Anda di halaman 1dari 5

SENDRATARI

Legenda rakyat Kalimantan Selatan (Banjar)

Intingan wan Dayuhan

Tarian opening

Babak 1: scene rumah


Uma masuk sekaligus Dance Flower
Dayuhan : “Intingan!!dayuhan !! sini nak!!”
Dayuhan : “Iya ma!!dek ayok!!”

(Intingan dan Dayuhan segera menuju kamar mamanya)

Uma : “Intingan, Dayuhan, mama hari ini tidak bisa pergi ke sawah, jadi tolong kalian
berdua untuk pergi ke sawah hari ini,. Dan ingat, jangan sampai kalian pulang terlalu senja,
karna akan sangat bahaya jika masih berada diluar rumah pada saat senja.”
Dayuhan & Intingan : “Baik ma..”

Babk 2: Scene Sawah

(Setelah Intingan dan Dayuhan sampai di sawah, mereka segera melakukan


penanaman terhadap padi, sedangkan dayuhan ia malah asik menunjukkam aksinya )

Intingan :“Dek!!cepetan!!”
Dayuhan : “Bentar nah, dikit lagi.”

(Dayuhan pun tetap melanjutkan aksi nya, Intingan kembali melanjutkan kegiatannya.
Tak lama kemudian Intingan geram melihat aksi adeknya itu, lalu ia langsung
mendorong adeknya ).

Intingan :“Dek!! Cepetan nanam padinya!!”


Dayuhan : “Iya-iyaa..”
(Akhirnya, Intingan dan Dayuhan bersama-sama menanam padi, tak lama kemudian
perut dayuhan merasa kelaparan).

Dayuhan : “kak, aku lapar…Ayoklah beri aku makanan”


Intingan : “tidak ada makanan..”
Dayuhan : “itu ada pisang yang bisa dimakan”
Intingan : “tapi ini mau aku jemur untuk membuat rimpi”
Dayuhan : “berilah aku satu saja”
Intingan : “baiklah, tapi ada syaratnya, yaitu kamu harus mencari kayu bakar untuk
membuat api”
Dayuhan : “sendiri?”
Intingan : “iya sendiri”

(Akhirnya, Dayuhan mau pergi kehutan sendiri untuk mencari kayu, Intingan
melanjutkan kegiatannya ia tak sendirian disawah, melainkan ia ditemani oleh dua
orang sawah. Walaupun ia ditemani oleh dua orang sawah tetapi ia merasa aneh
disawah tersebut, karena ketakutan ia berlari menuju pondok yang berada didekat
sawah tersebut. Intingan tetap melanjutkan aktivitasnya yaitu menyiapkan pisang yang
ingin dijemur.)

(Tak lama kemudian, Dayuhan datang membawa kayu)

Dayuhan : “kak, aku sudah dapat kayunya”


Intingan : “baguslah, letakkan disini,”
Dayuhan : “mana pisang untukku, kakakkan sudah janji”
Intingan : “baiklah, tapi satu saja ya, sisanya mau kakak olah jadi rimpi.”
Dayuhan : “ahh kakak ini, dasar pelit.”
Intingan : “sudah, makan saja dulu dan cepat habiskan, setelah itu bantu kakak
menjemur pisang ini dan menyalakan api untuk mengasapinya.”

(Intingan dan Dayuhan menyiapkan pisang untuk diolah jadi rimpi, ketika mereka
sedang menyiapkan, tiba-tiba masuklah burung pipit di sawah mereka)

Tarian burung pipit sekaligus burung pipit masuk


(Burung pipit masuk merusak padi yang berada disawah mereka)

Dayuhan:“Kak!Lihat itu! Ada burung pipit memakan padi kita!”

(Intingan langsung segera menuju orang sawah untuk mengusir burung pipit,
sedangkan dayuhan ia bernyanyi.)

Dayuhan:“ U kaka u kiki banih kita dimakan pipit, u kaka Anai-anai bahindik-hindik, u
kaka Ulat bulu nang mamutiki”

(Intingan terus menggoyangkan orang sawah tuk mengusir burung pipit, dayuhan terus
menerus bernyanyi, perlahan-lahan burung pipit menjauh.)

Intingan : “ahh sukur lah pipitnya tidak terlalu banyak memakan padi kita. Dek, bantu
kakak membersihkan padi yang sudah rusak.”

