Anda di halaman 1dari 8

Pendidikan menurut Ibnu Sina

Disusun untuk memenuhi tugas makalah pada mata kuliah:


Pendidikan Filsafat Islam
Dosen Pengampu:
Al-Ustadz Ervin Yudianto, M.Pd

oleh:
Muhammad Rafy Lovinka (442023132042)
Ahmad Qia Tanasuka (442023132096)
Zarofi Hawari (
Yudha Putra (

Fakultas Tarbiyah
Prodi Tadris Bahasa Inggris
UNIVERSITAS DARUSSALAM KAMPUS GONTOR
GONTOR PONOROGO
2023/1444
1.1 Pendahuluan
Pendidikan adalah suatu proses pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan
sekumpulan manusia yang diwariskan dari satu genereasi ke generasi selanjutnya melalui
pengajaran, pelatihan, dan penelitian.

Ada juga yang mengatakan definisi pendidikan adalah suatu usaha sadar yang dilakukan
secara sistematis dalam mewujudkan suasana belajar-mengajar agar para peserta didik dapat
mengembangkan potensi dirinya. Dengan adanya pendidikan maka seseorang dapat memiliki
kecerdasan, akhlak mulia, kepribadian, kekuatan spiritual, dan keterampilan yang bermanfaat
bagi diri sendiri dan masyarakat.

Ibnu sina adalah salah satu ilmuan muslim yang telah memberikan kemajuan yang sangat
besar bagi berkembangnya ilmu pengetahuan, Karena Ibnu Sina mempunyai keilmuan yang
multitalenta di segala bidang diantaranya bidang agama, filsafat, kedokteran, psikologi dan juga
pendidikan. Tetapi bukan hanya itu Ibnu sina telah memberikan sumbangsih pemikiran besar
bagi
perkembangan pengetahuan dan peradaban islam di seluruh dunia dengan karya-karyanya.1

Tujuan Pendidikan Islam menurut Ibnu Sina adalah harus diarahkan pada perkembangan
seluruh potensi yang dimiliki oleh manusia kepada perkembangan yang sempurna, seperti
perkembangan fisik, budi pekerti dan intelektual.

1.2 Rumusan Masalah

1. Siapakah tokoh Ibnu Sina?


2. Apakah tujuan pendidikan menurut Ibnu Sina?
3. Bagaimana konsep kurikulum yang ditawarkan oleh Ibnu Sina?

1.3 Tujuan Makalah

1. Mengetahui sosok Ibnu Sina sebagai ilmuwan muslim


2. Mengenal tujuan pendidikan menurut Ibnu Sina
3. Mengenal konsep pendidikan menurut Ibnu Sina

1
(AlAbrasyi, 1994)
PEMBAHASAN
2.1 Mengenal tokoh Ibnu Sina
Ibnu Sina atau juga dikenal dengan Avicenna memiliki nama lengkap Abu Ali Al-
Husain bin Abdillah bin Sina. Ibnu Sina dilahirkan pada bulan Safar 370 H atau 980 M di
desa Afsyanah di Bukhara. Ibnu sina mempunyai nama pendek Abu Ali, ia juga mendapat
gelar Asy-Syaikh Ar-Rais, yang menunjukkan bahwa ia memiliki kedudukan yang tinggi
dalam hal intelektual.

Ibnu Sina adalah sosok yang memiliki kecerdasan yang luar biasa. Ia telah menghafal
al-Qur’an sejak usia 10 tahun, ia juga hafal sastra-sastra Arab, kitab metafisika karya
Aristoteles sekaligus ulasan Al-Farabi meskipun belum dapat memahaminya. Pada usia 16
tahun ia telah menguasai beberapa ilmu pengetahuan meliputi sastra, fikih, matematika, dan
filsafat. Ia bahkan mempelajari ilmu kedokteran secara otodidak. Ibnu Sina pada usia 18
tahun telah menggeluti beberapa profesi, meliputi guru, filsuf, penyair, hingga dokter.

