Penanggung Jawab
Bambang Utoyo
Ketua Penyunting
Tendas Teddy Soesilo
Penyunting Pelaksana
Prof. Dr. Dwi Nugroho Hidayanto, M.Pd., Prof. Dr. Husaeni Usman, M.Pd.,MT., Dr. Edi
Rachmad, M.Pd., Dra. Siti Fatmawati, MA, Drs. Ali Sadikin, M.AP, Drs. Masdukizen,
Dra.Pertiwi Tjitrawahjuni, M.Pd.,Dr. Sugeng, M.Pd., Andrianus Hendro Triatmoko,
M.T, Dr. Pramudjono, M.S.
Sirkulasi
Diah Widyastuti
Sekretaris
Abdul Sokib Z.
Tata Usaha
Heru Buana Herman,Sunawan,
Diterbitkan oleh
Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Propinsi Kalimantan Timur
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rakhmatNya serta hidayah-Nya, Borneo Jurnal Ilmu Pendidikan LPMP
Kalimantan Timur dapat diterbitkan.
Borneo Edisi Khusus, Nomor 3, Oktober 2015 ini merupakan edisi khusus yang
diterbitkan untuk memenuhi harapan para penulis.
Tujuan utama diterbitkannya jurnal Borneo ini adalah memberi wadah kepada
tenaga perididik, khususnya guru di Propinsi Kalirnantan Timur untuk
mempublikasikan hasil pemikirannya di bidang pendidikan, baik berupa telaah
teoritik, maupun hasil kajian empirik lewat penelitian. Publikasi atas karya mereka
diharapkan memberi efek berantai kepada para pembaca untuk melahirkan gagasan-
gagasan inovatif untuk memperbaiki mutu pendidikan dan pembelajaran. Perbaikan
mutu pendidikan dan pembelajaran ini merupakan titik perhatian utama LPMP
Kalimantan Timur sebagai lembaga penjaminan mutu pendidikan.
Pada edisi khusus ini, jurnal Borneo memuat beberapa artikel yang ditulis oleh
Widyaiswara LPMP Kalimantan Timur, guru SD, SMP dan SMA. jurnal Borneo edisi
khusus ini lebih hanyak memuat tulisan dari luar khususnya yang datang dari guru
yang berasal dari kota Balikpapan dengan tujuan untuk memicu semangat guru
mengembangkan gagasan-gagasan ilmiahnya. Untuk itu, terima kasih kami
sampaikan kepada para penulis artikel sebagai kontributor sehingga jurnal Borneo
edisi ini dapat terbit sesuai waktu yang ditentukan.
Ucapan terima kasih dan selamat kami sampaikan kepada pengelola jurnal Borneo
yang telah berupaya keras untuk menerbitkan Borneo edisi ini. Apa yang telah
mereka sumbangkan untuk menerbitkan jurnal Borneo mudah-mudahan dicatat
sebagai amal baik oleh Alloh SWT.
Kami berharap, semoga kehadiran jurnal Borneo ini memberikan nilai tambah,
khususnya bagi LPMP Kalimantan Timur sendiri, maupun bagi upaya perbaikan mutu
pendidikan pada umumnya.
Redaksi
Bambang Utoyo
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI iv
Adam
Sudarni
Eflin
Etty Muljani
Iin Ratmayati
Indah Sutjiati
Kasiyati
8 Meningkatkan Kemampuan Menghitung Luas Bangun Ruang Melalui Benda 91
Konkret Sekitar Siswa
Yustinus Marwoto
9 Identifikasi Kata Kunci Indikator Kinerja Dan Fakta Kegiatan Pada Penilaian 105
Kinerja Guru Untuk Penyusunan Rubrik Penilaian
Samodro
10 Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams 121
Games Tournament (TGT)
Siti Fatimah
Suhartoyo
Suparno
Muhammad Syukri
Sarti Diana
15 Teknologi Tepat Guna Cara Mengawetkan Buah-Buahan Dan Berbagai Jenis 179
Sayuran
Ramelan
Najemiah
PENGGUNAAN GLOBE DAN APRON UNTUK
MENGAKTIFKAN SERTA MENINGKATKAN PERHATIAN
DAN HASIL BELAJAR SISWA
Adam
Guru Sekolah Dasar Negeri 009 Balikpapan Barat
Abstrak
KAJIAN PUSTAKA
Media Pembelajaran
Tosti dan Ball juga menyusun pengelompokan media menjadi
enam kelompok media penyaji, yaitu: (a) kelompok kesatu : grafis,
bahan cetak, dan gambar diam, (b) kelompok kedua : media proyeksi
diam, (c) kelompok ketiga : media audio, (d) kelompok keempat : media
gambar hidup, film, (e) kelompok kelima : media telivisi, dan (f)
kelompok keenam : multimedia. Dalam pembelajaran, media memiliki
banyak fungsi / kegunaan, antara lain :
o Untuk mengatasi berbagai hambatan proses komunikasi, kegunaan
media dalam mengatasi hambatan proses komunikasi antara lain
untuk mengatasi verbalisme (ketergantungan untuk menggunakan
kata-kata lisan dalam memberikan penjelasan)
o Berkaitan dengan keterbatasan fisik kelas, Media memiliki kegunaan
untuk memperkecil objek yang terlalu besar, memperbesar objek
yang terlalu kecil, menyederhanakan yang selalu rumit.
o Dalam mengatasi sikap pasif siswa kegunaan media pembelajaran
adalah untuk menimbulkan kegairahan belajar, memfokuskan,
menarik perhatian, memungkinkan mendekatkan interaksi langsung
dengan lingkungan nyata, memberi perangsang yang sama untuk
mempersamakan pengalaman, dan menimbulkan persepsi yang
sama.
Hasil Belajar
Hasil belajar mengacu pada segala sesuatu yang menjadi milik
siswa sebagai akibat dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Oleh
karena setiap mata pelajaran / bidang studi mempunyai tugas tersendiri
dalam membentuk pribadi siswa, hasil belajar untuk suatu mata
pelajaran / bidang studi berbeda dari mata pelajaran / bidang studi
lainnya. Hasil belajar evaluasi adalah hasil belajar yang menunjukkan
kemampuan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan
pertimbangan yang dimiliki atau kriteria yang digunakan. Ditinjau dari
sudut siswa, ada dua sumber kriteria yang dapat digunakan, yaitu kriteria
yang dikembangkan sendiri oleh siswa dan kriteria yang diberikan oleh
guru. Bloom membagi hasil belajar evaluasi atas pertimbangan yang
didasarkan bukti-bukti dari dalam dan berdasarkan kriteria dari luar.
(BORNEO, EDISI KHUSUS Nomor 3 , Oktober 2015) 5
Hasil belajar yang didasarkan pada pertimbangan dengan kriteria dari
luar menuntut kemampuan siswa untuk menyeleksi atau mengingat
kriteria.
Rotasi Bumi
Rotasi bumi adalah perputaran bumi pada porosnya. Pada waktu
bumi berotasi akan terjadi hal-hal sebagai berikut :
o Kala rotasi bumi 24 jam (tepatnya 23 jam 56 menit)
o Arah rotasi bumi dari barat ke timur
o Arah rotasi bumi tidak dapat disaksikan, yang tampak hanya gerak
matahari dan benda-benda langit dari timur ke barat. Gerak ini
disebut gerak semu harian.
o Sekali berotasi tempat-tempat di permukaan bumi telah mengalami
perputaran 360 derajat busur setiap 24 jam, maka untuk satu derajat
bujur ditempuh dalam waktu 15 x 4 menit = 1 jam.
Arah rotasi bumi sama dengan arah revolusinya, yaitu arah barat
menuju arah ke timur. Akibat rotasi bumi adalah sebagai berikut :
o Terjadinya Siang dan Malam; Selalu berputar pada porosnya
(berotasi) bumi juga bergerak Matahari. Selama berputar dan
mengitari Matahari, ada permukaan Bumi yang menghadap ke
Matahari dan ada yang membelakangi Matahari. Bagian permukaan
yang menghadap ke Matahari dan disinari cahayanya, sehingga
menjadi terang disebut siang. Bagian permukaan Bumi yang
membelakangi Matahari dan tidak disinaricahaya Matahari sehingga
menjadi gelap disebut malam. Pada daerah khatulistiwa, lamanya
siang hari sama dengan lamanya malam hari yaitu 12 jam.
o Terjadinya perbedaan waktu dan pembagian waktu; Sekali berotasi
Bumi mengalami perputaran 360 derajat bujur. Bumi kita dibagi
menjadi 360 derajat bujur dan dinyatakan dengan garis bujur. Setiap
derajat bujur bumi ditempuh dalam waktu 4 menit. Bumi kita dibagi
menjadi 24 daerah waktu dengan setiap daerah waktu meliputi
wilayah sebesar 15 derajat bujur.
o Matahari terlihat terbit dari sebelah timur dan tenggelam kearah
barat; Setiap hari matahari terlihat melakuakn aktivasi terbit dan
tenggelam. Terbit dan tenggelamnya matahari disebut gerak semu
harian matahari. Pada waktu pagi hari nampak matahari terbit di ufuk
timur, seiring waktu berjalan matahari semakin naik, tepat pada
tengah hari nampak matahari tepat berada di atas kepala kita.
6 (BORNEO, EDISI KHUSUS Nomor 3 , Oktober 2015)
Semakin sore matahari mulai condong ke barat dan terlihat matahari
mulai munuruni langit yang akhirnya pada waktu petang, matahari
seolah-olah tenggelam disebelah barat tertelan bumi.
METODE PENELITIAN
Kerangka Penelitian
Penulis mengadakan penelitian di sekolah SDN 009 Balikpapan
Barat Kelas VI ditempat penulis mengajar. Penelitian ini dilaksanakan
dalam dua siklus dengan tahapan-tahapan : Perencanaan, Pelaksanaan,
Pengamatan (Observasi), dan Refleksi.
Perencanaan
Dalam menjelaskan materi pelajaran, guru akan menggunakan
pendekatan konstekstual yaitu mengaitkan pelajaran dengan lingkungan
anak menggunakan alat peraga, mengaktifkan siswa. Dari alternatif
tindakan penelitian diatas maka langkah-langkah perbaikan yang
dilakukan adalah membuat skenario pembelajaran, mempersiapkan
sarana dan prasarana pembelajaran, menyusun RPP dan mensimulasikan
rencana perbaikan.
Pelaksanaan Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan menjelang pelaksanaan
tindakan perbaikan antara lain memeriksa kembali rencana perbaikan
pembelajaran yang telah disusun, memeriksa apakah semua alat peraga
dan sarana lain yang akan digunakan sudah tersedia, memeriksa skenario
pembelajaran yang akan dilakukan mulai dari kegiatan awal sampai
dengan akhir pelajaran, memeriksa ketersediaan alat pengumpul data
yang sudah disepakati dengan teman sejawat, meyakinkan bahwa teman
sejawat yang akan membantu sudah siap dikelas ketika pembelajaran
dimulai. Setelah seluruh perencanaan disiapkan, proses pembelajaran
dilaksanakan pada Kelas VI SDN 009 Balikpapan Barat sesuai jadwal.
Guru menyajikan program pembelajaran sesuai dengan rencana
pelaksanaan pembelajaran siklus I yang telah disusun, diawali dengan
kegiatan apersepsi yaitu dengan mengajukan pertanyaan untuk
meningkatkan perhatian siswa. Dari jawaban siswa, guru menyampaikan
tujuan dan kegiatan yang akan dilaksanakan. Pada kegiatan inti guru
menjelaskan peristiwa rotasi bumi dengan menggunakan globe.
Kemudian guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Dua
(BORNEO, EDISI KHUSUS Nomor 3 , Oktober 2015) 7
orang siswa diberi kesmpatan untuk mengadakan peragaan didepan
kelas. Siswa lain mengamati peragaan-peragaan yang dilakukan
temannya. Setelah siswa mengamati peragaan tersebut, guru
membimbing diskusi akibat dari rotasi bumi. Kegiatan diakhiri dengan
merangkum materi yang telah dibahas, refleksi tentang kegiatan belajar
hari itu dan tindk lanjut dengan menugaskan siswa untuk menghafal
nama-nama planet.
Pengamatan
Dalam tahap pengamatan, pengamat melakukan pengamatan
terhadap aktivitas siswa dan aktifitas guru saat pembelajaran
berlangsung. Apakah siswa masih ada asik bercerita dengan siswa lain.
Siswa menunjukkan kurang memperhatikan penjelasan guru. Apakah
sebagian siswa berada dalam tidak aktif. Apakah guru memeriksa
pemahaman siswa dengan mengajukan pertanyaan. Apakah guru
menggunakan kartu nama-nama planet (Apron). Hal ini dapat dilihat
pada catatan pengamat tentang penjelasan guru dan keaktifan siswa.
Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan guru dan hasil belajar siswa
dianalisis adanya kekurangan-kekurangan yang telah di alami selama
kegiatan belajar mengajar berlagsung. Adanya kemauan guru untuk
memperbaiki pengelolaan KBM pertemuan demi pertemuan. Hasil
analisis digunakan untuk menetapkan perbaikan-perbaikan pada siklus
berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Sudarni
Guru Matematika SMKN 4 Balikpapan
Abstrak
KAJIAN PUSTAKA
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 4 Balikpapan yang
terletak di Jl. Belibis III RSS Damai III Telp. 0542-873890 Fax. 0542-
876143 Kel. Gn. Bahagia Kota Balikpapan. Subyek dalam penelitian ini
adalah siswa kelas XII AP2 SMK Negeri 4 Balikpapan sebanyak 32
siswa. Subyek penelitian ini dipilih berdasarkan pertimbangan
rendahnya kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran Matematika
materi jangkauan dan simpangan data yang sebelumnya telah
dibelajarkan dengan menggunakan metode ceramah, memberikan
catatan berupa sejumlah konsep dalam buku teks, dan latihan soal.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan mulai bulan Februari
sampai dengan bulan Mei tahun 2015. Pelaksanaan tindakan
dilaksanakan pada bulan Februari 2015. Rincian kegiatan penelitian
tindakan kelas ini diuraikan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) yang disesuaikan dengan penerapan pendekatan reciprocal
teaching.
