Diterbitkan oleh
Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Kalimantan Timur
Penanggung Jawab
Mohamad Hartono
Ketua Penyunting
Tendas Teddy Soesilo
Sirkulasi
Umi Nuril Huda
Sekretaris
Sunawan
Tata Usaha
Abdul Sokib Z.
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat
serta hidayah-Nya, Borneo Jurnal Ilmu Pendidikan LPMP Kalimantan Timur
dapat diterbitkan.
Borneo Edisi Khusus, Nomor 42, Februari 2020 ini merupakan edisi khusus yang
diharapkan terbit untuk memenuhi harapan para penulis.
Tujuan utama diterbitkannya jurnal Borneo ini adalah memberi wadah kepada
pendidik dan tenaga kependidikan di Provinsi Kalimantan Timur dan seluruh
Indonesia untuk mempublikasikan hasil pemikirannya di bidang pendidikan, baik
berupa telaah teoritik, maupun hasil kajian empirik lewat penelitian. Publikasi
atas karya mereka diharapkan memberi efek berantai kepada para pembaca
untuk melahirkan gagasan-gagasan inovatif untuk memperbaiki mutu pendidikan
melalui pembelajaran dan pemikiran. Perbaikan mutu pendidikan ini merupakan
titik perhatian utama tujuan LPMP Kalimantan Timur sebagai lembaga
penjaminan mutu pendidikan.
Jurnal Borneo edisi khusus Nomor 42, Februari 2020 ini memuat tulisan Kepala
Sekolah, Guru dan Pengawas yang berasal dari Dinas Pendidikan dan kebudayaan
Kota Samarinda, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Penajam
Paser Utara, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kutai Kartanegara,
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Timur. Jurnal ini
diterbitkan sebagai apresiasi atas semangat untuk memajukan dunia pendidikan
melalui tulisan yang dilakukan oleh para pendidik dan tenaga kependidikan di
Provinsi kalimantan Timur khususnya dan Indonesia pada umumnya. Untuk itu,
terima kasih kami sampaikan kepada para penulis artikel sebagai kontributor
sehingga jurnal Borneo edisi khusus ini dapat terbit.
Ucapan terima kasih dan selamat kami sampaikan kepada pengelola jurnal
Borneo yang telah berupaya keras untuk menerbitkan Borneo edisi ini. Apa
yang telah mereka sumbangkan untuk menerbitkan jurnal Borneo mudah-
mudahan dicatat sebagai amal baik oleh Allah SWT.
Kami berharap, semoga kehadiran jurnal Borneo ini memberikan nilai tambah,
khususnya bagi LPMP Kalimantan Timur sendiri, maupun bagi upaya perbaikan
mutu pendidikan pada umumnya.
Redaksi
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI iv
Irwansyah Syahrani
Masniar
Subali
Mardiana N.
Erna Susilawati
Suciati
Prisidiawati Misriyanti
8 Peningkatan Prestasi Belajar IPS melalui Media CD Pembelajaran 103
Interaktif Siswa Kelas III SDN 008 Sepaku Tahun Pelajaran 2015/2016
Suyono
Nurjanah
Titi Wagiyanti
11 Peningkatan Aktivitas, Motivasi, dan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V 153
melalui Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Model NHT di SDN 007
Samarinda Ilir
Chelda Yuliana
12 Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Kelas VI pada Mata Pelajaran 165
PKn dengan menggunakan Pendekatan Expleriential Learning melalui
Strategi Role Playing di SDN 008 Balikpapan Barat
Ratnawati
Lilies Setiawati
Sunarti
Satuna
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN
ADMINISTRASI TRANSAKSI MELALUI METODE DEMONSTRASI
SISWA KELAS XI BISNIS DARING DAN PEMASARAN 1 SMK
NEGERI 1 SAMARINDA TAHUN 2018/2019
Irwansyah Syahrani
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Bidang pendidikan merupakan salah satu bidang kehidupan yang sangat
penting. Pendidikan memiliki peranan yang strategis dalam meningkatkan
martabat seseorang, disamping bidang kesehatan. Kualitas standar kehidupan
seseorang bisa dikatakan layak jika pendidikan dan kesehatannya terpenuhi.
Memiliki pendidikan yang tinggi merupakan salah satu jaminan seseorang bisa
bekerja. Memiliki kesehatan prima bisa juga menjadikan seseorang itu bekerja
maksimal.
Dalam proses pendidikan guru memiliki peranan utama. Hal ini merupakan
persepsi masyarakat secara umum bahwa tugas untuk memberikan pengajaran dan
pendidikan ada di tangan guru. Guru dipandang sebagai manusia yang serba tahu
KAJIAN PUSTAKA
Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses, cara menjadikan orang atau makhluk hidup
belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu,
berusaha tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman
(Makalah Kongres Budaya dan Bahasa Indonesia, 1996:14). Sependapat dengan
Rancangan Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas (Classroom
Action Research), bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah melalui
penerapan langsung di kelas. Pada penelitian tindakan kelas bukan lagi mengetes
sebuah perlakuan tetapi sudah mempunyai keyakinan akan baiknya sesuatu
perlakuan.
Siklus II
1. Perencanaan:
a. Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang sesuai dengan
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar untuk mata pelajaran Administrasi
Transaksi kelas XI Bisnis Daring dan Pemasaran 2, dan mengembangkan
skenario pembelajaran.
b) Menentukan pokok bahasan yang akan diajarkan pada setiap tindakan.
c) Mempersiapkan media pembelajaran yang diperlukan (LCD Proyektor ).
d) Mempersiapkan alat pembelajaran yang diperlukan (Cash Register).
e) Menyiapkan lembar soal post test.
f) Menyiapkan Lembar Kerja Siswa.
g) Menyiapkan lembar observasi yang digunakan observer.
Subjek Penelitian
Adapun subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas XI Bisnis Daring dan
Pemasaran 2 Tahun Pelajaran 2018/2019 SMK Negeri 1 Samarinda sebanyak 34
siswa.
Metode Pengumpulan Data
Sumber data berasal dari subjek penelitian dan non subjek penelitian, yaitu
dari hasil nilai ulangan harian siswa dan hasil pengamatan guru sejawat. Metode
pengumpulan data berupa tes ulangan harian dan lembar observasi untuk
mengetahui data-data terkait penelitian.
Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat pengumpul data seperti, tes, kuesioner, observasi,
skala sikap, sosiometri, wawancara dan lain-lain. Instrumen atau alat ukur dalam
penelitian ini adalah berupa tes. Tes adalah alat ukur yang diberikan kepada
individu untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang diharapkan baik secara
tertulis atau lisan atau secara perbuatan (Sudjana dan Ibrahim, 1996:100).
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Silabus, yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan
pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian hasil belajar.
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), yaitu merupakan perangkat
pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan
disusun untuk tiap putaran. Masing-masing RPP berisi kompetensi dasar,
indikator pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan
belajar mengajar.
3. Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar, meliputi:
a. Lembar observasi pengelolaan model pembelajaran tuntas, untuk mengamati
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.
b. Lembar observasi aktivitas siswa dan guru, untuk mengamati aktivitas siswa
dan guru selama proses pembelajaran.
c. Tes formatif (Ulangan Harian). Tes ini disusun berdasarkan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai, digunakan untuk mengukur kemampuan
administrasi transaksi. Tes formatif ini diberikan setiap akhir putaran.
Bentuk soal yang diberikan adalah pilihan ganda (objektif) berjumlah 40
soal.
HASIL PENELITIAN
Data penelitian yang diperoleh berupa hasil uji coba item butir soal, data
observasi berupa pengamatan pengelolaan pembelajaran metode demonstrasi dan
pengamatan aktivitas siswa dan guru pada akhir pembelajaran, dan data tes
formatif siswa pada setiap siklus. Data lembar observasi diambil dari dua
pengamatan yaitu data pengamatan pengelolaan pembelajaran metode demonstrasi
yang digunakan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran
metode demonstrasi dalam meningkatkan hasil belajar siswa dan data pengamatan
aktivitas siswa dan guru. Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan hasil
belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran metode demonstrasi.
Siklus I
Tahap Perencanaan.
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri
dari rencana pelajaran 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang
mendukung.
Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan.
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada
tanggal 21 Januari 2019 di di ruang kelas XI Bisnis Daring dan Pemasaran 2
dengan jumlah siswa 34 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru.
Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah
PEMBAHASAN
Ketuntasan Hasil belajar Siswa
Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif
model demonstrasi memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar
siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman dan penguasaan
siswa terhadap materi yang telah disampaikan guru selama ini (ketuntasan belajar
meningkat dari siklus I, II). Pada siklus I pembelajaran model demonstrasi
diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 73,53 dan ketuntasan belajar
mencapai 74% atau ada 25 siswa dari 34 siswa sudah tuntas belajar. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum
tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 75 hanya sebesar 74% lebih
kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 75%. Pada siklus
II pembelajaran model demonstrasi diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa
adalah 81,73 dan ketuntasan belajar mencapai 91% atau ada 31 siswa dari 34
siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus kedua
secara klasikal siswa sudah tuntas belajar , karena siswa yang memperoleh nilai ≥
75 sebesar 91% lebih besar dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu
sebesar 75%.
Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Pada siklus I kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran demonstrasi
masih kategori cukup. Guru sudah cukup baik dalam memotivasi siswa dan dalam
menyampaikan tujuan pembelajaran namun guru kurang baik dalam pengelolaan
waktu, dimana guru terlalu lama mendemonstasikan sedang siswa justru kurang
melakukan demonstrasi, dan guru kurang baik dalam melakukan penutupan
pelajaran.
KESIMPULAN
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama dua siklus,
dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat
disimpulkan sebagai berikut: 1) Pembelajaran model demonstrasi memiliki
dampak positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa yang ditandai dengan
peningkatan rata-rata hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa dalam setiap
siklus, yaitu siklus I rata-rata hasil belajar 73,53 dengan ketuntasan belajar 74%,
dan siklus II rata-rata hasil belajar 81,73 dengan ketuntasan belajar 91%;
2) Penerapan pembelajaran model demonstrasi mempunyai pengaruh positif, yaitu
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam belajar Administrasi Transaksi,
hal ini ditunjukan dengan antusias siswa yang menyatakan bahwa siswa tertarik
dan berminat dengan pembelajaran model demontrasi sehingga mereka menjadi
termotivasi untuk belajar; dan 3) Pembelajaran model demonstrasi dapat
membantu dengan cepat untuk menganalisis materi yang telah disampaikan oleh
guru.
SARAN
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses
belajar mengajar Administrasi Transaksi lebih efektif dan lebih memberikan hasil
yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut: 1) Untuk
melaksanakan pembelajaran model demonstrasi memerlukan persiapan yang
cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang
benar-benar bisa diterapkan dengan pembelajaran model demonstrasi dalam
proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal; 2) Dalam rangka
meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa
dengan berbagai metode pengajaran yang sesuai, walau dalam taraf yang
sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru,
memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu
memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya; 3) Perlu adanya penelitian yang
lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di SMK Negeri 1
Samarinda Tahun Pelajaran 2018/2019; dan 4) Untuk penelitian yang serupa
hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik.
Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algesindo.
Sudijono, Anas. 1988. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
_______. 1989. Penilaian Program Pendidikan. Proyek Pengembangan LPTK
Depdikbud. Dirjen Dikti.
_______.2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
_______. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineksa Cipta.
_______.2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka
Cipta.
Hamalik, Oemar. 1992. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
_______. 1999. Kurikuum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Rustiyah, N.K. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina
Aksara.
Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka
Cipta.
Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
J.J Hasibuan dan Mujiono. 1993. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Masniar
Pengawas SMP Dinas Pendidikan Kota Samarinda
ABSTRAK
KAJIAN PUSTAKA
Kompetensi Kepala Sekolah
Kompetensi adalah pengetahuan,keterampilan,kemampuan atau kecakapan
yang dimiliki seseorang yang menjadi bagian dari keberadaan yang diperlihatkan
seseorang ketika melakukan sesuatu. Memahami visi dan misi serta memiliki
integritas yang baik saja belum cukup. Agar berhasil, kepala sekolah harus
memiliki kompetensi yang disyaratkan untuk dapat mengemban tanggung
jawabnya dengan baik dan benar. Sedangkan kepala sekolah adalah seorang
pemimpim yang mempunyai bawahan yang dipilih dengan cara tertentu yang
mempunyai tanggung jawab dalam mewujudkan visi dan misi yang telah
ditentukan yang dibantu oleh staf. Staf merupakan sekelompok sumber daya
manusia yang bertugas membantu kepala sekolah dalam mencapai tujuan sekolah
yang terdiri dari guru, laboran, pustakawan, dan kelompok sumber daya manusia
yang bertugas sebagai tenaga adminstrasi (Kurniasih,2014).
Untuk penugasan kepala sekolah di satuan pendidikan harus sesuai standar
dan kompetensi kepala sekolah, karena kepala sekolah memegang peranan
penting dalam meningkatkan mutu pendidikan. Dalam upaya peningkatan mutu
pendidikan di sekolah baik prestasi akademik dan non akdemik dibutuhkan
kompetensi kepala sekolah yang berkulitas. Dengan kompetensi tersebut
keberhasilan tujuan pendidikan akan terwujud.
Keberhasilan kepala sekolah dalam memimpin sekolah ditentukan oleh
kompetensi yang dimiliki. Agar kepala sekolah dapat melaksanakan tugas dengan
profesional maka kepala sekolah harus memenuhi kompetensi yang
dipersyaratkan. Kepala sekolah profesional adalah kepala sekolah yang menguasai
kompetensi kepribadian dan sosial, manajerial, kewirausahaan, supervisi
pembelajaran. (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 tahun 2007).
Keberhasilan pendidikan di satuan pendidikan tergantung kemampuan kepala
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan pada semester II tahun
pelajaran 2017/2018, yaitu mulai bulan Februari sampai dengan Mei 2018.
Tempat penelitian tindakan sekolah adalah SMP Negeri 5 Samarinda dan SMPN 6
Samarinda.
Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah kepala SMPN 5 Samarinda dan SMPN 6
Samarinda. Kepala SMPN 5 Samarinda dan Kepala SMPN 6 Samarinda menjadi
subyek penelitian karena kedua sekolah tersebut merupakan sekolah binaan
peneliti.
Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan dua siklus, tiap siklus melalui
tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Masing-masing siklus
dilaksanakan tiga kali pertemuan.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik penelitian tindakan sekolah dilakukan dengan melaksanakan
evaluasi kondisi awal dengan menilai program supervisi dan pelaksanaan
supervisi akademik yang ada di dua sekolah tersebut. Nilai kondisi awal diketahui
dilanjutkan dengan diskusi pemecahan masalah. Salah satu cara untuk
memecahkan masalah kepala sekolah sebagai supervisor adalah dengan
pelaksanaan tindakan sekolah yaitu dengan pendampingan dan pembimbingan/
pembinaan.
