Anda di halaman 1dari 11

PEMBIAYAAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN PADA

REHABILITASI MEDIS

Hanna Wijaya, Handar Subhandi Bakhtiar

Fakultas Hukum Kesehatan, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta


Email: hannwijaya@yahoo.com / handar_subhandi@yahoo.com

Corresponding Author:
dr. Hanna Wijaya
Fakultas Hukum Kesehatan, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta, Jakarta,
Indonesia
Jl. Rs. Fatmawati, Pondok Labu, Jakarta Selatan, DKI Jakarta, 12450
Email: hannwijaya@yahoo.com
Telp: (+62) 812-2378-7878

Received 28 September, 2021; Accepted 03 Oktober, 2021; Online Published 28 Januari, 2022

ABSTRAK
Jamsostek dilaksanakan oleh Badan penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yang meliputi Pelayanan BPJS
Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan. Rehabilitasi jantung dilakukan agar system kardioavaskular pasca morbiditas
meningkat dan optimal. BPJS menetapkan peraturan baru mengenai katarak, persalinan, dan rehabilitasi medis.
Kunjungan kontrol Rehabilitasi medis hanya boleh diselenggarakan dua kali dalam kurung waktu seminggu.
Sementara untuk penyakit yang memang memerlukan rehabilitasi medis lebih dari 2 kali dalam kurung waktu
seminggu dinilai cukup banyak, salah satunya rehabilitasi medik bedah jantung. Alhasil, pasien akan menggunakan
biaya sendiri untuk membayar pengobatan dikarenakan BPJS hanya menanggung biaya rehabilitasi dua kali dalam
seminggu saja. Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian yang meninjau yuriditve normative. Rehabilitasi
medik adalah bidang peminatan ilmu kedokteran baru. Bidang ilmu ini membahas penatalaksanaan pasien dengan
disabilitas secara keseluruhan, susunan otot syaraf, kehilangan fungsi yang bersumber dari susunan jantung dan
paru-paru, susunan otot tulang, serta gangguan jiwa fisik dan sosial yang menyertai kecacatan tersebut. BPJS
Kesehatan adalah sebuah badan hukum publik yang bertanggung jawab atas pasien dan berguna untuk
menyelenggarakan program jaminan kesehatan untuk semua masyarakat negara Indonesia. Warga Negara Asing
juga diperbolehkan jika bekerja dalam kurung waktu enam bulan di Indonesia. BPJS Kesehatan menanggung
pelayanan rehabilitasi medis berdasarkan gejala medis dan standar pelayanan, serta hukum dan peraturan yang ada.
Saat ini, rehabilitasi hanya dapat dilakukan 2 kali saja dalam dua minggu atau maksimal hanya delapan kali perbulan
dan berbanding terbalik denga yang sebelumnya yang mana bisa melakukan rehabilitasi hingga 29 kali perbulan.
Hal ini membuat pelayanan kesehatannya tidak lagi ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Keterbatasan ini tentunya
bisa menyulitkan pasien rehabilitasi medik. Apabila intensitas pelayanannya berkurang, ini bisa memperlambat
proses penyembuhan pasien bedah jantung.
Kata Kunci: BPJS; Kesehatan; Rehabilitasi Medis

