SKRIPSI
Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik (ST)
Disusun Oleh:
REGA RISMAWAN
3332170033
Rega Rismawan
NPM. 3332170033
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Dewan Penguji
Tanda Tangan
Pembimbing I : Dr. Eng. Rocky Alfanz, S.T., M.Sc ………………
Penguji I : ……………....
Penguji II : ………………
Mengetahui
Ketua Jurusan
iv
PRAKATA
Puji Syukur kepada Allah SWT, atas berkat rahmt dan nikmat yang telah
diberikannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, penulis Menyusun
skripsi ini dalam rangka untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik Jurusan Teknik Elektro pada Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses penyusunan skripsi. Penulis menyadari bahwa skripsi ini
tidak dapat diselesaikan tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua serta keluarga yang telah memberikan semangat, motivasi dan
doa yang tidak ada henti-hentinya.
2. Dr. Romi Wiryadinata, S.T., M.Eng., selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa serta dosen pembingbing
akademik yang telah memberikan semangat, saran dan kritik.
3. Dr. Eng. Rocky Alfanz, S.T., M.Sc., selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah menyediakan banyak waktu, memberikan arahan, bimbingan dan saran
kepada penulis selama proses menyelesaikan skripsi.
4. Seluruh dosen dan staf akademik Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasaa yang telah memberikan ilmu serta
Pendidikan yang bermanfaat serta sahabat-sahabat yang telah banyak
membantu saya berupa semangat, kritik, dan saran dalam menyelesaikan
skripsi ini.
Penulis
v
DAFTAR ISI
vi
2.5 Kajian Pustaka Penelitian ................................................................... 15
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 18
3.1 Alur Penelitian ........................................................................................ 18
3.2 Komponen Penelitian ............................................................................. 19
3.2.1 Komponen Penelitian PLTS System Stand Alone dan Grid
Connected ...................................................................................................... 19
3.3 Perancangan Perangkat Penelitian .......................................................... 19
3.3.1 PLTS System Stand Alone .............................................................. 19
3.3.2 PLTS System Grid Connected ......................................................... 20
3.3.3 Perancangan Kesuluruhan Alat ....................................................... 21
3.3.4 Perhitungan Biaya ........................................................................... 21
3.3.5 Perhitungan Break Even Point ........................................................ 21
3.3.6 Perangkat Keras .............................................................................. 22
3.4 Jadwal Penelitian .................................... Error! Bookmark not defined.
3.5 Rancangan Anggaran Biaya ................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR TABEL
ix
BAB I
PENDAHULUAN
2
5. Mengetahui kinerja dari pembangkit listrik tenaga surya system grid
connected.
6. Mengetahui Break Even Point dari PLTS stand alone.
7. Mengetahui Break Even Point dari PLTS grid connected.
8. Mengetahui energi listrik yang dihasilkan dari PLTS stand alone dan PLTS
grid connected.
3
BAB V PENUTUP
Berisikan tentang kesimpulan hasil kerka yang dilakukan dan saran untuk
pengembangan lebih lanjut.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
dahulu menjadi arus AC (bolak-balik) mrnggunakan inverter, agar listrik dapat
dipergunakan pada beban listrik yang baru. Kenapa arus listrik harus diubah dulu
menjadi arus listrik AC, karena pada rumah-rumah ataupun perkantoran
menggunakan arus listrik AC bukan arus listrik DC. Jika sel photovoltaic
memproduksi energi listrik DC yang berlebih makan energi listrik akan disalurkan
ke jaringan listrik PLN, dan jika sel photovoltaic memproduksi energi listrik yang
kurang dari kapasitas yang dibutuhkan oleh beban, maka kebutuhan dari beban
tersebut akan di berikan oleh jaringan listrik PLN[3].
7
Gambar 2. 3 Sistem PLTS off Grid
8
2.3 Komponen Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya
Sistem pembangkit listrik tenaga surya mempunyai komponen-komponen
agar sistem pembangkit listriknya bisa berjalan dengan baik, komponen-
komponennya ialah sebagai berikut.
