Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

KISAH SUKSES PENGELOLAAN ZAKAT PADA ZAMAN


UMAR BIN ABDUL AZIZ

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah studi Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu:
Siti Nur Azizah (02040320052)

Dibuat Oleh:
MOH. RIZKI SYAFIULLAH
NIM: 08020523026

PROGRAM STUDI MANAJEMEN ZAKAT DAN WAKAF


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongannya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita
yaitu Nabi Muhammad SAW.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas akhir dari mata kuliah Studi
Bahasa Indonesia dengan judul “Kisah Pengelolan Zakat Pada Zaman Umar Bin
Abdul Aziz”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini,
semoga makalah ini dapat memberikan wawasan dan kontribusi positif bagi
pembaca.
Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan dalam
penyelesaian makalah ini.

Surabaya, 14 Desember 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang.............................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
1.3. Tujuan ........................................................................................................... 1
BAB II ..................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 2
2.1. Zakat Di Masa Kepemimpinan Umar Bin Abdul Aziz ............................... 2
2.2. Memberlakukan Zakat secara tepat .............................................................. 3
BAB III.................................................................................................................... 5
PENUTUP ............................................................................................................... 5
3.1. KESIMPULAN ............................................................................................ 5
3.2. SARAN......................................................................................................... 5
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 6

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Umar bin Abdul Aziz dilahirkan sekitar tahun 682 M. Umar dilahirkan di
Hulwan, nama sebuah desa di Mesir. Ayahnya, Abdul Aziz bin Marwah,
pernah menjadi gubernur di wilayah itu. Abdul Aziz adalah adik dari Khalifah
Abdul Malik. Ibunya adalah Ummu Asim binti Asim. Umar adalah cicit dari
Khulafaur Rasyidin kedua, Umar bin Khattab, dimana umat Muslim
menghormatinya sebagai salah seorang sahabat Nabi yang paling dekat.
Sejarah gemilang pengelolaan zakat mengemuka pada era Umar bin Abdul
Aziz, di mana pada masa saat ini, ijtihad zakat atas penghasilan ditetapkan oleh
khalifah dan bersifat wajib. Kebijakan ini berdampak pada melimpahnya dana
Baitul Mall yang digunakan pemerintah untuk membantu fakir dan miskin.
Pada masa kepemimpinannya mampu mengentaskan kemiskinan dalam
waktu dua setengah tahun atau tiga puluh bulan, artinya dana zakat berhasil
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, hingga tidak ada lagi orang yang mau
menerima zakat.
Kesejahteraan rakyat di masa Umayyah betul-betul terjamin. Cerita tentang
harta zakat yang tidak terdistribusi-kan karena tidak adanya fakir miskin
yang berhak menerima kembali terulang. Yahya bin Said, seorang petugas
zakat pada waktu itu berkata, “Saya pernah diutus oleh Khalifah
Umar bin Abdul Azis untuk memungut zakat ke Afrika. Setelah
memungutnya, saya bermaksud untuk membagikannya kepada fakir miskin.
Namun saya tidak menemukan seorang pun. Umar bin Abdul Azis telah
menjadikan semua rakyatnya hidup dalam kecukupan ekonomi. Akhirnya
saya putuskan untuk membeli budak lalu memerdekakannya.”1
Kemakmuran itu merata diseluruh wilayah kekhilafahan Islam. Tidak
hanya di Afrika, tapi juga di Irak dan Bashrah. Dalam kitab al-Amwal, Abu
Ubaid menuliskan bahwa Umar bin Abdul Azis pernah menulis surat kepada
Abdul Hamid bin Abdurrahman, gubernur Irak, agar membayar gaji dan hak
rutin diwilayah itu. Namun ternyata Abdul Hamid sudah melakukan itu semua.
Umar bin Abdul Azis pun menyerukan kepada agar jika ada warga negaranya
yang belum bekerja segera melapor kepada negara, maka negara akan
memberinya pekerjaan atau siapa saja pemuda yang mau menikah tapi
kesulitan bayar mahar, maharnya akan ditanggung negara, atau warga negara
yang mempunyai hutang menumpuk sampai tidak bisa mengganti melunasinya
maka negara yang akan melunasinya.

