Anda di halaman 1dari 67

KEMENTERIAN SOSIAL

REPUBLIK INDONESIA

KEBIJAKAN PENGASUHAN ALTERNATIF

Disampaikan
Hari Setiadi, MPSSp
Pekerja Sosial Ahli Muda
Direktorat Rehabilitasi Sosial Anak

Banda Aceh, 23 Maret 2021


SISTEM PENGASUHAN ANAK

Utama Alternatif
di Keluarga Sendiri di Luar Keluarga Sendiri

Keluarga sedarah
Keluarga garis lurus ke atas/ Foster Perwalian Pengangkatan
LKSA
Inti bawah/menyamping Care Anak
s.d. derajat Ketiga
Pengasuhan
dalam
lembaga

Pengasuhan berbasis
keluarga Pengasuhan Berbasis Keluarga Pengganti
DASAR HUKUM KELUARGA PENGGANTI

PERATURAN PEMERINTAH PERATURAN PEMERINTAH PERATURAN PEMERINTAH


NOMOR 44 TAHUN 2017 NOMOR 29 TAHUN 2019 NOMOR 54 TAHUN 2007
TENTANG TENTANG TENTANG
PELAKSANAAN PENGASUHAN ANAK SYARAT DAN TATA CARA PELAKSANAAN
PENUNJUKAN WALI PENGANGKATAN ANAK

Orang Tua Asuh


(foster care) Perwalian Pengangkatan Anak
DASAR HUKUM PENGASUHAN ALTERNATIF
BERBASIS KELUARGA

2 3 4
1
PP No. 29/2019
UU No.35 tahun 2014 PP 54/2007 tentang PP No.44/2017
tentang Syarat dan
tentang Perlindungan Pelaksanaan tentang Pelaksanaan
Tata Cara
Anak Pengangkatan Anak Pengasuhan Anak
Penunjukkan Wali

6 7 8
5

Permensos 110/2009 Permensos 30/2011


Permensos 02/2012 Permensos 1/2020
tentang Standar
tentang Persyaratan tentang Taman tentang Pengasuhan
Nasional Pengasuhan
Pengangkatan Anak Anak Sejahtera Anak
untuk LKSA

9 10 11
Permensos 03/2018
Perdirjen 02/2012
Bimbingan, Surat Edaran
tentang Pedoman dan
Pengawasan dan Mahkamah Agung
Teknis Prosedur
Pelaporan Pelaksanaan (SEMA) No.6/1983
Pengangkatan Anak
Pengangkatan Anak
Perbandingan Pengasuhan Alternatif

Kewenangan Legalitas Hukum


PENGANGKATAN ANAK Batas Usia Calon Sifat
Dinas Sosial Provinsi

01
Pengasuhan Penetapan/Putusan
Orang Tua Angkat untuk Antar WNI Pengadilan berdasarkan
PP No. 54 Tahun 2007 tentang Permanen
Kementerian Sosial Surat Izin Pengangkatan
Pelaksanaan Pengangkatan Anak 30 – 55 Tahun
untuk Proses Antara Anak dari Dinas Sosial
WNI dan WNA Provinsi /Kementerian Sosial

Sifat Pengasuhan
ORANG TUA ASUH (FOSTER CARE) Legalitas Hukum

02
Batas Usia Calon Sementara, masa Kewenangan
Orang Tua Asuh pengasuhan 1 tahun dan Surat Keputusan Izin
PP No. 44 Tahun 2017 tentang dapat diperpanjang
Dinas Sosial Pengasuhan Anak dari
Pelaksanaan Pengasuhan Anak 30 – 55 Tahun sampai mendapat Kab/Kota Dinas Sosial Kab/Kota
pengasuhan permanen (Tidak Melalui Pengadilan)

Batas Usia Calon Sifat Legalitas Hukum


PERWALIAN Kewenangan

03
Wali
Pengasuhan Penetapan Pengadilan
PP No. 29 Tahun 2019 tentang Berumur paling Dinas Sosial
berdasarkan Rekomendasi
Syarat dan Tata Cara rendah 30 tahun Permanen s.d Kab/Kota
Penunjukan Wali Dinas SosialKab/Kota
(tanpa usia maksimal) anak usia 18
tahun
Pelaksanaan Pengasuhan Anak (Foster Care)

PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 44 TAHUN 2017
TENTANG
PELAKSANAAN PENGASUHAN ANAK

PP 44 Tahun 2017 adalah PP tentang Pengasuhan Anak, namun di dalamnya mengatur tentang
pengasuhan oleh keluarga pengganti secara khusus
tentang orang tua asuh (foster care)

o Istilah pengasuhan anak digunakan dalam PP sebagai padanan untuk istilah Foster Care, karena
belum adanya nomenklatur yang sesuai dalam Bahasa Indonesia untuk istilah “Foster Care”.

o Istilah “foster care”, sudah lazim digunakan oleh Negara lain untuk pengasuhan oleh orang tua asuh
dan tercantum dalam berbagai aturan global tentang pengasuhan anak
Pengasuhan anak adalah upaya untuk
memenuhi kebutuhan akan kasih
sayang, kelekatan, keselamatan,
dan kesejahteraan yang menetap
dan berkelanjutan demi
kepentingan terbaik bagi anak.

Pasal 1 PP No. 44 Tahun 2017 tentang


Pelaksanaan Pengasuhan Anak
KELUARGA PENGGANTI ADALAH……..

“Orang tua asuh, orang tua angkat, dan wali yang menjalankan peran dan
tanggung jawab untuk memberikan pengasuhan alternatif pada anak”
Sumber : Permensos 21/2013 tentang Pengasuhan Anak, Pasal 1 Ayat (6)

ORANG TUA ASUH ADALAH……..


“Suami istri atau Orang Tua tunggal selain Keluarga yang menerima
kewenangan untuk melakukan Pengasuhan Anak yang bersifat
sementara”
Sumber : Permensos 1/2020 tentang Pelaksanaan PP 44/2017, Pasal 1 Ayat (9)

KELUARGA ASUH (FOSTER CARE) ADALAH……..