Data diperoleh dengan melaksanakan penilaian penyusunan program
supervisi dan pelaksanaan supervisi akademik di sekolah, sebelum dilaksanakan
tindakan dan setelah tindakan,penilaian menggunakan instrumen penilaian kepala
HASIL PENELITIAN
Deskripsi Kondisi Awal
Hasil penilaian kinerja kepala sekolah di SMPN 5 Samarinda dan SMPN 6
Samarinda menunjukan kemampuan kepala sekolah sebagai supervisor masih
rendah. Hal ini ditunjukan dengan nilai hasil penilaian kepala sekolah dalam
kompetensi supervisi dengan rata-rata nilai 66.12 Rendahnya nilai kompetensi
kepala sekolah dalam supervisi disebabkan kedua kepala sekolah tersebut baru
diangkat disekolah tersebut,sehingga dalam melaksanakan supervisi kepala
sekolah belum menyusun program supervisi , belum menganalisis hasil observasi
dan tindak lanjutnya. Data hasil nilai kompetensi kepala sekolah sebagai
supervisor kondisi awal dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Kondisi Awal Nilai Kompetensi Kepala Sekolah
sebagai Supervisor pada Supervisi Akademik.
No Asal Sekolah Nilai Pra Siklus
1 SMPN 5 Samarinda 66,67
2 SMPN 6 Samarinda 65.56
Rata-rata 66.12
Siklus 1
Perencanaan
Kegiatan perencanaan diawali dengan menentukan sekolah sasaran
penelitian tindakan sekolah yaitu kepala SMPN 5 Samarinda dan kepala SMPN 6
Samarinda. Menentukan Indikator keberhasilan PTS dengan metode
pendampingan kompetensi kepala sekolah sebagai supervisor meningkat menjadi
PEMBAHASAN
Hasil analisis menunjukkan bahwa peningkatan kompetensi kepala sekolah
sebagai supervisor dalam melaksanakan supervisi akademik,terjadi karena adanya
pendampingan.Target dari penelitian tindakan sekolah ini adalah kompetensi
kepala sekolah sebagai supervisor adalah baik.Hasil penilaian kedua sekolah pada
siklus 1 dengan nilai rata-rata 73.89 dengan predikat cukup. Untuk itu target
penelitian tindakan sekolah belum terpenuhi. Target tidak terpenuhi disebabkan
beberapa aspek antara lain, Kepala sekolah belum menyelesaikan program
supervisi, melaksanakan supervisi administrasi dan penilaian Rpp,menganalisis
hasil supervisi dan menindaklanjuti hasil supervisi.Hasil penelitian tindakan
sekolah siklus pertama menunjukan adanya peningkatan kompetensi kepala
sekolah sebagai supervisor. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan dan
penilaian kompetensi kepala sekolah sebagai supervisor siklus pertama melalui
pendampingan dengan rata-rata nilai 73.89 , meningkat dari kondisi awal 66.12.
Pelaksanaan penelitian tindakan sekolah siklus 2 menggunakan metode
yang sama yaitu pendampingan peningkatan kompetensi kepala sekolah sebagai
supervisor dalam melaksanakan supervisi akademik, dan bimbingan. Pada siklus
2 ini terjadi peningkatan nilai dari siklus 1, yaitu kepala SMPN 5 Samarinda
memperoleh nilai pada siklus 1 adalah 74.44 pada siklus 2 adalah 91.11 dan
kepala SMPN 6 Samarinda memperoleh nilai pada siklus 1 adalah 73.33 pada
siklus 2 adalah 88.89.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan seperti yang telah diuraikan
pada bab sebelumnya,maka dapat diambil simpulan sebagai berikut:berdasarkan
analisis data hasil penelitian tindakan sekolah diperoleh fakta bahwa ada
hubungan antara pendampingan dengan peningkatan kompetensi kepala sekolah
sebagai supervisor dalam melaksanakan supervisi akademik, yaitu melalui
pendampingan dapat meningkatkan kompetensi kepala sekolah sebagai
supervisor.
SARAN
Kompetensi kepala sekolah sebagai supervisor perlu ditingkatkan, untuk itu
peneliti menyampaikan saran sebagai berikut: 1) Kepala sekolah melaksanakan
supervisi akademik dan supervisi manajerial secara rutin; 2) Kepala sekolah
memanfaatkan hasil supervisi untuk peningkatan kinerja guru dan tenaga
kependidikan dan untuk pengembangan sekolah; 3) Guru dan tenaga kependidikan
selalu mendukung kegiatan supervisi kepala sekolah; dan 4) Pengawas sekolah
selalu memantau dan membina pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Subali
Guru SMK Negeri 19 Samarinda
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Melalui proses pembelajaran, diharapkan siswa dapat memperoleh berbagai
pengetahuan, keterampilan, dan penguasaan nilai-nilai (sikap) sebagai bentuk dari
hasil belajar. Sehingga siswa yang berhasil dalam proses pembelajaran adalah
siswa yang menguasai berbagai pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang direncanakan.
KAJIAN PUSTAKA
Model Pembelajaran Problem Posing
Problem Posing merupakan istilah bahasa Inggris yang menurut John M.
Echol dan Hassan Shadily (2006) problem berarti masalah atau soal dan posing
berasal dari “to pose” yang berarti mengajukan. Sehingga Problem
Posing merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan pengajuan
soal, dimana siswa diminta untuk mengajukan masalah (soal) berdasarkan situasi
tertentu.
Problem Posing dapat membantu siswa dalam mencari topik baru dan
menyediakan pemahaman yang lebih mendalam. Selain itu juga, problem posing
dapat mendorong terciptanya ide-ide baru yang berasal dari setiap topik yang
diberikan (Brown dan Walter, 1990).
Model Pembelajaran Problem Posing merupakan metode pembelajaran
dengan tujuan mengaktifkan siswa agar berpikir kritis dengan cara memancing
siswa untuk menemukan masalah berdasarkan topik yang diberikan sehingga
menantang dan memotivasi siswa untuk menyelesaikannya. Sebagai strategi
pembelajaran, Model Pembelajaran Problem Posing melibatkan tiga keterampilan
dasar yaitu, menyimak (listening), berdialog (dialogue), dan tindakan (action).
Ada tiga situasi pelaksanaan Model Pembelajaran Problem Posing dalam
pembelajaran Biologi antara lain:
METODE PENELITIAN
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X Agrobisnis SMK Negeri
19 Samarinda yang berjumlah 26 orang terdiri atas laki-laki dan perempuan.
Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan mulai bulan Agustus 2019 sampai
dengan Oktober 2019 di SMK Negeri 19 Samarinda dengan alamat Jalan
Telagasari RT.46 Blok F Kel.Rawamakmur Kec.Palaran Kota Samarinda.
Prosedur penelitian ini menggunakan siklus penelitian tindakan kelas yang
dilaksanakan sebanyak dua siklus dan setiap siklus terdiri atas tiga kali pertemuan.
Setiap siklus meliputi empat tahap kegiatan yaitu: a) perencanaan, b) pelaksanaan
tindakan, c) observasi, dan d) refleksi. Rincian masing-masing tahap setiap siklus
tersebut sebagai berikut:
Perenca
Pengam
Perenca
Pengam
Gambar 1. Bagan Alur Penelitian Tindakan Kelas
3.191
3.001
0.19
SIKLUS 1 SIKLUS2
2.5
1.5
0.5
0
Siklus I Siklus II
Berdasarkan table dan gambar di atas, terlihat bahwa aktivitas siswa dalam
pembelajaran pada siklus I dan siklus II rata-rata baik. Terjadi peningkatan rata-
rata nilai sebesar 0,33 pada siklus II.
Deskripsi Hasil Belajar Siswa
Untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I dan II, maka
dideskripsikan peningkatan tersebut seperti pada table dan gambar berikut ini.
Tabel 4. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Siklus I dan II
Peningkatan Ketuntasan Hasil
Hasil Belajar Siswa Per Siklus
Belajar Siswa Per Siklus
Pra Siklus Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II
Rata-rata
64,29 71,53 76,73 7,3 5,19
Nilai
Jumlah
Siswa 6 15 22 9 7
Tuntas
Persentas 23,07 % 57,69 % 84,61 % 34,61 % 26,92 %
Pada tabel dan gambar di atas, terlihat bahwa persentase ketuntasan hasil
belajar siswa mengalami peningkatan dari 23,07 % pada pra siklus menjadi 57,69
% pada siklus I dan 84,61 % pada siklus II. Sehingga peningkatan hasil belajar
siswa sebesar 34,61 % pada siklus I dan 26,92 % pada siklus II. Berdasarkan
table dan gambar yang telah diuraikan di atas menunjukkan bahwa implementasi
Model Pembelajaran Problem Posing memiliki dampak positif dalam
meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin meningkatnya
pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru.
Terjadinya peningkatan hasil belajar siswa karena Model Pembelajaran
Problem Posing mendorong siswa untuk terlibat langsung dan aktif dalam
pembelajaran sehingga siswa mampu menerima pelajaran dengan baik. Siswa
tidak hanya sekedar mendengarkan dan mencatat kemudian mengingat materi
pelajaran, akan tetapi siswa juga dapat berfikir, berkomunikasi, mencari dan
mengolah informasi yang diperolehnya. Paparan tersebut memperlihatkan adanya
keterkaitan yang erat antara kemampuan guru mengelola pembelajaran dengan
hasil belajar siswa.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:
Melalui penerapan Model Pembelajaran Problem Posing dapat meningkatkan
kemampuan guru serta meningkatkan aktifitas dan hasil belajar pada siswa
kelas X Agrobisnis SMK Negeri 19 Samarinda.
DAFTAR PUSTAKA
Mardiana N.
SD Negeri 006 Loa Janan, Kutai Kartanegara
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Dalam mencapai tujuan pendidikan yang lebih baik ini, pemerintah pada
tahun 2013 mengeluarkan kebijakan tentang Kurikulum 2013. Kebijakan ini
antara lain memberi ruang gerak yang luas kepada lembaga pendidikan khususnya
jenjang sekolah dasar (SD) dalam mengelola sumber daya yang ada, dengan cara
KAJIAN PUSTAKA
Keterampilan Berbahasa di Sekolah Dasar
Keterampilan berbahasa menurut Tarigan (2008:83) mencakup empat segi
yakni: 1) keterampilan menyimak/ mendengarkan (listening skills);
2) keterampilan berbicara (speaking skills); 3) keterampilan membaca (reading
skills); dan 4) keterampilan menulis (writing skills). Setiap keterampilan memiliki
keterkaitan antara satu dengan yang lainnya. Dalam memperoleh keterampilan
berbahasa, kita harus melalui suatu hubungan yang teratur. Mula-mula pada masa
kecil kita belajar menyimak bahasa kemudian berbicara, setelah itu kita belajar
membaca dan menulis.
Pembelajaran bahasa Indonesia di SD secara umum dikembangkan menjadi
keterampilan berbahasa yang meliputi mendengarkan, berbicara, membaca, dan
menulis (Depdiknas, 2003). Keempat aspek keterampilan berbahasa tersebut di
SD memiliki standar kompetensi, masing-masing standar kompetensi tersebut
ialah: 1) keterampilan mendengarkan; 2) keterampilan berbicara; 3) keterampilan
menulis; dan 4) keterampilan membaca.
Pengertian Membaca
Depdiknas (2003:76) menyebutkan bahwa keterampilan membaca yakni
mampu membaca lancar beragam teks, dan mampu menjelaskan isinya, membaca
huruf, suku kata, kata, kalimat, paragraf, berbagai teks bacaan, denah, petunjuk,
tata tertib, pengumuman, kamus, ensiklopedi, serta mengapresiasi dan berekspresi
sastra melalui kegiatan membaca hasil sastra berupa dongeng, cerita anak-anak,
cerita binatang, puisi anak, syair lagu, pantun, dan drama anak. Novi, dkk
(2006:68) menyatakan bahwa definisi membaca adalah mencakup: 1) membaca
merupakan suatu proses; 2) membaca adalah strategis; dan 3) membaca
merupakan interaktif.
Dari beberapa pengertian di atas, membaca merupakan aktivitas visual yang
dilakukan untuk menerjemahkan kata-kata dalam tulisan menjadi suatu bentuk
penarikan kesimpulan terhadap teks yang disajikan.
Pelaksanaan Pembelajaran Membaca
Menurut Nurhadi (2010:81) proses pelaksanaan membaca meliputi tiga
tahap, yakni tahap prabaca, tahap baca, dan tahap pasca baca. Berikut akan
dijelaskan berbagai kegiatan yang dilakukan dalap ketiga tahapan tersebut:
1. Tahap prabaca (apa yang diketahui) mengemukakan bahwa kegiatan prabaca
merupakan kegiatan pengajaran yang dilaksanakan sebelum siswa melakukan
kegiatan membaca.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian
Penelitian ini merupakan pengembangan metode dan strategi pembelajaran.
Metode dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (Class
Action Research) yaitu suatu penelitian yang dikembangkan bersama sama untuk
peneliti dan guru observer tentang variabel yang dimanipulasikan dan dapat
digunakan untuk melakukan perbaikan. Menurut Aqib (2006:34) mengemukan
pandangan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan
oleh guru untuk memahami dan memperbaiki pekerjaan. Penelitian tindakan
kelas mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Pemecahan masalah. Permasalahan yang akan diteliti adalah masalah yang
timbul di kelas saat terjadinya pembelajaran.
2. Konstekstual, Masalah yang diteliti harus benar-benar ada dan sedang dihadapi
di kelas.
3. Kolaboratif. Penelitian tindakan kelas dilakukan oleh guru sebagai peneliti
bekerjasama dengan siswa, teman sejawat.
4. Mengenali lapangan. Peneliti harus mengenali kelasnya dengan baik.
5. Reflektif. Peneliti harus dapat menerima kritik dari teman sejawatnya, dapat
mengevaluasi dirinya, kemudian bersama-sama memperbaiki tindakan
berikutnya.
Prosedur Penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas ini Secara rinci prosedur penelitian
tindakan dijabarkan sebagai berikut:
Perencanaan
Dalam penelitian ini perencanaan yang dilakukan adalah Identifikasi
masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah. Membuat Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Menyusun lembar kerja siswa Mengembangkan
format evaluasi. Mengembangkan format observasi pembelajaran.
Tindakan Kegiatan
Tindakan kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan
skenario pembelajaran yang telah direncanakan. Pelaku tindakan adalah penulis
selaku guru dan yang bertindak sebagai observer adalah teman sejawat sesama
HASIL PENELITIAN
Deskripsi Data Prasiklus
Sebelum melakukan penelitian tindakan kelas, peneliti melakukan tindakan
pra siklus terlebih dahulu. Hasil tes prasiklus ini berfungsi untuk mengetahui hasil
belajar siswa sebelum penelitian. Hasil belajar prasiklus tersebut juga digunakan
untuk menentukan peningkatan pada siklus I dan siklus II dan siklus III.
Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan selama proses pelaksanaan
pembelajaran prasiklus tidak menunjukkan hasil yang berarti, baik pada keaktifan
siswa selama belajar maupun pada pencapaian hasil belajar keterampilan
membaca. Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran
menunjukkan sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran meskipun sudah
dijelaskan, tetapi masih ada siswa yang belum mengerti atau paham. Hal ini
mengakibatkan siswa belum sepenuhnya dapat membuat ringkasan berdasarkan
bacaan, sehingga nilai yang diperoleh siswa pada prasiklus belum menunjukkan
perubahan yang cukup berarti.