1.2. Rumusan Masalah


1. Kisah Zakat di Zaman Umar Bin Abdul Aziz
2. Bagaimana Tata Kelola yang dilakukan Umar Bin Abdul Aziz

1.3. Tujuan
1. Mengerti seperti apa Zakat pada Zaman Umar Bin Abdul Aziz
2. Memberlakukan Zakat secara tepat

1
Khaerul Aqbar dan Azwar Iskandar, “Kontekstualisasi Kebijakan Zakat Umar bin Abdul Aziz
dalam Perzakatan dan Pengentasan Kemiskinan di Indonesia,” Kajian Ekonomi dan Keuangan 3,
no. 3 (2019): 198–218,

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Zakat Di Masa Kepemimpinan Umar Bin Abdul Aziz


Dalam tulisan ini, tidak membahas secara rinci bagaimana biografi maupun
kehidupan Umar bin Abdul Aziz. Kami hanya fokus membahas bagaimana
pengelolaan zakat di masa kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz dalam
mensejahterakan kaumnya melalui sektor perekonomian . Umar bin Abdul
Aziz merupakan salah satu Pemimpin Islam yang mampu membawa Islam
pada puncak kejayaannya. Umar bin Abdul Aziz memberlakukan sejumlah
kebijakan untuk mewujudkan visinya tersebut. berkaitan dengan zakat, Umar
mengaturnya sedemikian rupa agar seluruh rakyat dapat menikmatinya.
Akhirnya, ia pun membagi beberapa kategori penyaluran zakat, antara lain
zakat untuk orang sakit, kaum difabel, dan dhuafa. Ia juga memerintahkan agar
zakat diberikan pula kepada mereka yang sedang dihukum dan terlilit utang.
Untuk menyiasati terhimpunnya kebutuhan anggaran zakat tersebut, Umar
menghemat seluruh pendapatan atau kas negara. Hal ini dilakukan dengan cara
tidak menerapkan gaji selangit bagi seluruh pejabat yang dipimpinnya.2
Memberantas tindak pidana korupsi yang dilakukan pejabat negara
sebelumnya dengan cara memecat para pejabat yang zalim dan menggantinya
dengan pejabat yang adil dan benar walaupun bukan dari golongan Bani
Umayyah. Hal itu dilakukan karena pada pemerintahan sebelumnya tidak
ada keadilan dalam menjalankan setiap kebijakan pemerintah.
Dampak dari kebijakan-kebijakan yang dilakukan Umar bin Abdul Aziz
dirasakan langsung oleh rakyatnya. Permasalahan rakyatnya benar-benar
diperhatikan oleh Umar, sehingga waktu kerjanya tidak memperhatikan siang
dan malam. Umar bin Abdul Aziz juga sangat takut terhadap Allah SWT,
sehingga amanah yang diembannya benar-benar dijalankan dengan sangat
maksimal. Pemerintahan Umar bin Abdul Aziz juga banyak dicatat oleh para
ulama sebagai pemerintahan yang fenomal dan bersejarah.
Pada masa pemerintahan sebelum Umar bin Abdul Aziz, kondisi
kesejahteraan rakyatnya meningkat. Hal ini ditandai dengan orang kaya sulit
untuk menyalurkan sedekahnya karena orang-orang yang dahulunya penerima
sedekah sudah menjadi orang yang mampu. Kondisi tersebut tentu sangat
berbeda dengan apa yang ada di Indonesia saat ini, dimana banyak sekali
pengemis/peminta-minta ditemukan dijalan raya, pasar, tempat-tempat umum
dan lain sebagainya.
Untuk melihat gambaran kesejahteraan rakyat Umar bin Abdul Aziz, berikut
pernyataan salah seorang putera Zaid bin Khattab. Umar bin Abdul Aziz
menjadi khalifah hanya dua setengah tahun. Itu samaartinya dengan tiga puluh
bulan. Tidaklah ia meninggal sampai ada seorang ketika itu yang menitipkan
hartanya kepada kami dalam jumlah besar. Ia berpesan: "Bagikan ini kepada
orang-orang fakir." Sampai malam hari ia menunggu siapa orang yang akan
diberinya harta sedekah itu tapi tidak menemukan. Akhirnya ia pulang
2
Dkk Kamaluddin, I., “Keberhasilan Perekonomian Islam ( Sebuah Kajian Historis terhadap
Reformasi Ekonomi Umar Bin Abdul Aziz),” Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam 7, no. 03 (2021): 1530–
39,