“Suatu pelayanan kesejahteraan anak yang menyediakan


pengasuhan melalui keluarga pengganti yang direncanakan untuk
periode tertentu atau jangka panjang dimana orang tuanya tidak
mampu mengasuhnya atau tidak dapat menjamin tumbuh kembang
anaknya secara wajar, baik fisik, mental, spiritual maupun sosialnya”
Sumber : glosarium.kemsos.go.id
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengasuhan Anak :
(1) Setiap Anak berhak untuk diasuh oleh Orang Tuanya sendiri.
(2) Setiap Orang Tua dan Lembaga Asuhan Anak berkewajiban mencegah
keterpisahan Anak dengan Keluarga.
(3) Dalam hal pemisahan Anak dilakukan untuk kepentingan terbaik bagi Anak,
pengasuhan harus dilakukan oleh Lembaga Asuhan Anak.
(4) Pengasuhan Anak oleh Lembaga Asuhan Anak sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) merupakan pertimbangan terakhir
(5) Pengasuhan Anak oleh Lembaga Asuhan Anak dilakukan dengan persyaratan:
a. Orang Tuanya tidak dapat menjamin tumbuh kembang Anak secara wajar baik
fisik, mental, spiritual, maupun sosial;
b. Orang Tuanya dicabut kuasa asuhnya berdasarkan penetapan pengadilan;
dan/atau
c. Anak yang memerlukan perlindungan khusus.
(6) Dalam hal Anak kembar atau saudara kandung maka pengasuhannya tidak boleh
dipisahkan kecuali untuk kepentingan terbaik bagi Anak.

Pasal 2 Permensos No 1/2020


Pasal 3
1) Dalam hal salah satu atau kedua Orang Tua Anak sedang menjalani
proses hukum, pengasuhan Anak yang masih berusia di bawah 5
(lima) tahun harus mendapatkan perhatian khusus.
(2) Perhatian khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. mengutamakan pengasuhan Anak dalam Keluarga;
b. memastikan interaksi antara Anak dengan Orang Tua;
c. mencegah keterpisahan Anak dengan saudara kandungnya; dan
d. d. menempatkan Anak dalam Lembaga Asuhan Anak apabila
tidak ada lagi Keluarga atau kerabat.
Pasal 5
(1) Lembaga Pengasuhan Anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
dapat berasal dari:
a. Balai Rehabilitasi Sosial Anak yang Memerlukan Perlindungan
Khusus yang merupakan unit pelaksana teknis Pemerintah Pusat;
b. loka rehabilitasi sosial Anak yang memerlukan perlindungan
khusus yang merupakan unit pelaksana teknis Pemerintah Pusat;
c. unit pelaksana teknis daerah atau Panti Sosial; dan/atau
d. LKS Anak.
Pasal 6
LKS Anak yang mengajukan permohonan kepada gubernur sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf d harus memenuhi persyaratan:
a. terakreditasi;
b. memiliki kebijakan perlindungan Anak;
c. menyelenggarakan program kesejahteraan sosial Anak paling singkat 5
(lima) tahun;
d. memiliki standar operasional pelayanan yang tertulis;
e. menyediakan fasilitas yang memadai serta sehat dan aman bagi Anak;
f. menyediakan sumber daya manusia yang mencukupi sesuai kebutuhan
yang memiliki kompetensi dan dilengkapi dengan uraian tugas yang jelas;
g. memiliki Pekerja Sosial paling sedikit 1 (satu) orang; dan
h. memiliki sumber dana tetap.
Pasal 11
Kriteria Anak Asuh meliputi:
a. Anak telantar;
b. Anak dalam asuhan Keluarga yang tidak mampu melaksanakan
kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai Orang Tua;
c. Anak yang memerlukan perlindungan khusus; dan/atau
d. Anak yang diasuh oleh Lembaga Asuhan Anak.
Pasal 12
(1) Persyaratan yang harus dipenuhi oleh calon Orang Tua Asuh meliputi:
a. warga negara Indonesia yang berdomisili tetap di Indonesia;
b. berusia paling rendah 30 (tiga puluh) tahun dan paling tinggi 55 (lima puluh lima)
tahun;
c. sehat fisik dan mental dibuktikan dengan keterangan sehat dari rumah sakit
pemerintah yang dikelola oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah;
d. surat keterangan catatan kepolisian;
e. beragama sama dengan agama yang dianut Anak;
f. memiliki kompetensi dalam mengasuh Anak dengan lulus seleksi dan verifikasi
untuk calon Orang Tua Asuh;
g. bersedia menjadi Orang Tua Asuh yang dinyatakan dalam surat pernyataan
bermaterai; dan
h. membuat pernyataan tertulis tidak pernah dan tidak akan melakukan kekerasan,
eksploitasi, penelantaran dan perlakuan salah terhadap Anak, atau penerapan
hukuman fisik dengan alasan apapun termasuk untuk penegakan disiplin yang
dinyatakan dalam surat pernyataan bermaterai diketahui oleh rukun tetangga dan
rukun warga atau nama lain di lingkungan setempat.
(2) Warga negara Indonesia yang berdomisili tetap di Indonesia
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. suami istri; atau
b. Orang Tua tunggal.
c. Suami istri sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a salah
satunya dapat berstatus warga negara asing.
d. Orang Tua tunggal sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b merupakan seseorang yang berstatus tidak menikah
atau janda/duda.
Pasal 13
(1) Permohonan untuk menjadi calon Orang Tua Asuh dilaksanakan
dengan tahapan:
a. pendaftaran;
b. seleksi administratif;
c. wawancara;
d. verifikasi dan Asesmen; dan
e. penetapan calon Orang Tua Asuh definitif.
(2) Tahapan pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
dilakukan di Lembaga Pengasuhan Anak dengan menyampaikan
permohonan dan dokumen untuk memenuhi persyaratan.
Seleksi Administratif
Pasal 16
Seleksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) huruf b dilakukan oleh Lembaga
Pengasuhan Anak untuk memeriksa kelengkapan administratif calon Orang Tua Asuh dalam jangka
waktu paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak menerima permohonan pendaftaran Orang Tua
Asuh.
Pasal 17
Kelengkapan administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 meliputi:
a. formulir pendaftaran calon Orang Tua Asuh yang sudah diisi lengkap;
b. fotokopi kartu keluarga yang dilegalisasi oleh pejabat yang diberi kewenangan di
kelurahan/desa/nama lain;
c. fotokopi kartu tanda penduduk calon Orang Tua Asuh;
d. fotokopi buku nikah bagi suami istri;
e. surat keterangan domisili;
f. surat keterangan catatan kepolisian;
g. surat keterangan sehat fisik dibuktikan dengan keterangan sehat dari rumah sakit pemerintah
yang dikelola oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah;
h. surat keterangan sehat mental dibuktikan dengan keterangan sehat dari rumah sakit pemerintah
yang dikelola oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah;
i. rekomendasi dari ketua rukun tetangga atau nama lain dimana calon Orang Tua Asuh berdomisili;
j. surat pernyataan bermeterai yang menyatakan bersedia menjadi Orang Tua Asuh; dan
k. surat pernyataan bermeterai yang menyatakan tidak pernah dan tidak akan melakukan kekerasan,
eksploitasi, penelantaran dan perlakuan salah terhadap Anak, atau penerapan hukuman fisik
dengan alasan apapun termasuk untuk penegakan disiplin yang dinyatakan dalam surat
pernyataan bermaterai diketahui oleh rukun tetangga dan rukun warga atau nama lain di
lingkungan setempat.
Wawancara
Pasal 19
(1) Wawancara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) huruf c bertujuan untuk
mengidentifikasi kesiapan pemohon untuk menjadi calon Orang Tua Asuh dalam
melakukan Pengasuhan Anak.
(2) Wawancara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan materi:
a. motivasi dan komitmen untuk mengasuh Anak;
b. kemampuan menyediakan kebutuhan dasar meliputi pangan, sandang, perumahan,
kesehatan, dan pendidikan;
c. keterampilan Pengasuhan Anak;
d. kemampuan untuk mencegah Anak dari eksploitasi, perlakuan salah, diabaikan,
kekerasan, dan kondisi bahaya;
e. menjamin hak Anak untuk dapat berhubungan dengan Orang Tua kandungnya; dan
f. kemampuan memberikan pertolongan dalam kondisi darurat.
Pasal 20
(1) Wawancara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 dilakukan oleh tim yang dibentuk
oleh Lembaga Pengasuhan Anak.
(2) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari unsur:
a. Pekerja Sosial;
b. petugas Lembaga Pengasuhan Anak; dan/atau
c. petugas dari dinas sosial setempat.
Penetapan Calon Orang Tua Asuh Definitif

