Anda di halaman 1dari 12

Vol. 15, No.

01, Februari, 2022 p-ISSN: 2087-040X


DOI Issue: 10.46306/jbbe.v15i1 e-ISSN: 2721-7213

INDUSTRI HALAL BERKONTRIBUSI TERHADAP PERTUMBUHAN


EKONOMI DI ERA PANDEMI COVID-19: PELUANG DAN TANTANGAN
1
Dewi Utari, 2Muhammad Iqbal Fasa, 3Suharto
1,2,3
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam, Universitas Negeri Raden Intan Lampung
Email: dewiktb17@gmail.com1, miqbalfasa@radenintan.ac.id2, Prof.suharto@radenintan.ac.id3

ABSTRACT
This study focuses on analyzing how the halal industry affects economic growth in the Covid-19 pandemic
era. This study also identifies opportunities as well as challenges in its development. The method used in
this study is a descriptive qualitative approach with library research. This study finds that the halal industry
has a major role in the development of economic growth, as evidenced by the halal industry has contributed
USD 3.8 billion to Gross Domestic Product (GDP) and investment of USD 1 billion from foreign investors
in 2019. The halal industry also has opportunities in various sectors, namely halal food and beverages,
halal tourism, halal fashion, halal cosmetics, halal media and recreation, halal pharmacy and halal
finance. However, Indonesia must face various challenges, namely, challenges from the government,
organizations, development, existing resources, and challenges that come from the community/consumers.
Keywords: Halal Industry, Economic Growth, Covid-19, Opportunities, Challenges

ABSTRAK
Penelitian ini memfokuskan untuk menganalisis bagaimana industri halal terhadap pertumbuhan ekonomi
di era pandemi Covid-19. Kajian ini juga mengidentifikasi peluang sekaligus tantangan dalam
pengembangannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan kualitatif
deskriptif dengan penelitian kepustakaan (library research). Dalam penelitian ini menemukan bahwa
industri halal memiliki peran yang besar dalam perkembangan pertumbuhan ekonomi yakni dibuktikan
dengan industri halal telah menyumbang 3,8 miliar USD terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan
investasi 1 miliar USD dari investor asing ditahun 2019. Industri halal juga memiliki peluang di berbagai
sektor, yakni makanan dan minuman halal, wisata halal, fashion halal, kosmetik halal, media dan rekreasi
halal, farmasi halal dan keuangan halal. Namun, Indonesia harus menghadapi berbagai tantangan yakni,
tantangan dari pemerintah, organisasi, pembangunan, sumber daya yang ada, serta tantangan yang datang
dari masyarakat/konsumen.
Kata Kunci: Industri Halal, Pertumbuhan ekonomi, Covid-19, Peluang, Tantangan

PENDAHULUAN
Dampak pandemi Covid-19 terhadap ekonomi sangat besar, seperti mengubah kegiatan
ekonomi, menghentikan produksi dan mengganggu rantai pasokan. Sebagian besar permintaan
barang dan jasa tidak stabil dan kemungkinan akan mempengaruhi pilihan produk dan mengubah
kebiasaan lama konsumen secara signifikan dalam pembelian, yang pada akhirnya mengubah
operasi bisnis dan ini terjadi di hampir semua negara secara global, di mana hal itu tidak dapat
diubah dan akan menciptakan tatanan baru (Hidayat et al., 2021).
Selama wabah Covid-19, industri halal memiliki lebih banyak peluang karena pola hidup
masyarakat cenderung berubah dengan mengutamakan produk yang higienis dan halal (Gunawan
& Yahya, 2021). Industri halal menjadi tren dunia saat ini, tumbuhnya tren industri halal merupakan
pergeseran persepsi masyarakat muslim dan tren pelanggan muslim di seluruh dunia, termasuk
Indonesia (Susilawati, 2020). Hal ini dibuktikan bahwa industri halal terus mengalami pertumbuhan
dari tahun ke tahun, Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki potensi besar untuk
mengembangkan industri halal. Potensi yang besar ini merupakan implikasi dari banyaknya jumlah
penduduk muslim di Indonesia (Fathoni, 2020). Berikut memperlihatkan persentase penduduk
muslim di Indonesia.

DOI Artikel: 10.46306/jbbe.v15i1.119 87


Vol. 15, No. 01, Februari, 2022 p-ISSN: 2087-040X
DOI Issue: 10.46306/jbbe.v15i1 e-ISSN: 2721-7213
Gambar 1. Persentase Penduduk Muslim di Indonesia Per 21 Juni 2021

Sumber: databoks

Sektor-sektor yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia antara lain makanan dan
minuman, pariwisata, fashion, media dan rekreasi, farmasi dan kosmetik, serta keuangan syariah
(Mubarok & Imam, 2020). Dengan populasi salah satu populasi Muslim terbesar di dunia, Indonesia
seharusnya menjadi pengembang industri halal. Sektor makanan merupakan industri dengan
pendapatan terbesar dan diprediksi akan terus tumbuh. Hal ini dikarenakan kesadaran masyarakat
terhadap produk halal yang dikonsumsi (Hasanah, 2021).
Lebih dari itu, Jaminan Produk Halal dapat memberikan keuntungan bagi produsen guna
meningkatkan penjualan. Seperti yang kita ketahui, mencari konsumen halal di Indonesia sangatlah
mudah. Sehingga jika produk tersebut telah memenuhi unsur kehalalannya maka secara otomatis
akan menarik minat konsumen muslim untuk membelinya (Susilawati, 2020). Hal ini membuktikan
bahwa Indonesia menunjukkan kemajuan pesat dalam ekonomi syariah, tidak hanya karena jumlah
konsumsi produk halal terbesar tetapi juga kontribusi inovasi dalam industri ekonomi syariah, yaitu
makanan, fashion, kosmetik, farmasi, pariwisata, keuangan, media, dan industri rekreasi (Hasanah,
2021).
Namun di sisi lain, pengamat ekonomi syariah dari Institute for Development of Economics
and Finance (Indef) Abra Talattov menyayangkan posisi Indonesia sebagai produsen barang halal
masih di bawah negara-negara yang notabene non-Muslim. Dengan kata lain, Indonesia belum
mampu menangkap potensi pasar industri halal khususnya di dalam negeri (Kamila, 2021). Untuk
itu penulisan dalam paper ini akan membahas terkait bagaimana industri halal terhadap
pertumbuhan ekonomi di indonesia di era pandemi sebagai peluang sekaligus tantangan dalam
memperbaiki tatanan perekonomian.

