TEORI DASAR
batuan dari massa induknya untuk dilakukan penanganan lebih lanjut. Di sektor
tidak mampu digali secara langsung oleh peralatan gali muat misalnya excavator.
Pada proses pembuatan desain ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan.
Kondisi geologi batuan merupakan salah satu faktor penting dalam pembuatan
desain peledakan. Kondisi ini merupakan kondisi yang tidak bisa direkayasa oleh
1. Jenis Batuan
proses pembentukan yang berbeda. Hal ini berdampak pada kandungan mineral,
23
pelapukan berbeda untuk tiap-tiap jenis batuan dan hal ini berpengaruh pada sifat
fisik dan mekanik batuan. Batuan yang masih segar (fresh rock) pada umumnya
akan memiliki kekuatan yang lebih besar jika dibandingkan dengan batuan yang
Struktur geologi atau bidang diskontinyu adalah bidang lemah yang ada
pada massa batuan. Bidang lemah ini dapat berupa sesar, kekar, bidang perlapisan
batuan maupun retakan. Struktur diskontinuitas ini terjadi karena adanya gaya-
gaya yang bekerja dalam kerak bumi baik yang menekan maupun menarik massa
batuan.
kegiatan peledakan.
sendiri. Sifat-sifat ini mempengaruhi hasil dari suatu kegiatan peledakan, untuk itu
a. Sifat Fisik
Sifat fisik adalah sifat bawaan dari suatu massa batuan tanpa diberikan gaya.
Sifat fisik batuan yang paling berpengaruh pada kegiatan peledakan adalah
25
dalam satuan volume tertentu. Energi peledak yang lebih besar dibutuhkan
b. Sifat Mekanik
peledak yang memiliki inhibitor dibutuhkan pada kondisi batuan seperti ini untuk
kondisi lubang berair digunakan bahan peledak khusus atau bahan peledak yang
sebelumnya diberikan penanganan khusus. Hal ini terjadi karena tidak semua
Pola pemboran yang diterapkan pada tambang terbuka ada beberapa jenis.
Hal ini mempengaruhi distribusi energi peledak pada massa batuan. Pola
1. Square Pattern
dengan spasi, dalam kata lain jara burden dengan spasi adalah sama.
2. Rectangular Pattern
Pola ini memiliki jarak spasi dalam satu row lebih besar dari pada jarak
3. Stagerred Pattern
Pola ini membuat zig-zag antara lubang bor yang berasal dari square
Pola pengeboran stagerred umum digunakan pada saat ini dikarenakan sifat
probabilitas terbentuknya bongkah batuan yang besar. Sketsa pola pemboran dapat
pada suatu area peledakan. Urutan peledakan mengindikasikan bahwa adanya jeda
berikut:
1. Mengurangi getaran (Ground vibration).
27
2. Mengurangi overbreak.
3. Mengurangi airblast.
Pemilihan pola peledakan juga didasari pada ketersediaan bidang bebas (free face)
pada area yang akan diledakkan. Berdasarkan arah runtuhan, pola peledakan
1. Box Cut
pola seperti kotak. Pola peledakan ini digunakan apabila area peledakan
2. V Cut (Chevron)
Pola peledakan yang memiliki dua bidang bebas dan arah lemparannya ke
Jenis-jenis pola peledakan diatas dapat dilihat pada gambar 3.2 di bawah
ini:
Bahan peledak adalah suatu bahan kimia berupa senyawa tunggal atau
campuran yang berbentuk padat, cair, atau campurannya yang apabila diberi aksi
panas, benturan, gesekan atau ledakan awal akan mengalami suatu reaksi kimia
eksotermis sangat cepat dan hasil reaksinya sebagian atau seluruhnya berbentuk
gas disertai panas dan tekanan sangat tinggi yang secara kimia lebih stabil.
dibuat khusus untuk keperluan industri, misalnya industri pertambangan, sipil dan
Sifat fisik bahan peledak merupakan suatu kenampakan nyata dari sifat
• Densitas bahan peledak adalah berat bahan peledak per unit volume
b. Sensitifitas (Sensitivity)
sensitifitas atau efisiensinya. Apabila suatu bahan peledak larut dalam air
dalam waktu yang singkat (mudah larut), berarti bahan peledak tersebut
sebaliknya apabila tidak larut dalam air disebut sangat baik atau excellent.
Detonasi bahan peledak menghasilkan fume, yaitu gas-gas baik yang tidak
hasil peledakan yang tidak beracun seperti uap air (H 2O), karbondioksida
NO, gas berwarna putih merupakan kabut dari uap air (H2O).
31
Kekuatan bahan peledak berasal dari energi yang mampu dihasilkan oleh
dan
6% solar.
menggunakan persamaan:
RWSHANDAK (3.1)
menggunakan persamaan:
RBSHANDAK (3.3)
sepanjang kolom bahan peledak dengan satuan meter per sekon (m/s) atau
peledak,
PD = (3.4)
Keterangan: PD = tekanan detonasi, kPa
gas tersebut terbebaskan, dalam kata lain telah mencapai udara bebas.
