Anda di halaman 1dari 92

1

LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

LAPORAN KINERJA (LKj)


BALAI BESAR TAMAN NASIONAL TELUK CENDERAWASIH
TAHUN 2019

Pengarah
Ir. Ben Gurion Saroy, M.Si
Koordinator
Hendrikus Rani Siga, S.Hut., M.Sc
Penyusun
Imam Setyo Hartanto, Sanny Sutanto, Nur Asni Puspita Sari,
Ran Ogistira, Krisensia Yayuk Mangguali, Koromath Selfiana
Editor, Desain Sampul dan Tata Letak
Sub Bagian Data Evaluasi Pelaporan dan Kehumasan
Bagian Tata Usaha
Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN


DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN
EKOSISTEM
BALAI BESAR TAMAN NASIONAL TELUK CENDERAWASIH

Manokwari, Januari 2021

2
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa refoccusing kegiatan dan realokasi
atas segala karunia dan limpahan rahmat- anggaran untuk penanganan Pandemi
Nya sehingga Balai Besar Taman Nasional Covid-19. Hal ini mendapatkan perhatian
Teluk Cenderawasih (TNTC) mampu dari Kanwil Keuangan DJPB Provinsi Papua
melewati tahun 2020 ini. Tahun 2020 Barat dengan memberikan penghargaan
adalah tahun penuh tantangan dan kepada Balai Besar TNTC sebagai satuan
ketidakpastian. Pandemi global Covid-19 Kerja dengan kontribusi terbaik ke-3
telah mengubah tatanan kehidupan kita terhadap pemulihan ekonomi regional
setahun terakhir, tidak hanya di Indonesia sampai dengan triwulan III tahun 2020.
tapi juga di seluruh dunia.
Adapun pelaksanaan kinerja Balai Besar
Di tengah-tengah pergulatan menghadapi TNTC tahun 2020 ini berusaha kami
pandemi ini, Balai Besar TNTC tetap sampaikan dalam bentuk Laporan Kinerja
melaksanakan mandat untuk melaksanakan Balai Besar TNTC tahun 2020. Dokumen ini
perlindungan, pengawetan dan merupakan bentuk pengukuran
pemanfaatan ekosistem, spesies, dan akuntabilitas kinerja instansi selama tahun
sumber daya genetik untuk mewujudkan 2020 atas pelaksanaan tugas pokok dan
kelestarian sumber daya alam hayati serta fungsi Balai Besar TNTC dalam Program
keseimbangan ekosistemnya dalam KSDAE.
mendukung tujuan pembangunan
Pada kesempatan ini kami mengucapkan
Kementerian Lingkungan Hidup dan
terima kasih dan penghargaan setinggi-
Kehutanan (KLHK) yaitu meningkatkan
tingginya kepada semua pihak yang telah
kontribusi sumber daya hutan beserta
membantu penyusunan Laporan Kinerja
ekosistemnya untuk perekonomian
Tahun 2020 ini. Kedepannya, dengan
nasional. Selain upaya dan kerja keras kita
segenap ikhtiar dan atas dukungan seluruh
semua menangani masalah kesehatan di
pegawai Balai Besar TNTC, kita bersama-
masa Pandemi Covid-19 ini, pemerintah
sama melewati tahun yang baru dengan
juga bekerja keras untuk menjaga dan
penuh semangat dan harapan melewati
memulihkan perekonomian. Pada tingkatan
masa-masa sulit ini dan bangkit menuju
yang lebih mikro, sebagai entitas satuan
Indonesia yang maju dan kita cita-citakan.
kerja, Balai Besar TNTC melakukan

Manokwari, 15 Januari 2020


Plt. Kepala Balai Besar

Hendrikus Rani Siga, S.Hut., M.Sc


NIP. 19680708 199803 1 002

3
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

RINGKASAN
114,54% EKSEKUTIF
Nilai kinerja BBTNTC

Sesuai perjanjian kinerja antara Direktur


Jenderal KSDAE dengan Kepala Balai Besar
95,31% TNTC tahun 2020, pengukuran tingkat
Realisasi anggaran untuk memenuhi sasaran yang capaian sasaran kegiatan didasarkan pada 5
diperjanjikan.
indikator kinerja kegiatan, yaitu: (1) nilai
SAKIP Direktorat Jenderal KSDAE; (2) jumlah
simpul data keanekaragaman hayati yang
0.83 dikembangkan; (3) luas opened area di
Efisiensi penggunaan anggaran BBTNTC. Sebagai kawasan konservasi yang ditangani; (4)
catatan, angka efisiensi kurang dari angka 1 jumlah desa di sekitar kawasan konservasi
menunjukkan bahwa penggunaan anggaran efektif
yang mendapatkan kemitraan konservasi
untuk memenuhi sasaran.
pada blok/zona tradisional atau peningkatan
usaha ekonomi produktif; (5) jumlah
kawasan konservasi yang ditingkatkan
efektivitas pengelolaannya; (6) luas kawasan hutan yang diinventarisasi dan diverifikasi
dengan nilai keanekaragaman hayati tinggi secara partisipatif ( open area); dan (7) jumlah
destinasi wisata alam prioritas.

dan jumlah destinasi wisata alam prioritas


Pemenuhan indikator kinerja kegiatan
(100%).
tersebut mencapai angka 114,54 %. Nilai
kinerja ini dibentuk dari rata-rata kinerja nilai Nilai capaian kinerja Balai Besar TNTC
SAKIP Direktorat Jenderal KSDAE yang sebesar 114,54% dengan realisasai anggaran
mampu mencapai nilai 79,37 poin dari target 95,31% sehingga diperoleh nilai efisiensi
yang ditetapkan yaitu 78 poin (101,76%); sebesar 0,83 (<1) menunjukkan bahwa
jumlah simpul data keanekaragaman hayati penggunaan anggaran efektif untuk
yang dikembangkan (100%); luas opened memenuhi sasaran. Hal ini juga
area di kawasan konservasi yang ditangani menunjukkan berbagai upaya pengelolaan
(100%); jumlah desa di sekitar kawasan taman nasional telah dilakukan secara efektif
konservasi yang mendapatkan kemitraan sesuai dengan tujuan pengelolaan yang telah
konservasi pada blok/zona tradisional atau ditetapkan. Potensi sumber daya laut dan
peningkatan usaha ekonomi produktif lingkungan hidup Teluk Cenderawasih
mencapai 5 Desa dengan target 1 Desa dimanfaatkan secara lestari untuk
(150%); jumlah kawasan konservasi yang meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan
ditingkatkan efektivitas pengelolaannya masyarakat yang berkeadilan. Di sisi lain
(100%); luas kawasan hutan yang keseimbangan ekosistem dan
diinventarisasi dan diverifikasi dengan nilai keanekaragaman hayati di Teluk
keanekaragaman hayati tinggi secara Cenderawasih serta keberadaan sumber daya
partisipatif (open area) dapat tercapai seluas alam sebagai sistem penyangga kehidupan
323.462 Ha dari target 17.529 Ha (150%); untuk mendukung pembangunan
berkelanjutan dapat dijaga kelestariannya.
4
DAFTAR ISI
3. Kata Pengantar

4. Ringkasan Eksekutif

5. Daftar Isi

9. BAB I Pendahuluan

18. BAB II Perencanaan Kinerja

25. BAB III Akuntabilitas Kinerja

82. BAB IV Penutup

85. Lampiran

5
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur Organisasi Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih ............ 11
Gambar 2. Peta Zonasi Taman Nasional Teluk Cenderawasih........................................ 13
Gambar 3. Visi Misi Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih ............................ 18
Gambar 4. Realisasi Kinerja Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih 2016-2020 25
Gambar 5. Output dokumen perencanaan dan pelaporan BBTNTC ................................ 28
Gambar 6. Laporan monitoring dan fasilitasi kegiatan kerjasama Balai Besar TNTC 2020. 32
Gambar 7. Media transplantasi karang menyerupai struktur laba-laba (kiri); media
transplantasi yang telah dilapisi pasir (kanan) ............................................. 35
Gambar 8. Pengikatan bibit pada media transplantasi .................................................. 36
Gambar 9. Peletakan media yang telah diisi oleh bibit karang pada lokasi transplantasi ... 36
Gambar 10. Kelompok Mama Ira (kiri), kegiatan pemantauan kebun kima oleh kelompok
Mama Ira (kanan) .................................................................................... 37
Gambar 11. Kima-kima yang dilestarikan oleh Kelompok Mama Ira ................................. 37
Gambar 12. Dokumen Kesepakatan Koservasi antara Balai Besar TNTC dengan Pemerintah
Kampung Yaur......................................................................................... 41
Gambar 13. Peta indikatif rencana akses pemanfaatan kawasan TNTC di Kampung Yaur .. 41
Gambar 14. Pembentukan kelompok masyarakat desa binaan dan penyusunan rencana
pembinaan melalui RKL dan RKT 2021 di Kampung Yaur ............................. 42
Gambar 15. Pembinaan dan penyusunan rencana pembinaan melalui RKT 2021 di Kampung
Kwatisore dan Sima ................................................................................. 42
Gambar 16. Peta Santuary Hiu paus ............................................................................ 49
Gambar 17. (Kiri) Sisi sebelah kanan Hiu Paus dengan ID WS 5 (New ID 181); (Kanan) Sisi
sebelah kiri Hiu Paus dengan ID WS 5 (New ID 181) ................................... 51
Gambar 18. (Kiri) Sisi sebelah kiri Hiu Paus No ID WS 13 (New ID 181); (Kanan) Sisi
sebelah kanan Hiu Paus No ID WS 13 (New ID 181).................................... 51
Gambar 19. (Kiri) Sisi Sebelah Kanan Hiu Paus No ID WS 15 (New ID 181); (Kanan) Sisi
Sebelah Kiri Hiu Paus No ID WS 15 (New ID 181) ....................................... 51
Gambar 20. Jejak makan duyung (feeding trail) pada Stasiun II (kiri) dan feeding trail pada
stasiun III BPTN Wilayah II Wasior ............................................................ 53
Gambar 21. Pengamatan duyung menggunakan binokuler (kiri); pengamatan jejak makan
duyung (kanan) ....................................................................................... 53
Gambar 22. Peta monitoring populasi duyung (Dugong dugong) BPTN Wilayah II Wasior . 53
Gambar 23. Tridacna maxima (kiri); Tridacna derasa (kanan) ........................................ 56
Gambar 24. Tridacna squamosa (kiri); Tridacna gigas (kanan) ...................................... 56
Gambar 25. Pengambilan data dengan menggunakan line transect ................................. 57
Gambar 26. Peta monitoring populasi kima BPTN Wilayah III Yembekiri .......................... 57
Gambar 27. (kiri) sarang penyu; (kanan) identifikasi sarang penyu ................................. 60
Gambar 28. Wawancara dengan nelayan ..................................................................... 60
Gambar 29. (kiri) penyu umur 7 bulan; (kanan) Demplot penetasan tukik semi alami
Kampung Isenebuai ................................................................................. 60
Gambar 30. Peta lokasi kegiatan dan jalur penelusuran monitoring penyu di Pulau Wairundi.
.............................................................................................................. 61
Gambar 31. Sosialisasi TSL di Kampungn Menarbu ........................................................ 62
Gambar 32. Sosialisasi TSL di Kampung Yende ............................................................. 62
Gambar 33. (Kiri) Pengerjaan apartemen ikan; (Kanan) Pengerjaan dermaga apung ........ 66
Gambar 34. Mobilisasai dan pemancangan tiang pancang .............................................. 67
Gambar 35. Perakitan / instalasi bangunan apung Whale Shark Center ........................... 67
Gambar 36. (Kiri) Dermaga Resort Sowa Kwatisore; (Kanan) Menara penjagaan .............. 68
Gambar 37. Pondok wisata/gazebo/saung Resort Sowa Kwatisore .................................. 69
Gambar 38. Bangunan dermaga Resort Sowa Kwatisore ................................................ 69
Gambar 39. Kantor pengawas Resort Sowa Kwatisore ................................................... 70
Gambar 40. Homestay Resort Sowa Kwatisore .............................................................. 70
6
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

Gambar 41. Sentimen positif kunjungan wisata ke TNTC pada awal tahun 2020 .............. 72
Gambar 42. Sertifikat penghargaan terbaik ke-2 foto biodiversitas Taman Nasional .......... 79
Gambar 43. Sertifikat penghargaan terbaik ke-5 video Taman Nasional........................... 79
Gambar 44. Sertifikat penghargaan terbaik ke-6 foto human interest Taman Nasional ...... 80
Gambar 45. Piagam penghargaan satuan kerja dengan kontribusi terbaik ke-3 terhadap
pemulihan ............................................................................................... 80

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Letak kawasan TNTC berdasarkan administratif pemerintahan ...................... 12
Tabel 2. Luas kawasan berdasarkan letak koordinat ................................................. 12
Tabel 3. Sebaran PNS berdasarkan jabatan ............................................................. 14
Tabel 4. Barang Milik Negara (BMN) Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih . 15
Tabel 5. Peta Sasaran Balai Besar TN Teluk Cenderawasih Tahun 2020 – 2024 ........... 19
Tabel 6. Target Indikator Kinerja Kegiatan Pemolaan dan Informasi Konservasi Alam .. 22
Tabel 7. Target Indikator Kinerja Kegiatan Pengelolaan Kawasan Konservasi .............. 22
Tabel 8. Target Indikator Kinerja Kegiatan Konservasi Spesies dan Genetik ................ 23
Tabel 9. Target indikator kinerja kegiatan pemanfaatan jasa lingkungan kawasan
konservasi............................................................................................... 23
Tabel 10. Target Kinerja Kegiatan Dukungan Manjemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis
Lainnya Ditjen KSDAE............................................................................... 23
Tabel 11. Rincian Kebutuhan Indikatif Pembiayaan Tahun 2020 – 2024 ....................... 24
Tabel 12. Perjanjian kinerja Balai Besar TNTC Tahun 2020 ......................................... 24
Tabel 13. Capaian kinerja berdasarkan perjanjian kinerja Balai Besar TNTC tahun 2020 26
Tabel 14. Efisiensi kinerja IKK 1 ............................................................................... 29
Tabel 15. Matriks Perubahan Zona Pengelolaan Taman Nasional Teluk Cenderawasih ... 31
Tabel 16. Tabel Perubahan Luasan Zona Pengelolaan TNTC. ...................................... 31
Tabel 17. Efisiensi kinerja IKK 2 ............................................................................... 33
Tabel 18. Target dan realisasi capaian kinerja rencana pemulihan ekosistem TNTC s.d
tahun 2020 ............................................................................................. 34
Tabel 19. Efisiensi kinerja IKK 3 ............................................................................... 38
Tabel 20. Efisiensi kinerja IKK 4 ............................................................................... 43
Tabel 21. Efisiensi kinerja IKK 5 ............................................................................... 47
Tabel 22. Kepadatan Kima pada setiap stasiun pengambilan data ............................... 55
Tabel 23. Hasil upaya konservasi penyu TNTC 2015-2020 .......................................... 58
Tabel 24. Efisiensi kinerja IKK 6 ............................................................................... 63
Tabel 25. Realisasi pendapatan per akun .................................................................. 76

7
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. Sebaran PNS/CPNS menurut wilayah kerja dan pendidikan ............................. 14
Grafik 2. Sebaran PNS/CPNS menurut wilayah kerja dan jabatan ................................. 14
Grafik 3. Nilai SAKIP Direktorat Jenderal KSDAE 2016-2020 ......................................... 27
Grafik 4. Pagu dan realisasi kegiatan pendukung IKK 1 ............................................... 29
Grafik 5. Pagu dan realisasi kegiatan pendukung IKK 2 ............................................... 33
Grafik 6. Pagu dan realisasi kegiatan pendukung sasaran kinerja 3............................... 38
Grafik 7. Pagu dan realisasi kegiatan pendukung IKK 4 ............................................... 43
Grafik 8. Nilai METT TNTC 2015-2019 ....................................................................... 46
Grafik 9. Pagu dan realisasi kegiatan pendukung IKK 5 ............................................... 47
Grafik 10. (kiri) Total Individu Hiu Paus Yang Teridentifikasi dalam Kurun (2016 – 2020);
(kanan) Persentase Jenis Kelamin Hiu Paus Yang Teridentifikasi sampai dengan
Bulan September 2020 ............................................................................... 52
Grafik 11. Jumlah individu Kima di tiap lokasi ............................................................... 54
Grafik 12. Kepadatan spesies Kima pada setiap stasiun pengambilan data ...................... 55
Grafik 13. Pagu dan realisasi kegiatan pendukung IKK 6 ............................................... 63
Grafik 14. Perbandingan pagu dan realisasi tahun 2016-2020 ........................................ 73
Grafik 15. Realisasi belanja per jenis kegiatan .............................................................. 74
Grafik 16. Realisasi belanja per sumber dana ............................................................... 75
Grafik 17. Realisasi belanja per jenis belanja................................................................ 75
Grafik 18. Penerimaan PNBP Balai Besar TNTC tahun 2020 .......................................... 76
Grafik 19. Nilai SMART BBTNTC tahun anggaran 2020 .................................................. 77
Grafik 20. Nilai IKPA BBTNTC tahun anggaran 2020 pada aplikasi SMART DJA Kemenkeu 77

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Matriks Kinerja dan Pendanaan Unit Kerja Eselon II dan UPT ........................ 85
Lampiran 2. Perjanjian Kinerja Balai Besar TNTC 2020.................................................... 88

8
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

BAB I PENDAHULUAN
Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) diamanatkan untuk
melaksanakan perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan ekosistem, spesies, dan sumber
daya genetik untuk mewujudkan kelestarian sumber daya alam hayati serta keseimbangan
ekosistemnya dalam mendukung tujuan pembangunan Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (KLHK) yaitu meningkatkan kontribusi sumber daya hutan beserta ekosistemnya
untuk perekonomian nasional. Strategi pencapaiannya ditetapkan melalui pelaksanaan
program konservasi sumber daya alam dan ekosistem dengan 5 sasaran program untuk tahun
2020-2024.
Sebagai salah satu unit pengelola penyelenggaraan konservasi sumber daya alam dan
ekosistem yang bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal KSDAE, maka Balai Besar Taman
Nasional Teluk Cenderawasih (TNTC) menetapkan sasaran kegiatan yang merupakan
penjabaran dari sasaran program Direktorat Jenderal KSDAE tahun 2020-2024, yaitu: (1)
terwujudnya reformasi tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Direktorat Jenderal
KSDAE; (2) terjaminnya efektivitas pemolaan dan penataan pengelolaan kawasan konservasi,
serta ketersediaan data dan informasi konservasi alam; (3) terjaminnya efektivitas
pengelolaan Kawasan Suaka Alam (KSA), Kawasan Pelestarian Alam (KPA) dan Taman Buru;
(4) terjaminnya efektivitas upaya konservasi spesies dan sumber daya genetik; dan (5)
terjaminnya efektivitas pemanfaatan jasa lingkungan hutan konservasi.