2
membawa kembali harta yang ia niatkan untuk diseekahkan itu. Sungguh Umar
bin Abdul Aziz telah membuat manusia menjadi kaya.3
Saat itu Umar bin Abdul Aziz mencanangkan program bantuan kepada
orang-orang miskin. Bagi siapapun orang yang dililit hutang dan tak mampu
mengembalikannya maka pemerintah akanmembantunya dalam mengembalikan
hutang-hutangnya itu.Tentu ini adalah salah satu program untuk menyelamatkan
dan meningkatkan perekonomian rakyat. Hingga akhirnya datang sebuah surat
dari salah seorang pegawainya yang diantara isinya adalah sebagaimana berikut
ini: "Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya kami mendapati orang yang
mempunyai rumah, pembantu, perabotan rumah tangga yang lengkap serta
kendaraan. Apakah mereka perlu dibantu untuk mengembalikan hutangnya?"
Khalifah menjawab: "Seorang muslim itu harus mempunyai rumah untuk
berteduh, pembantu yang membantunya sehari-hari, kuda untuk berjihad
melawan musuh serta perabotan untuk rumah-nya. Maka yang seperti itu jika
memiliki hutang tetaplah seorang yang perlu dibantu.". Begitulah gambaran
kemakmuran masyarakat pada masa itu.4
Salah satu fenomena ajaib yang terjadi pada masa pemerintahan Khalifah
Umar bin Ab-dul Aziz. Banyaknya orang yang berbondong-bondong masuk
kedalam agama Islam.Tentunya ada sebab kenapa mereka melakukan itu.
Diantaranya adalah karena mereka menyaksikan keindahan, kesempurnaan, dan
kebaikan Islam, indikator keberhasilan pemerintahan Umar bin Abdul Aziz adalah
terciptanya kenyamanan dan keamanan sosial. Pada masa pemerintahan Umar bin
Abdul Aziz, Islam dikembangkan tidak dengan peperangan akan tetapi beliau
lebih banyak fokus kepada perbaikan di internal. Umar bin Abdul Aziz pun
dikenal dengan kecerdasan, kematangan berfikir dan kebijaksanaan bersikap.5

2.2. Memberlakukan Zakat secara tepat


Umar bin Abdul Aziz adalah seorang khalifah yang adil sekaligus shalih.
Dalam masalah kebijakan zakat, Umar bin Abdul Aziz mempunyai ijtihad,
pemikiran, pandangan dan pendapat yang diberlakukan dalam pemerintahannya.
Umar bin Abdul Aziz sangat memperhatikan dan menjaga syariat zakat karena
merupakan hak yang diwajibkan oleh Allah SWT. Umar bin Abdul Aziz
mengikuti sunnah Nabi dalam hal penarikan zakat, ia menunjuk para petugas yang
amanah dan dapat dipercaya, lalu menyuruh mereka untuk menarik harta yang
diwajibkan untuk dizakatkan tanpa berlebih-lebihan atau bahkan mendzhalimi.
Kemudian Umar memerintahkan para petugas itu untuk mencatatkan resitanda
pelunasan untuk para pembayarnya hingga mereka tidak harus membayar
lagikecuali telah berganti tahun.
Beliau sangat menekankan agar rakyatnya membayar zakat, karena selain
zakat merupakan perintah Allah SWT langsung, zakat juga berdampak terhadap
kesejahteraan rakyat lainnya. Pada dasarnya zakat juga dapat diartikan distribusi
pendapatan, dimana orang yang memiliki harta berlebih berbagi dengan sesama
muslim yang kurang mampu. Pada masa Umar bin Abdul Aziz, pengelolaan

3
Kamaluddin, I.
4
Sumar’in Asmawi, Zakat Sebagai Kekuatan Ekonomi Umat, 2017.
5
Ministry of Religious Affairs of the Republic of Indonesia, “Practical Zakat Guide,” 2013, 1–126.

