Anda di halaman 1dari 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/288774516

Pengaruh Komposisi Kitosan, dan Pemlastis Gliserol terhadap Sifat Edible


Film dari Pati Singkong (Manihot utilisima)

Conference Paper · July 2009

CITATION READS

1 4,374

3 authors, including:

Tokok Adiarto Ahmadi Jaya Permana


Airlangga University Airlangga University
10 PUBLICATIONS 36 CITATIONS 19 PUBLICATIONS 118 CITATIONS

SEE PROFILE SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Ahmadi Jaya Permana on 30 December 2015.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Pengaruh Komposisi Kitosan, dan Pemlastis Gliserol
terhadap Sifat Edible Film dari Pati Singkong (Manihot utilisima)
Tokok Adiarto, Siti Wafiroh, Ahmadi Jaya Permana
Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya

ABSTRAK
Pada penelitian ini telah dilakukan pembuatan edible film dari komposit pati singkong-kitosan
dengan pemlastis gliserol. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variasi
komposisi kitosan dan pemlastis gliserol terhadap sifat mekanik dan sifat kimia edible film. Edible
film dibuat dengan variasi komposisi konsentrasi kitosan 1%, 2%, 3%, dan 4%, serta konsentrasi
pemlastis gliserol 2%, 3%, 4%, 5%, dan 6%. Karakterisasi edible film meliputi ketebalan,
permeabilitas, dan ketahanan terhadap air, uji tarik (stress, strain, dan Modulus Young), uji
biodegradasi, uji swelling, dan analisis morfologi menggunakan SEM (Scanning Electron
Microscopy). Edible film dengan karakteristik optimum diperoleh pada komposisi pati singkong 6%,
kitosan 4%, dan gliserol 4% dengan karakterisasi ketebalan edible film rata-rata 0,028 mm, %
swelling 9,83 %, stress 0,2327 kN/mm2, strain 0,0541, dan Modulus Young sebesar 4,30595
kN/mm2,dan positif terhadap uji biodegradasi. Karakteristik edible film dibandingkan dengan plastik
pembungkus yang mempunyai nilai ketebalan rata-rata 0,04 mm, stress 0,5219 kN/mm2, strain
0,1635, dan Modulus Young 3,1919 kN/mm2.
Kata kunci : Pati Singkong, kitosan, gliserol, edible film
PENDAHULUAN kandungannya yang sangat besar
Penelitian mengenai pada tanaman.
pemanfaatan bahan-bahan yang Pada penelitian ini, edible film
tersedia di alam dalam pembuatan dari pati singkong tersebut akan
edible film terus berkembang dengan ditambahkan dengan kitosan yang
pesat. Bahan-bahan alami yang bertujuan untuk meningkatkan sifat
banyak dikembangkan menjadi mekanik dari edible film, dan
kemasan ramah lingkungan antara penambahan gliserol edible film agar
lain pemanfaatan pati, selulosa, kitin, lebih plastis. Edible film yang dibuat
dan sebagainya. Pemanfaatan pati dari komposit pati-kitosan dengan
sebagai bahan pembuatan edible film pemlastis gliserol diharapkan dapat
telah banyak diteliti, dan memiliki karakteristik yang sesuai
dikembangkan oleh para peneliti dengan standar kemasan yaitu
yang dikarenakan kemudahan memiliki sifat mekanik yang tinggi,
pembuatan atau isolasi pati, dan juga bersifat lentur, memiliki ketahanan
2