9
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

Sesuai perjanjian kinerja antara Direktur Jenderal KSDAE dengan Kepala Balai Besar TNTC
tahun 2020, pengukuran tingkat capaian sasaran kegiatan didasarkan pada 5 indikator kinerja
kegiatan, yaitu: (1) nilai SAKIP Direktorat Jenderal KSDAE; (2) jumlah simpul data
keanekaragaman hayati yang dikembangkan; (3) luas opened area di kawasan konservasi
yang ditangani; (4) jumlah desa di sekitar kawasan konservasi yang mendapatkan kemitraan
konservasi pada blok/zona tradisional atau peningkatan usaha ekonomi produktif; (5) jumlah
kawasan konservasi yang ditingkatkan efektivitas pengelolaannya; (6) luas kawasan hutan
yang diinventarisasi dan diverifikasi dengan nilai keanekaragaman hayati tinggi secara
partisipatif (open area); dan (7) jumlah destinasi wisata alam prioritas.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI


Kinerja Balai Besar TNTC diarahkan untuk memenuhi tugas penyelenggaraan konservasi
sumber daya alam dan ekosistemnya dan menyelenggarakan fungsi di wilayah kerjanya,
berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor:
P.7/Menlhk/Setjen/OTL.0/1/2016 tentang Organisasi dan Tata kerja Unit Pelaksana Teknis
Taman Nasional.
Tugas
Penyelenggaraan konservasi sumber daya alam dan ekosistemnya berdasarkan ketentuan
perundang-undangan.
Fungsi
a. Inventarisasi potensi, penataan kawasan dan penyusunan rencana pengelolaan;
b. Perlindungan dan pengamanan kawasan;
c. Pengendalian dampak kerusakan sumber daya alam hayati;
d. Pengendalian kebakaran hutan;
e. Pengembangan dan pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar untuk kepentingan non
komersial;
f. Pengawetan jenis tumbuhan dan satwa liar beserta habitatnya serta sumberdaya genetik
dan pengetahuan tradisional di dalam kawasan;
g. Pengembangan dan pemanfaatan jasa lingkungan;
h. Evaluasi kesesuaian fungsi, pemulihan ekosistem dan penutupan kawasan;
i. Penyediaan data dan informasi, promosi dan pemasaran konservasi sumber daya alam
dan ekosistemnya;
10
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

j. Pengembangan kerjasama dan kemitraan bidang konservasi sumberdaya alam dan


ekosistemnya;
k. Pengembangan bina cinta alam serta penyuluhan konservasi sumberdaya alam dan
ekosistemnya;
l. Pemberdayaan masyarakat di dalam dan sekitar kawasan, dan
m. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga serta kehumasan.

(PerMenLHK Nomor P.7/Menlhk/Setjen/OTL.0/1/2016)

STRUKTUR ORGANISASI
Untuk melaksanakan tugas dan fungsi, struktur organisasi Balai Besar TNTC terdiri dari Bagian
Tata Usaha, Bidang Teknis Konservasi Taman Nasional, 3 Bidang Pengelolaan Taman Nasional
Wilayah dan Kelompok Jabatan Fungsional. Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.7/Menlhk/Setjen/OTL.0/1/2016 tentang
Organisasi dan Tata kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional, Bagian Tata Usaha Balai
Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih meliputi Subbagian Umum, Subbagian Program
dan Kerjasama, dan Subbagian Data, Evaluasi, Pelaporan dan Kehumasan. Bidang Teknis
Konservasi Taman Nasional terdiri dari Seksi Perencanaan, Perlindungan dan Pengawetan,
dan Seksi Pemanfaatan dan Pelayanan. Sementara Bidang Pengelolaan Taman Nasional
Wilayah terdiri dari masing-masing 2 Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah. Untuk
menjalankan struktur organisasi tersebut, Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih
memiliki PNS sebanyak 101 orang.

Gambar 1. Struktur Organisasi Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih

11
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

KAWASAN KONSERVASI
Luas kawasan TNTC mencapai 1.453.500 Ha yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Kehutanan Nomor: 8009/Kpts-II/2002, merupakan kawasan Taman Nasional Laut
terluas di Indonesia. Secara administratif, TNTC masuk ke dalam dua wilayah pemerintahan
yaitu Kabupaten Teluk Wondama (Provinsi Papua Barat) dan Kabupaten Nabire (Provinsi
Papua).

Tabel 1. Letak kawasan TNTC berdasarkan administratif pemerintahan


No Unit Kerja Provinsi Kabupaten Distrik
1 BPTN Wilayah I Papua Nabire Kwatisore, Yeretuar
Nabire
2 BPTN Wilayah II Papua Barat Teluk Wasior Kota, Rasiei, Wondiboy,
Wasior Wondama Roon, Teluk Duairi
3 BPTN Wilayah III Papua Barat Teluk Rumberpon, Windesi, Wamesa,
Yembekiri Wondama Naikere, Roswar, Sougjaya, Kuri
Wamesa
Tabel 2. Luas kawasan berdasarkan letak koordinat
Koordinat
No Unit Kerja Luas (Ha)
Bujur Timur Lintang Selatan
1 BPTN Wilayah I Nabire 134o37’-135o10’ 01o43’-02o41’ 380.930
2 BPTN Wilayah II Wasior 134o28’-135o10’ 01o43’-02o35’ 686.430
3 BPTN Wilayah III 134o36’-134o28’ 01o43’-02o41’ 386.140
Yembekiri

12
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

Secara biogeofisik, kawasan TNTC terdiri dari daratan dan pesisir pantai (0,9%), daratan
pulau-pulau (3,8%), terumbu karang (5,5%) dan perairan lautan (89,8%). Pengelolaan
kawasan TNTC dilakukan dengan sistem zona pengelolaan sesuai dengan Permenhut Nomor:
P.56/Menhut-II/2006 yang kemudian diperbaharui melalui Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan Nomor: P.76/Menlhk-Setjen/2015 dimana disebutkan bahwa
pengelolaan taman nasional dilakukan dengan sistem zona pengelolaan taman nasional. Zona
pengelolaan taman nasional adalah penataan kawasan dalam taman nasional yang dilakukan
sesuai dengan hasil inventarisasi potensi serta mempertimbangkan prioritas pengelolaan
kawasan. Zona pengelolaan TNTC merujuk pada Surat Keputusan Direktur Jenderal
Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam No: SK.121/IV-KK/2009 tanggal 15 Juli 2009 tentang
Zona Pengelolaan Taman Nasional Teluk Cenderawasih (TNTC), yang kemudian diperbaharui
melalui Surat Keputusan Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem
Nomor: SK.418/KSDAE/SET/KSA.0/11/2017 tanggal 22 November 2017 tentang Zonasi
Taman Nasional Teluk Cenderawasih. Dalam SK terakhir tersebut dijelaskan bahwa TNTC
dengan luas 1.453.500 Ha terbagi atas zona inti seluas ± 3.615 Ha ; zona perlindungan bahari
seluas ± 110.116 Ha; zona rimba seluas ± 22.693 Ha; zona tradisional seluas ± 216.016 Ha,
zona rehabilitasi] seluas ± 100 Ha, zona pemanfaatan seluas ± 1.091.426 Ha; zona religi
budaya dan sejarah seluas ± 261 Ha serta zona khusus seluas ± 9.273 Ha.

Gambar 2. Peta Zonasi Taman Nasional Teluk Cenderawasih

13
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

SUMBER DAYA MANUSIA


Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya Balai Besar Taman Nasional Teluk
Cenderawasih didukung oleh 104 PNS dan 19 tenaga kontrak yang tersebar di kantor Balai
Besar TNTC dan kantor BPTN Wilayah. Sebaran PNS terdiri dari 16 orang pejabat struktural,
9 orang pejabat non struktural, 25 orang pejabat fungsional pengendali ekosistem hutan, 45
orang pejabat fungsional polisi kehutanan, 7 orang pejabat fungsional penyuluh, 1 orang
arsiparis, dan 1 orang pengelola pengadaan barang/jasa.
Tabel 3. Sebaran PNS berdasarkan jabatan
TENAGA
NON PENGELOLA
JUMLAH UPAH/
NO TEMPAT TUGAS STRUKTURAL STRUKTURAL/ PEH PENYULUH POLHUT PENGADAAN ARSIPARIS JUMLAH
PNS/CPNS TIDAK
PELAKSANA BARANG/JASA
TETAP

1 Balai Besar TNTC 8 6 15 2 11 1 1 44 10 54

2 Bidang PTN Wilayah 2 - 3 2 11 0 0 18 5 23


I Nabire
3 Bidang PTN Wilayah 2 1 3 1 11 0 0 18 1 19
II Wasior
4 Bidang PTN Wilayah 3 1 4 2 11 0 0 21 4 25
III Ransiki

JUMLAH 15 8 25 7 44 1 1 101 20 121

Balai Besar TNTC BPTN Wil I Nabire BPTN Wil II Wasior BPTN Wil III Yembekiri

S3 S2 S1 D-III SLTA

Grafik 1. Sebaran PNS/CPNS menurut wilayah kerja dan pendidikan

Balai Besar TNTC BPTN Wil I Nabire BPTN Wil II Wasior BPTN Wil III Yembekiri

Struktural Non Struktural/Pelaksana PEH Penyuluh POLHUT PBJ Arsiparis

Grafik 2. Sebaran PNS/CPNS menurut wilayah kerja dan jabatan

14
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

BARANG MILIK NEGARA


Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya Balai Besar Taman Nasional Teluk
Cenderawasih didukung dengan sarana dan prasarana berupa Barang Milik Negara (BMN)
seperti dalam Tabel 1 berikut.
Tabel 4. Barang Milik Negara (BMN) Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih
No Aset Tetap Satuan Kuantitas Nilai Perolehan
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Tanah M2 36045 80.562.712.000
2 Peralatan dan mesin Unit/buah 2677 22.910.490.477
3 Gedung dan bangunan Unit 78 47.786.664.810
4 Jalan dan jembatan M2 478 1.872.675.000
5 Irigasi Unit 4 2.897.233.000
6 Jaringan Unit 5 236.571.000
TOTAL 156.266.346.287

POTENSI DAN PERMASALAHAN


Secara normal, tingginya ragam hayati selalu berbanding terbalik dengan kelimpahan individu
dari setiap spesiesnya. Karenanya, jumlah ragam hayati yang tinggi, senantiasa menuntut
luas areal yang dibutuhkannya sebagai tempat hidup. Pada saat yang sama, kebutuhan
manusia akan lahan juga tidak semakin kecil. Dari sinilah sesungguhnya, ragam hayati telah
memutar lingkaran tak bertepi dan menjadi lokasi konflik, karena faktanya, keelokan alam
Indonesia sesungguhnya bersumbu pada tingginya ragam hayati. Sumbu inilah yg telah
menghidupkan kedua kutub untuk saling berbenturan: lingkungan hidup dan manusia. Belum
lagi, sebuah kenyataan telah didapatkan bahwa di tempat jumlah manusia berkumpul,
disitulah ragam hayati melimpah (Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2015).
Potensi dan permasalahan dalam rangka pelaksanaan mandat, tugas dan fungsi Balai Besar
Taman Nasional Teluk Cenderawasih antara lain dapat diidentifikasi dan diekstraksi dari isu-
isu strategis bidang KSDAE khususnya yang terkait langsung dengan pengelolaan Balai Besar
Taman Nasional Teluk Cenderawasih. Isu-isu tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pemanfaatan Nilai Keekonomian Kawasan Konservasi

Para pihak di lingkup internal maupun eksternal Direktorat Jenderal KSDAE antara lain
mengharapkan diupayakannya optimalisasi pemanfaatan nilai keekonomian kawasan
konservasi serta potensi keanekaragaman hayati. Nilai-nilai keekonomian yang dimaksud
berupa pemanfaatan obyek dan daya tarik wisata alam yang ada di dalam kawasan
konservasi.
2. Efektivitas Pengelolaan Kawasan Konservasi

Optimalisasi pengelolaan kawasan konservasi perlu terus diupayakan agar lebih efektif.
Unsur-unsur yang menjadi instrumen untuk mendukung penilaian suatu kawasan
konservasi yang dianggap telah efektif agar dipenuhi dan terus ditingkatkan kualitasnya.
Perangkat tugas dan segala sarana serta prasarana perlu terus diupayakan guna
mendukung pengelolaan taman nasional berbasis resort (Resort Based Management) di
kawasan TNTC.

15
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

3. Kerentanan Keanekaragaman Hayati

Teluk Cenderawasih sebagai bagian dari kawasan The Coral Triangle (Segitiga Terumbu
Karang Dunia) memiliki kelimpahan keanekaragaman hayati dan ekosistem bahari yang
sangat tinggi namun sekaligus juga memiliki tingkat keterancaman yang cukup tinggi.
Untuk menghambat laju kepunahan keanekaragaman hayati yang dipercepat secara
eksponensial oleh aktivitas manusia, maka upaya pengawetan keanekaragaman hayati
perlu lebih dioptimalkan.
4. Data dan Informasi Keanekaragaman Hayati

Data dan informasi keanekaragaman hayati perlu terus diupayakan untuk dilengkapi, baik
keanekaragaman jenis, habitat, populasi, dan distribusinya. Penggunaan sistem informasi
yang mendukung nirkabel sebagai basis data perlu terus ditingkatkan. Selain itu intensitas
pelaksanaan identifikasi, inventarisasi dan monitoring keanekaragaman hayati di
lapangan perlu terus diupayakan.
5. Peningkatan Peran Serta Swasta

Dalam upaya konservasi keanekaragaman hayati dalam hal ini pemanfaatan jasa
lingkungan, peran swasta dan masyarakat masih perlu terus ditingkatkan. Upaya ini perlu
didukung dengan kebijakan sistem insentif serta pemberian jaminan perlindungan
investasi secara memadai.
6. Peningkatan Peran Serta dan Pemberdayaan Masyarakat

Upaya pemberdayaan masyarakat, terutama yang hidup di dalam dan sekitar kawasan
TNTC, masih perlu terus diperluas cakupannya. Upaya tersebut diharapkan dapat
mewujudkan harmonisasi aktivitas ekonomi masyarakat dengan upaya pencapaian
sasaran konservasi keanekaragaman hayati. Selain itu, peningkatan peran serta
masyarakat dalam upaya konservasi keanekaragaman hayati masih perlu terus
diupayakan untuk ditingkatkan salah satunya adalah melalui peningkatan intensifikasi dan
ekstensifikasi pendidikan konservasi serta upaya pengembangan bina cinta alam.
7. Perlindungan dan Pengamanan Kawasan

Pengamanan keanekaragaman hayati masih perlu untuk terus ditingkatkan. Upaya


pendudukan kawasan konservasi secara secara ilegal, wildlife crime, illegal logging, dan
kebakaran hutan masih perlu untuk dioptimalkan penanganannya, baik secara litigasi
maupun non litigasi. Hal lain yang juga perlu untuk mendapat perhatian adalah isu
biopiracy terhadap kekayaan sumberdaya genetik yang selama ini belum mendapat
penanganan secara serius.
8. Dukungan Manajemen

Aktivitas dukungan manajemen perlu diintensifkan, karena keberhasilan pencapaian


usaha konservasi keanekaragaman hayati sangat dipengaruhi oleh faktor sumber daya
manusia kelembagaan, regulasi yang adaptif, sarana dan prasarana, serta perencanaan
dan evaluasi. Peningkatan pola manajemen bisa dilakukan dengan studi banding ke UPT
konservasi yang sudah mapan dan percontohan. Peningkatan kapasitas SDM pengelola
perlu ditingkatkan melalui diklat-diklat yang mendukung pelaksanaan tupoksi.
Selain isu-isu strategis di atas, dalam pengelolaan Taman Nasional Teluk Cenderawasih
terdapat beberapa permasalahan yang dianggap strategis yang memerlukan perhatian dari
pusat terutama berkenaan dengan dibutuhkannya regulasi-regulasi untuk menyelesaikan
permasalahan-permasalahan tersebut, yaitu:

16
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

1. Sarana dan prasarana pengamanan, pengelolaan dan wisata alam di kawasan konservasi
belum memadai;
2. Sifatnya yang open acces dan masih minimnya tanda batas luar kawasan yang
memungkinkan kapal-kapal dari luar kawasan bebas keluar-masuk serta beraktivitas di
dalam wilayah TNTC;
3. Masih terbatasnya kapasitas kelembagaan (terutama:anggaran dan SDM) mengakibatkan
kurang optimalnya pengelolaan TNTC;
4. Masih minimnya data dan informasi potensi menyebabkan kurang optimalnya upaya
perlindungan dan pelestarian sumber daya alam hayati dan ekosistemnya (terutama
spesies prioritas kawasan) di TNTC;
5. Belum optimalnya pengembangan dan pemanfaatan jasa lingkungan serta promosi
wisata alam;
6. Belum meratanya kesadaran masyarakat terkait pentingnya kawasan dan kegiatan
konservasi;
7. Illegal fishing serta pengambilan dan perdagangan jenis Tumbuhan Satwa Liar (TSL)
yang dilindungi masih berlangsung di kawasan TNTC.
8. Cakupan wilayah yang sangat besar (hampir 1,5 juta Ha) namun dengan jumlah personil
pengamanan yang terbatas menyulitkan dalam proses pengamanan kawasan.

PANDEMI COVID-19

Pandemi Covid-19 yang berlangsung sejak awal tahun 2020 telah berdampak pada tatanan
kehidupan masyarakat baik secara sosial maupun ekonomi. Dunia tidak lagi sama akibat
Covid-19. Sebagaimana pandemi besar yang pernah melanda, Covid-19 mendorong terjadinya
banyak perubahan dan telah melahirkan norma dan praktik baru dalam tatanan sosial, politik,
dan ekonomi; baik pada level individu, komunitas, kelembagaan, dan hubungan antarbangsa.
Normalitas lainnya yang sudah mulai terbentuk adalah pergeseran mekanisme pelayanan
publik, aktivitas ekonomi, dan bisnis proses industri, yang kesemuanya mengadopsi teknologi
digital. Pandemi juga secara cepat telah melahirkan struktur ketimpangan sosial dan ekonomi
baru, di tengah adanya keyakinan akan munculnya peluang-peluang transformasi dan struktur
sosial yang lebih setara.
Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diambil pemerintah sebagai upaya untuk
memutus persebaran virus corona. Balai Besar TNTC melakukan penutupan kawasan untuk
kunjungan dan aktivitas wisata sebagai respon terhadap kebijakan tersebut. Selain itu,
pelaksanaan tugas ASN menerapkan sistem Work From Home (WFH) dan Work From Office
(WFO) secara bergantian dan pelaksanaan koordinasi dilakukan dengan sistem daring.
Langkah-langkah cepat, tepat, fokus, terpadu, dan sinergi antar Kementerian/Lembaga dan
Pemerintah Daerah dilakukan dengan melakukan refocussing kegiatan, realokasi anggaran
serta pengadaan barang dan jasa dalam rangka percepatan penanganan Pandemi Covid-19
sesuai dengan Intruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2020. Balai Besar TNTC
melakukan refocussing kegiatan dan realokasi anggaran melalui mekanisme revisi anggaran.

17
BAB II PERENCANAAN KINERJA
A. RENCANA STRATEGIS TAHUN 2020-2024

“MENJADI INSTITUSI TERDEPAN DAN TERPERCAYA DALAM PENGELOLAAN


KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN EKOSISTEM TAMAN NASIONAL TELUK CENDERAWASIH”.
Mengoptimalkan
pengelolaan Taman
Nasional Teluk Mengoptimalkan
Cenderawasih dan pemanfaatan jasa
pelaksanaan upaya lingkungan Taman
konservasi Mengoptimalkan
MISI Nasional Teluk upaya-upaya
keanekaragaman Cenderawasih
hayati dan ekosistem perlindungan dan Mengoptimalkan
pengamanan
penguatan
B. kawasan Taman
Nasional Teluk
kapasitas
kelembagaan
Cenderawasih

1
institusi Balai Besar
Taman Nasional

2 3
Teluk Cenderawasih

Gambar 3. Visi Misi Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih

18
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

Peta Sasaran Program, Sasaran Kegiatan dan Komponen Kegiatan BBTNTC


Guna mengendalikan konsistensi perencanaan dan terkawalnya upaya pencapaian target
kinerja yang telah ditetapkan, Ditjen KSDAE telah menetapkan tahapan-tahapan pencapaian
dari masing-masing IKK, atau dalam perencanaan penganggaran berbasis kinerja disebut
dengan output dan komponen. Secara umum, kriteria output mencerminkan sasaran kinerja
satuan kerja, merupakan produk utama/akhir yang dihasilkan satuan kerja penanggung jawab
kegiatan, bersifat spesifik dan terukur. Setiap kegiatan dapat menghasilkan lebih dari satu
jenis output, dan setiap output didukung dengan komponen masukan dalam implementasinya.
Komponen merupakan tahapan dari proses pencapaian output, yang dapat berupa paket-
paket pekerjaan, dan dapat secara langsung mendukung pencapaian output. Komponen
disusun karena kebutuhan dan relevansinya terhadap pencapaian output yang terdiri dari
komponen utama dan komponen pendukung.