Pasal 31
(1) Calon Orang Tua Asuh yang telah selesai mengikuti bimbingan teknis sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 30 ditetapkan oleh dinas sosial daerah kabupaten/kota menjadi calon Orang Tua Asuh definitif.
(2) Calon Orang Tua Asuh definitif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimasukkan dalam data calon
Orang Tua Asuh pada dinas sosial setempat.
(3) Data calon Orang Tua Asuh definitif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diintegrasikan dengan sistem
informasi kesejahteraan sosial.
(4) Data pribadi calon Orang Tua Asuh definitif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) harus
dijamin kerahasiaannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(5) Status calon Orang Tua Asuh definitif berakhir apabila yang bersangkutan:
a. ditetapkan menjadi Orang Tua Asuh;
b. mengundurkan diri;
c. melewati batas umur 55 (lima puluh lima) tahun;
d. melakukan tindak pidana;
e. melakukan kekerasan, eksploitasi, penelantaran, dan perlakuan salah terhadap Anak, atau penerapan
hukuman fisik dengan alasan apapun termasuk untuk penegakan disiplin yang diperkuat oleh saksi;
f. mengalami sakit fisik dan mental serta gangguan ekonomi yang menghilangkan kemampuan untuk
melakukan pengasuhan Anak; atau
g. meninggal dunia.
Pasal 45
(1) Perpanjangan Pengasuhan Anak sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 43 ayat (1) huruf b dilakukan apabila Reunifikasi kepada
Keluarga Anak Asuh belum tercapai.
(2) Perpanjangan Pengasuhan Anak sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diberikan dalam jangka waktu 1 (satu) tahun berdasarkan
Asesmen dari Pekerja Sosial atau Tenaga Kesejahteraan Sosial.
(3) Perpanjangan Pengasuhan Anak sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) diberikan kepada Orang Tua Asuh tanpa harus mengajukan
permohonan perpanjangan Pengasuhan Anak.
(4) Perpanjangan Pengasuhan Anak sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) harus mendapatkan persetujuan dari dinas sosial daerah
kabupaten/kota.
Pasal 46
Reunifikasi dilakukan oleh Pekerja Sosial atau Tenaga Kesejahteraan
Sosial dengan tahapan:
a. penelusuran Keluarga dan/atau Keluarga sedarah Anak Asuh;
b. verifikasi dan validasi data Keluarga dan/atau Keluarga sedarah
Anak Asuh;
c. Asesmen oleh Pekerja Sosial atau Tenaga Kesejahteraan Sosial;
d. penyiapan Keluarga dan/atau Keluarga sedarah Anak Asuh untuk
Reunifikasi; dan
e. serah terima Anak Asuh dari Orang Tua Asuh kepada Keluarga
dan/atau Keluarga sedarah Anak Asuh yang dilengkapi dengan
berita acara serah terima.
Pasal 47
(1) Proses Reunifikasi kepada Keluarga Anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal
46 huruf e dilakukan dengan ketentuan:
a. Reunifikasi harus mendapatkan persetujuan semua pihak baik Anak Asuh,
Keluarga, dan Orang Tua Asuh serta diketahui oleh Lembaga Pengasuhan
Anak dan dinas sosial daerah kabupaten/kota; dan
b. Anak Asuh harus mendapatkan kesempatan penyesuaian kembali sebelum
Reunifikasi dilakukan sampai menunjukkan kesiapan Anak Asuh dan Orang
Tua kandung atau Wali untuk Reunifikasi.
(2) Proses Reunifikasi kepada Keluarga Anak harus diikuti dengan pemberian
Pendampingan dan pemantauan terhadap Anak dan Keluarga.
TAHAPAN PELAKSANAAN FOSTER CARE