LANDASAN DASAR INDUSTRI HALAL


Industri halal adalah industri yang menghasilkan barang dan jasa halal menurut syariah.
Istilah halal juga digunakan dalam makanan halal, dapur, aturan berpakaian, peralatan makan, logo,
dan sertifikat halal. Anonim dari halal itu sendiri adalah haram. Untuk menghindari haram, setiap
individu mengikuti petunjuk tentang halal dan haram seperti yang diajarkan oleh Al-Qur'an dan
Sunnah (Razalia & Syahputraa, 2021). Berikut ini merupakan landasan dasar terkait industri halal:

DOI Artikel: 10.46306/jbbe.v15i1.119 88


Vol. 15, No. 01, Februari, 2022 p-ISSN: 2087-040X
DOI Issue: 10.46306/jbbe.v15i1 e-ISSN: 2721-7213
Al-Quran:
Allah SWT menganjurkan kita sebagai umat muslim untuk mengkonsumsi sesuatu yang halal
secara tegas. Allah SWT berfirman:

َ َٰ ‫ش أي‬
َ ‫ط ِۚ ِن إِنَّ ۥهُ لَ ُك أم‬
ٌ ِ‫ُّو ُّمب‬ٞ ‫عد‬
‫ين‬ َّ ‫ت ٱل‬
ِ ‫ط َٰ َو‬ َ ‫ض َح َٰلَ اٗل‬
ُ ‫طيِباا َو ََل تَتَّبِعُواْ ُخ‬ ُ َّ‫َٰيََٰٓأَيُّ َها ٱلن‬
ِ ‫اس ُكلُواْ ِم َّما فِي أٱۡل َ أر‬
١٦٨
Artinya:
Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan
janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu
adalah musuh yang nyata bagimu. (Q.S: Al-Baqarah:168).

Allah SWT menegaskan kembali agar bertakwa kepada Allah SWT. Allah SWT berfirman:

٨٧ َ‫ٱَّلل ََل ي ُِحبُّ أٱل ُمعأ تَدِين‬ ِۚ َّ ‫ت َما َٰٓ أَ َح َّل‬ َ ْ‫َٰيََٰٓأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُواْ ََل ت ُ َح ِر ُموا‬
َ َّ ‫ٱَّللُ لَ ُك أم َو ََل تَعأ تَد َُٰٓواْ ِإ َّن‬ ِ َ‫ط ِي َٰب‬
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah
Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. (Q.S: Al’Ma’idah:87).

Allah SWT juga memerintahkan segala sesuatu yang kita lakukan harus sesuai dengan ajaran islam
agar mendapatkan ridho Allah SWT. Allah SWT berfirman:

َٰٓ َّ ِ‫طا ِع ٖم يَ أطعَ ُم َٰٓۥهُ إ‬


‫َل أَن يَ ُكونَ َم أيتَةً أَ أو دَ اما َّم أسفُو ًحا أَ أو‬ َ ‫علَ َٰى‬َ ‫ي ُم َح َّر ًما‬ َّ َ‫ي إِل‬ ِ ُ ‫َل أَ ِجدُ فِي َما َٰٓ أ‬
َ ‫وح‬ َٰٓ َّ ‫قُل‬
َ ‫اغ َو ََل‬
َ‫ع ٖاد فَإِ َّن َربَّك‬ ُ ‫ٱَّلل ِب ِِۚۦه فَ َم ِن أ‬
ٖ ‫ٱضط َّر غ أَي َر َب‬ ِ َّ ‫س أَ أو ِف أسقًا أ ُ ِه َّل ِلغ أَي ِر‬ ِ ‫لَ أح َم ِخ‬
ٌ ‫نز ٖير فَإِنَّهُۥ ِر أج‬
١٤٥ ‫ّيم‬ٞ ‫ور َّر ِح‬ ّٞ ُ‫غف‬
َ

Artinya:
Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaKu, sesuatu
yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu
bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi - karena Sesungguhnya semua itu
kotor - atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa yang dalam
Keadaan terpaksa, sedang Dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas,
Maka Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang “. (Q.S: Al-
An’am:145)

Allah SWT memerintahkan kita memakan sesuatu yang halal dan mensyukurinya. Allah SWT
berfirman:

ِ َّ َ‫ٱش ُك ُرواْ نِعأ َمت‬


١١٤ َ‫ٱَّلل ِإن ُكنت ُ أم ِإيَّاهُ تَعأ بُدُون‬ َ ‫ٱَّللُ َح َٰلَ اٗل‬
‫ط ِيبا ا َو أ‬ َّ ‫فَ ُكلُواْ ِم َّما َرزَ قَ ُك ُم‬

DOI Artikel: 10.46306/jbbe.v15i1.119 89


Vol. 15, No. 01, Februari, 2022 p-ISSN: 2087-040X
DOI Issue: 10.46306/jbbe.v15i1 e-ISSN: 2721-7213
Artinya:
Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan
syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah. (Q.S: An Nahl:
114).