9
belum seoptimal dari jenis mono-crystalline, oleh karena itu hasil yang di inginkan
tergantung dari cuaca tepatnya sinar matahari yang mengenai dasar permukaan
solar panel. Berikut ini adalah gambar dari panel surya jenis Poly-crystalline[16].
10
Selain itu SCC juga akan memutuskan arus listrik yang mengalir dari baterai
ke baban apabila kondisi dari baterai tersebut sudah hampir kosong, biasanya SCC
akan langsung mematikan atau memutus arus yang mengalir dari baterai ke beban
tersebut di rentang 10 – 15 % (tergantung pengaturan dari SCC). Dengan seiring
berjalannya waktu dan perkembangan, SCC ini juga ikut dikembangkan dengan
teknologi yang lebih canggih. SCC dilengkapi dengan digital meter dan indikator
yang lengkap[16]. SCC ini juga dapat dimonitoring dari berbagai kondisi yang
terjadi di PLTS tersebut. Solar Charge Controller (SCC) terbagi dari beberapa jenis:
11
2.3.4 Inverter
Inverter adalah suatu alat elektronik yang dapat mengubah arus listrik
searah (DC) menjadi arus listrik bolak-balik (AC). Pada instalasi Pembangkit
Listrik Tenaga Surya (PLTS) inverter ini sangat penting, dikarenakan inverter ini
berperan sebagai pengontrol utama pada sistem PLTS. Tegangan yang mengalir ke
inverter dan yang dialirkan dari inverter ini biasanya bernilai 12V, 24V dan 48V.
Apabila tegangannya lebih maka akan membutuhkan arus listrik yang rendah. Hal
ini dapat mengurangi rugi-rugi pada kabel penghantar. Berikut ialah gambar dari
Inverter[20].
Gambar 2. 8 Inverter
Kemampuan dari perangkat inverter ini dapat menyuplai tenaga listrik semuanya
tergantung dari besarnya kemampuan sebuah baterai dan jumlah beban yang akan
menggunakan daya tersebut. Semakin besar kapasitas baterai dalam sebuah inverter
maka inverter tersebut akan mampu menyuplai tenaga lebih lama dari pada inverter
dengan kapasitas yang lebih kecil[6].
2.3.5 Baterai
Baterai adalah suatu alat yang dapat menyimpan energi listrik berupa arus
listrik searah (DC). Pada sistem PLTS baterai berfungsi untuk menyimpan energi
listrik berupa arus listrik searah (DC) yang diproduksi dari sel surya (solar cell).
Pada sistem PLTS ini baterai biasanya digunakan sebagai back-up apabila terjadi
pemadaman listrik atau terjadi kesalahan lainnya[21]. Pada sistem PLTS ini baterai
memenuhi dua tujuan penting yaitu:
12
Gambar 2. 9 Baterai
2.3.6 Kabel
Kabel adalah salah satu alat yang paling penting dalam dunia perinstalasian.
Kabel ini berfungsi sebagai penghantar arus listrik dari satu komponen ke
komponen lainnya. Dalam sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) kabel
sangatlah diperlukan untuk mengalirkan arus listrik dari sel surya (solar cell) hingga
ke beban. Selain itu kabel yang digunakan harus dibuat dari bahan dan perhitungan
yang memenuhi syarat dan harus diuji menurut standar hantaran yang dikeluarkan
oleh instalasi yang bersangkutan[22]. Persyaratan kabel yang boleh digunakan
dalam intalasi listrik beradasarkan PUIL:
13
Kabel yang berjenis N.Y.Y ini dilapisi oleh isolator PVC yang bewarna
hitam daan jenisnya ini sama seperti kabel N.Y.M yaitu memiliki lebih dari
satu inti kabel. Kabel ini biasanya digunakan sebagai kabel tanam dan kabel
ini juga memiliki ketahanan yang cukup bagus[20].
4. Kabel NYAF
Kabel ini bisa dibilang mirip dnegan kabel NYA karena memiliki satu inti
kabel saja, tetapi kabel ini berupa kabel serabut. Kabel ini memiliki isolasi
yang tipis dan kabel[23].
