Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN BAB 4 PRAANGGAPAN

Disusun Oleh :
Kelompok 4

Arsi Miranda ( 2106102010023)


Wirdaton ( 2106102010077 )

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
TAHUN 2023
DAFTAR ISI

Daftar Isi...................................................................................................................i

PRANGGAPAN.......................................................................................................1

1. PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................1
2. RINGKASAN PRAANGGAPAN..............................................................2
2.1 Definisi Praanggapan Menurut Para Ahli..........................................2
2.2 Jenis-Jenis Praanggapan......................................................................2
3. PEMBAHASAN..........................................................................................4
3.1 Pengertian Praanggapan......................................................................4
3.2 Jenis-Jenis Praanggapan......................................................................3
3.3 Ciri-Ciri Praanggapan..........................................................................6
3.4 Bentuk Praanggapan.............................................................................6
4. PENUTUP....................................................................................................8
4.1 Simpulan................................................................................................8
4.2 Saran........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................9

i
PRAANGGAPAN

1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Hubungan peranggapan dan entailmen bisa diartikan tumpang tindih,
peranggapan lebih menekankan pada asumsi atau inferensi ujar, namun entailmen
berusaha memaparkan logika yang sebenarnya. Kehadiran entailmen disini bisa
mematahkan peranggapan yang terjadi. Entailmen berusaha mencari kelogisan dari
peranggapan. Hal ini bisa dilihat dari pendapat yule (2006) yang menyatakan bahwa
entailmen adalah sesuatu yang secara logis ada atau mengikuti apa yang ditegaskan
didalam tuturan. Sebagai informasi yang diasumsikan dapat diidentifikasi secara tepat
yang akan diasosiasikan dengan tuturan. Mey (1998) menjelaskan bahwa entailmen
adalah bisnis logika, ini menunjukkan perkiraan bahwa dalam hal apapun yang
relevan dalam analisis logis dari bahasa alami. Entailmen bukan konsep pragmatic
(karena berhubungan dengan maksud penutur), tetapi entailmen dianggap sebagai
suatu konsep logis yang murni.
Pranggapan pragmatik merupakan inferensi pragmatik yang sensitive terhadap
faktor konteks. Pranggapan mengandung makna semua latar belakang asumsi yang
dapat membuat suatu tindakan, teori, ungkapan ataupun tuturan masuk akal. Levinson
menyimpulkan bahwa definisi-definisi mengenai eranggapan pragmatik mengandung
dua hal pokok yaitu kesesuaian atau kepuasan dan pemahaman bersama. Bertolak dari
dua hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pemahaman bersama dan kesesuaian
merupakan hal-hal mendasar dalam berbagai definisi mengenai pranggapan
pragmatik.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan definisi praanggapan?


2. Jelaskan apa saja jenis-jenis praanggapan
3. Apa saja ciri-ciri praanggapan?
4. Jelaskan bentuk-bentuk praanggapan

1
2. Ringkasan Praanggapan
2.1 Definisi Praanggapan Menurut Para Ahli
Menurut George Yule (2014:43) menyatakan bahwa praanggapan atau
presupposisi adalah sesuatu yang diasumsikan oleh penutur sebagai kejadian
sebelum menghasilkan suatu tuturan. Yang memiliki presuposisi adalah penutur bukan
kalimat.

Achmad dan Abdullah (2012: 140) menyebut praanggapan sebagai


rujukan, yaitu anggapan dasar atau penyimpulan dasar mengenai konteks dan
situasi berbahasa yang membuat bentuk bahasa menjadi bermakna bagi
pendengar/pembaca.

2.2 Jenis-Jenis Praanggapan

1. Praanggapan Eksistensial

praanggapan eksistensial adalah praanggapan yang mengasosiasikan


adanya suatu keberadaan.