Allah SWT Berfirman untuk berpakaiaan menurut ajaran islam:

ِ ‫ِّۚر َٰذَلِكَ ِم أن َءا َٰ َي‬ٞ ‫اس ٱلتَّ أق َو َٰى َٰذَلِكَ خ أَي‬


‫ت‬ ُ َ‫يش ۖا َو ِلب‬
‫س أو َٰ َءتِ ُك أم َو ِر ا‬ َ ‫ي َءادَ َم قَ أد أَنزَ ألنَا‬
‫علَ أي ُك أم ِلبَ ا‬
َ ‫اسا ي َٰ َُو ِري‬ َٰٓ ِ‫َٰيَبَن‬
٢٦ َ‫ٱَّلل لَ َعلَّ ُه أم َيذَّ َّك ُرون‬
ِ َّ
Artinya:
Hai anak Adam, Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup
auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. dan pakaian takwa Itulah yang paling baik.
yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, Mudah-mudahan
mereka selalu ingat. (Q.S: Al-A’raf:26)

Hadits:
Dalam hadits Nabi di larang setiap muslim mengkonsumsi semua minuman yang memabukkan atau
khamr, sesuai dengan hadist yang diceritakan Ibnu Umar.

‫قَالَ ُكلُّ ُم ْس ِك ٍرخ َْم ٌر َو ُكلُّ ُم ْس ِك ٍر َح َرا ٌم‬

Artinya:
“Setiap yang memabukkan adalah khamr dan tiap khamr adalah haram.” (HR.An-Nasa’i)

Dalam hadits ini juga dijelaskan bahwa segala sesuatu yang di peroleh dari hal yang tidak baik
maka akan menghasilkan yang tidak baik pula.

‫ىءٍ أَ ْكلَ َح َّر َماإِذَ َجلَّ َو‬ َ ‫ع َّزاللَّ َه َوإِ َّن ثَ َمنَ ُه َح َّر َم‬
ْ ‫ش‬ َ
Artinya:
“Allah SWT Mengharamkan untuk mengkonsumsi sesuatu, maka Allah haramkan pula
upah (hasil penjualannya).” (HR. Ahmad 1/293, sanadnya shahih kata Syaikh Syu’aib Al
Arnauth)

Dijelaskan pula perintah dan petunjuk untuk makan makanan yang halal.
‫إن اللحم والدم الذي ينمو من شيء غير شرعي لن يدخل الجنة لكن الجحيم أحق به‬
Artinya:
Nabi SAW bersabda, ''Sesungguhnya tidak masuk surga daging dan darah yang tumbuh dari
sesuatu yang haram, namun neraka lebih berhak untuknya.'' (HR Imam Ahmad bin Hanbal).

METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan kualitatif deskriptif,
metode deskriptif dikenal juga dengan penelitian kepustakaan (library research). Metode
pengumpulan data diperoleh dari jurnal, buku, berlandaskan Al-quran dan Hadits, serta dari
berbagai lembaga terpercaya yang terkait seperti, Badan Pusat Statistik (BPS), dan Global Islamic
Economy Report.

DOI Artikel: 10.46306/jbbe.v15i1.119 90


Vol. 15, No. 01, Februari, 2022 p-ISSN: 2087-040X
DOI Issue: 10.46306/jbbe.v15i1 e-ISSN: 2721-7213
HASIL DAN PEMBAHASAN

Industri Halal di Indonesia


Industri halal dapat didefinisikan sebagai industri yang memenuhi kebutuhan masyarakat
dengan menghasilkan produk dan layanan halal (Yusof et al., 2019). Konsumen muslim diwajibkan
oleh agamanya hanya mengkonsumsi produk yang halal, oleh karena itu umat Islam wajib
memeriksa suatu produk sebelum dikonsumsi dengan memastikan kehalalannya dan menjauhi
barang-barang konsumsi yang diduga tidak halal (Ab. Wahab & Kamarubahrin, 2019).
Industri halal merupakan industri yang mencakup bisnis yang beroperasi sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah dan memenuhi persyaratan sertifikasi dari lembaga sertifikasi halal. Namun,
di Indonesia sendiri, tidak cukup bagi produsen untuk mengatakan bahwa produk mereka halal,
tetapi harus ada surat resmi yang membuktikannya berupa sertifikat halal (Jaiyeoba, 2021).
Untuk meningkatkan pertumbuhan Indonesia sebagai produsen makanan halal, pemerintah
telah menerbitkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal sebagai
acuan bagi pelaku usaha dalam membuat makanan halal (Hasanah, 2021). Di bawah mandat
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal, sertifikasi halal ini dapat
dilakukan oleh produsen dengan mendaftarkan produknya ke Badan Jaminan Produk Halal
(BPJPH) (Jaiyeoba, 2021).
Sertifikasi halal adalah proses sertifikasi untuk produk atau jasa menurut ketentuan syariah
Islam (Ardiani Aniqoh & Hanastiana, 2020). Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH)
bekerjasama dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI). BPJPH melaksanakan tugas pendaftaran
halal, sertifikasi halal, pemeriksaan halal, serta pembinaan dan pengawasan kehalalan suatu produk,
bekerja sama dengan semua pemangku kepentingan terkait, dan menetapkan standar kehalalan
suatu produk. Sedangkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) menetapkan kehalalan produk dengan
dikeluarkannya keputusan penetapan kehalalan produk (Hasanah, 2021).
Manfaat Undang-Undang Jaminan Produk Halal (UUJPH) bagi produsen adalah adanya
kepastian hukum atas semua barang yang dihasilkannya. Dengan demikian UUJPH ini berdampak
positif bagi dunia usaha karena tidak diragukan lagi, produk dengan sertifikasi halal adalah halal
sehingga meyakinkan konsumen bahwa produk tersebut dapat dibeli, dikonsumsi atau digunakan.
Lebih dari itu, Jaminan Produk Halal dapat memberikan keuntungan bagi produsen guna
meningkatkan penjualan. Seperti yang kita ketahui bersama, mencari konsumen halal di Indonesia
sangatlah mudah. Sehingga jika produk tersebut telah memenuhi unsur kehalalannya maka secara
otomatis akan menarik minat konsumen muslim untuk membelinya (Susilawati, 2020).