Keterampilan membaca pada prasiklus nilai rata-rata kelas mencapai
65,18%, ada 16 siswa yang memperoleh nilai dibawah standar kelulusan, dan
siswa yang tuntas yaitu 12 siswa.
Hasil Tindakan Siklus I
Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, peneliti (pengajar) dan observer
mengamati jalannya proses belajar mengajar. Selama pembelajaran berlangsung,
melakukan pengamatan baik peneliti maupun pengamat mengisi dan membuat
catatan tentang kekurangan dalam pembelajaran yang dilaksanakan. Hasil
pengamatan dan catatan lapangan selanjutnya akan dijadikan bahan Refleksi,
seperti kelemahan-kelemahan yang dicatat menjadi prioritas bagi tindakan
berikutnya.
Secara keseluruhan dapat terlihat siswa berusaha menerima dan memberi
informasi dengan baik, meskipun masih ada siswa yang pasif dan malu-malu
dalam kegiatan ini. Setelah waktu yang diberikan telah habis, maka dilanjutkan
dengan kegiatan tanya jawab. Pada siklus I ini, peneliti memanggil beberapa siswa
maju ke depan kelas untuk memberikan pertanyaan dari bacaan mereka masing-
masing.
Dari kegiatan tanya jawab ini dapat dilihat hampir setiap siswa dapat
menjawab, hal ini menunjukkan bahwa siswa tersebut dapat menerima materi
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilaksanakan di kelas II/b di SD Negeri 006 Loa Janan yang
berjumlah 28 siswa pada pembelajaran Tema 6 tentang merawat hewan dan
tumbuhan, guru yang bertindak sebagai peneliti melakukan tindakan prasiklus
sebagai bahan pembanding, setelah dilakukan model pembelajaran kooperatif
directed reading thinking activity pada hasil belajar siklus I siklus II dan siklus III
terjadi peningkatan hasil belajar sesuai yang diharapkan. Adapun hasil penelitian
dapat dijabarkan sebagai berikut.
Pembahasan Prasiklus
Sebelum melakukan penelitian tindakan kelas, peneliti melakukan
tindakan prasiklus terlebih dahulu. Seluruh siswa mengikuti tes prasiklus yang
berjumlah 28 siswa. Hasil belajar prasiklus sebelum menerapkan model
pembelajaran kooperatif directed reading thinking activity, nilai tersebut juga
digunakan untuk membandingkan dan menentukan peningkatan pada siklus I,
siklus II, dan siklus III.
Berdasarkan hasil observasi dan pengamatan sebelum penelitian ini
dilaksanakan proses pembelajaran menunjukkan bahwa metode pembelajaran
yang konvensional yang umum dilakukan adalah dalam bentuk ceramah yakni
guru sebagai media penyampai informasi sedangkan siswa mempunyai peran
sebagai pendengar. Sistem pengajaran yang bersifat monoton dan kurang
melibatkan siswa berdampak pada keterampilan membaca belum mencapai
ketuntasan belajar sesuai dengan KKM yang sudah ditentukan.
Nilai akhir prasiklus diperoleh rata rata kelas 65,18 dengan jumlah siswa
yang tuntas hanya 12 siswa, dengan persentase hanya sebesar 42,86%, hasil
belajar ini termasuk dalam katagori penilaian dengan kriteria kurang.
KESIMPULAN
Proses pembelajaran pra siklus masih menggunakan metode pembelajaran
yang konvensional yang umum dilakukan, yakni guru sebagai media penyampai
informasi (pembicara). Hasil observasi menunjukkan bahwa pembelajaran
menggunakan model pembelajaran kooperatif directed reading thinking activity
secara keseluruhan siswa mengalami kemajuan dan lebih termotivasi dalam
selama pelaksanaan pembelajaran.
Hasil belajar siswa dari nilai pra siklus nilai rata-rata sebesar 65,18 dengan
persentase ketuntasan sebesar 42,86%, dengan penerapan model pembelajaran
kooperatif directed reading thinking activity pelaksanaan siklus I nilai rata-rata
menjadi 70,71 dengan persentase ketuntasan 67,86%. Hasil belajar siklus 2 terjadi
peningkatan dengan rata-rata nilai siswa sebesar 76,43. dengan persentase
85,71%. Hasil belajar siklus 3 rata-rata nilai siswa sebesar 85,54. dengan
persentase 100%.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif directed reading thinking activity dapat meningkatkan
meningkatkan keterampilan membaca siswa yang ditunjukan dengan rata-rata
kelas dan ketuntasan yang selalu meningkat di setiap siklus. Selama pembelajaran
berlangsung siswa tertarik mengikuti pembelajaran sehingga mereka menjadi
termotivasi untuk belajar.
SARAN
Saran yang dapat penulis berikan berdasarkan hasil penelitian adalah
sebagai berikut:
1. Diharapkan bagi guru dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif
directed reading thinking activity secara tepat dan melibatkan siswa dalam
proses belajar mengajar, khususnya dalam pembelajaran Tema 6 tentang
merawat hewan dan tumbuhan.
2. Pembelajaran dengan memvariasikan model pembelajaran kooperatif directed
reading thinking activity dapat dijadikan sebagai alternatif pembelajaran bagi
guru dalam rangka menambah variasi hasil ini dapat memotivasi siswa untuk
mempersiapkan diri dalam belajar sehingga dapat meningkatkan hasil belajar
siswa.
3. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui keefektifan
pembelajaran dengan memvariasikan model pembelajaran kooperatif directed
reading thinking sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa,
dengan cara memodifikasi desain atau rancangan penelitian (misalnya
eksperimen) sehingga diperoleh perubahan-perubahan yang lebih signifikan.
Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas untuk: Guru. Bandung: Yrama
Widya
Budiningsih, Asri. 2008. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Burn, P. C., Roe, B. D & Ross, E. P. 2006. Teaching Reading in Today’s
Elementary Schools. Boston: Houghton Mifflin Company.
Depdiknas. 2003. Peningkatan Kualitas Pembelajaran. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Kunandar. 2010. Guru Profesional. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Novi, R, dkk. 2006. Membaca dan Menulis di SD: Teori dan Pengajarannya.
Bandung: UPI Press.
Nurhadi. 2010. Membaca Cepat dan Efektif. Bandung: Sinar Baru.
Rahim, Farida. 2011. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi
Aksara.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.
Erna Susilawati
TK Negeri 1 Sangasanga, Kutai Kartanegara
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan tidak hanya dituntut kepada
siswa saja untuk selalu belajar lebih giat dan tekun terutama di saat ini yang
merupakan jaman globalisasi di mana perkembangannya sangat cepat yang
dibarengi dengan jaman teknologi canggih yang setiap saat selalu mengalami
perubahan. Guru sebagai pendidik merupakan faktor yang sangat penting dalam
KAJIAN PUSTAKA
Hakikat Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan
yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan
pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan
kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses
untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses
pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di
manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan
pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda.
1. Rencana (Plan): adalah rencana tindakan apa yang akan dilakukan untuk
memperbaiki, meningkatkan atau perubahan perilaku dan sikap sebagai solusi.
2. Tindakan (Action): adalah apa yang dilakukan oleh peneliti / kepala sekolah
sebagai upaya perbaikan,peningkatan atau perubahan yang diinginkan.
3. Observasi (Observation): adalah mengamati atas hasil atau dampak dari
tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa.
4. Refleksi (reflection): adalah peneliti mengkaji, melihat, dan mempertim-
bangkan atas hasil atau dampak dari tindakan dari pelbagai keriteria.
5. Revisi (recived plan): adalah berdasarkan dari hasil refleksi ini,peneliti
melakukan revisi terhadap rencana awal.
Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
Sumber data dalam penelitian ini berasal dari dua sumber yaitu: guru untuk
memperoleh data tentang peningkatan kemampuan guru dalam proses belajar
mengajar di sekolah. dan kepala sekolah untuk memperoleh data tentang
penerapan supervisi klinis. Dalam pengumpulan data teknik yang digunakan
adalah menggunakan observasi dan angket.
HASIL PENELITIAN
Paparan Data dan Temuan Penelitian
Penelitian ini menggunakan model pembinaan melalui supervisi Klinis.
Tujuan yang diharapkan dalam pembinaan kepala sekolah melalui supervisi Klinis
ini adalah peningkatan kemampuan guru dalam proses belajar mengajar.
Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan
Pelaksanaan tindakan dalam penelitian dilakukan 3 siklus yang terdiri dari
enam kali pertemuan. Waktu yang digunakan setiap kali pertemuan adalah 2 x 60
menit. Siklus pertama dilaksanakan pada tanggal 11 s.d 23 Februari 2019 dan
siklus kedua pada tanggal 23 Februari s.d. 9 Maret 2019 dan siklus ke tiga pada
tanggal 11 Maret s.d. 23 Maret 2019. Penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan
pada saat kegiatan belajar mengajar di sekolah. Berikut hasil pembinaan kepala
sekolah melalui supervisi Klinis. per siklus sebagai berikut.
Hasil Tindakan Siklus 1
Pembinaan yang dilakukan kepala sekolah melalui supervisi klinis diperoleh
data rata-rata peningkatan kemampuan guru sebesar 76,88 masih terdapat 3 orang
guru belum tuntas. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara
klasikal mampu meningkat mutu dalam proses belajar mengajar, karena yang
memperoleh nilai ≥ 75 sebanyak 6 orang guru atau sebesar 66,67 % lebih kecil
dari persentase ketuntasan yang ditetapkan yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan
karena banyak guru yang belum memahami dan merasa baru dengan supervisi
klinis sehingga mereka belum dapat memahaminya dengan baik. Hasil
pengamatan sebagai berikut:
1. Kepala sekolah masih kurang teliti dalam melakukan pembinaan di sekolah
2. Kepala sekolah masih kurang baik dalam pemanfaat waktu
3. Kepala sekolah Sekolah masih kurang konsentrasi dalam melakukan
pembinaan, karena ada tugas lain yang harus dikerjakan.
Revisi Rancangan Tindakan
Pelaksanaan kegiatan pembinaan pada siklus I ini masih terdapat
kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya.
1. Kepala sekolah perlu lebih terampil dalam memotivasi guru dan lebih jelas
dalam menyampaikan tujuan pembinaan. Di mana guru diajak untuk terlibat
langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan.
100
90.63
77.78
80.63
76.8866.67
100.00
80.00
60.00
40.00
20.00 Persentase Ketuntasan
0.00 Rata-rata Kelas
Siklus Siklus Siklus
1 2 3
PEMBAHASAN
Ketuntasan Hasil Pembinaan Kepada Guru
Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa pembinaan melalui
supervisi klinis memiliki dampak positif dalam meningkatkan kemampuan guru
dalam proses pembelajaran, hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya
pemahaman guru dan terhadap pembinaan yang disampaikan kepala sekolah
(kemampuan guru dalam proses pembelajaran meningkat dari siklus I, II, dan III )
yaitu masing-masing pada siklus 1 secara klasikal mendapat penilaian 76,88
dengan ketuntasan 66,67% pada siklus 2 secara klasikal dengan memperoleh
penilaian 80,63 dengan persentase ketuntasan sebesar 77,78% dan pada siklus 3
mengalami peningkatan, secara klasikal dengan memperoleh penilaian 90,63
dengan persentase ketuntasan sebesar 100%.
Kemampuan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kemampuan Guru
dalam Proses Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas guru dalam meningkatkan
kemampuan guru dalam proses pembelajaran pada setiap siklus mengalami
peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap capaian kemampuan guru, yaitu
dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata guru pada setiap siklus
yang terus mengalami peningkatan.
Aktivitas Kepala Sekolah dalam Pembinaan melalui Supervisi Klinis
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas guru, yang paling dominan
dalam kegiatan supervisi klinis adalah bekerja dengan menggunakan alat/media,
mendengarkan/memperhatikan penjelasan kepala sekolah, dan diskusi antar guru
dan kepala sekolah. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas guru dapat dikategorikan
aktif.
Sedangkan untuk aktivitas kepala sekolah selama pembinaan telah
melaksanakan langkah-langkah metode pembinaan melalui supervisi klinis
dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas
membuat dan merencanakan program sekolah, melaksanakan, memberi umpan
balik/ evaluasi/ tanya jawab di mana prosentase untuk aktivitas di atas cukup
besar.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, peningkatan kemampuan guru dalam
proses pembelajaran, melalui pembinaan supervisi klinis hasilnya sangat baik.
Dari analisis data di atas bahwa pembinaan guru oleh kepala sekolah melalui
supervisi klinis efektif diterapkan dalam upaya meningkatkan capaian
kemampuan guru, yang berarti proses pembinaan kepala sekolah lebih berhasil
dan dapat meningkatkan kemampuan guru dalam proses pembelajaran, khususnya
TK Negeri 1 Kecamatan Sangasanga, oleh karena itu diharapkan kepada para
KESIMPULAN
1. Pembinaan kepala sekolah dalam upaya meningkatkan kemampuan guru dalam
proses pembelajaran melalui supervisi klinis menunjukan peningkatan pada
tiap-tiap putaran (Siklus).
2. Aktivitas dalam kegiatan pembinaan menunjukan bahwa guru dapat
meningkatkan kemampuan guru dalam proses pembelajaran, dengan baik
dalam setiap aspek.
3. Peningkatan kemampuan guru dalam proses pembelajaran oleh kepala sekolah
melalui supervisi klinis ini menunjukan peningkatan pada tiap-tiap putarannya.
4. Aktivitas guru menunjukan bahwa kegiatan pembinaan melalui supervisi klinis
bermanfaat dan dapat membantu meningkatkan kemampuan guru dalam proses
pembelajaran, untuk lebih muda memahami konsep peran dan fungsi guru
sehingga kinerja guru dapat meningkat, dengan demikian capaian kemampuan
guru dapat ditingkatkan.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa dengan
Penerapan Supervisi Klinis efektif meningkatkan Kemampuan Guru dalam Proses
Pembelajaran di TK Negeri 1 Sangasanga Tahun 2019.
SARAN
1. Penelitian perlu dilanjutkan dengan serangkaian penelitian yang
mengembangkan alat ukur keberhasilan yang lebih reliabel agar dapat
menggambarkan peningkatan capaian kemampuan guru dengan baik sehingga
mutu pendidikan dapat ditingkatkan.
2. Pembinaan kepala sekolah melalui supervisi klinis kepala sekolah dalam upaya
meningkatkan capaian kemampuan guru diperlukan perhatian penuh dan
disiplin yang tinggi pada setiap langkah pembinaan, dan perencanaan yang
matang misalnya dalam pengalokasian waktu dan pemilihan konsep yang
sesuai.
3. Kepada guru diharapkan selalu mengikuti perkembangan jaman, terutama
dengan membaca hasil karya para ahli sehingga tidak ketinggalan dengan
daerah lain, dalam meningkatkan mutu pendidikan,sebagai tanggung jawab
bersama memajukan pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Suciati
SD Negeri 016 Sangasanga, Kutai Kartanegara
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Pembelajaran merupakan perpaduan antara kegiatan pengajaran yang
dilakukan guru dan kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa. Dalam kegiatan
pembelajaran tersebut, terjadi interaksi antara siswa dengan siswa, interaksi antara
guru dan siswa, maupun interaksi antara siswa dengan sumber belajar. Diharapkan
dengan adanya interaksi tersebut, siswa dapat membangun pengetahuan secara
METODE PENELITIAN
Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah seluruh siswa V SD Negeri 016 Sangasanga Tahun
2019. Objek penelitian ini adalah hasil belajar IPA tema Udara Bersih Bagi
Kesehatan siswa V SD Negeri 016 Sangasanga tahun 2019 melalui model
pembelajaran Problem Based Instruction (PBI).