 “Khoiron adalah pria yang baik dan lugu”

2. Praanggapan Faktif
Presuposisi (praanggapan) faktif adalah praanggapan di mana informasi
yang dipraanggapkan mengikuti kata kerja dapat dianggap sebagai suatu
kenyataan.
 “Andi tidak menyadari bahwa dia sakit”

3. Praanggapan Leksikal
Presuposisi (praanggapan) leksikal dipahami sebagai bentuk praanggapan di
mana makna yang dinyatakan secara konvensional ditafsirkan dengan
praanggapan bahwa suatu makna lain (yang tidak dinyatakan) dipahami.
 Wahyudi : “ron kenapa sih kamu kok tidak mau pacaran lagi dengan dia?”
 Khoiron : “aku tak mau diduakan lagi!!”

4. Praanggapan nonfaktif
Presuposisi (praanggapan) non-faktif adalah suatu praanggapan yang
diasumsikan tidak benar.
 “saya membayangkan kalau andi jadian dengan putri pasti akan seru dan pasti
akan akan ada perang dingin”

2
5. Praanggapan Struktural
Presuposisi (praanggapan) struktural mengacu pada sturktur kalimat-kalimat
tertentu telah dianalisis sebagai praanggapan secara tetap dan konvensional bahwa
bagian struktur itu sudah diasumsikan kebenarannya. Hal ini tampak dalam
kalimat tanya, secara konvensional diinterpretasikan dengan kata tanya (kapan dan
di mana) sesudah diketahui sebagai masalah.
 “apa saja penghargaan yang diterima oleh pak Rasmian ditingkat nasional?”

6. Praanggapan Konterfaktual
Presuposisi (praanggapan) konterfaktual berarti bahwa yang di praanggapkan
tidak hanya tidak benar, tetapi juga merupakan kebalikan (lawan) dari benar atau
bertolak belakang dengan kenyataan.
 “andaikan kamu temanku, kamu pasti akan menolongku”

3
3. Pembahasan
3.1 Pengertian Praanggapan
Praanggapan (presuposisi) berasal dari kata to pre-suppose, yang dalam
bahasa Inggris berarti to suppose beforehand (menduga sebelumnya), dalam arti
sebelum pembicara atau penulis mengujarkan sesuatu ia sudah memiliki dugaan
sebelumnya tentang kawan bicara atau hal yang dibicarakan. Pranggapan merupakan
anggapan awal yang secara tersirat dimiliki oleh sebuah ungkapan kebahasaan sebagai
bentuk respon awal pendengar dalam menghadapi suatu ungkapan kebahasaan
tersebut.

3.2 Jenis- jenis Praanggapan


3.2.1 Praanggapan Eksistensial
Prangapan eksistensial adalah prangapan yang mengasosiasikan
adanya suatu keberadaan. Penyebab pranggapan ini tidak hanya di asumsikan
terdapat dalam susunan posesif tetapi juga lebih umum dalam frasa nomina
tertentu. Penggunaan unkapan-ungkapan apa pun, penuturan diasumsikan
terlibat dalam keberadaan entitas-entitas yang disebutkan, misalnya:
“Septy temanku di unesa yang cantik itu mendapatkan nilai A pada mata
kuliah pragmatic”.
Tuturan dalam kalimat tersebut mengadung peranggapan eksistensial
kalau ada mahasiswi unesa yang cantik dan mendapatkan nilai A pada mata
kuliah pragmatic.
3.2.2 Praanggapan Faktif
Praanggapan faktif merupakan praanggapan yang mengikuti kata kerja
yang dapat di anggap sebagai suatu kenyataan. seerti contoh berikut,
disebutkan bahwa kata kerja “menemukan“ mempranggapkan informasi yang
disampaikan. Berikut dipaparkan contoh penyebab pranggapan faktif.
Sejumlah kata kerja seperti: tahu, menyadari, menyesal, sadar, mengherankan,
dan gembira. memiliki pranggapan faktif. berikut disajikan contohnya :
“saya tidak sadar bahwa dia sudah menikah”
Tuturan kalimat ini mempranggapkan bahwa ‘dia sudah menikah‘.
frasa ‘tidak sadar’ memberikan aumsi saya tidak menyadari bahwa
kenyataannya “dia sudah menikah”
3.2.3 Praanggapan nonfaktif
peranggapan non-faktif adalah suatu pranggapan yang diasumsikan
tidak benar. Kata-kata kerja seperti “bermimpi”, “membayangkan”, “berpura-