3
zakat di masa ini semakin maju. Hal ini dibuktikan dengan jenis harta dan
kekayaan yang dikenai zakat sudah bertambah lumayan banyak.
Umar bin Abdul Aziz adalah orang pertama yang mewajibkan zakat atas
zakat dari unta, sapi, kambing, emas, perak, kurma, biji-bijian, gandum dan
perindustrian, Industri selalu menghasilkan produk untuk diperdagangkan. Umar
bin Abdul Aziz berpendapat bahwa keuntungan tidak wajib dizakati apabila
modal sudah dikeluarkan zakatnya. harta kekayaan yang diperoleh dari
penghasilan usaha atau hasil jasa yang baik, termasuk gaji, honorarium,
penghasilan berbagai profesi.Termasuk pemungutan zakat dari pemberian,
hadiah, barang sitaan.6 Sehingga harta zakat dimasa kepemimpinan Umar bin
Abdul Aziz sangatlah berlimpah dan itu semua tersimpan dengan baik di dalam
Baitul Mall.
Konsep zakat bagi Umar bin Abdul Aziz ialah tidak sebatas memenuhi
kewajiban saja seperti yang tercantum alam rukun Islam yang ke-4, melainkan
zakat ini juga harus dijadikan sebagai hak bagi muslim yang lain yaitu yang
tergolong miskin dan juga sebagai kewajibannya sesama manusia untuk saling
tolong-menolong antara orang kaya dengan orang miskin.
Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi keberhasilan Umar bin Abdul
Aziz dalam memanajemen dan mengelola zakat dari umatnya. Beberapa faktor
tersebut antara lain: Pertama, adanya kesadaran kolektif dan pemberdayaan
Baitul Mall dengan optimal. Kedua, komitmen tinggi seorang pemimpin dan
didukung oleh kesadaran umat secara umum untuk menciptakan kesejahteraan,
solidaritas, dan pemberdayaan umat. Ketiga, kesadaran di kalangan muzakki yang
relatif mapan secara ekonomis dan memiliki loyalitas tinggi demi kepentingan
umat. Keempat, adanya kepercayaan terhadap birokrasi atau pengelola zakat yang
bertugas mengumpulkan dan mendistribusikan zakat.
Dalam pengelolaan dan pengumpulan pendistribusian zakat, Umar memilih
amil terpercayadan dapat dipercaya. Umar memerintahkan merekamagar lemah
lembut dalam mengambil zakat tanpa ada yang merasa terzalimi. Para amil pun
mencatat mereka yang sudah
Itulah beberapa faktor yang melatarbelakangi keberhasilan/kesuksesan
Umar bin Abdul Aziz dalam mengelola zakat. Intinya disini ialah, zakat bukan
hanya kewajiban agama semata, melainkan kewajiban negara juga yang harus
ditunaikan. Tidak akan habis harta seseorang yang dizakat kan. Harta juga tidak
akan dibawa mati nantinya. Tidak ada pembeda diantara umat muslim kecuali
ketakwaan. Maka dari itu, negara harus benar-benar tegas untuk memungut,
mengumpulkan, dan medistribusikan zakat, bahkan lebih dari itu negara
berkewajiban untuk menindak tegas para pembangkang zakat seperti halnya yang
dilakukan Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq terhadap para pembangkang.7

6
Ahmad Satori Ismail dan Dkk, “Fikih Zakat Kontekstual Indonesia,” Fikih Zakat Kontekstual
Indonesia, 2018.
7
Fadillah Khairunnisa et al., “Kebijakan Ekonomi Pada Masa Kegemilangan Islam Umar Bin Abdul
Aziz,” Journal Of Islamic Management Applied 1, no. 1 (2021): 1–7.