Lokasi dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini di kelas V SD Negeri 016 Sangasanga pemilihan
tempat ini didasari oleh rendahnya motivasi dan hasil belajar IPA tema Udara
Bersih Bagi Kesehatan siswa V SD Negeri 016 Sangasanga, pertimbangan lainya
karena peneliti mengajar di sekolah tersebut sedangkan waktu pelaksanaan
penelitian di mulai bulan September 2019.
Rancangan Tindakan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan
kelas dengan model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI). Secara garis
besar, model penelitian ini menggambarkan empat tahapan dalam PTK (Penelitian
Tindakan Kelas) yaitu perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan
(action), observasi (observation), dan refleksi (reflecting) (Arikunto, dkk.
2008:16).
Indikator Keberhasilan
Kriteria yang menjadi tolak ukur dalam menyatakan pembelajaran yang
berlangsung selama penelitian dapat dikatakan berhasil meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar siswa adalah: 1) Adanya peningkatan nilai hasil belajar siswa
secara individual dalam kemampuan menguasai materi pembelajaran melalui
kemampuan mejawab soal yang diberikan dengan pencapaian KKM 70, dan
keberhasilan tercapai dengan hasil rata-rata kelas dengan standar 85% berhasil;
dan 2) Aktivitas belajar siswa tercapai dengan menunjukkan hasil baik.
Kemampuan guru dalam menerapkan proses belajar menggunkan model
pembelajaran PBI menunjukkan hasil baik.
Untuk kriteria keberhasilan peningkatan hasil belajar menggunakan kriteria
penilaian standar yang diungkapkan Harun Rasyid dan Mansyur, (2007: 21),
sebagai berikut.
Tabel 1. Kriteria Ketercapaian
Rentang Skor Nilai Kriteria
85%-100% A Sangat Baik
70%-84% B Baik
55%-69% C Cukup
45%-54% D Kurang
0%-44% E Gagal
Harun Rasyid dan Mansyur, (2007: 21).
100
100.00
82.50 83.33
90.00 75.83
80.00 69.17 66.67
70.00 61.67
60.00 50.00
Pra
50.00
Siklus
40.00
30.00 Siklus 1
20.00
3 4 5 6
10.00
0.00
Rata-rata Siswa Tuntas Tingkat
Ketuntasan
Gambar 1. Grafik Rekapitulasi Hasil Belajar pra siklus, Siklus 1, Siklus 2 dan
Siklus 3
PEMBAHASAN
Pembahasan Siklus Pertama
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus 1 mengacu alur kegiatan penelitian
tindakan kelas, yaitu melalui 4 tahapan yaitu: perencanaan, pelaksanaan tindakan,
pengamatan (observasi) dan tahap refleksi. Kegiatan perencanaan diawali dialog
dengan teman sejawat untuk penentuan materi yang akan dijadikan objek
penelitian. Tindakan selanjutnya yang dilakukan peneliti adalah membuat LKS
sesuai materi, membuat lembar observasi aktivitas siswa dan guru, lembar
penilaian hasil belajar.
Pelaksanaan kegiatan siklus 1 pada bulan September minggu kedua tahun
2019. Materi yang diajarkan pada pertemuan ini adalah tema udara bersih bagi
kesehatan. Kegiatan pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran problem based inteructions (PBI) dengan tahapan: Fase 1: Orientasi
(Pembukaan), Fase 2: Mengorganisasikan Siswa Untuk Belajar, Fase 3:
Membimbing penyelidikan, Fase 4: Mengembangkan dan Menyajikan Hasil
Karya, dan Fase 5: Mengevaluasi Proses Pemecahan Masalah. Pertemuan ini
diakhiri dengan guru membantu siswa menyimpulkan materi dan refleksi.
Tahap Observasi, dilaksanakan seelama kegiatan berlangsung, setelah
pelaksanaan, guru peneliti bersama teman sejawat mengkomunikasikan semua
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian terhadap aktivitas siswa, serta hasil belajar
tema Udara Bersih bagi Kesehatan melalui model pembelajaran problem based
inteructions (PBI) pada siswa kelas V SD Negeri 016 Sangasanga Kabupaten
Kutai Kartanegara diperoleh data sebagai berikut:
Hasil penelitian tindakan kelas dengan menggunakan 3 siklus ternyata
hipotesis yang dirumuskan telah terbukti kebenarannya. Artinya bahwa dengan
menerapkan model pembelajaran problem based instruction (PBI) dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA tema Udara Bersih Bagi Kesehatan
di kelas V SD Negeri 016 Sangasanga Kabupaten Kutai Kartanegara
Hal ini ditunjukkan pada setiap siklus aktivitas belajar siswa selalu
mengalami perbaikan, aktivitas siswa pada siklus 1 mendapat penilaian 69,58
masih terdapat 3 orang siswa yang memerlukan bimbingan, pada siklus 2
mengalami perbaikan dengan mendapat penilaian 80,14 semua siswa mendapat
penilaian baik dan pada siklus 3 mengalami perbaikan pesat dengan mendapat
penilaian 86,39. Dengan demikian, aktivitas siswa telah mencapai indikator
keberhasilan.
Dengan semakin membaiknya aktivitas siswa berdampak pada peningkatan
hasil belajar siswa pra siklus masih rendah dengan rata-rata kelas 61,67 tingkat
ketuntasan 50,00% setelah dilaksanakan siklus 1 rata-rata kelas mengalami
peningkatan menjadi 69,17 dengan tingkat ketuntasan 66,67% pada siklus 2 rata-
rata kelas mengalami peningkatan menjadi 75,83 dengan tingkat ketuntasan
83,33% dan pada siklus 3 rata-rata kelas mengalami peningkatan menjadi 82,50
dengan tingkat ketuntasan 100%. Dengan demikian, hasil belajar siswa sudah
SARAN
1. Bagi siswa dengan penerapan model pembelajaran problem based instruction
(PBI) dapat digunakan dapat meningkatkan kemampuan siswa berpikir kritis,
aktif dalam pembelajaran, serta meningkatkan daya ingat siswa karena siswa
dalam pembelajaran tidak hanya secara hafalan tetapi dengan penyelidikan.
2. Guru dapat menerapkan model pembelajaran problem based instruction (PBI)
sebagai salah satu alternatif pembelajaran untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran di kelas yang sama tetapi berbeda pelajaran maupun sebaliknya.
Guru hendaknya mengkondisikan siswa dengan baik sehingga pada saat
membimbing pembentukan kelompok dan membimbing penyelidikan dapat
berjalan dengan lancar, guru mempersiapkan perangkat serta memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan berpikir kritis dengan
pembelajaran berbasis penemuan dan penyelidikan, bukan hanya hafalan.
3. Hendaknya sekolah melengkapi sarana dan prasarana untuk menunjang proses
pembelajaran agar kegiatan belajar mengajar lebih optimal dan berjalan dengan
lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Prisidiawati Misriyanti
SD Negeri 016 Sangasanga, Kutai Kartanegara
ABSTRAK
KAJIAN PUSTAKA
Konsep Dasar Pemahaman
Pengertian Konsep menurut Flavell yang dikutip (Mulyati, 2008:54),
menyebutkan bahwa konsep memiliki tujuh dimensi yang berbeda-beda, yakni
atribut, struktur, keabstrakan, keinklusifan, generalisasi atau keumuman,
ketepatan dan kekuatan.Dahar menyimpulkan bahwa konsep adalah suatu
Jari yang tertutup bernilai puluhan dijumlahkan, jari yang terbuka bernilai
satuan dikalikan.
Sehingga 6 X 9 = (10 + 40) + ( 4 x 1)
= 50 + 4
= 54
Nilai lebih dari Mathematical of Fingering System adalah: 1) alat tersedia
dan tidak perlu beli; 2) alat tidak akan pernah tertinggal atau disita pada waktu
ujian; dan 3) tidak memberatkan memori otak.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model penelitian
tindakan kelas yaitu suatu penelitian yang dikembangkan bersama sama untuk
peneliti dan decision maker tentang variabel yang dimanipulasikan dan dapat
digunakan untuk melakukan perbaikan. Alat pengumpul data yang dipakai dalam
Prosedur Penelitian
Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan ini peneliti lakukan sebelum pelaksanaan tindakan
dilakukan tujuan dari studi pendahuluan ini adalah untuk mencari permasalahan
yang terjadi dikelas yang mencakup hasil belajar siswa, aktivitas guru dan siswa,
dan strategi pembelajaran.
Perencanaan Tindakan
Dalam Perencanaan Tindakan yang akan dilakukan dalam perbaikan
pembelajaran peneliti menetapkan dan menyusun rancangan perbaikan terhadap
pembelajaran IPS dengan menggunakan metode Model pembelajaran
Mathematical of Fingering System yang akan dilaksanakan dalam tiga siklus.
Rencana tindakan yang disusun mencakup hal-hal sebagai berikut: 1) Membuat
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang dilaksanakan sebanyak 3 siklus;
2) Membuat lembar observasi untuk murid dan guru setiap siklusnya;
3) Menyusun LKS; 4) Menyiapkan sumber belajar, 5) Mempersiapkan media
pembelajaran; dan 6) Membuat lembar penilaian.
Pelaksanaan Tindakan
Dalam pelaksanaan tindakan untuk perbaikan pembelajaran mengacu pada
skenario pembelajaran yang dilaksanakan dan melakukan penilaian dengan
menggunakan lembar penilaian pada saat yang bersamaan kegiatan ini juga
PEMBAHASAN
Pembahasan Hasil Pra Siklus
Untuk mengetahui keadaan real hasil belajar siswa maka sebelum
pelaksanaan penelitian, peneliti terlebih dahulu mengadakan ulangan harian guna
memperoleh data awal, data ini diperlukan untuk mengetahui sejauh mana
pemahaman anak tentang konsep perkalian dasar. Dari ulangan harian ini
menunjukkan hasil belajar konsep perkalian dasar pada tema bermain di
lingkunganku siswa kelas 2 SD Negeri 016 Sangasanga, masih sangat rendah dan
belum mencapai dari kompetensi dasar yang di tentukan dengan memperoleh nilai
rata-rata kelas sebesar 60,00 dan ketuntasan belajar 44,44%. Keadaan hasil belajar
inilah yang mendasari dilaksanakannya penelitian ini.
Pembahasan Hasil Siklus 1
Selama kegiatan belajar berlangsung aktivitas siswa dan guru sebagai
peneliti diamati oleh teman sejawat sebagai observer dalam penelitian ini. Secara
keseluruhan aktivitas belajar siswa masih rendah dan memerlukan bimbingan.
Pada aspek perhatian dari kedua pertemuan mendapat penilaian 69,56, artinya
perhatian siswa belum fokus pada pembelajaran yang disampaikan guru, hanya
sebagian siswa yang mencatat penjelasan guru, bahkan terdapat siswa yang masih
bermain dengan rekannya selama guru menjelaskan sehingga tidak dapat
merespon umpan balik yang dilakukan guru.
Pada aspek non verbal dari kedua pertemuan hanya mendapat penilaian
69,72 artinya pada aspek ini juga masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari siswa
yang menghindar kontak mata saat diajukan pertanyaan, bahasa tubuh yang
kurang simpatik, ekspresi wajah terkesan kurang bersemangat, dan saat
mengutarakan pendapat dengan suara yang kurang jelas.
Pada aspek partisipasi mendapatkan penilaian 68,61 pada aspek ini aktivitas
siswa juga masih rendah hasil observasi menunjukkan hanya beberapa orang
siswa yang berani menyampaikan ide, menyampaikan perasaan, menyampaikan
pikiran, dan menjawab pertanyaan.
KESIMPULAN
Hasil penelitian ini difokuskan pada peningkatan keterampilan membaca
pemahaman dikelas VI/c SD Negeri 016 Sangasanga, selama pelaksanaan
penelitian didapat beberapa temuan yaitu:
1. Sebelum dilaksanakan tindakan siklus 1 terlebih dahulu peneliti
mengumpulkan data keterampilan membaca pemahaman, berdasarkan data
yang didapat pada kondisi awal hasil belajar siswa masih rendah dengan rata-
rata kelas sebesar 66,50 sementara siswa yang sudah berhasil mencapai KKM
70 sebanyak 12 orang siswa dengan tingkat keberhasilan 54,55%.
2. Keterampilan membaca pemahaman mengalami peningkatan dengan rata-rata
kelas sebesar 68,91 sementara siswa yang sudah berhasil mencapai KKM 70
sebanyak 14 orang siswa dengan tingkat keberhasilan 63,64%.
3. Pembelajaran siklus 2 berjalan dengan lancar, siswa dengan tekun mengikuti
pembelajaran keterampilan membaca pemahaman mengalami peningkatan
dengan rata-rata kelas sebesar 73,45 sementara siswa yang tuntas sebanyak 18
orang siswa dengan tingkat keberhasilan 81,82%.
4. Siklus 3 Pengelolaan kelas yang dilakukan guru dinilai sangat baik.
keterampilan membaca pemahaman mengalami peningkatan dari siklus
sebelumnya dengan rata-rata kelas sebesar 82,73 dan tingkat keberhasilan
mencapai 100%, artinya seluruh siswa sudah mampu mancapai mencapai
KKM untuk pelajaran Bahasa Indonesia 70.
Berdasarkan temuan di atas dapat ditarik kesimpulan banwa dengan
Pendekatan Whole Language dapat meningkatkan Keterampilan Membaca
pemahaman siswa kelas VI/c di SD Negeri 004 Loa Janan.
DAFTAR PUSTAKA
Suyono
Guru IPS di SD Negeri 008 Sepaku
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Melihat pentingnya pembelajaran IPS, kemampuan dan keterampilan guru
dalam memilih dan menggunakan berbagai model, metode, dan strategi
pembelajaran harus ditingkatkan. Baik model maupun metode pembelajaran yang
digunakan harus sesuai dengan materi yang sedang diajarkan, karena tidak semua
metode ataupun model pembelajaran dapat digunakan untuk semua materi.
Pemilihan model pembelajaran akan mendukung proses dan hasil pembelajaran
yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan dengan maksimal apabila
guru menerapkan suatu metode atau model pembelajaran yang tepat (Kosasih
(1994) dalam Solihatin dan Raharjo (2012: 15).
Pada kenyataan yang selama ini masih terjadi, proses pembelajaran di SD
kurang berjalan maksimal. Pembelajaran didominasi oleh guru dan kurang
menarik perhatian siswa. Metode yang digunakan misalnya ceramah, tanya jawab,
dan penugasan sebagai metode pelengkap. Ada kalanya untuk meningkatkan hasil
KAJIAN PUSTAKA
Pengertian Belajar
Ada beberapa pengertian belajar menurut beberapa ahli. Menurut Gagne
(1979) dalam Susanto (2012: 1) “belajar didefinisikan sebagai proses dimana
suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman” sedangkan
menurut Slameto (2010: 2) “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya”.
