Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)

Topik : Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)


Sasaran : Pasien Pria dan Keluarga Pasien
Tempat : RS. Airan Raya
Penyuluh : Wahyudha

1. TUJUAN UMUM
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan pasien pria dan keluarga
mampu memahami dan mengerti tentang BPH (Benigna Prostat Hyperplasia).

2. TUJUAN KHUSUS
Setelah diberihan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan pasien :
a. Dapat menjelaskan tentang pengertian BPH (Benigna Prostat Hyperplasia)
b. Dapat menjelaskan tentang penyebab BPH (Benigna Prostat Hyperplasia)
c. Dapat menjelaskan tentang tanda dan gejala BPH (Benigna Prostat Hyperplasia)
d. Dapat menjelaskan tentang komplikasi BPH (Benigna Prostat Hyperplasia)
e. Dapat menjelaskan tentang perawatan dirumah pasca post op BPH (Benigna Prostat
Hyperplasia)

3. SUB POKOK BAHASAN


a. Pengertian BPH (Benigna Prostat Hyperplasia)
b. Penyebab BPH (Benigna Prostat Hyperplasia)
c. Komplikasi dan tanda gejala BPH (Benigna Prostat Hyperplasia)
d. Perawatan dirumah pasca post op BPH (Benigna Prostat Hyperplasia)

4. PELAKSANAAN KEGIATAN
a. Topik Penyuluhan
BPH (Benigna Prostat Hyperplasia)
b. Sasaran
Pasien Pria dan Keluarga Pasien
c. Metode Penyuluhan
- Ceramah
- Diskusi/Tanya Jawab

5. MEDIA DAN PERATALAN


a. Leafleat
b. Lembar Balik
6. RANGKAIAN PROSES PENYULUHAN

Tahap Kegiatan Kegiatan Perawat Kegiatan Klien Media


Pembukaan Salam Pembuka Mendengarkan Ceramah
(3 menit) Memperkenalkan keterangan penyaji
diri
Menjelaksan
maksud dan tujuan
Membagikan
leafleat
Penyajian Menyampaikan Memperhatikan Ceramah
( 15 menit) materi dan mendengarkan
keterangan penyaji
Tanya Jawab Melakukan tanya Mendengarkan dan Ceramah
(4 menit) jawab bertanya
Penutup Mengevaluasi dan Sasaran dapat Ceramah
( 2 menit) menutup menyebutkan isi
pertemuan materi yang telah
disampaikan
Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)

A. PENGERTIAN
BPH (Benigna Prostat Hyperplasia) adalah pembesaran prostat. Istilah
hipertrofi sering kontroversial di kalangan klinis karena sering bingung dengan
hiperplasia. Hipertrofi secara kualitatif berarti ada hipertrofi seluler tetapi tidak ada
hipertrofi seluler. Hiperplasia adalah peningkatan ukuran sel yang diikuti dengan
peningkatan jumlah sel.
Benigna prostat hyperplasia (BPH) adalah pembesaran kelenjar prostat non
kanker. Benigna prostat hyperplasia adalah penyakit yang disebabkan oleh penuaan
yang biasanya muncul pada lebih dari 50% laki-laki yang berusia 50 tahun ke atas .
Manifestasinya dapat berupa terganggunya aliran urin, sulit buang air kecil dan
keinginan buang air kecil (BAK) namun pancaran urin lemah. Dampak dari BPH
saluran kemih bawah yang mengganggu, infeksi saluran kemih (ISK), hematuria, atau
gangguan fungsi saluran kemih atas.
Peran perawat sebagai care provider yaitu memberikan pelayanan keperawatan
kepada individu yang difokuskan pada penanganan nyeri. Peran perawat sebagai clien
advocate, perawat juga berperan sebagai pelindung klien, yaitu membantu untuk
mempertahankan lingkungan yang aman bagi klien dan mengambil tindakan untuk
mencegah terjadinya komplikasi dari BPH dan melindungi klien khususnya anak dari
efek hospitalisasi yang berasal dari pengobatan atau tindakan diagnostik tertetu. Peran
perawat sebagai conselor yaitu sebagai tempat konsultasi dari masalah yang dialami
BPH dengan mengadakan perencanaan terarah sesuai dengan metode pemberian
pelayanan keperawatan.Peran perawat sebagai educator yaitu memberikan
penyuluhan kesehatan BPH serta penanganan nyeri pasca trauma dan pencegahan
komplikasi.Peran perawat sebagai koordinator yaitu peran ini dilaksanakan dengan
mengarahkan merencanakan serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dapat terarah
serta sesuai dengan kebutuhan klien BPH.
Dapat disimpulkan bahwa BPH (Benigna Prostat Hyperplasia) merupakan
pembesaran pada kelenjar prostat yang dapat menyumbat aliran urine yang sering
terjadi umumnya pada pria.
B. ETIOLOGI
Penyebab yang pasti terjadinya BPH (Benigna Prostat Hyperplasia) belum diketahui.
Namun yang pasti kelenjar prostat sangat tergantung pada hormon androgen. Factor
lain yang erat kaitannya dengan BPH (Benigna Prostat Hyperplasia) adalah proses
penuaan karena etiologic yang belum jelas maka melahirkan beberapa hipotesa yang
diduga timbulnya hiperplasi prostat antara lain :
1. Dihydrotestosteron
2. Perubahan keseimbangan hormon estrogen-testoteron
3. Intraksi stroma – epitel
4. Berkurangnya sel yang mati teori sel stem