1. Persiapan dan 2. Penempatan 3. Dukungan


Penyesuaian Anak Dalam Terhadap Anak
Penempatan Anak Keluarga Asuh
Asuh

4. Dukungan Kepada 5. Pendampingan 6. Monitoring Dan Evaluasi


Keluarga Asuh Pelaksaan Foster care

23
1. Merumuskan dan menetapkan kebijakan pelaksanaan pengasuhan anak
2. Menyusun norma, standar, prosedur, dan kriteria terkait dengan pelaksanaan
pengasuhan anak
3. Melaksanakan kebijakan sesuai kewenangannya
4. Mengelola anggaran program yang bersumber dari anggaran pembiayaan dan
belanja negara atau sumbersumber lain yang tidak mengikat sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
5. Menyusun rencana kerja nasional penyelenggaraan pelaksanaan pengasuhan
Tugas/Kewenangan anak secara berkala dan berkelanjutan
Menteri Melalui 6. Melakukan supervisi, pemantauan, dan evaluasi terhadap penyelenggaraan
Tim Pelaksana pelaksanaan pengasuhan anak
7. Memberikan penguatan kepada lembaga penyelenggara pelaksanaan
Pusat pengasuhan anak
8. Mendorong pemerintah daerah dalam menyelenggarakan pelaksanaan
pengasuhan anak
9. Mengangkat, menugaskan, mengelola, dan mengembangkan sumber daya
manusia penyelenggara pelaksanaan pengasuhan anak
10.Menetapkan lembaga mitra penyelenggara pelaksanaan pengasuhan anak
11.Membuat laporan penyelenggaraan pelaksanaan pengasuhan anak sesuai
dengan tugas dan kewenangan yang dimiliki
Sumber: Permensos No 1
12.Mengompilasi data anak asuh dan orang tua asuh
Tahun 2020 13.Melakukan koordinasi dan membangun sistem rujukan
1. Melaksanakan kebijakan, program, dan kegiatan pelaksanaan Pengasuhan Anak
2. Melaksanakan norma, standar, prosedur, dan kriteria terkait dengan pelaksanaan
Pengasuhan Anak
3. Membuat peraturan atau kebijakan daerah mengenai Pengasuhan Anak yang mengacu
pada kebijakan Pemerintah Pusat
4. Mengalokasikan anggaran pembiayaan dan belanja daerah provinsi untuk
penyelenggaraan pelaksanaan Pengasuhan Anak
5. Menyusun rencana kerja provinsi penyelenggaraan pelaksanaan Pengasuhan Anak
secara berkala dan berkelanjutan
Tugas/Kewenangan 6. Melakukan supervisi, pemantauan, dan evaluasi terhadap penyelenggaraan
pelaksanaan Pengasuhan Anak sesuai dengan kewenangannya
Gubernur melalui 7. Mengelola data calon Orang Tua Asuh definitif dan calon Anak Asuh
Dinas Sosial Provinsi 8. Memberikan penguatan dalam bentuk bimbingan teknis kepada Lembaga Pengasuhan
Anak dan calon Orang Tua Asuh
9. Mendorong Pemerintah Daerah kabupaten/kota dalam menyelenggarakan layanan
kesejahteraan sosial Anak
10. Menugaskan, mengelola, dan mengembangkan sumber daya manusia penyelenggara
pelaksanaan Pengasuhan Anak
11. Mengusulkan lembaga mitra penyelenggara pelaksanaan Pengasuhan Anak
12. Membuat laporan penyelenggaraan pelaksanaan Pengasuhan Anak sesuai dengan
tugas dan kewenangan yang dimiliki kepada Menteri
13. Membangun sistem rujukan dengan perangkat daerah terkait.
Sumber: Permensos No 1
Tahun 2020
1. Melaksanakan kebijakan, program, dan kegiatan pelaksanaan Pengasuhan Anak
2. Melaksanakan norma, standar, prosedur, dan kriteria terkait dengan pelaksanaan
Pengasuhan Anak
3. Membuat peraturan atau kebijakan daerah mengenai pengasuhan Anak yang
mengacu pada kebijakan Pemerintah Pusat
4. Mengalokasikan anggaran pembiayaan dan belanja daerah kabupaten/kota untuk
penyelenggaraan pelaksanaan Pengasuhan Anak
5. Menyusun rencana kerja kabupaten/kota penyelenggaraan pelaksanaan Pengasuhan
Tugas/Kewenangan Anak secara berkala dan berkelanjutan
Bupati/wali kota 6. Melakukan supervisi, pemantauan, dan evaluasi terhadap penyelenggaraan
pelaksanaan Pengasuhan Anak
melalui Dinas Sosial 7. Memberikan penguatan kepada calon Orang Tua Asuh dan Orang Tua Asuh
8. Mengangkat, menugaskan, mengelola, dan mengembangkan sumber daya manusia
penyelenggara pelaksanaan Pengasuhan Anak
9. Menyimpan dan memutakhirkan data calon Orang Tua Asuh definitif dan calon Anak
Asuh;
10. Merekomendasikan lembaga mitra penyelenggara pelaksanaan Pengasuhan Anak
11. Membuat laporan penyelenggaraan pelaksanaan Pengasuhan Anak sesuai dengan
tugas dan kewenangan yang dimiliki
12. Membangun sistem rujukan dengan perangkat daerah terkait.
13. Menerbitkan Surat Keputusan Izin pengasuhan Anak