14
BEP = titik impas (Break Even Point)
FC = biaya Tetap (Fixed Cost)
VC = biaya variable perunit (Variable Cost)
P = harga jual per-unit (Price)
15
listrik tenaga surya sistem on grid merupakan salah satu cara untuk memenuhi
kebutuhan lisrik untuk beban rumah tangga. Pada penelitian ini, bertujuan untuk
menganalisis terkait faktor keekonomian sistem on grid pembangkit listrik tenaga
surya pada beban rumah tangga tipe 2200VA dengan dua jenis profil beban yang
berbeda. Berdasarkan hasil analisis pada rumah teliti diperoleh penurunan daya
sebesar 21,89% dibandingkan dengan rumah banding. Sehingga, NPC dapat turun
sebesar 13,12%-15,31% dengan rentang tagihan listrik sebesar Rp 23.060.260,00 –
Rp 25.195.970,00. Sedangkan, hasil analisis dengan melihat kecepatan modal
kembali atau BEP menunjukkan bahwa sistem on grid PLTS pada rumah teliti lebih
unggul dibandingkan dengan rumah banding dengan hasil pada jenis BEP Simple
Payback sebesar 7,60 tahun dan Discounted Payback sebesar 8,73 tahun.[4]
Putriansyah et al. 2020 dalam jurnal yang berjudul Analisis Kinerja Solar
cell di gedung pusat pengembangan sumber daya manusia, ketenagalistrikan,
energy baru dan terbarukan dan konversi energi.Dengan melakukan penelitian
dengan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif evaluasi yang berisikan
tentang nilai effisiensi yang relatif kecil, hal itu di pengaruhi dengan modul yang
dipakai[24].
Rahmat jalaludin et al. 2020 dalam jurnal yang berjudul Perbandingan Biaya
Perancangan Plts On-Grid Dan Off-Grid Pada Laboratorium Listrik PPSDM Migas,
dalam penelitian tersebut membandingkan biaya yang dikeluarkan untuk membuat
PLTS sistem on grid dan off grid dan untuk hasil dari penelitian tersebut
perencanaan dan operasional terendah adalah sistem PLTS on grid / grid connected.
Dikarenakan pada perancangan PLTS On-Grid tidak memerlukan biaya pergantian
baterai seperti PLTS Off-Grid. Sehingga PLTS On-Grid memiliki tingkat harga
yang jauh lebih rendah. Tetapi dalam pelaksanaannya PLTS On-Grid masih
memerlukan listrik PLN jika sewaktu-waktu cuaca tidak mendukung (mendung).
Sebaliknya, pada PLTS Off-Grid memiliki biaya yang cukup mahal. Tetapi dalam
pelaksanaannya PLTS Off-Grid tidak memerlukan listrik PLN jika cuaca tidak
mendukung, karena PLTS Off-Grid memiliki baterai yang bisa digunakan ketika
cuaca tidak mendukung[24].
Deni Almanda et al. 2020 dalam jurnal yang berjudul Analisa dan
Perbandingan PLTS on Grid yang Terpasang di Atap Gedung Utama PT Subur
Semesta dengan PLTS On Grid yang Bergerak Mengikuti Arah Matahari, dalam
penelitian tersebut membandingan sistem PLTS pada kondisi yang berbeda,
hasilnya PLTS on grid/grid connected yang di pasang di atap gedung keluaran sel
surya tidak maksimal di karenakan penyinaran tidak mengenai semua modul surya.
PLTS on grid/grid connected yang mengikuti arah matahari dapat menghasilkan
daya yang maksimal karena modul surya terkena penuh cahaya matahari dari pagi
sampai sore dan perbandingan investasi dari kedua sistem menghasilkan perbedaan
yang signifikan karena investasi PLTS di atap gedung lebih tinggi cost nya di
bandingkan PLTS mengikuti arah matahari[20].