Dayuhan :“aduh kak.., aku lelah sekali setelah mencari kayu dihutan, nanti saja lah kita
membersihkannya”

Intingan : “kalau kita terus menunda-nunda pekerjaan nanti tidak akan selesai-selesai,
biar kita bisa istirahat lebih cepat dek,, ayook”

Dayuhan : “ahh kakak ini…”

(Lalu Intingan dan Dayuhan segera membersihkan sawah yang telah dirusak oleh
burung pipit, karena kelelahan akhirnya mereka tertidur di pondokkan.)

Dayuhan : kak Bangun!! bagaimana ini, hari sudah mulai gelap, kamu ingat apa pesan ibu
kan kalau kita jangan pulang sampai hari gelap, bahaya, aku takut Intingan.”
Intingan : “ Tenang saja dek, ada kakak, kakak akan melindungimu kalau ada apa-apa”
Dayuhan : “Aku takut kak..”
Intingan : “Sudahlah jangan berpikiran yang macam-macam Dayuhan”

(Ni Yaksa datang melakukan peperangan dengan warga yang juga berada disawah.)
(Seketika terdengar suara raungan raksasa)

Dayuhan : “kak… suara apa itu?”


Intingan : “ahh itu cuma suara air terjun..”

(Ni Yaksa mendatangi Intingan dan Dayuhan)

Ni Yaksa : “SEDANG APA KALIAN DISINI..!!!???”

(Intingan dan Dayuhan ketakutan)

Intingan : “Siapa kamu ini?”


Ni Yaksa : “Aku adalah penunggu sawah ini, orang-orang biasa memanggilku Nini
Yaksa”
Dayuhan : “kak, makhluk apa itu? Tubuhnya besar sekali seperti pohon beringin,
mulutnya juga lebar seperti kawah balanga, lalu rambutnya penuh kutu, lipan dan laba-laba”
Intingan : “Jadi kamulah raksasa pemakan manusia yang banyak orang bicarakan itu?”
Ni Yaksa : “Yaa, aku lah raksasa itu, kebetulan sekali ada kalian berdua, aku akan
memakan salah satu dari kalian atau keduanya”
Dayuhan : “kak, bagaimana ini? Aku takut kak.”
Intingan : “Tenang saja dek, kamu cukup ikuti apa yang kakak lakukan”
Dayuhan : “Baiklah kak”
Dayuhan : (bernyanyi)
U kaka u kiki banih kita dimakan pipit u kaka
Anai anai bahindik hindik u ading
Ulat bulu nang mamutiki
Ni Yaksa Ni Yaksa nang bungas langkar lagi pambarian
Kami pang rila dimakan hampian mun dibari habu halaban

Intingan : “kami mau saja dimakan olehmu, tapi sebelum itu izinkan kami
membersihkan rambutmu dari kutu-kutu itu, setelah rambutmu bersih silahkan makan kami
berdua.”
Ni Yaksa : “baiklah kalau begitu..”
(Intingan dan Dayuhan membersihkan rambut Ni Yaksa, dan ternyata Ni Yaksa
menikmati itu lalu tertidur)

Intingan : “(berbisik) dek… cepat kamu ambil abu dari hasil kayu bakar tadi lalu kita
siramkan ke matanya biar dia tidak bisa melihat kita”

Dayuhan : “Baiklah kak (Dayuhan mengambil abu)”

Intingan : “Oyy nii yaksa..kami sudah membersihkan rambutmu, ayok sekarang makan
kami berdua”

(Intingan dan Dayuhan membangunkan Ni Yaksa lalu segera menyiramkan abu


kematanya. Ni Yaksa kesakitan dan sangat marah mengejar Intingan dan Dayuhan)

Ni Yaksa :“arrghh,, awas kalian, akan kumakan kalian arrghh..”

(Intingan dan Dayuhan bersembunyi dipinggir jurang sawah. Ni Yaksa yang tidak bisa
melihat berusaha mengejar dan akhirnya terjatuh ke jurang dan mati)

Intingan : “Dek, raksasa itu sepertinya sudah mati, sebaiknya kita cepat pulang
menemui ibu.”

Intingan dan Dayuhan pergi meninggalkan tempat tersebut.

Tarian ending

TAMAT

Anda mungkin juga menyukai