Keterkaitan antar setiap komponen dapat merupakan prasyarat untuk komponen lainnya atau
hanya berupa bagian terpisah yang bersama-sama dengan komponen lainnya menghasilkan
sebuah output. IKK dan tahapan pencapaian IKK dari masing-masing kegiatan merupakan
rangkaian penjabaran dari mandat, tugas dan fungsi Balai Besar Taman Nasional Teluk
Cenderwasih. Sasaran program yang ingin dicapai dari pelaksanaan Pengelolaan Taman
Nasional yaitu:
1. Meningkatnya ruang perlindungan keanekaragaman hayati;
2. Meningkatnya pengelolaan jasa lingkungan kawasan konservasi dan pemanfaatan
tumbuhan & satwa liar (TSL) secara lestari;
3. Meningkatnya ruang usaha bagi masyarakat di sekitar kawasan konservasi;
4. Meningkatnya efektivitas pengelolaan hutan konservasi; dan
5. Meningkatnya tata kelola yang baik di lingkup Direktorat Jenderal Konservasi Sumber
Daya Alam dan Ekosistem.

Berdasarkan sasaran program tersebut kemudian dijabarkan ke dalam kegiatan dan sasaran
kegiatan. Adapun hubungan keterkaitan antara sasaran program, kegiatan hingga komponen
dapat dilihat pada peta sasaran berikut.
Tabel 5. Peta Sasaran Balai Besar TN Teluk Cenderawasih Tahun 2020 – 2024
Indikator
Sasaran Indikator Kinerja
No Kinerja Kegiatan Komponen
Kegiatan Kegiatan
Program
Sasaran Program 1: Meningkatnya ruang perlindungan keanekaragaman hayati
Luas Kawasan Pemolaan dan Terjaminnya Luas KK sebagai Penyusunan
yang Informasi efektivitas penyediaan data, data spasial
terverifikasi Konservasi Alam pemolaan dan informasi dan potensi dan
sebagai penataan rencana konservasi permasalahan
perlindungan kawasan nasional di dalam
keanekaragam konservasi, serta kawasan konservasi
an Hayati (juta ketersediaan darat dan perairan
hektar data dan
informasi
konservasi alam
Konservasi Terjaminnya Luas kawasan hutan Intervensi
Keanekaragaman efektivitas upaya yang di inventarisasi manajemen TSL di
Hayati konservasi dan diverifikasi dalam kawasan
spesies dan dengan nilai konservasi
sumber daya keanekaragaman
genetik
19
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

Indikator
Sasaran Indikator Kinerja
No Kinerja Kegiatan Komponen
Kegiatan Kegiatan
Program
tinggi secara
partisipatif
Pengelolaan Terjaminnya Luas opened area di Penyelesaian
Kawasan efektivitas kawasan konservasi konflik tenurial
Konservasi pengelolaan yang ditangani di kawasan
kawasan suaka konservasi
alam, kawasan
pelestarian alam,
dan taman buru
Jumlah luas area KK Pemulihan
yang ditangani ekosistem di
melalui kemitraan dan kawasan
pemulihan ekosistem konservasi
bersama
masyarakat
desa
Sasaran Program 2 : Meningkatnya pengelola jasa lingkungan kawasan konservasi dan pemanfaatan TSL
secara lestari
Jumlah Nilai Pemanfaatan Terjaminnya Jumlah destinasi  Penataan tapak
PNBP dari Jasa Lingkungan efektivitas wisata alam bahari pemanfaatan jasa
Pemanfaatan Kawasan pemanfaatan (Destinasi) lingkungan hutan
Jasa Lingkungan Konservas jasa lingkungan konservasi;
Kawasan hutan konservasi  Peningkatan
Konservasi dan pengelolaan jasa
TSL (Milyar wisata alam
Rupiah) berbasis
masyarakat;
 Pembangunan
sarana prasarana
wisata alam;
 Informasi dan
promosi
pengelolaan
wisata alam.
Jumlah destinasi  Penataan tapak
wisata alam prioritas pemanfaatan jasa
lingkungan hutan
konservasi;
 Peningkatan
pengelolaan jasa
wisata alam
berbasis
masyarakat;
 Pembangunan
sarana prasarana
wisata alam;
 Informasi dan
promosi
pengelolaan
wisata alam.
Sasaran Program 3 : Meningkatnya ruang usaha bagi masyarakat di sekitar kawasan konservasi
Jumlah Desa Pengelolaan Terjaminnya Jumlah Desa di  Pemberian akses
yang Kawasan efektivitas Sekitar Kawasan kelola kepada
mendapatkan Konservasi pengelolaan Konservasi yang masyarakat di
akses kawasan suaka mendapatkan akses sekitar kawasan
pengelolaan alam, kawasan pemanfaatan konservasi;
Kawasan pelestarian alam, Kawasan Konservasi  Pengelolaan
Konservasi dan dan taman buru dan peningkatan usaha ekonomi
Peningkatan usaha ekonomi produktif
produktif masyarakat desa
20
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

Indikator
Sasaran Indikator Kinerja
No Kinerja Kegiatan Komponen
Kegiatan Kegiatan
Program
Usaha Ekonomi
Produktif (Desa)
Sasaran Program 4 : Meningkatnya efektivitas pengelolaan hutan konservasi
Jumlah Kawasan Pemolaan dan Terjaminnya Jumlah unit kawasan  Penataaan
Konservasi yang informasi efektivitas konservasi yang zonasi/blok
ditingkatkan konservasi alam pemolaan dan dilakukan kawasan
Efektivitas penataan pemantapan konservasi;
Pengelolaannya kawasan (prakondisi) status  Penyelesaian
(Unit KK) konservasi, serta dan fungsi serta permasalahan
ketersediaan penilaian efektivitas pemolaan
data dan kawasan konservasi kawasan
informasi konservasi;
konservasi alam  Kerja sama
penyelenggaraan
kawasan
konservasi
Pengelolaan Terjaminnya Jumlah kawasan  Perencanaan
kawasan efektivitas konservasi yang kelola kawasan
konservasi pengelolaan ditingkatkan konservasi;
kawasan suaka efektivitas  Perlindungan
alam, kawasan pengelolaannya dan
pelestarian alam, pengamanan
dan taman buru kawasan
konservasi;
 Pengendalian
kebakaran
hutan
Sasaran Program 5 : Terwujudnya reformasi tata kelola kepemerintahan yang baik di lingkungan Direktorat
Jenderal KSDAE
Meningkatnya Dukungan Terwujudnya Nilai SAKIP  Penyusunan
Efektifitas Manajemen reformasi Direktorat Jenderal program dan
Layanan dan kepemerintahan KSDA dan Ekosistem anggaran;
Dukungan Pelaksanaan yang baik di minimal 80,00 (Poin)  Evaluasi dan
Manajemen Tugas Teknis lingkungan Pelaporan;
Lingkup Ditjen Lainnya Ditjen Direktorat  Data, sistem
KSDAE KSDAE Jenderal informasi dan
(Layanan) KSDAE kehumasan;
 Kepegawaian
dan Ortala;
 Pengelolaan
jabatan
fungsional;
 Keuangan dan
perlengkapan;
 Tata usaha
pimpinan

Target Kinerja
Balai Besar TN Teluk Cenderawasih sebagai UPT Ditjen KSDAE bertanggung jawab atas
pelaksanaan kegiatan pengelolaan taman nasional. Dalam upaya untuk mendukung
pencapaian sasaran kegiatan Balai Besar TN Teluk Cenderawasih menetapkan indikator kinerja
sn target-target kinerja yang harus dicapai dalam kurun tahun 2020 - 2024. Adapun Kegiatan,
indikator kinerja kegiatan, dan target capaian kinerja kegiatan pada Program Konservasi
Sumberdaya Alam dan Ekosistem tahun 2020-2024 yang ditetapkan oleh Balai Besar TN Teluk
Cenderawasih diuraikan sebagai berikut.

21
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

1. Kegiatan Pemolaan dan Informasi Konservasi Alam


Sasaran dari kegiatan tersebut adalah terjaminnya pelaksanaan inventarisasi dan verifikasi
keanekaragaman hayati tinggi di bawah kawasan konservasi serta terjaminnya penetapan
(prakondisi) status dan fungsi kawasan konservasi untuk peningkatan nilai efektivitas. Sasaran
tersebut memiliki indikator sebagai berikut.
Tabel 6. Target Indikator Kinerja Kegiatan Pemolaan dan Informasi Konservasi Alam

Target Kinerja
No. Indikator Kinerja Kegiatan
2020 2021 2022 2023 2024
1. Luas Kawasan Hutan yang diinventarisasi dan 6.805 255.744 410.343 319.953 460.655
diverifikasi dengan nilai keanekaragaman tinggi Ha Ha Ha Ha Ha
secara partisipatif (Juta Hektar)
2. Jumlah unit kawasan konservasi yang dilakukan - - 1 KK - -
pemantapan (prakondisi) status dan fungsi (Unit
KK)

2. Kegiatan Pengelolaan Kawasan Konservasi


Sasaran kegiatan yaitu terjaminnya kegiatan pemberdayaan masyarakat di kawasan
konservasi, terjaminnya penanganan opened area untuk penyediaan ruang perlindungan
keanekaragaman hayati, serta terjaminnya peningkatan efektivitas pengelolaan kawasan
konservasi. Indikator dan Target Kinerja diuraikan pada tabel berikut.
Tabel 7. Target Indikator Kinerja Kegiatan Pengelolaan Kawasan Konservasi

Target Kinerja
No. Indikator Kinerja Kegiatan
2020 2021 2022 2023 2024
1. Jumlah Desa di kawasan konservasi yang 4 10 10 10 16
mendapatkan akses pemanfaatan KK dan Desa Desa Desa Desa Desa
Peningkatan Usaha Ekonomi Produktif (Desa)
2. Luas opened area di kawasan konservasi yang 2 65 155,89 155,89 155,89
ditangani (Juta Hektar) Ha Ha Ha Ha Ha
3. Luas pemberian akses pemanfaatan tradisional - 800 Ha 500 Ha 500 Ha 1000
kepada masyarakat di kawasan konservasi melalui Ha
kemitraan konservasi (Hektar)
4. Jumlah Kawasan Konservasi yang ditingkatkan 1 Unit 1 Unit 1 Unit 1 Unit 1 Unit
Efektivitas Pengelolaannya KK KK KK KK KK
(Unit KK)

3. Kegiatan Konservasi Spesies dan Genetik


Sasaran kegiatan yaitu terjaminnya inventarisasi dan verifikasi perlindungan keanekaragaman
hayati di dalam dan di luar kawasan konservasi. Indikator dan Target Kinerja diuraikan pada
tabel berikut.

22
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

Tabel 8. Target Indikator Kinerja Kegiatan Konservasi Spesies dan Genetik

Target Kinerja
No. Indikator Kinerja Kegiatan
2020 2021 2022 2023 2024
1. Luas kawasan yang diinventarisasi dan diverifikasi 17.529 255.745 410.342 319.953 449.931
dengan nilai keanekaragaman hayati tinggi secara
partisipatif (Hektar)

4. Kegiatan Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi


Sasaran kegiatan yaitu terjaminnya efektivitas pemanfaatan jasa lingkungan hutan
konservasi. Indikator dan Target Kinerja diuraikan pada tabel berikut.
Tabel 9. Target indikator kinerja kegiatan pemanfaatan jasa lingkungan kawasan konservasi

Target Kinerja
No. Indikator Kinerja Kegiatan
2020 2021 2022 2023 2024
1. Jumlah destinasi wisata alam prioritas (Destinasi) 1 1 1 1 1

5. Kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya


Ditjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya
Sasaran kegiatan yaitu terwujudnya reformasi tata kelola kepemerintahan yang baik di
lingkungan Direktorat Jenderal KSDAE. Indikator dan Target Kinerja diuraikan pada tabel
berikut.
Tabel 10. Target Kinerja Kegiatan Dukungan Manjemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis
Lainnya Ditjen KSDAE
Target Kinerja
No. Indikator Kinerja Kegiatan
2020 2021 2022 2023 2024
1. Nilai SAKIP Direktorat Jenderal KSDA dan 78.0 78.5 79.0 79.5 80.0
Ekosistem minimal 80,00 (Poin)
2. Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atas 1 1 1 1 1
laporan keuangan
3. Level maturitas Sistem Pengendalian Intern 3 3 3 4 4
Pemerintah (SPIP)

4.3 Kerangka Pendanaan

Secara indikatif kebutuhan pendanaan dalam rangka mendukung pencapaian sarasaran


program konservasi sumber daya alam dan ekosistem untuk periode tahun 2020 - 2024 pada
Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih adalah sebesar Rp.343,919,220,600,- (Tiga
Ratus Empat Puluh Tiga Milyar Sembilan Ratus Sembilan Belas Juta Dua Ratus Dua Puluh Ribu
Enam Ratus Rupiah). Pendanaan tersebut bisa didapatkan dari sumber APBN, Mitra dan Hibah
langsung lainnya yang tidak tercatat di APBN dan dapat dihitung. Apabila target pendanaan
tahunan tidak dapat dipenuhi, maka target capaian kinerja serta target pendanaannya akan
dialihkan menjadi target tahun berikutnya. Detail rincian kebutuhan pembiayaan tersebut
setiap tahunnya secara indikatif adalah sebagai berikut.

23
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

Tabel 11. Rincian Kebutuhan Indikatif Pembiayaan Tahun 2020 – 2024


BELANJA PEGAWAI
TAHUN BELANJA KEGIATAN TOTAL
DAN OPERASIONAL
2020 17,547,759,040 46,825,777,000 64,373,536,040
2021 19,427,876,080 47,150,814,000 66,578,690,080
2022 21,307,993,120 47,475,851,000 68,783,844,120
2023 23,188,110,160 47,800,888,000 70,988,998,160
2024 25,068,227,200 48,125,925,000 73,194,152,200
TOTAL 106,539,965,600 237,379,255,000 343,919,220,600

C. PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2020


Balai Besar TNTC telah menetapkan target tahunan yang dituangkan dalam bentuk perjanjian
kinerja yang ditandatangani oleh Kepala Balai Besar TNTC dan Direktur Jenderal KSDAE.
Perjanjian kinerja tahun 2020 Balai Besar TNTC disajikan sebagai berikut.
Tabel 12. Perjanjian kinerja Balai Besar TNTC Tahun 2020
INDIKATOR KINERJA
No. SASARAN KEGIATAN OUTPUT TARGET
KEGIATAN
1. Terwujudnya reformasi Nilai SAKIP Direktorat 950. Layanan Dukungan 1 Layanan
tata kelola Jenderal KSDAE 80 poin Manajemen Eselon I
lepemerintahan yang 951. Layanan Sarana dan 1 Layanan
baik di lingkungan Prasarana Internal
Direktorat Jenderal 994. Layanan Perkantoran 1 Layanan
KSDAE
2. Terjaminnya efektivitas Jumlah simpul data 003 - Dokumen Pemolaan 2 Dokumen
pemolaan dan Keanekaragaman Hayati Kawasan Konservasi
penataan pengelolaan yang dikembangkan
Kawasan konservasi,
serta ketersediaan data
dan informasi
konservasi alam
3. Terjaminnya efektivitas 1. Luas Opened Area di 001. Luas area Kawasan 2 Ha
pengelolaan kawasan Kawasan konservasi Konservasi yang
suaka alam, pelestarian yang ditangani ditangani
alam, dan taman buru permasalahannya
2. Jumlah Desa di sekitar 002. Jumlah Desa yang 1 Desa
kawasan konservasi mendapatkan akses
yang mendapatkan pengelolaan Kawasan
kemitraan konservasi Konservasi dan
pada blok/zona Peningkatan Usaha
tradisional atau Ekonomi Produktif
Peningkatan Usaha
Ekonomi Produktif
3. Jumlah Kawasan 003. Jumlah Kawasan 1 Unit KK
Konservasi yang Konservasi yang
ditingkatkan Efektivitas ditingkatkan Efektivitas
Pengelolaannya Pengelolaannya
4. Terjaminnya efektivitas Luas Kawasan hutan yang 001. Luas Kawasan yang 17529 Ha
upaya konservasi diinventarisasi dan diverifikasi sebagai
spesies dan diverifikasi dengan nilai Perlindungan
sumberdaya genetik keanekaragaman hayati Keanekaragaman Spesies
tinggi secara partisipatif dan Genetik TSL
(open akses)
5. Terjaminnya efektivitas Jumlah destinasi wisata 004. Jumlah Lokasi 1 Unit
pemanfaatan jasa alam prioritas Pengembangan Sarpras
lingkungan hutan Pengembangan DPP
konservasi Model SBSN

24
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA


A. CAPAIAN KINERJA

Capaian kinerja Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih dari tahun 2016 sampai 2020
termasuk dalam kategori baik dengan hasil capaiannya > 90%. Kinerja Balai Besar TNTC pada
tahun 2020 untuk Program Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) mencapai
114,54%.

106.07 122.98

B.

2016 2017 2018 2019 2020

91,76 117.27 114.54

Gambar 4. Realisasi Kinerja Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih 2016-2020

25
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

Pengukuran capaian kinerja merupakan hasil pengukuran terhadap dokumen perjanjian


kinerja Balai Besar TNTC tahun 2020. Terdapat 2 sasaran kegiatan dan 7 indikator kinerja
yang diemban oleh Balai Besar TNTC sebagaimana yang tertuang dalam dokumen perjanjian
kinerja yang telah ditandatangani oleh Kepala Balai Besar TNTC dengan Direktur Jenderal
KSDAE. Hasil pengukuran, capaian kinerja indikator kinerja Balai Besar TNTC tahun 2020
adalah sebagai berikut.
Tabel 13. Capaian kinerja berdasarkan perjanjian kinerja Balai Besar TNTC tahun 2020

SASARAN INDIKATOR KINERJA CAPAIAN


NO SATUAN TARGET REALISASI
KEGIATAN KEGIATAN (%)

1. Terwujudnya Nilai SAKIP Direktorat Layanan 78.0 79.37 101.76%


reformasi tata kelola Jenderal KSDAE 80 poin
kepemerintahan
yang baik di
lingkungan
Direktorat Jenderal
KSDAE
2. Terjaminnya Jumlah simpul data Dokumen 2 2 100%
efektivitas pemolaan Keanekaragaman Hayati
dan penataan yang dikembangkan
pengelolaan
Kawasan konservasi,
serta ketersediaan
data dan informasi
konservasi alam
3. Terjaminnya Luas Opened Area di Ha 2 2 100%
efektivitas Kawasan konservasi yang
pengelolaan ditangani
kawasan suaka alam, Jumlah Desa di sekitar Desa 1 5 150%
pelestarian alam, kawasan konservasi yang
dan taman buru mendapatkan kemitraan
konservasi pada blok/zona
tradisional atau
Peningkatan Usaha
Ekonomi Produktif
Jumlah Kawasan Unit KK 1 1 100%
Konservasi yang
ditingkatkan Efektivitas
Pengelolaannya
4. Terjaminnya Luas Kawasan hutan yang Ha 17.529 150%
efektivitas upaya diinventarisasi dan
konservasi spesies diverifikasi dengan nilai
dan sumberdaya keanekaragaman hayati
genetik tinggi secara partisipatif
(open akses)
5. Terjaminnya Jumlah destinasi wisata Unit 1 1 100%
efektivitas alam prioritas
pemanfaatan jasa
lingkungan hutan
konservasi
RATA-RATA CAPAIAN KINERJA 114.54

26
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

Sasaran Kegiatan 1: Terwujudnya reformasi tata kelola kepemerintahan yang baik


di lingkungan Direktorat Jenderal KSDAE
IKK 1 : Nilai SAKIP Direktorat Jenderal KSDAE
2020 2020-2024

Target : 78.0 Target : 80.0


Realisasi : 79.37 Realisasi : 79.37
Capaian : 101.76 Capaian : 99.21

Sebagai UPT yang bertanggungjawab terhadap Direktorat Jenderal KSDAE, Balai Besar TNTC
menetapkan keluaran (output) IKK ini adalah nilai SAKIP Ditjen KSDAE sebesar 78.0 pada
tahun 2020. Strategi yang digunakan untuk mencapai proyeksi target tersebut adalah (a)
Penyusunan rencana program dan anggaran tahun 2021; (b) Pelaksanaan pemantauan dan
evaluasi; (c) Pengelolaan keuangan; (d) Pengelolaan kepegawaian; (e) Pelayanan umum dan
perlengkapan; (f) Layanan sarana dan prasarana internal; (g) Layanan perkantoran.
Analisis Kinerja
Nilai SAKIP Ditjen KSDAE tahun 2020 diperoleh sebesar 79.37 poin melebihi target yang
ditetapkan yaitu sebesar 78.0 poin. Nilai SAKIP Ditjen KSDAE selama tiga tahun terakhir terus
mengalami kenaikan setelah pada tahun 2017 mengalami penurunan yang signifikan. Adapun
grafik nilai SAKIP Ditjen KSDAE lima tahun terakhir dapat dilihat pada grafik berikut.