Syafii et al. 2019 dalam jurnal yang berjudul strategi pembebanan PLTS Off
Grid / Stand Alone Untuk Peningkatan Kontinuitas Suplai Energi Listrik, dalam
penelitian ini Sistem manajemen pembebanan PLTS telah dirancang mengikuti
kondisi cuaca cerah, mendung, hujan atau malam hari dengan mempertimbangkan
16
sisa kapasitas baterai yang dapat digunakan. Arus charging baterai dan sisa
kapasitas baterai menjadi parameter ukur berkerjanya sistem kendali untuk
menggerakkan relai sebagai saklar pemutus beban atau sebaliknya. Pada waktu
siang hari dan kondisi cuaca cerah, arus charging panel surya cukup besar sehingga
dapat melayani beban tinggi sekaligus mengisi baterai secara maksimal. Pada waktu
malam hari atau kondisi cuaca hujan tidak ada arus pengisin baterai, sisa kapasitas
baterai menjadi acuan bekerjanya sakelar pemindah secara otomatis. Pada saat
tegangan baterai PLTS kurang dari 60%, sakelar akan dialihkan ke beban
menengah, dan pada saat kapasitas baterai kurang 30% sakelar akan dialihkan ke
beban rendah. Dengan demikian kapasitas PLTS yang tersedia mengikut
kemampuan arus charging panel surya tetap mampu melayani beban untuk setiap
siklus tanpa ada pemutusan. Suplai PLN hanya digunakan sebagai backup pada saat
sisa kapasitas baterai kurang dari 15 % untuk mengantisipasi PLN padam[25].
Berdasarkan kajian Pustaka dari penelitian-penelitian sebelumnya maka
pada tugas akhir ini akan melakukan pengembangan dari penelitian sebelumnya
yaitu Analisa Break Even Point pada PLTS Stand Alone dan PLTS Grid Connected.
Penelitian ini akan melakukan analisa lebih lanjut terhadap Analisa Break Even
Point pada PLTS Stand Alone dan PLTS Grid Connected skala 2 KWP yang
bertujuan untuk mengetahui Break Even Point, kinerja dan energi yang dihasilkan
dari PLTS Stan Alone dan PLTS Grid Connected.
17
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Studi Literatur
No No
Perencanaan Perencanaan
Sesuai ? Sesuai ?
Yes Yes
No No
Yes Yes
Pengujian Pengujian
Pengolahan Data
dan Analisa BEP
Kesimpulan
End
18
3.2 Komponen Penelitian
Komponen Penelitian adalah alat-alat apa saja yang digunakan untuk
menunjang penelitian ini bisa berjalan dengan apa yang sudah kita rencanakan,
Adapun komponen penelitian itu ialah sebagai berikut.
3.2.1 Komponen Penelitian PLTS System Stand Alone dan Grid Connected
1. Laptop
2. Modul Surya 315 WP
3. Baterai 120 Volt / 150 Ah
4. Solar Charge Controller MPPT-T20
5. Inverter
6. Relay
7. Mounting Modul
8. MCB AC
9. Connector MC4 Sollar Panel
10. MCB DC
11. Kabel Skun Y Merah
12. Kabel Skun Y Hitam
13. Solar Power Meter
14. Kabel NYAF Merah
15. Kabel Skun Y Hitam
16. Panel Box Listrik
17. Multimeter
18. Mid Clamp Mounting
19. End Clamp Mounting
19
Gambar 3. 2 Diagram Blok Perancangan PLTS System Stand Alone
BEBAN
20
3.3.3 Perancangan Kesuluruhan Alat
Adapun untuk memperjelas perancangan dari keseluruhan alat penelitian
yang dibuat maka dapat dilihat seperti gambar dibawah ini.
Panel Surya
Sollar Charge
Controller
Baterai VRLA
Inverter DC to AC
Relay Relay
Beban Beban
21
digunakan untuk membangun PLTS stand alone dan PLTS grid connected 2 KWP,
kemudian biaya yang diperlukan untuk membangun PLTS ini dibagi dengan biaya
variable per-unit dikurangi harga jual per-unit.
Setelah melihat gambar PLTS system stand alone, berikutnya ialah gambar PLTS
system grid connected yang tidak berbeda jauh gambarnya dengan gambar PLTS
sytem grid connected , berikut ialah gambar ilustrasi dari PLS system grid
connected.