Sumber: Permensos No 1 Tahun 2020


PERWALIAN
Perwalian

PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 29 TAHUN 2019
TENTANG
SYARAT DAN TATA CARA PENUNJUKAN WALI

Wali adalah orang atau badan yang dalam kenyataannya menjalankan kekuasaan asuh sebagai orang tua
terhadap anak
Definisi

Wali Orang Tua Anak Keluarga

orang atau badan yang dalam ayah dan/atau ibu kandung seseorang yang belum berusia unit terkecil dalam masyarakat yang
kenyataannya menjalankan atau ayah dan/atau ibu tiri, 18 (delapan belas) tahun, terdiri atas suami istri, atau suami
kekuasaan asuh sebagai orang atau ayah dan/atau ibu angkat. termasuk anak yang masih istri dan Anaknya, atau ayah dan
tua terhadap anak. dalam kandungan. Anaknya, atau ibu dan Anaknya,
atau keluarga sedarah dalam garis
lurus ke atas atau ke bawah sampai
dengan derajat ketiga.
Keluarga Anak
Keluarga sedarah dalam garis lurus ke a
tas ampai dengan derajat ketiga

Definisi Saudara
Kerabat Keluarga laki-laki maupun p
erempuan menyamping dari kakek/
Lanjutan nenek, bapak/ibu, dan Anak.

Pengadilan
Pengadilan agama bagi yang beragama
Islam dan pengadilan negeri bagi lainnya.

Menteri
Menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang sosial.
Tujuan

Penunjukan Wali bertujuan untuk melindungi hak dan memenuhi kebutuhan


dasar anak serta mengelola harta anak agar dapat menjamin tumbuh kembang
dan kepentingan terbaik bagi anak
Orang yang Dapat Karena Orang Tua Tidak Ada
Ditunjuk Sebagai Wali• 1 •
Minimal Usia Sehat Fisik dan
WNI
30 Tahun Mental

Syarat Berkelakuan Mampu Secara Beragama sama


Penunjukan Baik Ekonomi
dengan Agama
Anak
Keluarga Anak
sebagai Wali Mendapat Surat Pernyataan
Surat Pernyataan tidak akan
melakukan a) kekerasan,
Persetujuan Tertulis bersedia menjadi eksploitasi, penelantaran dan
dari suami/istri Wali perlakuan salah pada anak b)
penerapan hukuman fisik

Mendahulukan Mendapat
persetujuan tertulis
keluarga anak dari orang tua (jika
derajat terdekat memungkinkan)
Minimal Usia Sehat Fisik dan
WNI 21 Tahun Mental

Beragama sama
Berkelakuan Mampu Secara
Syarat Baik Ekonomi
dengan Agama
Anak
Penunjukan
Saudara Mendapat Surat Pernyataan tidak akan
Surat Pernyataan
sebagai Wali Persetujuan
bersedia menjadi
melakukan a) kekerasan,
eksploitasi, penelantaran dan
Tertulis dari perlakuan salah pada anak b)
Wali
suami/istri penerapan hukuman fisik

Mendapat
persetujuan tertulis
dari orang tua (jika
memungkinkan)
Minimal Usia Sehat Fisik dan
WNI 30 Tahun Mental

Beragama sama
Berkelakuan Mampu Secara
Syarat Baik Ekonomi
dengan Agama
Anak
Penunjukan
Orang Lain Mendapat Surat Pernyataan tidak akan
Surat Pernyataan
sebagai Wali Persetujuan
bersedia menjadi
melakukan a) kekerasan,
eksploitasi, penelantaran dan
Tertulis dari Wali perlakuan salah pada anak b)
suami/istri penerapan hukuman fisik

Mendapat
persetujuan tertulis
dari orang tua (jika
memungkinkan)
Badan Hukum sebagai Wali
(1) Badan hukum yang ditunjuk sebagai Wali
terdiri atas unit pelaksana teknis
kementerian/lembaga, unit pelaksana teknis
perangkat daerah, dan lembaga
kesejahteraan sosial Anak.

(2) Unit pelaksana teknis kementerian/lembaga dan


unit pelaksana teknis perangkat daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi syarat:
a. dibentuk berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan ; dan
b. melaksanakan tugas dan fungsi pengasuhan
Anak.
Syarat LKSA yang Ditunjuk sebagai Wali

Surat pernyataan tidak


Berbadan hukum akan dan tidak pernah
melakukan diskriminasi

Surat pernyataan
Seagama dengan anak
bersedia menjadi wali

Mendapat
rekomendasi dari Surat persetujuan dari
dinas sosial orang tua
Tata Cara Penunjukkan Wali

 Memenuhi syarat dalam Peraturan Pemerintah oleh


seseorang atau badan hukum sebagai calon wali
kepada pengadilan
 Diajukan bersamaan dengan permohonan pencabut
kuasa asuh
 pencabutan kuasa asuh yang telah diterima oleh
Pengadilan ditetapkan melalui persidangan.
 melalui surat wasiat atau dengan lisan yang
 Seseorang atau badan hukum dinyatakan sebagai Wali
dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan setelah mendapatkan penetapan dari Pengadilan
perundang-undangan.
 Penunjukan Wali dilakukan melalui penetapan
Pengadilan.
Rekomendasi
Dinas Sosial

o menugaskan pekerja sosial profesional untuk


melakukan asesmen kepada orang atau badan
hukum yang akan ditunjuk sebagai Wali;
o dibantu oleh tim pertimbangan penunjukan Waii.
Orang

