Seminar Nasional Geografi III-Program Studi Pascasarjana Geografi, Fakultas Geografi, UGM |viii
ANALISIS SPASIAL TEMPORAL LAJU PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN
PERMUKIMAN (STUDI KASUS KOTA KENDARI)
Jufri Karima, Irfan Idoa, Sami Safilab Syamsu Alamc, Hasbullah Syafc, Fitriania
jufrikarim.pjgeo@gmail.com,
a
Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian
Universitas Halu Oleo, Anduonohu Kendari
b
Mahasiswa Jurusan Geografi, FakultasI lmu dan Teknologi Kebumian
Universitas Halu Oleo, Anduonohu Kendari
c
Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian
Universitas Halu Oleo, Anduonohu Kendari
ABSTRAK
Aktivitas Kota Kendari sebagai pusat pemerintahan di Provinsi Sulawesi Tenggara sekaligus
berperan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi, perdaganagan, industri dan jasa serta sebagai tempa
tuntuk memperoleh kesempatan berdampak pada semakin bertambahnya jumlah penduduk sehingga
mendorong tumbuhnya pemanfaatan lahan untuk permukiman. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui spasial temporal dan laju perubahan penggunaan lahan permukiman tahun 2005-2015
serta luas kebutuhan lahan permukiman untuk tahun 2015-2025. Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan Mei-Juli 2016 dengan menggunakan citra resolusi tinggi Google Earth dari tahun 2005, 2010,
dan 2015, Peta Administrasi Kota Kendari, Software ArcGIS 10.3, SAS Planet Release 160707.
Penelitian dilakukan melalui interpretasi secara visual dengan cara on screen digitizing untuk
mendapatkan data penggunaan lahan permukiman dan untuk mendapatkan data spasial temporalnya
menggunakan metode tumpangsusun (overlay), laju perubahan penggunaan lahan dan luas kebutuhan
lahan untuk permukiman dengan metode analisis prediksi. Hasil penelitian diperoleh penggunaan
lahan permukiman di Kota Kendari Tahun 2005 yaitu seluas 979,72 Ha atau 3,61% dan non
permukiman seluas 25.980,77Ha atau 96,39%; Tahun 2010 untuk permukiman seluas 1.246,63 Ha
atau 4,64% dan non permukiman seluas 25.713,87 Ha atau 95,36% serta untuk tahun 2015
permukiman seluas 2.045,85 Ha atau 7,57% dan non permukiman seluas 24.914,67 Ha atau 92,41%.
Laju pertumbuhan permukiman dari kurun waktu Tahun 2005-2010 mengalami perluasan sebesar
266,91 Ha dengan laju 53,38 Ha pertahun, pertumbuhan permukiman tertinggi terdapat di Kecamatan
Kendari Barat sebesar 39,96 Ha dengan laju 7,99 Ha pertahun. Laju pertumbuhan permukiman untuk
kurun waktu Tahun 2010-2015 juga mengalami perluasanya itu sebesar 799,22 Ha dengan laju 149,84
Ha pertahun, pertumbuhan permukiman tertinggi berada di Kecamatan Poasia yaitu sebesar 136,50 Ha
dengan laju 26,30 Ha pertahun. Hasil proyeksi dan luas kebutuhan lahan untuk permukiman pada
tahun 2015-2025 Kota Kendari mencapai perluasan sebesar 5.507,49 Ha atau sekitar 20,63% dari luas
wilayah Kota Kendari dengan kebutuhan lahan permukiman terbesar terdapat di Kecamatan Kendari
Barat sebesar 761.39 Ha. Untuk itu perluasan kebutuhan lahan permukiman lebih diarahkan pada
Kecamatan Abeli, Baruga, dan Kecamatan Kambu.
PENDAHULUAN
Lahan sangat bervariasi dalam berbagai factor seperti keadaan topografi, iklim, geologi, tanah,
vegetasi, yang menutupinya. Berbagai keterangan tentang kemungkinan pemanfaatan dan pembatas-
pembatas dari factor lingkungan yang bersifat permanen maupun sementara sangat penting
diperhatikan dalam membicarakan perencanaan dan perubahan dalam pola penggunaan lahan (Made
dalam M. Rizky 2010). Perubahan penggunaan lahan adalah segala campur tangan manusia, baik
secara permanen maupun siklis terhadap suatu kumpulan sumber daya alam dan sumber daya buatan,
yang secara keseluruhan disebut lahan, dengan tujuan untuk mencukupi kebutuhannya baik kebendaan
maupun spiritual atau keduanya (Malingreau, 1978 dalam Kusrini, 2011). Perubahan penggunaan
lahan yang terjadi dapat berupa perkebunan menjadi permukiman, rawa menjadi permukiman.