Tabel 1. Analisis SWOT Industri Halal Di Indonesia

KEKUATAN KELEMAHAN

Dukungan pemerintah dalam industri Kurangnya kerjasama antara sektor


halal industri
Keberadaan lembaga sertifikasi yang Rendahnya kesadaran pelaku industri
telah bertahan dan masyarakat tentang pentingnya
aspek halal.
Kampanye produk halal yang Kerangka kebijakan dan jaminan
signifikan produk perlindungan yang belum
ditetapkan
Syariah ekonomis dan perkembangan Kurangnya perusahaan bersertifikat
keuangan halal

DOI Artikel: 10.46306/jbbe.v15i1.119 91


Vol. 15, No. 01, Februari, 2022 p-ISSN: 2087-040X
DOI Issue: 10.46306/jbbe.v15i1 e-ISSN: 2721-7213
Berbagai lembaga dan lembaga
pendidikan tinggi memiliki potensi
untuk menjadi pusat inovasi
Tren halal yang signifikan dari
berbagai sektor bukan hanya muslim
tapi juga non-muslim. khususnya di
bidang makanan dan minuman
Sumber: (Mubarok & Imam, 2020).

Industri Halal Berperan terhadap Pertumbuhan Ekonomi


Pandemi Covid-19 telah melanda dunia internasional, dan Indonesia termasuk di dalamnya.
Indonesia memerangi Covid-19 dengan memodifikasi kebijakan karantina wilayah menjadi
pembatasan sosial berskala besar secara lokal sesuai tingkat keparahan di provinsi, kabupaten, atau
kota (Peristiwo, 2021)
Pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (LSSR) menjadi penyumbang terbesar
keterpurukan ekonomi di Indonesia, keberadaan LSSR ini mengganggu banyak hal. Mulai dari
terganggunya pasokan bahan baku hingga mempengaruhi kegiatan ekonomi pelaku usaha.
Kemudian pengusaha kehilangan banyak pendapatan karena usahanya tidak berjalan lancar
sehingga tidak dapat membayar pekerja, sehingga terjadi gelombang pemutusan hubungan kerja
(PHK) yang tidak dapat dihindarkan lagi. Banyak orang yang sulit mencari pekerjaan sehingga
menyebabkan pengangguran meningkat (Susilawati, 2020).
Meski krisis ekonomi terjadi di berbagai negara, pertumbuhan industri halal tetap tumbuh
(Hasanah, 2021). Mengamati pertumbuhan industri halal dunia pada saat sebelum Covid-19 dan
sesudah Covid-19 dapat dilihat pada grafik dibawah ini:

Gambar 2. Pertumbuhan Industri Halal Dunia

Sumber: Global Islamic Economy Report 2020/2021

Berdasarkan grafik Global Islamic Economy Report (Standard, 2020). Pertumbuhan industri
halal sebelum Covid-19 tumbuh 6,2% sedangkan selama Covid-19 pertumbuhannya hanya 3,1%,
dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan industri halal dunia menurun 50% dari tahun sebelum
pandemi (Hasanah, 2021). Meskipun menurun namun tetap industri halal masih mengalami
pertumbuhan yang setidaknya dapat mempengaruhi perekonomian nasional.
Dengan segala potensinya, industri halal memiliki peran dalam pertumbuhan ekonomi.
Industri halal terus menunjukkan pertumbuhan positif setiap tahunnya. Pertumbuhan ini tentu
memberikan kontribusi positif bagi perekonomian Indonesia. Konsumsi produk halal masyarakat
DOI Artikel: 10.46306/jbbe.v15i1.119 92
Vol. 15, No. 01, Februari, 2022 p-ISSN: 2087-040X
DOI Issue: 10.46306/jbbe.v15i1 e-ISSN: 2721-7213
Indonesia sangat besar, bahkan terbesar di dunia. Tercatat pada tahun 2017 total konsumsi produk
halal di Indonesia sebesar USD 200 miliar atau lebih dari 36% dari total konsumsi rumah tangga.
Konsumsi produk halal ini akan terus mengalami pertumbuhan dengan rata-rata 5,3%. Pada tahun
2025, diperkirakan tingkat konsumsi produk halal Indonesia mencapai 330,5 miliar USD (Fathoni,
2020).
Industri halal memang memiliki peran strategis dalam meningkatkan perekonomian nasional.
Potensi ini sudah bisa dilihat dari data Kementerian Keuangan Republik Indonesia tahun 2019 yang
menyatakan bahwa industri halal telah menyumbang 3,8 miliar USD terhadap Produk Domestik
Bruto (PDB) dan investasi 1 miliar USD dari investor asing, serta pembukaan pekerjaan sebanyak
127 ribu per tahun. Jika potensi ini dioptimalkan lagi, industri halal bisa meningkatkan nilai ekspor
dan cadangan devisa negara. Selain itu, industri halal juga memiliki potensi nilai ekspor Indonesia
yang menjadi salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi. Nilai ekspor yang bisa dihasilkan
dari industri halal berkisar 5,1 miliar USD sampai 11 miliar USD per tahun. Pada tahun 2018,
industri halal telah menghasilkan USD 7,6 miliar (Pratikto et al., 2021).
Berbicara tentang peningkatan ekspor, kegiatan ekspor merupakan bagian dari perdagangan
internasional. Dalam perdagangan internasional, pembiayaan dibutuhkan dari cadangan devisa.
Cadangan devisa merupakan indikator untuk mengetahui sejauh mana kemampuan suatu negara
dalam melakukan perdagangan internasional (Fathoni, 2020). Berikut ini adalah data mengenai
cadangan devisa dan nilai ekspor dari tahun 2015-2020.