1877
ABSTRACT
Jamsostek is implemented by the Health Social Security Organizing Agency which encompasses BPJS Employment
Services and BPJS Health Services. Cardiac rehabilitation is done out so that the post-morbid cardiovascular
system increases and is optimal. BPJS sets new laws on cataracts, delivery, and medical rehabilitation. Medical
Rehabilitation control visits may only be held twice a week. Meanwhile, for conditions that do require medical
rehabilitation more than 2 times a week, it is considered quite a lot, one of which is cardiac surgery medical
rehabilitation. As a result, patients will use their own resources to pay for treatment because BPJS only bears
rehabilitation costs twice a week. This study adopts a research technique that reviews the juridical normative.
Medical rehabilitation is a new field of specialization in medical science. This field of science examines the care of
patients with impairments as a whole, neuromuscular structure, loss of function arising from the heart and lungs
structure, bone muscle structure, as well as physical and social mental illnesses that accompany the disability. BPJS
Health is a public legal entity that is responsible for patients and is beneficial for establishing health insurance
plans for all Indonesian people. Foreign citizens are also allowed if they work within a period of six months in
Indonesia. BPJS Kesehatan covers medical rehabilitation services based on medical symptoms and service
standards, as well as current laws and regulations. Currently, rehabilitation can only be carried out 2 times in two
weeks or a maximum of only eight times per month and is in contrast to the old one, which can rehabilitate up to 29
times per month. This renders health services no longer covered by BPJS Kesehatan. This constraint can
undoubtedly make it tough for medical rehabilitation patients. If the intensity of service is reduced, this can slow
down the recovery process of cardiac surgery patients.
Keywords: BPJS; Health; Medical Rehabilitation

1. PENDAHULUAN angioplasti. Tim rehabilitasi akan mengevaluasi


Latar Belakang kondisi masing-masing individu terlebih dahulu
Dalam UU No. 24 Tahun 2011, sebelum program pemuluhan atau rehabilitasi
Jamsostek dilaksanakan oleh Badan medik khusus dimulai. Evaluasi ini terkait
penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yang riwayat kesehatan, termasuk pemeriksaan fisik,
meliputi Pelayanan BPJS Ketenagakerjaan dan serta beberapa pemeriksaan lanjutan guna
BPJS Kesehatan. Untuk BPJS Kesehatan menilai fungsi jantung, seperti pemeriksaan
pelaksanaannya mulai 1 Januari 2014. Penerapan rekam jantung (EKG), ekokardiografi, hingga
Jaminan Kesehatan Nasional atau biasa disebut pengukuran stress yang dilakukan melalui
JKN dijabarkan dalam PP No. 101 Tahun 2012 sepeda. Selain itu, pemeriksaan laboratorium
membahas tentang Penerima Bantuan Kontribusi juga dapat dilakukan untuk mengukur kadar
Nomor 12 Tahun 2013 mengenai Jaminan kolesterol dan gula darah. (2)
Kesehatan; dan Jaminan Kesehatan Nasional. (1) Pada tahun 2018, Badan Penyelenggara
Untuk meningkatkan dan Jaminan Sosial atau biasa disingkat BPJS
mengoptimalkan system kardioavaskular pasca menetapkan peraturan baru seputar katarak,
morbiditas, rehabilitasi jantung dilakukan. persalinan, dan rehabilitasi medis. Rehabilitasi
Rehabilitasi tersebut dimaksudkan pada pasien medis hanya boleh dilakukan 2 kali dalam
yang memiliki riwayat gagal jantung, serangan seminggu jika ingin melakukan kunjungan
jantung, riwayat operasi jantung atau menjalani kontrol. Disisi lain, penyakit yang memerlukan

1878
pemulihan medis lebih dari 2 kali dalam kurung 2. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
waktu seminggu dinilai cukup banyak, salah Kesehatan
satunya adalah rehabilitasi medik bedah jantung. 3. Aspek Yuridis Rehabilitasi Pasca Operasi
Alhasil, pasien akan menggunakan biaya sendiri Jantung dari Segi Peraturan BPJS
untuk menutupinya. Kesehatan
Bagain terakhir dari 3 jaminan BPJS 4. Dampak Pengaturan BPJS Kesehatan
Kesehatan yang tidak efisien adalah Permenkes yang Membatasi Rehabilitasi Medis
No. 5 Tahun 2018 tentang pembatasan
rehabilitasi medis maksimal 2 kali dalam
2. METODE PENELITIAN
seminggu atau 8 kali dalam sebulan. Apabila
pasien ingin membutuhkan lebih banyak lagi, Penelitian ini ditinjau melalui

mereka harus menanggung biaya rehabilitasi yuriditve normative sebagai metodologi

tersebut. Sementara itu, standar rehabilitasi penelitian. Penelitian hukum normative