4
pura” dan lainnya. Peranggapan non-faktif ini digunakan dengan pranggapan
yang mengikutinya tidak benar. Berikut contoh kebenaran pranggapan non-
faktif:

“saya bermimpi bahwa saya ditunjuk oleh presiden susilo bambang


yudhoyono untuk mengantikan Menteri Pendidikan Republik Indonesia yang
di anggap belum mampu memajukan pendidikan Indonesia”.
Tuturan diatas memperanggapkan bahwa saya bukan orang yang
ditunjuk Presiden SBY untuk mengantikan menteri pendidikan yang dianggap
gagal membangun pendidikan di Indonesia.
3.2.4 Praanggapan Leksikal
Peranggapan leksikal merupakan peranggapan yang dalam pemakaian
suatu bentuk dengan makna yang dinyatakan secara konvensional ditafsirkan
dengan peranggapan lain (yang tidak dinyatakan) dipahami. Di dalam kasus
peranggapan leksikal, pemakaian ungkapan khusus oleh penutur diambil
untuk memperanggapkan sebuah konsep lain (tidak dinyatakan), sedangkan
pada kasus peranggapan faktif, pemakaian ungkapan khusus diambil untuk
memperanggapkan kebenaran informasi yang disampaikan oleh penutur.
Contoh :
(a) Dulu Andi merokok
(b) Dulu Andi bekerja
Praanggapan tersebut muncul dengan adanya penggunaan kata
‘berhenti’ dan di PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) yang menyatakan Andi
pernah merokok dan bekerja sebelumnya, namun sekarang sudah tidak lagi.
3.2.5 Praanggapan Struktural
Praanggapan ini adalah praanggapan yang dinyatakan melalui tuturan
yang strukturnya jelas dan langsung dipahami tanpa melihat kata-kata yang
digunakan.
Ada apa dalam lemari itu?
Tuturan di atas menunjukkan praanggapan yaitu:
(a) Ada sesuatu yang tersimpan dalam lemarimengetuk pintu
(b) Lemari tersebut kosong
Praanggapan yang menyatakan ‘sesuatu’ sebagai obyek yang
dibicarakan dan dipahami oleh penutur melalui struktur kalimat tanya yang
menanyakan ‘apa’.
3.2.6 Praanggapan Konter Faktual

5
praanggapan ini menghasilkan pemahaman yang berkebalikan dari
pernyataannya atau kontradiktif. Kondisi yang menghasilkan praanggapan
seperti ini biasanya dalam tuturannya mengandung ‘if-clause’ atau
pengandaian. Hasil yang didapat menjadi kontradiktif dari pernyataan
sebeblumnya.
Contoh:
Kalau hari ini Sinta datang, dia akan bertemu dengan Andi.
Dari contoh tuturan di atas, kita dapat melihat praanggapan yang muncul
adalah:
(a) Sinta tidak datang
(b) Sinta tidak bertemu Andi
Praanggapan tersebut muncul dari kontradiksi kalimat dengan adanya
penggunaan kata ‘kalau’. Penggunaan kalau membuat praanggapan yang
kontradiktif dari tuturan yang disampaikan.

3.3 Ciri-Ciri Praanggapan


Ciri praanggapan yang mendasar adalah sifat keajegan di bawah
penyangkalan (Yule;2006:45). Hal ini memiliki maksud bahwa praanggapan
(presuposisi) suatu pernyataan akan tetap ajeg (tetap benar) walaupun kalimat
itu dijadikan kalimat negatif atau dinegasikan. Sebagai contoh perhatikan beberapa
kalimat berikut :
(2) a. Gitar Budi itu baru
(2) b. Gitar Budi tidak baru
Kalimat (2b) merupakan bentuk negatif dari kaliamt (2a). Praanggapan
dalam kalimat (2a) adalah Budi mempunyai gitar. Dalam kalimat (2b), ternyata
praanggapan itu tidak berubah meski kalimat (2b) mengandung penyangkalan tehadap
kalimat (2a), yaitu memiliki praanggapan yang sama bahwa Budi mempunyai gitar.
Wijana dalam Nadar (2009 : 64) menyatakan bahwa sebuah kalimat
dinyatakan mempresuposisikan kalimat yang lain jika ketidakbenaran kalimat yang
kedua (kalimat yang diprosuposisikan) mengakibatkan kalimat pertama (kalimat yang
memprosuposisikan) tidak dapat dikatakan benar atau salah. Untuk memperjelas
pernyataan tersebut perhatikan contoh berikut. (3) a. Istri pejabat itu cantik sekali b.
Pejabat itu mempunyai istri
Kalimat (3b) merupakan praanggapan (presuposisi) dari kalimat (3a). Kalimat
tersebut dapat dinyatakan benar atau salahnya bila pejabat tersebut mempunyai istri.
Namun, bila berkebalikan dengan kenyataan yang ada (pejabat tersebut tidak
mempunyai istri), kalimat tersebut tidak dapat ditentukan kebenarannya.