83,11

79,37
78,03 78,44

70,26

2016 2017 2018 2019 2020


Nilai SAKIP

Grafik 3. Nilai SAKIP Direktorat Jenderal KSDAE 2016-2020

Berdasarkan pelaksanaan kegiatan-kegiatan pendukung IKK 1 diperoleh output berupa


dokumen-dokumen yang mendukung kinerja antara lain yaitu Rencana Kerja 2020, Laporan
Kinerja dan Laporan Capaian Renja 2020, Desain Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
(SPIP), Laporan Statistik 2020, Laporan SIMPEG, Laporan BMN dan Laporan Keuangan serta
dokumen lain yang terkait.

27
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

Gambar 5. Output dokumen perencanaan dan pelaporan BBTNTC

Analisis Keberhasilan/Kegagalan
Meskipun sudah dinilai memenuhi target, namun secara substansif maupun teknis dalam
pelaksanaan kegiatan-kegiatan pendukung capaian Nilai SAKIP Ditjen KSDAE masih
menghadapi beberapa kendala. Beberapa kendala dan hambatan yang dihadapi antara lain:
1. Minimnya pendanaan DIPA BBTNTC sehingga tidak mampu mengakomodir kegiatan-
kegiatan pendukung capaian Bilai SAKIP Ditjen KSDAE dikarenakan revisi anggaran dalam
rangka refocussing kegiatan, realokasi anggaran serta pengadaan barang dan jasa dalam
rangka percepatan penanganan Pandemi Covid-19;
2. Data-data yang digunakan dalam proses penyusunan laporan tidak rutin dilaporkan dan
melebihi tenggat waktu masing-masing pelaporan.

28
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

Efektifitas dan Efisiensi


18.000.000.000 100,1
99,39
16.000.000.000 100

99,9
14.000.000.000
99,8
12.000.000.000
99,7
10.000.000.000 99,6
Pagu
8.000.000.000 99,5
Realisasi
99,4
Persen Realisasi
6.000.000.000
99,3
4.000.000.000
99,2
2.000.000.000 99,1
100 99,99
0 99
Layanan Dukungan Layanan Sarana dan Layanan Perkantoran
Manajemen Eselon I Prasarana Internal

Grafik 4. Pagu dan realisasi kegiatan pendukung IKK 1

Tabel 14. Efisiensi kinerja IKK 1


Anggaran Output
Uraian IKK % Total Persen Efisiensi
Total Realisasi Target
Pagu (Rp) Realisasi Realisasi Realisasi
(Rp) (Vol)
(%) (Vol) (%)
1 2 3 4 5 6 7 9
Dukungan 17.425.587.000 17.324.768.924 99.42 78.0 79.37 101.76 0.98
manajeme (efisien)
n
pelaksanaa
n tugas
teknis
lainnya
Ditjen
KSDAE

29
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

Sasaran Kegiatan 2: Terjaminnya efektivitas pemolaan dan penataan pengelolaan


Kawasan konservasi, serta ketersediaan data dan informasi
konservasi alam
IKK 2 : Jumlah simpul data Keanekaragaman Hayati yang dikembangkan

2020 2020-2024

Target : 2 Dokumen Target : 2 Dokumen


Realisasi : 2 Dok Realisasi : 2 Dok
Capaian : 100% Capaian : 100%

Analisis Kinerja
Pada tahun 2020 ditargetkan jumlah simpul data keanekaragaman hayati yang dikembangkan
sebanyak 2 dokumen. Realisasi indikator kinerja ini dapat tercapai sebesar 100% dari target
atau telah tersusun sebanyak 2 dokumen yaitu dokumen revisi zona pengelolaan TNTC
(berupa draft) dan dokumen laporan monitoring dan fasilitasi kerjasama.
Penataan Zonasi Pengelolaan TNTC
Pengelolaan TNTC berbasis zona sudah berlangsung kurang lebih selama 11 tahun. Selama
kurun waktu tersebut, aktivitas pembangunan dalam kawasan semakin meningkat seiring
dengan meningkatnya jumlah penduduk di dalam dan sekitar kawasan TNTC. Dengan
meningkatnya aktivitas pembangunan tersebut secara langsung maupun tidak langsung
berdampak pada zona pengelolaan kawasan TNTC. Meningkatnya aktivitas masyarakat juga
telah menyebabkan berubahnya penggunaan ruang atau zona-zona. Pemekaran
wilayah/kampung serta adanya dorongan kebutuhan terbangunnya infrastruktur terutama
pada kabupaten baru (ex: Manokwari Selatan) sedikit banyak telah mempengaruhi wilayah di
dalam dan sekitar kawasan. Selain itu, wilayah perairan TNTC yang bersifat open access
sangat memungkinkan terjadinya pelanggaran zonasi akibat aktivitas pemanfaatan di wilayah
laut tersebut.
Dengan melihat kondisi tersebut, maka dipandang perlu untuk melakukan evaluasi zona
pengelolaan kawasan TNTC terutama yang bersifat periodik. Kegiatan evaluasi zona
pengelolaan TNTC telah dilaksakan pada tahun 2019. Hasil evaluasi yang telah dilakukan
tersebut menyarankan bahwa diperlukan review terhadap zona pengelolaan taman nasional.
Mengikuti berbagai dinamika dan perkembangan yang terjadi di dalam dan sekitar kawasan
TNTC, maka dipandang perlu untuk melakukan penyesuaian dinamika regulasi dan kondisi
kawasan di lapangan saat ini. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka Balai Besar TNTC
perlu melakukan penyusunan review zona pengelolaan TNTC.
Beberapa tahapan yang harus dilakukan dalam rangka review zona pengelolaan, antara lain:
1) Pencermatan Zona Pengelolaan Kawasan Taman Nasional; 2) Konsultasi Publik; dan 3)
Penyusunan Draft Hasil Revisi Zona Pengelolaan. Pada tahun 2020 direncanakan akan
dilakukan tahap konsultasi publik namun kegiatan tersebut tidak dapat dilaksanakan
dikarenakan revisi anggaran dalam rangka refocusing kegiatan dan realokasi anggaran untuk
penanganan Pandemi Covid-19 serta pembatasan kegiatan yang melibatkan banyak orang.
Sehingga penyusunan draft hasil revisi zona pengelolaan TNTC belum final dan masih berupa
draft awal.
30
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

Tabel 15. Matriks Perubahan Zona Pengelolaan Taman Nasional Teluk Cenderawasih

No Lokasi Zona Awal Zona Perubahan

1 Daratan dan perairan Pulau Zona Inti Zona Rimba


Kumbur Zona Rehabilitasi

2 Pulau Tiga Zona Rimba Zona Inti

3 Perairan Pulau Kuwom Zona Perlindungan Bahari Zona Inti

4 Pulau Nusambier Zona Rimba Zona Inti

5 Perairan Pulau Zona Perlindungan Bahari Zona Inti


Maransanbadi
6 Teluk Aisandami Zona Tradisional Zona Pemanfaatan

7 Perairan Sebelah Utara Zona Tradisional Zona Inti

8 Perairan Sebelah Utara Zona Tradisional Zona Perlindungan


Menarbu Bahari
9 Perairan Sebelah Selatan Zona Tradisional Zona Rehabilitasi
Pulau Apimasum

Dengan berubahnya beberapa fungsi Zona Pengelolaan di TNTC, maka hal ini berimplikasi
pada berubahnya jumlah luasan pada masing-masing zona. Pengurangan zona pengelolaan
terjadi pada rimba dan zona pemanfaatan. Perubahan tertinggi terjadi pada zona
pemanfaatan dimana luasan berkurang seluas 8,641 Ha dan zona tradisional yang bertambah
seluas 4,653 Ha dari luas sebelumnya. Besarnya perubahan luas kawasan pada masing-
masing Zona Pengelolaan dijelaskan pada Tabel berikut ini.
Tabel 16. Tabel Perubahan Luasan Zona Pengelolaan TNTC.

Luas (Ha)
No. Jenis Zona
Lama % Baru %
1 Inti 3,615 0.25 4,492 0.31
2 Perlindungan Bahari 110,116 7.58 113,116 7.78
3 Rimba 22,693 1.56 22,642 1.56
4 Tradisional 216,016 14.86 220,669 15.18
5 Rehabilitasi 100 0.01 262 0.02
6 Pemanfaatan 1,091,426 75.09 1,082,785 74.50
7 Religi, Budaya dan Sejarah 261 0.02 261 0.02
8 Khusus 9,273 0.64 9,273 0.64
Total 1,453,500 100 1,453,500 100

31
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

Kerjasama di TNTC
Sebagai bentuk pertanggungjawaban kegiatan kerjasama yang telah terjalin dengan para
mitra dan sebagai bukti penyelesaian kegiatan, maka disusunlah laporan hasil monitoring
pelaksanaan kerjasama Balai Besar TNTC tahun 2020. Selain itu, laporan monitoring
pelaksanaan kerjasama disusun untuk memberikan kejelasan tentang aktivitas kerjasama
yang telah dijalin bersama dengan mitra sehingga dapat digunakan sebagai bahan evaluasi
dan peningkatan kualitas data dan informasi di kawasan TNTC. Adapun sampai dengan saat
ini terdapat 4 perjanjian kerja sama yang dilaksanakan oleh Balai Besar TNTC dengan para
mitra.

Perjanjian Kerja Sama Antara Balai Besar TN Teluk Cenderawasih


dengan Pemerintah Kabupaten Teluk Wondama
•PKS.20/T.6/TU/PK/6/2018, 326/429/SETDATW/VI/2018
•Periode kerja sama selama 3 (tiga) tahun 2018 s.d 2021

Perjanjian Kerja Sama antara Balai Besar TN Teluk Cenderawasih


dengan PT Palapa Timur Telematika
•PKS.16/T.6/TU/PK/6/2018 dan 0801/PTT/PD-DIR/VI/2018
•Periode kerja sama selama 10 tahun (2018 s.d 2028)

Perjanjian Kerja Sama antara Kepala Balai Besar Taman Nasional Teluk
Cenderawasih dengan Kelompok Ekowisata Guraja Indah
•PKS.38/T.6/TU/PK/12/2019 dan PKS.1/KLP.GI/12/2019

Perjanjian Kerja Sama antara Kepala Balai Besar Taman Nasional Teluk
Cenderawasih dengan Kelompok Ekowisata Hiu Paus
•PKS.40/T.6/TU/PK/12/2019 dan PKS.1/Klp.HP/12/2019

Gambar 6. Laporan monitoring dan fasilitasi kegiatan kerjasama Balai Besar TNTC 2020

32
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

Analisis Keberhasilan/Kegagalan
Adapun kendala yang dihadapi dan tindak lanjut yang dilakukan dalam pencapaian kinerja
IKK 2 Jumlah simpul data keanekaragaman hayati yang dikembangkan adalah sebagai
berikut:
1. Adanya Pandemi Covid-19 dan revisi anggaran dalam rangka refocusing kegiatan dan
realokasi anggaran untuk penanganan Pandemi Covid-19 mengakibatkan kegiatan
konsultasi publik revisi zona pengelolaan TNTC tidak dapat dilaksanakan pada tahun
2020 sehingga penyusunan draft hasil revisi zona pengelolaan masih menunggu tahapan
kegiatan konsultasi publik (masih berupa draft awal). Sebagai tindak lanjut, kegiatan
tersebut dialokasikan dan akan direncanakan dilakukan pada tahun anggaran 2021.
2. Penyampaian laporan dari mitra kerja sama tidak rutin dan melebihi tenggat waktu yang
ditetapkan.
Efektifitas/Efisiensi

70.000.000 100,2
100
59.625.000 59.625.000 100
60.000.000
99,8
50.000.000 99,6

99,4
40.000.000
Pagu
99,2
30.000.000 Realisasi
99
Persen Realisasi
20.000.000 98,8

98,6
98,88
10.000.000
98,4
2.423.000 2.395.800

0 98,2
Penataan Zonasi/Blok Kawasan Kerjasama di Kawasan Konservasi
Konservasi

Grafik 5. Pagu dan realisasi kegiatan pendukung IKK 2

Tabel 17. Efisiensi kinerja IKK 2


Anggaran Output
Uraian IKK % Total Persen Efisiensi
Total Realisasi Target
Pagu (Rp) Realisasi Realisasi Realisasi
(Rp) (Vol)
(%) (Vol) (%)
1 2 3 4 5 6 7 9
Jumlah 62.048.000 62.020.800 99.96 2 2 100 0.99
simpul (efisien)
data
keanekarag
aman
hayati
yang
dikembang
kan

33
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

Sasaran Kegiatan 3 : Terjaminnya efektivitas pengelolaan kawasan suaka alam,


pelestarian alam, dan taman buru
IKK 3 : Luas Opened Area di kawasan konservasi yang ditangani

2020 2020-2024

Target : 2Ha Target : 10 Ha


Realisasi : 2Ha Realisasi : 2 Ha
Capaian : 100% Capaian : 20%

Analisis Kinerja
Capaian kinerja pemulihan ekosistem kawasan konservasi sampai dengan tahun 2020 dapat
diperhatikan sebagaimana tabel berikut.
Tabel 18. Target dan realisasi capaian kinerja rencana pemulihan ekosistem TNTC s.d tahun
2020
Capaian Target Capaian Target
No. Tahun Target (Ha) Realisasi
Tahunan (%) Kumulatif (%)
1 2019 2 1 50 10
2 2020 2 2 100 20
Total 30

Capaian realisasi pemulihan ekosistem tahun 2020 mengalami peningkatan dibandingkan


tahun 2019. Pada tahun 2019, realisasi rencana pemulihan ekosistem hanya dapat mencapai
50% dari target yang ditetapkan yaitu seluas 2 Ha. Capaian tersebut diperoleh dari kegiatan
pemantauan, evaluasi dan bimbingan teknis kepada Kelompok Mama Ira di Pulau Apimasum,
SPTN Wilayah V Rumberpon. Rencana pemulihan ekosistem TNTC baru ditetapkan pada tahun
2019 sehingga perlunya penguatan dan persiapan prakondisi pelaksanaan di lapangan.
Namun demikian, kondisi tersebut tetap bergulir sesuai dengan perencanaan jangka
menengah/milestone pemulihan ekosistem TNTC periode 2019-2023.
Transplantasi Terumbu Karang
Balai Besar TNTC telah menyusun rencana pemulihan ekosistem sebagai acuan dalam
pelaksanaan upaya pemulihan ekosistem khususnya terumbu karang di kawasan TNTC. Pada
dokumen tersebut dijelaskan bahwa lokasi dan luas kegiatan pemulihan ekosistem
dilaksanakan di zona rehabilitasi TNTC seluas ±100 Ha berada pada dua lokasi yaitu wilayah
perairan sebelah selatan Kampung Yomakan dan sebelah barat Tanjung Mangguar. Luas areal
rencana pemulihan ekosistem di zona rehabilitasi selama 5 tahun (periode 2019- 2023) yaitu
10 Ha yang terdiri dari SPTN Wilayah II seluas 5 Ha dan SPTN Wilayah V seluas 5 Ha. Kegiatan
pemulihan ekosistem berupa pemantauan, evaluasi dan bimbingan teknis kepada Kelompok
Mama Ira (kelompok pelestari kima) di Pulau Apimasum, SPTN Wilayah V Rumberpon telah
dilaksanakan pada tahun 2019. Selanjutnya pada tahun 2020 kegiatan pemulihan ekosistem
dilaksanakan dengan melakukan transplantasi terumbu karang di SPTN Wilayah V Rumberpon,
BPTN Wilayah III Yembekiri.

34
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

Rehabilitasi terumbu karang di perairan Pulau Apimasum dilakukan dengan melakukan


transplantasi terumbu karang menggunakan media menyerupai struktur laba-laba sebanyak
4 buah. Jumlah bibit yang diikatkan pada media transplantasi sebanyak 80 bibit karang
Acropora dan diletakkan pada kedalaman 7 m. Kegiatan Transplantasi Terumbu Karang Dalam
Rangka Pemulihan Ekosistem di BPTN Wilayah III Yembekiri dilaksanakan selama tujuh hari
pada 18-24 November 2020.
Pembuatan Media Transplantasi Terumbu Karang
Media transplantasi karang menyerupai struktur laba-laba dibuat dari bahan besi yang
dibentuk sedemikian rupa dan dilas berbentuk heksagonal menyerupai sarang laba-laba,
konstruksi ini memiliki kaki penyangga sebanyak enam buah dengan diameter ±1 meter dan
tinggi ± 40 cm. Media transplantasi yang dibuat berjumlah 4 buah. Seluruh permukaan besi
di lumuri dengan lem resin dan pada bagian luar ditaburi dengan pasir, hal ini di maksudkan
agar media rangka besi tidak mudah karatan oleh air laut dan tetap utuh serta kokoh di bawah
dasar perairan, selain itu memudahkan rekrutmen karang alami menempel pada substrat
media rangka besi.

Gambar 7. Media transplantasi karang menyerupai struktur laba-laba (kiri); media transplantasi yang
telah dilapisi pasir (kanan)

Pengambilan dan Pengikatan Bibit Karang pada Media Rangka Besi


Pengambilan bibit transplantasi karang dilakukan dengan memotong bagian cabang dari induk
koloni karang. Induk koloni karang yang diambil berasal dari jenis karang bercabang Famili
Acroporidae. Pengambilan bibit karang dilakukan di lokasi yang berdekatan dengan lokasi
tempat penempatan media transplantasi, yaitu di perairan Pulau Apimasum. Bibit di
kumpulkan dalam ember yang bagian bawahnya berlobang, selanjutnya ember tersebut di
tarik di dalam air menuju lokasi pengikatan bibit.
Pengikatan dilakukan di permukaan air dengan waktu yang singkat. Tali pengikat
menggunakan kabel ties. Bibit karang diikat disetiap bagian rangka dengan menggunakan
kabel ties dengan total sebanyak 20 bibit pada setiap media transplantasi sehingga total bibit
yang diikatkan berjumlah 80 bibit, sisa kabel ties yang tidak di pakai dipotong untuk
meminimalisir plastik di sekitar bibit karang.

