Anda di halaman 1dari 7

Nama : Satria Ichwan Pradhiksa Putra

Kelas : XII MIPA 3


No.Absen : 26

Bintang dan Cita-Cita

Di Galaksi Sculptor (NGC 253), terdapat planet yang disebut Aetherium Spire . Di salah satu
kota futuristik bernama Valoran, hidup seorang remaja berhati besar bernama Xayah. Sejak kecil,
Xayah selalu tertarik pada bintang-bintang yang bersinar di malam hari, membayangkan bahwa
setiap bintang adalah sebuah cita-cita yang menunggu untuk dikejar.
“Alangkah indahnya bintang-bintang itu. Andaikan saja bintang-bintang itu seperti suatu cita-cita
yang akan menerangi indahnya planet ini.” gumam Xayah sambil memainkan sebuah Emblem
Bintang di tangannya.
Sesaat setelah bergumam tidak jelas, Xayah dipanggil oleh seseorang yang lain dan tidak bukan
adalah orang tuanya sendiri.
“Xayah! Makananmu sudah siap , mari kita makan.” seru Ibu Xayah yang sedang
mempersiapkan makanan diatas meja.
“Iya, Bu.” sahut Xayah dengan suara lirih.
Begitulah sebuah percakapan singkat antara Xayah dengan orang tuanya.
Valoran adalah kota di mana penduduknya hidup di platform antariksa yang menggantung di atas
planet. Di sini, teknologi canggih memungkinkan penduduk untuk berkomunikasi dengan benda-
benda luar angkasa dan menjelajahi galaksi. Setiap warga Valoran memiliki impian besar yang
dijajaki melalui teknologi canggih.
“Ah…. Indah sekali kota ini, entah mengapa setiap aku melihat kota ini hatiku terasa bergetar
seakan kota ini memiliki arti tersendiri dalam kehidupanku.” gumam Xayah sambil mengemut
permen yang dibelinya dari sebuah kedai di pojok gang.
Langkah Xayah tiba-tiba terhenti Ketika melihat sebuah Billboard yang memberitakan
bahwasanya sebuah entitas tidak dikenal sedang menginvasi planet Galaxara Nexus yang
merupakan tetangga dari planet Aetherium Spire.
Xayah pun tertarik pada berita tersebut.
“Wah wah wah ada apa ini? Sepertinya ada sesuatu hal yang menarik.” gumamnya.
Xayah adalah siswa di Sekolah Antariksa Valoran, tempat di mana para pemuda dan pemudi
belajar untuk menjadi eksplorator antariksa. Mereka belajar navigasi bintang, teknologi
antariksa, dan seni mengejar cita-cita di antara bintang-bintang. Sesaat setelah sampai di
sekolah , Xayah melambaikan tangan dan menyapa beberapa temannya.
“Oy… Orianna , Rakan dan ‘Si Mandor’ . Ezreal!”
Xayah pun berlari menghampiri teman sekelasnya, Orianna, Ezreal dan Rakan, yang memiliki
impian besar seperti dirinya.
“Tungguin dulu lah, kalo jalan jangan cepet-cepet napa dah?.” tanya Xayah dengan wajah seperti
Zeus yang kalah main slot.
“Lha kau sih lama banget datangnya , udah telat juga masih sok-sok an kayak nggak terjadi apa-
apa.” jawab Ezreal.
“Diem lu Mandor sialan!, gw kan udh lari sekencang mungkin ampe gunain Skill 1 gw.” bantah
Xayah.
Tiba-tiba Rakan mendekap Xayah yang sedari tadi wajahnya murung terus.
“Ada masalah apa sih, yah? Kok dari tadi murung mulu,” tanya Rakan dengan tangannya yang
mendekap Xayah begitu erat.
“Ya gapapa sih , cuman kesel aja kemaren pas gw lewat depan kedainya Bang Garen,” jawab
Xanyah sambil berusaha melepaskan diri dari dekapan Rakan yang sekuat Atom di film Real
Steel.
“Emangnya ada apaan di kedainya Bang Garen?” sahut Orianna yang tiba-tiba menyenggol
Xayah.
Sambil melepaskan dekapan Rakan, Xayah menjawab pertanyaan dari Orianna, “Gw liat
Billboard depan kedainya Bang Garen , dan gw liat berita invasi dari entitas yang ga dikenal …
katanya sih entitas itu menginvasi planet tetangga kita.”
Dengan ekspresi terkejut , Orianna bertanya, “Maksud lo planet Galaxara Nexus yang terkenal
kuat dalam menghadapi musuh itu?”