dalam air, tidak berpori, dan mudah singkong (Manihot utilisima) yang
terdegradasi. dijual di pasar tradisional, limbah kulit
Pada penelitian ini, akan udang yang diperoleh dari PT Mina
dilakukan pembuatan edible film Laut Gresik. Adapun reagen yang
dengan bahan dari alam yang digunakan dalam penelitian ini antara
ketersediaannya melimpah yaitu pati lain adalah : NaOH, HCl, asam
singkong, dan limbah kulit udang. asetat, bahan uji biodegradasi EM 4
Karakterisasi edible film meliputi uji dan akuades.
sifat mekanik, uji spektrofotometri 1.2 Alat penelitian
infra merah (IR), uji morfologi Alat-alat yang digunakan
kemasan dengan SEM, uji ketahanan dalam penelitian ini adalah alat-alat
terhadap air, serta uji mikrometer sekrup, stopwatch,
biodegradasinya dengan bakteri turbidimeter, pengaduk magnetik,
pengurai sampah yang terdapat cawan petri, bak koagulasi, batang
dalam teknologi effective silinder ”stainless steel”, SEM dengan
microorganism 4 (EM4). Edible film spesifikasi mesin Jeol JSM 6360-LA,
dikatakan layak apabila memenuhi alat Autograph tipe AG-10TE
standar yaitu, memiliki sifat mekanik Shimadzu, sel filtrasi dead end.
yang tinggi, tidak larut dalam air, 2. Prosedur Penelitian
bersifat elastis atau mudah dibentuk 2.1 Pembuatan pati singkong
dan juga memiliki sifat biodegradable. Singkong dikupas kulitnya, lalu
Tujuan dari penelitian ini adalah dicuci sampai bersih. Setelah itu,
untuk mengetahui komposisi bahan singkong diparut, dan hasil parutan
pembuat edible film yang tersebut ditambahkan air bersih
menghasilkan karakteristik optimum sambil diremas-remas, lalu disaring.
dan dibandingkan dengan kemasan Hasil saringan tersebut didiamkan
plastik komersil. hingga pati mengendap sempurna.
Endapan pati dipisahkan, kemudian
METODE PENELITIAN dikeringkan. Pati yang telah kering
1. Bahan dan Alat Penelitian kemudian digiling dan disaring hingga
1.1 Bahan penelitian halus. Pati yang berhasil diperoleh
Bahan-bahan yang digunakan dilakukan uji kualitatif dengan larutan
dalam penelitian ini antara lain: I2 dalam KI atau uji amilum untuk
3

memastikan yang terbentuk benar- Proses ini dilakukan dengan


benar pati. cara kitin dipanaskan, dan diaduk
2.2 Penyiapan serbuk kulit udang selama 2 jam pada suhu 95oC dalam
Kulit udang dicuci sampai bersih larutan NaOH 50% dengan
dari kotoran yang menempel, perbandingan 1:10. Setelah itu
kemudian dikeringkan dibawah sinar campuran disaring, dikeringkan, dan
matahari. Setelah kering partikel dinetralkan dengan akuades. Pada
sampel kulit udang ditumbuk sampai tahap ini akan diperoleh kitosan.
halus, diayak, dan digiling kembali 2.5 Karakterisasi kitin dan kitosan
dengan mesin giling. Kemurnian kitin dan kitosan
2.3 Tahap ekstraksi kitin dari kulit yang diperoleh dapat dilihat dari hasil
udang uji kelarutan dan uji spektroskopi IR.
Ekstraksi kitin dari kulit udang Uji kelarutan dapat dilakukan dengan
dilakukan melalui 2 tahap : melarutkan serbuk yang diperoleh ke
Tahap 1 : Pemisahan protein yang dalam larutan asam asetat encer.
terdapat pada kulit udang Apabila hasil yang dipeoleh tidak larut
(deproteinasi) dengan cara kulit maka serbuk tersebut kitin dan
udang dipanaskan,dan diaduk sebaliknya bila serbuk tersebut larut
selama 2 jam pada suhu 65 oC dalam maka serbuk tersebut adalah kitosan.
larutan NaOH 3,5 % (b/v) dengan Uji spektroskopi IR untuk melihat
perbandingan 1 : 10. Setelah itu derajat deasetilasi. DD dapat
campuran disaring, dikeringkan, dan ditentukan melalui metode base line.
dinetralkan dengan akuades. Hasil 2.6 Penentuan berat molekul
dari tahap ini disebut crude kitin. rata – rata kitosan
Tahap 2 : Pemisahan mineral dari Kitosan dilarutkan dalam asam
kulit udang (demineralisasi) dengan asetat 1 %(w/v). Kemudian diukur
cara crude kitin diaduk dalam larutan waktu alir dengan alat viskometer
HCl 2 N selama 30 menit dengan pada beberapa variasi konsentrasi.
perbandingan 1 :15. Setelah itu Berat molekul rata-rata kitosan dapat
campuran disaring, dikeringkan, dan dihitung dengan menggunakan
dinetralkan dengan akuades. persamaan Mark Houwik-Sakurada.
2.4 Tahap transformasi kitin 2.7 Pembuatan edible film
menjadi kitosan (deasetilasi)
4

