jaringan tubuh.
Tanda dan gejala syok hipovolemik
Gambaran klinis pada syok hipovolemik meliputi sebagai berikut (Ramdani, 2016):
a. Takipnea, menyebabkan alkalosis respiratorik, kompensasi untuk asidosis
metabolik ; pernapasan tanpa bantuan
b. Takikardia, denyut perifer rendah atau tidak ada, tekanan nadi sempit,
pengisian ulang kapiler lambat, hipotensi
c. Kulit dingin, pucat, kehitam-hitaman, sianotik, terdapat bercak, diaforetik
terutama pada ekstemitas
d. Perubahan pada tingkat kesadaran (biasanya somnolen sampai sopor)
e. Oligouria
Menurut Dewi dan Rahayu, (2010) intervensi keperawatan yang dapat dilakukan pada
pasien syok hipovolemik antara lain:
a. Kaji jumlah kehilangan volume cairan dan mulai lakukan penggantian cairan sesuai
kondisi pasien.
b. Kaji AGD/Analisa Gas Darah, jika pasien mengalami cardiac atau respiratory arrest
lakukan CPR.
c. Berikan terapi oksigen sesuai order. Monitor saturasi oksigen dan hasil AGD untuk
mengetahui adanya hypoxemia dan mengantisipasi diperlukannya intubasi dan
penggunaan ventilasi mekanik. Atur posisi semi fowler untuk memaksimalkan
ekspansi dada. Jaga pasien tetap tenang dan nyaman untuk meminimalkan kebutuhan
oksigen.
d. Monitor vital sign, status neurologis, dan ritme jantung secara berkesinambungan.
Observasi warna kulit dan cek capillary refill.
e. Monitor parameter hemodinamik, termasuk CVP, PAWP, dan cardiac output, setiap 15
menit, untuk mengevaluasi respon pasien terhadap treatmen yang sudah diberikan.
f. Monitor intake dan output, pasang dower cateter dan kaji urin output setiap jam. Jika
perdarahan berasal dari gastrointestinal maka cek feses, muntahan, dan gastric
drainase. Jika output kurang dari 30 ml/jam pada pasien dewasa pasang infuse, tetapi
awasi adnya tanda kelebihan cairan seperti peningkatan PAWP. Lapor dokter jika urin
output tidak meningkat.
g. Berikan transfuse sesuai order, monitor Hb secara serial dan HCT.
h. Berikan Dopamin atau norepineprin I.V., sesuai order untuk meningkatkan
kontraktilitas jantung dan perfusi renal.
i. Awasi tanda-tanda adanya koagulopati seperti petekie, perdarahan, catat segera
j. Berikan support emosional
k. Siapkan pasien untuk dilakukan pembedahan, jika perlu.
Primary Survey syok hipovolemik
C. SYOK KARDIOGENIK
Pengertian
Syok kardiogenik adalah syok yang diakibatkan atau disebabkan oleh tidak kuatnya perfusi
jaringan akibat dari kerusakan fungsi ventrikel kiri. Syok kardiogenik terjadi ketika jantung
tidak mampu mempertahankan kardiak output yang cukup untuk perfusi jaringan. Hal ini
biasanya muncul setelah adanya penyakit infark miokardial (Manurung, 2016).
Kardiogenik syok adalah keadaan menurunnya cardiac output dan terjadinya hipoksia
jaringan sebagai akibat dari tidak adekuatnya volume intravaskular. Kriteria hemodiamik
hipotensi terus menerus (tekanan darah sistolik < 90 mmHg lebih dari 90 menit) dan
bekurangnya cardiac index (<2,2/menit per m2) dan meningginya tekanan kapiler paru (>15
mmHg). Sebagian besar disebabkan oleh infark miokardial akut (Hollenberg, 2014)
Klasifikasi syok kardiogenik
Menurut Muttaqin (2012) syok dapat dibagi dalam tiga tahap yang semakin lama semakin
berat.
1) Tahap I, syok terkompensasi (non-progresif), ditandai dengan respon
kompensatorik, dapat menstabilkan sirkulasi, emcegah kemunduran lebih lanjut.
2) Tahap II, tahap progresif, ditandai dengan manifestasi sistemis dari hipoperfusi
dan kemunduran fungsi organ.
3) Tahap III, refrakter (irreversible), ditandai dengan kerusakan sel yang hebat tidak
dapat lagi dihindari, yang pada akhirnya menuju kematian.
Manifestasi Klinis
Menurut Manurung (2016) tanda dan gejala syok kardiogenik:
1) Kulit pucat dan dingin
2) Denyut nadi menurun
3) Hipotensi
4) Nyeri dada
5) Gelisah
6) Ansietas
7) Penurunan curah jantung
8) Takikardia
9) Distress pernafasan
10) Perubahan tingkat kesadaran: apatis, letargi, setengah sadar, koma.
Patofisiologi
Tanda dan gejala syok kardiogenik mencerminkan sifat sirkulasi patofisiologi gagal jantung.