Perkembangan pola permukiman seiring dengan kebutuhan penduduk dengan tersedianya lahan dan
adanya para pengembang perumahan yang ditawarkan.
Seminar Nasional Geografi III-Program Studi Pascasarjana Geografi, Fakultas Geografi, UGM│839
Siswono (2001) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
perkembangan permukiman yang dapat dilihat dari 9 aspek, antara lain: letak geografis,
kependudukan, sarana dan prasarana, ekonomi dan keterjangkauan daya beli, sosial budaya, ilmu
pengetahuan dan teknologi, kelembagaan, dan peran serta masyarakat.
Kota Kendari sebagai Ibukota Sulawesi Tenggara mempunyai peranan sebagai pusat
pertumbuhan ekonomi, sosial, dan budaya hubungan tersebut mengakibatkan semakin bertambahnya
jumlah penduduk di perkotaan. Kota Kendari ditunjang dengan adanya sarana prasarana lengkap
sehingga menyebabkan banyak penduduk yang datang untuk beraktifitas dan mengembangkan
kehidupannya di wilayah tersebut. Pada umumnya, penduduk yang pindah di kota bertujuan untuk
memperoleh kesempatan kerja. Data Badan Pusat Statistik Kota Kendari menunjukkan adanya
pertambahan jumlah penduduk dari tahun 2000-2018. Hubungan tersebut yang mengakibatkan
semakin besarnya jumlah penduduk di perkotaan, sehingga penduduk yang mencari kerja di Kota
Kendari membutuhkan tempat tinggal yang dapat mempengaruhi penggunaan lahan, khususnya lahan
untuk permukiman.
Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar, namun pada kenyataannya tidak mudah bagi
sebagian masyarakat untuk bisa mempunyai rumah yang layak terutama di daerah yang berpenduduk
padat dimana nilai rumah dan tanah relative tinggi. Permukiman sendiri sebagai tempat manusia untuk
hidup, sehingga perlu memperhatikan pembangunannya. Lokasi pembangunan permukiman yang tidak
sesuai dengan kemampuan fisik lahan maka dapat membahayakan kehidupan masyarakat yang
bermukim. Bahaya ini seperti banjir, longsor, maupun erosi, sehingga perlunya diketahui perubahan
penggunaan lahan yang secara cepat dan tepat yang dapat membantu manusia untuk menentukan
pembangunan permukiman yang tepat dalam menjaga keselamatan hidup. Pembangunan perumahan,
termasuk pembangunan kota- kota baru perlu diperhatikan kondisi dan pengembangan nilai-nilai social
budaya masyarakat, laju pertumbuhan penduduk dan penyebarannya, pusat-pusat produksi dan
tataguna tanah dalam rangka membina kehidupan masyarakat yang maju (Siahaan, 2013).
Kota Kendari mengalami pertambahan penduduk yang diikuti dengan bertambahnya kebutuhan
rumah yang akan terbentuk permukiman yang berada pada lahan tertentu, sehingga perlu dilakukan
penelitian tentang Laju Perubahan Penggunaan Lahan Untuk Permukiman. Penelitian ini didukung
dengan penggunaan citra satelit multitemporal. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui laju dan
luas perubahan penggunaan lahan untuk permukiman di Kota Kendari dalam kurun waktu 2005, 2010
dan 2015; dan mengetahui proyeksi perubahan penggunaan lahan untuk permukiman di Kota Kendari
dalam kurun waktu 2015-2025.
METODE
Penelitian ini dilakukan di wilayah Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara yang terdiri dari 10
kecamatan yaitu, Kecamatan Kambu, Kecamatan Poasia, Kecamatan Abeli, Kecamatan Wua-Wua,
Kecamatan Kadia, Kecamatan Kendari, Kecamatan Mandonga, Kecamatan Puuwatu, Kecamatan
Baruga dan Kecamatan Kendari Barat (Gambar 1).
Seminar Nasional Geografi III-Program Studi Pascasarjana Geografi, Fakultas Geografi, UGM│840
Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari analisis spasial dan analisis prediksi
untuk menjawab tujuan dari penelitian ini.