medis antara pasien satu dengan pasien lainnya ditelaah secara sintesis dengan kesimpulan

jelas akan berbeda. deduktif dari pernyataan di dalam sumber

Akibatnya, kebijakan Permenkes No. 5 data seperti bahan-bahan pustaka meliputi

Tahun 2018 berpotensi menimbulkan konflik jurnal, buku, dokumen, literatur atau hukum

antara dokter, pasien dan fasilitas pelayanan sekunder seperti UU, teori hukum, putusan

kesehatan. Hal ini disebabkan oleh rehabilitasi pengadilan, pendapat ahli yang relevan dan

penyakit jantung membutuhkan kunjungan berkaitan dengan permasalahan yang di

kontrol lebih dari 8 kali dalam kurung waktu bahas pada artikel ini. Pendekatan yang

satu bulan. Sehingga, rehabilitasi medis terutama digunakan adalah pendekatan per-UU,

bidang jantung tidak memberikan hasil yang konseptual dan analitis. Penelitian ini

optimal akibat kebijakan BPJS baru ini. merupakan preskriptif-analitis dimana


sintesis data, pembahasan dan kesimpulan

Rumusan Masalah dianalisis secara kulitatif. (3)

Jurnal dan tulisan ini secara khusus membahas


3. HASIL DAN PEMBAHASAN
tentang empat aspek utama yang menjadi
A. Rehabilitasi Medik dan Rehabilitasi
pembahasan utama, diantaranya:
Medis Jantung
1. Rehabilitasi Medis dan Rehabilitasi
KBBI mengartikan rehabilitasi
Medis Jantung
sebagai pemulihan ke keadaan semula;

1879
memperbaiki anggota tubuh yang cacat tempat tidur atau mampu merawat
untuk menjadi manusia yang bermanfaat dirinya sendiri.
dan mendapat tempat yang layak dan b) Tujuan jangka panjang agar
diterima masyarakat pada umumnya. (4) pasien bisa hidup kembali di
Rehabilitasi medis adalah kajian tengah-tengah masyarakat, bisa
peminatan ilmu kedokteran baru, yang mengurus diri sendiri, dan bisa
membahas tentang manajemen pasien kembali ke aktivitas kehidupan
dengan disabilitas secara keseluruhan, semula.
kehilangan fungsi susunan otot syaraf, Lebih lanjut, Tedjasukmana menyatakan
susunan otot tulang, susunan jantung dan beberapa tujuan rehabilitasi jantung,
paru-paru serta gangguan jiwa fisik dan diantaranya adalah sebagai berikut: (6)
sosial yang diikuti kecacatan. (5) a) Untuk mengurangi risiko
Menurut UU, rehabilitasi kematian mendadak,
merupakan pemulihan terhadap hak atau meningkatkan fungsi jantung,
wewenang seseorang dalam kapasitas atau meningkatkan kapasitas kerja,
kedudukan awalnya yang diberikan oleh mencegah aterosklerosis, serta
pengadilan. Pasal 1 ayat 22 KUHAP menurunkan kematian dan
mendefinisikan rehabilitasi sebagai hak morbiditas.
atau wewenang seseorang untuk b) Untuk mengurangi kecemasan,
mendapatkan pemulihan hak-haknya atas mengembalikan kepercayaan diri,
kedudukan, kemampuan, harkat dan serta mengembalikan fungsi
martabat pada tingkat penyidikan, seksual yang baik.
penuntutan atau persidangan untuk c) Untuk bisa bekerja kembali
ditangkap, ditahan, dituntut atau diadili seperti sedia kala dan melakukan
tanpa alasan berdasarkan Undang-Undang kegiatan sehari-hari secara
atau karena kesalahan orang atau hukum mandiri.
yang digunakan sesuai dengan ketentuan d) Untuk mengurangi biaya
UU yang berlaku. pengobatan, melakukan
Menurut umat Islam, rehabilitasi medis mobilisasi lebih awal agar pasien
memiliki dua tujuan, diantaranya: bisa segera kembali ke rumah
a) Tujuan jangka pendeknya agar mereka, mengurangi penggunaan
pasien bisa segera bangun dari