Volume dan laju gas hasil peledakan mengontrol tumpukan dan lemparan
fragmen batuan (Gambar 3.3). Pada gambar dapat dilihat batuan bagian A
terkena.
coba (Rules of Thumb) merupakan dasar sehingga para ahli atau produsen bahan
peledak, dari kalangan para ahli misalnya R.L. Ash, Calvin J. Konya, Langefors
dan lainlain. Sedangkan dari kalangan produsen bahan peledak Rules of Thumb
34
dikemukakan oleh Dyno Nobel Explosive, Orica Mining Service, ICI Explosive
dan
lain-lain.
1. Burden (B)
Burden adalah jarak bidang bebas ke row lubang bor terdekat atau jarak
antara row dengan row berikutnya. Perhitungan burden menurut Dyno Nobel
Keterangan: B= burden, m
2. Spacing (S)
Spacing adalah jarak satu lubang bor ke lubang bor berikutnya dala satu
𝑆 = 1,15 × 𝐵 (3.6)
Keterangan: S= Spacing, m
B= Burden, m
3. Subdrilling (SD)
𝑆𝐷 = (3 − 15) × 𝐷 (3.7)
35
Dimana: J= Subdrilling, m
D= Diameter lubang, m
BH = Tinggi jenjang, m
SD = Subdrilling, m
5. Stemming (SL)
B= Burden, m
Column charge adalah bagian lubang ledak yang diisi dengan bahan
peledak. Panjang kedalaman lubang ledak yang diisi oleh bahan peledak dapat
𝐶 = 𝐿 − 𝑆𝐿 (3.10)
L= Kedalaman lubang, m
36
SL = Stemming, m
yang berupa urat (vein) dibutuhkan pengontrolan peledakan lebih lanjut, untuk
column charge dan stemming menggunakan teori Scaled Depth of Burial (SDoB)
bahan peledak setara dengan sepuluh kali diamater lubang (Gambar 3.5).
Pada gambar di 3.13 dapat dilihat bahwa, apabila stemming terlalu sedikit
maka energi peledakan tidak terkontrol dan berakibat flyrock yang tidak
terkontrol, airblast yang besar dan membentuk kawah. Stemming yang terlalu
dalam juga berdampak buruk pada kegiatan peledakan tertahan dan tidak mampu
untuk memecah batuan yang hasilnya harus dilakukan kegiatan peledakan ulang.
𝐿 = ∅ × 10 (3.11)
𝐷 = 𝑆𝑡 + (0,5 × 𝐿) (3.13)
St = Panjang Stemming, m
(3.14)
Keterangan: SDoB = Scaled depth of burial,
berbutir sangat halus (droplets) dengan lapisan tipis matrik minyak hidrokarbonat.
ANFO yang tidak tahan terhadap air, bahan peledak emulsi memiliki karakter
supaya terbentuk gelembung udara untuk menimbulkan fenomena hot spot. Dapat
dilihat proses pembuatan emulsi baik itu emulsi kemasan maupun emulsi curah
lubang ledak (bulk). Gambar 3.7 adalah kenampakan bulk emulsion dan catridge
emulsion.
Heavy ANFO dan emulsion blends adalah campuran emulsi dan ANFO
berikut:
• Energi bertambah
daripada emulsi dan disebut emulsion blends apabila komposisi emulsi lebih
kemampupompaan dan kemampu-uliran. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 3.8
berikut.
a. Berdasarkan Volume
persamaan berikut:
V = 𝐵 × 𝑆 × 𝐵𝐻 × 𝑛 (3.15)
B = Burden, m
S = Spacing, m
42
BH = Tinggi Jenjang, m
n = Jumlah lubang
b. Berdasarkan Berat
persamaan berikut:
W = V x SGrock (3.16)
batuan.
(3.17)
Atau
(3.18)
3. Fragmentasi
gali atau ukuran bukaan alat crusher yang melakukan proses lebih lanjut.
alasan tertentu. Tambang ore yang memiliki tipe endapan vein biasanya
ore dilution.
3.5 Heave
berekspansi dengan sangat cepat menekan massa batuan disekeliling lubang ledak
Heave dapat terjadi pada dua sumbu yaitu sumbu vertikal (vertical heave)
naiknya permukaan material hasil peledakan yang dapat dilihat pada Gambar 3.10.
lokasi peledakan. Hal ini dipengaruhi oleh penempatan Control Row. Control row
adalah row dalam suatu blok peledakan yang dijadikan sebagai jalur inisiasi untuk
meledakkan blok tersebut. Pada Gambar 3.11 dapat dilihat bahwa semakin dekat
dengan control row, heave yang terjadi semakin tinggi. Sedangkan semakin jauh
berpindahnya ore ke area waste sehingga ore dianggap sebagai waste dan
material waste ke jalur ore, sehingga waste tersebut terkategorikan sebagai ore dan
Kedua hal diatas membawa dampak buruk jika terjadi secara berlebihan
karena akan mengakibatkan turunnya kadar dari ore. Turunnya kadar ore akan