1. Metode Analisis Data (Analisis Spasial)
Analisis data spasial dilakukan dengan cara mengoverlay beberapa hasil interpretasi visual
Citra Satelit resolusi tinggi dari tahun 2005, 2010, dan 2015 yang berasal dari Google Earth
dengan menggunakan Software SAS Planet Release 160707. Citra resolusi tinggi Google Earth
yang digunakan adalah GeoEye, Ikonos, Worldwide, dan Quickbird. Proses analisis dengan
aplikasi system informasi geografi ini dapat dilakukan dengan melakukan terlebih dahulu input
data spasial beberapa citra yang telah dilakukan koreksi data dari data survei lapangan.
2. Metode Analisis Prediksi
a. Laju perubahan penggunaan lahan untuk permukiman
Hasil analisis luas pertumbuhan lahan untuk permukiman dari luas permukiman
tahun 2010-2015 wilayah Kota Kendari. Kemudian di cari rate dari hasil pertumbuhan
permukiman menggunakan rumus (Sugeng, 2011). sebagai berikut:
……………………. (1)
Tabel 1. Penggunaan lahan di Kota Kendari Tahun 2005, 2010 dan 2015
Tahun 2005 Tahun 2010 Tahun 2015
No Penggunaan lahan Luas Luas Luas
(Ha) (%) (Ha) (%) (Ha) (%)
1 Non Permukiman 25.980,79 96,77 25.713,88 95,38 24.914,65 92,41
2 Permukiman 979,72 3,63 1.246,63 4,62 2.045,85 7,59
Jumlah 26.960,51 100 26.960,51 100 26.960,51 100
Sumber: Analisis spasial Google Earth Tahun 2005, 2010,2015
Pada Tabel 1 mengenai penggunaan lahan non permukiman di Kota Kendari pada Tahun 2005
sebesar 25.980,79 Ha, Tahun 2010 sebesar 25.713,88 Ha dan pada Tahun 2015 sebesar 24.914,65 Ha,
untuk penggunaan lahan permukiman Tahun 2005 sebesar 979,72 Ha, Tahun 2010 sebesar 1246,63 Ha
dan pada Tahun 2015 penggunaan lahan untuk permukiman bertambah sebesar 2045,85 Ha.
Perubahan penggunaan lahan ini disebabkan karena Kota Kendari merupakan pusat pertumbuhan
ekonomi, sosial dan budaya sehingga hubungan tersebut mengakibatkan semakin bertambahnya
jumlah penduduk di perkotaan.
Kota Kendari juga ditunjang dengan adanya sarana dan prasarana yang lebih lengkap
dibandingkan dengan kota/kabupaten lainnya di Propinsi Sulawesi Tenggara, sehingga banyak
Seminar Nasional Geografi III-Program Studi Pascasarjana Geografi, Fakultas Geografi, UGM│841
masyarakat yang beraktifitas dan mengembangkan kehidupanya di Kota Kendari. Jumlah penduduk
semakin meningkat maka akan terjadi diversitas penggunaan lahan, karena setiap manusia yang hidup
pasti memerlukan sebuah lahan guna dimanfaatkan untuk kehidupan mereka.
Berdasarkan Tabel 2 dan Gambar 1 jumlah penggunaan lahan permukiman di Kota Kendari pada
Tahun 2005 sebesar 979,72 atau 3,61% dari luas Kota Kendari. Penggunaan lahan permukiman terluas
terdapat di Kecamatan Kendari Barat yaitu sebesar 211,35 Ha atau 0,78%. Hal ini disebabkan di
Kecamatan Kendari Barat terdapat fasilitas publik yang mendukung sehingga banyak orang bermukim
di Kecamatan tersebut. Fasilitas yang dimaksud diantaranya yaitu pelabuhan Kota Kendari yang
terletak di Kecamatan Kendari yang dekat dengan Kecamatan Kendari Barat sehingga banyak orang
yang membuka usaha di Kecamatan ini dan bertempat tinggal di daerah tersebut. Tingkat
perekonomian suatu daerah akan mempengaruhi tingkat pendapatan seseorang. Makin tinggi
pendapatan seseorang, maka makin tinggi pula kemampuan orang tersebut dalam memiliki rumah.
Lahan khusus permukiman disiapkan untuk memberikan kenyamanan kepada masyarakat yang
menempati dan menghuni rumah di kawasan tersebut (Parwata dalam Musaqqif Faizal, 2004), dengan
demikian masyarakat Kota Kendari juga mencari tempat yang nyaman untuk menjalani kehidupannya.