Kehebatannya sebagai seorang dokter banyak dikenal sehingga ia diberikan


kesempatan untuk mengobati Nuh Ibnu Manshur, sultan Samanid di Bukhara. Kecerdasan
Ibnu Sina membuatnya dapat menguasai ilmu-ilmu yang diberikan oleh guru-gurunya bahkan
sampai melebihi gurunya sendiri. Meskipun Ibnu Sina tidak secara langsung belajar kepada
Al-Farabi, tetapi ia merasa memiliki utang budi karena dengan ulasan Al-Farabi telah banyak
membantu Ibnu Sina dalam memahami metafisika Aristoteles.2

Pada akhir hayatnya ia mengabdikan diri sebagai seorang guru dan dokter di Ishfahan.
Ibnu Sina meninggal pada tahun 428 H/ 1037 M di Hamadzan karena sakit yang dideritanya.
3
Karena keahliannya dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan tersebut, sehingga beliau
dikenal di dunia Barat dengan nama Avicenna dan mereka sebut dengan “Aristoteles Baru”.
Sedangkan di Arab dikenal dengan nama Syeikh al-Rais.

Ibnu Sina disamping sebagai seorang guru, filsuf, dan dokter, juga dikenal sebagai
penulis yang produktif. Semasa hidupnya ia telah menghasilkan 267 karya. Salah satunya
adalah Al-Qanun fi al-Thibb, sebuah karya ensiklopedi yang membahas tentang kedokteran.
Karya ini menjadi buku pedoman pada universitasunivesitas di barat sampai abad XVII.

2
Zar, 2007
3
Zar, 2007
Dari pembahasan tersebut bisa di simpulkan bahwasanya Ibnu Sina adalah seorang
ilmuanyang bisa mempelajari dan menguasai segala aspek ilmu, tidak hanya satu rumpun
ilmu akan tetapi lebih dari tiga bidang ilmu yang ia kuasai. Karena kemahiran dan
kepintaran yang dia miliki hingga menjadi salah satu tokoh dunia yang karya-karyanya
sampai saat ini masih dikenang oleh para akademisi. Bahkan dalam perjalanan hidupnya
beliau tidak hanya di kenal sebagai seorang ilmuan di dunia barat akan tetapi beliau juga
dikenal sebagai negarawan yang berkecimpung di dalam dunia politik serta sebagai pendidik
yang Profesional.

2.2 Pendidikan menurut Ibnu Sina


a. Pemikiran Ibnu Sina tentang pendidikan

Pemikiran Ibnu Sina tentang pendidikan terkait dengan pemikirannya tentang falsafat
ilmu. Menurut Ibnu Sina ilmu terbagi menjadi dua, yaitu ilmu yang tak kekal dan ilmu yang
kekal (hikmah). Ilmu yang kekal dipandang dari perannya sebagai alat dapat disebut logika.
Tapi berdasarkan tujuannya, maka ilmu dapat dibagi menjadi ilmu yang praktis dan yang
teoritis. ilmu yang praktis adalah ilmu akhlak, ilmu pengurusan rumah, ilmu pengurusan kota
dan ilmu nabi (shari’ah). Sedangkan ilmu teoritis seperti ilmu alam, matematika, dan ilmu
ketuhanan.4

Maka menurut Ibnu Sina, pendidikan yang diberikan oleh nabi pada hakikatnya
adalah pendidikan kemanusiaan. Disini dapat dilihat bahwa pemikiran pendidikan Ibnu Sina
bersifat komprehensif. Sementara itu pandangan-pandangan Ibnu Sina dalam bidang politik
hampir tidak dapat dipisahkan dari pandangannya dalam bidang agama, karena menurutnya
hampir semua cabang ilmu keislaman berhubungan dengan politik, ilmu ini selanjutnya ia
bagi
menjadi empat cabang yaitu ilmu akhlak, ilmu cara mengatur rumah tangga, ilmu tata negara,
dan ilmu tentang kenabian. Ilmu politik ini juga masuk dalam ilmu pendidikan, karena ilmu
pendidikan merupakan ilmu yang berada pada garis terdepan dalam menyiapkan kader-kader
yang siap untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintahan.