C. GEJALA KLINIS
1. Dorongan ingin berkemih
2. Anyang-anyangan
3. Perut tegang
4. Volume urine menurun
5. Harus mengejan saat berkemih

D. GEJALA BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA (BPH)


Tingkat keparahan gejala pembesaran prostat jinak bisa berbeda pada tiap penderita,
tetapi umumnya akan memburuk seiring waktu. Gejala utama benign prostatic
hyperplasia adalah gangguan saat buang air kecil, yang bisa berupa :
1. Urine sulit keluar di awal buang air kecil.
2. Perlu mengejan saat buang air kecil.
3. Aliran urine lemah atau tersendat-sendat.
4. Urine menetes di akhir buang air kecil.
5. Buang air kecil terasa tidak tuntas.
6. Buang air kecil di malam hari menjadi lebih sering.
7. Beser atau inkontinensia urine.

E. CARA PENCEGAHAN BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA (BPH)


1. Menjalakan pola hidup sehat seperti melakukan aktivitas fisik/ olahraga, tidak
merorok,dsb
2. Makan- makanan yang seimbang (Diet rendah lemak).
3. Minum air minimal 8-12 gelas setiap hari
4. Tidak menahan kecing
5. Jangan terlalu banyak duduk
F. CARA MENGATASI BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA (BPH)

Ada beberapa cara untuk mengatasi BPH, antara lain:

1. Perubahan gaya hidup: perubahan gaya hidup seperti menghindari minuman


beralkohol dan kafein, mengurangi asupan garam, menjaga berat badan yang
sehat, dan rutin berolahraga bisa membantu mengurangi gejala BPH.
2. Obat-obatan: beberapa jenis obat bisa membantu meringankan gejala BPH,
seperti obat golongan alpha blocker dan inhibitor 5-alpha reductase.
3. Terapi laser: terapi ini bisa membantu mengurangi gejala dan ukuran prostat,
tetapi terapi ini biasanya direkomendasikan hanya jika obat-obatan tidak efektif.
4. Operasi: jika gejala sangat mengganggu dan tidak dapat diatasi dengan cara-cara
lain, operasi mungkin diperlukan. Ada beberapa jenis operasi yang dapat
dilakukan, seperti Reseksi prostat transurethral (TURP) dan ablasi laser.

G. PERAWATAN POST OPERASI DIRUMAH


1. Batasi aktivitas terlalu berat
2. Tidak mengejan sata BAB
3. Minum 2500-3000 ml/hari
4. BAK saat kandung kemih mulai terasa penuh
5. Rutin minum obat
6. Rujuk segera jika ditemukan tanda-tanda urine berwarna keruh dan berbau
busuk, nyeri saat berkemih demam dan penurunan jumlah urine.

H. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN BENIGN PROSTATIC


HYPERPLASIA (BPH)
1. Pengkajian
a. Identitas
b. Keluhan Utama
c. Riwayat Penyakit Sekarang
d. Riwayat Penyakit Keluarga
e. Keadaan Umum
f. Pemeriksaan Fisik

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berikut adalah uraian dari masalah yang timbul bagi penderita benign prostat
hyperplasia yang disesuaikan dengan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia :
Diagnose keperawatan yang mungkin muncul pada Pre operasi :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
2. Retensi urin berhubungan dengan peningkatan tekanan uretra
3. Gangguan Eliminasi urin berhubungan dengan penurunan kapasitas kandung
kemih
4. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan.
5. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi
Diagonsa keperawatan yang mungkin muncul pada Post operasi :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
2. Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasive
3. Risiko perdarahan berhubungan dengan tindakan pembedahan
4. Retensi urine berhubungan dengan perdarahan post operasi

J. INTERVENSI KEPERAWATAN
Perencanaan keperawatan atau intervensi keperawatan adalah perumusan tujuan,
tindakan dan penilaian rangkaian asuhan keperawatanpada pasien/klien berdasarkan
analisa pengkajian agar masalah kesehatan dan keperawatan pasien dapat diatasi.

Intervensi Keperawatan Pre Operasi Benigna Prostat Hyperplasia


No Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
berhubungan keperawatan selama …x…
dengan agen diharapkan nyeri menurun Observasi
pencedera dengan Kriteris hasil: 1. Identifikasi lokasi,
1. Kemampuan pasien untuk karakteristik, durasi,
menuntaskan aktivitas frekuensi, kualitas, intensitas
menurun nyeri
2. Keluhan nyeri menurun 2. Identifikasi skala nyeri
3. Pasien tampak meringis 3. Identifikasi respons nyeri non
menurun verbal
4. Frekuensi nadi membaik 4. Identifikasi factor yang
5. Pola nafas membaik memperberat dan
6. Tekanan darah membaik memperingan nyeri
7. Fungsi berkemih 5. Identifikasi pengetahuan dan
membaik keyakinan tentang nyeri
8. Perilaku membaik 6. Identifikasi pengaruh nyeri
9. pola tidur membaik pada kualitas hidup
7. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah di
berikan
8. Monitor efek samping
penggunaan analgesic.

Terapeutik
9. Berikan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur,
terapi music, biofeedback,
terapi pijat, aromaterapi,
Teknik imajinasi terbimbing)
10. Kompres hangat/dingin
11. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
12. Fasilitasi istirahat
13. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan
nyeri

Edukasi
14. Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
15. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
16. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
17. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
18. Ajarkan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi
19. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2. Retensi urin Setelah dilakukan tindakan Manajemen eliminasi urine
berhubungan keperawatan selama …x…
dengan kemampuan berkemih Observasi
peningkatan membaik Dengan kriteria 1. Identifikasi penyebab retensi
tekanan uretra hasil: urine (mis. Peningkatan
1. Sensasi berkemih tekanan uretra, kerusakan
meningkat arkus reflek, disfungsi
2. Desakan kandung kemih neurologis, efek agen
menurun farmakologis)
3. Distensi kandung kemih 2. Monitor intake dan output
menurun cairan
4. Berkemih tidak tuntas 3. Monitor distensi kandung
menurun kemih dengan palpasi/perkusi
5. Nocturia menurun Pasang kateter urine, jika
6. Dysuria menurun perlu
7. Frekuensi BAK membaik
8. Karakteristik urine Terapeutik
membaik 4. Catat waktu-waktu dan
haluaran berkemih
5. Batasi asupan cairan
6. Ambil sampel urine tengah
(midstream) atau kultur
Edukasi

Edukasi
7. Jelaskan penyebab retensi
urine
8. Anjurkan pasien atau
keluarga mencatat output
urine
9. Ajarkan cara melakukan
rangsangan berkemih
10. Anjurkan mengambil posisi
yang nyaman
11. Demontrasikan dan latih
teknik relaksasi (mis. Napas
dalam, 48 peregangan, atau
imajinasi terbimbing)

Kolaborasi
12. Kolaborasi pemberian obat
suposutoria uretra, jika perlu
3. Ansietas Setelah dilakukan tindakan Reduksi ansietas
berhubungan keperawatan selama …x…
dengan krisis diharapkan pasien tidak Observasi
situasional cemas dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi saat tingkat
1. Perilaku gelisah menurun ansietas berubah ( mis.
2. Perilaku tegang menurun Kondisi, waktu, stresor)
3. Frekuensi pernafasan 2. Identifikasi kemampuan
menurun mengambil mengambil
4. Frekuensi nadi membaik keputusan
menurun 3. Monitor tanda-tanda ansietas
5. Konsentrasi pola tidur ( verbal dan nonverbal
membaik
6. Pola berkemih membaik Terapeutik
4. Ciptakan suasana terapeutik
untuk menumbuhkan
kepercayaan
5. Temani pasien untuk
mengurangi kecemasan
6. Jika memungkinkan gunakan
pendekatan yang tenang dan
meyakinkan
7. Motivasi mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan.