Tabel 2. Data Cadangan Devisa dan Ekspor Tahun 2015-2020

Tahun Cadangan Devisa Ekspor


(Juta USD) (Juta USD)
2015 105.931 150.366
2016 116.362 145.186
2017 130.196 168.828
2018 120.654 180.012
2019 129.183 167.683
2020 135.897 163.191
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)

Industri halal dapat kita manfaatkan dengan segala potensinya untuk mendorong peningkatan
nilai cadangan devisa. Adapun cara yang dapat ditempuh. Pertama, nilai ekspor industri halal perlu
ditingkatkan. Komoditas halal yang berpotensi untuk diekspor Indonesia adalah makanan halal dan
busana muslim. Kedua, meningkatkan potensi wisata halal. Ketiga, meningkatkan peran industri
keuangan syariah dalam mewujudkan inklusi keuangan. Industri keuangan syariah akan semakin
kuat sehingga dapat memberikan dampak yang lebih luas bagi kesejahteraan masyarakat (Fathoni,
2020).

Peluang Industri Halal di Indonesia


Berdasarkan State of The Global Islamic Economy 2016/2017 oleh Thomson Reuters,
memperlihatkan total pendapatan yang didapat oleh beberapa sektor industri halal pada tahun 2015
dan proyeksi estimasi pendapatan pada tahun 2021 (Reuters & Standard, 2016).

DOI Artikel: 10.46306/jbbe.v15i1.119 93


Vol. 15, No. 01, Februari, 2022 p-ISSN: 2087-040X
DOI Issue: 10.46306/jbbe.v15i1 e-ISSN: 2721-7213
Tabel 3. Total Pendapatan dan Estimasi Pendapatan
Industri Halal Dunia
Sektor Total Pendapatan (2015) Estimasi Pendapatan (2021)
Makanan Halal $1,17 Triliun $ 1,9 Triliun
Keuangan $2 Triliun $ 3,5 Triliun
Travel $ 151 Miliar $ 243 Miliar
Fashion $ 243 Miliar $ 368 Miliar
Obat dan Kosmetik $78 Miliar $ 132 Miliar
Media dan Hiburan $ 189 Miliar $ 262 Miliar
Healthcare $ 436 Miliar -
Pendidikan $ 402 Miliar -
Sumber: State of The Global Islamic Economy 2016/2017

Dilihat dari data pendapatan dari beberapa sektor industri halal dunia di atas, disimpulkan
bahwa industri halal sangat berpotensi untuk dikembangan di Indonesia, terlebih Indonesia
merupakan negara dengan mayoritas penduduk muslim di dunia. Hal ini menjadi salah satu
kekuatan bagi Indonesia untuk menjadi industri halal global terkemuka. Banyak sektor-sektor yang
berpotensial serta memiliki peluang yang besar untuk berkontribusi terhadap pertumbuhan
perekonomian indonesia saat ini. Berikut dibawah ini sektor-sektor industri halal yang dapat
dikembangkan di indonesia.

Makanan dan minuman halal


Pada sektor ini khususnya di Indonesia merupakan keunggulan Indonesia, hal ini disebabkan
oleh dominasi penduduk terutama di daerah yang mayoritas penduduknya beragama Islam.
Berbagai jenis makanan dan minuman khas daerah yang sangat beragam juga menjadi peluang
tersendiri bagi Indonesia (Mubarok & Imam, 2020).
Pandemi Covid-19 tidak serta merta berdampak negatif bagi industri halal, khususnya sektor
makanan halal. Dengan adanya pandemi Covid-19, tingkat kesadaran masyarakat akan produk yang
sehat, bersih dan higienis semakin meningkat, dengan pemahaman tersebut makanan halal dan
produk halal akan semakin digemari, karena konsumen kini menyamakan makanan halal dengan
makanan sehat dan higienis (Hasanah, 2021).
Ekonom makanan memprediksi bahwa sektor makanan halal akan menjadi lebih kuat
dikekuatan pasar ekonomi dalam waktu dekat. Hal ini dapat dijelaskan oleh empat kecenderungan
yang berlaku. Pertama adalah pesatnya pertumbuhan Islam di seluruh dunia, yang telah
meningkatkan permintaan akan produk halal. Kedua, meningkatnya kecenderungan non-Muslim
menggunakan makanan dan produk legal karena alasan etika dan keamanan. Ketiga, kontribusi
pada kebangkitan konsumen legal sebagai kekuatan pasar adalah pertumbuhan populasi Muslim
dan peningkatan daya beli mereka. Faktor keempat adalah umat Islam lebih menyadari perlunya
mengkonsumsi hanya makanan halal (Sanneh, 2021).

Wisata halal
Peningkatan wisatawan muslim menjadi peluang bagi sektor pariwisata untuk
mengembangkan wisata halal (Nurjaya et al., 2021). Contoh konsep wisata halal seperti setiap
produk dan layanan dirancang untuk memenuhi kebutuhan wisatawan muslim. Mulai dari restoran
halal (tidak menjual makanan/minuman non halal), penginapan halal, dan lain sebagainya
(Muawanah et al., 2021).
Indonesia memiliki penduduk muslim terbesar di dunia, sehingga sangat kondusif untuk
menyambut wisatawan muslim. Dengan tumbuhnya industri dan perdagangan syariah di Indonesia,

DOI Artikel: 10.46306/jbbe.v15i1.119 94


Vol. 15, No. 01, Februari, 2022 p-ISSN: 2087-040X
DOI Issue: 10.46306/jbbe.v15i1 e-ISSN: 2721-7213
jaminan elastisitas dan kepatuhan syariah semakin meningkat. Selain itu, juga terdapat pelaku
industri pariwisata syariah/halal yang mapan dan profesional. Peningkatan jumlah wisatawan
muslim dari tahun ke tahun merupakan peluang (Minardi et al., 2021).