“Yoi,” jawab Xayah sambil berjalan menuju kelasnya.
Sementara itu, Rakan dan Ezreal nampak biasa-biasa saja ketika mendengar berita tersebut.
“Ya… namanya juga entitas ga dikenal , siapa tahu kan mereka lebih kuat daripada Star
Guardian miliknya Galaxara Nexus.”
Sambil berpikir , Xayah mengiyakan pernyataan yang diberikan oleh kedua temannya itu, “Bener
juga ya.”
Ketika asik mengobrol dengan teman-temannya, Xayah tidak menyadari kalau pelajaran sudah
dimulai. Seketika Xayah dan teman-temannya duduk dibangku massing-masing
Para siswa menjalani pelatihan fisik dan mental yang intensif. Mereka menghadapi simulasi
antariksa, belajar mengoperasikan pesawat luar angkasa, dan mengatasi tantangan di galaksi
simulasi. Rintangan tidak hanya melibatkan kemampuan teknis, tetapi juga ketahanan batin dan
semangat untuk mencapai impian.
Suatu hari, akademi mengumumkan misi eksplorasi ke Nebula Omega, sebuah wilayah kosmos
yang masih belum terjelajahi. Xayah, Orianna, Ezreal dan Rakan dipilih untuk menjadi bagian
dari tim eksplorator. Mereka merasa terpanggil begitu pula ragu untuk menjelajahi keindahan
dan misteri yang tersembunyi di dalam nebula tersebut.
“Akhirnya… gw bisa menjelajah ke luar angkasa!” seru Xayah yang sedari tadi sudah sangat
Excited begitu mendengar bahwa dirinya dan teman-temannya terpilih untuk melakukan misi
eksplorasi.
Sementara itu, Rakan dan Ezreal tampak tidak terlalu senang dengan keputusan tersebut.
“Ya… seenggaknya kita punya temen yang kita kenal, betul tidak Pak Mandor ?” kata Rakan.
“Yoi… sebenernya gw juga ga terlalu tertarik ama eksplorasi atau apapun itu, mengingat invasi
yang diberitain itu gw jadi rada ngeri-ngeri sedap gitu.” sahut Ezreal.
Sembari mereka bertiga sedang mengekspresikan tanggapan masing-masing , Orianna tampak
kesal dengan keputusan tersebut yang menurutnya terlalu beresiko jika dilakukan oleh pemula
seperti mereka ber-empat. Orianna sempat protes kepada pembimbingnya.
“Ini serius, Pak? Kita ber-empat kan belum memiliki pengalaman apapun untuk menjalankan
misi yang bisa terbilang berat tersebut.”
“Iya, toh kalian juga nanti bisa belajar sambil menjalankan misi yang diberikan.” jawab
pembimbing tersebut.
Orianna pun berjalan meninggalkan pembimbingya yang dianggap tidak peduli dengan
keselamatan mereka ber-empat.
Setelah kejadian itu, mereka akhirnya pulang ke rumah masing-masing untuk mempersiapkan
peralatan yang akan dibawanya esok hari. Orianna menanyakan keyakinan teman-temannya serta
memberi tahu tanggapan pembimbing mereka terhadap misi tersebut lewat Hologram.
“Guys… kalian yakin mau ngambil misi itu? Gw tadi udh nanya ke pembimbing kita, dan
kayaknya dia nggak terlalu mikirin keselamatan kita,”
“Klo gw sih oke-oke aja , soalnya itu tuh impian gw sedari kecil.” jawab Xayah.
Mereka berdua terlalu asik mengobrol , dan tidak menyadari bahwa Rakan dan Ezreal AFK
selama satu jam. Ketika Orianna menanyakan keyakinan mereka , Orianna baru tersadar kalua
mereka berdua sedang AFK.
“Jadi gimana menurut lo? Oy… Rakan! Aelah dianya AFK dong.”
“Lo juga Ezreal , malah AFK juga hadehh…,” sambung Orianna dengan ekspresi kesal.
Satu jam pun berlalu , dan Rakan pun kembali Online dengan disusul ‘Si Mandor’ sialan itu.
“Ehh… maap guys , gw tadi ketiduran . Tadi kalian ngomongin apa ya?” ujar Rakan dan Ezreal.
Orianna menjawab pertanyaan mereka berdua dengan wajah yang sangat tidak mengenakkan,
“Kalian berdua tuh yakin ga klo kita ikut misi eksplorasi itu?”