35
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

Gambar 8. Pengikatan bibit pada media transplantasi

Penanaman Bibit Karang pada Lokasi Transplantasi


Media translantasi yang telah berisi bibit karang diturunkan pada lokasi yang telah disurvei.
Lokasi yang dipilih merupakan lokasi yang sama dengan lokasi penempatan transplantasi pada
tahun 2016 dan 2018. Media transplantasi diletakkan didekat media transplantasi sebelumnya
dan disusun dengan rapi pada kedalaman 7 m dengan bantuan penyelam.

Gambar 9. Peletakan media yang telah diisi oleh bibit karang pada lokasi transplantasi

Pemantauan Kebun Kima Bersama Kelompok Mama Ira (kelompok pelestari kima)
di Pulau Apimasum, SPTN Wilayah V Rumberpon
Selain transplantasi terumbu karang, metode pemulihan ekosistem TNTC yang tercantum
dalam dokumen rencana pemulihan ekosistem TNTC 2019-2023 juga dilakukan dengan
melakukan pembuatan kebun kima, pemantauan dan penyulaman. Terdapat kelompok
pelestari kima yang beranggotakan para wanita di Kampung Yomakan yang dinamakan
Kelompok Mama Ira. Kelompok ini secara aktif melakukan pemantauan dan penyulaman kima
di perairan Pulau Apimasum.

36
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

Gambar 10. Kelompok Mama Ira (kiri), kegiatan pemantauan kebun kima oleh kelompok Mama Ira
(kanan)

Gambar 11. Kima-kima yang dilestarikan oleh Kelompok Mama Ira

Analisis Keberhasilan/Kegagalan
Capaian target pemulihan ekosistem pada tahun 2020 mengalami peningkatan dan memenuhi
target tahunan, namun belum mencapai target jika diakumulasikan. Beberapa hal yang
menjadi faktor keberhasilan capaian tahun 2020 adalah:
1. Telah tersusun dokumen rencana pemulihan ekosistem Balai Besar TNTC tahun 2019-2023
sehingga terdapat pedoman pelaksanaan pemulihan ekosistem TNTC.
2. Adanya dukungan dari Kelompok Masyarakat di dalam kawasan TNTC sehingga kegiatan
pemulihan ekosistem dapat dilaksanakan meskipun sumber pendanaan DIPA Balai Besar
TNTC terbatas.
Sedangkan faktor yang menjadi penghambat capaian pelaksanaan pemulihan ekosistem
secara umum adalah minimnya pendanaan DIPA BBTNTC sehingga tidak mampu
mengakomodir rencana pemulihan ekosistem TNTC secara signifikan.

37
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

Efektifitas/Efisiensi

1.400.000.000 100 100,5


100
1.200.000.000
99,5
1.000.000.000 99

800.000.000 98,5
98
600.000.000 97,5
97,28
400.000.000 99,98 97
96,5
200.000.000 100 100,00
96
0 95,5
Pemulihan Pemberian akses Pengelolaan Perencanaan Perlindungan
ekosistem di kelola Usaha Ekonomi Kelola Kawasan dan
kawasan masyarakat di Produktif Konservasi Pengamanan
konservasi sekitar KK Kawasan
Konservasi

Pagu Realisasi Persen realisasi

Grafik 6. Pagu dan realisasi kegiatan pendukung sasaran kinerja 3

Tabel 19. Efisiensi kinerja IKK 3


Anggaran Output

Uraian IKK Pagu (Rp) Total Realisasi % Target Total Persen Efisiensi
(Rp) Realisasi (Vol) Realisasi Realisasi
(%) (Vol) (%)
1 2 3 4 5 6 7 9
Luas 26.738.000 26.738.000 100 2 2 100 1.00
opened
area di
kawasan
konservasi
yang
ditangani

38
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

39
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

Sasaran Kegiatan 3 : Terjaminnya efektivitas pengelolaan kawasan suaka alam,


pelestarian alam, dan taman buru
IKK 4 : Jumlah Desa di sekitar kawasan konservasi yang
mendapatkan kemitraan konservasi pada blok/zona
tradisional atau Peningkatan Usaha Ekonomi Produktif
2020 2020-2024

Target : 1 Desa Target : 50 Desa


Realisasi : 5 Desa Realisasi : 5 Desa
Capaian : 150% Capaian : 10%

Analisis Kinerja
Berdasarkan surat Direktur Kawasan Konservasi Nomor S.195/KK/BDPZPT/KSA.1/6/2020
tentang Pedoman Pelaksanaan Pencapaian IKK Pendampingan Desa dan SK Direktur KK
tentang Penetapan Desa Target Pendampingan tahun 2020, indikator ketercapaian IKK ini
adalah adanya kesepakatan konservasi antara kepala desa/ kepala kampung atau dengan
penyebutan lain, dengan pengelola kawasan konservasi (Kepala Balai/Balai Besar, atau
pejabat lain yang ditunjuk). Kesepakatan konservasi yang dimaksud dapat berbentuk Nota
Kesepahaman, Kesepakatan Konservasi Desa (KKD), Kesepakatan Konservasi Masyarakat
(KKM), Peraturan Desa, atau bentuk-bentuk kesepakatan lain. Kesepakatan dengan kepala
desa dimaksudkan agar pemerintah desa mengetahui dan/atau mendukung kegiatan
bermuatan konservasi dan/atau pemberdayaan masyarakat yang dilakukan pada
masyarakatnya.
Pada tahun 2020, kegiatan pendukung IKK 4 diantaranya : (1) Pembentukan kelompok
masyarakat desa binaan dan penyusunan rencana pembinaan melalui RKL dan RKT 2021 di
Kampung Yaur; (2) Pembinaan dan penyusunan rencana pembinaan melalui RKT 2021 di
Kampung Kwatisore dan Sima; (3) Pembinaan dan penyusunan rencana pembinaan melalui
RKT 2021 di Kampung Aisandami; (4) Konsultasi dan koordinasi kemitraan; (5) Konsultasi dan
koordinasi kerjasama; (6) Operasional petugas pendamping desa binaan; (7) Pemberian
bantuan usaha ekonomi kelompok masyarakat desa binaan dan (8) Konsultasi dan koordinasi
dalam rangka bantuan usaha ekonomi produktif.
Berdasarkan kegiatan-kegiatan pendukung IKK 4 tersebut, dihasilkan output berupa
Kesepakatan Konservasi antara: 1) Balai Besar TNTC dan Pemerintah Kampung Yaur; 2) Balai
Besar TNTC dan Pemerintah Kampung Mena; 3) Balai Besar TNTC dan Pemerintah Kampung
Yende; dan 4) Balai Besar TNTC dan Pemerintah Kampung Isenebuai. Dengan adanya
Kesepakatan Konservasi tersebut, target IKK jumlah desa yang mendapatkan akses
pengelolaan kawasan konservasi dan peningkatan usaha ekonomi produktif dapat tercapai
dan melebihi target yang ditetapkan.

40
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

Gambar 12. Dokumen Kesepakatan Koservasi antara Balai Besar TNTC dengan Pemerintah Kampung
Yaur

Gambar 13. Peta indikatif rencana akses pemanfaatan kawasan TNTC di Kampung Yaur

41
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

Gambar 14. Pembentukan kelompok masyarakat desa binaan dan penyusunan rencana pembinaan
melalui RKL dan RKT 2021 di Kampung Yaur

Gambar 15. Pembinaan dan penyusunan rencana pembinaan melalui RKT 2021 di Kampung
Kwatisore dan Sima
42
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

Analisis Keberhasilan/Kegagalan
Capaian target jumlah desa yang mendapatkan akses pengelolaan kawasan konservasi dan
peningkatan usaha ekonomi produktif pada tahun 2020 tercapai dan melebihi target yang
ditetapkan. Beberapa hal yang menjadi faktor keberhasilan capaian tahun 2020 adalah adanya
dukungan dari Kelompok Masyarakat di dalam kawasan TNTC sehingga usaha pelestarian
kawasan konservasi berbasis masyarakat dapat berjalan . Sedangkan faktor yang menjadi
penghambat capaian secara umum meliputi:
1. Pendampingan yang berkesinambungan terhadap desa/kelompok binaan masih kurang
dikarenakan: a) jumlah pendamping/fasilitator yang masih sedikit; b) kualitas
pendamping desa masih belum optimal dalam hal teknik fasilitasi masyarakat desa; dan
c) keterbatasan fasilitas dan biaya untuk kegiatan pembinaan
2. Sebagian masyarakat target pemberdayaan menuntut hasil instan, sementara kegiatan
pemberdayaan masyarakat merupakan kegiatan berkelanjutan dan memerlukan proses
panjang
3. Masih lemahnya koordinasi dengan para pihak, sehingga terjadi penumpukan program
dari berbagai instansi pada satu desa, di sisi lain terjadi kekosongan program di desa lain.

Efektifitas dan Efisiensi

97,28
400.000.000 368.000.000 100,50
358.000.000
350.000.000 100,00
99,98
283.950.000 283.882.000 99,50
300.000.000
99,00
250.000.000 98,50
200.000.000 98,00
150.000.000 97,50
97,00
100.000.000
96,50
50.000.000 96,00
0 95,50
Pemberian akses kelola kepada masyarakat Pengelolaan usaha ekonomi produktif
masyarakat desa
Pagu Realisasi Persen Realisasi

Grafik 7. Pagu dan realisasi kegiatan pendukung IKK 4

Tabel 20. Efisiensi kinerja IKK 4


Anggaran Output

Uraian IKK % Total Persen Efisiensi


Total Realisasi Target
Pagu (Rp) Realisasi Realisasi Realisasi
(Rp) (Vol)
(%) (Vol) (%)
1 2 3 4 5 6 7 9
Jumlah 651.950.000 641.882.000 98.46 1 5 150 0.66
desa di (efisien)
sekitar KK
yang
mendapatk
an
kemitraan
konservasi

43
44
Sasaran Kegiatan 3 : Terjaminnya efektivitas pengelolaan kawasan suaka alam,
pelestarian alam, dan taman buru
IKK 5 : Jumlah Kawasan Konservasi yang ditingkatkan Efektivitas
Pengelolaannya

2020 2020-2024

Target : 1 Unit KK Target : 1 Unit KK


Realisasi : 1 Unit KK Realisasi : 1 Unit KK
Capaian : 100% Capaian : 100%

Analisis Kinerja
Kawasan konservasi memiliki peran yang tidak tergantikan sebagai benteng perlindungan
spesies dan bagi upaya konservasi keanekaragaman hayati. Dalam upaya perlindungan
terhadap keanekaragaman hayati, diperlukan sebuah pengelolaan yang efektif pada kawasan
konservasi. Salah satu metode penilaian efektivitas pengelolaan kawasan konservasi di
Indonesia yang digunakan oleh Kementerian LHK yaitu Management Effectiveness Tracking
Tool (METT).
Hasil penilaian efektivitas pengelolaan kawasan konservasi dengan menggunakan metode
METT yang dilaksanakan pada tahun 2015 menunjukkan nilai METT sebesar 66,67 % yang
berarti bahwa pengelolaan kawasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih yang bersifat dasar
telah dilakukan, tetapi masih terdapat kekurangan yang cukup signifikan. Untuk meningkatkan
nilai skor METT tersebut pada tahun 2017 Balai Besar TN Teluk Cenderawasih melaksanakan
beberapa program/kegiatan yaitu Inhouse Training Perencanaan dan Evaluasi Program dalam
rangka mendukung METT dan Sistem Informasi Ketatalaksanaan dalam rangka mendukung
METT. Melalui kegiatan Inhouse Training Perencanaan dan Evaluasi Program diperoleh output
yaitu berupa hasil penilaian METT TNTC tahun 2017. Dari 34 pertanyaan inti dan tambahan
diperoleh bahwa total skor penilaian efektivitas pengelolaan kawasan Taman Nasional Teluk
Cenderawasih adalah 97 dari maksimum skor 133 atau 73 %. Nilai ini menunjukkan bahwa
kawasan TNTC relatif dikelola dengan efektif (relative well-managed).
Pada tahun 2019 kembali dilakukan kegiatan penilaian efektivitas pengelolaan kawasan
konservasi dengan menggunakan metode METT. Kegiatan Penilaian METT BBTNTC dihadiri
oleh kurang lebih 35 peserta yang terdiri dari beberapa instansi pemerintah, akademisi dan
LSM, diantaranya Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Teluk Wondama, Dinas Perikanan
dan Kelautan Kabupaten Nabire, Fakultas Kehutanan Universitas Papua (UNIPA), WWF dan
seluruh pejabat struktural serta beberapa pejabat fungsional BBTNTC. Penilaian ini
difasilitatori langsung oleh fasilitator khusus METT dari Universitas Cenderawasih yang
merupakan Fasilitator METT Nasional yaitu Prihananto Setiadji dan Fasilitator dari UNIPA yaitu
Anton Sineri. Seluruh peserta bersama-sama menjawab pertanyaan untuk menentukan
tingkat efektivitas pengelolaan TNTC melalui diskusi terbuka.
Berdasarkan diskusi dari berbagai pihak pada saat penilaian METT Balai Besar TNTC untuk
mengisi bagian awal pada lembar data didapatkan dua ancaman penting di dalam kawasan

45
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

yaitu: a) Perburuan dan pengambilan sumber daya laut yang tidak ramah lingkungan; b)
Sampah dan limbah akibat aktivitas manusia dan pengembangan wilayah. Dari 34 (tiga puluh
empat) pertanyaan inti dan tambahan diperoleh bahwa total skor penilaian efektivitas
pengelolaan kawasan TNTC adalah 104 dari maksimum skor 133 atau 78 %. Nilai ini
menunjukkan bahwa kawasan TNTC terdapat peningkatan prosentase dari nilai perolehan
tahun sebelumnya yaitu dari 73% menjadi 78% yang artinya relatif dikelola dengan efektif
(relative well-managed).

78

73

66,67

2015 2017 2019

Grafik 8. Nilai METT TNTC 2015-2019

Penilaian METT Balai Besar TNTC pada tahun 2020 tidak dilakukan dikarenakan penilaian ini
diagendakan setiap dua tahun sekali. Namun demikian pada tahun 2020 merupakan
kesempatan yang baik untuk Balai Besar TNTC agar dapat memperbaiki pengelolaan kawasan
yang masih menjadi kelemahan dan melaksanakan rekomendasi-rekomendasi hasil penilaian
METT tahun 2019. Kegiatan yang dilakukan antara lain memperbaiki dan memperkuat
perencanaan kelola kawasan konservasi dengan: (1) Penyusunan Rencana Pengelolaan
Jangka Pendek (RPJPn) TNTC tahun 2021; (2) Monitoring dan evaluasi kegiatan tahun 2020;
(3) Pencetakan buku rencana pemulihan ekosistem TNTC dan rencana induk pemberdayaan
masyarakat; dan (4) Monitoring pelaksanaan kerjasama. Selain itu pengelolaan kawasan juga
dilakukan dengan memperkuat perlindungan dan pengamanan kawasan konservasi melalui
kegiatan patroli yang terdiri dari patroli pengamanan kawasan hutan perairan di SPTN, patroli
pengamanan fungsional oleh BPTN, patroli pengamanan fungsional oleh Balai Besar TNTC,
dan patroli bersama Masyarakat Mitra Polhut (MMP).
Analisis Keberhasilan/Kegagalan
Peningkatan efektivitas pengelolaan kawasan konservasi membutuhkan proses dan
merupakan resultante dari berbagai upaya dari tingkat tapak, pemerintah daerah serta
masyarakat. Nilai METT TNTC sebesar 78% telah melebihi target yang ditetapkan oleh Ditjen
KSDAE yaitu sebesar minimal 70%. Pencapaian efektivitas pengelolaan kawasan konservasi
tersebut disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya dikarenakan Balai Besar TNTC telah
menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan yang efektif dengan menindaklanjuti hal-hal yang
perlu dilakukan sesuai temuan-temuan tindak lanjut pada penilaian sebelumnya. Selain itu,
Balai Besar TNTC telah memiliki dokumen RPJP dan RPJPn sebagai acuan dalam menentukan
arah tujuan pengelolaan.

46
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

Beberapa hal yang masih menjadi kendala pencapaian target peningkatan efektivitas
pengelolaan antara lain: 1) Kurangnya ownership terhadap upaya peningkatan efektivitas
pengelolaan kawasan TNTC, sehingga seolah-olah kegiatan terkait upaya peningkatan
efektivitas pengelolaan kawasan TNTC menjadi tanggung jawab Bidang Teknis Konservasi; 2)
Alokasi dan distribusi anggaran, distribusi sumber daya manusia belum proporsional; 3)
Alokasi anggaran menurun, sehingga beberapa kegiatan untuk mendorong peningkatan
efektivitas pengelolaan kawasan tidak dapat terlaksana.

Efektifitas dan Efisiensi

1.400.000.000 100 100,001


1.229.900.000 1.229.900.000
1.200.000.000 100,000

1.000.000.000 100,000

800.000.000 99,999

600.000.000 99,999

400.000.000 99,998
99,998
200.000.000 99,998
101.804.000 101.802.000

0 99,997
Perencanaan kelola kawasan konservasi Perlindungan dan pengamanan kawasan konservasi

Pagu Realisasi Persen realisasi

Grafik 9. Pagu dan realisasi kegiatan pendukung IKK 5

Tabel 21. Efisiensi kinerja IKK 5


Anggaran Output

Uraian IKK % Total Persen Efisiensi


Total Realisasi Target
Pagu (Rp) Realisasi Realisasi Realisasi
(Rp) (Vol)
(%) (Vol) (%)
1 2 3 4 5 6 7 9
Jumlah 1.331.704.000 1.331.702.000 99.999 1 1 100 0.99
kawasan
konservasi
yang
ditingkatka
n
efektivitas
pengelolaa
nnya

47
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

Sasaran Kegiatan 4 : Terjaminnya efektivitas upaya konservasi spesies dan


sumberdaya genetik
IKK 6 : Luas Kawasan hutan yang diinventarisasi dan diverifikasi
dengan nilai keanekaragaman hayati tinggi secara partisipatif

2020 2020-2024

Target : 17.529 Ha Target : 14.453.500


Realisasi : 323.462 Realisasi : 323.462
Capaian : 150% Capaian : 2.24%

Analisis Kinerja
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis laporan monitoring dan inventarisasi nilai
keanekaragaman hayati TNTC, diketahui luas kawasan perairan yang memiliki nilai
keanekaragaman hayati tinggi seluas 323.462 Ha. Luas tersebut melebihi target yang
ditetapkan yaitu sebesar 17.529 Ha. Keberhasilan pencapaian ini diantaranya didukung oleh
kegiatan monitoring spesies prioritas pada kawasan TNTC yaitu Hiu Paus, Kima, Penyu dan
Duyung. Selain itu keberhasilan ini juga didukung dengan upaya konservasi lain sebagai
intervensi pengelolaan, antara lain sosialisasi TSL dan protokol kesehatan era new normal
kawasan wisata di BPTN Wilayah II Wasior dan BPTN Wilayah III Yembekiri dan sosialisasi
pemanfaatan TSL di desa binaan pada BPTN Wilayah II Wasior.
Monitoring Hiu Paus (Rhincodon typus)
Pemantauan individu Hiu Paus dilaksanakan sejak tahun 2010. Berdasarkan lokasi
kemunculan hiu paus dan berdasarkan pergerakan hiu paus melalui tagging serta hasil analisis
kajian biofisik habitat hiu paus maka didapatkan gambaran tentang lokasi sanctuary hiu paus
mulai dari kampung Sima dengan batas Sowa sampai dengan sebelah barat pulau
Anggromeos dengan luasan kurang lebih mencapai 320.500 ha. Peta indikatif untuk lokasi
sanctuary Hiu paus di TNTC seperti tersaji dalam gambar peta berikut ini.
Metode yang dipergunakan untuk mengenali masing-masing individu adalah dengan metode
PhotoID. Berbeda dengan pari manta yang memiliki tanda unik di bagian dorsal tubuhnya,
Hiu Paus memiliki pola totol-totol putih di sisi kiri bagian posterior dari celah insang kelima
yang diduga identik untuk masing-masing individu. Pola inilah yang dapat digunakan untuk
membedakan individu yang satu dengan yang lain dan secara tidak langsung dapat digunakan
untuk mengetahui ukuran populasi Hiu Paus di TNTC melalui Photo-ID. Aplikasi I3S
(Interactive Individual Identification System) digunakan untuk mengidentifikasi individu Hiu
Paus dari individu yang satu dengan individu yang lain.