Menurut Ibnu Sina adanya kecenderungan manusia untuk memilih pekerjaan yang
berbeda dikarenakan di dalam diri manusia terdapat faktor yang tersembunyi yang sukar
dipahami dan dimengerti serta sulit untuk di ukur kadarnya. Dengan pandangannya ini

4
Jalaluddin, 1996
terlihat bahwa dalam pemikiran pendidikannya ia telah merintis adanya perbedaan individu
(Individual Differences) seperti yang dikenal dunia pendidikan modern sekarang.5

Dalam memformulasikan konsep pendidikan, Ibn Sina sangat menekankan pada


pendidikan akhlak. Selanjutnya Ibn Sina membagi tingkat pendidikan menjadi dua bagian
diantaranya adalah:

1. Tingkat umum. Pada tingkat ini anak dilatih untuk dapat belajar
mempersiapkan badan jasmaninya, akal dan jiwanya pada tingkat ini anak
diberi pelajaran membaca, menulis, al-Qur’an, masalah-masalah penting
dalam agama dasar-dasar bahasa dan sedikit sastra.
2. Tingkat khusus, pada tingkat ini anak dipersiapkan untuk menuju suatu
profesi yaitu mereka dilatih untuk melakukan praktek yang berkaitan
dengan masalah kehidupan. Karena jika hanya memiliki rasa ingin tahu
saja belum cukup tetapi harus berlatih terus menerus. Di sini Ibn Sina
hendak mengarahkan menuju profesi profesi dan bakat-bakat yang sesuai
dengan kemampuan dan cocok dengan kecenderungan kecenderungan
anak didik.

b. Tujuan pendidikan menurut Ibnu Sina

Menurut Ibnu Sina bahwa tujuan pendidikan harus diarahkan pada pengembangan
seluruh potensi yang dimiliki oleh seseorang kea rah perkembangannya yang sempurna,
yaitu perkembangan fisik, intelektual dan budi pekerti. Selain itu, tujuan pendidikan
menurut ibnu sina harus diarahkan pada upaya mempersiapkan seseorang agar dapat
hidup dimasyarakat secara bersama dengan melakukan pekerjaan atau keahlian yang
dipilihnya sesuai dengan bakat, kecenderungan dan potensi yang dimilikinya.6

Selain itu, Ibnu sina juga mengemukakakn tujuan pendidikan yang bersifat
keterampilan yang ditujukan pada pendidikan bidang perkayuan, penyablonan, dan
sebagainya, sehingga akan muncul tenaga-tenaga pekerja yang professional yang mampu
mengerjakan pekerjaan secara professional.7

Ibnu Sina dalam pandangan di atas tersebut, searah dengan pandangannya


mengenai insan kamil, yaitu manusia terbina seluruh potensi secara seimbang dan
5
Jalaluddin, 1996
6
Jalaluddin dan Usman, 2009
7
Bandingkan Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisis Psikologi, filsafat dan
pendidikan, (Jakarta: PT. Pustaka Al-Husna Baru, 2004)
menyeluruh. Selanjutnya factor situasi masyarakat yang sudah maju dan terspesialisasi
pada Ibnu Sina hidup, sebgaiman dikemukakan diatas juga mempengaruhi rumusnya
tentang tujuan pendidikan pada bidang keahlian sebagaimana disebutkan diatas. Dengan
ciri-ciri terlihat dengan jelas pengaruh pandangan filsafatnya dan situasi sosoal yang
mengitarinya terhadap rumusan tujuan pendidikan yang dikemukakannya.