Prosedur Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Penelitian Tindak Kelas (Classroom Action Research). Penelitian
tindakan kelas (disingkat PTK) memiliki peranan yang sangat penting
dan strategis untuk meningkatkan mutu pembelajaran apabila
diimplementasikan dengan baik dan benar. Menurut Joni (dalam
Soedarsono, 2001: 2) PTK merupakan suatu bentuk kajian yang bersifat
(BORNEO, EDISI KHUSUS Nomor 3 , Oktober 2015) 17
reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan rasional dari tindakan-tindakan yang dilakukannyaitu, serta
untuk memperbaiki kondisi-kondisi dimana praktek-praktek
pembelajaran tersebut dilakukan. Sedangkan menuru Suyanto,
Classroom Action Research atau PTK didefinisikan sebagai suatu bentuk
penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan
tertentu agar dapat memeperbaiki dan atau meningkatkan praktek-
praktek pembelajaran dikelas secara professional.
Tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah untuk
memperbaiki, meningkatkan, dan mengadakan perubahan ke arah yang
lebih baik sebagai upaya pemecahan masalah, serta menemukan model
dan prosedur tindakan yang memberikan jaminan terhadap upaya
pemecahan masalah yang mirip atau sama, dengan melakukan
modifikasi dan penyesuain seperlunya dalam kegiatan pembelajaran
untuk mengatasi kesulitan siswa dalam pembelajaran (Soedarsono, 2001:
5). PTK termasuk penelitian dengan pendekatan kualitatif, walaupun
data yang
Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan penelitian berfungsi sebagai tolok ukur
tingkat ketercapaian tujuan penelitian. Indikator keberhasilan penelitian
tindakan kelas ini ditetapkan sebagai berikut:
Tabel 1. Indikator Keberhasilan Penelitian
No Indikator % Pengukuran
1 Nilai rata-rata ≥75 Dihitung berdasarkan jumlah
kelas jawaban benar dari hasil tes.
2 Prosentase ≥85% Dihitung dari persentase jumlah
ketuntasan siswa yang mendapatkan skor tes
belajar siswa ≥75 pada tiap siklus.
3 Prosentase ≥75% Dihitung berdasarkan hasil
skor kinerja penyekoran instrumen observasi
siswa aktivitas siswa pada tiap siklus
Prosedur Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Penelitian Tindak Kelas (Classroom Action Research). Penelitian
tindakan kelas (disingkat PTK) memiliki peranan yang sangat penting
dan strategis untuk meningkatkan mutu pembelajaran apabila
diimplementasikan dengan baik dan benar. Menurut Joni (dalam
Soedarsono, 2001: 2) PTK merupakan suatu bentuk kajian yang bersifat
reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan rasional dari tindakan-tindakan yang dilakukannyaitu, serta
untuk memperbaiki kondisi-kondisi dimana praktek-praktek
pembelajaran tersebut dilakukan. Sedangkan menuru Suyanto,
Classroom Action Research atau PTK didefinisikan sebagai suatu bentuk
penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan
tertentu agar dapat memeperbaiki dan atau meningkatkan praktek-
praktek pembelajaran dikelas secara professional.
Observasi
Observasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
pengamatan yang dilakukan observer kepada siswa untuk melihat
aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Metode observasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah observasi sistematis. Jadi dalam
pengamatan, peneliti menggunakan pedoman observasi yang telah
dipersiapkan agar observasi berjalan dengan lancar (Arikunto,
2006:157). Data observasi digunakan sebagai skor yang dicapai siswa
dalam ranah afektif dan psikomotor. Selain itu, juga dilakukan observasi
terhadap kinerja guru.
Dokumentasi
Dokumentasi adalah cara pengumpulan data yang dilakukan
dengan memeriksa dan mencatat dokumen-dokumen yang menjadi
sasaran penelitian. Dokumentasi adalah cara mencari data berupa
catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen dan
agenda Arikunto (2006: 231). Dalam penelitian ini dokumentasi
dilakukan untuk memperoleh data berupa daftar nama yang didapat dari
(BORNEO, EDISI KHUSUS Nomor 3 , Oktober 2015) 19
daftar absensi siswa dan daftar nilai ulangan harian mata pelajaran
Matematika materi jangkauan dan simpangan data.
Wawancara
Menurut Arikunto (2006 :155), wawancara adalah suatu cara
yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan
jalan tanya jawab sepihak. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
wawancara bebas untuk memperoleh informasi secara langsung sebagai
penguat data dokumentasi yang ada.
Tes
Arikunto (2006:150) mengatakan bahwa tes adalah serentetan
pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur
keterampilan atau pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang
dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes hasil belajar yang digunakan
dalam penelitian ini adalah tes buatan guru. Bentuk tes yang digunakan
adalah tes esay.
Analisa Data
Analisa data merupakan upaya menemukan dan menata secara
sistematis catatan hasil observasi, wawancara, skor, dan sebagainya.
Data kuantitatif berupa angka-angka yang telah diperoleh dalam
penelitian ini, dianalisa secara deskriptif dan dipersentasekan.
Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran diamati dan diberikan
skala penilaian dengan rentang skor 1 sampai 5 dengan rincian :
− Skor 5 jika dilaksanakan dengan sangat baik
− Skor 4 jika dilaksanakan dengan baik
− Skor 3 jika dilaksanakan dengan cukup baik
− Skor 2 jika dilaksanakan dengan kurang baik
− Skor 1 jika dilaksanakan dengan sangat kurang baik
Prosentase skor hasil pengamatan kinerja siswa dan kinerja guru
sebagai peneliti dalam penelitian tindakan kelas ini diklasifikasikan ke
dalam lima kategori sebagai berikut.
80% < x ≤ 100% = Sangat Baik
60% < x ≤ 80% = Baik
40% < x ≤ 60% = Cukup
20% < x ≤ 40% = Kurang
x ≤ 20% = Sangat Kurang
20 (BORNEO, EDISI KHUSUS Nomor 3 , Oktober 2015)
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Awal Setting Penelitian
SMK Negeri 4 Balikpapan terletak di Jl. Belibis III RSS Damai
III Telp. 0542-873890 Fax. 0542-876143 Kel. Gn. Bahagia Kota
Balikpapan. SMK Negeri 4 Balikpapan selalu mengupayakan
terwujudnya layanan pendidikan yang berkualitas bagi masyarakat.
Ketersediaan tenaga pendidik dengan tingkat pendidikan dan
pengalaman yang cukup memadai di SMK Negeri 4 Balikpapan,
diharapkan dapat menunjang tercapainya tujuan penyelenggaraan
pendidikan yang berkualitas. Selain ketersediaan tenaga pendidik dengan
kualitas yang memadai, sarana dan prasarana pendidikan di lingkungan
SMK Negeri 4 Balikpapan sebagai penunjang keberhasilan pembelajaran
dapat dikatakan telah memenuhi.
Terlaksananya pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif,
dan menyenangkan, selalu diupayakan dalam setiap mata pelajaran. Hal
ini telah menjadi komitmen bersama bagi seluruh komponen pendidikan
di SMK Negeri 4 Balikpapan. Setiap kelemahan dalam proses
pembelajaran, akan segera ditindaklanjuti melalui upaya perbaikan dan
penguatan agar kualitas output berupa lulusan yang berkualitas dapat
selalu ditingkatkan.
Kelemahan yang sering ditemui dalam pelaksanaan proses
pendidikan, adalah rendahnya prestasi belajar siswa dalam mata
pelajaran tertentu. Berdasarkan komitmen bersama yang dibuat oleh
guru di SMK Negeri 4 Balikpapan, hal ini harus segera ditindaklanjuti
melalui upaya perbaikan. Salah satunya, melalui pelaksanaan penelitian
tindakan kelas. Sehubungan dengan rendahnya kemandirian belajar
siswa kelas XII AP2 SMK Negeri 4 Balikpapan dalam pembelajaran
Matematika materi jangkauan dan simpangan data, kegiatan awal yang
dilakukan oleh peneliti adalah mengidentifikasi permasalahan yang
timbul dalam pembelajaran.
Proses mengidentifikasi masalah dilakukan melalui studi
pendahuluan pada tanggal 9 Februari 2015. Adapun hasil identifikasi
masalah pada proses pembelajaran dapat digambarkan sebagai berikut.
Guru masih menggunakan metode ceramah dalam mengajar dan
pembelajaran masih terpusat pada Guru. Hal ini menyebabkan siswa
kurang dapat memahami materi pelajaran dengan baik dan terkadang
siswa merasa jenuh/bosan, karena sifatnya yang terpusat pada guru.
Guru belum menerapkan metode pembelajaran yang inovatif.
Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus pertama dilaksanakan sebanyak
dua kali pertemuan, yaitu hari Rabu, 11 Februari 2015 dan hari Kamis,
12 Februari 2015. Dalam pelaksanaan tindakan, peneliti dibantu oleh
seorang pengamat yang melakukan pengamatan selama kegiatan
pembelajaran berlangsung. Selama kegiatan berlangsung, pengamat
melakukan partisipatif dengan ikut serta mendampingi siswa dalam
belajar kelompok, membantu peneliti dalam membagikan soal kuis,
mengamati aktivitas siswa tanpa mengganggu kegiatan siswa, mencatat
data-data atau temuan-temuan yang ada, dan memberikan catatan-
catatan mengenai kegiatan pembelajaran. Urutan pelaksanaan tindakan
tersebut sebagai berikut.
Observasi
Kemandirian belajar siswa selama siklus I berlangsung direkam
melalui rubrik penilaian berupa alat observasi kemandirian belajar siswa.
Hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung tersebut
dapat diamati melalui Tabel 2.
Berdasarkan tabel di atas, skor rata-rata seluruh aspek penilaian
proses siswa mencapai 68.75% dalam kategori baik. Hasil ini
menunjukkan mulai membaiknya tingkat kemandirian belajar siswa.
Pembelajaran Matematika di kelas XII AP2 SMK Negeri 4 Balikpapan
semester 2 tahun pelajaran 2014-2015 pada materi jangkauan dan
simpangan data bersifat monoton dan kurang menarik. Pembelajaran
masih terpusat pada Guru yang menjelaskan materi melalui ceramah,
memberikan catatan, dan mengerjakan soal-soal latihan. Hal ini
menyebabkan siswa kelas XII AP2 SMK Negeri 4 Balikpapan kurang
tertarik dan bersikap pasif, bahkan sebagian besar melakukan kegiatan
KESIMPULAN
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Eflin
Guru Kelas 3 SDN 001 Balikpapan Selatan
Abstrak
KAJIAN TEORI
Matematika
Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani Mathein atau
manthenein yang artinya mempelajari, belajar (berpikir), namun di duga
kata itu erat pula hubungannya dengan kata sansekerta medha atau widya
Pengertian Pecahan
Pecahan dapat diartikan sebagai bagian dari sesuatu yang utuh.
Dalam ilustrasi gambar, bagian yang dimaksud adalah bagian yang
diperhatikan, yang biasanya ditandai dengan arsiran. Bagian inilah
yang dinamakan pembilang. Adapun bagian yang utuh adalah
bagian yang dianggap sebagai satuan, dan dinamakan penyebut. Pusat
Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan Badan
Penelitian dan Pengembangan (Depdikbud, 1999) menyatakan
bahwa pecahan merupakan salah satu topik yang sulit untuk diajarkan.
Kesulitan itu terlihat dari kurang bermaknanya kegiatan pembelajaran
yang dilakukan guru, dan sulitnya pengadaan media pembelajaran.
Akibatnya, guru biasanya langsung mengajarkan pengenalan angka,
1
seperti pada pecahan 2, 1 disebut pembilang dan 2 disebut penyebut.
𝑎
Pengertian pecahan di mana bilangan 𝑏 untuk a dan b bilangan
cacah dan b ≠ 0 dinamakan pecahan di mana a adalah pembilang dan b
adalah penyebut. Pecahan terdiri dari beberapa jenis, yaitu: pecahan
yang ekuivalen, senama,campuran, dan desimal.
Konsep Pecahan
Konsep pecahan dan operasinya merupakan konsep yang sangat
penting untuk dikuasai, sebagai bekal untuk mempelajari bahan
matematika berikutnya dan bahan bukan matematika yang
terkait.Kenyataan di lapangan menunjukan bahwa banyak siswa
Sekolah Dasar mengalami kesulitan memahami pecahan dan operasinya,
dan banyak guru Sekolah Dasar menyatakan mengalami kesulitan
untuk mengajarkan pecahan. Untuk menerangkan konsep pecahan pada
siswa SD hendaknya diawali dengan menggunakan benda-benda
kongkrit, semi kongkrit, kemudian abstrak. Beberapa alternatif
pemilihan benda-benda kongkrit yang dapat digunakan untuk
menjelaskan konsep pecahan.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Subjek dalam
penelitian ini adalah siswa kelas III SDN 001 Balikpapan Selatan
yang dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2012/2013.
Adapun jumlah subjek penelitian adalah 30 orang siswa yang terdiri
atas 15 orang siswa laki-laki dan 15 orang siswa perempuan. pada
penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus.
(BORNEO, EDISI KHUSUS Nomor 3 , Oktober 2015) 31
Instrumen Penelitian
Dalam Penelitian ini instrumen pembelajaran yang dirancang dan
digunakan terdiri atas Rencana Pelaksana Pembelajaran (RPP), silabus
pembelajaran, dan LKS. Sedangkan instrumen pengumpulan data terdiri
atas instrumen berbentuk tes dan non tes. Instrumen tes terdiri atas tes
formatif dan tes subsumatif. Tes formatif tes dilaksanakan setelah silkus
akhir siklus. Tes ini bertujuan untuk mengetahui tingkat penguasaan
atau daya serap siswa terhadap materi yang telah disampaikan.