Mengacu beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan proses perubahan perilaku individu melalui pengalaman, latihan, dan
interaksi dengan lingkungannya. Jadi, dalam pembelajaran, siswa dikatakan telah
melakukan kegiatan belajar apabila terjadi suatu perubahan dalam dirinya ke arah
yang positif.
Pengertian Pembelajaran
Menurut Briggs (1991) dalam Rifa’i dan Anni (2011: 191), “pembelajaran
adalah seperangkat peristiwa (events) yang memengaruhi siswa sedemikian rupa
sehingga siswa itu memperoleh kemudahan dalam berinteraksi berikutnya dengan
lingkungan”. Selanjutnya, menurut Hamdani (2011: 198), pembelajaran adalah
proses komunikasi dua arah antara guru dan siswa, yaitu mengajar dilakukan oleh
guru sebagai pendidik dan belajar dilakukan oleh siswa.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara dari masalah penetilian
sampai dapat dibuktikan melalui data-data yang terkumpul dalam penelitian.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah: “Jika pembelajaran IPS siswa kelas III SDN
008 Sepaku Tahun Pelajaran 2015/2016 menggunakan Media CD Pembelajaran
Interaktif maka hasil akan meningkat”.
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunkan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
atau Classroom Action Research (CAR). Penelitian tindakan merupakan suatu
proses yang memberikan kepercayaan kepada pengembang kekuatan berfikir
reflektif, diskusi, penentuan keputusan dan tindakan orang-orang biasa yang
berpartisipasi dalam penelitian untuk mengatasi kesulitan kesulitan yang mereka
hadapi dalam kegiatannya.
Rancangan Siklus I
Siklus I direncanakan akan berlangsung selama 2 (dua) kali pertemuan
dengan alokasi waktu 2x40 menit untuk masing-masing pertemuan. Hal ini di
dasarkan pada kompetensi dasar dan indikator pemebelajaran yang hendak dicapai
oleh siswa yang tertuang dalam Rencana Pelaksanaaan Pembelajaran.
Perencanaan
Pada tahap ini, peneliti bersama observer melakukan identifikasi
kelemahan-kelemahan siswa menegenai materi lingkungan alam dan buatan. Hal
ini dilaksanakan guna mewujudkan kualitas pendidikan yang baik.
Tindakan
Dalam tahap pelaksanaan tindakan, kegiatan yang dilakukan peneliti adalah:
1) Pada awal pembelajaran guru memberikan motivasi dan apersepsi; 2) Guru
melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat;
3) Guru mengenalkan materi pelajaran IPS menggunakan strategi pembelajaran
sesuai rancangan yang telah ditentukan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP). Dan diakhir pelaksanaan pembelajaran pada tiap siklus; 4) Guru
memberikan tes secara tertulis untuk mengevalusi hasil belajar siswa selama
proses pembelajaran berlangsung; 5) Guru mempersiapkan peralatan berupa CD
dan perlengkapannya; 6) Guru memutar CD yang berisi tentang Lingkungan alam
buatan; 7) Siswa memperhatikan VCD yang diputar; 8) Setelah selesai pemutaran
VCD, guru mengulas materi berdasarkan media yang dipakai; dan 9) Guru
memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya terhadap hal-hal yang belum
jelas, tentang materi lingkungan alam dan buatan.
PEMBAHASAN
Pada kondisi awal pelaksanaan pembelajaran IPS materi lingkungan alami
dan buatan di kelas III SDN 008 Sepaku ditemukan bahwa kemampuan
mengemukakan pendapat siswa masih rendah. Peneliti berupaya memperbaiki
kondisi tersebut dengan menerapkan Media CD pembelajaran Interaktif dimana
KESIMPULAN
1. Peningkatan prestasi belajar IPS materi lingkungan alam dan buatan melalui
Media CD Interaktif siswa kelas III SDN 008 Sepaku Tahun 2015/2016, dalam
pembelajaran IPS. Dilakukan dengan melalui bimbingan dari guru, dan siswa
berusaha mendesain sendiri dalam praktik kerja kelompok, setiap kelompok
mempresentasikan di depan kelas, dan kelompok lain memperhatikan serta
menanggapi hasil kerja kelompok yang presetasi. Setelah itu, secara bergantian
kelompok kerja yang lain mempresentasikan hasil kerja praktiknya masing-
masing. Di akhir pembelajaran, guru memberikan soal tes untuk mengetahui
tingkat pengusasaan materi dan ketuntasan prestasi belajaran siswa.
2. Dengan menggunakan alat Media CD Pembelajaran Interaktif Prestasi belajar
IPS Materi Lingkungan Alam Dan Buatan pada Siswa Kelas III di SDN 008
Sepaku tahun 2015/2016 meningkat di setiap siklus. Pada siklus I, siswa yang
memperoleh nilai ≥ 75 sebanyak 15 siswa atau 71,42 % sedangkan siklus II
sebanyak 20 siswa atau 95,23 %. Ini menunjukan peningkatan ketuntasan
belajar sebesar 23,81 %. Nilai rata-rata kelas pada siklus I sebesar 74,90 dan
pada siklus II sebesar 81,52 atau meningkat 6,62 poin. Jadi kesimpulannya,
media CD pembelajaran interaktif mebantu siswa dalam memahami materi
pembelajaran dan memotivasi siswa untuk berperan aktif dalam proses
pembelajaran.
SARAN
1. Menggunakan Media CD Pembelajaran Interaktif dalam pembelajaran mata
pelajaran IPS pada materi materi yang cocok, karena hal ini dapat menarik
minat, respon dan semangat peserta didik untuk belajar yang berakibat prestasi
belajar peserta didik meningkat.
2. Guru dapat mengembangkan Media CD pembelajaran Interaktif untuk materi
yang lain sebagai variasi penggunaan media dalam pengajaran;
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Arini Esti, dkk. 2009. Kajian Ilmu Pengetahuan Sosial. Salatiga: Widya Sari.
Depdiknas, 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 SD/MI.
Jakarta: PKG.
Etnin Solihatin dan Raharjo. 2007. Cooperative Learning Analisis Model
Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara.
Gunawan, Rudy. 2013. Pendidikan IPS Filosofi Konsep dan Aplikasi. Bandung:
Alfabeta.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.
Hanafiah dan Cucu Suhana. 2011. Konsep Strategi Pembelajaran. Yogyakarta:
Refika Aditama.
Huda, Miftahul. 2014. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Khoir, Mazidatul. 2012. Paradigma Pendidikan IPS di Indonesia.
https://mazidatulkhoir.wordpress.com/category/sosial
Rifa’i, Achmad dan Catharina Tri Anni. 2011. Psikologi Pendidikan. Semarang:
UNNES Press.
Sanjaya, Wina. 2012. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Media Group.
Sardjiyo, Didih Sugandi, dan Ischak. 2009. Pendidikan IPS SD. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Slameto. 2010. Belajar & Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Yogyakarta:
Rineka Cipta.
Soewarso. 2013. Pendidikan IPS. Salatiga: Widya Sari.
Suharno. 2015.Peningkatan Prestasi Belajar IPS Materi Lingkungan Alam dan
Buatan melalui Media CD Pembelajaran Interaktif Siswa Kelas III MI
Miftahuth Tholibin Waru Kabupaten Demak Tahun Pelajaran 2014/2015.
Susanto, Ahmad. 2012. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Susanto, Ahmad. 2012. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Nurjanah
ABSTRAK
KAJIAN PUSTAKA
Pengertian Bahasa
Pada manusia bahasa ditandai oleh adanya daya cipta yang tidak pernah
habis dan adanya sebuah aturan. Daya cipta yang tidak pernah habis ialah suatu
kemampuan individu untuk menciptakan sejumlah kalimat bermakna yang tidak
pernah berhenti dengan menggunakan seperangkat kata dan aturan yang terbatas,
yang menjadikan bahasa sebagai upaya yang sangat kreatif. Dengan demikian
bahasa dapat diartikan sebagai suatu sistem simbol yang digunakan untuk
berkomunikasi dengan orang lain.
Di samping itu bahasa dapat dimaknai sebagai suatu sistem tanda, baik lisan
maupun tulisan. Bahasa merupakan sistem komunikasi antar manusia. Bahasa
mencakup komunikasi nonverbal dan komunikasi verbal. Bahasa dapat dipelajari
secara teratur tergantung pada kematangan serta kesempatan belajar yang dimiliki
seseorang.
Bahasa mempunyai beberapa pengertian. Menurut Oxford Advanced
Learner Dictionary bahasa adalah suatu sistim dari suara, kata, pola yang
digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi melalui pikiran dan perasaan.
Sedangkan menurut pandangan Hurlock (1978: 176) bahasa adalah sarana
komunikasi dengan menyimbolkan pikiran dan perasaan untuk menyampaikan
makna kepada orang lain. Syamsu Yusuf (2007: 118) mengatakan bahwa bahasa
adalah sarana berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini tercakup
semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam
bentuk lambang atau simbol untuk mengungkapkan suatu pengertian.
Dari beberapa definisi bahasa yang dikemukakan di atas dapat di simpulkan
bahwa bahasa adalah suatu alat komunikasi yang digunakan melalui suatu sistem
suara, kata, pola yang digunakan manusia untuk menyampaikan pertukaran
pikiran dan perasaan. Bahasa dapat mencakup segala bentuk komunikasi, baik
yang diutarakan dalam bentuk lisan, tulisan, bahasa isyarat, bahasa gerak tubuh,
dan ekspresi wajah.
Karakteristik Bahasa Anak Usia Dini
Berdasarkan pada permendiknas No. 58 tahun 2009 tentang standar tingkat
pencapaian perkembangan disusun berdasarkan kelompok usia. Tingkat
METODE PENELITIAN
Prosedur Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK),
dilaksanakan dalam bentuk proses pengkajian berdaur 2 tahap, yaitu: Tahap
Perencanaan, Tahap Tindakan, Observasi serta Refleksi. Model PTK menurut
Kemmis dan Taggart (1998) terdiri dari 4 komponen antara lain: perencanaan,
tindakan, observasi dan refleksi. Adapun tahap penelitian model Kemmis dan
Taggart dapat dilihat pada gambar bagan di bawah ini:
Model PTK yang peneliti gunakan pada penelitian ini adalah model spiral
dari Kemmis dan Taggart (1988), dalam buku metode Penelitian Tindakan Kelas
(Rochiati Wiriaatmadja, 2008: 66) yaitu sebagai berikut: Semua kegiatan dari
PEMBAHASAN
Meningkatkan kemampuan bahasa melalui metode bercerita dengan media
audio visual di kelompok B2 TK Islam Tunas Kartini. Berdasarkan nilai
perkembangan anak didik semester awal dan sebelum diberikan tindakan,
diketahui kemampuan bahasa anak sangat rendah, tingkat perkembangan hanya
mencapai sekitar 21% saja yang mempunyai kemampuan bahasa cukup baik,
melihat kondisi yang demikian maka peneliti memberi pembelajaran dengan
metode bercerita dengan bantuan media audio visual, maka terjadi peningkatan
secara bertahap dari siklus pertama terjadi peningkatan sekitar 65%, yaitu sekitar
13 anak, kemudian dilakukan penelitian ulang pada siklus kedua terjadi
peningkatan sekitar 90%, yaitu sekitar 18 anak dari 20 orang anak.
Sebagaimana kita ketahui bahwa keterampilan bahasa meliputi 4 area
utama, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Berikut ini
persentase peningkatan perkembangan aspek bahasa yang dilakukan pada siklus
pertama dan kedua, dan uraian bagaimana menciptakan lingkungan yang dapat
memperkaya terhadap keterampilan bahasa tersebut:
Mendengarkan
Berdasarkan data diatas pada siklus pertama, dapat diketahui bahwa anak
didik yang mengerti beberapa perintah secara sederhana ada 45%, mengulang
kalimat yang lebih kompleks ada 50%, dapat menyebutkan beberapa kata sifat ada
65%, sedangkan pada siklus kedua mengalami peningkatan sebagai berikut: dapat
mengerti beberapa perintah secara sederhana 90%, dapat mengulang kalimat yang
lebih kompleks 80%, dapat menyebutkan beberapa kata sifat 90%.
Mampu mendengarkan dengan benar dan tepat merupakan bagian yang
penting dalam belajar dan berkomunikasi. Hal ini sangat penting dalam tahap-
tahap pertama dari belajar membaca. Untuk meningkatkan kemampuan
mendengarkan pada anak, maka yang dapat dilakukan oleh orangtua dan pendidik
adalah menjadi model yang baik bagi anak, berkomunikasi yang jelas kepada
anak, dan memberikan penguasaan pengetahuan dan aktivitas yang berkenaan
dengan kegiatan mendengarkan itu sendiri. Aktivitas yang mendukung yang dapat
dilakukan adalah: (a) bermain dengan mendengarkan musik, (b) menceritakan
tentang cerita/dongeng, (c) memperdengarkan berbagai suara (sound effects), (d)
memperdengarkan cerita dengan musik, dan (e) mempertanyakan apa yang di
dengarkan.
Berbicara
Pada siklus pertama dapat menjawab pertanyaan yang lebih kompleks ada
65%, dapat menceritakan sebab akibat 65%, dapat menyebutkan sebanyak-
banyaknya nama benda ada 65%, sedangkan pada siklus kedua mengalami
peningkatan sebagai berikut: dapat menjawab pertanyaan yang lebih kompleks
85%, dapat menceritakan kejadian sebab akibat 90%, dapat menyebutkan
KESIMPULAN
1. Perkembangan aspek menerima bahasa sebelum diberi tindakan hanya 21%,
dengan di adakannya pembelajaran dengan metode bercerita dengan bantuan
media audio visual maka perkembangan bahasa kelompok B2 TK Islam Tunas
Kartini mengalami peningkatan, dimana peningkatan tersebut terjadi secara
bertahap pada siklus pertama terjadi peningkatan sekitar 57,33%, selanjutnya
pada siklus kedua terjadi peningkatan sekitar mencapai 78%.
2. Anak-anak Kelompok B2 TK Islam Tunas Kartini sudah lebih mudah diajak
berkomunikasi, menyampaikan pendapatnya dan mampu menerima bahasa
sebagai sumber informasi melalui metode bercerita dengan media audio visual.
Berdasarkan pengamatan dari siklus I dan II dapat disimpulkan bahwa
metode bercerita dengan media audio visual dapat meningkatkan kemampuan
berbahasa anak didik kelompok B2 TK Islam Tunas Kartini.
SARAN
Bagi Pendidik
1. Sebagai pendidik harus mampu merencanakan, melaksanakan dan
mengevaluasi program pembelajaran. Ketiga kegiatan itu sangat penting dan
sangat erat hubungannya. Perencanaan pembelajaran didasarkan pada
pelaksanaan dan evaluasi sebelumnya, pelaksanaan program didasarkan pada
perencanaan dan evaluasi, evaluasi dilakukan berdasarkan perencanaan dan
pelaksanaan program.
