Anda di halaman 1dari 1

.

AMPAR AMPAR PISANG


Ampar Ampar Pisang merupakan lagu daerah Kalimantan Selatan, yang diciptakan oleh
Hamiedan AC. Makna lagu Ampar Ampar Pisang adalah tentang kebiasaan atau budaya
masyarakat Kalimantan Selatan. Ampar Ampar Pisang merupakan lagu berbahasa Banjar
yang biasanya dinyanyikan sambil memainkan permainan tradisional anak-anak. Dahulu,
Ampar Ampar Pisang dinyanyikan saat masyarakat Kalimantan Selatan tengah membuat
makanan khas berbahan dasar pisang. Lagu ini sangat erat dengan kehidupan masyarakat
tradisional Kalimantan, terutama suku Dayak yang merupakan masyarakat peramu. Lagu
ampar ampar pisang sangat ikonik dan populer di kalangan masyarakat, lantaran lagunya
yang enak didengar. Selain enak di dengar, lagu ampar ampar pisang memiliki makna
makna yang tentunya sangat berhubungan dengan kehidupan sehari hari kita.

Nilai Nilai
Lagu Ampar Ampar Pisang memiliki kesenian yang terukir dalam lirik atau cerita yang di
sampaikan pada lagu tersebut, selain menceritakan proses memasak makanan khas banjar
yang berbahan dasar pisang namun selain itu lagu tersebut juga memiliki makna di balik lirik
tersebut seperti pada, bagian pertama yaitu lirik "ampar-ampar pisang, pisangku belum
masak, masak sabigi dihurung bari-bari, masak sabigi dihurung bari-bari."
Ini menggambarkan orang yang menyusun pisang yang belum matang. Ada satu biji yang
matang tetapi dipenuhi bari-bari atau hewan kecil, bermata merah bata, bertubuh
kuning-cokelat, dengan cincin hitam melintang di perut. Pisang ini dimaknai sebagai
simbolisasi manusia yang tersusun di muka bumi. Pisang yang masak adalah lambang dari
manusia yang baik. Ketika manusia baik, maka akan dikerumuni banyak orang. Pada bait
kedua, yaitu "mangga lepak mangga lepok, patah kayu bengkok, bengkok dimakan api,
apinya canculupan, bengkok dimakan api, apinya canculupan", dimaknai sebagai nasihat
yang berarti sesuatu yang bengkong (kejelekan) pasti akan berbunyi keras, yang
dicontohkan seperti anak yang mencuri pisang. Meski mereka berbohong untuk menutupi
tindakannya, hal itu pasti akan terungkap. Pada bait terakhir atau ketiga, liriknya adalah
"nang mana batis kutung dikitip bidawang". Bait ini adalah kesimpulan dari dua bait
sebelumnya menggambarkan pesan agar manusia tidak mencontoh tindakan buruk. Dalam
lagu ini digambarkan bahwa hukumannya adalah digigit bidawang atau kura-kura besar.

Properti
- Karton Metalic
- Kaos Warna Kuning
- Microphone

Anda mungkin juga menyukai