Sedangkan tes subsumatif berbentuk esai atau uraian yang diberikan
setelah dua siklus dilaksanakan dan merupakan gabungan dari dua
pokok bahasan. Instrumen non tes terdiri dari: 1). Observasi Semua
kegiatan yang ditujukan untuk mengenali, merekam, dan
mendokumentasikan setiap indikator dari proses dan hasil yang
dicapai (perubahan yang terjadi) baik yang ditimbulkan terencana
maupun akibat sampingannya. Dalam penelitian ini jenis observasi
yang digunakan adalah observasi terfokus. Observasi terfokus secara
khusus ditujukan untuk mengamati aspek-aspek tertentu dari
pembelajaran. Misalnya, yang diamati kesempatan bagi siswa untuk
berpartisipasi, dampak penguatan bagi siswa, atau jenis pertanyaan yang
diajukan guru. Data yang diperoleh melalui lembar observasi
dimaksudkan untuk mengetahui proses selama pembelajaran
berlangsung yang tidak teramati oleh peneliti. Data tersebut kemudian
disusun, diringkas, dan diinterprestasikan. 2). Catatan Harian,
Wawancara, Disamping data yangdikumpulkan dengan observasi,
masih banyak data yang dapat dikumpulkan dengan berbagai teknik lain.
Seperti catatan harian guru, wawancara dan berbagai dokumen yang
terkait dengan siswa.
Prosedur Penelitian
Desain Intervesi Tindakan/Rancangan Siklus Penelitian yang
akan dilaksanakan pada penelitian ini diantaranya : Perencanaan
Tindakan (Planning) meliputi : 1). Perencanaan waktu penelitian, 2).
Penentuan metode dan alat peraga yang digunakan, 3). Pembuatan
rencana pelaksanaan pembelajaran, 4). Pembuatan instrumen
penelitian. Sedangkan perencanaan khusus merupakan perencanaan
yang dibuat untuk masing-masing pertemuan pada setiap siklus yang
dilakukan. Pelaksanaan Tindakan (Acting), Tahap ini merupakan
realisasi dari tahap perencanaan yang telah disusun dan disepakati
32 (BORNEO, EDISI KHUSUS Nomor 3 , Oktober 2015)
dengan kolaborator. Peneliti melaksanakan pembelajaran dengan
menggunakan alat peraga. Pelaksanaan tindakan dilaksanakan
selama 2 siklus, setiap siklus terdiri dari tiga pertemuan, hanya pada
siklus tiga dilakukan satu kali pertemuan. Setiap pertemuan
dilaksanakan selama 2 jam pelajaran (2x35 menit).
Dalam proses pengamatan, pengamat atau observer mempunyai
tugas yaitu mengamati proses tindakan pembelajaran yang dilakukan
oleh guru apakah sudah sesuai dengan perencanaan tindakan yang dibuat
atau belum. Sedangkan untuk mengetahui respons siswa dalam
mengikuti pembelajaran dengan menggunakan alat peraga digunakan
angket siswa, pada setiap pembelajaran. Dan melakukan wawancara
terhadap beberapa siswa. Refleksi Tindakan (Reflection) Setelah
tindakan perbaikan selesai dilakukan, maka kegiatan selanjutnya adalah
refleksi tindakan. Refleksi tindakan (reflection) merupakan kegiatan
yang dilakukan oleh peneliti dan teman sejawat atau kolaborator
dalam rangka mengulas secara kritis dengan cara mendiskusikan
perubahan yang terjadi setelah dilakukan tindakan perbaikan. Kegiatan
yang dilakukan dalam refleksi tindakan ini yaitu analisis data dan
interpretasi data yang diperoleh dalam penelitian tindakan.
Pengumpulan data dilakukan pada setiap aktivitas siswa dan
situasi yang berkaitan dengan tindakan penelitian yang dilakukan, yaitu
dengan tes, observasi, dan wawancara. Data yang akan dianalisis dan
direfleksi terlebih dahulu dikategorisasikan berdasarkan fokus
penelitian. Data dalam penelitian ini memberikan gambaran tentang
aktivitas dan ketuntasan belajar siswa setelah mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan alat peraga terhadap hasil belajar
matematika siswa. Menganalisis Data Hasil Tes. Menganalisis data
berupa tes hasil belajar siswa dari setiap siklus untuk mengetahui
keberhasilan penelitian yang dilakukan. Indikator keberhasilan
penelitian yang telah dilakukan daya serap klasikal. Suatu kelas
telah belajar tuntas bila di kelas tersebut sudah tercapai 85% siswa
mencapai daya serap paling sedikit 60. Untuk menghitung prosesntase
ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut :
KESIMPULAN
SARAN
Perlu penelitian lebih lanjut dengan materi yang lebih umum dan
metode yang lebih sesuai sehingga dapat menjadi contoh bagi guru-
guru yang memang merasa ada kekurangan dalam mengajarnya. Bagi
siswa, untuk tetap semangat dalam kegiatan pembelajaran dan tidak
bermalas-malasan. Dengan penggunaan alat peraga, pembelajaran
menarik dan dapat menumbuhkan semangat belajar siswa. Bagi
sekolah, harus menyiapkan sarana dan prasarana pembelajaran
untuk mendukung program belajar yang sudah direncanakan oleh
guru yang bersangkutan.
DAFTAR PUSTAKA
Etty Muljani
Guru SD Negeri 001 Kecamatan Balikpapan Selatan
Abstrak
KAJIAN TEORI
Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan orang atau mahluk
hidup belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh
kepandaian atau ilmu, berubah tingkah laku atau tanggapan yang
disebabkan oleh pengalaman. (KBBI, 1996: 14). Sependapat dengan
pernyataan tersebut Sutomo (1993:68) mengemukakan bahwa
pembelajaran adalah proses pengelolaan lingkungan seseorang yang
dengan sengaja dilakukan, sehingga memungkinkan dia belajar untuk
melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula. Sedangkan
belajar adalah suatu proses yang menyebabkan perubahan tingkah laku
yang bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisik,
tetapi perubahan dalam kebisaaan, kecakapan, bertambah, berkembang
daya pikir, sikap dan lain-lain. (Soetomo, 1993: 120). Pasal 1 Undang-
undang No.20 tahun 2003 tentang pendidikan nasional menyebutkan
bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Jadi
pembelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebabkan siswa
belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada
situasi tertentu.
Pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu pengajaran yang
melibatkan siswa untuk bekerja dalam kelompok-kelompok untuk
(BORNEO, EDISI KHUSUS Nomor 3 , Oktober 2015) 43
menetapkan tujuan bersama. (Felder, 1994: 2). Wahyuni (2001: 8)
menyebutkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan strategi
pembelajaran dengan cara menempatkan siswa dalam kelompok-
kelompok kecil yang memiliki kemampuan berbeda.
Sependapat dengan pernyataan tersebut Setyaningsih (2001: 8)
mengemukakan bahwa metode pembelajaran kooperatif memusatkan
aktifitas di kelas pada siswa dengan cara pengelompokan siswa untuk
bekerja sama dalam proses pembelajaran. Dari tiga pengertian di atas
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu metode
pembelajaran dengan cara mengelompokkan siswa ke dalam kelompok-
kelompok kecil untuk bekerjasama dalam memecahkan masalah.
Dalam pembelajaran kooperatif, siswa tidak hanya sebagai objek
belajar tetapi menjadi subjek belajar karena mereka dapat berkreasi
secaraa maksimal dalam proses pembelajaran. Hal ini terjadi karena
pembelajaran kooperatif merupakan metode alernatif dalam mendekati
permasalahan, mampu mengerjakan tugas besar, meningkatkan
ketrampilan komunikasi dan sosial, serta perolehan kepercayaan diri.
Dalam pembelajaran ini siswa saling mendorong untuk belajar, saling
memperkuat upaya-upaya akademik dan menerapkan norma yang
menunjang pencapaian hasil belajar yang tinggi. (Nur, 1996: 4). Dalam
pembelajaran kooperatif lebih mengutamakan sikap sosial untuk
mencapai tujuan pembelajaran yaitu dengan kerjasama.
METODE PENELITIAN
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat dismpulkan
bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif STAD di kelas IV
SDN 001 Balikpapan Selatan mampu meningkatkan hasil belajar IPA
pada materi sifat-sifat benda yang ditunjukkan oleh aspek-aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik selama pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan hasil observasi pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
mengubah pembelajaran dari teacher center menjadi student centered.
Siswa dengan beragam kemampuan mampu meningkatkan pemahaman
50 (BORNEO, EDISI KHUSUS Nomor 3 , Oktober 2015)
dalam mempelajari materi perubahan wujud benda melalui
tim/kelompok STAD. Pemberian penghargaan atas tim dengan rata-rata
peningkatan terbaik pada tiap-tiap pemberian kuis mampu meningkatkan
motivasi untuk mengoptimalkan efektifitas pembelajaran kelompok.
SARAN
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian disampaikan saran
bahwa salah satu model pembelajaran yang direkomendasikan oleh
peneliti adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang sudah
dibuktikan oleh peneliti melalui PTK dalam pembelajaran IPA pada
materi sifat-sifat benda siswa kelas IV SDN 001 Balikpapan Selatan,
bahwa model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat meningkatkan
hasil belajar IPA.
Selain model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, sebaiknya
guru dapat mengkaji model – model pembelajaran yang lain dalam
upaya meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar.
DAFTAR PUSTAKA
Iin Ratmayati
Guru SD Negeri 009 Balikpapan Barat
Abstrak
KAJIAN TEORI
Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang
berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama
dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar
(Sugiyanto, 2010: 37). Anita Lie (2007: 29) mengungkapkan bahwa
model pembelajaran cooperative learning tidak sama dengan sekedar
belajar dalam kelompok. Ada lima unsur dasar pembelajaran cooperative
learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang
dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif
dengan benar akan menunjukkan pendidik mengelola kelas lebih efektif.
Johnson (Anita Lie,2007: 30) mengemukakan dalam model
pembelajaran kooperatif ada lima unsur yaitu: saling ketergantungan
positif,tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar
anggota, dan evaluasi proses kelompok. Pembelajaran kooperatif
(Cooperative learning) adalah model pembelajaran yang menekankan
pada saling ketergantungan positif antarindividu siswa, adanya tanggung
(BORNEO, EDISI KHUSUS Nomor 3 , Oktober 2015) 55
jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi intensif antar siswa, dan
evaluasi proses kelompok (ArifRohman, 2009: 186).
Cooperative learning menurut Slavin (2005: 4-8) merujuk pada
berbagai macam model pembelajaran di mana para siswa bekerja sama
dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari berbagai tingkat
prestasi, jenis kelamin, dan latar belakang etnik yang berbeda untuk
saling membantu satu sama lain dalam mempelajari materi pelajaran.
Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu,
saling mendiskusikan, dan berargumentasi untuk mengasah pengetahuan
yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam
pemahaman masing-masing.
Cooperative learning lebih dari sekedar belajar kelompok karena
dalam model pembelajaran ini harus ada struktur dorongan dan tugas
yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadi interaksi secara
terbuka dan hubungan-hubungan yang bersifat interdependensi efektif
antara anggota kelompok. Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh
para ahli di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran
kooperatif adalah model pembelajaran yang menempatkan siswa dalam
kelompok-kelompok kecil yang anggotanya bersifat heterogen, terdiri
dari siswa dengan prestasi tinggi,sedang, dan rendah, perempuan dan
laki-laki dengan latar belakang etnik yang berbeda untuk saling
membantu dan bekerja sama mempelajari materi pelajaran agar belajar
semua anggota maksimal.
Snowball Throwing
Menurut Bayor (2010), Snowball Throwing merupakan salah satu
model pembelajaran aktif (active learning) yang dalam pelaksanaannya
banyak melibatkan siswa. Peran guru di sini hanya sebagai pemberi
arahan awal mengenai topik pembelajaran dan selanjutnya penertiban
terhadap jalannya pembelajaran. Menurut Saminanto (2010:37) “Metode
Pembelajaran Snowball Throwing disebut juga metode pembelajaran
gelundungan bola salju”. Metode pembelajaran ini melatih siswa untuk
lebih tanggap menerima pesan dari siswa lain dalam bentuk bola salju
yang terbuat dari kertas, dan menyampaikan pesan tersebut kepada
temannya dalam satu kelompok.
Terdapat beberapa manfaat yang dapat diperoleh dam model
pembelajaran Snowball Throwing diantaranya ada unsur permainan
yang menyebabkan metode ini lebih menarik perhatian murid.
56 (BORNEO, EDISI KHUSUS Nomor 3 , Oktober 2015)
Sementara menurut Asrori (2010: 3) dalam model pembelajaran
Snowball Throwing terdapat beberapa manfaat yaitu:
1) Dapat meningkatkan keaktifan belajar murid.
2) Dapat menumbuh kembangkan potensi intelektual sosial, dan
emosional yang ada di dalam diri murid.
3) Dapat melatih murid mengemukakan gagasan dan perasaan secara
cerdas dan kreatif.
Adanya model pembelajaran Snowball Throwing yang
dilaksanakan dalam bimbingan kelompok dapat meningkatkan
kepercayaan diri murid dalam menyampaikan pendapat. Karena metode
Snowball Throwing adalah teknik diskusi yang membentuk kelompok
yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru,
kemudian masing-masing murid membuat pertanyaan yang dibentuk
seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke murid lain yang
masing-masing murid menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh.
Dengan demikian semua murid mendapat kesempatan untuk bertanya
dan menyampaikan pendapat sesuai dengan pertanyaan yang mereka
dapat.
Langkah-langkah pembelajaran yang ditempuh dalam
melaksanakan Model Snowball Throwing sebagaimana dikemukakan
Suprijono (Hizbullah, 2011: 10) adalah sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan.
2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-
masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi
pembelajaran.
3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-
masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru
kepada teman kelompoknya.
4. Kemudian masing-masing murid diberi satu lembar kerja untuk
menuliskan pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah
dijelaskan oleh ketua kelompok.
5. Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu
murid ke murid yang lain selama kurang lebih 5 menit.
6. Setelah tiap murid mendapat satu bola/satu pertanyaan, diberikan
kesempatan kepada murid untuk menjawab pertanyaan yang tertulis
dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.
7. Guru bersama dengan murid memberikan kesimpulan atas meteri
pembelajaran yang diberikan.
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Lokasi penelitian bertempat di SD Negeri 009 Balikpapan Barat.
Subyek penelitian ini dipilih berdasarkan pertimbangan rendahnya
kualitas pembelajaran pada materi Mengenal Bangun Datar sehingga
perlu untuk dilakukan upaya perbaikan melalui kegiatan penelitian
tindakan kelas.