Dengan tujuan seperti ini, Ibnu sina tampak berusaha melakukan antisipasi dalam
rangka membentuk manusia yang memilki keahlian dan membendung lahirnya output
pendidikan yang tidak mampu bekerja tengah-tengah masyarakat yang berakibat pada
timbulnya pengangguran. Tujuan pendidik yang dikemukakan oleh Ibnu Sina tampak masih
dapat diterapkan oleh seluruh bangsa yang menghendaki kemajuan. Selain itu, rumusan
tujuan pendidikan Ibnu Sina tampak mencerminkan sikapnya selain sebagai seorang pemikir,
juga sebagai pekerja dan praktisi sebagaimana yang telah terdapat dalam dirinya.8

2.3 Konsep kurikulum yang dikemukakan oleh Ibnu Sina


Dalam hal kurikulum Ibnu Sina memberikan batasan mengnai prinsip-prinsip
pendidikan bahwa jangan memulai pembelajaran Al-Quran kepada anak melainkan
setelah anak mencapai tingakt kematangan akal dan jasmaniah yang memungkindapat
menerima apa yang diajarkan. Mengintegrasikan antara pengajaran al-quran dengan
huruf hijaiyyah yaitu memperkuat pandangan pendidikan modern saat ini yaitu dengan
metode campuran antara analitis dan strukturalistis dalam mengajar, membaca, dan
menulis. Kemudian anak diajar agama pada waktu tingkat kematangan yang ,antap
dimna menurut adat kebiasaan hidup keagamaan yang benar telah terbuka sampai dapat
menyerapkan dalam jiwanya dan mempengaruhi daya inderawi serta perasaanya.9
Dalam pembahasan ilmu-ilmu yang bersifat praktis, Ibnu Sina mengaitkan dengan
berbagai tugas dan pekerjaan yang ada didalam kehidupan ruamh tangga, masyarakat
dan dunia pekerjaan atau profesi. Dengan ilmu yang bersifat praktis ini seseorang dapat
dibantu dalam usaha mencari rezki guna mewujudkan kesejahteraan hidupnya. Uraian
tersebut diatas, tampak konsep kurikulum yang ditawarkan Ibnu Sina memiliki tiga ciri.
Tiga tersebut yaitu yang pertama konsep kurikulum ibnu sina tidak hanya terbatas pada
sekedar menyusun sejumlah mata pelajaran, melainkan juga disertai dengan penjelasn
tentang tujuan dari mata pelajaran dan kapan mata pelajaran itu harus diajarkan. Selain
itu Ibnu Sina jga sangat mempertimbangkan aspek psikologis, yakni minat dan bakat
para peserta didik dalam menetukan keahlian yang akan dipilihnya. Dengan cara
demikian seorang peserta didik akan merasa senang atau tidak dipaksa dalam
mempelajari suatu ilmu atau keahlian tertentu.

8
Abuddin Nata, 2000
9
Al Jumbulati, op.cit., h. 119-120
Kedua, bahwa strategi penyusunan kurikulum yang di tawarkan Ibnu Sina juga
didasarkan pada pemikiran yang bersifat pragmatis fungsional, yakni dengan melihat
segi kegunaan ilmu dan keterampilan yang dipelajari dengan tuntutan masyarakat, atau
berorientasi pada pasar (Marketing oriented). Dengan cara demikian setiap lulusan
pendidikan akan siap difungsikan dalam berbagai lapangan pekerjaan yang ada di
masyarakat. Sedangkan ketiga, startegi pembentukan kurikulum Ibnu Sina sangat
dipengaruhi oleh pengalaman yang terdapat dalam dirinya. Pengalam pribadinya dalam
mempelajari berbagai macam ilmu dan keterampilan ia coba tuangkan dalam konsep
kurikulumnya. Dengan kata lain, ia menghendaki agar setiap orang mempelajari
berbagai ilmu dan keahlian menempuh cara sebagaimna ia tempuh.
Daftar Pustaka
Al-Abrasyi, M. A. 1994. Al-Tarbiyah Al- Islamiyah wa Falasifatuna, Terj. Syamsudin
Asyrafi, dkk. Yogyakarta: Sumbagsih Offset
Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam Seri Kajian Filsafat Pendidikan
Islam, ED. I( Cet. I; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 2000)
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisis Psikologi, filsafat dan
pendidikan, (Jakarta: PT. Pustaka Al-Husna Baru, 2004)
Jalaluddin., dan Usman Said. Filsafat pendidikan Islam Konsep Perkembangan
Pemikirannya, Ed. I. Cet. I; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,1994
Zar, S. 2007. Filsafat Islam: Filosof dan Filsafatnya. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada

Anda mungkin juga menyukai