“Gw mah terserah ama atasan ajah.” jawab mereka kompak.
Setelah percakapan yang memakan waktu dua jam tersebut, mereka ber-empat memutuskan
berjalan-jalan mengelilingi kota Valoran pada malam hari. Saat mereka lewat didepan kedai
Bang Garen , mereka ber-empat dipanggil Bang Garen dan diberi suatu wejangan.
“Sini kalian… denger-denger kalian diberi misi mengeksplorasi ke Nebula Omega, ya?” tanya
Bang Garen penasaran.
“Iya, Bang.” jawab mereka kompak.
“Widihhh , selamat ya… tapi hati-hati kalau kalian ketemu makhluk yang bernama ‘Herald’.”
“Lah , emangnya tuh makhluk kayak apa bentuknya , Bang?” sahut mereka kompak nan
semangat.
Bang Garen menjelaskan ciri-ciri makhluk tersebut dan mengapa makhluk itu dianggap
berbahaya. Setelah beberapa menit berbincang masalah makhluk tersebut , Rakan dan Ezreal
merasa ngeri mendengar perbuatan yang dianggap ‘Brutal’ oleh makhluk tersebut.
“Kalau gitu bagaimana kita menghadapinya , Bang?” tanya Rakan dan Ezreal yang badannya
gemetaran disertai keringat dingin.
“Jika kalian diserang makhluk itu , cepat-cepatlah gunakan Skill yang kalian punya terutama
Skill milikmu!” tegas Bang Garen sambil menunjuk Xayah dan Ezreal.
“Jangan sampai ketakutan dan kehampaan dalam diri kalian bangkit secara bergantian,” sambung
Bang Garen dengan tatapan yang serius.
Setelah mendengar wejangan dari Bang Garen , mereka ber-empat pulang ke rumah masing-
masing.
Keesokan harinya , mereka mulai menyiapkan barang yang digunakan untuk bertahan hidup dan
melawan entitas tidak dikenal apalagi bertemu dengan ‘Herald’ yang membuat bulu kuduk
Rakan dan Ezreal berdiri.
“Tenanglah kawan . Percayalah bahwa kita akan kembali dengan selamat tanpa ada satu anggota
yang berkurang.” ujar Orianna meyakinkan semua teman-temannya.
“Benar kata Orianna teman-teman , kita tidak boleh kalah dengan makhluk yang kita sendiri
tidak tahu rupa dan kekuatannya,” sahut Xayah dengan penuh keyakinan.
Mereka memulai perjalanan ke Nebula Omega dengan berharap tidak bertemu ‘Herald’ agar misi
mereka lancar serta dapat mewujudkan cita-cita mereka untuk mengeksplorasi seluruh dunia.
Dalam perjalanan mereka ke Nebula Omega, tim eksplorator menemukan sesuatu yang tak
terduga. Mereka menemukan sinyal dari peradaban luar angkasa yang hilang, membuka pintu ke
misteri yang lebih besar di alam semesta. Temuan ini menggoyahkan keyakinan mereka dan
mempertanyakan arti eksplorasi dan cita-cita mereka.
“Apakah ini yang dinamakan Another World ?” tanya mereka ke pembimbing.
“Ya, ini lah yang dinamakan Another World , dimana benda-benda asing dan makhluk yang
berwujud aneh berada,” jawab pembimbing santai.
Misi di Nebula Omega tidak hanya menguji keterampilan teknis mereka, tetapi juga menjalin
persahabatan yang mendalam. Xayah, Orianna, Ezreal dan Rakan saling mendukung dan
mengatasi ketidakpastian di tengah ruang hampa angkasa. Mereka menemukan bahwa
keberanian dan tekad terbesar muncul dalam pertemanan dan hubungan manusiawi.
Akan tetapi , ketika mereka sedang mengeksplorasi tempat aneh yang bertuliskan “tor zum
jenseits” . Mereka tidak menyadari bahwa disana terdapat makhluk yang berciri-ciri seperti
‘Herald’ yang telah diceritakan oleh Bang Garen.
Orianna dan Xayah berjalan kembali menuju ke tempat awal mereka diturunkan . Sedangkan
Rakan dan Ezreal masih mengeksplorasi tempat tersebut dengan tidak menyadari ‘Herald’ telah
berada di belakang mereka.
Seketika Orianna dan Xayah berteriak memanggil nama mereka berdua, “EZREAL, RAKAN!
CEPAT KEMBALI KE SINI!”