1880
obat dan kemungkinan dirawat BPJS Kesehatan merupakan sebuah
kembali di rumah sakit tersebut. badan hukum publik yang memiliki
tanggung jawab terhadap pasien dan
Program rehabilitasi atau pemulihan memiliki fungsi dalam mengadakan
jantung secara komprehensif harus program jaminan kesehatan untuk semua
mencakup beberapa komponen seperti warga negara Indonesia, termasuk Warga
berikut ini: Negara Asing yang bekerja paling singkat
a) Analisis kondisi pasien dan enam bulan di Indonesia. BPJS Kesehatan
riwayat kesehatan yang pernah sebagai badan hukum yang dibuat untuk
dideritanya mengadakan program asuransi kesehatan.
b) Memberikan edukasi dan BPJS merupakan penggabungan dari 4
penyuluhan untuk menambah BUMN menjadi 1 badan hukum. 4 badan
pengetahuan dan kesadaran usaha tersebut adalah PT JAMSOSTEK,
pasien sehingga dia terhindar dari PT TASPEN, PT ASKES, and PT
faktor risiko, dapat mengatasi ASABRI. BPJS seperti asuransi jiwa
kecemasan dan faktor risiko sehingga semua Warga Negara Indonesia
sehingga proses penyakit dapat wajib mengikuti program ini. (7)
dihentikan. UU BPJS Kesehatan mengatur
c) Upaya pengendalian faktor risiko; tentang BPJS Kesehatan yang berfungsi
tentang pendidikan, perubahan untuk melaksanakan program asuransi
life style menuju hidup sehat dan kesehatan. Menurut UU Sistem Jaminan
perawatan yang dibutuhkan. Sosial Nasional, asuransi kesehatan
d) Program latihan dan konseling dilaksanakan secara nasional menurut asas
kegiatan fisik terutama dalam sosial. Setiap individu atau keluarga yang
meningkatkan kualitas hidup, tidak bekerja di perusahaan wajib
gaya hidup sehat, tingkat mendaftarkan diri dan keluarganya di
kebugaran, dan pengendalian BPJS Kesehatan. Setiap member BPJS
faktor risiko penyakit. Kesehatan akan dikenakan tarif sesuai
dengan kemampuannya. Sementara bagi
B. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial masyarakat tidak mampu, iuran BPJS
Kesehatan Kesehatannya ditanggung oleh pemerintah,

1881
yaitu melalui Program Bantuan Iuran jantung biasanya adalah yang telah
(PBI). menjalani pengobatan atau pembedahan.
Program BPJS Kesehatan dibagi menjadi Rehabilitasi medis diperlukan untuk
lima jenis dan pelaksanaannya dilakukan membantu kesembuhan pasien pasca
dalam 2 program pelaksanaan, diantranya: operasi jantung. Hampir tidak ada rujukan
1) Program yang diadakan oleh yang jelas berapa kali rehabilitasi medis
BPJS Kesehatan dan Jaminan perlu dilakukan setiap peserta selama ini
Kesehatan mulai berlaku tanggal untuk mendiagnosis penyakit tertentu
1 Januari 2014. seperti operasi jantung. Dengan demikian,
2) Program yang diadakan oleh peserta dapat memperoleh berbagai
BPJS Ketenagakerjaan, Asuransi layanan rehabilitasi medis. Ada anggota
Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari BPJS yang mendapat rehabilitasi medis
Tua, Asuransi Pensiun, dan sebanyak 2 kali, 5 kali, 10 kali, bahkan
Asuransi Kematian dimulai pada hingga 29 kali per bulan. (8)
tanggal 1 Juli 2015. Setelah keluarnya Peraturan
Penjaminan Pelayanan Kesehatan No. 5
C. Aspek Yuridis Rehabilitasi Pasca Tahun 2018 mengenai Jaminan Pelayanan
Operasi Jantung dari Segi Peraturan Rehabilitasi Medis dalam Program JKN,
BPJS Kesehatan BPJS Kesehatan menanggung pelayanan
Layanan yang diberikan oleh BPJS rehabilitasi medis berdasarkan gejala
Kesehatan sebagai BPJS harus lengkap. medis dan standar pelayanan sesuai dengan
Pelayanan yang diberikan tidak boleh hukum dan peraturan yang ada.
terbatas pada kuratif dan rehabilitatif, Berdasarkan ketentuan ini, pelayanan
melainkan mulai dari promotif sampai rehabilitasi medis pada bedah jantung
preventif. Rehabilitasi medis bedah dilakukan paling banyak 2 kali kunjungan
jantung merupakan salah satu dari per minggu atau 8 kali kunjungan per
beberapa layanan rehabilitasi yang dijamin bulan pada setiap anggota. Pelayanan
oleh BPJS Kesehatan. Anggota BPJS dapat diberikan sesuai gejala medik yang
mendapatkan rehabilitasi medis sesuai diderita, berdasarkan penilaian Dokter
dengan gejala yang mendasarinya. dalam Pengobatan Fisik dan Rehabilitasi
Anggota BPJS yang memerlukan Medis yang menunjuk pada standarisasi
pelayanan rehabilitasi medis untuk operasi