2. Guru di dalam melakukan kegiatan hendaknya memilih metode dan media
yang sesuai dengan perkembangan anak agar menarik dan menyenangkan,
sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik.
3. Metode bercerita dengan media audio visual telah terbukti dapat digunakan
untuk mencapai tujuan pendidikan pengembangan bahasa anak di kelompok
B2 TK Islam Tunas Kartini, yang sebelumnya perkembangan bahasa anak
masih belum dapat mencapai indikator keberhasilan.
4. Bagi pendidik diharapkan dapat mengembangkan media pembelajaran sendiri
yang disesuaikan dengan kebutuhan perkembangan anak utamanya untuk
mencari dan menemukan metode-metode baru yang disesuaikan dengan tujuan
pendidikan.
Bagi Orang Tua
1. Agar orang tua mengetahui tingkat perkembangan anak dalam
mengembangkan kemampuan bahasa yang dimiliki oleh anak.
2. Agar orang tua dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk menuangkan
ide-idenya melalui bercerita, sehingga anak dapat mengembangkan
perkembangan bahasanya dengan baik.
Agus F. Tanyong dll, 2009. “Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta”. Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Arikunto, Suharsimi. 2002. “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek”.
Bandung: Reneksa Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2007. Manajemen Pendidikan. Bandung: Rineka Cipta
Azies, F. dan A. Chaedar Alwasilah, H. 1996. “Pengajaran Bahasa Komunikatif
Teori dan Praktek”. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Daryanto, 2010. “Media Pembelajaran; Cetakan I, Bandung: Satu Nusa.
Depdiknas. 2001. “Aplikasi dan Aplikasi Pendidikan”. Bandung: Imperial Bhakti
Utama.
Dhieni Nurbiana, dkk. 2008. “Metode Pengembangan Bahasa”. Jakarta: Elangga.
E. Mulyasa. 2009. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Fitria, Sari Dewi. 2005. “Pengembangan Media Audio Visual Dalam
Pembelajaran Kosa Kata Bahasa Inggris Siswa Kelas IV Madrasah
Ibtidaiyah Negeri Dawu Kecamatan Batealit Kabupaten Jepara”. Malang:
FKIP Universitas Negeri Malang.
http//:www.guruenglishwordpress.com. (diakses pada 23 Juli 2012)
http//:www.instrumenPTK.com.(diakses pada 23 Juli 2012)
http//:www.repository.upi.edu. (diakses pada 19 September 2012)
Moleong, J. Lexy. 2001. “Metodologi Penelitian Kualitatif”. Bandung: Rosda.
Santrock, W. John. 2007. “Perkembangan Anak”. Jakarta: Erlangga.
Solehudin, M. 2000. “Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah”. Bandung: FIP UPI.
Sugiarti, Titik. 2007. “Motivasi Belajar”. Jakarta: Cerdas Pustaka.
Sujiono, Yulianti Nuraini, dkk. 2007. Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta:
Universitas Terbuka
Suratno. 2005. Pengembangan Kreatifitas Anak Usia Dini. Jakarta : Depdiknas
Suyatno. 2005. Permainan Pendukung Bahasa & Sastra. Jakarta : PT
Grasindo
Syamsu LN. 2004, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Utama, Nurhadi Sapta. 2003. “Upaya Meningkatkan Kosa Kata Bahasa Inggris
Melalui Metode Bercerita Pada Anak Usia Dini”. Jember: FKIP Universitas
Negeri Jember.
Titi Wagiyanti
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Pemilihan media pembelajaran yang kurang tepat akan membuat proses
belajar mengajar kurang menarik, kurang memotivasi dan tidak menyenangkan,
sehingga motivasi belajar siswa menjadi rendah. Dampaknya adalah pemahaman
pada pelajaran yang kurang mendalam dan hasil belajar yang rendah. Kemp and
KAJIAN PUSTAKA
Media Pembelajaran
Rusman (2012:160), menyatakan mengenai media pembelajaran sebagai
salah satu komponen proses belajar mengajar yang memiliki peranan sangat
penting dalam menunjang keberhasilan proses belajar mengajar. Hal ini sejalan
dengan pendapat Gagne sebagaimana dikutip Ali dalam Rusman (2012:160),
media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat
memberikan rangsangan untuk belajar.
Pendapat tersebut diperkuat juga oleh pendapat Miarso dalam Rusman
(2012:160), bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan
untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan
kemauan si belajar sehingga mendorong terjadinya proses belajar yang disengaja,
bertujuan dan terkendali.
Media juga didefinisikan oleh Gerlach dan Ely dalam Arsyad (2014:3)
adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat
siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap. Sedangkan
AECT (Association of Education and Communication Technology) dalam Arsyad
(2014:3) menyebut bahwa media sebagai segala bentuk dan saluran yang
digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Adapun Latuheru dalam
Arsyad (2014:4), memberi batasan media sebagai semua bentuk perantara yang
METODE PENELITIAN
Metode dan Desain Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian maka jenis penelitian ini adalah penelitian
eksperimen, dan menggunakan metode penelitian dengan model rancangan
deskriptif dan rancangan kuasi eksperimen (quasy experiments). Sedangkan
rancangan penelitian yang digunakan berdasarkan pendapat Nashir (2010:281),
adalah “Non Equivalent Control Group Design” Dalam penelitian terdapat dua
kelompok kelas yang ditetapkan sebagai sampel penelitian, yaitu satu kelas
eksperimen dan satu kelas kontrol. Kelas eksperimen memperoleh pelajaran
Pemanduan Wisata dengan menggunakan media video pembelajaran sedangkan
kelas kontrol memperoleh pelajaran dengan menggunakan media powerpoint.
HASIL PENELITIAN
Motivasi Belajar Siswa Menggunakan Media Video Pembelajaran
Tabel 1. Hasil Analisis Data Motivasi Kelas Media Video Pembelajaran
Kelas Sampel N Nilai Min Max 𝑋̅ SD S2
XI UPW 1 (Eksperimen) 34 4517 113 147 132,85 12,101 146,432
Untuk memperjelas kecenderungan penyebaran distribusi skor variabel
Motivasi Belajar secara grafis dalam bentuk histrogram pada gambar 1 berikut.
KESIMPULAN
1. Terdapat perbedaan motivasi belajar Pemanduan Wisata yang menggunakan
media video pembelajaran dan media powerpoint. Motivasi belajar siswa yang
menggunakan media video pembelajaran dalam kategori tinggi sebanyak tinggi
sebanyak 13 orang atau 38%, kategori motivasi sedang sebanyak 13 orang atau
38% dan kategori motivasi sebanyak 8 orang atau 24%. Sedangkan motivasi
belajar siswa dengan menggunakan media powerpoint kategori tinggi sebanyak
8 orang atau 24%, kategori sedang sebanyak 18 orang atau 52% dan kategori
rendah sebanyak 8 orang atau 24%.
2. Terdapat perbedaan hasil belajar Pemanduan Wisata siswa kelas XI Usaha
Perjalanan Wisata SMK Negeri 1 Samarinda yang menggunakan media video
pembelajaran dan media powerpoint.
IMPLIKASI
Implikasi Teoritis
Penelitian ini berkontribusi terhadap ilmu pengetahuan dan teori-teori
pendidikan khususnya yang berkaitan dengan pemanfaatan media sebagai alat
bantu pengajaran dan juga sebagai sarana untuk memecahkan masalah
pendidikan.
Implikasi Praktis
1. Guru dituntut menguasai pemanfaatan berbagai media pembelajaran.
2. Guru dapat menerapkan metode pembelajaran bervariasi.
3. Peran ruang praktik kejuruan Usaha Perjalanan Wisata sebagai sarana unjuk
kerja siswa dalam memandu wisatawan harus dapat dimaksimalkan.
4. Guru lebih berperan dalam membelajarkan siswa secara aktif
SARAN
1. Pembelajaran dengan bantuan media video memerlukan guru bermotivasi
tinggi dan terampil.
2. Pembelajaran dengan powerpoint tetap bisa diteruskan dengan syarat peran
siswa lebih dominan.
3. Guru Pemanduan Wisata harus mampu memilih strategi dan media
pembelajaran yang tepat.
4. Penelitian masih sebatas meneliti pengaruh penggunaan media dan motivasi
belajar siswa terhadap hasil belajarnya, sehingga peneliti lain dapat
mengembangkan permasalahan penelitian secara lebih luas.
DAFTAR PUSTAKA
Chelda Yuliana
Guru SDN 007 Samarinda Ilir
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Proses pembelajaran di sekolah dewasa ini kurang meningkatkan kreativitas
siswa, terutama dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Masih
banyak guru, terutama guru Sekolah Dasar yang menggunakan metode
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan penelitian tindakan kelas (PTK). PTK ini
dilaksanakan melalui tiga siklus dan masing-masing terdiri dari empat tahap yaitu:
perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi, untuk melihat peningkatan
motivasi dan hasil belajar siswa.
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 007 Samarinda Ilir
yang berada di jalan Damai kelurahan Sidodamai kecamatan Samarinda Ilir
Samarinda. SDN. 007 memiliki 6 (enam) rombongan belajar untuk kelas V.
Sebagai objek penelitian peneliti memilih kelas V.A, karena motivasi belajar
siswa sangat kurang dan hasil belajar IPS yang diperoleh rendah di bawah KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimal). KKM mata pelajaran IPS di SDN. 007 adalah 70.
Waktu penelitian ini dilakukan pada semester II, yaitu di bulan April sampai di
akhir bulan Mei 2016 pada tahun ajaran 2015/2016.
Peneliti memilih kelas V.A yang jumlah siswanya ada 38 orang, 18 siswa
perempuan dan 20 siswa laki-laki sebagai subjek penelitian karena di kelas ini
motivasi belajarnya sangat kurang dan hasil belajar IPS pada Kompetensi Dasar
Menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memprokla-masikan kemerdekaan
Indonesia, sangat rendah di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pemberi tindakan dan instrumen
sekaligus pengumpul data penelitian serta dibantu oleh teman sejawat sebagai
observer. Sedangkan objek penelitiannya adalah pembelajaran IPS melalui model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT).
Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 3 siklus dalam setiap siklus
dilaksanakan empat kali pertemuan. Tahap-tahap penelitian tindakan berupa suatu
siklus yang meliputi kegiatan: 1) perencanaan; 2) pelaksanaan; 3) observasi; dan
4) refleksi.
Teknik Analisis Data
Data kuantitatif menggunakan analisis deskriptif komparatif, yaitu
membandingkan nilai hasil belajar siklus I dengan siklus II dan nilai kuis siklus II
dengan siklus III. Analisis data kualitatif adalah data kualitatif berupa hasil
observasi, catatan lapangan, dan wawancara yang dianalisis dengan menggunakan
analisis deskriptif. Data Kualitatif menggunakan analisis deskriptif, yaitu
membandingkan hasil observasi dari proses pembelajaran mulai dari siklus I,
siklus II, dan siklus III.
HASIL PENELITIAN
Hasil Penelitian Siklus I
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil
pengamatan sebagai berikut: 1) Guru mulai terlihat dalam meotivasi siswa dan
dalam menyampaikan tujuan pembelajaran; 2) Guru mulai terlihat dalam
pengelolaan waktu; dan 3) Siswa kurang begitu antusias selama pembelajaran
berlangsung.
Tabel 1. Rekapitulasi PBM Siklus I
No Komponen Persentase
1 Aktivitas Guru 57%
2 Aktivitas Siswa 40%
3 Motivasi 68%
4 Hasil Belajar 45%
Dari keterangan di atas dapat dirangkumkan hasil aktivitas guru, aktivitas
siswa, motivasi siswa, dan hasil belajar siklus I dalam bentuk grafik adalah
sebagai berikut.
80% 57% 68%
60% 40% 45%
40%
20% Aktivitas Guru
0% Aktivitas Siswa
Motivasi Siswa
Hasil Belajar
0% Motivasi Siswa
96% 95%
94% 93% 93%
92%
Aktivitas Guru
90%
88% Aktivitas Siswa
86%
84%Motivasi Siswa
84%
82% Hasil Belajar
80%
78%
Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Motivasi Siswa Hasil Belajar
Pada siklus III guru telah menerapkan strategi pembelajaran kooperatif tipe
NHT dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa
pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak
diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tinddakan
selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada
dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan proses
belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
KESIMPULAN
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus,
dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat
disimpulkan sebagai berikut: 1) Terjadi peningkatan aktivitas guru dalam proses
pembelajarannya, hal ini terlihat dalam hasil pengamatan, yaitu adanya
peningkatan aktivitas guru dalam pelaksanaan siklus I ke siklus II, dan siklus II ke
siklus III. Hal ini menyatakan bahwa aktivitas guru dalam proses pembelajaran
sangat baik; 2) Terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa dalam proses
pembelajarannya, hal ini terlihat dalam hasil pengamatan, yaitu adanya
peningkatan aktivitas belajar siswa dari pelaksanaan siklus I ke siklus II, dan
siklus II ke siklus III. Semua aspek yang ada pada aktivitas siswa mengalami
peningkatan yang baik; 3) Terjadi peningkatan motivasi belajar siswa dalam
proses pembelajaran yang terlihat dalam presentase peningkatan dari pelaksanaan
siklus I ke siklus II dan dari siklus II ke siklus III. Sehingga motivasi sangat
berperan dalam peningkatan hasil belajar siswa; dan 4) Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Numbered Heaad Together (NHT) telah memberikan dampak
positif yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan meningkatnya
SARAN
Dari hasi penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses
belajar mengajar IPS lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi
siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut: 1) Guru diharapkan dapat
menerapkan model pembelajaran kooperatif model NHT sebagai salah satu
alternatif untuk meningkatkan efektifitas proses pembelajaran di kelas dan untuk
meningkatkan hasil belajar IPS siswa. 2) Siswa diharapkan untuk lebih aktif dan
kreatif dalam belajar dengan membiasakan diri bekerjasama dalam kelompok
belajar. 3) Dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa, guru hendaknya lebih
sering melatih siswa dengan berbagai metode pembelajaran dari hal yang
sederhana sampai yang rumit, sehingga siswa dapat menemukan pengetahuan
baru, memperoleh konsep baru, dan keterampilan beragam dalam memecahkan
masalah-masalah yang dihadapinya. 4) Perlunya peran dari semua tenaga pendidik
di sekolahh untuk menerapkan proses pembelajaran model NHT dalam
pengajarannya supaya proses pembelajaran bervariasi, tidak hanya tergantung dari
satu metode saja karena model ini tidak memerlukan sarana dan prasarana yang
rumit dan mahal, hanya perlu perubahan langkah dalam proses pelaksanaannya.
5) Perlunya sosialisasi model pembelajaran NHT ini kepada semua guru sebagai
salah satu upaya meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. 6) Diharapkan
sekolah dapat mendukung kegiatan pembelajaran dengan menyediakan fasilitas-
fasilitas yang dapat menunjang proses pembelajaran IPS yang kreatif. 7) Perlu
adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan
dua bulan tahun ajaran 2015/2016, untuk penelitian serupa hendaknya dilakukan
perbaikan-perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ratnawati
Guru SD Negeri 008 Balikpapan Barat
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Di era globalisasi seperti sekarang ini, guru sebagai pendidik dituntut untuk
memiliki kompetensi profesional yang tinggi dan mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan terutama yang berkaitan dengan profesinya sehingga mampu
bersaing. Salah satu kompetensi yang harus dimiliki guru adalah dapat berpikir
dan bertindak ilmiah untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dalam
bidang pendidikan.