Ezreal dan Rakan pun menyadari suara teriakan tersebut dan langsung berlari tanpa
memperdulikan apapun di bawahnya. “KREKK” suara Rakan yang tidak sengaja menginjak
kepala makhluk itu.
Tanpa pikir panjang , Orianna dan Xayah menghampiri mereka sambil mengeluarkan sebilah
pedang Excalibur dan sepucuk senapan Rail Gun dari tas mereka.
“SRRT!SRRT!SRRT!” (Suara tembakan dari kejauhan)
Disusul dengan Orianna yang menghunuskan pedangnya ke arah makhluk itu.
“TRING!TRING!TRING!” (Suara tebasan pedang dari Orianna)
Pada saat inilah mereka berdua (Xayah dan Ezreal) mengingat wejangan dari Bang Garen.
Mereka langsung mengeluarkan Skill masing-masing yaitu, Blast Arrow yang dimiliki oleh
Ezreal , dan Flash Teleport yabg dimiliki oleh Xayah secara bergantian untuk menyelamatkan
Rakan.
Sembari menembaki ‘Herald’ dengan susah payah , Orianna tidak lupa mengeluarkan
Distraction Smoke Shot yang dianggap efektif untuk mengalihkan perhatian makhluk itu.
Sayangnya ketika proses perlawanan yang sengit tersebut , Rakan terkena cakar dari ‘Herald’
yang mengandung racun. Kondisi Rakan yang semakin memburuk akibat racun tersebut
membuat sekuruh teman-temannya bersedih.
Setelah beberapa jam berlalu, pertarungan tersebut berhasil dimenangkan oleh tim eksplorator.
Akan tetapi , kondisi Rakan yang bertambah parah membuat tim eksplorator terpaksa
membatalkan penjelajahan mereka.
Dalam perjalanan pulang Xayah, Orianna, dan Ezreal saling memberikan dukungan kepada
Rakan yang sedang Sekarat , “Tetaplah tegar kawan , jangan kalah sama racun sialan itu!” seru
Xayah yang panik.
Namun, Na’as nya Rakan meninggal dalam perjalanan menuju Kota Valoran. Orianna merasa
jengkel dan marah kepada pembimbingnya yang tidak memperdulikan keselamatan mereka ber-
empat dan malah santai saat mendengar kalua Rakan tewas.
Dengan amarah yang sudah mencapai klimaks dan tidak dapat ditahan lagi, terdengar suara
“PLAK!” diikuti dengan suara “SROKK!”. Semua orang yang ada di pesawat berlari menuju ke
arah suara tersebut , tak tekecuali Xayah dan Ezreal.
Betapa terkejutnya mereka mengetahui bahwa Orianna menampar dan melempar pembimbing
yang selalu mereka semua takuti dikarenakan kepimimpinannya yang kasar dan tidak
memperdulikan keselamatan orang lain ke luar pesawat tanpa rasa bersalah sedikitpun.
Mereka semua bersorak, “HOREEEE!” sambil mengangkat Orianna.
Ketika mereka kembali ke Valoran, mereka menghadapi pertanyaan tentang arti eksplorasi dan
cita-cita. Apakah impian mereka hanya tentang menemukan hal-hal baru, atau juga tentang
pengertian lebih dalam tentang kehidupan dan eksistensi? Xayah, Orianna, dan Ezreal
menghadapi keraguan pribadi dan menemukan bahwa perjalanan mereka tidak hanya tentang
bintang-bintang, tetapi juga tentang perjalanan batin, arti dari sebuah persahabatan, dan rasa sakit
ditinggalkan oleh teman seperjuangan.
Setelah satu hari sejak kejadian tersebut , Xayah, Orianna, dan Ezreal mengunjungi upacara
pemakaman Rakan yang merupakan sahabat yang sudah mereka anggap sebagai saudara sendiri.
Kini mereka tinggal ber-tiga yang membuat mereka menangis tiada henti hingga upacara
pemakaman Rakan selesai.
Satu bulan berlalu, saat mereka menghadiri sebuah acara kembang api yang megah di Valoran,
Xayah, Orianna, dan Ezreal diberi sambutan hangat dan diakui oleh pemerintah serta masyarakat
setempat sebagai pahlawan eksplorasi dan mendapat julukan “STAR GUARDIAN”. Mereka
menyadari bahwa sementara galaksi itu sendiri adalah panggung untuk mengejar cita-cita,
cahaya sejati berasal dari dalam, dari tekad, persahabatan, makna yang mereka temukan dalam
perjalanan hidup, dan arti dari sebuah pengorbanan yang mulia.

Anda mungkin juga menyukai