22
3.4 Rancangan Anggaran Biaya
Perancangan yang dilakukan memerlukan beberapa komponen, alat
elektronik serta alat yang mendukung dalam perancangan agar sistem dapat bekerja
dengan baik, dapat dilihat pada Tabel 3.2
23
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
24
DAFTAR PUSTAKA
[1] G. Ngurah et al., “Kajian Energi Surya Untuk Pembangkit Tenaga Listrik,”
vol. 4, no. 1, pp. 29–33, 2005.
[2] J. Windarta, E. Wista Sinuraya, A. Zaenal Abidin, A. Era Setyawan, and
Angghika, “Perancangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Berbasis Homer di SMA Negeri 6 Surakarta Sebagai Sekolah Hemat
Energi dan Ramah Lingkungan,” Pros. Semin. Nas. MIPA 2019 Univ.
Tidar, pp. 21–36, 2019.
[3] S. S. Mohammad Hafidz ;, “Perancangan Dan Analisis Pembangkit Listrik
Tenaga Surya Kapasitas 10 Mw on Grid Di Yogyakarta,” Jur. Tek. Elektro,
Sekol. Tinggi Tek. PLN, vol. 7, no. JURNAL ENERGI & KELISTRIKAN
VOL. 7 NO. 1, JANUARI-MEI 2015, p. 49, 2015.
[4] B. A. Pramudita, B. S. Aprillia, and M. Ramdhani, “Analisis Ekonomi on
Grid PLTS untuk Rumah 2200 VA,” J. List. Instrumentasi dan Elektron.
Terap., vol. 1, no. 2, pp. 23–27, 2021, doi: 10.22146/juliet.v1i2.61879.
[5] A. B. Worontika, M. Wijana, A. A. A. Triadi, J. T. Mesin, F. Teknik, and
U. Mataram, “ANALISA BREAK EVEN POINT ( BEP ) PERUSAHAAN
AIR MINUM DALAM KEMASAN CV . LAM – LAM DESA NDANO
KECEMATAN MADAPANGGA KABUPATEN BIMA ANALYSIS OF
BREAK EVEN POINT ( BEP ) BOTTLED WATER COMPANY CV .
LAM-LAM NDANO VILLAGE MADAPANGGA SUBDISTRICT BIMA
REGENCY,” no. Vc.
[6] Putriansyah, Massus Subekti, and Imam Arif Rahardjo, “Analisis Kinerja
Solar Cell Di Gedung Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia,
Ketenagalistrikan, Energi Baru Dan Terbarukan Dan Konservasi Energi,”
J. Electr. Vocat. Educ. Technol., vol. 4, no. 1, pp. 48–51, 2020, doi:
10.21009/jevet.0041.08.
[7] R. Sianipar, “Dasar Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya,” vol.
11, no. 2, pp. 61–78, 2014.
[8] R. Baharuddin, “Rancang Bangun Sistem Mini Pembangkit Listrik Tenaga
Surya (PLTS) Portable,” JTT (Jurnal Teknol. Terpadu), vol. 9, no. 1, pp.
65–70, 2021, doi: 10.32487/jtt.v9i1.1087.
[9] P. Jawab et al., “Penerbit LP3M UMY Penerbit LP3M UMY,” Tek. 37 (2),
2016, 59-63, vol. 11, no. 2, pp. 61–78, 2016, doi:
10.14710/teknik.v37n2.9011.
[10] S. D. Kapasitas, “Analisis Output Daya Pada Pembangkit Listrik Tenaga,”
J. CRANKSHAFT, vol. 4, no. 2, pp. 9–18, 2021.
[11] and L. Siregar, R. R. A., Wardana, N., “Sistem Monitoring Kinerja Panel
25
Listrik Tenaga Surya Menggunakan Arduino Uno, Sekolah Tinggi Teknik
PLN Jakarta,” JETri J. Ilm. Tek. Elektro, vol. 14, no. 2, pp. 81–100, 2017,
[Online]. Available: http://dx.doi.org/10.25105/jetri.v14i2.1607
[12] E. P. Aji, P. Wibowo, and J. Windarta, “Kinerja Pembangkit Listrik Tenaga
Surya (PLTS) dengan Sistem On Grid di BPR BKK Mandiraja Cabang
Wanayasa Kabupaten Banjarnegara,” J. Energi Baru dan Terbarukan, vol.