Prosedur Siklus Penelitian
Dalam penelitian ini, model yang digunakan adalah model
Penelitian Tindakan Kelas Kolaboratif, dimana peneliti melakukan
observasi dalam kegiatan pembelajaran guru dan siswa di kelas. Menurut
Kasbolah (1998:13), penelitian tindakan kelas merupakan salah satu
upaya guru atau praktisi dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan
untuk memperbaiki dan dan atau meningkatkan mutu pembelajaran di
kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan kegiatan yang langsung
berhubungan dengan tugas guru di lapangan. Artinya, penelitian
tindakan kelas merupakan penelitian praktis yang dilakukan di kelas dan
bertujuan untuk memperbaiki praktik pembelajaran yang ada.
Menurut Arikunto, dkk, (2007: 3), penelitian tindakan kelas
merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah
tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas
secara bersama-sama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan
arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa. Berdasarkan beberapa
definisi oleh para pakar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
(BORNEO, EDISI KHUSUS Nomor 3 , Oktober 2015) 59
pengertian tindakan kelas adalah segala daya upaya yang dilakukan oleh
guru berupa kegiatan penelitian tindakan atau arahan dengan tujuan
dapat memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas pembelajaran.
Model Kemmis dan Mc Taggart pada hakikatnya berupa
perangkat-perangkat atau untaian dengan setiap perangkat terdiri dari
empat komponen yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi
yang dipandang sebagai suatu siklus. Banyaknya siklus dalam penelitian
tindakan kelas tergantung dari permasalahan-permasalahan yang perlu
dipecahkan, yang pada umumnya lebih dari satu siklus.
Siklus Penelitian tindakan kelas tersebut terdiri dari Perencanaan,
Tindakan, Observasi dan Refleksi. Kegiatan siklus I terdiri atas empat
tahap yang meliputi perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.
Siklus II dan selanjutnya (jika ada), dilakukan sebagai usaha perbaikan
dari upaya peningkatan kualitas pembelajaran jika hasil penelitian siklus
I belum memenuhi indikator keberhasilan penelitian secara kumulatif.
Langkah-langkah penelitiannya sama dengan siklus I, yang berbeda
adalah obyek perbaikan dan sub materinya. Hasil pembelajaran pada
siklus II dan selanjutnya (jika ada) diharapkan lebih baik daripada hasil
pembelajaran pada siklus I.
Pengumpulan Data
Perbedaan mendasar antara penelitian kualitatif dengan
kuantitatif adalah bagaimana informasi (data) dikumpulkan. Data inti
yang dikumpulkan dalam penelitian semacam ini adalah perilaku yang
nyata berupa penglihatan, pendengaran, pengajuan pertanyaan, dan
pengumpulan benda-benda. Karena itu, peneliti adalah instrumen kunci,
yang langsung bertatap muka dengan orang-orang yang terlibat dalam
kajiannya. Teknik pengumpulan data yang digunakan ada dua yaitu tes
dan non tes. Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil tes. Tes
dilakukan setiap akhir siklus. Soal tes mengacu pada materi. Dari
analisis tersebut dapat diketahui kelemahan siswa, yang selanjutnya
sebagai dasar untuk menghadapi tes siklus II dan siklus selanjutnya (Jika
ada). Teknik pengumpulan data non tes dilakukan dengan menggunakan
observasi dan wawancara.
Analisis Data
Teknik analisis data merupakan suatu cara yang digunakan untuk
menguraikan keterangan-keterangan atau data-data yang diperoleh agar
Hasil Belajar
Dari hasil pengamatan teman sejawat pada pembelajaran
Matematika materi Mengenal Bangun Datar sebelum perbaikan dari
jumlah siswa 37 orang nilai rata-rata hanya 59,19 dengan nilai
ketuntasan hanya 24,32% atau hanya 9 orang siswa saja yang tuntas atau
mencapai nilai KKM itu berarti ada 28 siswa atau 75,68% yang belum
tuntas, sedangkan KKM yang ditetapkan oleh penulis sebesar 70,00
kemudian dilaksanakan siklus 1 dan diperoleh rata – rata nilai 67,84
sekitar 59,46% siswa yang berhasil atau sebanyak 22 orang siswa yang
mencapai KKM dan yang belum tuntas tinggal 15 orang atau sekitar
40,54%. Dengan demikian belum mencapai ketuntasan dan belum
maksimal karena itu dilaksanakan kembali perbaikan.
Pada siklus 2 rata – rata siswa menjadi 72,70 dengan nilai
ketuntasan 81,08 % atau sejumlah 30 otang siswa yang mencapai KKM
sedangkan yang belum tuntas masih tersisa 7 orang saja atau sebesar
18,92%, artinya terjadi peningkatan hasil belajar baik dari jumlah siswa
yang tuntas belajar maupun rata – rata keaktifan siswa. Namun itu masih
dirasa kurang memuaskan harapan penulis, karena lebih dari 10% siswa
yang belum tuntas, sebab itulah penulis merasa masih perlu melakukan
perbaikan sekali lagi.
KESIMPULAN
Dari perbaikan yang telah dilaksanakan dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1) Kurangnya pemahaman siswa terhadap materi Mengenal Bangun
Datar yang dihadapi oleh siswa kelasI F SD Negeri 009 Balikpapan
Barat disebabkan oleh penggunaan metode pembelajaran yang
kurang tepat sehingga tidak menarik perhatian siswa.
2) Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif type
Snowball Throwing siswa lebih terampil dan aktif, sehingga
pemahaman dan hasil belajar siswa tentang pecahan meningkat dan
siswa dapat menjawab soal – soal dan melakukan penyelidikan
dalam memecahkan masalah serta berpikir kritis.
3) Penggunaan metode kooperatif type Snowball Throwing dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran Matematika kelas I
F SD Negeri 009 Balikpapan Barat karena dengan metode ini siswa
memiliki tanggung jawab pribadi yang lebih besar dalam
pelaksanaan pembelajaran. Disamping itu siswa bekerja sama
dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai
banyak kesempatan untuk mengolah informasi atau meningkatkan
keterampilan berkomunikasi.
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Indah Sutjiati
Guru Bahasa Indonesia SMA Negeri 8 Balikpapan
Abstrak
PENDAHULUAN
KAJIAN PUSTAKA
Kemampuan Membaca
Membaca merupakan kegiatan/keterampilan berbahasa. Menurut
D.P. Tampubolon (1987 : 3) Dalam Pendidikan Bahasa Terdapat Empat
Kemampuan Pokok yang harus dibina dan dikembangkan yaitu
Menyimak, Berbicara, Membaca, dan Menulis. Dua kemampuan
pertama terdapat dalam komunikasi lisan dan dua terakhir adalah
komunikasi tulisan. Membaca adalah salah satu dari empat kemampuan
bahasa pokok dan merupakan satu bagian atau komponen dari
komunikasi tulisan. D.P. Tampubolon (1987 : 7) menyatakan bahwa
kemampuan membaca adalah ketepatan membaca dan pemahaman isi
secara keseluruhan. Kemampuan membaca dapat ditingkatkan dengan
penguasaan teknik-teknik membaca efisien.
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Sebelum penelitian dilaksanakan, penulis selain menyiapkan
pengajaran diantaranya silabus dan sistem penelitian, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran, penulis juga mempersiapkan instrument
yang diperlukan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini diantaranya lembar
observasi, dan lembar penilaian kegiatan siswa.
Refleksi awal dilakukan dengan mengadakan pengamatan
pendahuluan yang digunakan untuk menetapkan dan merumuskan
rencana tindakan. Berdasarkan hasil pengamatan awal ditemukan
indikator-indikator yaitu suasana kelas tidak menggairahkan dan kurang
menyenangkan karena dicekam oleh tugas yang dirasa membebani
siswa. Sebagian besar siswa tampak demam panggung karena takut
kurang tepat saat membacakan teks berita, apalagi membacakan didepan
kelas dan diberikan penilaian. Bila tiba gilirannya banyak yang memilih
tampil terakhir. Komentar-komentar yang diungkapkan siswa lain saat
salah satu temannya membacakan teks berita, juga berpengaruh terhadap
mental siswa yang bersangkutan. Dari pengamatan awal ini selanjutnya
dilakukan refleksi dari berbagai sudut diantaranya : pengaruh guru,
metode pembelajaran, dan perilaku siswa. Berdasarkan hasil refleksi
tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan membacakan teks berita
dengan intonasi yang tepat serta artikulasi dan volume suara yang jelas
dikelas XI IPA - 2 SMA Negeri 8 Balikpapan tahun pelajaran 2013/2014
masih kurang.
70 (BORNEO, EDISI KHUSUS Nomor 3 , Oktober 2015)
Rencana tindakan
Rencana-rencana tindakan yang akan penulis lakukan saat
pembelajaran. Membacakan teks berita adalah :
a. Mempersiapkan perangkat pembelajaran.
b. Menjelaskan kegiatan kepada siswa.
c. Mengelompokkan siswa dalam beberapa kelompok terdiri dua
anggota untuk berlatih membaca teks berita sambil memperhatikan
informasi yang tepat, artikulasi dan volume suara yang jelas.
d. Membagikan lembaran berisi kutipan teks berita terhangat pada
masing-masing anggota kelompok.
e. Agar ada tanggung jawab dari kelompok maka setiap kelompok
diberi lembar kerja siswa yang isinya mengefaluasi teman yang
membacakan teks berita dengan format penilaian yang dibagikan.
f. Masing-masing anggota kelompok berlatih membacakan teks berita
sambil memperhatikan intonasi yang tepat, artikulasi dan volume
suara yang jelas.
g. Siswa secara bergiliran dan acak dipanggil oleh guru untuk
membacakan teks berita didepan kelas.
h. Siswa lain memberi komentar terhadap penampilan siswa yang
ditunjuk membacakan teks berita didepan kelas.
i. Mempersiapkan format penilaian yang akan digunakan untuk
menilai setiap siswa yang tampil yang selanjutnya bisa dipakai untuk
mengukur kemampuan membacakan teks berita. Fokus penilaiannya
menggunakan teks perbuatan (persentasi didepan kelas) dengan
kriteria ketepatan intonasi, kejelasan artikulasi dan volume.
Observasi
Penelitian dilaksanakan saat pembelajaran berlangsung didalam
kelas. Penelitian pertama dilakukan pada saat latihan membacakan teks
berita yang dilakukan siswa dengan anggota kelompoknya. Penelitian
kedua dilaksanakan pada saat masing-masing siswa secara giliran dan
acak, mempresentasikan didepan kelas dengan persediaan waktu kurang
lebih 5 menit. Pengamatan dari kegiatan pembelajaran membacakan teks
berita dengan cara mengefaluasi semua data mulai dari lembar observasi,
lembar field note dan daftar penilaian individu.
Refleksi
Dari tahap pelaksanaan dan pengamatan akan didapatakan
bebarapa hasil yang akan menunjukan siapa yang bagus, siapa yang
(BORNEO, EDISI KHUSUS Nomor 3 , Oktober 2015) 71
mampu, cukup mampu, kurang mampu dan tidak mampu dalam kegiatan
membacakan teks berita berdasarkan penyediaan kelompok kata,
intonasi yang tepat, artikulasi dan volume suara yang jelas. Dari
pelaksanaan pengamatan dicari kelemahan-kelemahan yang
menyebabkan kurang optimal atau ingin meningkatkan hasil dari siklus
pertama.
Analisis Data
Data di peroleh dari hasil observasi penulis kemudian
dirangkum. Data ini dipakai untuk mengetahui kemampuan siswa dalam
pembelajaran membacakan teks berita. Untuk mengukur kemampuan
siswa saat membacakan teks berita melalui media surat kabar
menggunakan nilai rata-rata dari artikulsi, intonasi, volume suara, dan
penjedaan. Sebagai patokan keberhasilan siswa dalam kemampuan
membacakan teks berita dengan intonasi yang tepat, artikulasi dan
volume suara yang jelas.
Siklus 1
Langkah-langkah yang telah dipersiapkan untuk mendukung
pelaksanaan penelitian dalam upaya untuk meningkatkan kemampuan
membacakan dengan teks berita melalui media surat kabar. Untuk
melatih siswa lancar dan tepat membacakan teks berita melalui media
surat kabar terbaru dan diskusi dengan siswa lain. Pembelajaran ini
dapat memberi dampak untuk meningkatkan kemampuan membacakan
teks berita. Dari 40 siswa terdapat 28 siswa kurang mampu membacakan
teks berita, 7 siswa cukup mampu dan 5 siswa sangat mampu
membacakan teks berita melalui media surat kabar.
Dari hasil penilaian, nilai siswa kelas XI IPA - 2 SMA Negeri 8
Balikpapan Semester 4 (genap) tahun pelajaran 2013/2014 dalam
praktik membacakan teks berita melalui media surat kabar pada siklus
I tersebut disajikan pada Gambar 1 dan dapat disimpulkan sebagai
berikut :
3000 -
2520
2500 - 2455
2425 2400
2000 -
1500 -
1000 -
500 -
Siklus 2
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I diketahui bahwa masih
terdapat indikator yang memerlukan perbaikan padahal tindakan yang
dilakukan sudah sesuai dengan rencana tindakan yang disusun. Hal ini
berarti perlu adanya revisi tindakan I dalam pelaksanaan pembelajaran
kemampuan membacakan teks berita melalui media surat kabar terbitan
terbaru. Hasil pada pelaksanaan pembelajaran disiklus 2 disajikan pada
gambar 2 dengan hasil sebagai berikut :
a. Aspek kejelasan artikulasi dalam membacakan teks berita melalui
media surat kabar 73,8%.
b. Aspek ketepatan intonsi dalam membacakan teks berita melalui
media surat kabar 70%.
3000 –
2985
2950
2840
2500 – 2800
2000 –
1500 –
1000 –
500 –
KESIMPULAN
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan dua
siklus. Hasil penelitian diperoleh dari proses pembelajaran kemampuan
76 (BORNEO, EDISI KHUSUS Nomor 3 , Oktober 2015)
membacakan teks berita melalui media surat kabar. Pada waktu setiap
siswa tampil, kejelasan intonasi masih belum memenuhi target penulis
yang seharusnya target minimal 70% tetapi kenyatannya mencapai
60,6% dan ketepatan penjedaan kalimat berdasarkan kelompok kata 60%
yang target seharusnya 70%. Siswa juga kurang tertarik terhadap tema
teks berita melalui media surat kabar siklus I karena tidak sesuai dengan
psikologi remaja siswa, karena itu pada siklus II digunakan media surat
kabar terbaru yang temanya sesuai dengan psikologi siswa meningkat,
yaitu kejelasan artikulasi sikus I mencapai skor 2455 menjadi 2950 pada
siklus II, Ketepatan intonasi pada siklus I 2425 menjadi 2800 pada siklus
II. Pada siklus I kejelasan volume mencapai skor 2520 menjadi 2840
pada siklus II, dan ketepatan penjedaan kalimat berdasarkan kelompok
kata 2400 pada siklus I menjadi 2985 pada siklus II.