Fashion halal
Merupakan produk busana yang mengikuti aturan berpakaian Islami. Hal ini juga dapat
diidentifikasi sebagai busana hijab atau busana sederhana (Sumarliah et al., 2021). Busana halal
merupakan segmen industri halal yang menargetkan kaum milenial Muslim. Pasar pakaian tumbuh
perlahan menawarkan pakaian atletik trendi dan sederhana, jilbab, merek desainer dan butik, dan
koleksi Ramadhan. Peluang tersebut diwujudkan dengan mengamati pengeluaran Muslim di bidang
fashion (Azam & Abdullah, 2020).
Berdasarkan data nilai ekspor Indonesia, pada tahun 2019 mencapai 8,3 miliar dollar AS
hingga Februari 2020 terjadi peningkatan sebesar 1,38 miliar dollar AS dengan kontribusi terhadap
PDB nasional sebesar 5,4% pada tahun 2019, pertumbuhan ekspor ini termasuk industri halal
fashion (Hasanah, 2021).

Media dan rekreasi halal


Sektor tersebut saat ini merupakan salah satu subsektor ekonomi kreatif yang memiliki
potensi. Pertumbuhan film, animasi, dan video meningkat secara signifikan. Peningkatan ini juga
salah satunya akibat adanya pandemi Covid-19. Namun dalam konteks media dan rekreasi berbasis
halal belum optimal. Hal ini ditunjukkan dengan minimnya minat masyarakat terhadap film
berbasis religi (Mubarok & Imam, 2020).

Kosmetik halal
Kosmetik halal merupakan salah satu produk yang dapat dikembangkan, mengingat jumlah
penduduk muslim perempuan di Indonesia juga sangat potensial sebagai konsumen produk
kosmetik halal lokal. Jumlah penduduk ini akan sangat mempengaruhi perkembangan industri halal
khususnya kosmetik. Karena menurut kebiasaannya, kebanyakan wanita suka menggunakan
berbagai jenis kosmetik. Walaupun pada dasarnya tidak hanya wanita yang menggunakan
kosmetik, pria juga menggunakan jenis kosmetik tertentu seperti bedak (Hasan et al., 2021).

Farmasi halal
Industri farmasi berawal dari adanya peraturan Pemerintah nomor 51 tahun 2009 tentang
pekerjaan kefarmasian (Syahrir et al., 2019). Saat ini, obat-obatan halal diperkirakan telah
menyumbang hampir sepertiga dari total pendapatan pasar halal global (Hasanah, 2021). Jumlah
produk perawatan kesehatan dan obat-obatan merupakan penawaran gaya hidup potensial oleh
industri halal yang telah menunjukkan kinerja pertumbuhan yang mengesankan. Oleh karena itu
ada peluang besar bagi sektor ini untuk memasuki industri farmasi global (Azam & Abdullah,
2020).

Keuangan syariah
Keuangan halal menjadi pintu gerbang industri halal di Indonesia. Sejak berdirinya Bank
Muamalat Indonesia pada tahun 1992, sektor keuangan syariah telah membawa perkembangan
yang baik bagi industri keuangan syariah. Aset keuangan syariah terus tumbuh setiap tahun
(Fathoni, 2020). Hal ini terlihat dari tingkat pertumbuhan sebesar 9,22 persen (yoy) atau setara
dengan Rp. 545,39 triliun pada semester I-2020 (Hasanah, 2021).

DOI Artikel: 10.46306/jbbe.v15i1.119 95


Vol. 15, No. 01, Februari, 2022 p-ISSN: 2087-040X
DOI Issue: 10.46306/jbbe.v15i1 e-ISSN: 2721-7213
Tantangan Industri Halal di Indonesia
Beberapa tantangan yang dihadapi industri halal di Indonesia saat ini. Pertama. Pemerintah,
Industri halal di Indonesia menghadapi tantangan peran pemerintah dalam mewujudkan Indonesia
sebagai pusat halal dunia pada tahun 2024. Tantangannya meliputi, belum optimalnya peran
pemerintah dalam mensosialisasikan industri halal kepada masyarakat, sertifikasi produk halal,
sertifikasi halal perusahaan dan sosialisasi perlindungan konsumen, serta peran pemerintah dalam
mengatur kewajiban logistik halal (Yuli & Wojtyla, 2020).
Kedua. Organisasi, tantangan dalam aspek ini adalah kurangnya organisasi bersertifikat halal
atau perusahaan, tantangan promosi, sharing informasi, bahan baku halal, rendahnya daya saing
produk lokal, tantangan dalam proses produksi (halal value chain management), tantangan dalam
pengendalian halal dan tantangan dalam proses logistik (Yuli & Wojtyla, 2020).
Ketiga. Pembangunan, salah satu tantangan terbesar bagi industri Halal adalah pembangunan
yang harus diakui secara standar internasional dan akreditasi halal, khususnya di bidang pangan
(Azam & Abdullah, 2020).
Keempat. Sumber daya yang ada, Indonesia sebagai negara yang memiliki syarat untuk
menjadi negara maju sudah sepatutnya terus berupaya dengan inovasi, menangkap prospek dan
memanfaatkan segala sumber daya yang ada di dalam negeri baik sumber daya alam, sumber daya
manusia maupun sumber daya teknologi. Dengan demikian, industri halal di Indonesia dapat
memberikan nilai tambah yang lebih tinggi bagi konsumen (Yudha et al., 2020).
Kelima. Tantangan yang datang dari masyarakat sebagai konsumen adalah, rendahnya respon
masyarakat terhadap produk bersertifikat halal (Warto & Arif, 2020). Masyarakat memiliki standar
yang berbeda untuk produk halal, rendahnya pemahaman masyarakat tentang urgensi
pengembangan industri halal (Yuli & Wojtyla, 2020).