3, no. 1, pp. 15–27, 2022, doi: 10.14710/jebt.2022.13158.
[13] O. Eseosa and O. Kingsley, “Review on Performance Evaluation of Grid
Connected Renewable Energy Systems for Power Generation,” J. Altern.
Renew. Energy Sources, vol. 5, no. 3, pp. 1–14, 2019, doi:
10.5281/zenodo.3509996.
[14] P. Putra, A. Joewono, R. Sitepu, L. Agustine, and W. Andyardja, “Alat
pemantau dan pengendali sistem penyimpanan energi pada solar panel,”
Widya Tek., vol. 17, no. 1, pp. 25–31, 2017.
[15] F. A. Widiharsa, “Karakteristik Panel Surya dengan Variasi Intensitas
Radiasi dan Temperatur Permukaan Panel,” Transmisi, vol. 4, pp. 233–242,
2006.
[16] D. Gumintang, “Design and Control of PV Hybrid System in Practice,” p.
122, 2020.
[17] A. Haris et al., “Sistem Monitoring Dan Klaster Ketersediaan Energi
Menggunakan Metode K-Means Pada Pembangkit Listrik Tenaga Surya,”
J. SPEKTRUM, vol. 4, no. 2, pp. 2502–714, 2019, [Online]. Available:
https://ojs.unud.ac.id/index.php/spektrum/article/download/52823/31281%
0Ahttps://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/cess/article/view/12834/pdf
[18] M. M. Bachrowi, “Rancang Bangun Stand Alone Pv Charging System
Berbasis Solar Tracker Menggunakan Kontrol Fuzzy Modified Particle
Swarm Optimization (Mpso),” Pomits, 2018, [Online]. Available:
https://repository.its.ac.id/56652/%0Ahttps://repository.its.ac.id/56652/1/U
pload.pdf
[19] D. Debnath and K. Chatterjee, “Two-Stage Solar Photovoltaic-Based
Stand-Alone Scheme Having Battery as Energy Storage Element for Rural
Deployment,” IEEE Trans. Ind. Electron., vol. 62, no. 7, pp. 4148–4157,
2015, doi: 10.1109/TIE.2014.2379584.
[20] D. Almanda and M. A. Z. Muttaqin, “Analisa dan Perbandingan PLTS on
Grid yang Terpasang di Atap Gedung Utama PT Subur Semesta dengan
Plts On Grid yang Bergerak Mengikuti Arah Matahari,” Resist.
(Elektronika Kendali Telekomun. Tenaga List. Komputer), vol. 3, no. 2, p.
57, 2020, doi: 10.24853/resistor.3.2.57-60.
[21] C. W. Retno Aita Diantari, Erlina, “Studi Penyimpanan Energi Pada
Baterai PLTS,” Energi & Kelistrikan, vol. 9, no. 2, pp. 120–125, 2017.
26
[22] J. T. Mesin, F. T. Industri, and U. Trisakti, “Kagoshimaken kōritsu shō
chūgakkō kyōshokuin chōki jinji idō no hyōjun.,” pp. 1–11, 1974.
[23] A. Performansi and D. A. N. Monitoring, “Pembangkit Listrik Tenaga
Surya Di Departemen Teknik Fisika Fti-Its,” 2017.
[24] P. Biaya and P. Plts, “Perbandingan biaya perancangan plts,” vol. 1, pp.
162–169, 2020.
[25] S. Syafii, Y. Mayura, and M. Muhardika, “Strategi Pembebanan PLTS Off
Grid untuk Peningkatan Kontinuitas Suplai Energi Listrik,” J. Rekayasa
Elektr., vol. 15, no. 3, 2020, doi: 10.17529/jre.v153.14793.
27