48
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

Gambar 16. Peta Santuary Hiu paus

Pemantauan menggunakan Photo-ID merupakan jenis pemantauan langsung. Pemantauan


juga dilakukan secara tidak langsung, yaitu melalui pengumpulan informasi dari nelayan
bagan mengenai jumlah Hiu Paus yang mereka jumpai. Pemantauan secara tidak langsung
ini tidak dapat mengidentifikasi individu Hiu Paus namun hanya memberikan informasi
mengenai jumlah kemunculan, frekuensi perjumpaan serta waktu kemunculan Hiu Paus oleh
nelayan bagan.
Beberapa metode pemantauan Hiu Paus yang telah digunakan di kawasan TNTC antara lain
Photo-ID, Pop-up Satellite Archival Tag (PSAT) dan Radio Frequency Identification (RFID).
Hasil dari pemantauan yang dilakukan sejak 2010 dengan beberapa metode tersebut hingga
tahun 2015 diperoleh 127 individu Hiu Paus. Berdasarkan jenis kelamin, selama rentang
pemantauan tersebut dari sejumlah 127 individu hanya dijumpai 4 ekor jenis Hiu Paus betina
dan yang lainnya paling banyak dijumpai adalah jenis Hiu Paus jantan.
Pada tahun 2016, berhasil dijumpai sebanyak 11 individu Hiu Paus melalui pemantauan
langsung dan sebanyak 15 individu melalui pemantauan secara tidak langsung (informasi
nelayan bagan). Dari 11 buah Photo-ID yang berhasil diambil dari 11 individu selama
pengamatan langsung, hanya 7 individu yang dapat teridentifikasi sedangkan 4 individu
lainnya tidak dapat teridentifikasi karena foto yang diambil kurang pas atau bias. Setelah
dilakukan analisis menggunakan aplikasi I3S, ketujuh individu yang dijumpai merupakan
individu lama yang sudah pernah tercatat dalam database individu Hiu Paus (ID 040, ID 101,
ID 047, ID 032, ID 016, ID 122 dan ID 013). Pada tahun yang sama terdapat penambahan
data individu baru dari WWF Indonesia Teluk Cenderawasih project sebanyak 8 individu baru
(ID 128 – ID 135). Sehingga jumlah individu yang telah teridentifikasi hingga akhir tahun
2016 sebanyak 135 individu Hiu Paus dengan rincian betina 4 individu, jantan 114 individu
sedangkan 17 individu belum diketahui jenis kelaminnya.

49
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

Kegiatan pemantauan Hiu Paus yang dilakukan oleh BBTNTC tahun 2017 tidak menjumpai
individu baru. Namun demikian pada kegiatan studi lanjutan penelitian Hiu Paus yang
dilaksanakan oleh tim UNIPA, Yawasan WWF Indonesia dan BBTNTC pada bulan Februari
2018 dijumpai sebanyak 15 ekor individu baru sehingga jumlah total individu yang telah
teridentifikasi sebanyak 150 ekor individu Hiu Paus.
Kegiatan pemantauan Hiu Paus yang dilakukan oleh BBTNTC tahun 2018 berhasil menjumpai
sebanyak 25 ekor individu melalui pemantauan langsung sedangkan melalui pemantauan
tidak langsung sebanyak 22 ekor (informasi nelayan bagan). Hasil analisis menggunakan
aplikasi I3S, dari 25 individu yang dijumpai melalui pemantauan langsung, 17 diantaranya
adalah individu lama (ID002, ID011, ID016, ID047, ID040, ID056, ID074, ID076, ID134,
ID138, ID139, ID140, ID143, ID145, ID149) sedangkan 8 lainnya adalah individu baru (ID151
- ID158). Dengan demikian, hingga Maret 2018 telah berhasil teridentifikasi sebanyak 158
individu. Dari jumlah 158 individu Hiu Paus tersebut sudah teridentifikasi 4 individu (3%) jenis
betina, 130 individu (82%) jenis jantan dan 24 individu (15%) jenis belum diketahui jenis
kelaminnya. Studi lanjutan penelitian hiu paus yang dilaksanakan oleh tim CI dan Balai Besar
TNTC hingga bulan Maret 2019 terdapat penambahan individu baru sehingga jumlah total
individu yang sudah teridentifikasi sebanyak 179 individu hiu paus. Identifikasi dengan
menggunakan aplikasi I3S diperoleh hasil 20 (dua puluh) individu lama (id 138, id 179, id 013,
id 156, id 175, id 136, id 151, id 136, id 138, id 179, id 175, id 156, id 148, id 047, id 040, id
175, id 138, id 136, id 156, id 037) dan 1 (satu) individu baru (id180). Namun, pada September
2019 ditemukan Hiu Paus terdampar dan tidak dapat kembali ke laut hingga mati.
Pada tahun 2020 dilaksanakan kegiatan monitoring Hiu Paus di BPTN Wilayah I Nabire.
Kegiatan Monitoring Hiu Paus pada Tahun 2020 ini dilaksanakan di tengah masa Pandemi
Covid-19 di Indonesia. Secara tidak langsung, Pandemi Covid-19 mempunyai dampak
terhadap kunjungan masyarakat ke tempat wisata, tidak terkecuali di sekitar kawasan
Kwatisore guna melihat atraksi Hiu Paus. Hal tersebut juga berdampak dengan kondisi
perairan di kawasan TNTC.
Hasil pemantauan Hiu Paus selama kegiatan berlangsung di empat lokasi dengan delapan
bagan dan menunjukkan bahwa Hiu Paus yang teramati secara langsung oleh petugas
berjumlah 22 ekor, sedangkan hasil informasi dari nelayan bagan (pengamatan tidak
langsung) Hiu Paus yang muncul berjumlah 26 ekor. Dari 22 Hiu Paus yang teramati secara
langsung, terdapat satu individu dengan kemunculan sebanyak tiga kali pada bagan Cahaya
Rifki dan merupakan individu baru (New ID 181) dengan nomor foto ID WS 5, WS 13 dan WS
15. Hasil foto ID untuk individu baru (New ID 181) tersaji pada gambar 14 (a,b), 15 (a,b) dan
16 (a,b) berikut ini.

50
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

Gambar 17. (Kiri) Sisi sebelah kanan Hiu Paus dengan ID WS 5 (New ID 181); (Kanan) Sisi sebelah
kiri Hiu Paus dengan ID WS 5 (New ID 181)

Gambar 18. (Kiri) Sisi sebelah kiri Hiu Paus No ID WS 13 (New ID 181); (Kanan) Sisi sebelah kanan
Hiu Paus No ID WS 13 (New ID 181)

Gambar 19. (Kiri) Sisi Sebelah Kanan Hiu Paus No ID WS 15 (New ID 181); (Kanan) Sisi Sebelah Kiri
Hiu Paus No ID WS 15 (New ID 181)

51
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

Individu baru Hiu Paus yang teramati berjenis kelamin jantan dan memiliki panjang tubuh
sekitar 3 m serta dalam kondisi mulus tanpa luka. Apabila dilihat dari ukuran panjang
tubuhnya, Hiu Paus tersebut termasuk kategori remaja (belum dewasa). Sehingga sampai
dengan September 2020 jumlah Hiu Paus yang teridentifikasi sebanyak 181 ekor, 159
diantaranya jantan, 5 ekor betina, dan 17 belum diketahui jenis kelaminnya.

3% 9%

179 180 181

128 135

88%
Jantan

2016 2017 2018 2019 2020 Betina

Belum diketahui

Grafik 10. (kiri) Total Individu Hiu Paus Yang Teridentifikasi dalam Kurun (2016 – 2020);
(kanan) Persentase Jenis Kelamin Hiu Paus Yang Teridentifikasi sampai dengan Bulan September
2020

Monitoring Duyung (Dugong dugong)


Pada tahun 2020 dilakukan kegiatan monitoring duyung di kawasan BPTN Wilayah II Wasior
dan BPTN Wilayah III Yembekiri. Dalam pelaksanaannya, kegiatan monitoring duyung
dilakukan dengan beberapa metode pelaksanaan, yaitu: wawancara, survey jalur pengamatan
langsung (menjelajah) dengan perahu/longboat, feeding trail.
Kegiatan monitoring duyung di BPTN Wilayah II Wasior dilakukan pada 3 stasiun pengamatan
yang mencakup seluruh wilayah perairan Sobey. Adapun kalkulasi luas area pengamatan yang
juga diduga menjadi habitat duyung berdasarkan hasil wawancara masyarakat dan juga
penelusuran feeding trail di BPTN Wilayah II Wasior yaitu seluas ± 42 Ha. Sedangkan kegiatan
monitoring duyung di BPTN Wilayah III Yembekiri dilakukan di perairan Pulau Yoop dengan
kalkulasi area seluas ± 2.540 Ha.
Berdasarkan kegiatan monitoring tersebut, perjumpaan duyung secara langsung belum
berhasil dilakukan. Hal ini diduga dikarenakan cuaca yang kurang mendukung pada saat
kegiatan monitoring dan sensitivitas duyung terhadap kehadiran manusia atau aktivitas
perairan sangat tinggi sehingga sulit dijumpai.

52
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

Gambar 20. Jejak makan duyung (feeding trail) pada Stasiun II (kiri) dan feeding trail pada stasiun
III BPTN Wilayah II Wasior

Gambar 21. Pengamatan duyung menggunakan binokuler (kiri); pengamatan jejak makan duyung
(kanan)

Gambar 22. Peta monitoring populasi duyung (Dugong dugong) BPTN Wilayah II Wasior

53
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

Monitoring Kima
Pada tahun 2020 dilaksanakan kegiatan monitoring kima di zona perlindungan bahari di
perairan Pulau Wairundi yang termasuk ke dalam kawasan Resort Wairundi, Seksi Pengelolaan
Taman Nasional Wilayah V Rumberpon, Bidang Pengelolaan Taman Nasional Wilayah III
Yembekiri, Taman Nasional Teluk Cenderawasih dengan luas area mencakup ± 2.900 Ha.
Jenis spesies kima yang ditemukan selama pengambilan data di empat lokasi
pengambilan data ditemukan 4 spesies dari marga Tridacnayaitu, Tridacna maxima
(Kima Kecil), Tridacna squamosa (Kima Sisik), Tridacna derasa (Kima Selatan) dan
Tridacna gigas (Kima Raksasa). Namun, spesies Tridacna gigas dijumpai dalam
keadaan telah mati. Spesies yang tidak dijumpai pada lokasi pengambilan data ini
yaitu Tridacna croceadan 2 spesies dari marga Hippopusyaitu, Hippopus hippopus
dan Hippopus porcellanus.

Jumlah individu yang diperoleh selama pengambilan data secara keseluruhan sebanyak 10
individu hidup yang terdiri dari Tridacna maxima 4 individu, Tridacna derasa 4 individu, dan
Tridacna squamosa 2 individu. Jika dilihat dari setiap lokasi, jumlah individu terbanyak
ditemukan di Stasiun I pada kedalaman 10 meter dengan 5 individu selanjutnya Stasiun II
kedalaman 5 meter dengan 4 individu dan Stasiun II kedalaman 5 meter sebanyak 1 individu.
Sedangkan pada Stasiun II kedalaman 5 meter ditemukan 1 individu Tridacna gigas namun
dalam keadaan mati (Gambar 2).

3
3
Jumlah individu

2
2

1 1 1 1 1 1
1

0 0 0 0 0 0 0 0
0
Stasiun 1 (10m) Stasiun 1 (5m) Stasiun 2 (10m) Stasiun 2 (5m)
Spesies Kima

Tridacna maxima Tridacna squamosa Tridacna derasa Tridacna gigas

Grafik 11. Jumlah individu Kima di tiap lokasi

Berdasarkan hasil perhitungan kepadatan jenis kima (Tabel 5) menunjukkan bahwa tingkat
kepadatan kima terendah terdapat pada Stasiun 2 kedalaman 10 meter dimana tingkat
kepadatannya sebesar 0,004 individu/m2 namun individu yang ditemukan dalam keadaan mati
sehingga tidak dihitung. Sedangkan kepadatan kima tertinggi tercatat pada Stasiun 1
kedalaman 10 meter dengan nilai kepadatan sebesar 0,02 individu/m2. Secara keseluruhan di

54
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

perairan Pulau Wairundi tercatat kepadatan kima sebesar 0,044 individu/m2. Kepadatan
tertinggi pada spesies Tridacna maxima dan Tridacna derasa.
Tabel 22. Kepadatan Kima pada setiap stasiun pengambilan data
Kepadatan individu (ind/m2)
No Nama Spesies Stasiun 1 Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 2 Total
(10m) (5m) (10m) (5m)
1 Tridacna maxima 0,012 0 0 0,004 0,016
2 Tridacna squamosa 0,004 0 0 0,004 0,008
3 Tridacna derasa 0,004 0,004 0 0,008 0,016
4 Tridacna gigas 0 0 0,004 0 0,004
Jumlah 0,02 0,004 0,004 0,016 0,044

Hasil penelitian Susiana, dkk (2014) menunjukkan adanya hubungan antara kualitas perairan
(biologi, fisika, kimia) dengan tingkat kelimpahan kima. Parameter yang paling berpengaruh
secara langsung terhadap kelimpahan kima adalah kedalaman, salinitas dan kecerahan.
Sementara parameter kecepatan arus, pH, oksigen terlarut, klorofil, fosfat dan suhu tinggi
tetap memiliki pengaruh terhadap kepadatan jenis kima meskipun secara tidak langsung
karena digunakan untuk proses pertukaran dan pengangkutan unsur zat hara, transpor
sedimen, laju pertumbuhan kima, reproduksi, dan kesuburan perairan. Disimpulkan bahwa
kepadatan jenis kima dipengaruhi oleh kualitas perairan secara langsung dan tidak langsung.

0,014
0,012

0,012

0,01

0,008
Kepadatan (ind/m2)

0,008
0,004

0,006
0,004

0,004

0,004

0,004
0,004

0,004

0,002
0

0
0

0
0
0

0
Stasiun 1 (10m) Stasiun 1 (5m) Stasiun 2 (10m) Stasiun 2 (5m)
Stasiun pengambilan data

Tridacna maxima Tridacna squamosa Tridacna derasa Tridacna gigas

Grafik 12. Kepadatan spesies Kima pada setiap stasiun pengambilan data

Indeks keanekaragaman, keseragaman dan dominansi menunjukkan keseimbangan dalam


pembagian jumlah individu setiap jenis dan juga menunjukkan kekayaan jenis (Odum, 1971).
Berdasarkan perhitungan indeks keanekaragaman yang dilakukan, diperoleh nilai indeks
keanekaragaman kima di perairan Pulau Wairundi sebesar 1,26. Sesuai dengan indeks
keanekaragaman Shannon-Wienner nilai tersebut dikategorikan sebagai keanekaragaman
sedang (1 < 𝐻 ′ <3). Keanekaragaman biota dalam suatu perairan sangat tergantung
banyaknya spesies dalam komunitasnya. Semakin banyak jenis yang ditemukan, maka
55
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

keanekaragaman akan semakin besar meskipun nilai ni sangat tergantung dari jumlah individu
masing-masing jenis (Wilhm dan Doris, 1986). Pendapat ini juga didukung oleh Krebs (1985),
yang menyatakan bahwa semakin banyak jumlah anggota individunya dan merata, maka
indeks keanekaragaman juga akan semakin besar.
Nilai indeks keseragaman menunjukkan angka 0,91 (E>0,6) mengindikasikan bahwa perairan
Pulau Wairundi mempunyai tingkat keseragaman spesies kima tinggi, ekosistem berada dalam
kondisi relatif stabil dimana jumlah individu kima tersebar merata di setiap spesies yang ada.
Nilai ini juga menunjukkan bahwa jumlah individu tiap jenis sama, dimana populasi kima di
perairan Pulau Wairundi tidak didominasi oleh suatu jenis biota spesies. Hal ini didukung oleh
hasil perhitungan nilai indeks dominansi yang menunjukkan nilai sebesar 0,31 (0 < 𝐷 ≤ 0,5 ).
Berdasarkan indeks dominansi Simpson (Simpson, 1949 dalam Krebs, 1989) nilai tersebut
dikategorikan dalam dominansi rendah.