Seminar Nasional Geografi III-Program Studi Pascasarjana Geografi, Fakultas Geografi, UGM│842
Kecamatan yang paling rendah terdapat di Kecamatan Baruga sebesar 49,67 Ha atau 0,18% dari
luas Kota Kendari. Hal ini disebabkan pada tahun 2005 Kecamatan Baruga berdasarkan Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Kendari tahun 2000-2010 kebijakan dan arahan pemanfaatan kawasan
peruntukan secara umum ditempuh 3 pola pendekatan yaitu (1) pada BWK I, II dan III adalah
kawasan yang dipertahankan pengembangannya (2) pada BWK VI dan VII adalah kawasan yang
dikendalikan pengembangannya (3) pada BWK IV dan V adalah kawasan yang didorong
pengembangan, yang tujuan utamanya adalah pemerataan pemanfaatan ruang mulai dari pusat kota
sampai dengan wilayah pinggiran perbatasan. Kawasan Kecamatan Baruga dimanfaatkan sebagai
pusat transportasi regional dan masuk dalam pada BWK III (RTRW Kota Kendari, 2000-2014).
Penggunaan lahan permukiman di Kota Kendari pada Tahun 2010 dapat disajikan pada Tabel 3
dan Gambar 2.
Tabel 3. Penggunaan Lahan Untuk Permukiman Per Kecamatan di Kota Kendari Tahun 2010
Permukiman Tahun 2010 Non Permukiman Tahun 2010
No Kecamatan Luas Luas
(Ha) (%) (Ha) (%)
1 Kendari Barat 251,31 0,93 1.787,75 6,63
2 Kadia 188,66 0,7 460.39 1,71
3 Mandonga 146,15 0,54 2.020,52 7,49
4 Kendari 112,38 0,42 4.204,4 15,59
5 Wua-Wua 110,11 0,41 1.327,33 4,92
6 Kambu 93,08 0,35 965,81 3,58
7 Abeli 90,49 0,34 2.107,95 7,82
8 Puuwatu 90,53 0,34 4.131,86 15,33
9 Baruga 89,00 0,33 3.858,64 14,31
10 Poasia 74,92 0,28 4.849,22 17,97
Jumlah 1.246,63 4,64 25.713,87 95,36
Sumber: Analisis Google Earth Tahun 2010
Pada Tabel 3 dan Gambar 2 jumlah penggunaan lahan permukiman di Kota Kendari pada Tahun
2010 sebesar 1.246,63 Ha atau 4,64% dari luas Kota Kendari. Penggunaan lahan permukiman terluas
terdapat di Kecamatan Kendari Barat sebesar 251,31 Ha atau 0,93%. Kecamatan Kendari Barat
merupakan pemekaran dari Kecamatan Kendari. Perkembangan penduduk di Kecamatan Kendari
Barat pada tahun 2010 merupakan Kecamatan yang paling tinggi jumlah penduduknya. Hal ini
memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap pembangunan permukiman. Selain itu, Kecamatan
Kendari Barat pada tahun 2010 merupakan daerah pusat kota sehingga tingkat perekonomian sangat
tinggi yang dapat meningkatkan perkembangan permukiman, karena makin tinggi pendapatan
seseorang, maka makin tinggi pula kemampuan orang tersebut dalam memiliki rumah.
Perubahan penggunaan lahan untuk permukiman yang paling rendah terdapat di Kecamatan
Poasia sebesar 74,92 Ha atau 0,28% dari luas Kota Kendari. Hal ini disebabkan pada tahun 2010
Kecamatan Poasia mekar menjadi dua Keacamatan yaitu Kecamatan Poasia dan Kecamatan Abeli.
Faktor inilah penggunaan lahan untuk permukiman di Kecamatan Poasia menjadi penggunaan lahan
Seminar Nasional Geografi III-Program Studi Pascasarjana Geografi, Fakultas Geografi, UGM│843
terendah. Berdasarkan Rencana Umum Tata Ruang Wilayah (RUTRW) Kota Kendari tahun 2010
wilayah Kota Kendari terabagi dalam tujuh bagian BWK (Bagian Wilayah Kota). Kecamatan Poasia
termasuk dalam BWK V dengan luas sekitar 4.902 Ha yang mencakup Kecamatan Baruga yang
meliputi kelurahan Rahanduona, Anduonohu, Mokoau, Kambu dan Lepo-Lepo. Sarana dan prasarana
di Kecamatan Poasia pada tahun 2010 belum telalu memadai sehingga perubahan untuk permukiman
sangat minim.