Dalam proses KBM di sekolah, permasalahan yang paling sering terjadi dan
dihadapi oleh guru adalah rendahnya hasil belajar siswa baik berupa aspek
kognitif, afektif maupun psikomotorik. Beberapa faktor yang mempengaruhi
KAJIAN PUSTAKA
Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Dasar pada umumnya mempelajari
tentang bagaimana menjadi diri sendiri dan cara bergaul yang baik dengan
masyarakat, bangsa dan negara dengan didasarkan pada Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945. Sosok manusia yang paling ideal di negara ini adalah
manusia yang mempunyai karakter berdemokrasi tinggi dengan akhlak yang
METODE PENELITIAN
PTK dilaksanakan setiap hari di lingkungan sekolah selama jam belajar di
sekolah., tempat pelaksanaannya di kelas VI semester 1 tahun pelajaran
2018/2019. Subjek pada kegiatan market day ini adalah seluruh siswa kelas VI
yang berjumlah 16 siswa yang terdiri dari siswa lakik- laki 20 siswa perempuan
16 siswa.
Setting Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Kelas VI SD Negeri 008
Balikpapan Barat semester 1 tahun ajaran 2018/2019. Subyek penelitian
berjumlah 32 orang siswa. Penelitian dilaksanakan secara kolaboratif antara
penulis dan rekan sejawat sesama guru kelas kelas 1, 2 dan 3. Penulis bertugas
merancang tindakan, melaksanakan tindakan dan mengevaluasi pembelajaran.
Sedangkan rekan sejawat melaksanakan observasi sesuai panduan observasi dan
memberi masukan kepada penulis dalam rangka perbaikan proses pembelajaran.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus, dan setiap siklus
terdiri atas tiga kali tatap muka kelas termasuk evaluasi/tes hasil belajar.
Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan satu siklus penelitian ini terdiri atas empat tahap yaitu
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi dan refleksi. Observasi
dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Adapun rincian kegiatan
pada setiap tahap penelitian adalah:
Perencanaan
1. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan metode role
playing.
2. Membuat teks dialog dan skenario bermain peran
3. Menyiapkan panduan observasi
4. Membuat instrumen penilaian
Pancasila Proses
sebagai perumusan
dasar negara Pancasila
Nilai-nilai juang
Dan
kebersamaan
Meneladani nilai-nilai
Juang Dan
kebersamaan
para tokoh Mengamalkan
nilai-nilai
Pancasila
Pelaksanaan Tindakan
Siklus 1
Siklus 1 dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan yaitu: 1) pertemuan
pertama pada Hari Selasa 7 Agustus 2018; 2) pertemuan ke dua pada Hari Rabu
tanggal 8 Agustus 2018; dan 3) evaluasi berbentuk tes tertulis pada hari Selasa
tanggal 14 Agustus 2018. Jadwal pelaksanaan penelitian ini disesuaikan dengan
jadwal mata pelajaran PKn di Kelas VI SD Negeri 008 Balikpapan Barat materi
yang diajarkan adalah materi pada mata pelajaran PKn Kelas VI Semester I,
dengan standar kompetensi “Menghargai nilai-nilai juang dalam proses
perumusan Pancasila sebagai dasar negera”, dan kompetensi dasar “Meneledani
nilai-nilai juang para tokoh yang berperan dalam proses perumusan Pancasila
sebagai dasar negara dalam kehidupan sehari-hari”.
Pada siklus 1 ini, peneliti menggunakan pendekatan experiential learning
melalui strategi role playing. Pada awal pembelajaran, siswa diajak untuk bermain
peran (role playing) dengan membaca teks dialog tokoh yang diperankan
kemudian guru menjelaskan lebih lanjut materi pembelajaran tersebut. Hal ini
cukup efektif untuk menumbuhkan motivasi siswa, sehingga nantinya
pembelajaran dapat berjalan efektif.
Pada saat siswa bermain peran, rekan sejawat mengamati dan mencatat hal-
hal yang dirasa perlu untuk dimasukkan ke dalam data penelitian melalui lembar
observasi. Sedangkan peneliti sendiri, tetap mengatur dan membimbing siswa
dalam bermain peran.
Pengamatan/
Refleksi I
pengumpulan data I
Permasalahan baru
hasil refleksi Perencanaan
Pelaksanaan
tindakan II
tindakan II
Refleksi II Pengamatan/
Apabila pengumpulan data II
permasalahan belum
terselesaikan Dilanjutkan ke siklus
berikutnya
HASIL PENELITIAN
Deskripsi Kegiatan
Kegiatan pelaksanaa awal penelitian yang tepatnya pada bulan juli 2018
peneliti mengadakkan penelitian di kelas VI SDN 008 Balikpapan Barat yang
menjadi tempat penelitian. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Kelas VI
SD Negeri 008 Balikpapan Barat semester 1 tahun ajaran 2018/2019. Subyek
penelitian berjumlah 32 orang siswa. Penelitian dilaksanakan secara kolaboratif
antara penulis dan rekan sejawat sesama guru kelas kelas 1, 2 dan 3. Penulis
bertugas merancang tindakan, melaksanakan tindakan dan mengevaluasi
pembelajaran. Sedangkan rekan sejawat melaksanakan observasi sesuai panduan
observasi dan memberi masukan kepada penulis dalam rangka perbaikan proses
pembelajaran. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus, dan
setiap siklus terdiri atas tiga kali tatap muka kelas termasuk evaluasi/tes hasil
belajar.. Penelitian ini terdiri atas empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan
tindakan, observasi/evaluasi dan refleksi. Observasi dilaksanakan bersamaan
dengan pelaksanaan tindakan. Adapun rincian kegiatan pada setiap tahap
penelitian adalah: Hal-hal yang disiapkan dalam tahap perencanaan adalah:
Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan metode role
playing.
Membuat teks dialog dan skenario bermain peran
Menyiapkan panduan observasi
Membuat instrumen penilaian
Peneliti mengadakan penelitian dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan
yaitu: 1) pertemuan pertama pada Hari Selasa 7 Agustus 2018, 2) pertemuan ke
dua pada Hari Rabu tanggal 8 Agustus 2018; dan 3) evaluasi berbentuk tes tertulis
pada hari Selasa tanggal 14 Agustus 2018. Jadwal pelaksanaan penelitian ini
disesuaikan dengan jadwal mata pelajaran PKn di Kelas VI SD Negeri 008
Balikpapan Barat materi yang diajarkan adalah materi pada mata pelajaran PKn
PEMBAHASAN
Siklus 1
Siklus 1
Pada siklus 1 ini, peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP I.
Sesuai dengan hasil observasi yang dilakukan, saat pembelajaran biasa siswa
menjadi bosan, malas, mengantuk, dan kurang perhatian. Tetapi setelah peneliti
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP 2, siswa menjadi antusias dalam
mengikuti pembelajaran. Skor hasil belajar merupakan skor tes formatif yang
diadakan setiap akhir siklus. Skor maksimal yang diperoleh siswa setiap
mengikuti tes adalah 100. Skor rata-rata tes formatif klasikal dapat dihitung
dengan rumus:
∑ 𝑆𝑛
𝐻𝑏 =
𝑁
Dimana
Hb = skor rata-rata hasil belajar klasikal
Sn = jumlah perolehan skor seluruh siswa
N = jumlah siswa
Dari tabel 1 diatas dapat diketahui bahwa sebelum siklus 1, nilai hasil
belajar siswa kelas VI Semester I SD Negeri 008 Balikpapan Barat rendah, yakni
kurang lebih 58,13% keberhasilan belajar atau 58,13 rata-rata hasil belajar.
Namun, setelah peneliti menggunakan RPP I yang memakai pendekatan
KESIMPULAN
Berhasilnya suatu pembelajaran sangatlah tergantung dari minat siswa
terhadap materi. Minat siswa ini dapat dirangsang oleh guru dengan cara
memberikan penguatan kepada siswa, penyajian materi yang menarik serta media
yang relevan dan menarik. Jika guru dapat menyajikan materi dengan menarik,
maka motivasi siswa terhadap materi akan besar. Sehingga, materi pembelajaran
apapun yang disampaikan oleh guru akan dapat diterima dengan baik oleh siswa.
Dengan menggunakan pendekatan experiential learning melalui strategi
role playing, siswa tidak akan menjadi bosan, mengantuk, dan motivasi siswa
akan meningkat, dan hal ini akan memudahkan guru untuk memberikan materi
pembelajaran. Dari hasil perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan dapat
ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Melalui penjelasan yang tidak terlalu cepat, perhatian siswa kepada guru
meningkat, siswa dapat dengan mudah memahami materi pelajaran yang
disampaikan guru.
2. Melalui contoh-contoh siswa akan paham dan dapat gambaran secara detail
tentang materi yang disampaikan.
3. Dengan metode yang bervariasi, maka pelajaran akan lebih menarik.
4. Dengan memperlambat penjelasan, siswa akan mengerti apa yang disampaikan
oleh guru.
5. Memberi latihan lebih banyak siswa akan terampil dalam mengerjakan soal-
soal yang diberikan oleh guru.
Kami menyadari bahwa siswa memahami tentang suatu masalah perlu
waktu yang cukup banyak, sehingga dapat membantu anak untuk menyelesaikan
masalah. Sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan, pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan experiential learning melalui strategi role
playing dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa sebesar 39,25%.
DAFTAR PUSTAKA
Ames, C & Archer, J. 1987. Achievement Goals In the Classroom. Paper presented
at the annual AERA conference, Washington DC.
Hudoyo, Herman. 1990. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Malang: IKIP
Malang.
Kolb, D. 1984. Experiential Learning: Experience As The Source of Learning and
Development. Englewood Cliffs: Prentice Hall.
Mikarsa, Hera Lestari. 2007. Pendidikan Anak Di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Suciati. 2007. Belajar & Pembelajaran 2. Jakarta: Universitas Terbuka.
Wardani, I Gak. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.
Winataputra, Udin S. 2007. Materi Pembelajaran PKN SD. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Zainul, Asmawi. 2007. Tes dan Asesmen Di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Lilies Setiawati
Guru Akuntansi Keuangan Lembaga SMK Negeri 2 Balikpapan
ABSTRAK
KAJIAN PUSTAKA
Hakekat Pembelajaran Administrasi Pajak
Pada prinsipnya hakekat pembelajaran Administrasi Pajak telah dirumuskan
dan ditafsirkan oleh para ahli berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya.
Tetapi para ahli menafsirkan tentang hakekat Administrasi Pajak secara umum
sebagai berikut:
1. Menurut Trianto (2007:42) Pembelajaran Kooperatif disusun untuk
meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap
kepemimpinan dan membuat keputusan dalam suatu kelompok.
2. Menurut Ismail (2002) menyatakan bahwa pembelajaran koopereatif
merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerja sama,
yakni kerja sama antara siswa dalam kelompok untuk mencapai suatu tujuan.
Para siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk
mempelajari suatu materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti mengambil tempat dan populasi di SMK
Negeri Balikpapan. Lokasi sekolah ini terletak di tengah kota tepatnya di Jln.
Soekarno Hatta Gn. Samarinda III Telp (0542) 423182 Kode Pos 76125. SMK
Negeri 2 Balikpapan terdiri dari Rombel Kelas XI ada 14 rombel, terdiri dari 3
kelas AKL, 3 kelas OTKP, 4 kelas BDP, 1 kelas PBK, 1 kelas TKJ, 1 kelas MM
dan 1 kelas MM, Kelas XI AKL 2 dipilih sebagai objek penelitian.
Variabel yang Diteliti
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua variabel sebagai penunjang
dasar dalam mengamati objek tindakan kelas. Variabel tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Variabel bebas, yaitu pembelajaran dengan autodidak sesuai dengan
kemampuan secara individual yang dimiliki oleh siswa.
2. Variabel terikat, yaitu berupa prestasi hasil belajar siswa yang memperoleh
perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
pada kegiatan belajar mengajar secara kelompok.
Perencanaan Tindakan
1. Menyiapkan rencana pengajaran dengan kompetensi dasar tentang Surat
Pemberitahuan Pajak.
2. Membuat model pembelajaran yang berbentuk kooperatif perkelompok.
3. Membuat lembar observasi ( tes awal untuk melihat bagaimana kondisi awal
belajar mengajar dikelas ketika latihan atau metode tersebut diaplikasikan
dalam kegiatan pembelajaran.
4. Membuat kartu soal atau lembaran soal yang harus di jawab setiap siswa.
HASIL PENELITIAN
Gambaran Umum
Sebagai rangkaian langkah-langkah awal terlebih dahulu menentukan studi
pendidikan adapun yang dihubungi, dilihat dan diteliti yang dianggap memberikan
informasi data yang diperlukan adalah SMK Negeri 2 Balikpapan.
Karena secara kebetulan peneliti bertugas di SMK Negeri 2 Balikpapan
yang menggunakan dan mengembangkan pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw
untuk kegiatan belajar mengajar SMK Negeri 2 Balikpapan berada di Jalan
Soekarno Hatta Gn. Samarinda III Balikpapan Utara 76125. Telpon (0542)
423182. Hasil Evaluasi Siklus I, Siklus II dan Siklus III setelah dilakukan
Penelitian Tindakan Kelas dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Hasil Evaluasi Siklus I, Siklus II dan Siklus III setelah dilakukan
Penelitian Tindakan Kelas
Ketuntasan Belajar
Nilai Nilai Nilai
No Nama Siswa Individual Klasikal
Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3
Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3
2260 2880 Belum Belum Tuntas
Jumlah Nilai 1990
Tuntas Tuntas
64,57 82.29 Belum Belum Tuntas
Nilai Rata-rata 56,86
Tuntas Tuntas
Analisa Data
Analisa data dilakukan dengan cara membedakan antara persentase pada data
siklus I dengan presentase pada data siklus II dan siklus III dalam presentase.
Ketuntasan belajar baik secara individual maupun klasikal. Terhadap hasil test awal
siklus I test siklus II dan test akhir siklus III siswa setelah diberikan tindakan kelas.
PEMBAHASAN
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang digunakan adalah dengan
membandingkan data yang diperoleh siswa pada test awal (siklus I, test siklus II )
dan test akhir (siklus III) setelah diberikan tindakan kelas dengan metode
pembelajaran melalui model Kooperatif Tipe Jigsaw per kelompok. Maka
prestasinya dapat meningkat menjadi lebih baik.
Berdasarkan dari hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan ternyata ada
perbedaan yang nyata dan dapat disimpulkan bahwa, peningkatan prestasi belajar
Administrasi Pajak di Kelas XI AKL 2 SMK Negeri 2 Balikpapan dengan metode
pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw pada Kompetensi Dasar Surat
Pemberitahuan Pajak, maka hasil yang diperoleh oleh siswa dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa dengan hasil yang cukup baik dan sangat signifikan.
KESIMPULAN
Dengan model pembelajaran secara kooperatif perkelompok Tipe Jigsaw
dapat:
1. Meningkatkan prestasi belajar siswa yang signifikan yang dapat mencapai
kenaikan 17,72 % pada siklus 3.