1882
pelayanan tim rehabilitasi medis terpadu bertentangan dengan Pasal 2 jo. Pasal 24
yang dikeluarkan oleh PERDOSRI. ayat (3) UU No. 40 Tahun 2004 menganai
Penerbitan Peraturan Nomor 5 Sistem Jaminan Kesehatan Nasional yang
Tahun 2018 perlu dilakukan karena adanya mengamanatkan dan menentukan
potensi moral hazard yang ditandai dengan bagaimana kemudian sistem Pelayanan
tingginya frekuensi kunjungan rehabilitasi Kesehatan harus dilaksanakan oleh BPJS
medik hingga 29 kali dalam sebulan. Kesehatan, termasuk sistem pengendalian
Maksud dan tujuan Peraturan No. 5 Tahun mutu yang harus dilaksanakan secara
2018 adalah pembayaran yang efektif, efektif dan secara efisien dan BPJS
sesuai dengan standarisasi tindakan dan Kesehatan harus memberikan pelayanan
sertifikasi serta sesuai dengan sumber daya kesehatan sesuai dengan prinsip dan tujuan
yang dikeluarkan oleh Fasilitas Kesehatan rumah sakit. Dalam hal pembentukannya,
dan adanya peraturan yang mengatur Peraturan Nomor 5 Tahun 2018 juga
tentang penyelenggaraan pelayanan dipandang bertolak belakang dengan Pasal
kesehatan yang berbiaya tinggi seperti 5 UU No. 12 Tahun 2011 mengenai
hemofilia, kanker, talasemia, operasi Pembentukan Peraturan Perundang-
jantung elektif dan lain-lain. Pasal 3 ayat undangan yang berbunyi: "Dalam
(1) Peraturan No. 5 Tahun 2018 mengatur pembentukan Peraturan Perundang-
sebagai berikut: “Pelayanan rehabilitasi undangan harus dilakukan berdasarkan
medis sebagaimana dimaksud Pasal 3 prinsip Pendirian. Peraturan Perundang-
dilakukan paling banyak 2 kali kunjungan undangan yang baik, yang meliputi: a)
per anggota per minggu, atau paling kejelasan tujuan; b) kelembagaan atau
banyak 8 kunjungan per anggota per kewenangan pembentuk yang sesuai; c)
minggu, sesuai dengan kondisi medis kesesuaian antara jenis, hierarki, dan isi
berdasarkan penilaian dokter spesialis fisik materi; d) dapat dilaksanakan; e) kegunaan
dan rehabilitasi yang mengacu pada dan kegunaan; f) kejelasan rumusan, dan
standarisasi pelayanan tim rehabilitasi g) keterbukaan."
medis terpadu yang dikeluarkan oleh Penerbitan Peraturan Nomor 5
Ikatan Dokter Indonesia untuk Pengobatan Tahun 2018 tidak dapat dibenarkan karena
Fisik dan Rehabilitasi. masalah anggaran, apalagi bertolak
Materi dalam Pasal 3 ayat (1) belakang dengan ketentuan dan peraturan
Peraturan Nomor 5 Tahun 2018 per-UU yang lebih tinggi, karena masalah