Secara umum kondisi penggunaan lahan permukiman di Kota Kendari pada Tahun 2015 disajikan
pada Tabel 4 dan Gambar 3. Berdasarkan Tabel 4 dan Gambar 3 jumlah penggunaan lahan
permukiman di Kota Kendari pada Tahun 2015 sebesar 2.045,85 Ha atau 7,59% dari luas Kota
Kendari. Penggunaan lahan permukiman terluas terdapat di Kecamatan Kendari Barat sebesar 282,83
Ha atau 1,05%. Kelurahan Lahundape, Kecamatan Kendari Barat Kawasan Baypass disebut sebagai
kawasan paling premium, semua hotel berbintang ada di Kecamatan Kendari barat seperti Grand
Claron, Dragon Inn, Zahra, Swissbel, Wixell The Biltz, Kubra, Same Hotel dan Hotel Ataya. Hal ini
menyebabkan penggunaan lahan untuk permukiman selalu mengalami peningkatan. Untuk
penggunaan lahan terendah terdapat di Kecamatan Abeli sebesar 118,11 Ha atau 0,44% dari luas Kota
Kendari. Hal ini disebabkan di Kecamatan Abeli fasilitas dan sarana dan prasarana tidak memadai,
letaknya terpencil dan susah dijangkau. Selain itu Kecamatan Abeli jauh dari pusat Kota sehingga
kawasan tersebut sulit untuk berkembang.
Tabel 4. Penggunaan lahan permukiman Per Kecamatan di Kota Kendari Tahun 2015
Permukiman Tahun 2015 Non Permukiman Tahun 2015
No Kecamatan Luas Luas
(Ha) (%) (Ha) (%)
1 Kendari Barat 282,83 1,05 1.756,23 6,51
2 Kadia 264,04 0,98 385.01 1,43
3 Mandonga 222,03 0,82 1.944,64 7,21
4 Baruga 220,69 0,82 4.096,09 15,19
5 Poasia 211,43 0,78 1.226,01 4,55
6 Wua-Wua 207,88 0,77 851.01 3,16
7 Puuwatu 202,18 0,75 1.996,26 7,40
8 Kambu 179,83 0,67 4.042,56 14,99
9 Kendari 136,81 0,51 3.810,83 14,13
10 Abeli 118,11 0,44 4.806,03 17,83
Jumlah 2.045,85 7,59 24.914,67 92,41
Sumber: Analisi Google Earth Tahun 2015
Seminar Nasional Geografi III-Program Studi Pascasarjana Geografi, Fakultas Geografi, UGM│844
kelangsungan hidup mereka. Perubahan penggunaan lahan untuk permukiman akan merubah lahan
yang ada di Kota Kendari menjadi permukiman yang akan semakin meluas (Tabel 5).
Tabel 5. Luas Dan Laju Pertumbuhan Penggunaan Lahan Untuk Permukiman Per Kecamatan di Kota Kendari
Tahun 2005, 2010 dan 2015
Laju
Permukiman (Ha) Pertumbuhan Pertumbuhan
No Kecamatan Permukiman
Berdasarkan Tabel 5. Maka dapat dijelaskan bahwa luas permukiman yang ada di Kota Kendari
dari kurun waktu Tahun 2005-2010 mengalami perluasan sebesar 266,91 Ha dengan laju 53,38
pertahun sebesar 799,22 Ha dengan laju 159,83 pertahun. Jumlah penduduk dan aktivitas
pembangunan yang semakin meningkat menuntut ketersediaan lahan terutama lahan permukiman dan
fasilitasnya (Saraswati, 2016) sehingga di Kota Kendari perlu meperhatikan bertambahnya luasan
permukiman dengan fasilitas yang disediakan.
