Anda di halaman 1dari 3

PRAANGGAPAN DAN ENTAILMEN

a : “Aku sudah membeli bukunya Pak Udin kemarin”


b : “Dapat potongan 30 persen kan?”
Contoh percakapan di atas menunjukkan bahwa sebelum bertutur (a)
memiliki praanggapan bahwa B mengetahui maksudnya yaitu terdapat sebuah
buku yang ditulis oleh Pak Pranowo.

A. Prangapan eksistensial adalah prangapan yang mengasosiasikan adanya suatu


keberadaan. Penyebab pranggapan ini tidak hanya di asumsikan terdapat dalam
susunan posesif tetapi juga lebih umum dalam frasa nomina tertentu. Penggunaan
unkapan-ungkapan apa pun, penuturan diasumsikan terlibat dalam keberadaan entitas-
entitas yang disebutkan, misalnya:
 “khoiron adalah pria yang baik dan lugu“.
Tuturan tersebut mengandung peranggapan eksistensial kalau ada pria
yang bernama khoiron dan dia memiliki sifat baik.

 “Septy temanku di unesa yang cantik itu mendapatkan nilai A pada mata kuliah
pragmatic”.
Tuturan dalam kalimat tersebut mengadung peranggapan eksistensial
kalau ada mahasiswi unesa yang cantik dan mendapatkan nilai A pada
mata kuliah pragmatic.

Dari kedua contoh diatas kita dapat menyimpulkan kalau tuturan kalimat yang
mengandung eksistensial pasti menerangkan subyek pada kalimat tersebut, artinya
disetiap kalimat yang mengandung eksistensial pasti mengandung subyek.

B. Pranggapan faktif merupakan pranggaan yang mengikuti kata kerja yang dapat di
anggap sebagai suatu kenyataan. seerti contoh berikut, disebutkan bahwa kata kerja
“menemukan“ mempranggapkan informasi yang disampaikan. Berikut dipaparkan
contoh penyebab pranggapan faktif. Sejumlah kata kerja seperti: tahu, menyadari,
menyesal, sadar, mengherankan, dan gembira. memiliki pranggapan faktif. berikut
disajikan.

 “andi tidak menyadari bahwa dia sakit”


Tuturan mempraanggapkan bahwa dia sakit. kata ‘menyadari‘
memunyai asumsi bahwa sebenarnya andi pada kenyataanya dia sakit.

 “kami menyesal mengatakan kepadanya”


Tuturan dari kalimat tersebut memprangapkan bahwa ‘kami
mengatakan kepadanya‘. Kata ‘menyesal‘ di asumsikan sebagai bentuk
kenyataan bahwa ‘ kami ‘ tidak berniat mengatakan hal itu.

C. prangapan non-faktif adalah suatu pranggapan yang diasumsikan tidak benar. Kata-
kata kerja seperti “bermimpi”, “membayangkan”, “berpura-pura” dan lainnya.
Peranggapan non-faktif ini digunakan dengan pranggapan yang mengikutinya tidak
benar.
 Saya membayangkan kalau khoiron jadian dengan putri ponorogo pasti akan seru
dan pasti akan ada perang dingin.
Kata “membayangkan” diatas menyebabkan peranggapan bahwa khoiron
belum/tidak jadian dengan putri ponorogo.

D. Peranggapan Leksikal merupakan peranggapan yang dalam pemakaian suatu bentuk


dengan makna yang dinyatakan secara konvensional ditafsirkan dengan peranggapan
lain (yang tidak dinyatakan) dipahami.
 wahyudi : “ron kenapasih kamu kok tidak mau pacaran lagi dengan dia?”
khoiron : “aku tak mau diduakan lagi!!”
tuturan yang di ucapkan wahyudi tersebut memperanggapkan bahwa
khoiron pernah pacaran dan kata lagi mempunyai arti yang menunjukkan
pengulangan terhadap sesuatu, maksudnya pengulangan yang
mempertannyakan sebab/alasan khoiron menerima atau menolak pacaran
lagi dengan si dia. Peranggapan leksikal pada tuturannya khoiron “aku
takmau diduakan lagi” menunjukkan khoiron pernah diduakan “pacarnya
khoiron yang dulu selain dekat dengan khoiron juga dekat dengan orang
lain” dan kata tak mau lagi menunjukkan dia tidakmau kejadian tersebut
terulang untuk kesekian kalinya.

E. Peranggapan structural
 Apa saja penghargaan yang diterima oleh pak Rasmian ditingkat nasional?
Tuturan ini mempunyai peranggapan bahwa rasmian menerima
penghargaan di tingkat nasional. Kata tannya “apa saja” dalam tuturan
tersebut mengasumsikan bentuk jawabaan nominal yang mengiringi
peranggapan.

F. Prangapan Konter-faktual/ Peranggapan Faktual Tandingan merupakan


peranggapan yang diperanggapkan tidak hannya tidak benar, tetapi kebalikannya
(lawan) dari benar atau bertolak belakang dengan kenyataannya. Berikut contoh
kebenaran pranggapan konterfaktual.
 Andaikan kamu temanku, kamu pasti akan menolongku.
Kata “andaikan” pada tuturan diatas mempunyai makna yang
memperanggapkan bahwa kenyataanya kamu bukan temanku.

 Jika aku menjadi suamimu aku tidak akan melarang kamu untuk menjadi wanita
karier.
Dari kata “jika aku menjadi suamimu” pada tuturan diatas mempunya
makna yang memperanggapkan bahwa kenyataanya aku bukan suaminya.

Anda mungkin juga menyukai