RANCANGAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR TAHUN 2023
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 35 TAHUN 2021
TENTANG PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU, ALIH DAYA,
WAKTU KERJA DAN WAKTU ISTIRAHAT, DAN
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERUBAHAN ATAS
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 35 TAHUN 2021
TENTANG PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU, ALIH
DAYA, WAKTU KERJA DAN WAKTU ISTIRAHAT, DAN
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA.
Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 35
Tahun 2021 tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Alih
Daya, Waktu Kerja dan Waktu Istirahat, dan Pemutusan
Hubungan Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2021 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6647) diubah sebagai berikut:
Pasal 17A
(1) Perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan
pekerjaan kepada Perusahaan Alih Daya melalui
perjanjian alih daya yang dibuat secara tertulis.
(2) Sebagian pelaksanaan pekerjaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi kriteria
pekerjaan yang terdiri atas:
a. pekerjaan yang tidak terkait pengambilan
keputusan strategis perusahaan;
b. pekerjaan untuk memenuhi kenaikan volume
pekerjaan atau peningkatan permintaan barang
atau jasa;
c. pekerjaan penunjang yang membutuhkan keahlian
khusus; atau
d. pekerjaan yang sementara sifatnya dan tidak terus
menerus.
(3) Perusahaan tidak boleh menyerahkan sebagian
pelaksanaan pekerjaan kepada Perusahaan Alih Daya
selain dari kriteria pekerjaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2).
-3-
Pasal 17B
(1) Perjanjian alih daya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 17A ayat (1) sekurang-kurangnya memuat:
a. ruang lingkup pekerjaan yang dialihdayakan
kepada Perusahaan Alih Daya;
b. jangka waktu perjanjian alih daya;
c. lokasi pelaksanaan pekerjaan;
d. jumlah pekerja/buruh alih daya;
e. pelindungan kerja dan seluruh hak pekerja/buruh
termasuk hak akibat pemutusan hubungan kerja
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
f. penegasan bahwa nilai pekerjaan dan/atau nilai
manajemen fee telah menjamin pelindungan kerja
dan seluruh hak pekerja/buruh sebagaimana
dimaksud pada huruf e; dan
g. penegasan bahwa Perusahaan Alih Daya bersedia
menerima pekerja/buruh dari Perusahaan Alih
Daya sebelumnya sepanjang obyek pekerjaannya
tetap ada dalam hal terjadi penggantian
Perusahaan Alih Daya.
(2) Perjanjian alih daya ditandatangani oleh pihak
Perusahaan yang menyerahkan sebagian pelaksanaan
pekerjaan dan pihak Perusahaan Alih Daya.
(3) Perusahaan Alih Daya wajib mendaftarkan isi
perjanjian alih daya sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a sampai dengan huruf g dalam bentuk surat
pernyataan yang ditandatangani oleh pihak
Perusahaan Alih Daya.
(4) Isi perjanjian alih daya sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) didaftarkan oleh Perusahaan Alih Daya kepada
kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang ketenagakerjaan secara daring
paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak penandatanganan
perjanjian alih daya.
(5) Dalam hal pendaftaran isi perjanjian alih daya secara
daring belum tersedia maka pendaftaran dilakukan
oleh Perusahaan Alih Daya kepada dinas yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
ketenagakerjaan kabupaten/kota secara tertulis paling
lama 7 (tujuh) hari kerja sejak penandatanganan
perjanjian alih daya.
Pasal 19
(1) Dalam hal Perusahaan Alih Daya mempekerjakan
Pekerja/Buruh berdasarkan PKWT maka Perjanjian
Kerja tersebut harus mensyaratkan pengalihan
pelindungan hak bagi Pekerja/Buruh apabila terjadi
pergantian Perusahaan Alih Daya dan sepanjang obyek
pekerjaannya tetap ada.
(2) Persyaratan pengalihan pelindungan hak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) merupakan jaminan atas
-4-
Pasal 61
(1) Pengusaha yang melanggar ketentuan Pasal 15 ayat
(1), Pasal 17, dan Pasal 19 ayat (4) dikenai sanksi
administratif berupa:
a. teguran tertulis;
b. pembatasan kegiatan usaha;
c. penghentian sementara sebagian atau seluruh alat
produksi; dan
d. pembekuan kegiatan usaha.
(2) Pengusaha yang melanggar ketentuan Pasal 17A ayat
(2) dan ayat (3), Pasal 17B ayat (3), Pasal 29 ayat (1)
huruf b dan huruf c, Pasal 53 ayat (1), dan Pasal 59
dikenai sanksi administratif berupa:
a. teguran tertulis; dan
b. pembatasan kegiatan usaha.
(3) Pengusaha yang melanggar ketentuan Pasal 21 ayat (1)
dan Pasal 22 dikenai sanksi administratif berupa
teguran tertulis.
(4) Pengenaan sanksi administratif sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)
dilakukan secara bertahap.