TAWARAN PENGEMBANGAN INDUSTRI HALAL


Masa pandemi Covid-19 adalah masa yang tepat untuk pemerintah agar memanfaatkan
potensi industri halal sebagai tonggak perbaikan suatu tatanan perekonomian di Indonesia.
Mengingat Indonesia memiliki peluang yang sangat besar dalam mengembangkan industri halal
karena penduduk muslimnya. Sektor industri halal yang ada harus diolah dengan baik dan seoptimal
mungkin agar dapat melebarkan sayap kedunia. Mengadakan sosialisasi terhadap konsumen.
Dengan diadakan nya sosialisasi diharapakan sebagai pelaku konsumen (masyarakat) juga
harus lebih peka terhadap produk-produk halal yang bersertifikat halal dan harus lebih paham akan
urgensi pengembangan industri halal saat ini. Memanfaatkan serta menangkap prospek Sumber
Daya Alam (SDA), Sumber Daya Manusia (SDM) serta sumber daya teknologi secara tersusun agar
dapat menjadikan industri halal ini semakin maju kedepannya. Ini semua merupakan peluang serta
kesempatan emas bagi industi halal agar menjadikan industri halal sebagai pasar industri halal di
dalam negeri dan dunia.
Sementara itu, perlu juga memperluas akses pasar. Pembuat kebijakan dan pelaku perlu
bersama-sama mendorong barang dan jasa yang dihasilkan untuk mendapatkan sertifikasi halal.
Koordinasi kebijakan dan program antara pemerintah, BI, dan instansi terkait untuk menjadikan
ekonomi syariah sebagai sumber pertumbuhan ekonomi baru. Promosi diperlukan untuk
memperkenalkan kepada masyarakat bahwa halal lifestyle itu universal, tidak hanya bagi umat
Islam, tetapi juga bagi non-Muslim. Kemudian kerjasama antara pemangku kepentingan industri
halal nasional dan internasional juga menjadi prasyarat untuk membangun dan mengembangkan
industri halal global (Kamila, 2021).

KESIMPULAN
Industri halal merupakan industri berbasis ekonomi syariah yang menghasilkan produk serta
memberikan layanan halal kepada masyarakat. Indonesia merupakan salah satu negara yang
DOI Artikel: 10.46306/jbbe.v15i1.119 96
Vol. 15, No. 01, Februari, 2022 p-ISSN: 2087-040X
DOI Issue: 10.46306/jbbe.v15i1 e-ISSN: 2721-7213
berpenduduk muslim terbesar di dunia, oleh karena itu indonesia sangat berpotensi untuk
mengembangkan industri halal. Sektor industri halal yang dapat dikembangkan sangat banyak
mulai dari, makanan dan minuman halal, fashion halal, kosmetik halal, farmasi halal, pariwisata
halal, keuangan syariah serta media dan rekreasi. Produk industri halal harus memenuhi persyaratan
sertifikasi dari lembaga sertifikasi halal. Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan Undang-
Undang No.33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal sebagai acuan pelaku usaha untuk
membuat produknya.
Pandemi Covid-19 telah melanda dunia internasional termasuk indonesia, meskipun krisis
ekonomi terjadi diberbagai negara namun pertumbuhan Industri halal masih tetap berkembang, hal
ini dibuktikan dengan pertumbuhan industri halal dunia saat pandemi masih mengalami
pertumbuhan meskipun hanya sebesar 3,1%. Dengan segala potensi dan peluang yang di miliki
industri halal tersebut dapat di manfaatkan dalam mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi
melalui peningkatan nilai ekspor dan cadangan devisa. Namun di sisi lain, Indonesia juga memiliki
tantangan dalam mengembangkan industri halal ini. Tantangan yang dihadapi indonesia ialah;
Peran pemerintah, kurangnya organisasi bersertifikat halal, pembangunan yang diakui, Sumber
Daya Manusia (SDM), dan tantangan yang datang dari konsumen.
Dengan adanya peluang dan tantangan tersebut diharapkan agar pemerintah menggalakkan
edukasi kepada pelaku usaha tentang pentingnya menjaga dan menjamin kualitas barang dan jasa
yang ditawarkan kepada masyarakat, khususnya terkait jaminan kehalalannya agar Indonesia
mampu bergeser dari negara konsumen produk halal menjadi negara produsen di masa mendatang.