Edukasi
8. Informasikan secara factual
mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis
9. Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan presepsi
10. Latih Teknik relaksasi
11. Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien, jika
perlu
12. Latih kegiatan pengalihan
untuk mengurangi
ketegangan
13. Latih penggunaan
mekanisme pertahanan diri
yang tepat

Kolaborasi
14. Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu

Intervensi Keperawatan Post Operasi Benigna Prostatic Hyperplasia


No Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Intervensi
. Keperawatan Hasil
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
berhubungan keperawatan selama …x…
dengan agen diharapkan nyeri menurun Observasi
pencedera dengan Kriteria hasil: 1. Identifikasi lokasi,
1. Kemampuan pasien karakteristik, durasi,
untuk menuntaskan frekuensi, kualitas,
aktivitas menurun intensitas nyeri
2. Keluhan nyeri 2. Identifikasi skala nyeri
menurun 3. Identifikasi respons nyeri
3. Pasien tampak non verbal
meringis menurun 4. Identifikasi factor yang
4. Frekuensi nadi memperberat dan
membaik memperingan nyeri
5. Pola nafas membaik 5. Identifikasi pengetahuan
6. Tekanan darah dan keyakinan tentang nyeri
membaik 6. Identifikasi pengaruh nyeri
7. Fungsi berkemih pada kualitas hidup
membaik 7. Monitor keberhasilan terapi
8. Perilaku membaik komplementer yang sudah
9. pola tidur membaik di berikan
8. Monitor efek samping
penggunaan analgesic.

Terapeutik
9. Berikan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur,
terapi music, biofeedback,
terapi pijat, aromaterapi,
Teknik imajinasi
terbimbing).
10. Kompres hangat/dingin.
11. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
12. Fasilitasi istirahat
13. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri

Edukasi
14. Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
15. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
16. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
17. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
18. Ajarkan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi
19. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2. Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Infeksi
berhubungan keperawatan selama …x…
dengan agen iam derajat infeksi Observasi
penceder menurun Dengan kriteria 1. Monitor tanda dan gejala
hasil : infeksi local dan sistemik
1. Demam menurun
2. Kemerahan menurun Terapeutik
3. Nyeri menurun 2. Batasi jumlah
4. Bengkak menurun pengunjung
3. Berikan perawatan kulit
pada daerah edema
4. Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan
pssien dan lingkungan
pasien.
5. Pertahankan Teknik
aseptic pada pasien
beresiko tinggi
Edukasi
6. Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
7. Ajarkan cara memeriksa
luka
8. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan

Kolaborasi
9. Kolaborasi pemberian
antibiotic, jika perlu
3. Resiko Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Perdarahan
perdarahan keperawatan selama …x…
berhubungan jam diharapkan tingkat Obervasi
dengan perdarahan menurun 1. Monitor tanda dan gejala
Tindakan dengan kriteria hasil : perdarahan
pembedahan 1. Kelembapan 2. Monitor nilai
membrane mukosa hematokrit/hemoglobin
meningkat sebelum dan sesudah
2. Kelembapan kulit kehilangan perdarahan.
meningkat 3. Monitor tanda-tanda vital
3. Hematemesis menurun ortostatik
4. Hematuri menurun 4. Monitor koagulasi
5. Distensi abdomen
menurun Terapeutik
6. Hemoglobin membaik 5. Pertahankan bedrest selama
7. Hematokrit membaik perdarahan
8. Tekanan darah 6. Batasi Tindakan invasive,
membaik jika perlu
9. Denyut nadi membaik 7. Hindari pengukuran suhu
10. Suhu tubuh membaik rektal

Edukasi
8. Jelaskan tanda dan gejala
perdarahan
9. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
10. Anjurkan menghindari
aspirin atau antikoagulan
11. Anjurkan meningkatkan
asupan makanan dan vitamin
K
12. Anjurkan segera melapor
jika terjadi perdarahan