2. Mencapai dan memenuhi kriteria ketuntasan belajar minimal yang melebihi
rata-rata diatas 75 % secara klasikal.
3. Memberikan motivasi kepada siswa dalam berdiskusi, presentasi, menentukan
hasil pengamatan, pencatatan data secara konkrit dan benar, untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik.
SARAN
1. Diharapkan bagi para guru dalam proses pembelajaran Administrasi Pajak,
sebaiknya untuk mengajak para siswa untuk melakukan pembelajaran secara
kooperatif Tipe Jigsaw yang dapat membantu memudahkan dalam kegiatan
pembelajaran di dalam kelas maupun di dalam kelas maupun di luar kelas,
diharapkan guru lebih aktif memotivasi siswa untuk meningkatkan prestasi
belajar Administrasi Pajak yang sesuai dengan materi yang diharapkan dan di
ajarkan baik di dalam kelas maupun diluar kelas.
2. Kepada Kemenag sebaiknya membuat program pengadaan alat-alat praktek
untuk sekolah-sekolah secara merata sampai ke sekolah-sekolah di daerah
terpencil sebagai upaya dan sarana meningkatkan pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar dalam meningkatkan mutu pelajaran Administrasi Pajak di sekolah.
3. Diharapkan orang tua/ wali murid agar memberikan motivasi kepada anaknya
supaya mengembangkan minat baca pada buku-buku yang bersifat ilmu
pengetahuan yang selain motivasi dari para guru di sekolah, maupun guru BK
(Bimbingan dan Konseling) yang ada di sekolah untuk memberikan motivasi
kepada peserta didik agar prestasinya dapat meningkat menjadi lebih baik.
Sunarti
Guru IPS SMK Negeri 2 Balikpapan
ABSTRAK
KAJIAN PUSTAKA
Hakekat Pembelajaran Sejarah Indonesia
Pada prinsipnya hakekat pembelajaran Sejarah Indonesia telah dirumuskan
dan ditafsirkan oleh para ahli berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya.
Tetapi para ahli menafsirkan tentang hakekat Sejarah Indonesia secara umum
sebagai berikut:
1. Menurut Trianto (2007:42) Pembelajaran Kooperatif disusun untuk
meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap
kepemimpinan dan membuat keputusan dalam suatu kelompok.
2. Menurut Ismail (2002) menyatakan bahwa pembelajaran koopereatif
merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerja sama,
yakni kerja sama antara siswa dalam kelompok untuk mencapai suatu tujuan.
Para siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti mengambil tempat dan populasi di SMK
Negeri 2 Balikpapan. Lokasi sekolah ini terletak di tengah kota tepatnya di Jln.
Soekarno Hatta Gn. Samarinda III Telp (0542) 423182 Kode Pos 76125. SMK
Negeri 2 Balikpapan terdiri dari Rombel Kelas X ada 14 rombel, terdiri dari 3
kelas AKL, 3 kelas OTKP, 3 kelas BDP, 1 kelas PBK, 1 kelas TKJ 1, 1 kelas
TKJ 2, 1 kelas RPL dan 1 kelas MM, Kelas X AKL 2 dipilih sebagai objek
penelitian.
Variabel yang Diteliti
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua variabel sebagai penunjang
dasar dalam mengamati objek tindakan kelas. Variabel tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Variabel bebas, yaitu pembelajaran dengan autodidak sesuai dengan
kemampuan secara individual yang dimiliki oleh siswa.
2. Variabel terikat, yaitu berupa prestasi hasil belajar siswa yang memperoleh
perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
pada kegiatan belajar mengajar secara kelompok.
Rencana Tindakan
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahapan perencanaan ini adalah
sebagai berikut:
HASIL PENELITIAN
Gambaran Umum
Sebagai rangkaian langkah-langkah awal terlebih dahulu menentukan studi
pendidikan adapun yang dihubungi, dilihat dan diteliti yang dianggap memberikan
informasi data yang diperlukan adalah SMK Negeri 2 Balikpapan. Karena secara
kebetulan peneliti bertugas di SMK Negeri 2 Balikpapan yang menggunakan dan
mengembangkan pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw untuk kegiatan belajar
mengajar SMK Negeri 2 Balikpapan berada di Jalan Soekarno Hatta,
Gn.Samarinda III Balikpapan Utara 76125. Telpon (0542) 423182 Hasil Evaluasi
Siklus I, Siklus II dan Siklus III setelah dilakukan Penelitian Tindakan Kelas
sebagai berikut
Tabel 1. Hasil Evaluasi Siklus I, Siklus II dan Siklus III setelah dilakukan
Penelitian Tindakan Kelas
Ketuntasan Belajar
Nilai Nilai Nilai
No Nama Siswa Individual Klasikal
Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3
Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3
Belum Belum
Jumlah Nilai 2110 2330 2970 Tuntas
Tuntas Tuntas
Belum Belum
Nilai Rata-rata 58,61 64,72 82,50 Tuntas
Tuntas Tuntas
PEMBAHASAN
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang digunakan adalah dengan
membandingkan data yang diperoleh siswa pada test awal (siklus I, test siklus II )
dan test akhir (siklus III) setelah diberikan tindakan kelas dengan metode
pembelajaran melalui model Kooperatif Tipe Jigsaw per kelompok. Maka
prestasinya dapat meningkat menjadi lebih baik.
Berdasarkan dari hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan ternyata ada
perbedaan yang nyata dan dapat disimpulkan bahwa, peningkatan prestasi belajar
Sejarah Indonesia di Kelas X AKL 2 SMK Negeri 2 Balikpapan dengan metode
KESIMPULAN
Dengan model pembelajaran secara kooperatif Tipe Jigsaw dapat:
4. Meningkatkan prestasi belajar siswa yang signifikan yang dapat mencapai
kenaikan 17,78 % pada siklus 3.
5. Mencapai dan memenuhi kriteria ketuntasan belajar minimal yang melebihi
rata-rata diatas 75 % secara klasikal
6. Memberikan motivasi kepada siswa dalam berdiskusi, presentasi, menentukan
hasil pengamatan, pencatatan data secara konkrit dan benar, untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik.
SARAN
4. Diharapkan bagi para guru dalam proses pembelajaran Sejarah Indonesia,
sebaiknya untuk mengajak para siswa untuk melakukan pembelajaran secara
kooperatif Tipe Jigsaw yang dapat membantu memudahkan dalam kegiatan
pembelajaran di dalam kelas maupun di dalam kelas maupun di luar kelas,
diharapkan guru lebih aktif memotivasi siswa untuk meningkatkan prestasi
belajar Sejarah Indonesia yang sesuai dengan materi yang diharapkan dan di
ajarkan baik di dalam kelas maupun diluar kelas.
5. Kepada Diknas sebaiknya membuat program pengadaan alat-alat praktek untuk
sekolah-sekolah secara merata sampai ke sekolah-sekolah di daerah terpencil
sebagai upaya dan sarana meningkatkan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
dalam meningkatkan mutu pelajaran Sejarah Indonesia di sekolah.
6. Diharapkan orang tua / wali murid agar memberikan motivasi kepada anaknya
supaya mengembangkan minat baca pada buku-buku yang bersifat ilmu
pengetahuan yang selain motivasi dari para guru di sekolah, maupun guru BK
DAFTAR PUSTAKA
Satuna
Guru SMP Negeri 8 Samarinda
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Pendidikan memiliki spektrum masa depan yang luas dan seimbang
sehingga harapan masyarakat terhadap pendidikan terpenuhi, dan manusia
Indonesia seutuhnya dapat diwujudkan. UNESCO (dalam Sindhunata, 2001: 116)
mengemukakan Keberhasilan pendidikan diukur dari hasil empat pilar
pengalaman belajar itu, yakni: 1) belajar mengetahui (learning to know);
2) belajar berbuat (learning to do); 3) belajar hidup bersama (learning to live
together); dan 4) belajar menjadi seseorang (learning to be).
Masalah utama dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah),
khususnya di SMP Negeri 8 Samarinda, masih rendahnya pembelajaran yang
KAJIAN PUSTAKA
Hasil Belajar Matematika
Menurut Nasution (dalam Uno dan Muhammad, 2011:141) menyatakan
belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang
belajar, baik aktual maupun potensial. Menurut Uno dan Muhammad (2011:139)
belajar dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil
dari latihan pengalaman individu akibat interaksi dengan lingkungannya.
Menurut Djamarah (2008:13) belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman
individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif,
afektif, psikomotorik. Perubahan yang dimaksudkan disini adalah perubahan
dalam pribadi siswa yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Menurut Winkel (dalam Sumoharjo, 2011:1) hasil belajar adalah bukti
keberhasilan dan usaha yang dilakuakan dan merupakan kecakapan yang
diperoleh melalui kegiatan pembelajaran di sekolah yang dinyatakan dengan
skor/angka. Selanjutnya Soemantri (dalam Sumoharjo, 2011:1) mengatakan
bahwa hasil belajar merupakan suatu indikator dari perubahan yang terjadi pada
diri siswa setelah mengalami proses belajar dimana untuk mengungkapnya biasa-
nya menggunakan suatu alat penilaian yang ditetapkan oleh guru. Dalam dunia
pendidikan khususnya sekolah hasil belajar merupakan skor atau nilai yang
diperoleh siswa terhadap suatu mata pelajaran tertentu.
Menurut Usman dan Setiawati (dalam Sumoharjo, 2011:1) menjelaskan
bahwa belajar menghasilkan perubahan dalam diri seseorang sebagai hasil dari
belajar atau prestasi dari belajarnya itu. Kemudian Djamarah (2008:175) juga
berpendapat bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku individu sebagai
akibat dari kegiatan belajar yang telah dilakukan oleh individu itu sendiri.
Dari beberapa pernyataan para ahli di atas, maka dapat penulis simpulkan
bahwa hasil belajar matematika merupakan kemampuan atau perubahan tingkah
laku yang dimiliki siswa setelah mengalami proses belajar. Hasil belajar dapat
diukur dengan menggunakan tes, hasil tes berupa pekerjaan siswa yang dikoreksi
dan diberi skor atau nilai. Siswa yang memiliki skor atau nilai tinggi diasumsikan
sebagai siswa yang hasil belajarnya tinggi,untuksiswa yang memiliki skor atau
nilai rendah diasumsikan sebagai siswa yang hasil belajarnya rendah. Sehingga
hasil belajar yang dimaksudkan adalah tinggi rendahnya skor atau nilai hasil
belajar yang diperoleh siswa setelah mengalami proses belajar, terhadap materi
ajar matematika khususnya bangun datar segiempat. Hasil belajar matematika
disini bertujuan untuk mengadakan perubahan di dalam diri siswa, mencakup
perubahan tingkah laku, ilmu pengetahuan, dan keterampilan untuk penilaian
sikap dengan mengunakan angket.
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian.
Penelitian ini dilaksanakan pada 2 Maret sampai dengan 7 April 2018
tahun pelajaran 2017/2018. Tempat penelitian adalah di SMP Negeri 8 Samarinda,
Jl. Pattimura Loa Janan Ilir, Kota Samarinda. Subjek penelitian ini adalah siswa
kelas VII-4 SMP Negeri 8 Samarinda yang berjumlah 32 Siswa, sedangkan objek
dalam penelitian ini adalah pembelajaran berbasis masalah (Problem-Based
Learning). Penelitian tindakan kelas terdiri atas rangkaian empat kegiatan yang
dilakukan dalam siklus berulang. Empat kegiatan utama yang ada pada setiap
siklus yaitu: 1) perencanaan; 2) tindakan, 3) pengamatan; dan 4) refleksi, yang
dapat digambarkan sebagai berikut.
80.00 73.24
67.53
70.00 64.54
59.70
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
Nilai Dasar Siklsus I Siklus II Siklus III
Grafik Rata-Rata Hasil
59.70 64.54 67.53 73.24
Belajar
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa
terjadi peningkatan hasil belajar matematika siswa setelah menerapkan model
Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Laerning) pada materi pokok
Bangun Datar Segiempat di kelas VII-4 SMP Negeri 8 Samarinda tahun pelajaran
2018/2019.
SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat dikemukakan saran-saran
sebagai berikut: 1) Bagi siswa diharapkan agar lebih membiasakan diri berprilaku
baik dan tertib selama proses pembelajaran khusunya pada materi segiempat.
Sehingga materi pelajaran yang disampaikan oleh guru dapat diterima dengan
baik. Selain itu siswa harus lebih membangun interaksi atau kerjasama dengan
teman-temannya yang lain agar meningkatkan hubungan sosial antar siswa dan
diharapkan siswa lebih aktif lagi dalam proses pembelajaran selanjutnya; 2) Bagi
guru agar mengetahui langkah-langkah model pembelajaran berbasis masalah
(Problem-Based Learning) sehingga diharapkan dapat menambah wawasan
tentang pembelajaran berbasis masalah (Problem-Based Learning) dan dapat
dijadikan alternatif lain pada proses pembelajaran dalam rangka perbaikan
kualitas pendidikan khususnya pada pembelajaran matematika; dan 3) Bagi
sekolah diharapkan dapat menerapkan model pembelajaran berbasis Masalah
(Problem-Based Laerning) sebagai upaya perbaikan pembelajaran dan
peningkatan hasil belajar khususnya pelajaran matematika.
1. Naskah belum pernah diterbitkan dalam media cetak lain, diketik spasi dua pada
kertas A4, panjang 10-20 halaman, dan diserahkan paling lambat 1 bulan sebelum
tanggal penerbitan dalam bentuk ketikan pada MS Word dan print-outnya.
2. Artikel ditulis dalam Bahasa lndonesia/lnggris, dilengkapi Abstrak (50-70 kata).
3. Artikel (hasil penelitian) memuat:
Judul
Nama Penulis
Identitas Penulis (jabatan), Alamat email, dan Nomor HP/WA
Abstrak dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris
Kata-kata kunci
Pendahuluan(memuat latar belakang masalah dan sedikit tinjauan pustaka, dan
masalah/tujuan penelitian).
Metode
Hasil
Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
Daftar Pustaka (berisi pustaka yang dirujuk dalam uraian saja).
4. Artikel (kajian teoretik, setara hasil penelitian) memuat
Judul
Nama Penulis
Identitas Penulis/Alamat email / Nomor HP
Abstrak dalam Bahasa lndonesia dan Bahasa lnggris
Kata-kata kunci
Pendahuluan
Subjudul
Subjudul sesuai kebutuhan
Subjudul
Penutup (Kesimpulan dan Saran)
DaftarPustaka(berisi pustaka yang dirujuk dalam uraian saja).
5. Daftar Pustaka disajikan mengikuti tata cara seperti contoh berikut, disusun secara
alfabetis dan kronologis:
Gagne, ILM., 1974. Essential of Learning and Instruction. New York: Halt Rinehart and
Winston.
Popkewitz, T.S., 1994. Profesionalization in teaching and teacher education: some
notes on its history, ideology, and potentia?. Journalof Teaching and
Teacher Education, 10 (10): 1-14.
6. Sebagai prasyarat bagi pemrosesan artikel, para penyumbang artikel wajib menjadi
pelanggan, minimal selama satu tahun.