.Pati singkong dipanaskan film diukur pada lima titik, yaitu :


pada suhu gelatinisasi pati yaitu 70 bagian ujung kiri-kanan, bagian
0C disertai dengan pengadukan kanan- kiri yang lain, tengah, dan
hingga terbentuk larutan yang kental bagian tengah atas-bawah kemudian
dan berwarna putih. Kitosan dihitung ketebalan rata-ratanya.
dilarutkan dalam larutan asam asetat 2.8.2 Uji sifat mekanik edible film
2 % sampai larut. Pati dan kitosan dan plastik
kemudian dicampur dan diaduk Sifat mekanik membran
sampai homogen, kemudian dilakukan dengan uji tarik
didiamkan sehari. Edible film dibuat mengunakan alat autograph. Dari
dengan menuangkan campuran ke data uji tarik dapat diperoleh nilai
dalam cawan petri, lalu dimasukkan stress, strain, dan Modulus Young.
ke dalam oven dengan suhu 50 0C 2.8.3 Uji ketahanan terhadap air
hingga kering. Sampel edible film dipotong
Pembuatan campuran pada dengan ukuran tertentu, kemudian
variasi pemlastis gliserol sama dikontakkan dengan air. Adapun
dengan variasi kitosan yaitu pengamatannya dilakukan secara
dicampurkan bersamaan dengan pati visual.
dan kitosan kemudian diaduk hingga 2.8.4 Uji permeabilitas terhadap
homogen, dan langkah selanjutnya air
sama. Edible film diperoleh ketika Edible film yang akan diuji
campuran yang telah kering dengan alat sel filtrasi dead end.
dimasukkan dalam bak koagulan Umpan yang berupa akuades
yang berisi larutan NaOH 4 %, sebanyak 50 ml dimasukkan dalam
kemudian dinetralkan pHnya dengan sel, kemudian ditutup rapat dan
aquades. Edible film yang telah netral mengalirkan tekanan udara.
dikeringkan pada suhu kamar. 2.8.5 Uji penggembungan
2.8 Karakterisasi Edible Film (swelling) edible film
2.8.1 Pengukuran tebal edible film Edible film dipotong dengan
Edible film yang telah ukuran 4 x 4 cm dan diukur berat
terbentuk diukur ketebalannya mula-mula, kemudian direndam
dengan menggunakan alat dalam akuades selama 3 jam. Edible
mikrometer sekrup. Ketebalan edible
5

film yang telah direndam diukur lagi kemerahan menjadi kuning


beratnya. kecoklatan, hal ini dikarenakan pada
2.8.6 Penentuan morfologi edible proses ini selain terjadi pemutusan
film ikatan kimia antara kitin dan protein,
Penentuan morfologi membran juga disertai pula dengan lepasnya
dilakukan dengan menggunakan pigmen kulit udang.
Scanning Electron Microscopy 3. Hasil demineralisasi crude
(SEM). Bagian membran yang kitin
dianalisa yaitu bagian penampang Tahap demineralisasi, yaitu
lintang dan permukaan. proses penghilangan senyawa
2.8.7 Uji biodegradable edible film anorganik atau mineral yang
Uji biodegradable dari edible film terkandung dalam kulit udang.
dilakukan dengan menggunakan Mineral yang terkandung di kulit
teknologi EM 4 (Effective udang biasanya berupa CaCO3 dan
Microorganism). Ca3(PO4)2 yang terikat secara fisik
HASIL DAN PEMBAHASAN pada kulit udang. Proses ini
1. Hasil Pembuatan Pati menghasilkan gelembung gas CO2
Singkong dan terjadi pengurangan berat crude
Hasil pati singkong yang kitin sebesar 37, 5 % dari berat
diperoleh sebanyak 613, 29 gram dari 148,32 gram menjadi 92,7 gram.
5000 gram singkong, dan 4. Hasil Transformasi Kitin
menunjukkan uji positif perubahan menjadi Kitosan
warna dari putih menjadi biru Transformasi kitin menjadi
kehitaman terhadap reagen I2 dalam kitosan dilakukan untuk mengubah
KI. gugus asetamida menjadi gugus
2. Hasil deproteinasi limbah amina melalui reaksi hidrolisis dalam
kulit udang larutan basa yang meliputi reaksi
Pengurangan berat yang adisi oleh ion OH-, reaksi eliminasi
terjadi pada tahap ini adalah sebesar dan serah terima proton. Hasil yang
50,56 % dari berat awal 300 gram diperoleh berupa serbuk berwarna
menjadi 148,32 gram. Pada lebih putih dari kitin, dan terjadi
deproteinasi ini terjadi perubahan pengurangan berat dari 92,7 gram
warna kulit udang dari coklat menjadi 73,11 gram.
6