Area luas lahan non permukiman di Kota Kendari berkurang sebesar 266,91 Ha. Wilayah
permukiman dilihat dari tiap Kecamatan pada kurun waktu Tahun 2010-2015 yang paling tinggi
perluasan lahan untuk permukiman adalah Kecamatan Poasia sebesar 136,50 Ha dengan laju 27,30
pertahun ini dikarenakan adanya lahan kosong masih luas sehingga banyak masyarakat yang
menggunakan lahan diKecamatan ini. Selain itu juga Kecamatan Poasia merupakan Kecamatan
dengan aksesbilitas mudah terjangkau untuk beberapa fasilitas publik seperti, Rumah Sakit, Citra
Land, Pendidikan, Perumahan, PT. Samudera dan lain-lain. Berdasarkan Rencana Detail Tata Ruang
Kawasan Kota (RDTRKP) Bagian Wilayah Kota (BWK) V Kecamtan Poasia memiliki fungsi utama
sebagai kawasan perkantoran, pendidikan, perdagangan, wisata tambak, dan berfungsi sebagai
kawasan lindung. Namun sebagian besar kawasan Poasia adalah untuk pengembangan perumahan
sebagai kawasan perluasan perkotaan (RTRW Kota Kendari 2000-2010). Kecamatan yang paling
rendah perluasan lahan permukimannya adalah Kecamatan Kendari dalam kurun waktu Tahun 2010-
2015 sebesar 24,44 Ha dengan laju 4,89 pertahun. Ini disebakan karena di Kecamatan Kendari luas
lahan kosong sudah mulai sempit dan Kecamatan Kendari memiliki kemiringan lereng >40% sehingga
tidak memungkinkan dilakukan pembangunan permukiman. Selain itu juga Kecamatan Kendari dalam
kurun waktu 2010-2015 pembangunan fasilitas publik tidak terlalu besar sehingga perluasan
perubahan lahan permukiman sangat rendah (Gambar 4).
Seminar Nasional Geografi III-Program Studi Pascasarjana Geografi, Fakultas Geografi, UGM│845
Gambar 4. Petaperubahan Penggunaan Lahan Permukiman Tahun 2005, 2010 dan 2015
Proyeksi Laju Dan Luas Pertumbuhan Penggunaan Lahan Untuk Permukiman Tahun 2025
Proyeksi pertumbuhan lahan untuk permukiman dilakukan analisis pertumbuhan permukiman
pada kurun waktu tahun 2005-2010 sebesar 266,91 Ha dan analisis pertumbuhan permukiman pada
kurun waktu tahun 2010-2015 sebesar 799,22 Ha. Analisis pertumbuhan tersebut diperoleh luas
permukiman tahun 2005 sebesar 979,72 Ha, luas permukiman pada tahun 2010 sebesar 1.246,63 Ha
dan tahun 2015 sebesar 2.045,85 Ha dari luas Kota Kendari, rate dari hasil pertumbuhan permukiman
diperoleh dari rumus berikut:
= (1,64)1/5 - 1
= 0,1041
= 0,1041 x 100%
= 10,41%
Berdasarkan hasil perhitungan rate tersebut maka diketahui laju pertumbuhan permukiman
sebesar 10,41% nantinya hasil dari rate ini akan digunakan dalam perhitungan rumus Geometrik yang
bertujuan untuk mengetahui proyeksi pertumbuhan permukiman pada tahun ke-n. maka akan diperoleh
hasil dari rumus proyeksi Geometrik. Untuk mengetahui luas proyeksi pertumbuhan permukiman
digunakan persamaan berikut:
Pn = P0 (1+r) n
P10 = 2.045,85 (1+0,1041)10
2.045,851,1041
10
2.045,852,693
5.509,93Ha
5.509,93
100%
26.690,51
20,64%
Seminar Nasional Geografi III-Program Studi Pascasarjana Geografi, Fakultas Geografi, UGM│846
Tabel 6. Proyeksi Laju Dan Luas Kebutuhan Penggunaan Lahan Permukiman Perkecamatan Tahun 2025
Proyeksi kebutuhan penggunaan lahan
Permukiman (Ha) permukiman tahun 2025
No Kecamatan
2010 2015 Laju (%) Luas (Ha)
1 Poasia 74,92 282,83 0.23 1.683.85
2 Baruga 89,00 220,69 0.20 1.356.96
3 Puuwatu 90,53 118,11 0.17 1.008.39
4 Wua-Wua 110,11 136,81 0.14 740.94
5 Kambu 93,08 207,88 0.14 671.23
6 Kadia 188,66 202,18 0.07 517.19
7 Mandonga 146,15 264,04 0.09 512.43
8 Kendari Barat 251,31 222,03 0.02 358.23
9 Kendari 112,38 179,83 0.04 202.76
10 Abeli 90,49 211,43 0.05 201.21
Jumlah 1.246,63 2.045,85 0,10 5.509,93
Sumber: Analisi Google Earth Tahun 2015
Hasil perhitungan proyeksi maka 10 tahun (2015-2025) kedepan dapat diprediksi perubahan
penggunaan lahan untuk permukiman di Kota Kendari akan mencapai perluasan sebesar 5.509,93 Ha
atau 20,64 % dari luas Kota Kendari. Kebutuhan penggunaan lahan permukiman terbesar terdapat di
Keacamatan Poasia dengan luas sebesar 1.683.85 Ha dengan laju pertumbuhan pertahun sebesar
0.23%.