Gambar 23. Tridacna maxima (kiri); Tridacna derasa (kanan)

Gambar 24. Tridacna squamosa (kiri); Tridacna gigas (kanan)

56
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

Gambar 25. Pengambilan data dengan menggunakan line transect

Gambar 26. Peta monitoring populasi kima BPTN Wilayah III Yembekiri

Monitoring Populasi Penyu


Monitoring populasi penyu dilakukan di site pengamatan spesies prioritas Pulau Wairundi
dengan area cakupan seluas ± 20 Ha. Pada tahun 2020, kegiatan monitoring populasi penyu
dilakukan sebanyak 2 kali pada Bulan Juni dan Oktober. Hasil monitoring dapat dilihat pada
tabel.
Kegiatan peningkatan spesies prioritas penyu di TNTC turut serta melibatkan masyarakat yang
secara langsung turut serta dalam penjagaan site pemantauan spesies priorotas Pulau
Wairundi dan penjagaan demplot penetasan semi alami di Kampung Isenebuai. Sebagai

57
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

apresiasi dan dukungan kepada masyarakat, Balai Besar TNTC memberikan bantuan
operasional bagi masyarakat Kampung Isenebuai penjaga site pamantauan spesies perioritas
Pulau Wairundi dan insentif penjaga lokasi penetasan tukik di Kampung Isenebuai.
Tabel 23. Hasil upaya konservasi penyu TNTC 2015-2020

No. Kegiatan Tahun Hasil Keterangan


1 2 3 4 5
1. Monitoring Habitat Penyu di 2012 Ditemukan 71 sarang penyu
Pulau Wairundi
2. Monitoring Jenis Penyu di 2015/ Ditemukan 6 titik sarang 5 – 11
Site Pengamatan Spesies Base line penyu September
Prioritas Pulau Wairundi I 2015
Tukik
3. Monitoring Jenis Penyu di menetas Ditemukan 4 titik sarang 26 Oktober – 1
Site Pengamatan Spesies 114 ekor penyu November 2015
Prioritas Pulau Wairundi II
2015
4. Monitoring Jenis Penyu di Ditemukan 2 titik sarang 23 – 29
Site Pengamatan Spesies penyu November 2015
Prioritas Pulau Wairundi III
5. Monitoring Jenis Penyu di 2016 Ditemukan 10 titik sarang 27 Juli – 2
Site Pengamatan Spesies penyu Agustus 2016
Prioritas Pulau Wairundi I
6. Monitoring Jenis Penyu di 2016 Ditemukan 4 titik sarang 13 – 19
Site Pengamatan Spesies penyu September
Prioritas Pulau Wairundi II 2016
7. Monitoring Jenis Penyu di 2017 Ditemukan 4 titik sarang 8 – 14 Juni
Site Pengamatan Spesies penyu 2016
Prioritas Pulau Wairundi I
8. Monitoring Jenis Penyu di 2017 Ditemukan 2 titik sarang 4 – 10 Agustus
Site Pengamatan Spesies penyu 2017
Prioritas Pulau Wairundi II
9. Monitoring Jenis Penyu di 2017 Sarang I: 75 butir dan 1 – 7 Oktober
Site Pengamatan Spesies Indukan 2017
Prioritas Pulau Wairundi III Sarang II: 90 butir
Per Jan 2018 tukik menetas
165 ekor
10. Pembinaan Habitat Penyu di 2017 Ditemukan 32 titik sarang 9 – 15 Maret
Site Pengamatan Spesies penyu 2017
Prioritas Pulau Wairundi
11. Monitoring Jenis Penyu di 2018 Pelepasan 50 ekor tukik oleh April
Site Pengamatan Spesies Dirjen KSDAE umur tukik ± 4
Prioritas Pulau Wairundi I bulan
12. Monitoring Jenis Penyu di 2018 Sarang I : 90 butir; Juni
Site Pengamatan Spesies Sarang II : 73 butir;
Prioritas Pulau Wairundi II
Sarang III : 92 butir;
Dijumpai 2 ekor tukik dan
langsung dilepasliarkan dii
Pulau Wairundi
13. Operasional Demplot 2018 32 ekor tukik penyu sisik September
penetasan tukik Kampung menetas
Isenebuai
14. Monitoring Jenis Penyu di 2018 - Oktober
Site Pengamatan Spesies
Prioritas Pulau Wairundi III

58
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

No. Kegiatan Tahun Hasil Keterangan


1 2 3 4 5
15. Pembinaan Habitat Penyu di 2018 Sebanyak 5 ekor tukik November
Site Pengamatan Spesies dilepasliarkan;
Prioritas Pulau Wairundi Dijumpai sarang baru dan
sebanyak 79 butir telur
dipindahkan ke demplot
penetasan. Penyu
diperkirakan bertelur tanggal
4 November 2018
16. Operasional Demplot 2019 40 ekor tukik penyu hijau 3 Januari
penetasan tukik Kampung menetas
Isenebuai

17. Pembinaan Habitat Penyu di 2019 Ditemukan 5 sarang berisi 16-22 Mei 2019
Site Pengamatan Spesies telur, 4 sarang diantaranya
Prioritas Pulau Wairundi dilakukan penggalian dan
pemindahan telur .
Sarang I : 109 butir
Sarang II : 122 butir
Sarang III: 109 butir
Sarang IV: 132 butir
18. Monitoring Jenis Penyu di 2019 Ditemukan 1 jejak penyu 19-23 Juni
Site Pengamatan Spesies dan 6 sarang baru, dilakukan 2019
Prioritas Pulau Wairundi I pemindahan telur pada 1
sarang ke demplot
penetasan telur Kampung
Isenebuai sebanyak 106
butir
19. Operasional Demplot 2019 60 ekor tukik penyu hijau 11 Juli 2019
penetasan tukik Kampung menetas
Isenebuai
20. Operasional Demplot 2019 90 ekor tukik penyu hijau September
penetasan tukik Kampung menetas 2019
Isenebuai
21. Monitoring Jenis Penyu di 2019 Ditemukan 1 jejak penyu 14 – 18
Site Pengamatan Spesies dan 7 sarang, dilakukan Oktober 2019
Prioritas Pulau Wairundi II penggalian dan pemindahan
telur.
Sarang I : 102 butir
Sarang II : 98 butir
Sarang III : 113 butir
22. Operasional Demplot 2020 140 ekor tukik penyu hijau Januari 2020
penetasan tukik Kampung menetas
Isenebuai
23. Operasional Demplot 2020 Pelepasliaran 20 ekor tukik Januari 2020
penetasan tukik Kampung penyu hijau di pantai
Isenebuai Kampung Isenebuai bersama
Bupati Kabupaten Teluk
Wondama
24. Monitoring Populasi Penyu di 2020 Ditemukan 2 sarang penyu Juli 2020
Site Pengamatan Spesies
Prioritas Pulau Wairundi I

59
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

No. Kegiatan Tahun Hasil Keterangan


1 2 3 4 5
25 Monitoring Populasi Penyu di 2020 Ditemukan 4 sarang penyu Oktober 2020
Site Pengamatan Spesies
Prioritas Pulau Wairundi I

Gambar 27. (kiri) sarang penyu; (kanan) identifikasi sarang penyu

Gambar 28. Wawancara dengan nelayan

Gambar 29. (kiri) penyu umur 7 bulan; (kanan) Demplot penetasan tukik semi alami Kampung
Isenebuai

60
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

Gambar 30. Peta lokasi kegiatan dan jalur penelusuran monitoring penyu di Pulau Wairundi.

Sosialisasi Pemanfaatan TSL


Guna mengantisipasi terjadinya penurunan populasi sumber daya alam (pemanfaatan TSL) di
kawasan TNTC, telah dilakukan kegiatan sosialisasi pemanfaatan TSL di beberapa desa
/kampung binaan di BPTN Wilayah II Wasior dan BPTN Wilayah III Yembekiri.
Sosialisasi menekankan tentang keberadaan kawasan TNTC yang kaya dengan
keanekaragaman hayati dan ekosistemnya. Berbagai macam spesies biota perairan dan
vegetasi daratan telah menjadi bagian dalam mendukung sistem penyangga kehidupan
masyarakat Menarbu. Oleh karenanya sudah seharusnya perlu dijaga keberadaannya agar
tetap lestari.
Kawasan TNTC dimana sebagian besar berupa perairan laut, memiliki kekayaan sumber daya
perikanan dan vegetasi pantai yang beragam. Sumber daya alam tersebut selain dilakukan
upaya perlindungan dan pengawetannya, juga dapat dilakukan pemanfaatan secara lestari
dengan memperhatikan populasi di alam. Dengan demikian keberadaan TNTC benar-benar
dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat baik di dalam dan sekitar kawasan. Sosialisasi
yang dilakukan tersebut juga menekankan pada beberapa biota perairan dalam kawasan
TNTC yang dilindungi. Seperti yang tertera dalam Peraturan Menteri LHK Nomor
P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri LHK Nomor
P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 Tentang Jenis Tumbuhan Dan Satwa Yang Dilindungi,
biota perairan yang dilindungi tersebut diantaranya adalah penyu ( Chelinidae), duyung
(Dugong dugon), beberapa jenis Lumba-lumba (Delphinidae) beberapa jenis Kima
(Tridacnidae), Moluska
61
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

(Cassis cornuta/kepala Kambing), krustasea (Birgus latro/ketam kenari)

Gambar 31. Sosialisasi TSL di Kampungn Menarbu

Gambar 32. Sosialisasi TSL di Kampung Yende

Analisis Keberhasilan/Kegagalan
Luas kawasan perairan TNTC dengan nilai keanekaragaman hayati tinggi belum seluruhnya
diinventarisasi dan diverifikasi. Adapun kendala yang dihadapi diantaranya yaitu: 1) Luas area
perairan kawasan TNTC yang sangat luas dengan habitat spesies satu dengan spesies lainnya
tidak sama, karena banyak faktor yang menentukan diantaranya seks rasio, struktur umur
pada populasi tersebut dan juga gangguan luar seperti kerusakan habitat, ketersediaan pakan
dan sebagainya; 2) Alokasi anggaran sangat terbatas sehingga tidak dapat mengakomodir
kegiatan inventarisasi luas area dengan keanekaragaman hayati tinggi lainnya. Dikarenakan
keterbatasan anggaran tersebut, kegiatan hanya dapat dilaksanakan pada sebagian site
monitoring yang ada sehingga hasil data yang diperoleh tidak optimal; 3) Sebagian besar
anggaran untuk kegiatan monitoring bersumber dari dana PNBP sehingga kegiatan monitoring
dalam rangka inventarisasi dan verifikasi kawasan dengan keanekaragaman hayati tinggi baru
dapat dilaksanakan pada akhir tahun anggaran.

62
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

Efektivitas dan Efisiensi

450.000.000 100,00
400.000.000 100,00
350.000.000 100,00
300.000.000
100,00
250.000.000
99,99
200.000.000
99,99
150.000.000
99,99
100.000.000
50.000.000 99,99

- 99,99
Monitoring Soaialisasi Penanganan
spesies Sosialisasi TSL pemanfaatan Pandemi
prioritas TSL COVID-19
Pagu 395.490.000 75.330.000 48.680.000 24.000.000
Realisasi 395.456.000 75.330.000 48.680.000 24.000.000
Persen realisasi 99,99 100 100 100

Grafik 13. Pagu dan realisasi kegiatan pendukung IKK 6

Tabel 24. Efisiensi kinerja IKK 6


Anggaran Output

Uraian IKK % Total Persen Efisiensi


Total Realisasi Target
Pagu (Rp) Realisasi Realisasi Realisasi
(Rp) (Vol)
(%) (Vol) (%)
1 2 3 4 5 6 7 9
Luas kawasan 549.500.000 547.466.000 99.63 17.529 323.462 150 0.66
hutan yang (efisien)
diinventarisasi
dan diverifikasi
dengan nilai
keanekaragam
an hayati
tinggi secara
partisipatif

63
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

64
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

Sasaran Kegiatan 5 : Terjaminnya efektivitas pemanfaatan jasa lingkungan hutan


konservasi
IKK 7 : Jumlah destinasi wisata alam prioritas
2020 2020-2024

Target : 1 Unit Target : 5 Unit


Realisasi : 1 Unit Realisasi : 1 Unit
Capaian : 100% Capaian : 20 %

Taman Nasional Teluk Cenderawasih merupakan salah satu kawasan konservasi di Indonesia
yang menjadi destinasi wisata alam terpenting di Indonesia. Selain itu, berdasarkan PP Nomor
50 Tahun 2011 Tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional, Kawasan
Teluk Cenderawasih termasuk dalam 50 Destinasi Pariwisata Nasional meliputi DPN
Manokwari Fak-Fak dan masuk dalam 88 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional yaitu KSPN
Teluk Cenderawasih. Dalam pengembangan wisata Nasional Taman nasional Teluk
Cenderawasih juga menjadi satu kesatuan dengan Kawasan Ekonomi Khusus Sorong.
Pusat kegiatan wisata di Taman Nasional Teluk Cenderawasih terfokus pada Bidang I Nabire
khususnya perairan Kwatisore dan Napanyaur, baik dari kegiatan wisata selam, snorkelling,
penjualan cinderamata, kuliner dan atraksi budaya serta panorama pulau-pulau disekitarnya
sekaligus sebagai pintu masuk utama dalam penarikan tiket/ karcis masuk kawasan.
Peluang pengembangan wisata alam di Kwatisore untuk memanfaatkan potensi sumber daya
alam yang bertujuan mendapatkan keuntungan ekonomis demi kesejahteraan masyarakat
setempat dan daerah sangat besar. Hal ini juga ditujukan untuk mengurangi resistensi
masyarakat terhadap kawasan dan kunjungan wisata yang masuk ke Teluk Cenderawasih.
Untuk itu diperlukan upaya penyediaan sarpras wisata yang layak dan memadai, sehubungan
dengan hal tersebut Peraian Kwatisore dan sekitarnya sangat layak untuk dikembangkan
menjadi destinasi andalan di kawasan ini, sehingga sejalan dengan pembangunan
kepariwisataan nasional dalam KSPN Teluk Cenderawasih dan sekitarnya yang
digagas/diprakarsai oleh Kementerian Pariwisata.
Analisis Kinerja
Target IKK 7 Jumlah destinasi alam prioritas sebanyak 1 unit terpenuhi dengan adanya
pengembangan Resort Sowa Kwatisore TNTC dan Pengembangan Pusat Konservasi Sanctuary
Hiu Paus di TNTC. Resort Sowa Kwatisore dan Whale Shark Center dibangun menggunakan
sumber dana Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dimana dana tersebut harus
dimanfaatkan guna pembangunan yang memberikan daya ungkit bagi sektor perekonomian
baik lokal maupun nasional. Adapun pembangunan tersebut telah dimulai pada tahun 2019
dengan anggaran sebesar Rp. 33.505.000.000,- dan dilanjutkan pengembangan pada tahun
2021 dengan anggaran sebesar Rp. 40.000.000.000,-.

65
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

Pengembangan Pusat Konservasi Sanctuary Hiu Paus


Pembangunan sarana dan prasarana ekowisata Pusat Konservasi Sanctuary Hiu Paus, meliputi
pembangunan dermaga dan bangunan, pengerjaan bangunan pengelola, pengerjaan
bangunan pertemuan, pengerjaan utilitas air bersih dan kotor, serta pengerjaan instalasi listrik
(solar panel).
Hingga minggu ke-35 (tanggal 3 Desember 2020), bobot pekerjaan Pengembangan Pusat
Konservasi Sanctuary Hiu Paus adalah sebesar 97,80%. Adanya bencana Pandemi Covid-19
sempat menjadi kendala pengerjaan pembangunan, namun tidak membuat aktivitas dalam
menyelesaikan pekerjaan mengalami penurunan, sehingga pelaksanaan tetap konsisten
dalam menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan yang direncanakan. Selain Pandemi Covid-19,
kendala lain yang dihadapi adalah cuaca dan gelombang namun tidak berpengaruh signifikan
terhadap pekerjaan.

Gambar 33. (Kiri) Pengerjaan apartemen ikan; (Kanan) Pengerjaan dermaga apung

66
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

Gambar 34. Mobilisasai dan pemancangan tiang pancang

Gambar 35. Perakitan / instalasi bangunan apung Whale Shark Center

67
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

Pengembangan Resort Sowa Kwatisore


Pengembangan Resort Sowa Kwatisore meliputi pekerjaan pembangunan jembatan Resort
Sowa Kwatisore, pekerjaan normalisasi sungai Resort Sowa Kwatisore, pekerjaan normalisasi
pantai Resort Sowa Kwatisore dan pekerjaan pembangunan mess pengelola Resort Sowa
Kwatisore.
Realisasi pembangunan mess pengelola Resort Sowa Kwatisore hingga Desember 2020
mencapai 91,57%, pekerjaan pembangunan jembatan sebesar 93,93%, pekerjaan
normalisasi sungai sebesar 95,22% dan pekerjaan normalisasi pantai sebesar 95,14%.
Adapun kendala yang dihadapi dalam pengerjaan pengembangan Resort Sowa Kwatisore
adalah keterlambatan material on site dan kondisi cuaca yang tidak memungkinkan untuk
bekerja. Pekerjaan pengembangan Resort Sowa Kwatisore membutuhkan material kayu yang
sangat besar dan ketersediaan kayu di Kabupaten Nabire terbatas. Pihak kontraktor telah
berusaha untuk mengambil bahan kayu dari seluruh penyedia kayu di Kabupaten Nabire.
Selain itu keterlambatan pekerjaan terjadi terkait dengan Pandemi Covid-19 dan adanya
pemalangan dari masyarakat pada Bulan Juli sampai dengan September. Permasalahan
tersebut dapat diselesaikan dengan mengupayakan untuk melakukan pendekatan kepada
pihak-pihak untuk kelancaran pekerjaan di lapangan.

Gambar 36. (Kiri) Dermaga Resort Sowa Kwatisore; (Kanan) Menara penjagaan

68
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

Gambar 37. Pondok wisata/gazebo/saung Resort Sowa Kwatisore

Gambar 38. Bangunan dermaga Resort Sowa Kwatisore

69
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

Gambar 39. Kantor pengawas Resort Sowa Kwatisore

Gambar 40. Homestay Resort Sowa Kwatisore

70
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

Kunjungan Wisata Ke Taman Nasional Teluk Cenderawasih


Pada awal tahun 2020, Balai Besar TNTC optimis dapat memenuhi target kunjungan wisata
dan bahkan dapat melebihi target yang ditetapkan dengan adanya kedatangan kapal pesiar
mewah bernama ‘The World’, milik ROW Management Ltd yang berkantor pusat di Amerika
Serikat pada Bulan Januari 2020. Kapal pesiar tersebut membawa wisatawan mancanegara
yang khusus ingin menyaksikan Hiu Paus di kawasan Pantai Sowa, Kwatisore. Namun, adanya
Pandemi Covid-19 mengakibatkan adanya kebijakan penutupan kawasan TNTC pada Bulan
April hingga sekarang.
Tercatat jumlah kunjungan wisata pada tahun 2020 sejumlah 581 wisatawan dengan rincian
521 wisatawan mancanegara dan 60 wisatawan nusantara. Jumlah kunjungan ini mengalami
penurunan sebesar 85% dibandingkan dengan tahun 2019. Penurunan jumlah kunjungan ini
berdampak pada penerimaan PNBP pendapatan wisata alam tahun 2020 yang juga mengalami
penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2019. PNBP pendapatan wisata alam tahun 2020
tercatat sebesar Rp. 472.937.500,- menurun 32,13% atau sebesar Rp. 223.902.500,-
dibandingkan dengan tahun 2019.

71
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

Gambar 41. Sentimen positif kunjungan wisata ke TNTC pada awal tahun 2020
(sebelum Pandemi Covid-19)
72
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

B. REALISASI ANGGARAN

Pada tahun 2020 Balai Besar TNTC mendapatkan alokasi anggaran sebesar Rp.
62.298.038.000,- dan mengalami revisi anggaran untuk refocussing kegiatan, realokasi
anggaran serta pengadaan barang dan jasa dalam rangka percepatan penanganan Pandemi
Covid-19 sesuai dengan Intruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2020 menjadi
Rp. 60.047.527.000,-. Dibandingkan dengan tahun 2019, anggaran TNTC tahun 2020
mengalami peningkatan sebesar 7,86%.

60.047.527.0…
55.673.382.000
57.228.796.324
55.574.666.728

24.666.100.000 20.965.300.000

15.534.916.000 22.190.984.550 20.921.521.348

14.333.113.030

2016 2017 2018 2019 2020


Pagu Realisasi

Grafik 14. Perbandingan pagu dan realisasi tahun 2016-2020

73
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

Sampai dengan akhir tahun anggaran 2020, anggaran Balai Besar TNTC telah direalisasikan
sebesar Rp. 57.228.796.324,- atau 95,31%. Terdapat relaksasi anggaran SBSN sebesar Rp.
2.818.730.676,- yang akan dilanjutkan pada tahun anggaran 2021 dikarenakan pengerjaan
proyek pengembangan pembangunan Resort Sowa Kwatisore tidak dapat diselesaikan pada
tahun 2020 dikarenakan berbagai kendala terkait Pandemi Covid-19.
Alokasi belanja modal merupakan alokasi tertinggi berdasarkan jenis belanja yaitu sebesar
67,76% dilanjutkan belanja pegawai 18,28% dan belanja barang 13.95%. Penyerapan
anggaran tertinggi adalah pada jenis belanja pegawai yaitu sebesar 99,29% dilanjutkan
belanja barang 99,59% dan belanja modal 93,35%. Adapun perbandingan pagu dan realisasi
anggaran per jenis belanja pada grafik berikut.