DAFTAR REFERENSI
Ab. Wahab, N., & Kamarubahrin, A. F. (2019). Halal industry: Are the businesses fully awake?
Journal of Fatwa Management and Research, 16(1), 21–35.
https://doi.org/10.33102/jfatwa.vol16no1.216
Ardiani Aniqoh, N. A. F., & Hanastiana, M. R. (2020). Halal food industry: Challenges and
opportunities in Europe. Journal of Digital Marketing and Halal Industry, 2(1), 43.
https://doi.org/10.21580/jdmhi.2020.2.1.5799
Azam, M. S. E., & Abdullah, M. A. (2020). Global halal industry: Realities and opportunities.
International Journal of Islamic Business Ethics, 5(1), 47.
https://doi.org/10.30659/ijibe.5.1.47-59
Fathoni, M. A. (2020). Potret Industri Halal Indonesia: Peluang dan Tantangan. Jurnal Ilmiah
Ekonomi Islam, 6(3), 428–435.
Gunawan, I., & Yahya, M. (2021). Optimizing the village owned business agencies ( bumdes ) to
develop village based halal industry in the new adaptation of Covid-19 outbreak. International
Journal of Islamic, 5(2), 13.
Hasan, M. R., Iswanto, B., & Aulia, N. (2021). The development of halal cosmetics industry In east
Kalimantan: Halal awareness perspectives. Journal of Multidisciplinary Islamic …, 1(33), 1–
10.
Hasanah, U. (2021). Analisis Peluang dan Tantangan Industri Halal pada Masa Pandemi Covid 19
di Indonesia. Journal Economic and Strategy, 2(1), 11.
Hidayat, S. E., Rafiki, A., & Nasution, M. D. T. P. (2021). Halal industry’s response to a current
and post Covid-19 landscape and lessons from the past. Journal of Islamic Marketing, 1(2),
10.
Jaiyeoba, H. B. (2021). The spillover effects of Covid-19 on halal industry: An overview and way
forward. Halalpshere, 1(1), 72–80. https://doi.org/10.31436/hs.v1i1.16
Kamila, E. F. (2021). Peran industri halal dalam mendongkrak pertumbuhan ekonomi indonesia di
era new normal. Jurnal Likuid, 1(01), 33–42.
Minardi, A., Astuti, D., & Suhadi, . (2021). Indonesia as the best halal tourism destination and its
DOI Artikel: 10.46306/jbbe.v15i1.119 97
Vol. 15, No. 01, Februari, 2022 p-ISSN: 2087-040X
DOI Issue: 10.46306/jbbe.v15i1 e-ISSN: 2721-7213
impacts to muslim’s travelers visit. European Journal of Theology and Philosophy, 1(3), 43–
50. https://doi.org/10.24018/theology.2021.1.3.30
Muawanah, M., Fauziah, N. D., Toha, M., & Manaku, A. C. (2021). The survival strategy of halal
tourism in Covid-19 pandemic era. Indonesian Interdisciplinary Journal of Sharia Economics
(IIJSE), 3(2), 165–177. https://doi.org/10.31538/iijse.v3i2.1104
Mubarok, F. K., & Imam, M. K. (2020). Halal industry in Indonesia; challenges and opportunities.
Journal of Digital Marketing and Halal Industry, 2(1), 55.
https://doi.org/10.21580/jdmhi.2020.2.1.5856
Nurjaya, Paramarta, V., Dewi, R. R. V. K., Kusworo, Surasni, Rahmanita, F., Hidayati, S., &
Sunarsi, D. (2021). Halal tourism in Indonesia: Regional regulation and Indonesian ulama
council perspective. International Journal of Criminology and Sociology, 10, 497–505.
Peristiwo, H. (2021). Impact of the Covid-19 pandemic on Indonesia halal tourism transportation.
Journal of Digital Marketing and Halal Industry, 3(1), 19–36.
https://doi.org/10.21580/jdmhi.2021.3.1.7814
Pratikto, H., Taufiq, A., Voak, A., Deuraseh, N., Nur, H., Dahlan, W., Idris, & Purnomo, A. (2021).
Halal development: trends, opportunities and challenges. In Halal Development: Trends,
Opportunities and Challenges. https://doi.org/10.1201/9781003189282
Razalia, R., & Syahputraa, A. (2021). Industri halal di Aceh : Strategi dan perkembangan. Jurnal
Al-Qardh, 6(1), 17–29.
Reuters, T., & Standard, D. (2016). State of the global Islamic economy report 2016/17. Dubai:
Thomson Reuters.
Sanneh, K. (2021). An overview of the halal industry in the gambia with islamic perspective :
Challenges and opportunities with islamic perspective : Challenges and opportunities. Journal
of Religious and Social Studies, 2(September), 17–28.
Standard, D. (2020). State of the global islamic economy report 2020/2021. Dinar Standard, Dubai
Islamic Economic Development Center, and Salam Gateway.
Sumarliah, E., Li, T., Wang, B., & Indriya, I. (2021). An examination of halal fashion supply chain
management risks based on the fuzzy best worst approach. Information Resources
Management Journal, 34(4), 69–92. https://doi.org/10.4018/irmj.2021100104
Susilawati, C. (2020). Role of the halal industry in recovering the national economy in Covid-19
pandemic. International Journal of Nusantara Islam, 8(2), 202–214.
Syahrir, A., Rahem, A., & Prayoga, A. (2019). Pharmacist behavior of halal labelization on
pharmaceutical product. Journal of Halal Product and Research, 2(1), 25.
Warto, W., & Arif, Z. (2020). Bisnis Produk Halal Antara Peluang dan Tantangan, Problematika
dan Solusinya. Al-Ulum, 20(1), 274–294. https://doi.org/10.30603/au.v20i1.1170
Yudha, A. T. R. C., Pauzi, N. S., & Mohd Azli, R. B. (2020). The synergy model for strengthening
the productivity of Indonesian halal industry. Al-Uqud : Journal of Islamic Economics, 4(2),
186. https://doi.org/10.26740/al-uqud.v4n2.p186-199
Yuli, S. B. C., & Wojtyla, E. (2020). Challenges and strategies in developing human resources for
the halal industry: Evidence from Indonesia. Journal of Innovation in Business and
Economics, 4(02), 77–86.
Yusof, R. M., Mahfudz, A. A., & Yaakub, S. (2019). Halal trade finance and global well being:
Here come the millennials. In Contemporary Management and Science Issues in the Halal
Industry (pp. 469–494). Springer.

DOI Artikel: 10.46306/jbbe.v15i1.119 98

Anda mungkin juga menyukai