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Kasiyati
Guru Bahasa Inggris SMP Negeri 4 Balikpapan
Abstract
PENDAHULUAN
KAJIAN TEORI
METODE PENELITIAN.
Setting Penelitian
Penelitian ini diadakan di kelas VIII B SMP 4 Balikpapan,
dengan jumlah siswa 40 anak per kelas. Siswa kelas VIII B digunakan
sebagai tempat penelitian diasumsikan bahwa mereka belum memiliki
dasar yang cukup untuk mampu berbicara dalam bahasa Inggris yang
sederhana. Penelitian ini berlangsung selama 3 bulan, dimulai pada
September 2014 dan berakhir pada akhir November 2014.
Prosedur Penelitian.
Penelitian ini merupakan PTK (Classroom Action Research)
yang dilaksanakan dengan menggunakan prosedur penelitian
(BORNEO, EDISI KHUSUS Nomor 3 , Oktober 2015) 83
berdasarkan prinsip Kemmis dan Tagart ( 1988 ) yang masing- masing
siklus terdiri dari 4 langkah, yaitu Perencanaan Tindakan, Pelaksanaan
Tindakan, Observasi dan Refleksi. Setelah melakukan langkah terakhir
pada pembelajaran siklus I, maka dibuat perencanaan baru pada siklus II.
Selanjutnya setelah langkah terakhir pada pembelajaran siklus II selesai,
dibuat lagi perencanaan baru pada siklus III. Pada tahap Pelaksanaan
Tindakan, Guru sebagai peneliti menyajikan pembelajaran dengan
menerapkan model pembelajaran klasikal untuk menerangkan beberapa
ungkapan–ungkapan permintaan ijin dan menyajikan pembelajaran
sesuai dengan rencana yang telah dirumuskan. Pada akhir kegiatan,
siswa diberi kesempatan bertanya tentang topik yang berhubungan
dengan gambar. Pada tahap Observasi, bersamaan dengan pelaksanaan
tindakan, guru melakukan pemantauan dengan cara yang telah
disepakati di waktu tahap perencanaan dengan mencatat setiap
kegiatan dan perubahan yang terjadi pada saat penerapan model
pembelajaran klasikal. Pada tahap refleksi dilakukan analisis terhadap
temuan saat melaksanakan observasi, kelemahan dan keberhasilan
guru saat menerapkan model pembelajaran klasikal dan
mempertimbangkan langkah selanjutnya, menerapkan model
pembelajaran klasikal, merefleksi tehadap keaktifan dan kreatifitas
peserta didik dalam pembelajaran Bahasa Inggris.
Dari tahap kegiatan pada siklus 1, 2 dan 3, hasil yang
diharapkan adalah:
a. Peserta didik memiliki kemampuan dan kreatifitas serta selalu
aktif terlibat dalam proses pembelajaran Bahasa Inggris.
b. Guru memiliki kemampuan merancang dan menerapkan model
pembelajaran PAKEM
c. Terjadi peningkatan prestasi peserta didik pada mata pelajaran
Bahasa Inggris, khususnya untuk ketrampilan Speaking.
Instrumen Penelitian.
Untuk mendapat data penelitian yang valid dan dapat
dipertanggung jawabkan, dalam penelitian ini digunakan beberapa
instrumen pembantu, seperti gambar-gambar yang berkaitan dengan
topik pembelajaran, dan rekaman tentang aktivitas selama mengikuti
kegiatan di Siklus I, II dan III.
Siklus 1
Berdasarkan pengamatan pada Siklus 1 penilai melihat bahwa
peserta didik kurang aktif terlibat dalam proses pembelajaran Bahasa
Inggris. Oleh sebab itu nilai perolehan dari proses pembelajaran
masih kurang memuaskan. Di bawah ini adalah Grafik perolehan nilai
sebelum perbaikan pembelajaran dilaksanakan sebagaimana disajikan
Gambar 1.
Siklus 2
Pada siklus 2 guru merencanakan untuk mengidentifikasi
masalah, guru menganalisa dan merumuskan masalah, merancang
pembelajaran klasikal, guru sebagai peneliti membuat persiapan, yaitu
berupa penyusunan schedule, rencana pembelajaran, menyiapkan media
pembelajaran yang akan digunakan, menyiapkan topik pelajaran, guru
menyusun soal test, yaitu berupa situasi suatu percakapan. Bersamaan
dengan pelaksanaan tindakan,guru melakukan pemantauan dengan
cara yang telah disepakati di waktu tahap perencanaan dengan
mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi pada saat
penerapan model pembelajaran klasikal.
Peneliti menganalisa temuan saat melaksanakan observasi dan
menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru saat menerapkan
model pembelajaran klasikal dan mempertimbangkan langkah
selanjutnya. Melakukan refleksi tehadap penerapan model
pembelajaran klasikal. Tes diberikan kepada siswa setelah perbaikan
proses pembelajaran dengan tujuan agar penulis dapat memperoleh data
tentang pemerolehan nilai setelah perbaikan pembelajaran. Di bawah ini
adalah Grafik perolehan nilai sesudah perbaikan pembelajaran
sebagaimana disajikan Gambar 3.
Berdasarkan tabel perolehan nilai di atas, dapat diketahui bahwa
jumlah siswa yang memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM )
hanya 57,5 % (27siswa ) dan yang belum tuntas 32,5% ( 13 siswa ). Hal
ini menunjukan bahwa kemampuan siswa untuk keterampilan Menulis
(writing) telah mengalami peningkatan dengan kategori CUKUP
berdasarkan interval Kualifikasi yang sudah ditentukan. Hal ini
menunjukan bahwa perbaikan proses pembelajaran yang dilakukan pada
Siklus 3
Tes diberikan kepada siswa setelah perbaikan proses
pembelajaran dengan tujuan agar penulis dapat memperoleh data tentang
pemerolehan nilai setelah perbaikan pembelajaran. Di bawah ini adalah
Grafik perolehan nilai sesudah perbaikan pembelajaran sebagaimana
disajikan Gambar 3.
Berdasarkan Gambar 3, nilai siswa setelah mengikuti perbaikan
pembelajaran menunjukan peningkatan yang cukup baik, dimana siswa
yang mendapat nilai tuntas untuk pembelajaran Menulis (writing)
sejumlah 33 anak (82,.50%), dengan kategori BAIK. Hal ini
menunjukan bahwa dengan menggunakan metode Role Play dapat
meningkatkan meningkatkan kemampuan menulis dalam bahasa inggris
siswa kelas VIII B SMPN 4 Balikpapan.
KESIMPULAN
SARAN
DAFTAR PUSTAKA.
Yustinus Marwoto
Guru Kelas V SDN 001 Balikpapan Selatan
Abstrak
KAJIAN TEORI
METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas V SDN 001
Balikpapan Selatan Kota Balikpapan, yang berjumlah 17 anak. Jumlah
tersebut terdiri atas 13 siswa laki-laki dan 4 siswa perempuan.
Tahap-Tahap Penelitian
Secara keseluruhan penelitian tindakan ini dilakukan dalam tiga
siklus. Setiap siklus diawali dengan perencanaan, kemudian dilakukan
penerapan tindakan dan observasi, serta diakhiri dengan refleksi.
Pembahasan
Sebelum penelitian dilaksanakan peneliti mengadakan diskusi
dengan guru kelas V yang lainnya. Dalam diskusi tersebut terdapat
permasalahan pembelajaran matematika tentang pemanfaatan alat bantu
mengajar berupa benda konkret sekitar siswa.Pada saat itu upaya guru
hanya mengerjakan soal-soal latihan pada buku teks saja. Siswa jarang
dihadapkan dengan benda konkret sekitar siswa, sehingga perolehan
nilai di atas 70 sebanyak 9 siswa 52,9 %, nilai yang kurang dari 70
sebanyak 8 siswa 47,1 %.
Akhirnya dalam diskusi tersebut difokuskan bagi 8 siswa yang
memperoleh nilai kurang dari 65 dan kemudian diadakan wawancara
dengan siswa yang nilainya kuang dari 65 tersebut, serta diperoleh data
bahwa dalam pembelajaran matematika kurang menarik, sulit dipahami
terutama yang berhubungan dengan bangun ruang dan bangun datar.
Siklus I
Untuk menarik perhatian siswa dalam pelaksanaan model
pembelajaran ini peneliti sebagai pelaksana pembelajaran juga bernyanyi
bersama-sama dengan lagu Dua mata saya yang sairnya diganti dengan
Ini bangun apa? Bangun apa ini? Ini bangun apa? Lalala….
Kemudian peneliti membagikan 6 persegi kepada masing-masing
kelompok dengan ukuran 10 cm x 10 cm. Seluruh kelompok mengukur
dan menghitungnya sesuai dengan petunjuk LKS. Peneliti berkeliling
melihat pekerjaan masing-masing siswa, waktu yang diperlukan dalam
diskusi ini 20 menit setelah itu melaporkan ke depan kelas melalui
perwakilan kelompok selama 20 menit. Peneliti membimbing siswa
untuk menyimpulkan sendiri tentang luas permukaan kubus. Peneliti
98 (BORNEO, EDISI KHUSUS Nomor 3 , Oktober 2015)
berkeliling melihat masing-masing kelompok. Peneliti berkeliling
melihat masing-masing hasil dari kelompok, dari 4 kelompok tersebut
semuanya benar. Siswa mengerjakan test tertulis sebanyak 5 soal.
Berdasarkan kenyataan dari pembelajaran pada tindakan siklus I dapat
diperoleh hasil temuan sebagai berikut : Pada awal pembelajaran siswa
keadaan senang hal ini antusias dengan ikut bernyanyi. Semua siswa
dengan ikut bernyanyi, semua siswa giat aktif dan mengukur panjang
masing-masing persegi. Dalam menyusun jaring-jaring kubus tampak
anak lebih leluasa untuk membuat model jaring-jaring kubus. Dalam
menyimpulkan, siswa tidak mengalami kesulitan. Sedangkan hasil
kemampuan menghitung luas kubus yang mendapat nilai 70 keatas 12
siswa = 70,6 % dan yang kurang dari 70 sebanyak 5 siswa = 29,4 %.
Siklus II
Dalam kegiatan tindakan ke dua ini awal pembelajaran tetap
dengan bernyanyi bersama-sama. Setelah nyanyi berhenti terjadi dialog
antara peneliti dengan siswa, dan siswa dengan peneliti, siswa dengan
siswa. Dalam kegiatan ini seluruh siswa mengukur peneliti berkeliling
dan mengamati tata cara mengukur panjang masing-masing sisinya.
Dalam keadaan memberi label p, l, dan t siswa mengalami kesulitan,
peneliti membantu pemecahannya. Dalam kegiatan ini masing-masing
kelompok mendapat dua balok dari bekas bungkus pasta gigi Pepsoden
dengan netto 74 g.
Setelah masing-masing kelompok memberi tanda label p, l dan t,
seluruh kelompok menggunting menurut arah rusuk balok. Dalam
kegiatan ini guru berkeliling sambil membenarkan tata cara
menggunting yang benar. Seluruh siswa menghitung, peneliti berkeliling
untuk membantu memecahkan masalah; setelah berdiskusi selama 25
menit masing-masing maleporkan hasilnya. Peneliti mempersiapkan
kelompok yang sudah siap, rupanya kelompoknya Rudi yang maju lebih
dulu. Peneliti membimbing siswa dalam menyimpulkan.
Sedangkan hasil observasi pada kegiatan siklus II ini rata-rata
siswa tetap menyenangi dengan benda-benda konkret yang telah mereka
manipulasi. Mereka bebas menggunting, memberi label dan membentuk
jaring-jaring sesuai dengan polanya sendiri. Keberanian siswa dalam
mengungkapkan kemampuan untuk berinteraksi berkembang. Di
samping itu siswa lebih serius dalam memanipulasi sumber belajar.
Kardus bekas bungkus pasta gigi digunting di kelompokkan menjadi 3
macam. Yakni : (1) 2 buah bangun datar yang sisinya dari p x l (2) 2
(BORNEO, EDISI KHUSUS Nomor 3 , Oktober 2015) 99
buah bangun datar yang sisinya dari p x t (3) 2 buah bangun datar yang
sisinya dari l x t. dari pengelompokan ini siswa mengerjakan LKS. Dan
rata-rata dalam mengerjakan LKS tidak mengalami kesulitan. Anak-anak
dalam menyimpulkan pengamatan dengan melalui LKS sudah cukup
baik meskipun sederhana. Dari hasil-hasil tugas yang dikerjakan dapat
diselesaikan dengan tepat waktu.
Dari kegiatan siklus ke II tersebut dapat ditemukan beberapa hal
antara lain siswa tetap semangat, senang ceria tanpa ada tekanan apapun
dan bebas, hal ini dibuktikan bahwa seluruh siswa ikut bernyanyi,
bertepuk dan sungguh dalam kegiatan awal, siswa memanipulasi alat
peraga (dalam bentuk balok dari bekas bungkus pasta gigi). Mereka
bebas, memberi label dan mengguntingnya. Siswa dapat
mengelompokkan hasil termuannya. Disamping itu siswa lebih berani,
tidak takut dalam menyatakan pendapat. Siswa belajar menyimpulkan
temuannya dibawah bimbingan guru. Ada tiga anak yang kurang
berperan dalam kelas, anak tersebut menggantung kepada teman
kelompok lainnya. Pada siklus ke II ini perolehan nilai diatas 70
sebanyak 14 siswa sebesar 82,4 % dan 3 siswa mendapat nilai kurang
dari 70 sebesar 17,6 %.