1883
penganggaran baik fasilitas maupun tentunya berpotensi mempersulit pasien
penyelenggaraan pelayanan kesehatan rehabilitasi medik. Bila intensitas
sudah dijamin pemenuhannya oleh pelayanannya berkurang tentunya akan
Presiden RI melalui peraturan yang memperlambat proses penyembuhan
dikeluarkannya. Sehingga Pasal 3 ayat 1 pasien bedah jantung. (10)
No. 5 Tahun 2018 terbukti jelas Peraturan Nomor 5 Tahun 2018
bertentangan dengan peraturan per-UU diduga telah mengurangi dan
yang lebih tinggi yang mengakibatkan mengintervensi tindakan dokter di
harus dibatalkannya dan dinyatakan tidak pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh
mempunyai kekuatan hukum. (9) Dokter. Aturan tersebut juga berpengaruh
merugikan bagi pasien dikarenakan dokter
D. Dampak Pengaturan BPJS Kesehatan dapat berpotensi melanggar sumpah dan
yang Membatasi Rehabilitasi Medis kode etik yang sudah ditetapkan.
Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun “Kewenangan dokter dalam melakukan
2018 mengenai Jaminan Pelayanan tindakan medis diintervensi dan dikurangi
Rehabilitasi Medis dinilai bertentangan oleh HSSOA Kesehatan,” Peraturan ini
dengan sejumlah peraturan. Di antaranya, juga tidak merujuk pada Peraturan
UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Presiden No. 19 Tahun 2016 mengenai
Jaminan Kesehatan Nasional, UU Nomor JKN Pasal 43a ayat 1 yang mana BPJS
24 Tahun 2011 mengenai BPJS, UU No. Kesehatan mengembangkan teknis
36 Tahun 2009 mengenai Kesehatan; dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan,
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 sistem pengendalian mutu pelayanan, dan
tentang Pembentukan Peraturan sistem pembayaran pelayanan kesehatan
Perundang-undangan. Adanya hak pasien untuk meningkatkan efisiensi dan
operasi Jantung dilanggar oleh peraturan efektivitas. Sebagaimana diatur dalam
Direktur BPJS Kesehatan. Terkait dengan Pasal 2 UU No. 29 Tahun 2004 mengenai
rehabilitasi medis dan fisioterapi. BPJS Praktik Kedokteran, yang mengatur
Kesehatan menyatakan akan terus tentang: “Praktik kedokteran berlandaskan
menjamin layanan rehabilitasi dan Pancasila dan nilai keadilan, keilmuan,
fisioterapi. Namun, dengan kriteria manfaat, keseimbangan, kemanusiaan,
frekuensi maksimal 2 kali dalam seminggu serta keselamatan dan perlindungan pasien.
atau 8 kali sebulan. Keterbatasan ini (11)

