Dosen Pengampu:
Siti Nur Azizah (02040320052)
Dibuat Oleh:
MOH. RIZKI SYAFIULLAH
NIM: 08020523026
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1. Mengerti seperti apa Zakat pada Zaman Umar Bin Abdul Aziz
2. Memberlakukan Zakat secara tepat
1
Khaerul Aqbar dan Azwar Iskandar, “Kontekstualisasi Kebijakan Zakat Umar bin Abdul Aziz
dalam Perzakatan dan Pengentasan Kemiskinan di Indonesia,” Kajian Ekonomi dan Keuangan 3,
no. 3 (2019): 198–218,
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
membawa kembali harta yang ia niatkan untuk diseekahkan itu. Sungguh Umar
bin Abdul Aziz telah membuat manusia menjadi kaya.3
Saat itu Umar bin Abdul Aziz mencanangkan program bantuan kepada
orang-orang miskin. Bagi siapapun orang yang dililit hutang dan tak mampu
mengembalikannya maka pemerintah akanmembantunya dalam mengembalikan
hutang-hutangnya itu.Tentu ini adalah salah satu program untuk menyelamatkan
dan meningkatkan perekonomian rakyat. Hingga akhirnya datang sebuah surat
dari salah seorang pegawainya yang diantara isinya adalah sebagaimana berikut
ini: "Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya kami mendapati orang yang
mempunyai rumah, pembantu, perabotan rumah tangga yang lengkap serta
kendaraan. Apakah mereka perlu dibantu untuk mengembalikan hutangnya?"
Khalifah menjawab: "Seorang muslim itu harus mempunyai rumah untuk
berteduh, pembantu yang membantunya sehari-hari, kuda untuk berjihad
melawan musuh serta perabotan untuk rumah-nya. Maka yang seperti itu jika
memiliki hutang tetaplah seorang yang perlu dibantu.". Begitulah gambaran
kemakmuran masyarakat pada masa itu.4
Salah satu fenomena ajaib yang terjadi pada masa pemerintahan Khalifah
Umar bin Ab-dul Aziz. Banyaknya orang yang berbondong-bondong masuk
kedalam agama Islam.Tentunya ada sebab kenapa mereka melakukan itu.
Diantaranya adalah karena mereka menyaksikan keindahan, kesempurnaan, dan
kebaikan Islam, indikator keberhasilan pemerintahan Umar bin Abdul Aziz adalah
terciptanya kenyamanan dan keamanan sosial. Pada masa pemerintahan Umar bin
Abdul Aziz, Islam dikembangkan tidak dengan peperangan akan tetapi beliau
lebih banyak fokus kepada perbaikan di internal. Umar bin Abdul Aziz pun
dikenal dengan kecerdasan, kematangan berfikir dan kebijaksanaan bersikap.5
3
Kamaluddin, I.
4
Sumar’in Asmawi, Zakat Sebagai Kekuatan Ekonomi Umat, 2017.
5
Ministry of Religious Affairs of the Republic of Indonesia, “Practical Zakat Guide,” 2013, 1–126.
3
zakat di masa ini semakin maju. Hal ini dibuktikan dengan jenis harta dan
kekayaan yang dikenai zakat sudah bertambah lumayan banyak.
Umar bin Abdul Aziz adalah orang pertama yang mewajibkan zakat atas
zakat dari unta, sapi, kambing, emas, perak, kurma, biji-bijian, gandum dan
perindustrian, Industri selalu menghasilkan produk untuk diperdagangkan. Umar
bin Abdul Aziz berpendapat bahwa keuntungan tidak wajib dizakati apabila
modal sudah dikeluarkan zakatnya. harta kekayaan yang diperoleh dari
penghasilan usaha atau hasil jasa yang baik, termasuk gaji, honorarium,
penghasilan berbagai profesi.Termasuk pemungutan zakat dari pemberian,
hadiah, barang sitaan.6 Sehingga harta zakat dimasa kepemimpinan Umar bin
Abdul Aziz sangatlah berlimpah dan itu semua tersimpan dengan baik di dalam
Baitul Mall.
Konsep zakat bagi Umar bin Abdul Aziz ialah tidak sebatas memenuhi
kewajiban saja seperti yang tercantum alam rukun Islam yang ke-4, melainkan
zakat ini juga harus dijadikan sebagai hak bagi muslim yang lain yaitu yang
tergolong miskin dan juga sebagai kewajibannya sesama manusia untuk saling
tolong-menolong antara orang kaya dengan orang miskin.
Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi keberhasilan Umar bin Abdul
Aziz dalam memanajemen dan mengelola zakat dari umatnya. Beberapa faktor
tersebut antara lain: Pertama, adanya kesadaran kolektif dan pemberdayaan
Baitul Mall dengan optimal. Kedua, komitmen tinggi seorang pemimpin dan
didukung oleh kesadaran umat secara umum untuk menciptakan kesejahteraan,
solidaritas, dan pemberdayaan umat. Ketiga, kesadaran di kalangan muzakki yang
relatif mapan secara ekonomis dan memiliki loyalitas tinggi demi kepentingan
umat. Keempat, adanya kepercayaan terhadap birokrasi atau pengelola zakat yang
bertugas mengumpulkan dan mendistribusikan zakat.
Dalam pengelolaan dan pengumpulan pendistribusian zakat, Umar memilih
amil terpercayadan dapat dipercaya. Umar memerintahkan merekamagar lemah
lembut dalam mengambil zakat tanpa ada yang merasa terzalimi. Para amil pun
mencatat mereka yang sudah
Itulah beberapa faktor yang melatarbelakangi keberhasilan/kesuksesan
Umar bin Abdul Aziz dalam mengelola zakat. Intinya disini ialah, zakat bukan
hanya kewajiban agama semata, melainkan kewajiban negara juga yang harus
ditunaikan. Tidak akan habis harta seseorang yang dizakat kan. Harta juga tidak
akan dibawa mati nantinya. Tidak ada pembeda diantara umat muslim kecuali
ketakwaan. Maka dari itu, negara harus benar-benar tegas untuk memungut,
mengumpulkan, dan medistribusikan zakat, bahkan lebih dari itu negara
berkewajiban untuk menindak tegas para pembangkang zakat seperti halnya yang
dilakukan Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq terhadap para pembangkang.7
6
Ahmad Satori Ismail dan Dkk, “Fikih Zakat Kontekstual Indonesia,” Fikih Zakat Kontekstual
Indonesia, 2018.
7
Fadillah Khairunnisa et al., “Kebijakan Ekonomi Pada Masa Kegemilangan Islam Umar Bin Abdul
Aziz,” Journal Of Islamic Management Applied 1, no. 1 (2021): 1–7.
4
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Umar bin Abdul Aziz RA adalah seorang khalifah yang adil sekaligus fakih
yang shalih. Dalam masalah kebijakan zakat, Umar bin Abdul Aziz mempunyai
ijtihad, pemikiran, pandangan dan pendapat yang diberlakukan dalam
pemerintahannyayang meliputi kebijakan harta yang menjadi objek zakat,
mekanisme penarikan, dan penghimpunan zakat yang dilakukan oleh para
Amilin, serta masalah pendistribusian zakat kepada para Mustahiq.Objek zakat
yang diperluas sepertigaji pegawai, harta hilang yang kembali ditemukan,
beberapa jenis hasil pertanian dan perikanan. Pengelolaan dan pengumpulan zakat
memilih amil yang terpercaya dan dapat dipercaya. Para amil pun mencatat
mereka yang sudah berzakat. Umar juga selalu memastikan legitimasi setiap kaum
dengan zakat mereka. Sedangkan dalammengelola pendistribusian dana zakat,
Umar bin Abdul Aziz menerapkan kebijakan Zakat diberikan kepada delapan
asnaf. Satu bagian untuk fakir, satu bagian bagi miskin, untuk amil, untuk
muallaf, untuk riqab, untuk gharim, fî sabîlillah, dan bagian lain untuk ibnu
sabil.
Manajemen zakat yang dilakuakan oleh khalifah Umar bin Abdul Aziz
adalah dengan cara melakukan konsep otonomi daerah, yaitu setiap daerah diberi
kekuasaan penuh untuk mengelola potensi dana zakat yang dihimpun. Selain itu,
Umar bin Abdul Aziz juga mengapilkasikan konsep subsidi silang, yaitu daerah
yang surplus dalam neraca keuangannya, diwajibkan memberikan dana tersebut
pada daerah yang mengalami defisit.
3.2. SARAN
Indonesia sendiri berkaitan dengan zakat juga sudah memiliki Lembaga
pemerintahan sendiri yang bertugas untuk hal berkaitan dengan zakat. Akan tetapi
masih kurang untuk sosialisasi tentang pentingnya zakat tersebut. Selain itu tidak
adanya hukuman atau sanksi bagi muzakki yang enggan untuk membayar zakat
dianggap sebagai celah yang perlu untuk direvisi Kembali. Sehinggaperlu untuk
melakukan terobosan dan penguatan agar potensi zakat Indonesia yang besar ini
dapat dimaksimalkan. bisa mempelajari atau mengambil intisari dari sejarah
hidupUmar bin Abdul Aziz yang banyak dicatat sejarah mengenai zakat.
5
DAFTAR PUSTAKA