Badan Hukum
• Panitera Pengadilan

Panitera Pengadilan wajib menyampaikan salinan


penetapan/putusan Pengadilan mengenai
penunjukan Wali kepada dinas yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang administrasi kependudukan dan
pencatatan sipil kabupaten/kota setempat, dinas
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang sosial kabupaten/kota setempat, dan
instansi pemerintah pusat atau unit kerja di
lingkungan instansi pemerintah pusat yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang harta penin ggalan setempat.
Kewajiban Wali Setelah Penetapan Pengadilan

Membimbing anak dalam


kehidupan beragama Melakukan kuasa asuh orang tua

03 01
Mewakili anak
untuk melakukan 05
perbuatan hukum
04
02
Mengelola harta milik Melakukan kewajiban dan
anak tanggung jawab orang tua
Wali Berakhir Apabila

ANAK BERUSIA 18 TAHUN

ANAK MENINGGAL DUNIA

WALI MENINGGAL DUNIA

WALI YANG BADAN HUKUM


BUBAR ATAU PAILIT
Pencabutan Wali
Berdasarkan Penetapan Putusan Pengadilan

Melalaikan Tidak cakap Menyalahgunakan Melakukan Orang tua


kewajiban melakukan kewenangan kekerasan pada dianggap telah
perbuatan anak mampu
hukum melaksanakan
kewajiban
Penyuluhan :
meningkatkan pemahaman
Pemerintah mengenai perwalian anak.

Pusat
Konsultasi :
memberi informasi, motivasi dan
solusi terhadap permasalahan
Bimbingan perwalian anak.
Pemerintah
Dalam Daerah
Perwalian Pendampingan :
untuk membantu kelancaran
perwalian anak
Masyarakat
 orang perseorangan
 keluarga
 organisasi masyarakat Pelatihan :
 lembaga pengasuhan anak agar memiliki kemampuan dalam
 lembaga perlindungan anak proses pelaksanaan perwalian
anak
Tujuan Pengawasan
Mencegah terjadinya penyimpangan/pelanggaran
dalam perwalian anak

Mengurangi kasus
penyimpangan/pelanggaran

Memantau pelaksanaan perwalian anak


Pengaduan
Jika terjadi penyimpangan/pelanggaran dalam perwalian anak dapat melakukan
pengaduan atau melaporkan ke:

1 2 3 4

• Lembaga
• Aparat pemerintahan
di bidang • Dinas sosial • Menteri
Penegak perlindungan Sosial
Hukum anak
Ketentuan Pelaporan Pelaksanaan Perwalian Anak

Step 02 Step 04
Step 01 Step 03

Peksos Profesional Dinas Sosial Kab/Kota Dinas Sosial Provinsi Menteri


Menyampaikan laporan
Melaporkan Laporan di sampaikan Menerima laporan dari
sosial mengenai kelayakan
perkembangan anak dalam kepada Menteri Dinas Sosial Provinsi
wali dan perkembangan
pengasuhan wali ke dinas
anak ke dinas sosial
sosial Provinsi
kab/kota
Infographic Style
PENGANGKATAN ANAK
Get a modern PowerPoint Presentation that is beautifully designed. I hope and I believe
that this Template will your Time.

Your Content Here


Get a modern PowerPoint Presentation that is
beautifully designed. I hope and I believe that this
Template will your Time, Money and Reputation.
Easy to change colors, photos and Text. Get a
modern PowerPoint Presentation that is
beautifully designed.

ALLPPT Layout
Clean Text Slide for your
Presentation
DASAR HUKUM PENGANGKATAN ANAK

1 2 3

UU No.35 tahun 2014 PP 54/2007 tentang Permensos 110/2009


tentang Perlindungan Pelaksanaan tentang Persyaratan
Anak Pengangkatan Anak Pengangkatan Anak

4 5 6
Permensos 03/2018 Perdirjen 02/2012 Surat Edaran
Bimbingan, tentang Pedoman dan Mahkamah Agung
Pengawasan dan Teknis Prosedur (SEMA) No.6/1983
Pelaporan Pelaksanaan Pengangkatan Anak
Pengangkatan Anak
PENGANGKATAN ANAK ADALAH……..
Perbuatan hukum yang mengalihkan seorang anak dari lingkungan
kekuasaan orang tua, wali yang sah, atau orang lain yang
bertanggungjawab atas perawatan, pendidikan dan membesarkan anak
tersebut, ke dalam lingkungan keluarga orang tua angkat.
(Pasal 1, PP No.54/2007)

ANAK ANGKAT ADALAH……..


Anak yang hak nya dialihkan dari lingkungan kekuasaan keluarga orang tua,
wali yang sah, atau orang lain yang bertanggungjawab atas perawatan,
pendidikan, dan membesarkan anak tersebut, ke dalam lingkungan keluarga
orang tua angkatnya berdasarkan keputusan atau penetapan pengadilan
(Pasal 1, PP No. 54/2007)

ORANG TUA ANGKAT ADALAH……..

Orang yang diberi kekuasaan untuk merawat, mendidik, dan


membesarkan anak berdasarkan peraturan perundang-undangan dan
adat kebiasaan. (Pasal 1, PP No. 54/2007)
TUJUAN PENGANGKATAN ANAK ADALAH……..
Untuk kepentingan terbaik bagi anak dalam rangka mewujudkan kesejahteraan
anak dan perlindungan anak yang dilaksanakan berdasarkan adat kebiasaan
setempat dan ketentuan perundang-undangan,
(Pasal 2, PP No.54/2007)

HAL-HAL PENTING DALAM PENGANGKATAN ANAK ADALAH……..