(5) Teguran tertulis merupakan peringatan tertulis atas
pelanggaran yang dilakukan oleh Pengusaha.
(6) Pembatasan kegiatan usaha meliputi:
a. pembatasan kapasitas produksi barang dan/atau
jasa dalam waktu tertentu; dan/atau
b. penundaan pemberian izin usaha di salah satu
atau beberapa lokasi bagi Perusahaan yang
memiliki proyek di beberapa lokasi.
(7) Penghentian sementara sebagian atau seluruh alat
produksi berupa tindakan tidak menjalankan sebagian
atau seluruh alat produksi barang dan/atau jasa
dalam waktu tertentu.
(8) Pembekuan kegiatan usaha berupa tindakan
menghentikan seluruh proses produksi barang
dan/atau jasa di Perusahaan dalam waktu tertentu.
-5-
Pasal II
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal
JOKO WIDODO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal
YASONNA H. LAOLY
PENJELASAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR TAHUN 2023
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 35 TAHUN 2021
TENTANG PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU, ALIH DAYA,
WAKTU KERJA DAN WAKTU ISTIRAHAT, DAN
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA
I. UMUM
Penyerahan pelaksanaan pekerjaan oleh Perusahaan kepada
Perusahaan lain yang dikenal dengan alih daya telah dilakukan sejak
lama dan menjadi kebutuhan dunia usaha dalam mengelola bisnisnya
agar mampu menjaga daya saing dan terus mengembangkan usahanya.
Meningkatnya kebutuhan Perusahaan menggunakan cara alih daya
sebagai alternatif pengelolaan usaha juga seiring dengan bertambahnya
Perusahaan yang menyediakan jasa alih daya. Namun demikian, di sisi
lain perkembangan tersebut telah menimbulkan sejumlah masalah di
bidang ketenagakerjaan. Pada umumnya permasalahan yang terjadi
karena tidak adanya peluang untuk mendapatkan jaminan kelangsungan
bekerja bagi Pekerja/Buruh alih daya terutama yang hubungan kerjanya
didasarkan pada perjanjian kerja waktu tertentu dan tidak
dilaksanakannya pemenuhan hak-hak Pekerja/Buruh alih daya.
Untuk meningkatkan pelindungan dan kesejahteraan bagi
Pekerja/Buruh alih daya, maka Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2023
tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja Menjadi Undang-Undang, telah
mengatur perubahan materi muatan terkait alih daya. Perubahan
tersebut terutama mengenai pembatasan jenis pekerjaan yang dapat
dialihdayakan. Dengan adanya perubahan ketentuan alih daya tersebut
maka perlu dilakukan perubahan terhadap Peraturan Pemerintah Nomor
35 Tahun 2021 tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Alih Daya,
Waktu Kerja dan Waktu Istirahat, dan Pemutusan Hubungan Kerja.
Perubahan dalam Peraturan Pemerintah ini diarahkan agar dapat
membuka kesempatan kerja yang lebih luas bagi tenaga kerja yang belum
bekerja, peluang untuk mendapatkan pengalaman kerja dalam persiapan
memasuki pasar kerja yang lebih baik, terbukanya peluang kerja sebagai
Pekerja/Buruh tetap (atau berdasarkan Perjanjian Kerja Waktu Tidak
Tertentu/PKWTT) pada pekerjaan-pekerjaan yang bersifat tetap. Bagi
Perusahaan yang menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan,
perubahan dalam Peraturan Pemerintah ini dimaksudkan agar
Perusahaan dapat lebih fokus menjalankan bisnis utamanya dan tetap
memberikan peluang untuk mengembangkan usaha, juga agar
Perusahaan dapat memberikan kesejahteraan yang lebih baik kepada
Pekerja/Buruh. Sedangkan bagi Perusahaan Alih Daya, perubahan
Peraturan Pemerintah ini untuk memberikan kepastian atas kewajiban
dan tanggung jawabnya terhadap jaminan kelangsungan bekerja bagi
Pekerja/Buruhnya yang dipekerjakan berdasarkan Perjanjian Kerja
Waktu Tertentu (PKWT) dan pemenuhan hak-hak Pekerja/Buruhnya.
-7-
Pasal 17B
-8-
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Yang dimaksud dengan pelindungan kerja antara
lain hak atas keselamatan dan kesehatan kerja.
Yang dimaksud dengan hak pekerja/buruh
antara lain hak atas upah, hak atas jaminan
sosial, hak atas tunjangan hari raya keagamaan,
dan hak lainnya yang diatur dalam Perjanjian
Kerja, Peraturan Perusahaan atau Perjanjian
Kerja Bersama.
Yang dimaksud dengan hak akibat pemutusan
hubungan kerja antara lain uang kompensasi
berakhirnya PKWT.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Angka 2
Pasal 19
Cukup jelas.
Angka 3
Pasal 61
Cukup jelas.
Pasal II
Cukup jelas.