Dari hasil observasi di atas peneliti, dan Mitra Peneliti
mendiskusikannya, adapun hasil diskusi tersebut menghasilkan bahwa,
siklus yang ketiga perlu diadakan, dengan alasan supaya keterampilan
menghitung luas permukaan bangun ruang lebih terampil. Siswa yang
menggantungkan perlu diaktifkan dengan pengelolaan kelas di bentuk
berpasangan bukan kelompok. Dan di tunjang dengan permainan bentuk
bintang.
Siklus III
Dalam tindakan ke tiga ini peneliti merencanakan sesuai hasil
refleksi siklus II dengan cara merubah kelompok menjadi berpasangan
sehingga menjadi kelompok kecil terdiri dari dua anggota. Bermain
bintang berpasangan dan bintang sejati. Tetapi siswa tetap dihadapkan
benda konkret. Adapun hasil paparan dari siklus III ini telah di rekam
dan di dokumentasikan, selalu diikuti kegiatan siswa selama melakukan
kegiatan, pada awalnya peneliti/guru bercerita kepada siswa, siswa
antusias mendengarkan. Peneliti menyediakan benda-benda konkret
yang cukup. Antara lain bekas bungkus, macam-macam rokok, pasta
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Samodro
Widyaiswara Muda LPMP Kalimantan Timur
Abstrak
KAJIAN TEORI
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Peneliti
mengidentifikasi kata kunci dari indikator-indikator kinerja pada
kompetensi 1 dan 4 dan mengidentifikasi fakta kegiatan. Hasil
identifikasi kata kunci dan fakta dijadikan dasar untuk menyusun rubrik
penilaian.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah format
identifikasi kata kunci dan format identifikasi fakta-fakta yang terkait
dengan kata kunci pada indikator kinerja kompetensi 1 dan 4. Data yang
diperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif. Indikator kinerja
diidentifikasi untuk menentukan kata kunci yang tepat. Fakta-fakta
minimum yang terkait kata kunci indikator kompetensi kemudian
Kompetensi 1
Indikator 1: Guru dapat mengidentifikasi karakteristik belajar setiap
peserta didik di kelasnya.
Rubrik :
• Jika ditemukan fakta guru dapat mengidentifikasi karakteristik
belajar setiap peserta didik di kelasnya pada pengamatan dan
pemantauan, maka diberikan skor 2.
• Jika ditemukan fakta guru dapat mengidentifikasi karakteristik
belajar setiap peserta didik di kelasnya pada pengamatan atau
pemantauan, maka diberi skor 1.
• Jika tidak ditemukan fakta guru dapat mengidentifikasi karakteristik
belajar setiap peserta didik di kelasnya pada pengamatan dan
pemantauan, maka diberi skor 0.
Indikator 2 : Guru memastikan bahwa semua peserta didik
mendapatkan kesempatan yang sama untuk berpartisipasi
aktif dalam pembelajaran.
Rubrik:
• Jika ditemukan fakta tersebut pada pengamatan dan pemantauan
maka diberi skor 2,
• Jika ditemukan fakta tersebut pada pengamatan atau pemantauan saja
maka diberi skor 1 dan
• Jika tidak ditemukan fakta tersebut, baik pada pengamatan atau
pemantauan maka diberi skor 0.
Indikator 3: Guru dapat mengatur kelas untuk memberikan kesempatan
belajar yang sama pada semua peserta didik dengan
kelainan fisik dan kemampuan belajar yang berbeda.
Rubrik:
• Jika di temukan fakta tentang pengaturan kelas untuk memberikan
kesempatan belajar pada semua peserta didik dengan kelainan fisik
dan kemampuan belajar yang berbeda maka diberi skor 2.
114(BORNEO, EDISI KHUSUS Nomor 3 , Oktober 2015)
• Jika ditemukan fakta tentang pengaturan kelas untuk memberikan
kesempatan belajar pada semua peserta didik dengan kelainan fisik
atau kemampuan belajar yang berbeda maka diberi skor 1.
• Jika tidak ditemukan fakta tentang pengaturan kelas untuk
memberikan kesempatan belajar pada semua peserta didik dengan
kelainan fisik dan kemampuan belajar yang berbeda diberi skor 0.
Indikator 4: Guru mencoba mengetahui penyebab penyimpangan
perilaku peserta didik untuk mencegah agar perilaku
tersebut tidak merugikan peserta didik lainnya.
Rubrik:
• Jika ditemukan fakta tentang penyebab penyimpangan perilaku dan
mencegah perilaku tidak merugikan peserta didik lainnya maka
diberi skor 2.
• Jika ditemukan fakta tentang penyebab penyimpangan perilaku atau
mencegah perilaku tidak merugikan peserta didik lainnya maka
diberi skor 1.
• Jika tidak ditemukan fakta tentang penyebab penyimpangan perilaku
dan mencegah perilaku tidak merugikan peserta didik lainnya maka
diberi skor 0.
Indikator 5: Guru membantu mengembangkan potensi dan mengatasi
kekurangan peserta didik.
Rubrik:
• Jika ditemukan fakta kegiatan guru yang membantu
mengembangkan potensi peserta didik dan fakta kegiatan guru yang
membantu mengatasi kekurangan peserta didik maka diberi skor 2.
• Jika ditemukan fakta kegiatan guru yang membantu
mengembangkan potensi peserta didik atau fakta kegiatan guru yang
membantu mengatasi kekurangan peserta didik maka diberi skor 1.
• Jika tidak ditemukan fakta kegiatan guru yang membantu
mengembangkan potensi peserta didik dan fakta kegiatan guru yang
membantu mengatasi kekurangan peserta didik maka diberi skor 0.
Indikator 6: Guru memperhatikan peserta didik dengan
kelemahan fisik tertentu agar dapat mengikuti
aktivitas pembelajaran, sehingga peserta didik tersebut
tidak termarginalkan.
Kompetensi 4
Indikator 1: Guru melaksanakan aktivitas pembelajaran sesuai dengan
rancangan yang telah disusun secara lengkap dan
pelaksanaan aktivitas tersebut mengindikasikan guru
mengerti tujuan.
Rubrik :
• Jika ditemukan fakta melaksanakan aktivitas pembelajaran sesuai
rancangan dan mengerti tujuan pembelajaran maka diberi skor 2.
• Jika ditemukan fakta melaksanakan aktivitas pembelajaran sesuai
rancangan atau mengerti tujuan pembelajaran maka diberi skor 1.
• Jika tidak ditemukan fakta melaksanakan aktivitas pembelajaran
sesuai rancangan dan mengerti tujuan pembelajaran diberi skor 0.
KESIMPULAN
Penelitian identifikasi kata kunci indikator kinerja serta fakta
serta kegiatan yang terkait kata kunci pada kompetensi pedadogik 1 dan
4 untuk penyusunan rubrik penilaian dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Identifikasi kata kunci pada indikator kinerja pada kompetensi 1 dan
4 memudahkan untuk menentukan fakta-fakta kegiatan yang terkait
dengan kata kunci.
2. Identifikasi fakta kegiatan yang terkait dengan kata kunci pada
indikator kinerja kompetensi 1 dan 4 memudahkan dalam menyusun
rubrik penilaian dan pensekoran.
(BORNEO, EDISI KHUSUS Nomor 3 , Oktober 2015) 119
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Siti Fatimah
SD Negeri 009 Balikapan Barat
Abstrak
KAJIAN TEORI
Model Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang mengacu
pada metode pengajaran,dimana siswa belajar bersama dalam kelompok
kecil yang saling membantu dalam belajar untuk mencapai tujuan
bersama. Jadi, belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil
dalam pengajaran yang memungkinkan anak didik bekerja bersama
untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam
kelompok tersebut ( Hamid Hasan, 1996; Solihatin, 2007).sehubungan
dengan pengertian tersebut ,Slavin ( Fatmawati,2004: 6) bahwa
kooperatif adalah suatu model pembelajaran ,dimana siswa belajar dan
bekerja dalam suatu kelompok – kelompok kecil yang anggotanya terdiri
dari 4 – 6 orang dengan struktur kelompoknya yang bersifat
heterogen.heterogenitas anggota kelompok ditinjau dari jenis
kelamin,prestasi akademik,maupun status sosial.
Hasil Belajar
Belajar adalah proses yang ditandai dengan adanya perubahan
pada diri seseorang. Perubahan tersebut merupakan hasil dari proses
belajar dan ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti terjadinya
perubahan pengetahuan , pemahaman, perubahan tingkah laku,
keterampilan, kebiasaan serta perubahan sudut pandang pada diri
individu yang sedang belajar, sehingga untuk menangkap isi dan pesan
belajar tersebut setiap individu harus mampu menggunakan potensinya
pada ranah-ranah: (1) kognitif yaitu kemampuan yang berkenaan dengan
pengetahuan, penalaran atau pikiran yang terdiri dari kategori
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi; (2)
afektif yaitu kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi, dan
reaksi-reaksi yang berbeda dengan penalaran yang terdiri dari kategori
penerimaan, partisifasi, penilaian sikap dan pembentukan pola hidup; (3)
psikomotorik yaitu kemampuan yang mengutamakan keterampilan
jasmani terdiri dari persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan
biasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan dan kreatifitas.
Adapun beberapa pandangan tentang pengertian belajar banyak
dikemukakan oleh beberapa ahli sebagai berikut:
(BORNEO, EDISI KHUSUS Nomor 3 , Oktober 2015) 127
a. Menurut Henry E. Garret
“Belajar adalah proses yang berlangsung dalam jangka waktu
lama melalui latihan maupun pengalaman yang membawa kepada
perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu
rangsangan tertentu.”
b. Menurut Morgan ( 1978)
“Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam
tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau
pengalaman”
c. Menurut B.F. Skinner ( 1958 )
“Belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah
laku yang berlangsung secara progresif.”
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka secara sederhana
disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan yang
terjadi pada diri individu sebagai suatu hasil dari latihan dan
pengalaman. Perubahan yang dimaksud berupa perubahan pengetahuan,
tingkah laku, pemahaman, keterampilan dan kebiasaan serta aspek-aspek
lainnya yang terjadi pada diri individu yang sedang belajar.
HASIL PENELITIAN
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Suhartoyo
SDN 001 Balikpapan Selatan
Abstrak
KAJIAN TEORI
Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan orang atau
makhluk hidup belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh
kepandaian atau ilmu, berubah tingka laku atau tanggapan yang
disebabkan oleh pengalaman. (KBBI, 1996 : 14). Jadi pembelajaran
adalah proses yang disengaja yang menyebabkan siswa belajar pada
suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada situasi tertentu.
Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu pengajaran yang
melibatkan siswa untuk bekerja dalam kelompok-kelompok untuk
menetapkan tujuan bersama. (Felder, 1994 : 2). Pembelajaran kooperatif
adalah suatu metode pembelajaran dengan cara mengelompokkan siswa
ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk bekerja sama dalam
memecahkan masalah. Kemampuan siswa dalam setiap kelompok adalah
hiterogen.
Rancangan Penelitian
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian
tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan
dari Kemmis dan Taggart (dalam Sugiarti, 1997 : 6), yaitu berbentuk
spiral dari sklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus
meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation
(pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya
adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan
refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan
yang berupa identifikasi permasalahan.
HASIL PENELITIAN
Siklus I
Tahap Perencanaan, Pada tahap ini peneliti mempersiapkan
perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran LKS, soal tes
formatif dan alat-alat pengajaran yang mendukung.
Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan, Pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses
belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah
dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan
pelaksaaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam
proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil
penelitian yang didapatkan kriteria kurang baik adalah memotivasi
siswa, menyampaikan tujuan pembelajran, pengelolaan waktu, dan
siswa antusias. Keempat aspek yang mendapat nilai kurang baik di atas,
merupakan suatu kelemahan yang terjadi pada siklus I dan akan
dijadikan bahan kajian untuk refleksi dan revisi yang akan dilakukan
pada siklus II.
Hasil observasi berikutnya adalah aktivitas guru dan siswa
tampak bahwa aktivitas guru yang paling dominan pada siklus I adalah
membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep, yaitu
21,7 %. Aktivitas lain yang presentasinya cukup besar adalah memberi
umpan balik/ evaluasi, tanya jawab dan menjelaskan materi yang sulit
yaitu masing-masing sebesar 13,3 %. Sedangkan aktivitas siswa yang
paling dominan adalah mengerjakan/ memperhatikan penjelasan guru
yaitu 22,5 %. Aktivitas lain yang presentasinya cukup besar adalah
bekerja dengan sesama anggota kelompok, diskusi antara siswa/ antara
siswa dengan guru, dan membaca buku yaitu masing-masing 18,7 %
14,4 dan 11,5 %.
Siklus II
Tahap perencanaan, Tahap kegiatan dan pelaksanaa ,
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dalam hal ini peneliti bertindak
sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana
pelajaran dengan memperhatikan refisi pada siklus I, sehingga kesalahan
atau kekurangan pada siklus I tidak terulanga lagi pada siklus II.
Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan
belajar mengajar.
Siklus III
Tahap Perencanaan, Tahap kegiatan dan pengamatan, dengan
memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau
kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan
(observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar
mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif
III dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam
proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Dilihat aspek-aspek yang
diamati pada kegiatan belajar mengajar (siklus III) yang dilaksanakan
oleh guru dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif model
STAD mendapatkan penilaian cukup baik dari pengamat adalah
memotivasi siswa, membimbing siswa merumuskan kesimpulan /
menemukan konsep, dan pengelolaan waktu.
Penyempurnaan aspek-aspek diatas dalam menerapkan metode
pembelajaran kooperatif model STAD diharapkan dapat berhasil
semaksimal mungkin. Aktivitas guru yang paling dominan pada siklus
(BORNEO, EDISI KHUSUS Nomor 3 , Oktober 2015) 141
III adalah membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep
yaitu 22,6%, sedangkan aktivitas menjelaskan materi yang sulit dan
memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab menurun masing-masing
sebesar (10%), dan (11,7%). Aktivitas lain yang mengalami peningkatan
adalah mengkaitkan dengan pelajaran sebelumnya (10%),
menyampiakan materi/strategi /langkah-langkah (13,3%), meminta
siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan (10%), dan
membimbing siswa merangkum pelajaran (10%). Adapun aktivitas ynag
tidak menglami perubahan adalah menyampaikan tujuan (6,7%) dan
memotivasi siswa (6,7%).