5. Hasil uji kelarutan terhadap hilangnya serapan 1659,8 cm-1 .


asam asetat encer Dengan menggunakan rumus
Dalam asam asetat encer baseline b diperoleh nilai derajat
kitosan hasil deasetilasi akan larut, deasetilasi kitin sebesar 51,84 %, dan
sedangkan kitin tidak dapat larut derajat deasetilasi untuk kitosan yaitu
dalam asam asetat encer. sebesar 83,19 %.
6. Hasil uji spektroskopi IR 7. Hasil penentuan berat
Pada uji ini dilakukan analisa molekul rata – rata kitosan
gugus fungsi sekaligus menentukan Berat molekul rata-rata kitosan
derajat deasetilasi dari kitin dan diukur dengan mengukur viskositas
kitosan dilakukan dengan alat IR dari kitosan.
Spektroskopi. 5

% 4

T ηsp / C
3
y = 13,084x + 2,6538
r 2 R2 = 0,9659

a 1

s 0
0 0,05 0,1 0,15
m konsentrasi
i
t
Gambar 3 Grafik hubungan antara viskositas
a
Bilangan gelombang cm-1
n reduksi terhadap konsentrasi

Gambar 1 Spektrum IR kitin Dari nilai intercept grafik di


Dari spektrum IR kitin tersebut atas dapat dihitung nilai berat molekul
terlihat pita tajam yang khas gugus rata-rata kitosan yaitu 142529, 18
karbonil amida yang pada gambar dalton.
terlihat pada puncak 1659,8 cm-1 . 8 Hasil Pembuatan Edible Film
% Komposit Pati Singkong-Kitosan
T
r Pada proses pembuatan
a
s edible film dilakukan variasi
m
i
komposisi bahan yang digunakan.
t Edible film yang terbentuk kemudian
a
n Bilangan gelombang cm-1 diukur sifat mekaniknya dengan
Gambar 2 Spektrum IR kitosan menggunakan alat Autograph. Hasil
Berdasarkan spektrum di atas pengukuran kemudian diolah untuk
tampak telah terjadi transformasi dari mengenai sifat mekanik yang terdiri
kitin ke kitosan bila dilihat dari
7

dari tegangan (stress), regangan Pada penelitian ini dilakukan


(strain), dan Modulus Young. analisa morfologi edible film dengan
0,03 komposisi optimum yang memiliki
0,025

0,02
sifat mekanik tertinggi.
tegangan

0,015

0,01

0,005

0
0 1 2 3 4 5
konsentrasi

Gambar 4 Grafik hubungan tegangan


terhadap konsentrasi kitosan
Gambar 5 Hasil SEM dari permukaan atas
Komposisi pati singkong dan dan penampang melintang edible film
kitosan yang memiliki nilai tegangan Pada gambar terlihat bahwa
maksimum yaitu pati singkong 6 %, edible film yang telah dibuat tidak
dan kitosan 4 % ditambahkan memiliki pori Pada hasil analisa SEM
pemlastis gliserol agar bersifat untuk penampang melintang, terlihat
plastis. Proses ini menghasilkan bahwa edible film yang telah dibuat
edible film yang bening sangat rapat dan tidak berongga
9. Hasil Karakterisasi Edible Film yang menunjukkan bahwa terdapat
9.1 Hasil pengukuran tebal interaksi kimia yang baik antara pati
edible film singkong, kitosan, dan gliserol
Pengukuran ketebalan edible sebagai pemlastis.
film digunakan sebagai indikator 9.3 Hasil uji sifat mekanik edible
keseragaman dan kontrol kualitas film
edible film yaitu yang mempunyai Uji sifat mekanik edible film
ketebalan yang tipis tetapi tidak dilakukan dengan cara uji tarik
mudah sobek. dengan alat Autograph. Sifat mekanik
Tabel 1 Hasil pengukuran ketebalan edible
edible film merupakan faktor penting
film
Komposisi Rata-rata
untuk mengetahui kelayakan, dan
Pemlastis
Pati Kitosan ketebalan tiap kualitas edible film yang telah dibuat
gliserol (%w/v)
(%w/v) (%w/v) variasi (mm)
untuk digunakan sebagai kemasan.
2 0,029
3 0,026 Tabel 2 Data stress, strain, dan modulus
6 4 4 0,028 young dari edible film
5 0,028
6 0,027