4
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Umar bin Abdul Aziz RA adalah seorang khalifah yang adil sekaligus fakih
yang shalih. Dalam masalah kebijakan zakat, Umar bin Abdul Aziz mempunyai
ijtihad, pemikiran, pandangan dan pendapat yang diberlakukan dalam
pemerintahannyayang meliputi kebijakan harta yang menjadi objek zakat,
mekanisme penarikan, dan penghimpunan zakat yang dilakukan oleh para
Amilin, serta masalah pendistribusian zakat kepada para Mustahiq.Objek zakat
yang diperluas sepertigaji pegawai, harta hilang yang kembali ditemukan,
beberapa jenis hasil pertanian dan perikanan. Pengelolaan dan pengumpulan zakat
memilih amil yang terpercaya dan dapat dipercaya. Para amil pun mencatat
mereka yang sudah berzakat. Umar juga selalu memastikan legitimasi setiap kaum
dengan zakat mereka. Sedangkan dalammengelola pendistribusian dana zakat,
Umar bin Abdul Aziz menerapkan kebijakan Zakat diberikan kepada delapan
asnaf. Satu bagian untuk fakir, satu bagian bagi miskin, untuk amil, untuk
muallaf, untuk riqab, untuk gharim, fî sabîlillah, dan bagian lain untuk ibnu
sabil.
Manajemen zakat yang dilakuakan oleh khalifah Umar bin Abdul Aziz
adalah dengan cara melakukan konsep otonomi daerah, yaitu setiap daerah diberi
kekuasaan penuh untuk mengelola potensi dana zakat yang dihimpun. Selain itu,
Umar bin Abdul Aziz juga mengapilkasikan konsep subsidi silang, yaitu daerah
yang surplus dalam neraca keuangannya, diwajibkan memberikan dana tersebut
pada daerah yang mengalami defisit.

3.2. SARAN
Indonesia sendiri berkaitan dengan zakat juga sudah memiliki Lembaga
pemerintahan sendiri yang bertugas untuk hal berkaitan dengan zakat. Akan tetapi
masih kurang untuk sosialisasi tentang pentingnya zakat tersebut. Selain itu tidak
adanya hukuman atau sanksi bagi muzakki yang enggan untuk membayar zakat
dianggap sebagai celah yang perlu untuk direvisi Kembali. Sehinggaperlu untuk
melakukan terobosan dan penguatan agar potensi zakat Indonesia yang besar ini
dapat dimaksimalkan. bisa mempelajari atau mengambil intisari dari sejarah
hidupUmar bin Abdul Aziz yang banyak dicatat sejarah mengenai zakat.

5
DAFTAR PUSTAKA

Aqbar, Khaerul, dan Azwar Iskandar. “Kontekstualisasi Kebijakan Zakat Umar


bin Abdul Aziz dalam Perzakatan dan Pengentasan Kemiskinan di Indonesia.”
Kajian Ekonomi dan Keuangan 3, no. 3 (2019): 198–218.

Asmawi, Sumar’in. Zakat Sebagai Kekuatan Ekonomi Umat, 2017.


Ismail, Ahmad Satori, dan Dkk. “Fikih Zakat Kontekstual Indonesia.” Fikih Zakat
Kontekstual Indonesia, 2018.

Kamaluddin, I., Dkk. “Keberhasilan Perekonomian Islam ( Sebuah Kajian


Historis terhadap Reformasi Ekonomi Umar Bin Abdul Aziz).” Jurnal Ilmiah
Ekonomi Islam 7, no. 03 (2021): 1530–39.

Khairunnisa, Fadillah, Sukma Oktaviani, Sukma Oktaviani, dan Zakiah Nurul


Fadhilah. “Kebijakan Ekonomi Pada Masa Kegemilangan Islam Umar Bin Abdul
Aziz.” Journal Of Islamic Management Applied 1, no. 1 (2021): 1–7.

Ministry of Religious Affairs of the Republic of Indonesia. “Practical Zakat


Guide,” 2013, 1–126.

Anda mungkin juga menyukai