Kolaborasi
13. Kolaborasi pemberian obat
pengontrol perdarhan
14. Kolaborasi pemberian
produk darah, jika perlu
4. Retensi urin Setelah dilakukan tindakan Manajemen Eliminasi Urin &
berhubungan keperawatan selama …x… Katerisasi Urine
dengan diharapkan pola eliminasi
peningkatan kembali normal dengan Observasi
tekanan uretra kriteria hasil: 1. Identifikasi tanda dan
1. Sensasi berkemih gejala retensi atau
meningkat inkontenensia urine
2. Desakan kandung 2. Identifikasi factor yang
kemih menurun menyebabkan retensi
3. Distensi kandung atau inkokntenensia
kemih menurun urine monitor urine (mis.
4. Berkemih tidak tuntas Frekuensi, konsistensi,
menurun aroma, volume, dan
5. Nocturia menurun warna )
6. Dysuria menurun
Terapeutik
3. Catat waktu-waktu dan
haluaran berkemih
4. Batasi asupan cairan,
jikaperlu
5. Edukasi ajarkan tanda
dan gejala infeksi saluran
kemih
6. Ajarkan minum yang
cukup jika tidak ada
kontraindikasi
7. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemasangan
kateter urine
8. Anjurkan menarik nafas
saat insersi selang urine

Kolaborasi
9. Kolaborasi pemberian
obat suposutoria uretra,
jika perlu

K. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Pedoman implementasi keperawatan tindakan yang dilakukan konsisten
dengan rencana dan dilakukan setelah menvalidasi rencana. Validasi menentukan
apakah rencana masih relevan, masalah mendesak, berdasarkan pada rasional yang
baik dan individualisasikan. Perawat memastikan bahwa Tindakan yang sedang di
implementasikan baik oleh pasien, perawat atau yang lain, berorientasi pada tujuan
dan hasil. Tindakan Selama implementasi diarahkan untuk mencapai tujuan.

L. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk
menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan
dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan rencana keperawatan. Evaluasi
keperawatan adalah mengkaji respon pasien setelah dilakukan intervensi keperawatan
dan mengkaji ulang asuhan keperawatan yang telah diberikan . Penilaian adalah tahap
yang menentukan apakah tujuan tercapai. Evaluasi selalu berkaitan dengan tujuan,
apabila dalam penilaian ternyata tujuan tidak tercapai, maka perlu dicari
penyebabnya. Hal tersebut dapat terjadi karena beberapa factor, seperti tujuan tidak
realistis, Tindakan keperawatan yang tidak tepat, dan terdapat beberapa factor
lingkungan yang tidak dapat diatasi. Beberapa alasan penting penilaian evalusi, yaitu
menghentikan Tindakan atau kegiatan yang tidak berguna. Menambah ketepatgunaan
Tindakan keperawatan. Sebagai bukti bahwa hasil dari Tindakan perawatan dan untuk
pengembangan dan penyempurnaan praktek keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA
Benign Prostatic Hyperplasia: A New Metabolic Disease of the Aging Male and Its
Correlation with Sexual Dysfunctions. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/24688539/.
Diakses 8 Maret 2023

Benign Prostatic Hyperplasia and the Risk of Prostate Cancer and Bladder Cancer.
https://journals.lww.com/mdjournal/fulltext/2016/05030/benign_prostatic_hyperplasia_
and_the_risk_of.12.aspx. Diakses 8 Maret 2023

Canadian Cancer Society. 2021. Benign Prostatic Hyperplasia (BPH).

Dongoes. 2008. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC : Jakarta.

DPP Tim Pokja SDKI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik Edisi 1. In Dewan Pengurus Pusat PPNI.
https://doi.org/10.1093/molbev/msj087

Mayo Clinic. 2021. Diseases & Conditions. Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)

M. Azzaki Pimandama, dkk. 2018. Benign Prostatic Hyperplasia dengan Retensi Urin dan
Vesicolithiasis. Jurnal Kesehatan Fakultas Kedokteran Unila Lampung.

Mubarak. W. I. (2011). Promosi kesehatan. Jogyakarta : Graha ilmu

Muttaqin,A & Sari,K. 2014. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta :
Salemba Medika

Nusalam. 2015. Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Nasional.


Edisi 5. EGC : Jakarta

Sutanto, R. 2021. Benign Prostatic Hyperplasia : Updated Treatment and Prevention


Management. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia, 8(3), pp. 90-7.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar DIagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1.
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Indonesia. Jakarta.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1.
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Indonesia. Jakarta

Wibowo, C. D. 2012. Benign Prostat Hyperplasia. Universitas Muhammadiyah Semarang.

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)


BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA (BPH)

RUMAH SAKIT AIRAN RAYA


Jl. Airan Raya No.99, Way Huwi, Kec. Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung
2023

Anda mungkin juga menyukai