Kerusakan jantung mengakibatkan penurunan curah jantung, yang pada gilirannya
menurunkan tekanan darah arteria ke organ vital. Aliran darah ke arteri koroner berkurang,
sehingga asupan oksigen ke jantung menurun, yang pada gilirannya meningkatkan iskemia
dan penurunan lebih lanjut kemampuan jantung untuk memompa, akhirnya terjadi lingkaran
setan (Rneni, 2015).
Tanda klasik syok kardiogenik adalah tekanan darah rendah, nadi cepat dan lemah, hipoksia
otak yang bermanifestasi dengan adanya konfusi dan agitasi, penurunan haluaran urine, serta
kulit yang dingin dan lembab. Disritmia sering terjadi akibat penurunan oksigen kejantung,
seperti pada gagal jantung, penggunaan kateter arteri pulmonal untuk mengukur tekanan
ventrikel kiri dan curah jantung sangat penting untuk mengkaji beratnya masalah dan
mengevaluasi penatalakasaan yang telah dilakukan. Peningkatan tekanan akhir diastolik
ventrikel kiri yang berkelanjutan (left ventrikel end diastolic pressure, LVEDP)
menunjukkan bahwa jantung gagal untuk berfungsi sebagai pompa yang efektif (Reni,
2015).
Jenis Syok Smeltzer, Bare, Hinkle, Timby dan Smith (2010) Porth dan Matfin
dan Cheever (2010) (2009)
Syok Syok septik disebabkan Syok septik terjadi pada Syok septik dikaitkan
Septik oleh infeksi yang meluas. klien dengan infeksi bakteri dengan kondisi infeksi
gram negatif (bakteri berat dan respon
Infeksi meliputi infeksi terdapat di dalam darah). sistemik terhadap
intraabdominal dan infeksi tersebut.
infeksi luka. Beberapa bakteri penyebab
syok septik diantaranya Syok septik
Faktor risiko yang Escherichia coli, jenis didefinisikan sebagai
menyebabkan syok Pseudomonas, sepsis berat.
septik ini diantaranya Staphylococcus aureus, dan
peningkatan dalam Streptococcus spesies gram Sepsis itu sendiri
menggunakan prosedur positif. dipahami sebagai
invasif, alat medis yang adanya infeksi serta
tertinggal di dalam Penyebab utama syok septik adanya respon
tubuh, peningkatan ialah endotoksin yang inflamasi sistemik,
jumlah mikroorganisme dikeluarkan oleh sel-sel seperti demam,
resistensi pada antibiotik, bakteri kemudian akan takikardia, takipnea,
serta faktor usia. memicu respon imun, lalu dan peningkatan sel
Faktor usia disebabkan membuat pembuluh darah darah putih.
karena penurunan berdilatasi sehingga
fisiologis dan sistem meningkatkan permeabilitas
kekebalan tubuh, faktor kapiler pembuluh darah,
dilakukannya prosedur cairan vaskular keluar ke
pembedahan, individu ruang interstisium.
dengan kekurangan gizi,
imunosupresi, individu
dengan penyakit diabetes
melitus, hepatitis, gagal
ginjal kronis, serta
gangguan
imunodefisensi.
Jenis Syok Smeltzer, Bare, Hinkle, dan Porth dan Matfin (2009)
Cheever (2010)
Kardiogenik Kelelahan, disritmia, Bibir, kuku, dan kulit tampak sianosis.
peningkatan preload sistemik dan
paru, serta takikardia Penurunan pengeluaran urin karena terjadi
peningkatan hormon aldesteron.
Daftar Pustaka
Dewi, E., & Rahayu, S. (2010). Kegawatdaruratan Syok Hipovolemik. Berita Ilmu Keperawatan
ISSN 1979-2697, 2(2), 93–96. Retrieved from
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/xmlui/bitstream/handle/11617/2043/BI
K_Vol_2_No_2_8_Enita_Dewi.pdf?sequence=1&isAllowed=y
Fachrurrazi, F., Nashirah, A., & Awaludin, L. R. P. (2022). Pengelolaan Pasien Syok karena
Perdarahan. GALENICAL: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Mahasiswa
Malikussaleh, 1(3), 42-51.
Hammond, B. B., & Zimmermann, P. G. (2017). Sheehy’s Emergency and Disaster Nursing - 1st
Indonesian Edition (A. Kurniati, S. Theresia, & Y. Trisyani, Eds.). Retrieved from
https://www.google.co.id/books/edition/
Sheehy_s_Emergency_and_Disaster_Nursing/sez3DwAAQBAJ?hl=id& gbpv=0
Smeltzer, S. C., Bare, B. G., Hinkle, J. L., Cheever, K. H. (2010). Brunner & suddarth’s:
Textbook of medical-surgical nursing, 12th edition. China: Wolters Kluwer Health,
Lippincott Williams & Wilkins
Timby, B. K., Smith, N. E. (2010). Introductory medica-surgical nursing, 10th edition. China:
Lippincott Williams & Wilkins