Sedangkan untuk aktivitas siswa yang paling dominan pada
siklus III adalah bekerja dengan sesama anggota kelompok yaitu
(22,1%) dan mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru (20,8%),
aktivitas yang mengalami peningkatan adalah membaca buku siswa
(13,1%) dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru (15,0%).
Nilai rata-rata tes formatif sebesar 80,00 dan dari 23 siswa yang
telah tuntas sebanyak 20 siswa dan 3 siswa belum mencapai ketuntasan
belajar. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai
sebesar 86,96% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini
mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan
hasil belajar pada siklus III ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan
kemampuan guru dalam menerapkan metode pembelajaran kooperatif
model STAD yang membuat siswa menjadi lebih terbiasa dengan
pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih mudah dalam memahami
materi yang telah diberikan.
Refleksi, Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana
dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar
mengajar dengan penerapan metode pembelajaran kooperatif model
STAD. Dari data-data yang telah diperoleh dapat diuraikan sebagai
berikut : Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan
semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang
belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing
aspek cukup besar. Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa
siswa aktif selama proses belajar berlangsung. Kekurangan pada siklus-
siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan
sehingga menjadi lebih baik. Hasil belajar siswsa pada siklus III
mencapai ketuntasan.
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
SARAN
Agar proses belajar mengajar matematika lebih efektif dan lebih
memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran
sebagai berikut : Untuk melaksanakan metode pembelajaran kooperatif
model STAD memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru
harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa
diterapkan dengan metode pembelajaran kooperatif model STAD dalam
proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal. Dalam
rangka meningkatkan Hasil Belajar siswa, guru hendaknya lebih sering
melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran, walau dalam taraf
yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan
baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil
atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Untuk
penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar
diperoleh hasil yang lebih baik.
Suparno
Guru IPA SMP Negeri 9 Balikpapan
Abstrak
PENDAHULUAN
KAJIAN TEORI
Metode Eksperimen
Metode Eksperimen telah dirumuskan dan ditafsirkan oleh para
ahli berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya. Dibawah ini
penulis mencoba menampilkan beberapa tafsiran tentang Metode
Eksperimen di dalam laboratorium antara lain :
1. Muryono ( 1993 ) mengatakan konsep IPA dapat diperoleh secara
konkret melalui Eksperimen di laboratorium IPA, sehingga hasil
prestasi belajar siswa dapat meningkat dengan baik.
2. H.M Lubis ( 1995 = 23 ) mengatakan bawha konsep IPA dapat
diperoleh melalui eksperimen dan demonstrasi dengan
mengoptimalkan penggunaan laboratorium IPA.
Metode Eksperimen dapat dilakukan oleh Guru dan seluruh siswa
yang kebetulan disekolah tersebut mempunyai laboratorium IPA untuk
mendapatkan hasil yang lebih optimal oleh seluruh siswa sehingga nilai
siswa dapat meningkat dengan baik. Para ahli berpendapat dan
menyimpulkan bahawa Pembelajaran IPA dapat meningkat dengan baik
jika pembelajaran tersebut didukung deng Fasilitas dan yang terdiri
148(BORNEO, EDISI KHUSUS Nomor 3 , Oktober 2015)
Sarana dan Prasarana yang memadai. Metode Eksperiment sangat
menunjang kreatifitas siswa dalam pembelajaran IPA dan dapat melatih
ketrampilan siswa sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
dengan baik.
Hasil Belajar
Hasil belajar adalah merupakan perubahan sikap, perilaku dan
kemampuan siswa untuk mendapatkan teori maupun praktek yang
ditunjukkan dengan hasil belajar yaitu perolehan Nilai seluruh siswa di
dalam kelas. Adapun ciri-ciri tersebut ditandai dnegan adanya perubahan
tingkah laku, kemampuan dasar dan pengalaman yang dimiliki serta
motivasi belajar.
Nana Sudjana (1989:21) mengatakan hasil belajar yang dapat
dicapai oleh siswa dipengaruhi oleh dua factor intern dan factor ekstern.
Faktor internnya adalah kemampuan yang terdapat dalam diri siswa
sendiri, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang meliputi 3 aspek
yaitu keluarga, sekolah dan lingkungan sekitar
Prestasi Belajar
Poerwadarminta (1982:768) mengatakan bahwa prestasi belajar
adalah hasil yang dicapai selama mengikuti pelajaran disekolah berupa
nilai atau angka perolehan dari hasil ulangan harian , ulangan mid
semester dan ulangan umum semester II.
Dengan demikian tentunya ada keterkaitan antara usaha dalam
belajar ini diharapkan akan memperoleh kemampuan yang sifatnya
kognitif, efektif, psikomotorik. Sehingga diharapkan dengan metode
Eksperiment ini akan meningkatkan prestasi hasil belajar IPA/Fisika
disekolah.
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti mengambil tempat dan populasi di
SMP Negeri 9 Balikpapan. Lokasi sekolah ini terletak diperkampungan
kota tepatnyadi Jl. Gunung Empat Balikpapan Barat. SMP Negeri 9
Balikpapan terdiri dari 28 ruangan kelas dengan rincian sebagai berikut
10 ruangan kelas VII, .8 ruangan kelas VIII, 10 ruangan kelas IX.
Sasaran yang dijadikan objek tindakan kelas adalah kelas 8,
pembagian kelas ini didasarkan pada jumlah nilai tertinggi sampai nilai
terendah dengan kapasitas setiap kelas sebanyak 40 siswa sampai
dengan 42 siswa.
Rencana Tindakan
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahapan perencanaan ini
adalah sebagai berikut :
a. Menyiapkan rencana pengajaran dengan kompetensi dasar tentang
bunyi.
b. Membuat model pembelajaran yang berbentuk eksperimen.
c. Membuat lembar obervasi ( tes awal untuk melihat bagaimana
kondisi awal belajar mengajar dikelas ketika latihan atau metode
tersebut diaplikasikan
150(BORNEO, EDISI KHUSUS Nomor 3 , Oktober 2015)
d. Membuat kartu soal.
e. Menyiapkan LKS dan buku bahan ajar yang relevan.
Pelaksanaan tindakan
Tindakan penelitian kelas dilakukan pada beberapa siklus, pada
siklus 1 tindakan yang dilakukan yaitu :
a. Guru melakukan apersepsi dan menuliskan kompetensi dasar yang
akan dipelajari.
b. Siswa duduk berkelompok menjadi 8 kelompok tiap kelompok 6
orang siswa.
c. Guru membagi bahasan materi pada 8 kelompok dengan materi yang
akan disajikan.
d. Siswa mengerjakan kartu soal secara individu sesuai dengan bahasan
materi tiap kelompok.
e. Masing-masing siswa mempresentasikan hasil kerja per individu.
f. Guru mengobservasi kerja siswa.
g. Penilaian diambil dari hasil kerja siswa.
Hasil siklus 1 dianalisis untuk membuat refleksi pada siklus 2.
Langkah-langkah siklus 2 :
a. Guru melakukan apersepsi dan menuliskan standar kompetensi /
kompetensi dasar yang akan dipelajari.
b. Siswa duduk berkelompok menjadi 8 kelompok tiap kelompok 5
orang siswa.
c. Guru membagikan LKS pada siswa pada setiap kelompok.
d. Guru membagikan alat dan bahan yang diperlukan dalam
pembelajaran.
e. Siswa melaksanakan eksperimen dan mengisi LKS serta mengamati
hasil eksperimen.
f. Siswa mempresentasikan hasil eksperimen yang dilakukan.
g. Guru mengobservasi kerja siswa.
h. Penilaian diambil dari hasil kerja siswa.
i. Guru melakukan pembenaran hasil presentasi dan menyimpulkan
hasil presentasi.
Indikator Kerja
Yang menjadi indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini
adalah bila penerapan penggunaan laboratorium IPA secara efektif pada
kompetensi dasar bunyi mencapai penguasaan materi 75% dengan nilai
75 ke atas.
Kerangka Berpikir
Berdasarkan kurikulum pendidikan 9 tahun dan GBPP SMP IPA-
Fisika (1993:27), jumlah sub konsep dari masing-msaing tingkatan kelas
saling berkaitan dengan waktu yang tersedia, dengan demikian penulis
beranggapan bahwa prestasi belajar dapat meningkat jika laboratorium
IPA digunakan secara efektif dan waktu yang tersedia cukup.
Gambaran Umum
Sebagai rangkaian langkah-langkah awal terlebih dahulu
menentukan studi pendidikan adapun yang dihubungi, dilihat dan diteliti
yang dianggap memberikan informasi data yang diperlukan adalah SMP
Negeri 9 Balikpapan.
Karena secara kebetulan peneliti bertugas di SMP Negeri 9
Balikpapan yang menggunakan dan mengembangkan alat praktek IPA di
laboratorium IPA untuk kegiatan belajar mengajar. SMP Negeri 9
Balikpapan beralamat di Jln. Gunung Empat Balikpapan. Guru yang
mengajar di sekolah tersebut sebanyak 68 orang terdiri dari 54 guru tetap
dan guru tidak tetap sebanyak 14 orang.
Analisa data dilakukan dengan cara membedakan antara data
siklus I dalam presentase dan data siklus II dalam presentase serta data
pada siklus III Ketuntasan belajar baik secara individual maupun
klasikal. Terhadap hasil test awal pada siklus I dan tes akhir pada siklus
II serta test pada siklus III siswa setelah diberikan tindakan kelas
terdapat kenaikan prestasi hasil belajar siswa secara bertahap dan selalu
meningkat dengan baik.
Kriteria yang digunakan adalah dengan membandingkan data
yang diperoleh siswa pada test awal (siklus I) dan test akhir (siklus II)
serta test pada siklus III setelah diberikan tindakan kelas dengan metode
eksperimen secara efektif di laboratorium IPA dengan pelaksanaan
eksperimen per kelompok sebagaiman disajikan dalam Tabel 1.
o Siklus II
Jumlah Nilai
Persentase Ketuntasan Belajar = x 100%
Jumlah Siswa x Nilai Ideal
2655
Persentase Ketuntasan Belajar = x 100% = 66,38%
40 x100
Hasil setelah dilakukan tindakan dengan eksperimen adalah=66,38 %
o Siklus III
Jumlah Nilai
Persentase Ketuntasan Belajar = x 100%
Jumlah Siswa x Nilai Ideal
3305
Persentase Ketuntasan Belajar = x 100% = 82,63%
40 x100
Hasil setelah dilakukan tindakan dengan eksperimen adalah=82,63 %
KESIMPULAN
SARAN
Diharapkan seluruh guru IPA dalam proses pembelajaran
sebaiknya untuk menggunakan alat-alat laboratorium IPA secara
berkesinambungan jika sekolah-sekolah tersebut memiliki alat praktek
dan sarana-prasarana yang memadai dan jika alat-alat IPA
memungkinkan untuk dibuat, diharapkan guru lebih aktif membuat alat
peraga IPA yang sesuai dengan materi pelajaran yang di ajarkan di
dalam kelas.
Kepada Dinas pendidikan sebaiknya membuat program
pengadaan alat-alat praktek untuk sekolah-sekolah secara merata sampai
ke sekolah-sekolah di daerah terpencil sebagai upaya dan sarana
meningkatkan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar IPA dan
meningkatkan mutu pelajaran IPA dan dapat meningkatkan professional
guru IPA.
Diharapkan orang tua / wali murid agar memberikan motivasi
kepada anaknya supaya mengembangkan minat baca pada buku-buku
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Syukri
Kepala SMK Negeri 6 Balikpapan
Abstrak
Kendala
Dalam penyamaan persepsi di SMK Negeri 6 kendala yang
dihadapi cukup banyak sekali karena keberadaan guru yang bertugas di
SMK Negeri 6 berasal dari berbagai jenjang pendidikan yang beraneka
ragam sehingga perlu adanya kesamaan dan persamaan persepsi dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tupoksinya masing-masing.
Kendala tersebut diantaranya adalah guru yang mengajar bahasa Inggris
(BORNEO, EDISI KHUSUS Nomor 3 , Oktober 2015) 165
di sekolah dasar karena dengan diberlakukannya kurikulum 2013 maka
guru dari sekolah dasar tersebut harus mutasi dan pindah tugas keskolah
lain sesuai dengan jenjang dan tempat dimana sekolah memerlukan guru
mata pelajaran bahasa Inggris di sekolah tersebut.
Kendala yang lain juga mempunyai permasalahan yang sama
seperti mata pelajaran IPA/Fisika karena di sekolah Kejuruan kelompok
Bisnis maka mata pelajaran Fisika maupun IPA umum tidak ada dan
kelompok kelas tersebut tidak mendapatkan materi IPA/Fisika, sehingga
guru Fisika yang mengajar disekolah kelompok Bisnis maka jumlah jam
mengajarnya juga tidak mencukupi kewajiban jam mengajarnya yaitu
sebanyak 24 jam.
Maka dari itu guru –guru SMK, SD, SMP dan juga SMA serta
MAN maka seluruh guru se Indonesia mengalami hal yang sama
termasuk didalamnya kelompok mapel TIK . Selain dari pada itu guru
yang dating mengajar di SMK Negeri 6 mempunyai beground yang
berbeda – beda baik dari segi mapel yang diampu serta asal sekolah yang
berbeda – beda dari sinilah maka sebagai top manajemen harus
menyamakan persepsi agar dalam melaksanakan tugasnya tidak
mengalami kendala dilapangan atau di dalam kelas selama kegiatan
belajar mengajar berlangsung yang dialami oleh setiap guru yang
berbeda jenjang pendidikannya.
Selain dari pada itu setiap guru yang berbeda jenjang
pendidikannya tentunya memiliki konsep dan teknik mengajar yang
berbeda – beda dan juga siswa yang dihadapipun juga berbeda dari
jenjang sekolah dasar sampai dengan kelompok menengah yaitu SMK,
SMA dan MAN tentunya mengajar di dalam jenjang sekolah dasar
dengan jenjang sekolah menengah akan mengalami perbedaan yang
nyata baik secara mental dan kondisi siswanya jauh lebih berbeda. Kalau
pada jenjang sekolah dasar kemungkinan masih dapat diatur dengan
mudah karena mereka masih polos dan menurut kepada gurunya.
