Anda di halaman 1dari 2

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Adhi Teknik merupakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang sudah
berdiri sejak 1996 yang berlokasi di Bali tepatnya di Kecamatan Kuta Utara
Kabupaten Bali. UMKM Adhi Teknik merupakan UMKM yang bergerak dibidang
produksi mesin berbagai kebutuhan laundry yang memenuhi kebutuhan beberapa
hotel, laundry UMKM, serta beberapa dipasarkan ke luar Bali. Beberapa jenis
produk yang dihasilkan oleh UMKM Adhi Teknik ini meliputi mesin pengering
pakaian, mesin pencuci pakaian, Semakin menjanjikannya peluang usaha mikro,
kecil dan menengah menjadikan meningginya permintaan kebutuhan mesin laundry
yang ada di Bali. Menurut data penjualan yang dicatat oleh pihak UMKM ADHI
TEKNIK tercatat pada tahun 2020 sampai tahun 2022 terjadi kenaikan penjualan
mesin laundry sebanyak 30%. Peningkatan kebutuhan ini menuntut pihak UMKM
untuk dapat memproduksi lebih banyak mesin laundry tiap tahunnyaNamun ada
beberapa kendala yang terjadi pada UMKM Adhi Teknik yaitu kurangnya pekerja
yang memproduksi mesin sehingga produksi mesin laundry membutuhkan waktu
yang cukup lama kurang lebih 14 hari untuk pengerjaan 1 mesin pengering pakaian
dan 17 hari untuk pengerjaan mesin pencuci pakaian. Serta beberapa bahan baku
yang harus melewati tahap modifikasi yang memiliki kerumitan pengerjaan yang
tinggi sebelum dapat digunakan untuk bahan baku pembuatan berbagai mesin
laundry.
Pada mesin pengering pakaian dan mesin pencuci pakaian terdapat beberapa
komponen yang sama dalam tahap produksi, seperti penggunaan motor induksi
elektrik untuk penggerak keranjang pakaian, plat lubang stainless dengan diameter
lubang 8mm sebagai bahan pendukung pembuatan keranjang pakaian. Pembuatan
keranjang pakaian ini pada mesin pengering dan pencuci pakaian memerlukan
tahapan tahapan yang cukup rumit, yaitu melubangi plat stainless dengan tebal 1
milimeter menggunakan bor tangan dan diameter matabor sebesar 8 milimeter
sebanyak 105 lubang. Proses bore ini terjadi 3 tahapan, yaitu dimulai penggunaan
matabor dengan diameter 3 milimeter, kemudian dilanjutkan menggunakan matabor
diameter 5 milimeter, kemudian yang terakhir penggunaan matabor dengan
diameter 8 milimeter. Tahap ini dilakukan karena saat proses bore sering terjadi
mengalami matabor yang patah karena penggunaan yang berlebihan sehingga
dimulai dengan matabor yang lebih kecil dahulu.

Anda mungkin juga menyukai