1. Calon orang tua angkat harus seagama dengan agama yang dianut oleh calon
anak angkat. (Pasal 3, PP No.54/2007)
2. Dalam hal asal usul anak tidak diketahui, maka agama anak disesuaikan dengan agama
mayoritas penduduk setempat (Pasal 3, PP No.54/2007)
3. Pengangkatan anak tidak memutuskan hubungan darah antara anak yang diangkat dengan
orang tua kandungnya (Pasal 4, PP No. 54/2007)
4. Pengangkatan anak WNI oleh WNA hanya dapat dilakukan sebagai upaya terakhir. (Pasal
5, PP 54/2007)
5. Orang tua angkat wajib memberitahukan kepada anak angkatnya mengenai asal usulnya
dan orang tua kandungnya
6. Pemberitahuan asal-usul dan orang tua kandungnya dilakukan dengan memperhatikan
kesiapan anak yang bersangkutan. (Pasal 6, PP No. 54/2007)
JENIS PENGANGKATAN ANAK

1. Pengangkatan anak antar Warga Negara Indonesia, meliputi :


a. pengangkatan anak berdasarkan adat kebiasaan setempat, yaitu
pengangkatan anak yang dilakukan dalam satu komunitas yang nyata-nyata
masih melakukan adat dan kebiasaan dalam kehidupan bermasyarakat;
dimohonkan melalui penetapan pengadilan.
b. pengangkatan anak berdasarkan peraturan perundang-undangan, mencakup
pengangkatan anak secara langsung dan pengangkatan anak melalui lembaga
pengasuhan, dilakukan melalui penetapan pengadilan.
2. Pengangkatan anak antara Warga Negara Indonesia dengan Warga Negara Asing

Pengangkatan Anak oleh orang tua tunggal??


KRITERIA ANAK YANG AKAN DIANGKAT Pasal 18

o Belum berusia 18 tahun;


o Merupakan anak telantar atau ditelantarkantanggungjawabny sebagai
Orangtua;
o Berada dalam asuhan keluarga atau dalam lembaga pengasuhan anak; dan
o Memerlukan perlindungan khusus.

USIA ANAK ANGKAT Pasal 19

o Anak belum berusia 6 (enam) tahun, merupakan prioritas utama;


o Anak berusia 6 (enam) tahun sampai dengan belum berusia 12 (dua belas) tahun, sepanjang ada alasan mendesak;
dan
o Anak berusia 12 (dua belas) tahun sampai dengan belum berusia 18 (delapan belas) tahun, sepanjang anak
memerlukan perlidungan khusus.

Sumber : Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pengasuhan Anak
KRITERIA ORANG TUA ANGKAT

o Sehat jasmani dan rohani;


o Berumur paling rendah 30 (tiga puluh) tahun dan paling tinggi 55 (lima puluh lima) tahun;
o Beragama sama dengan agama calon anak angkat;
o Berkelakuan baik dan tidak pernah dihukum karena melakukan tindak kejahatan
o Berstatus menikah paling singkat 5 (lima) tahun;
o Tidak merupakan pasangan sejenis;
o Tidak atau belum mempunyai anak atau hanya memiliki satu orang anak;
o Dalam keadaan mampu ekonomi dan sosial;
o Memperoleh persetujuan anak dan izin tertulis orang tua atau wali anak;
o Membuat pernyataan tertulis bahwa pengangkatan anak adalah demi kepentingan terbaik anak,
kesejahteraan, dan perlindungan anak;
o Adanya laporan sosial dari pekerja sosial setempat;
o Telah mengasuh calon anak angkat paling singkat 6 (enam) blan, sejak izin pengasuhan diberikan;
dan
o Memperoleh izin Menteri dan/atau kepala instansi sosial.

Sumber : PP No. 54/2007 Pasal 13


KETENTUAN LAIN

o Pengangkatan anak dapat dilakukan paling banyak 2 (dua) kali dengan jarak paling singkat 2 (dua)
tahun, kecuali bagi anak penyandang cacat.
o Dalam hal calon anak angkat adalah kembar, pengangkatan anak dapat dilakukan sekaligus
dengan saudara kembarnya.

Sumber : Permensos No. 110/HUK/2009 Pasal 8


LEMBAGA PENGASUHAN ANAK

Lembaga Pengasuhan Anak adalah lembaga atau organisasi sosial atau yayasan yang
1 berbadan hukm yang menyelenggarakan pengasuhan anak terlantar dan telah mendapat
izin dari Menteri untuk melaksanakan proses pengangkatan anak.

Ini adalah semacam Foster Care Agency yang akan diberikan kewenangan oleh
2 Pemerintah mengurusi proses penentuan orangtua asuh sampai tahap rekomendasi
untuk ditetapkan oleh Dinas Sosial

Modelnya sama dengan beberapa lembaga (LKSA, Balai) yang diberikan kewenangan
3 oleh Kementerian Sosial untuk mengurusi pengangkatan anak inter country serta
sebagai Foster Care Agency.
MOTIVASI PENGANGKATAN ANAK

Memberikan kasih sayang dan pengasuhan yang baik

Memberikan pendidikan kepada Anak Asuh

Merasa iba atau kasihan melihat kondisi Anak

Karena belum dikaruniai Anak


DATA PENGANGKATAN ANAK
ANTAR WARGA NEGARA INDONESIA (DOMESTIC ADOPTION)
TAHUN 2010 - 2019
NO TAHUN PROVINSI JUMLAH ADOPSI

1 2010 7 Provinsi (Kepri, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTT, KalImantan Timur ) 99 Kasus

2 2011 7 Provinsi ( Kepri, Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan 142 Kasus
Timur, Kalimantan Barat)
3 2012 9 Provinsi ( Aceh, Jambi, Kepri, Sumatera Barat, DKI Jakarta, Jatim, Jateng, 66 Kasus
Kalimantan Timur, Kalimantan Barat)
4 2013 4 Provinsi ( Kepri, DKI Jakarta, Jawa Tengah, NTB) 13 Kasus
5 2014 6 Provinsi ( Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalaimantan Selatan, Riau, 12 Kasus
Sumatera Barat)
6 2015 8 Provinsi ( Riau, Banten, Jawa barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, 53 Kasus
Kalimantan Timur, Kalimantan Sel)
7 2016 12 Provinsi ( Jawa Barat, banten, lampung, jambi, aceh, kalteng, jateng, bali, NTB, 355 Kasus
Jatim, DIY, kaltim)
8 2017 30 Provinsi ( 4 prov blm terbentuk Tim PIPA) 976 kasus