Maka dari itu perlu adanya pengambilan kebijakan yang tepat agar pertumbuhan untuk
permukiman di Kota Kendari dapat seimbang dengan keadaan lahan yang tersedia di wilayah Kota
Kendari, sehingga keseimbangan akan penggunaan lahan dapat terjaga. Agustan (2013) dalam
penelitiannya di Kota Kendari BWK V menyatakan bahwa perkembangan fisik kota mengikuti irama
pertumbuhan penduduk. Penduduk yang bertambah seiring dengan bertambahnya tuntutan kebutuhan
masyarakat akan lahan, seringkali mengakibatkan benturan kepentingan atas penggunaan lahan serta
terjadinya ketidaksesuaian antara penggunaan lahan dengan rencana peruntukannya (Khadiyanto,
2005). Sebaran perubahan penggunaan lahan untuk permukiman di daerah penelitian sebagaimana
disajikan pada Gambar 5.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Perubahan penggunaan lahan untuk permukiman di Kota Kendari dalam kurun waktu 2005-2010
mengalami perluasan untuk permukiman sebesar 266,91 Ha dengan laju 53,38% pertahun dari luas
Kota Kendari. Dalam kurun waktu 2010-2015 mengalami perluasan akan permukiman sebesar
799,22 Ha dengan laju 159,84% pertahundari luas Kota Kendari.
Seminar Nasional Geografi III-Program Studi Pascasarjana Geografi, Fakultas Geografi, UGM│847
2. Perubahan penggunaan lahan untuk permukiman di Kota Kendari 10 tahun (2015-2025) kedepan
yaitu sebesar 5.509,93 Hadengan laju 20.64% pertahun dari luas Kota Kendari.
DAFTAR REFERENSI
Agustan. 2013. Analisa Spasial dan Kependudukan BWK V, Kota Kendari. Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha.
Vol.2 No. 2. P. 97-124
Khadiyanto, Parfi. 2005. Tata Ruang Berbasis pada Kesesuaian Lahan. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro
Kusini. 2011. Perubahan Penggunaan Lahan dan Faktor Yang Mempengaruhinya Di Kecamatan Gunungpati
Kota Semarang. Majalah Geografi Indonesia. Vol. 25, No. 1. P .25 – 40.
Pislina, Mareta. 2009. Monitoring Perubahan Penggunaan Lahan di Kabupaten Magelang Tahun 1996– 2001
Menggunakan Citra Landsat [Skripsi]. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Siswono. 2001. Kajian teori perumahan dan pemukiman, ANDI: Yogyakarta
Siahaan, Sri Darmaiyanti dan Rosnah Siregar. 2013. Dampak Pemukiman Perumahan Nasional (PERUMNAS)
Terhadap Lingkungan Sosial Masyarakatnya (Studi Kasus PERUMNAS Mandala, Kelurahan Kenangan
Baru, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatra Utara). Jurnal CITIZENSHIP,
Vol.00.No.00.2013.http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/citizenship/article/download/567/383
diunduh pada tanggal 13 April 2013.
Sugeng. 2011. Laju Pertumbuhan Penduduk Eksponensial. Graha Irama (Indorama). Jakarata
Saraswati, Dian Ayu dan Sawitri Subiyanto, Arwan Putra Wijaya. 2016. Analisis Perubahan Luas Dan Pola
Persebaran Permukiman (Studi Kasus: Kecamatan Tembalang, Kecamatan Banyumanik, Kecamatan
Gunungpati, Kecamatan Mijen Kota Semarang Jawa Tengah). Jurnal Geodesi Undip. Vol. 5, No. 1 p. 155-163
Seminar Nasional Geografi III-Program Studi Pascasarjana Geografi, Fakultas Geografi, UGM│848