Tetapi untuk kelompok sekolah menengah suasananyapun sudah
berbeda dibandingkan dengan siswa di sekolah dasar tentunya, hal ini
kematangan siswa dalam menerima pelajaranpun pasti jauh berbeda
keberadaannya. Inilah kendala yang dihadapi di lapangan disadari
maupun tidak setiap guru yang berbeda jenjang pendidikannya pasti
mempunyai masalah yang tak sama di dalam membelajarkan siswanya
di dalam kelas. Karakteristik siswa yang berbeda akan sangat menarik
karena kemungkinan besar guru yang berbeda jejangnya dalam
166(BORNEO, EDISI KHUSUS Nomor 3 , Oktober 2015)
mengatasi masalah tentunya tidak akan sama sehingga disinilah perlu
diadakan persamaan persepsi yang sama.
KESIMPULAN
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Sarti Diana
Guru SD Negeri 009 Balikpapan Barat
Abstrak
KAJIAN TEORI
Definisi pembelajaran
Pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan orang atau mahluk
hidup belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh
kepandaian atau ilmu, berubah tingkah laku atau tanggapan yang
disebabkan oleh pengalaman. (KBBI, 1996: 14).
Pasal 1 Undang-undang No.20 tahun 2003 tentang pendidikan
nasional menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar. Jadi pembelajaran adalah proses yang disengaja yang
menyebabkan siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk
melakukan kegiatan pada situasi tertentu.
Pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu pengajaran yang
melibatkan siswa untuk bekerja dalam kelompok-kelompok untuk
(BORNEO, EDISI KHUSUS Nomor 3 , Oktober 2015) 171
menetapkan tujuan bersama. (Felder, 1994: 2). Wahyuni (2001: 8)
menyebutkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan strategi
pembelajaran dengan cara menempatkan siswa dalam kelompok-
kelompok kecil yang memiliki kemampuan berbeda.
Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu
metode pembelajaran dengan cara mengelompokkan siswa ke dalam
kelompok-kelompok kecil untuk bekerjasama dalam memecahkan
masalah. Kemampuan siswa dalam setiap kelompok adalah hiterogen.
Dalam pembelajaran kooperatif, siswa tidak hanya sebagai objek
belajar tetapi menjadi subjek belajar karena mereka dapat berkreasi
secaraa maksimal dalam proses pembelajaran. Hal ini terjadi karena
pembelajaran kooperatif merupakan metode alernatif dalam mendekati
permasalahan, mampu mengerjakan tugas besar, meningkatkan
keterampilan komunikasi dan sosial, serta perolehan kepercayaan diri.
Dalam pembelajaran ini siswa saling mendorong untuk belajar, saling
memperkuat upaya-upaya akademik dan menerapkan norma yang
menunjang pencapaian hasil belajar yang tinggi. (Nur, 1996: 4). Dalam
pembelajaran kooperatif lebih mengutamakan sikap sosial untuk
mencapai tujuan pembelajaran yaitu dengan kerjasama.
Pembelajaran kooperatif mempunyai unsur-unsur yang perlu
diperhatikan. Unsur-unsur tersebut sebagai berikut :
1. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau
berenang bersama”.
2. Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap siswa lain dalam
sekelompoknya, disamping tanggungjawab terhadap dirinya sendiri,
dalam mempelajari materi yang dihadapi.
3. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semuanya memiliki
tujuan yang sama.
4. Para siswa harus membagi tugas dan berbagai tanggung jawab sama
besarnya diantara para anggota kelompok.
5. Para siswa akan diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan
ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluuh anggota kelompok.
6. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh
keterampilan bekerja sama selama belajar.
7. Para siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secaraa
individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
HASIL PENELITIAN
KESIMPULAN
SARAN
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelum agar proses
belajar mengajar PKn lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang
optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut :
1. Untuk melaksanakan metode pembelajaran kooperatif model STAD
memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus
mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa
diterapkan dengan Metode pembelajaran kooperatif model STAD
dalam pross belajar mengajar sehingga memperoleh hasil yang
optimal.
2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya
lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran,
walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat
176(BORNEO, EDISI KHUSUS Nomor 3 , Oktober 2015)
menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan
keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi.
3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini
hanya dilakukan di kelas I E SD Negeri 009 Balikpapan Barat
tahun pelajaran 2014-2015.
4. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-
perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ramelan
Guru IPA SMK Negeri 2 Balikpapan
Abstrak
Teknologi Tepat Guna Cara mengawetkan Buah-buahan
dan berbagai jenis Sayuran. Penelitian ini bertujuan untuk
membantu masyarakat khususnya petani buah-buahan dan
pedagang buah-buahan yang memanen dan menyimpan
buahnya agar dapat bertahan sampai waktu yang
diinginkan. Manfaat dari penelitian ini adalah agar selalu
berinovatif dalam perkembangan zaman yang sangat maju
dan modern yang dapat berguna bagi masyarakat umum
dalam kehidupan kita sehari-hari. Hasil yang diperoleh
dari penelitian ini adalah buah-buahan dan berbagai
macam sayuran dapat bertahan atau mampu bertahan
paling sedikit 2 minggu sampai dengan 6 minggu setalah
buah dipetik dari pohonnya. Kesimpulan dari penelitian ini
adalah dengan menggunakan bahan yang sederhana dapat
mendapatkan hasil yang sangat memuaskan yaitu dengan
menggunakan Tawas 1 sendok makan dan Kopi 1 sendok
makan dimasukkan kedalam plasti saset ditusuk dengan
jarum jahit secara merata sehingga akan keluar gas dari
kopi dan tawas dibungkusan plastic tersebut. Maka gas kopi
dan tawas tersebut dapat mengawetkan buah-buahan dan
berbagai jenis sayuran hingga mampu bertahan sampai
dengan 6 minggu sampai dengan 8 minggu.
PENDAHULUAN
KAJIAN TEORI
METODE PENELITIAN
KESIMPULAN
SARAN
Diharapkan seluruh masyarakat dapat mencoba teknologi yang
sangat sederhana dalam kehidupan kita sehari hari. Diharapkan petani
dan pedagang buah-buahan serta sayur-sayuran dapat menggunakan
teknologi tepat guna yang sederhana ini dalam mempertahankan dan
menyimpan hasil panennya dan produksi pertanian tanaman pangan agar
tetap awet buah dan sayurannya.
DAFTAR PUSTAKA
Najemiah
Guru SD Negeri 009 Balikpapan Barat
Abstrak
Pendekatan ekspositoris, menuntut seorang guru untuk
selalu menambah wawasan, baik itu dari membaca buku-
buku pelajaran maupun dari media lain yang berkaitan
dengan materi pelajaran IPS. Dampaknya, bagi guru yang
kurang aktif, proses belajar mengajar yang dilaksanakan di
kelas sering mengalami kegagalan. Hasil belajar siswa
tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
apakah hasil belajar siswa dapat meningkat dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW
(model tim ahli) pada mata pelajaran ilmu pengetahuan
sosial (IPS) tentang ekonomi masyarakat. Penelitian ini
dilaksanakan di SD Negeri 009 Balikpapan Barat yang
dilaksanakan dengan tiga siklus. Pada perbaikan siklus I
terjadi peningkatan yang cukup baik dibandingkan dengan
hasil belajar sebelum perbaikan. Dari sebelum perbaikan
nilai rata-rata siswa hanya 57,22, pada perbaikan siklus I
nilai rata-rata siswa 62,22, sedangkan pada siklus II
mencapai 70,00 dan pada siklus III mencapai 83,33.Bahwa
pembelajaran mengalami peningkatan dari siklus I, siklus II
dan siklus III. Jumlah siswa yang tuntas sebelum perbaikan
ada 6 orang, setelah perbaikan siklus I menjadi 15 orang
siswa. Sedangkan ketuntasan siswa pada akhir siklus III
mencapai 94,44% atau sejumlah 34 orang siswa telah
mencapai ketuntasan.
KAJIAN TEORI
Kerangka Berfikir
Mata pelajaran IPS adalah mata pelajaran yang dianggap sulit
karena banyak menghafal bagi peserta didik, oleh karena itu guru
dituntut untuk lebih variatif dalam menyampaikan materi dengan
harapan peserta didik termotivasi dan lebih tertarik pada pelajaran IPS
sehingga hasil belajar siswa sesuai dengan harapan yang diinginkan.
Hasil maksimal dalam pembelajaran IPS dikelas memerlukan
dukungan dari semua komponen yang ada. Mengingat taraf pengetahuan
siswa dalam memahami materi pokok Koperasi belum maksimal maka
digulirkan metode pembelajaran JIGSAW (Model Tim Ahli).
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian pada kajian pustaka dan keranka berfikir
diatas, maka hipotesis tidakan penelitian ini adalah dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW (Model Tim
Ahli) pada Siswa Kelas IV Semester II SDNegeri 009 Balikpapan barat
Tahun Pelajaran 2014-2015.
Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 009 Balikpapan Barat
yang dilaksanakan dengan tiga siklus yaitu:Siklus I hari Jumat, tanggal
07 Februari 2014; Siklus II hari Jumat, tanggal 21 Februari 2014; dan
Siklus III hari Jumat, tanggal 07 Maret 2014. Penelitian ini berfokus
pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) tentang Ekonomi
Masyarakatdengan subjek penelitian adalah siswa kelas IV semester II
yang berjumlah 36 Orang. Jumlah siswa Putra sebanyak 19 orang siswa,
dan jumlah siswa Putri sebanyak 17 orang siswa.
Siklus l
Sesuai dengan perencanaan yang telah disusun dengan teman
sejawat maka pada hari Jumat tanggal 07 Februari 2014 perbaikan
pembelajaran dilaksanakan.Langkah-langkah pembelajaran terlaksana
sesuai dengan rencana perbaikan pembelajaran siklus I.Kegiatan
188(BORNEO, EDISI KHUSUS Nomor 3 , Oktober 2015)
pembelajaran IPS diakhiri dengan pelaksanaan tes formatif, penilaian
dan analisis nilai yang hasilnya terlampir pada laporan ini.
Siklus II
Sesuai dengan perencanaan yang telah disusun dengan teman
sejawat maka pada tanggal 21 Februari 2014 perbaikan pembelajaran
dilaksanakan. Langkah–langkah pembelajaran terlaksana sesuai dengan
rencana perbaikan pembelajaran siklus II. Kegiatan pembelajaran
diakhiri dengan pelaksanaan tes formatif, penilaian dan analisis nilai
yang hasilnya terlampir dalam laporan ini.
Siklus III
Sesuai dengan perencanaan yang telah disusun dengan teman
sejawat maka pada tanggal 07 Maret 2014 perbaikan pembelajaran
dilaksanakan. Langkah–langkah pembelajaran terlaksana sesuai dengan
rencana perbaikan pembelajaran siklus III. Kegiatan pembelajaran
diakhiri dengan pelaksanaan tes formatif, penilaian dan analisis nilai.
Siklus I
Pada perbaikan siklus I terjadi peningkatan yang cukup baik
dibandingkan dengan hasil belajar sebelum perbaikan. Dari sebelum
perbaikan nilai rata-rata siswa hanya 57,22 namun pada siklus I telah
mencapai 62,22 dengan nilai ketuntasan sebesar 16,67% pada pra siklus
menjadi 62,22% pada perbaikan siklus I. Jumlah siswa yang tuntas
sebelum perbaikan ada 6 orang, namun setelah perbaikan siklus I
menjadi 15 orang siswa. Dari hasil observasi juga diketahui bahwa
aktifitas guru dan siswa juga mengalami perubahan yang menuju pada
perbaikan.
Siklus II
Pada perbaikan siklus II dengan hasil yang diperoleh dalam
bentuk nilai formatif bahwa pembelajaran mengalami peningkatan dari
Siklus III
Pada perbaikan siklus III diperoleh hasil perbaikan dalam bentuk
nilai formatif, bahwa pembelajaran mengalami peningkatan dari siklus I,
siklus II dan siklus III. Adapun nilai rata-rata siswa pada siklus I hanya
62,22, sedangkan pada siklus II mencapai 70,00 dan pada siklus III
mencapai 83,33. Ini berarti pembelajaran siklus III mengalami
peningkatan yang sangat signifikan sebesar 7,78 poin. Sedangkan
ketuntasan siswa mencapai 94,44% atau sejumlah 34 orang siswa telah
mencapai ketuntasan.
KESIMPULAN
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Naskah belum pernah diterbitkan dalam media cetak lain, diketik spasi dua pada
kertas A4, panjang 10-20 halaman, dan diserahkan paling 1 bulan sebelum tanggal
penerbitan dalam bentuk ketikan pada MS Word dan print-outnya.
2. Artikel ditulis dalam Bahasa lndonesia/lnggris, dilengkapi Abstrak (50-70 kata).
3. Artikel(hasilpenelitian) memuat:
Judul
NamaPenulis
Identitas Penulis/Alamat email
Abstrak dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
Kata-kata kunci
Pendahuluan(memuat latar belakang masalah dan sedikit tinjauan pustaka, dan
masalah/tujuan penelitian).
Metode
Hasil
Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
Daftar Pustaka (berisipustaka yang dirujukdalamuraian saja).
4. Artikel (kajian teoretik, setara hasil penelitian) memuat
Judul
Nama Penulis
Identitas Penulis/Alamat email
Abstrak dalam Bahasa lndonesia dan Bahasa lnggris
Kata-kata kunci
Pendahuluan
Subjudul
Subjudul sesuai kebutuhan
Subjudul
Penutup (Kesimpulan dan Saran)
DaftarPustaka(berisipustaka yang dirujukdalamuraian saja).
5. Daftar Pustaka disajikan mengikuti tata cara seperti contoh berikut, disusun secara
alfabetis dan kronologis:
Gagne, ILM., 1974. Essential of Learning and Instruction. New York: Halt Rinehart and
Winston.
Popkewitz, T.S., 1994. Profesionalization in teaching and teacher education: some
notes on its history, ideology, and potentia?. Journalof Teaching and
Teacher Education, 10 (10): 1-14.
6. Sebagaiprasyaratbagipemrosesanartikel, para
penyumbangartikelwajibmenjadipelanggan, minimal selamasatutahun.