1884
Ketetapan Pasal 2 UU No. 40 PBI Jaminan Kesehatan sebagaimana
Tahun 2004 mengenai Sistem Jaminan dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai
Kesehatan Nasional, BPJS Kesehatan dengan ketentuan peraturan perundang-
harus memberikan pelayanan kesehatan undangan. Dengan demikian pengertian
sesuai dengan asas, tujuan dan prinsip Pasal 2 dan Pasal 3 Peraturan Presiden
penyelenggaraan Jaminan Kesehatan, Nomor 12 Tahun 2013 sebagaimana telah
yaitu: “Jaminan Kesehatan Nasional. diubah terakhir dengan Peraturan Presiden
Sistem dilaksanakan berdasarkan asas Nomor 28 Tahun 2016 tentang Jaminan
kemanusiaan, asas keadilan sosial, dan Kesehatan, sebenarnya memberikan hak
asas keadilan sosial bagi seluruh rakyat kepada Peserta PBI”, atau dalam kalimat
Indonesia ”. Begitu pula ketentuan dalam sederhananya ada dua jenis peserta
UU No. 24 Tahun 2011 mengenai BPJS Jaminan Kesehatan, yaitu Peserta yang
Kesehatan sebagaimana Pasal 2 mampu dan tidak mampu melunasi iuran
menyatakan: "BPJS Kesehatan Jaminan Kesehatan. Pasien anggota BPJS
melaksanakan sistem jaminan sosial Kesehatan baik yang melakukan
nasional berdasarkan prinsip-prinsip pembayaran iuran secara mandiri maupun
seperti berikut ini: a) kemanusiaan; b) yang dibayar oleh Negara, mendapatkan
kemanfaatan; dan c) keadilan sosial untuk jaminan pelayanan yang sama persis
seluruh rakyat Indonesia." Pasal 2 dan 3 sehingga dipandang memberatkan Peserta
Peraturan Presiden Republik Indonesia Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan yang
Nomor 12 Tahun 2013 sebagaimana telah termasuk dalam kategori masyarakat tidak
diubah terakhir dengan Peraturan Presiden mampu dan ekonomis. Sebagaimana
Nomor 28 Tahun 2016 mengatur: Pasal 2 dimaksud dalam Peraturan Nomor 5 Tahun
Peserta Jaminan Kesehatan meliputi: a) 2018 yang mensyaratkan rehabilitasi
Peserta Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan; medik lebih dari 2 (dua) kali dalam
dan b) bukan Peserta Bantuan Iuran seminggu dan 8 (delapan) kali perbulan
Jaminan Kesehatan. (12) yang digolongkan “miskin dan tidak
Pasal 3 (1) Peserta yang mengikuti mampu” tidak akan memperoleh pelayanan
Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan jaminan kesehatan, tetapi yang akan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dituntut kemudian adalah dokter, karena
huruf a termasuk yang tergolong miskin sebelumnya pasien dengan kategori
dan tidak mampu. (2) Penetapan Peserta dimaksud "dilayani", kemudian dengan