6
3.4 Bentuk Praanggapan
1. Praanggapan Semantik
Praanggapan semantik adalah praanggapan yang dapat ditarik dari pernyataan
atau kalimat melalui leksikon atau kosakatanya.
Contoh: Bu Lusi tidak jadi berangkat kuliah. Anak bungsunya demam.
Dari kata-kata yang ada dalam pernyataan itu dapat ditarik praanggapan sebagai
berikut:
a. Bu Lusi seharusnya berangkat kuliah.
b. Bu Lusi mempunyai beberapa anak.

2. Praanggapan Pragmatik
Praanggapan pragmatik adalah anggapan yang ditarik berdasarkan konteks
suatu kalimat atau pernyataan itu diucapkan. Konteks disini dapat berupa situasi,
pembicara, lokasi dan lain-lain.
Contoh:
“Harganya murah sekali”, sebagai jawaban pertanyaan,”Berapa harganya?”
Praanggapan tak dapat kita berikan kalau konteksnya tidak kita ketahui karena
mungkin kata “murah” itu berarti “mahal sekali”.

7
4. Penutup
4.1 Simpulan
Sebuah kalimat dikatakan memperanggapkan kalimat lain jika ketidak
benaran kalimat yang kedua (jika diperanggapkan) mengakibatkan kalimat
yang pertama (yang memperanggapkan tidak dapat dikatakan benar atau salah.
Peranggapan kalimat sederhana akan berlangsung benar apabila kalimat
sederhana itu menjadi bagian dari kalimat yang lebih kompleks. Arti dari
keseluruhan kalimat itu merupakan gabungan dari arti bagian-bagian kalimat
itu, akan tetapi arti dari sebagian pranggapan (sebagai “bagian-bagian”) tidak
mampu menjadi arti dari beberapa kalimat kopleks (sebagai keseluruhan).

4.2 Saran
1. Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan
dalam memahami konsep praanggapan serta contoh analisisnya dalam
pragmatik, bagi mahasiswa maupun seluruh anggota masyarakat.
2. Penulisan makalah ini masih sangat sederhana, sehingga diperlukan
penulisan makalah sejenis lebih lanjut dengan data yang lebih
bervarian dan dapat memberikan simpulan lebih kuat.
3. Selain itu sebagai generasi penerus bangsa agar lebih meningkatkan
pemahaman dan pengetahuan mengenai manfaat kepenulisan sejak
dini.
4. Lebih banyak buku acuan mengenai konsep praanggapan dan contoh
analisisnya dalam pragmatik

8
DAFTAR PUSTAKA

Bahasan, A. Subpokok, and C. Uraian Materi. "PRAANGGAPAN, IMPLIKATUR, DAN


ENTAILMEN."
Dia, Eva Eri. "Analisis Praanggapan." LECTURER REPOSITORY (2019).
Joko Yulianto.2012. Praanggapan dalam Tutur Kata. Di terbitkan : Blogspot.com.
Levinson, Stephen. 1983.Pragmatics. Cambridge : University Press.
Mey, Jacob L. 1998. Consice Encyclopedia of Pragmatics. Oxford : Elseivier Scieence Ltd.
Wijana, I. Dewa Putu. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi Offset.
Yule, George. 2006. Pragmatic. Terjemahan oleh indah fajar wahyuni. Yogyakarta: pustaka
pelajar.

9
10

Anda mungkin juga menyukai