9.2 Hasil penentuan morfologi


edible film
8

end dengan tekanan 2 atm. Edible


Komposisi Pemlastis Stress Strain Modulus film yang telah dibuat ternyata
gliserol (kN/mm2) Young
Pati Kitosan
(%w/v) (kN/mm2) masih melewatkan air setelah 15
(%w/v) (%w/v)
2 0,0259 0,1688 0,1535 menit. Penelitian ini dibandingkan
3 0,0432 0,1064 0,4059 dengan penelitian sebelumnya yang
6 4 4 0,2327 0,0541 4,30595
5 0,1027 0,0282 3,6681
menunjukkan hasil edible film yang
6 0,023 0,0195 1,17195 dibuat memiliki ketahanan hingga
Berdasarkan tabel diatas 1,5 atm dan pada tekanan yang lebih
dapat diketahui komposisi yang tinggi edible film air sudah mulai
memiliki nilai nilai stress tertinggi terlihat merembes dari sel filtrasi
pada komposisi pati 6 %, kitosan 4 dead end. Berdasarkan perbandingan
%, dan pemlastis 4 % yaitu sebesar tersebut penelitian ini memiliki
0,2327 kN/mm2. ketahanan yang lebih besar bila
9.4 Hasil uji swelling dibandingkan dengan penelitian
Uji swelling dilakukan untuk sebelumnya.
mengetahui terjadinya ikatan dalam 9.6 Hasil uji biodegradable
polimer pada edible film. Uji swelling Pada gambar berikut terlihat
dilakukan dengan cara merendam bahwa plastik sudah rapuh dan
edible film yang telah dipotong terpotong-potong, dan cairan EM 4
berukuran 4 x 4 cm dalam air selama mengalami perubahan warna dari
3 jam, kemudian dibiarkan pada suhu jingga menjadi cokelat kehitaman
ruang hingga permukaannya tidak yang berarti sudah mengalami proses
basah. biodegradasi walaupun dalam waktu
Tabel 4 Hasil uji swelling edible film
singkat.
Komposisi Rata-rata
Pemlastis
Pati Kitosan ketebalan tiap
gliserol (%w/v)
(%w/v) (%w/v) variasi (mm)
2 0,029
3 0,026
a b c
Gambar 4.9 Foto hasil uji biodegradasi pada
6 4 4 0,028
hari 1 (a), hari 2 (b) hari 3 (c)
5 0,028
6 0,027

9.5 Hasil uji permeabilitas dan KESIMPULAN


ketahanan terhadap air Dari hasil penelitian dapat
Uji ini dilakukan dengan ditarik kesimpulan sebagai berikut :
menggunakan alat sel filtrasi dead
9

1. Edible film dari komposit pati Billmeyer, Jr. 1994. Textbook of Polymer
Science, 3rd edition, John Wiley and
singkong-kitosan dengan
Sons., New York, 160-164
pemlastis gliserol pada komposisi
Khan, T.A, 2002, Reporting Degree of
optimum yaitu pati singkong 6 % Deacetylation Values of Chitosan : The
(w/v), kitosan 4 % (w/v), dan Influence of Analytical Methods, J Pharm
pemlastis gliserol 4 % (w/v) Pharmaceut Science 5(3):205-2
Lando, J.B., and Maron, S.H., 1974.,
dengan hasil karakterisasi
Fundamental of Physical Chemistry.,
ketebalan rata-rata 0,028 mm,
Macmillan Publishing Co., Inc., New
tegangan 0,2327 kN/mm2, York.
regangan 0,0541, modulus young Mahmoud, N.S, 2007, Unconventional
4,30595 kN/mm2, % swelling Approach for Demineralization of
Deproteinized Crustacean Shells for
9,83 %, memiliki nilai sifat
Chitin Production, American Journal of
mekanik yang lebih rendah bila
Biochemistry and Biotechnology 3 (1) :1-
dibandingkan dengan kemasan 9, ISSN 1553-3468
komersil yang memiliki ketebalan Schnabel, W., 1981, Polymer Degradation
rata-rata 0,04 mm, tegangan Principle and Practical Applications,
Hanser International, New York, Toronto
0,5219 kN/mm2, regangan 0,1635,
modulus young 3,1919 kN/mm2.
Keunggulan edible film
dibandingkan dengan kemasan
komersil yaitu bersifat
biodegradable, sifat bahan kitosan
yang anti bakteri, dan renewable.

DAFTAR PUSTAKA

Bangyekan, C, 2005, Preparation and


Properties Evaluation of Chitosan-
Coated Cassava Starch Films,
Carbohydrate Polymers 63 (2006)
61–71
Baxter, et. al., 1992, Improved Method for IR
Determination of The Degree of N-
acetylation of Chitosan. Intl J Biol
Macromol., 14 : 166-169

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai