Anda di halaman 1dari 11

Pengembangan Kurikulum 1964 atau “Rentjana Pendidikan 1964”

dan Pencetusan Program Pancawardhana

Salsabila Aida Hasya

A. Pendahuluan
Pendidikan berkenaan dengan perkembangan dan perubahan perilaku
peserta didik. Pendidikan berhubungan dengan transmisi pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keterampilan, dan aspek-aspek lainnya. Berbicara tentang
pendidikan maka kita tidak akan terlepas dengan kajian tentang kurikulum. Hal
ini dikarenakan kurikulum adalah bagian penunjang dalam proses pendidikan.
Kurikulum adalah program pendidikan yang meliputi berbagai mata pelajaran
atau mata kuliah yang harus diperlajari peserta didik dari tingkat Sekolah Dasar
(SD) sampai Perguruan Tinggi (PT) yang sudah ada sejak ada sistem
persekolahan. Kurikulum merupakan bagian penting pembelajaran dimana
mutu suatu negeri ditetapkan oleh mutu pembelajaran. J. Galen Saylor dan
William M. Alexander dalam bukunya Curriculum Planning to Better Teaching
and Learning mengatakan bahwa kurikulum adalah segala usaha untuk
mempengaruhi anak belajar, apakah dalam ruang kelas, dihalaman sekolah atau
diluar sekolah termasuk kurikulum.1 Dalam suatu sistem pendidikan, kurikulum
bersifat dinamis dan harus selalu dilakukan perubahan dan pengembangan agar
dapat mengikuti perkembangan dan tantangan zaman.2
Di Indonesia sendiri kurikulum selalu diperbarui dari masa ke masa. Salah
satunya adalah Kurikulum Rentjana Pembelajaran 1964. Kurikulum ini
merupakan kurikulum akhir yang dikeluarkan oleh Orde Lama. Inti pokok dari
kurikulum ini adalah membentuk manusia pancasila dan Manipol-USDEK yang
bertanggungjawab atas terselenggaranya masyarakat adil dan makmur, materil
dan spiritual. Pergantian kurikulum pada dasarnya, hal untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Pergantian kurikulum merupakan pembaruan ataupun inovasi
kurikulum untuk melakukan evaluasi hasil pembelajaran yang ada.

1
R. Masykur. Teori dan Telaah Pengembangan Kurikulum. (Bandar Lampung: Aura CV. Anugrah
Utama Raharja, 2020): 11.
2
Alhanuddin, “Sejarah Kurikulum di Indonesia: Studi Analisis Kebijakan Pengembangan
Kurikulum”, Jurnal Nur El-Islam, 1, no. 2, (2014): 50.
B. Pembahasan
1. Landasan Pengembangan Kurikulum 1964
Menjelang tahun 1964, pemerintah menyempurnakan sistem kurikulum
di Indonesia yaitu Rentjana Pendidikan 1964 atau kurikulum 1964. Pokok-
pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri kurikulum ini adalah
bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat
pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga
pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana, yaitu
pengembangan moral, kecerdasan, emosional, keterampilan, dan kesehatan
jasmani. Mata Pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi
yaitu moral, kecerdasan, emosional, keterampilan, dan jasmani. Pendidikan
dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.
Memiliki tujuan untuk membentuk manusia pancasialis yang sosialis
Indonesia, dengan sifat-sifat seperti pada ketetapan MPRS No II tahun
1960.3
Kurikulum 1964 berorientasi pada tujuan yaitu membentuk manusia
pancasila yang sosialis Indonesia. Kurikulum 1964 juga bertujuan untuk
meningkatkan sikap nasionalime dan cinta tanah air. Tujuan ini diharapkan
tercapai dengan melakukan beberapa hal antara lain peserta didik harus
ditanamkan dengan program pancawardhana. Konsekuensi Pancawardhana
dalam dunia pendidikan yaitu kurikulum harus diarahkan untuk
mengembangkan kualitas yang dinayatakan dalam Pancawardhana dalam
semangat Manipol-USDEK. Manipol-USDEK adalah akronim dari
Manifeso politik/Undang-Undang Dasar 1945, sosialisme Indonesia,
demokrasi terpimpin dan kepribadian Indonesia yang oleh Soekarno
dijadikan sebagai Haluan Negara Republik Indonesia, sehingga harus
dijunjung tinggi, dipupuk, dan dijalankan oleh semua bangsa Indonesia.
Tujuan pendidikan berubah dari menghasilkan mansuai yang susila dan

3
Dafid Slamet Setiana dan Nuryadi. Kajian Kurikulum Sekolah Dasar dan Menengah.
(Yogyakarta: Gramasurya, 2020): 93.
demokratis menjadi manusia Susila yang sosialis dan pelopor dalam
membela Manipol-USDEK.4
Perubahan kurikulum yang sangat menonjol adalah adanya mata
pelajaran civics yang diarahkan untuk pembentukan warganegara yang
bercirikan Manipol-USDEK. Liberalisme dan individualisme menjadi
musuh dan harus dibersihkan dalam pelajaran civics karena bertentangan
dengan jiwa dan semangat Manipol-USDEK. Civics menjadi mata
Pelajaran yang mengemban pendidikan ideologi bangsa dan merupakan
awal pendidikan yang berisikan materi pelajaran yang sangat ditentukan
oleh ideologi dan politik. Rencana pembelajarannya dalam bentuk mata
pelajaran yang terpisah-pisah, antar mata pelajaran tidak memiliki
keterkaitan. Pembelajaran bentuk rencana pembelajaran ini cenderung
kurang memperhatikan aktivitas siswa, karena yang dianggap penting
adalah penyampaian sejumlah informasi sebagai bahan pelajaran dapat
diterima dan dihafal oleh siswa. Sistem pendidikan pada Kurikulum 1964
ini bersifat sentralistik. Artinya, kegiatannya memusatkan pada seluruh
wewenang kepada sejumlah kecil manager atau yang berada di posisi
puncak pada suatu struktur organisasi. Sebenarnya banyak hal yang menarik
yang sangat penting untuk di kaji mengenai Rentjana Pembelajaran 1964.
Karena kurikulum ini terbentuk dari pengaruh semua bidang kehidupan
bangsa.5
Tujuan pendidikan pada masa itu adalah membentuk manusia Pancasila
dan Manipol-USDEK yang bertanggungjawab atas terselenggaranya
masyarakat adil dan makmur, materiil dan spiritual. Sistem pendidikan
dinamakan Sistem Pancawardhana atau sistem lima aspek perkembangan
yaitu moral, kecerdasan, emosional, keterampilan, dan kesehatan jasmani.
Dan dari kelima Pancawardhana itu diuraikan menjadi beberapa bahan
pelajaran, yaitu:

4
Ibid., 94
5
Rakhmat Hidayat, dkk. Dinamika Perkembangan Kurikulum di Indonesia: Rentjana
Pembelajaran 1947 Hingga Kurikulum 2013. (Jakarta: Labsos, 2017): 17.
No Program Pancawardhana Bidang Studi
1. Perkembangan moral 1. Pendidikan Kemasyarakatan
2. Pendidikan Agama
2. Perkembangan kecerdasan 1. Bahasa Indonesia
2. Bahasa Daerah
3. Berhitung
4. Pengetahuan Alamiah
3. Perkembangan emosional 1. Seni Suara/Musik
2. Seni Lukis/Rupa
3. Seni Tari
4. Seni Sastra/Drama
4. Perkembangan keterampilan 1. Pertanian/Peternakan
2. Industri Kecil
3. Koperasi/Tabungan
4. Keterampilan-keterampilan
lain
5. Perkembangan kesehatan jasmani 1. Pendidikan jasmani
2. Pendidikan Kesehatan

Pokok-pokok pikiran yang terdapat pada kurikulum (renctjana


pembelajaran) 1964 yang menjadi ciri khas adalah bahwa pemerintah
mempunyai keinginan agar rakyat mendapatkan pengetahuan akademik
untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan
pada program Pancawardhana. Dan pada tingkat pendidikan dasar lebih
menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis yang
disesuaikan dengan perkembangan anak. Cara belajar dijalankan dengan
metode yang disebut dengan gotong royong terpimpin. Selain itu
pemerintah juga menerapkan hari sabtu sebagai hari “Krida” (berlatih).
Yang dimaksud dengan hari krida ialah, pada hari sabtu siswa diberi
kebebasan untuk berlatih kegiatan di bidang kebudayaan, kesenian,
olahraga, dan permainan yang sesuai dengan minat siswa. Disamping mata
pelajaran krida yang berarti untuk berlatih menurut bakat dan minat peserta
didik. Kurikulum Sekolah Dasar tahun 1964 dapat dikategorikan sebagai
correlated curriculum. Hal ini tampak dari kurikulum masa ini yang
mengarahkan peserta didik untuk terjun ke dunia kerja.6

6
Ibid., 23
2. Kelebihan kurikulum 1964
Kelebihan kurikulum 1964 yaitu mengembangkan ranah kognitif,
afektif, serta psikomotor. Ranah kognitif adalah keahlian pada bidang
keilmuan, ranah afektif adalah keahlian pada bidang tindakan, serta
psikomotor adalah keahlian pada bidang keahlian, dimana ketiganya adalah
aspek berarti dalam pembuatan karakter seseorang untuk melaksanakan
kegiatan lanjutan dengan seluruh kreatvitas dan inovasi, sehingga dengan
kurikulum ini peserta didik mempunyai kemampuan yang berbeda-beda.
Pembelajaran akan efisien, dan pembelajaran di sekolah memiliki manfaat
dalam kehidupan peserta didik.7
3. Kekurangan kurikulum 1964
Kurikulum 1964 memiliki kekurangan yaitu pada kurikulum ini
dipergunakan hanya pada tingkatan sekolah dasar sebagai bentuk
penyempurnaan kurikulum dengan pemberian pengetahuan akademik pada
jenjang SD. Penerapan kurikulum ini tersendat oleh terdapatnya Manipol-
USDEK yang mengarahkan pendidikan Indonesia untuk pembentukan
manusia sosialis Indonesia dengan menomorduakan kehidupan. Kurikulum
ini terkesan sedang diwarnai oleh kepentingan-kepentingan khusus yang
mengarah mengakomodir sistem- sistem yang belum searah dengan jiwa
UUD 45. Pembelajaran pun diwarnai oleh kepentingan- kepentingan
golongan menghasilkan kurikulum ini dimaknai selaku perlengkapan buat
menolong kepentingan- kepentingan khusus. Kurikulum ini belum
integrative kepada pengembangan adat serta pengembangan aliansi serta
kesatuan nasional. Kurikulum ini belum terkikis dari upaya- upaya
melestarikan tujuan kolonialis yang bila dibanding dengan angan- angan
kebebasan telah tidak relevan lagi. Kurikulum ini berjalan ketika Indonesia
masih dalam keadaan labil.8

7
Faisal Respatiadi, “Komparasi Kurikulum 1964 dan 1968 seeta Kajian Materi Geografi pada
Jenjang SMP”, Edusintek: Jurnal Pendidikan, Sains dan Tekhnologi, 9, no. 1, (2022): 283.
8
Ibid
C. Daftar Pustaka
Alhanuddin, “Sejarah Kurikulum di Indonesia: Studi Analisis Kebijakan
Pengembangan Kurikulum”, Jurnal Nur El-Islam, 1, no. 2, (2014): 50.
Hidayat, Rakhmat. dkk. Dinamika Perkembangan Kurikulum di Indonesia: Rentjana
Pembelajaran 1947 Hingga Kurikulum 2013. Jakarta: Labsos, 2017.
Masykur, R. Teori dan Telaah Pengembangan Kurikulum. Bandar Lampung: Aura CV.
Anugrah Utama Raharja, 2020.
Respatiadi, Faisal. “Komparasi Kurikulum 1964 dan 1968 seeta Kajian Materi
Geografi pada Jenjang SMP”, Edusintek: Jurnal Pendidikan, Sains dan
Tekhnologi, 9, no. 1, (2022): 283.
Setiana, Dafid Slamet dan Nuryadi. Kajian Kurikulum Sekolah Dasar dan Menengah.
Yogyakarta: Gramasurya, 2020.
Penerapan Kurikulum 1964 atau “Rentjana Pendidikan 1964”

A. Hasil Wawancara Penerapan Kurikulum 1964

Pendidikan berkenaan dengan perkembangan dan perubahan


perilaku siswa. Pendidikan berhubungan dengan transmisi pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keterampilan, dan aspek-aspek lainnya. Terdapat dinamika
sejarah pendidikan Indonesia. Dalam hal ini Ibu Sholihah selaku narasumber
menjelaskan perubahan istilah jenjang-jenjang pendidikan bagi masyarakat
Indonesia dari sebelum kemerdekaan, yaitu:

“Di zaman penjajahan Belanda, jenjang yang setara dengan SD


adalah Hollandsch-Inlandsche School (HIS) dan Europeesche
Lagere School (ELS) yang masibg-masing didirikan sejak 1914 dan
1817. Bila kini waktu mengenyam pendidikan di SD hanya sampai
enam tahun, di HIS dan ELS murid harus menempuhnya selama
tujuh tahun. Kemudian di masa penjajahan Jepang, disebut Sekolah
Rakyat (SR). Barulah pasca-kemerdekaan sebutan sekolah dasar
(SD) diresmikan pada 13 Maret 1946.”

Kurikulum Sekolah Dasar (SD) dari 1952 sampai 1964 dapat


dikategorikan sebagai kurikulum tradisional, yaitu separated subject
curriculum. Tujuan pendidikan pada masa ini adalah membentuk manusia
Pancasila dan Manipol/Usdek yang bertanggung jawab atas terselenggaranya
masyarakat adil dan makmur, materiil, dan spiritual. Sistem pendidikan
dinamakan Sistem Panca Wardana atau sistem lima aspek perkembangan yaitu
perkembangan moral, perkembangan intelegensi, perkembangan emosional
artistik (rasa keharuan), perkembangan keprigelan, dan perkembangan
jasmaniah.

Kurikulum merupakan acuan yang digunakan dalam


mengimplementasikan pembelajaran kepada siswa. Berkaitan dengan
kurikulum 1964, yaitu:
“Pemerintah menyempurnakan kurikulum 1952 dengan kurikulum
1964 yang dinamakan Rentjana Pendidikan 1964. Kurikulum ini
mempunyai ciri-ciri bahwa pemerintah berkeinginan agar rakyat
mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang
SD. Sehingga pembelajaran dipusatkan pada program
Pancawardhana yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional,
keterampilan dan jasmani. Pada saat itu disekolah-sekolah
penerapan kurikulum di SD ditekankan pada program
Pancawardhana seperti yang ditentukan oleh pemerintah. Sehingga
menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional parktis.”

Dalam penerapan kurikulum 1964, terdapat beberapa hal yang


melatarbelakangi kondisi sosial dan politik. Hal ini dijelaskan oleh narasumber
bahwa:

“Kurikulum itu dibuat pasti berpengaruh pada aspek sosial dan


politik. Maka dari itu kurikulum itu berbeda-beda tergantung
situasinya. Pada tahun 1964 kurikulum dibuat pada saat golongan
komunis sedang kuat di Indonesia. Karena itu materi-materinya
banyak yang dipengaruhi oleh komunis. Meskipun kurikulum 1964
bukan kurikulum komunis tetapi implementasinya banyak
dipengaruhi oleh komunis. Kurikulum 1964 dibuat untuk
menguatkan pemerintahan Soekarno. Kemudian tahun 1965 terjadi
peristiwa politik. Begitu ada peristiwa politik tersebut kurikulum
1964 langsung dihentikan. Setelah itu dibentuklah kurikulum
penyempurnaan atau disebut kurikulum 1968. Intinya ganti
pemerintah pasti ganti kurikulum. Kemudian tahun 1965-1968
proses pergantian Soekarno ke Soeharto akhirnya diubahlah
kurikulum. Ya, ada perubahan politik, perubahan dari Orde Lama ke
Orde Baru, dari Presiden Soekarno ke Presiden Soeharto. Karena itu
Kurikulum 1964 diganti dengan Kurikulum 1968. Dikarenakan
kurikulumnya tidak cocok dengan pemerintahan Orde Baru.
Pemerintahan yang sah saat itu adalah pemerintahan Pak Soeharto.
Yang mana kurikulum pasti berpihak kepada pemerintahan yang
berkuasa karena kurikulum itu dibuat untuk menguatkan
pemerintahan yang ada, bukan untuk menjatuhkan pemerintahan
yang ada.”

Dalam penerapan kurikulum pada tahun 1964 terdapat kebijakan


pendidikan yang diambil pada kurikulum 1964, yaitu:

“Kalau kebijakan kita lihat dari tujuan. Tujuan dari Kurikulum 1964
itu adalah membentuk masyarakat sosialis Indonesia. Landasan
pendidikan pada Kurikulum 1964 adalah sosialisme.”

Konsekuensi Pancawardhana dalam dunia pendidikan sangat jelas.


Kurikulum harus diarahkan untuk mengembangkan kualitas yang dinyatakan
dalam Pancawardhana dalam semangat Manipol-USDEK. Tujuan pendidikan
berubah dari menghasilkan manusia yang Susila dan demokratis menjadi
manusia yang Susila yang sosialis dan pelopor dalam membela Manipol-
USDEK. Perubahan yang sangat menonjol dalam kurikulum adalah adanya
mata Pelajaran Civics yang diarahkan untuk pembentukan warganegara yang
bercirikan Manipol-USDEK. Liberalisme dan individualisme menjadi musuh
dan harus dibersihkan dalam pelajaran Civics karena bertentangan dengan jiwa
dan semangat Manipol-USDEK. Civics menjadi mata pelajaran yang
mengemban pendidikan ideologi bangsa dan ini merupakan awal dari
pendidikan ideologi dalam kurikulum. Mata pelajaran ini adalah mata pelajaran
yang berisikan materi pelajaran yang sangat ditentukan oleh ideologi dan
politik. Tujuan pendidikan pada saat itu adalah membentuk manusia Pancasila
dan Manipol/Usdek yang bertanggung jawab antara lain atas terselenggaranya
masyarakat adil dan makmur, materil dan spiritual. Sebagai langkah perbaikan
dari kurikulum yang berlaku sejak tahun 1952, Direktorat Pendidikan
Dasar/Prasekolah Departemen PP dan K pada tahun 1964 menerbitkan buku
pedoman kurikulum baru yang diberi nama Rencana Pelajaran taman kanak-
kanak dan Sekolah Dasar, termasuk di dalamnya untuk sekolah lanjutan.

Pendidikan Pancawardhana bergeser dari jiwa Pancasila dan


digunakan sebagai alat politik tertentu. Hal tersebut juga dijelakan oleh
narasumber bahwa:
“Ya, benar. Kalau kurikulum 1964 benar ada perdebatan.
Dikarenakan masih menganut istilah bebas bicara dan perdebatan itu
mengarah menjadi pertarungan politik antara kekuataan komunis
dan non komunis untuk membekali 1964. Untuk sementara yang
menang adalah golongan komunis karena sangat kuat. Jadi,
Kurikulum 1964 itu sangat dipengaruhi oleh kepentingan golongan
komunis. Karena mereka kuat secara politik dan sosial.”

Terdapat keterkaitan antara kurikulum 1964 dan kurikulum 1968


dengan politik pendidikan. Hal tersebut berhubungan dengan adanya
permasalahan politik yang terjadi pada saat itu.

“Kurikulum 1964 dibuat untuk kepentingan politik Presiden


Soekarno. Kurikulum 1968 juga sama untuk kepentingan politik
Presiden Soeharto. Jadi, sama saja kurikulum di seluruh dunia dibuat
untuk mendukung politik pemerintahan yang sah. Maka dari itu,
karena kurikulum 1964 dan 1968 berbeda pemerintahannya, maka
politik pendidikannya juga berbeda. Yang menciptakan politik
pendidikan adalah pemerintah. Pemerintah akan mewujudkan politik
pendidikan itu lewat alat yang disebut kurikulum. Karena politiknya
berbeda sudah pasti kurikulumnya juga harus berbeda. Politik
pendidikan pemerintah Orde Baru tidak bisa diwujudkan dalam
Kurikulum 1964. Karena itu harus diubah menjadi Kurikulum
1968.”

Dalam penerapan kurikulum 1964 ini, dijelaskan juga oleh


narasumber tentang peran guru pada saat penerapan kurikulum 1964 dan model
pembelajaran yang digunakan.

“Guru itu paling dominan di sekolah. Semua murid-murid patuh


pada guru. Oleh karenanya guru diperebutkan oleh politik karena
posisinya strategis. Guru kan sampai sekarang kan masih digunakan
oleh beberapa pihak, apalagi pada saat mendekati pemilu seperti
sekarang ini. Paling tidak guru bisa mempengaruhi anak didiknya.
Modelnya sama masih teacher centered. Di sini guru masih pusat
pengembangan. Pola pembelajarannya ya monoton, yaitu ceramah”

Dari penjabaran mengenai penerapan kurikulum 1964 tersebut,


terdapat dampak kurikulum 1964 terhadap kondisi sosial, politik, dan
pendidikan. Dalam hal ini narasumber menjelaskan bahwa:

“Ya, Kurikulum 1964 pada saat itu baru akan diterapkan dan sudah
dilarang, Jadi, dampaknya terhadap siswa belum terlihat. Hanya
konsep dan akan diterapkan kemudian langsung ada perubahan
politik. Jadi kurikulum 1964 ini baru uji coba. Setelah itu pada tahun
1965 ada peristiwa politik. Tahun 1966 kurikulumnya tidak jelas.
Jadi pada saat itu selama 1966-1967-1968 itu kurikulumnya sangat
tidak jelas. Kurikulum kembali jelas di tahun 1974.”

B. Lampiran-lampiran

Anda mungkin juga menyukai