40.697.339.000

37.991.503.100

10.973.775.000

10.895.342.597 8.376.413.000
8.341.950.627

Pegawai Barang Modal

Pagu Realisasi

Grafik 15. Realisasi belanja per jenis kegiatan

Pada tahun 2020 terdapat tiga jenis sumber dana yang digunakan untuk membiayai program
konservasi sumber daya alam dan ekosistem Balai Besar TNTC. Sumber dana tertinggi adalah
berasal dari Surat Berharga Syariat Negara (SBSN) yaitu sebesar 66,61% diikuti oleh sumber
dana Rupah Murni (RM) sebesar 30.18% dan sumber dana PNBP sebesar 3,20%. Sementara
penyerapan anggaran tertinggi berasal dari sumber dana PNBP sebesar 99,89% dari pagu
anggaran, sedangkan sumber dana RM terserap sebesar 99,39%. Penyerapan anggaran yang
bersumber dari SBSN terserap 93,24% dari pagu anggaran, namun sisa anggaran sebesar
6,76% dilakukan relaksasi sehingga dapat digunakan pada tahun 2021. Perbandingan pagu
dan realisasi anggaran per sumber dana tahun 2020 dapat dilihat pada grafik berikut.

74
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

40.000.000.000
37.294.218.600

18.125.027.000
18.014.179.724

1.922.500.000

1.920.398
Rupiah Murni PNBP SBSN
Pagu Realisasi

Grafik 16. Realisasi belanja per sumber dana

40.000.000.000

37.294.218.600

17.425.587.000
17.324.768.924

2.010.392.000
62.048.000 2.000.322.000 549.500.000
62.020.800 547.466.000

Dukungan PIKA Pengelolaan KSA Konservasi Spesies Pemanfaatan Jasa


Manajemen dan dan Taman Buru dan Genetik Lingkungan KK
Pelaksanaan Tugas
Teknis Ditjen KSDAE
Pagu Realisasi

Grafik 17. Realisasi belanja per jenis belanja

75
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

Jumlah PNBP Balai Besar TNTC pada tahun 2020 tercatat sebesar Rp. 544.652.110,-.
Penerimaan terbesar berasal dari pendapatan wisata alam yaitu 86,83% dari total penerimaan
PNBP, disusul dengan pendapatan dari penjualan peralatan dan mesin sebesar 10,92%,
pendapatan penyelesaian ganti kerugian negara terhadap pegawai negeri bukan bendahara
atau pejabat lain sebesar 1.45% dan pendapatan sewa tanah gedung dan bangunan sebesar
0.80%. Adapun realisasi pendapatan per akun dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 25. Realisasi pendapatan per akun
Setoran
Kode Akun|
MPN BI Potongan
NO Jenis Pengembalian Realisasi
Non SPM
Pendapatan
Pajak Non Pajak Pajak
Pajak
1 425131 | 0 3.300.319 - - 1.042.632 - 4.342.951
Pendapatan
Sewa Tanah
Gedung dan
Bangunan
2 425791 | 0 7.921.659 - 7.921.659
Pendapatan - - -
Penyelesaian
Ganti Kerugian
Negara
Terhadap
Pegawai Negeri
Bukan
Bendahara Atau
Pejabat Lain.
3 425611 | 0 72.937.500 - - - - 472.937.500
Pendapatan
Wisata Alam
4 425122 | 0 59.450.000 - - - - 59.450.000
Pendapatan dari
Penjualan
Peralatan dan
Mesin
Total 544.652.110
325.395.000

107.175.000

59.450.000
40.367.500
7.921.659

1.901.146

1.572.945
100.972

100.972

100.972

100.972

100.972

72.800

72.800

72.800

72.800

72.800
0

0
0
0

0
0

0
0
0

0
0
0

0
0
0

0
0
0

0
0
0

0
0
0

0
0

0
0
0

0
0
DESEMBER
NOVEMBER
JUNI
MARET

OKTOBER
SEPTEMBER
FEBRUARI

JULI
JANUARI

APRIL

AGUSTUS
MEI

Pendapatan Sewa tanah, gedung, dan bangunan Pendapatan wisata alam


Pendapatan penyelesaian Ganti Rugi Pendapatan dari penjualan peralatan dan mesin

Grafik 18. Penerimaan PNBP Balai Besar TNTC tahun 2020

76
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

Kinerja anggaran Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih (BBTNTC) sebesar 98,24
sedangkan nilai Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran (IKPA) sebesar 99,17. Capaian
Kinerja tahun ini lebih rendah dibandingkan dengan tahun lalu sebesar 99,57. Hal ini
dipengaruhi oleh komponen konsistensi RPD awal sebesar 83,59%. Sedangkan nilai IKPA
BBTNTC masih belum maksimal karena ada beberapa komponen yang masih belum optimal
pencapaiannya antara lain: capaian output yang belum optimal serta masih adanya kesalahan
SPM.

NILAI SMART
98.24
120

100
95,27 92,87
83,59

20

0
Penyerapan Konsistensi RPD Konsistensi RPD Capaian Keluaran Efisiensi
Anggaran Awal Akhir Kegiatan

Grafik 19. Nilai SMART BBTNTC tahun anggaran 2020


(Sumber: http://monev.anggaran.kemenkeu.go.id/2020/index.php/satker/welcome Diakses tanggal
19 Januari 2021)

Nilai IKPA
99.17
120

0
UP

Hal 3 DIPA

Revisi DIPA

Pagu Minus
Dispensasi SPM

Realisasi

Renkas
Retur

Kemajuan Tagihan

Capaian Output
Kesalahan SPM

Rekon LPJ
Data Kontrak

Grafik 20. Nilai IKPA BBTNTC tahun anggaran 2020 pada aplikasi SMART DJA Kemenkeu
(Sumber: http://monev.anggaran.kemenkeu.go.id/2020/index.php/satker/welcome Diakses tanggal
19 Januari 2021)

77
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

C. PRESTASI/PENGHARGAAN

Beberapa prestasi/penghargaan yang diterima oleh BBTNTC pada tahun 2020 antara lain
sebagai berikut.
Penghargaan di Bidang Konservasi
Pada tahun 2020, Balai Besar TNTC mengikuti Lomba Video dan Foto Petualangan Alam
Nasional dalam rangka peringatan Hari Konservasi Alam Nasional Tahun 2020 yang
diselenggarakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Dalam lomba tersebut,
Balai Besar TNTC berhasil memenangkan loma di beberapa kategori sebagai berikut.
1. Foto Terbaik ke-2 kategori Biodiversitas Taman Nasional dengan judul “Beauty and The
Beast”.
2. Foto Terbaik ke-6 kategori Human Interest Taman Nasional dengan Judul “Memeras
Sagu”.
3. Video Terbaik ke-5 kategori Video Taman Nasional dengan judul “Dream”.

78
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

Gambar 42. Sertifikat penghargaan terbaik ke-2 foto biodiversitas Taman Nasional

Gambar 43. Sertifikat penghargaan terbaik ke-5 video Taman Nasional

79
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

Gambar 44. Sertifikat penghargaan terbaik ke-6 foto human interest Taman Nasional

Penghargaan di Bidang Keuangan


BBTNTC sebagai satuan Kerja dengan kontribusi Terbaik ke-3 terhadap pemulihan ekonomi
regional sampai dengan Triwulan III Tahun 2020 oleh Kanwil Keuangan DJPB Provinsi Papua
Barat.

Gambar 45. Piagam penghargaan satuan kerja dengan kontribusi terbaik ke-3 terhadap pemulihan
ekonomi regional s/d Triwulan III Tahun 2020
80
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

81
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

BAB IV PENUTUP

Pada tahun 2020, capaian kinerja Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih mencapai
114,54 % dengan realisasai anggaran 95,31% sehingga diperoleh nilai efisiensi sebesar 0,83
(<1). Hal ini menunjukkan bahwa berbagai upaya pengelolaan taman nasional telah dilakukan
secara efektif sesuai dengan tujuan pengelolaan yang telah ditetapkan. Berbagai upaya
pengembangan potensi sumber daya laut dan lingkungan hidup di Kawasan Teluk
Cenderawasih secara lestari dan program pemberian bantuan telah menunjang upaya
peningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan. Di sisi lain,
keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati di Teluk Cenderawasih serta
keberadaan sumber daya alam sebagai sistem penyangga kehidupan untuk mendukung
pembangunan berkelanjutan dapat dijaga kelestariannya bersama-sama dengan masyarakat
baik di dalam maupun disekitar Kawasan Taman Nasional Teluk Cenderawasih.

Seluruh indikator kinerja program dapat tercapai sesuai dengan target yang ditetapkan. Hal
ini tidak terlepas dari monitoring dan evaluasi atas kegagalan-kegagalan yang dialami pada
tahun-tahun sebelumnya. Meskipun demikian, pencapaian tersebut tidak terlepas dari
berbagai kendala dan permasalahan. Termasuk pula Pandemi Covid-19, yang membuat
institusi, SDM maupun program kegiatan harus secara dramatis mampu bertransformasi,
adaptif dan quick response mengikuti pola perubahan yang ada demi mendukung pemerintah

82
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

nasional mengatasi wabah pandemi sekaligus menjaga ketahanan masyarakat secara


keseluruhan. Tahun 2020 juga merupakan tahun awal periode Renstra 2020-2024, diharapkan
hasil positif pada tahun ini dapat menjadi batu pijakan yang baik dan mampu menjadi lesson
learned bagi tahun-tahun berikutnya. Adapun capaian yang ada harapannya mampu
dipertahankan, sementara kendala dan permasalahan dapat dijadikan pembelajaran dan fokus
perbaikan pada perencanaan tahun/periode berikutnya.
Beberapa permasalahan yang masih sering terjadi dalam pengelolaan kawasan di TNTC antara
lain:
1. Masih ditemukannya pelanggaran dan pengambilan sumber daya alam hayati (SDAH)
yang merusak di kawasan TNTC;
2. Belum optimalnya sistem data keanekaragaman hayati yang bersifat time series dan
up to date;
3. Belum maksimalnya kegiatan dan investasi wisata di kawasan TNTC.

Diluar permasalahan diatas terdapat pula tantangan sebagai imbas terjadinya wabah pandemi
virus Corona (Covid-19) antara lain:
1. Dilakukannya penutupan wisata di kawasan TNTC;
2. Terbatasnya akses dan penurunan aktivitas ekonomi masyarakat di kawasan TNTC
sebagai akibat penerapan kegiatan pembatasan sosial.

Strategi terpadu yang dibutuhkan untuk menanggulangi permasalahan-permasalahan (gap


performance), termasuk menjawab persoalan yang terjadi pada masing-masing IKK antara
lain sebagai berikut :
1. Meningkatkan efektivitas pengelolaan kawasan;
 Kegiatan perlindungan dan pengamanan harus berdasarkan data/temuan
lapangan, dilakukan secara sistematis dan berorientasi pada output.
 Melakukan pendekatan ilmiah (Scientific based management): melakukan
inventarisasi, monitoring sumber daya bersama mitra, penelitian/ekspedisi.
 Mendorong penerapan Sasi sumberdaya alam laut (Sawora) sebagai upaya
pengamanan dan pemanfaatan berkelanjutan utamanya di Spot Diving.
 Mengoptimalkan program pemberdayaan masyarakat yang sudah ada, dengan
harapan meningkatnya kesejahteraan masyarakat di dalam dan sekitar kawasan,
dan meningkatnya tingkat kepedulian masyarakat akan keberadaan Taman
Nasional Teluk Cenderawasih.
2. Meningkatkan populasi jenis satwa dilindungi dan terancam punah;
 Melakukan inventarisasi/monitoring sumber daya secara periodik pada spesies
dilindungi/kunci/prioritas kawasan sehingga dihasilkan data yang berkualitas, up
to date dan bersifat time series.
 Melakukan kegiatan pembinaan habitat bagi spesies-spesies prioritas kawasan.
 Mempercepat kerjasama, penyusunan rencana dan pelaksanaan kegiatan dengan
Conservation International (CI) Indonesia dalam rangka konservasi dan
monitoring Hiu Paus.
 Sosialisasi dan pelaksanaan pengumpulan data berbasis android ke seluruh staf di
lapangan (ex: aplikasi SMART RBM).
 Melakukan sosialisasi, penyuluhan dan penyadartahuan kepada masyarakat dan
sekolah-sekolah terkait konservasi dan spesies dilindungi.
3. Mendorong pertumbuhan investasi di kawasan TNTC yang produktif, berkelanjutan
dan berbasis masyarakat;

83
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

b. Mendorong terwujudnya Ijin Pengusahaan Pariwisata Alam (IPPA) di Kali Lemon


Resort sebagai salah satu mitra wisata TNTC.
c. Melakukan audiensi terkait Ijin Usaha Penyediaan Jasa Wisata Alam (IUPJWA) dan
Ijin Usaha Penyediaan Sarana Wisata Alam (IUPSWA) kepada para calon investor
dan pemerintah daerah.
d. Mendorong penyusunan Perda/Perbup terkait jenis pungutan/tarif wisata di
Kabupaten Nabire dan Teluk Wondama.
e. Meningkatkan promosi wisata baik melalui pameran, media sosial, media cetak
dan elektronik, buku promosi wisata dll.
4. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, transparan dan akuntabel;
 Perencanaan dan pengalokasian anggaran harus berorientasi pada outcome yang
disesuaiakan dengan sumber dana dan waktu ketersediannya.
 Mempercepat penyusunan dan pembuatan Renstra 2020-2024 dan Renja 2020.
 Penyusunan RKAKL dan Output/Kegiatan 2021 di dalamnya harus memperhatikan
dan menunjang Perjanjian Kinerja 2021 (Indikator Kinerja Kegiatan).
 Melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan secara rutin per bulan/triwulan dan
segera menindaklanjuti rekomendasi yang sudah disusun.
 Peningkatan pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dalam
pengelolaan resiko pelaksanaan program dan laporan pemantauannya.
 Peningkatan transparansi data dan informasi kepada publik guna mendapatkan
feed back yang lebih baik dalam pengelolaan kedepannya.
5. Mewujudkan tata kehidupan baru dalam rangka mengantisipasi dan mengurangi
penyebaran Covid-19;
 Mengikuti protokol Kesehatan sebagaimana yang telah ditetapkan oleh SATGAS
COVID-19 Pusat serta selalu menerapkan prinsip 3M (Menjaga Jarak, Mencuci
Tangan dan Memakai Masker).
 Melakukan penyiapan dan simulasi pembukaan wisata di kawasan TNTC dengan
menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
 Melakukan sosialisasi, penyadartahuan dan cara antisipasi/pencegahan Covid-19
kepada masyarakat terutama wilayah terluar dan pulau-pulau yang belum
terakses sarana komunikasi.
 Memprioritaskan pemberian bantuan dan kegiatan pemberdayaan kepada
masyarakat terdampak Covid-19.

84
Lampiran 1. Matriks Kinerja dan Pendanaan Unit Kerja Eselon II dan UPT
Target Alokasi (dalam juta rupiah) Unit
Sasaran program/
Kegiatan Satuan Organisasi Lokasi
IKP/IKK/Komponen 2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024
Pelaksana
Kegiatan Sasaran Kegiatan 1: Terjaminnya pelaksanaan inventarisasi dan verifikasi keanekaragaman hayati tinggi di kawasan konservasi
Pemolaan Luas Kawasan Hutan yang Hektar 6.805 255,744 410,343 319,953 460,655 UPT TN Teluk
dan diinventarisasi dan diverifikasi Cenderaw
Informasi dengan nilai keanekaragman asih
Konservasi hayati tinggi secara partisipatif di
Alam dalam kawasan konservasi
 Desain inventarisasi Kehati Dokumen
nasional
 Inventarisasi, verifikasi Hektar
potensi dan permasalahan
KK
 Penyusunan data spasial Dokumen
potensi dan permasalahan
 Evaluasi kesesuaian fungsi Dokumen
kawasan konservasi

Sasaran Kegiatan 2: Terjaminnya penetapan (prakondisi) status dan fungsi kawasan konservasi untuk peningkatan nilai efektivitas
Jumlah unit kawasan konservasi Unit KK 1 UPT TN Teluk
yang dilakukan pemantapan Cenderaw
(prakondisi) status dan fungsi asih
 Penataaan zonasi/blok Dokumen
kawasan konservasi;
 Penyelesaian permasalahan Dokumen
pemolaan kawasan
konservasi;
 Kerja sama penyelenggaraan Dokumen
kawasan konservasi.
Kegiatan Sasaran kegiatan 1: Terjaminnya kegiatan pemberdayaan masyarakat pada kawasan konservasi
Pengelolaan Jumlah desa di kawasan Desa 4 10 10 10 16 UPT TN Teluk
Kawasan konservasu yang mendapatkan Cenderaw
Konservasi pendampingan dalam rangka asih
pemberdayaan masyarakat
 Pengembangan Desa
kelembagaan/kelompok
masyaarakat di sekita KK;

85
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

Target Alokasi (dalam juta rupiah) Unit


Sasaran program/
Kegiatan Satuan Organisasi Lokasi
IKP/IKK/Komponen 2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024
Pelaksana
 Pengelolaan usaha ekonomi KLP
produktif masyarakat desa di
sekitar KK.
Luas Pemberian akses Hektar 800 500 500 1,000 UPT TN Teluk
pemanfaatan tradisional kepada Cenderaw
masyarakat di kawasan konervasi asih
melalui kemitraan konservasi
 Identifikasi dan verifikasi Hektar
wilayah kemitraan
konservasi;
 Pemberian akses kelola Hektar
kepada masyarakat.
Sasaran kegiatan 2: Terjaminnya penanganan opened area untuk penyediaan ruang perlindungan keanekaragaman hayati
Luas opened area di kawasan Hektar 2 65 155,89 155,89 155,89 UPT TN Teluk
konservasi yang ditangani Cenderaw
asih
 Pemulihan ekosistem di Hektar
kawasan konservasi bersama
masyarakat desa.
Sasaran Kegiatan 3: Terjaminnya peningkatan efektivitas pengelolaan kawasan konservasi
Jumlah unit kawasan konservasi Unit KK 1 1 1 1 1 UPT TN Teluk
yang ditingkatkan efektivitas Cenderaw
pengelolaannya asih
 Perencanaan kelola kawasan Unit KK
konservasi;
 Peniliaian efektivitas Unit KK
kawasan konservasi;
 Perlindungan dan Unit KK
pengamanan kawasan
konservasi;
 Pengendalian kebakaran Unit KK
hutan.
Kegiatan Sasaran Kegiatan terjaminnya inventarisasi dan verifikasi ruang perlindungan kehati di dalam dan di luar kawasan konservasi
Konservasi Luas kawasan yang diinventarisasi Hektar 17,529 255,745 410,342 319,953 449,931 UPT TN Teluk
Spesies dan dan diverifikasi dengan nilai Cenderaw
Genetik keanekaragaman hayati tinggi asih
secara partisipatif di dalam dan
diluar kawasan konservasi

86
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

Target Alokasi (dalam juta rupiah) Unit


Sasaran program/
Kegiatan Satuan Organisasi Lokasi
IKP/IKK/Komponen 2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024
Pelaksana
 Intervensi manajemen TSL
di dalam kawasan
konservasi;
 Penanganan satwa transit
dan konflik;
 Intervensi manajemen TSL
di luar kawasan konservasi.
Kegiatan Sasaran Kegiatan meliputi terjaminnya efektivitas pemanfaatan jasa lingkungan hutan konservasi serta kolaborasi pengelolaan kawasan
Pemanfaatan
Jumlah destinasi wisata alam Destinasi 1 1 1 1 1 UPT TN Teluk
Jasa
prioritas Cenderaw
Lingkungan
asih
Hutan
 Penataan tapak
Kawasan
pemanfaatan jasa
Konservasi
lingkungan hutan
konservasi;
 Peningkatan pengelolaan
jasa wisata alam berbasis
masyarakat;
 Pemberdayaan desa wisata Desa
penyangga kawasan
konservasi;
 Pembangunan sarana Unit
prasarana wisata alam;
 Informasi dan promosi
pengelolaan wisata alam.

87
Lampiran 2. Perjanjian Kinerja Balai Besar TNTC 2020

88
89
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

90
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

91
LAPORAN KINERJA BBTNTC 2020

92

Anda mungkin juga menyukai