1885
keluarnya Perpres tersebut tidak dapat lagi jelas bertolak belakang dengan ketentuan
dilayani oleh dokter dengan program peraturan per-UU di atas.
Jaminan Kesehatan Nasional.
Apabila pasien tergolong
4. KESIMPULAN DAN SARAN
membutuhkan rehabilitasi medik melebihi
Peraturan Hukum Terhadap
ketentuan Pasal 3 ayat 1 Peraturan No. 5
Rehabilitasi Medis dari BPJS Kesehatan
Tahun 2018 akibat ketidakmampuan
yang diatur dalam Keputusan MENKES RI
pasien untuk membayar pelayanan
No. 378/Menkes/SK/IV/2008 mengenai
kesehatannya karena tidak lagi ditanggung
Pedoman Pelayanan Rehabilitasi di Rumah
oleh BPJS Kesehatan, nampaknya Negara
Sakit dan bagi peserta BPJS Kesehatan
melalui BPJS Kesehatan tidak menjamin
mengacu pada Peraturan Direktur Pelayanan
layanan kesehatan untuk Pasien tersebut.
Kesehatan No. 5 Tahun 2018 mengenai
Kajian lebih lanjut sebagaimana ditetapkan
Rehabilitasi Medis Pasal 3 ayat 1. Namun
dalam ketentuan Pasal 20 Peraturan
pelaksanaan Pasal 3 ayat 1 telah dibatalkan
Presiden No. 12 Tahun 2013 mengenai
oleh MA (Mahkamah Agung) dengan
Jaminan Kesehatan yang menyebutkan
Putusan No. 60 P/HUM/2018. Pasal 3 ayat 1
bahwa: Ayat 1 berbunyi “Setiap anggota
Peraturan Direktur Pelayanan Kesehatan
berhak mendapatkan Manfaat Jaminan
Nomor 5 Tahun 2018 bertolak belakang
Kesehatan dalam bentuk pelayanan
dengan peraturan per-UU yang lebih tinggi,
kesehatan individu, termasuk preventif,
diantaranya Pasal 2 dan Pasal 24 ayat 3 UU
promotif, dan pelayanan kuratif dan
No. 40 Tahun 2004 mengenai Sistem
rehabilitatif dalam hal ini pelayanan obat
Jaminan Sosial Nasional (SJSN), bertolak
dan bahan medis habis pakai sesuai dengan
belakang dengan Pasal 5 UU No. 12 Tahun
kebutuhan medis yang diperlukan”. Ayat 2
2011 tentang Pembentukan Peraturan
berbunyi “Manfaat Jaminan Kesehatan
Perundang-undangan, bertentangan dengan
seperti dimaksud pada ayat 1 adalah
Pasal 2, 3, 20, 25, 35 Perpres No. 12 Tahun
manfaat kesehatan dan manfaat non-medis.
2013 mengenai Asuransi atau Jaminan
Yang dimaksud dengan kata “Meliputi
Kesehatan. Dampak Peraturan Direktur
pelayanan rehabilitasi” sendiri tidak
Rehabilitasi Medis Jaminan Pelayanan
sebatas jaminan pelayanan kesehatan,
Kesehatan (DRHSG) No. 5 Tahun 2018
sehingga Peraturan Nomor 5 Tahun 2018
mengenai Jaminan Pelayanan Rehabilitasi
Medis yang membatasi pemberian
1886
pelayanan rehabilitasi rehabilitasi medik 2 7. Humas. Sejarah BPJS. 20 September.
kali seminggu, atau maksimal 8 kali 2018.
sebulan. Adanya hak pasien yang dilanggar 8. Widiastuti I. Pelayanan Badan
oleh Peraturan Direktur Asuransi Kesehatan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
BPJS Kesehatan. Mengenai rehabilitasi Kesehatan Di Jawa Barat. Public Inspir J
medis, keterbatasan ini tentunya berpotensi Adm Publik. 2017;
menyusahkan pasien rehabilitasi medis. Bila 9. Delfanti RL, Piccioni DE, Handwerker J,
intensitas pelayanannya berkurang tentunya Bahrami N, Krishnan AP, Karunamuni R,
akan memperlambat proses pemulihan et al. Peraturan Menteri Kesehatan
pasien bedah jantung. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018
Tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2013
REFERENSI Tenatng Pelayanan Kesehatan Pada
1. Solechan S. Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan Nasional. N Engl J
Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Sebagai Med. 2018;
Pelayanan Publik. Adm Law Gov J. 2019; 10. 2009 SNR. Undang-Undang Kesehatan
2. Völler H, Schwaab B. Cardiac No. 36 Tahun 2009. Society. 2009;
rehabilitation. Kardiologe. 2020. 11. Perpres. Peraturan Presiden RI No 19
3. Ibrahim J. Teori & Metodologi Penelitian Tahun 2016 Tentang Perubahan Kedua
Hukum Normatif. Teori Metodologi Atas Peraturan Presiden No 12 Tahun
Penelitian a. 2006. 2013 Tentang Jaminan Kesehatan. Perpres
4. Kemendikbud. KBBI - Kamus Besar RI No 19 Tahun 2016. 2016;
Bahasa Indonesia. kamus besar Bhs 12. BPJS Kesehatan. Undang-Undang No. 40
Indones. 2019; Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan
5. Watts M, Finucane P. Rehabilitation. In: Sosial Nasional. Pemerintah RI. 2004;
Pathy’s Principles and Practice of
Geriatric Medicine: Fifth Edition. 2012.
6. Tedjasukmana D, Triangto K, Radi B.
Aerobic exercise prescription in heart
failure patients with cardiac
resynchronization therapy. Journal of
Arrhythmia. 2021.

1887

Anda mungkin juga menyukai