LAPORAN BAB Kelompk 4
LAPORAN BAB Kelompk 4
Disusun Oleh :
Kelompok 4
Daftar Isi...................................................................................................................i
PRANGGAPAN.......................................................................................................1
1. PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................1
2. RINGKASAN PRAANGGAPAN..............................................................2
2.1 Definisi Praanggapan Menurut Para Ahli..........................................2
2.2 Jenis-Jenis Praanggapan......................................................................2
3. PEMBAHASAN..........................................................................................4
3.1 Pengertian Praanggapan......................................................................4
3.2 Jenis-Jenis Praanggapan......................................................................3
3.3 Ciri-Ciri Praanggapan..........................................................................6
3.4 Bentuk Praanggapan.............................................................................6
4. PENUTUP....................................................................................................8
4.1 Simpulan................................................................................................8
4.2 Saran........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................9
i
PRAANGGAPAN
1. Pendahuluan
1
2. Ringkasan Praanggapan
2.1 Definisi Praanggapan Menurut Para Ahli
Menurut George Yule (2014:43) menyatakan bahwa praanggapan atau
presupposisi adalah sesuatu yang diasumsikan oleh penutur sebagai kejadian
sebelum menghasilkan suatu tuturan. Yang memiliki presuposisi adalah penutur bukan
kalimat.
1. Praanggapan Eksistensial
2. Praanggapan Faktif
Presuposisi (praanggapan) faktif adalah praanggapan di mana informasi
yang dipraanggapkan mengikuti kata kerja dapat dianggap sebagai suatu
kenyataan.
“Andi tidak menyadari bahwa dia sakit”
3. Praanggapan Leksikal
Presuposisi (praanggapan) leksikal dipahami sebagai bentuk praanggapan di
mana makna yang dinyatakan secara konvensional ditafsirkan dengan
praanggapan bahwa suatu makna lain (yang tidak dinyatakan) dipahami.
Wahyudi : “ron kenapa sih kamu kok tidak mau pacaran lagi dengan dia?”
Khoiron : “aku tak mau diduakan lagi!!”
4. Praanggapan nonfaktif
Presuposisi (praanggapan) non-faktif adalah suatu praanggapan yang
diasumsikan tidak benar.
“saya membayangkan kalau andi jadian dengan putri pasti akan seru dan pasti
akan akan ada perang dingin”
2
5. Praanggapan Struktural
Presuposisi (praanggapan) struktural mengacu pada sturktur kalimat-kalimat
tertentu telah dianalisis sebagai praanggapan secara tetap dan konvensional bahwa
bagian struktur itu sudah diasumsikan kebenarannya. Hal ini tampak dalam
kalimat tanya, secara konvensional diinterpretasikan dengan kata tanya (kapan dan
di mana) sesudah diketahui sebagai masalah.
“apa saja penghargaan yang diterima oleh pak Rasmian ditingkat nasional?”
6. Praanggapan Konterfaktual
Presuposisi (praanggapan) konterfaktual berarti bahwa yang di praanggapkan
tidak hanya tidak benar, tetapi juga merupakan kebalikan (lawan) dari benar atau
bertolak belakang dengan kenyataan.
“andaikan kamu temanku, kamu pasti akan menolongku”
3
3. Pembahasan
3.1 Pengertian Praanggapan
Praanggapan (presuposisi) berasal dari kata to pre-suppose, yang dalam
bahasa Inggris berarti to suppose beforehand (menduga sebelumnya), dalam arti
sebelum pembicara atau penulis mengujarkan sesuatu ia sudah memiliki dugaan
sebelumnya tentang kawan bicara atau hal yang dibicarakan. Pranggapan merupakan
anggapan awal yang secara tersirat dimiliki oleh sebuah ungkapan kebahasaan sebagai
bentuk respon awal pendengar dalam menghadapi suatu ungkapan kebahasaan
tersebut.
4
pura” dan lainnya. Peranggapan non-faktif ini digunakan dengan pranggapan
yang mengikutinya tidak benar. Berikut contoh kebenaran pranggapan non-
faktif:
5
praanggapan ini menghasilkan pemahaman yang berkebalikan dari
pernyataannya atau kontradiktif. Kondisi yang menghasilkan praanggapan
seperti ini biasanya dalam tuturannya mengandung ‘if-clause’ atau
pengandaian. Hasil yang didapat menjadi kontradiktif dari pernyataan
sebeblumnya.
Contoh:
Kalau hari ini Sinta datang, dia akan bertemu dengan Andi.
Dari contoh tuturan di atas, kita dapat melihat praanggapan yang muncul
adalah:
(a) Sinta tidak datang
(b) Sinta tidak bertemu Andi
Praanggapan tersebut muncul dari kontradiksi kalimat dengan adanya
penggunaan kata ‘kalau’. Penggunaan kalau membuat praanggapan yang
kontradiktif dari tuturan yang disampaikan.
6
3.4 Bentuk Praanggapan
1. Praanggapan Semantik
Praanggapan semantik adalah praanggapan yang dapat ditarik dari pernyataan
atau kalimat melalui leksikon atau kosakatanya.
Contoh: Bu Lusi tidak jadi berangkat kuliah. Anak bungsunya demam.
Dari kata-kata yang ada dalam pernyataan itu dapat ditarik praanggapan sebagai
berikut:
a. Bu Lusi seharusnya berangkat kuliah.
b. Bu Lusi mempunyai beberapa anak.
2. Praanggapan Pragmatik
Praanggapan pragmatik adalah anggapan yang ditarik berdasarkan konteks
suatu kalimat atau pernyataan itu diucapkan. Konteks disini dapat berupa situasi,
pembicara, lokasi dan lain-lain.
Contoh:
“Harganya murah sekali”, sebagai jawaban pertanyaan,”Berapa harganya?”
Praanggapan tak dapat kita berikan kalau konteksnya tidak kita ketahui karena
mungkin kata “murah” itu berarti “mahal sekali”.
7
4. Penutup
4.1 Simpulan
Sebuah kalimat dikatakan memperanggapkan kalimat lain jika ketidak
benaran kalimat yang kedua (jika diperanggapkan) mengakibatkan kalimat
yang pertama (yang memperanggapkan tidak dapat dikatakan benar atau salah.
Peranggapan kalimat sederhana akan berlangsung benar apabila kalimat
sederhana itu menjadi bagian dari kalimat yang lebih kompleks. Arti dari
keseluruhan kalimat itu merupakan gabungan dari arti bagian-bagian kalimat
itu, akan tetapi arti dari sebagian pranggapan (sebagai “bagian-bagian”) tidak
mampu menjadi arti dari beberapa kalimat kopleks (sebagai keseluruhan).
4.2 Saran
1. Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan
dalam memahami konsep praanggapan serta contoh analisisnya dalam
pragmatik, bagi mahasiswa maupun seluruh anggota masyarakat.
2. Penulisan makalah ini masih sangat sederhana, sehingga diperlukan
penulisan makalah sejenis lebih lanjut dengan data yang lebih
bervarian dan dapat memberikan simpulan lebih kuat.
3. Selain itu sebagai generasi penerus bangsa agar lebih meningkatkan
pemahaman dan pengetahuan mengenai manfaat kepenulisan sejak
dini.
4. Lebih banyak buku acuan mengenai konsep praanggapan dan contoh
analisisnya dalam pragmatik
8
DAFTAR PUSTAKA
9
10