9 2018 30 Provinsi ( 3 blm ada Tim PIPA, Kaltara belum melaksanakan Sidang Tim PIPA) 926 Kasus

10 2019 30 Provinsi, ( 3 blm ada Tim PIPA, Kaltara belum melaksanakan Sidang Tim PIPA) 1096 kasus

JUMLAH 3738 Kasus


DATA PENGANGKATAN ANAK
ANAK WARGA NEGARA INDONESIA OLEH WARGA NEGARA ASING
( INTERCOUNTRY ADOPTION)
TAHUN 2010 - 2019
NO TAHUN NEGARA JUMLAH ADOPSI

1 2010 6 Negara ( Amerika Serikat, Australia, Inggris, Jerman, Kanada, Belanda) 13 Berkas

2 2011 4 Negara ( Amerika Serikat, Inggris, Australia, Jerman ) 7 Berkas

3 2012 12 Negara ( Amerika Serikat, Australia, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, 21 Berkas
Perancis, Kolombia, New Zealand, Norwegia, Thailand Swiss )

4 2013 4 Negara (Amerika Serikat, Australia, Inggris, Kanada) 10 Berkas


5 2014 5 Negara (Amerika Serikat, Australia, Inggris, Perancis, Swiss) 7 Berkas

6 2015 5 Negara ( Perancis, Australia, Korea Selatan, Amerika Serikat, Mexiko) 7 Berkas

7 2016 3 Negara ( Australia, Belanda, Inggris ) 8 Berkas


8 2017 9 Negara (Italia , Jepang , Belanda , Inggris , Amerika , Perancis , Portugal 13 Berkas
, Australia, Brasil).

9 2018 5 Negara ( Amerika, Australia,Singapura, Filipina dan Brazil ) 9 berkas


10 2019 7 Negara (Amerika, Kanada, Swiss, Jepang, Australia, Perancis, Belanda) 12 berkas
JUMLAH 107 berkas
DATA PENGANGKATAN ANAK
ANAK ORANG TUA TUNGGAL ( SINGLE PARENT)
TAHUN 2010 - 2019

NO TAHUN PROVINSI JUMLAH ADOPSI

1 2010 6 Provinsi (Kepri, Jabar, Jatim, Sumsel, NTB, DKI Jakarta) 9 Berkas

2 2011 2 Provinsi (DKI Jakarta, Kalsel) 4 Berkas

3 2012 4 Provinsi (Kepri, Sumbar, Jatim, NTB, Jatim, Jateng, Kaltim, Kalbar) 6 Berlas

4 2013 3 Provinsi (Kepri, Sumbar, Jatim) 4 Berkas


5 2014 6 Provinsi (Jateng, Jatim, Kalsel, Riau, Sumbar) 12 Berkas

6 2015 8 Provinsi (Riau, Banten, Jabar, Jateng, Jatim, Kalbar, Kalsel) 13 Berkas

7 2016 3 Provinsi ( Riau, Jabar, Bali) 3 Berkas


8 2017 2Provinsi (Banten dan Kepri) 5 Berkas
9 2018 5 Provinsi(Sumut,Kalteng,Jatim,Kalsel dan NTT) 5 Berkas
10 2019 6 Provinsi (Kalsel, Jatim, Kalteng, Kepri, Babel, Banten) 11 berkas
JUMLAH 72 Kasus
PEMETAAN PENGANGKATAN ANAK WNI OLEH WNA
/ INTERCOUNTRY ADOPTION 2004 – 2019
(UNIT LAYANAN PENGANGKATAN ANAK KEMENTERIAN SOSIAL RI)
Norwegia
Kanada Belanda 1 adoptan
4 adoptan Inggris 15 adoptan Korea Selatan
15 adoptan Jerman 1 adoptan
10 adoptan
Austria
1 adoptan
Portugal Jepang
1 adoptan 5 adoptan
AS Swiss Thailand
41 adoptan Spanyol 5 adoptan 1 adoptan
1 adoptan Perancis Filipina
11 adoptan Italia 5
2 adoptan
adoptan

Meksiko 1 Belgia Malaysia


adoptan 1 adoptan 1 adoptan
Australia
49 adoptan
Kolombia
Ekuador
1 adoptan
1 adoptan
Singapura
Afrika Selatan 1 adoptan
3 adoptan
Brazil
New Zealand
2 adoptan
1 adoptan
Upaya Kementerian Sosial dalam memproses Pengasuhan
Alternatif Anak di Masa COVID-19

Permohonan Pengangkatan Anak tetap diproses dengan upaya sebagai berikut :

1. Pelaksanaan Kunjungan Rumah secara daring telah dilakukan kepada COTA


intercountry adoption
1. Pelaksanaan sidang TIM PIPA secara daring

Dikeluarkannya Surat Edaran Pelaksanaan Sidang TIM PIPA Pusat dan Daerah
selama masa COVID-19 No. 42/4/HK.01/7/2020
BIMBINGAN DAN PENGAWASAN PELAKSANAAN
PENGANGKATAN ANAK

1. Bimbingan pelaksanaan Pengangkatan Anak dilakukan oleh Pemerintah Pusat,


pemerintah daerah, dan masyarakat.
2. Bimbingan pelaksanaan Pengangkatan Anak dilakukan melalui kegiatan : penyuluhan,
konsultasi, konseling, pendampingan, dan pelatihan.
3. Pengawasan pelaksanaan pengangkatan anak dimaksudkan agar tidak terjadi
penyimpangan atau pelanggaran dalam pengangkatan anak.
4. Pengawasan pelaksanaan pengangkatan anak oleh pemerintah daerah dilakukan oleh
dinas sosial daerah provinsi, dinas sosial daerah kabupaten/kota, dan satuan kerja
perangkat daerah.

Anda mungkin juga menyukai