Anda di halaman 1dari 15

430

Pengaruh Berbagai Jenis Tanah dan Lumpur Laut terhadap


Pertumbuhan dan Hasil Lidah Buaya sebagai Tanaman Fitomarmaka

Radian1, Virhan Novianry2


1
Fakultas Pertanian UNTAN
2
Departemen Biokimia Medik, PSPD FK UNTAN

Abstrak

Latar Belakang. Lidah buaya (Aloe vera) merupakan tanaman sukulen atau tanaman yang
banyak mengandung air yang secara tradisional digunakan untuk penyubur rambut,
penyembuh luka dan perawatan kulit. Namun belakangan ini menjadi semakin populer
karena manfaatnya yang semakin luas diketahui yakni sebagai sumber penghasil bahan baku
untuk aneka produk seperti industri makanan, farmasi, dan kosmetik. Metode. Penelitian ini
menggunakan metode eksperimen lapangan dalam bentuk faktorial dengan pola Rancangan
Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari dua faktor yaitu faktor jenis tanah (T) dan faktor
dosis lumpur laut (L) Hasil. Berdasarkan hasil analisis keragaman pada semua variabel
pengamatan, pengaruh lumpur laut terhadap pertumbuhan tanaman lidah buaya pada tanah
gambut, alluvial dan PMK berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, lebar pelepah, berat
pelepah, volume akar dan panjang akar, namun tidak berbesa nyata terhadap jumlah pelepah.
Kesimpulan. Penggunaan jenis tanah gambut dan pemberian lumpur laut dalam media tanam
mampu meningkatkan tinggi tanaman, berat pelepah dan panjang akar, sedangkan pemberian
lumpur 10% mampu meningkatkan lebar pelepah, dan jumlah pelepah

Kata kunci : lidah buaya, lumpur laut, fitofarmaka

Background. Aloe vera is a succulent plant or plant that contains lots of water which is
traditionally used for hair fertilizing, wound healing and skin care. But lately it has become
increasingly popular because of its increasingly widely known benefits as a source of raw
materials for various products such as food, pharmaceutical and cosmetics industries.
Method. This study used a field experiment method in factorial form with a randomized block
design (rbd) pattern consisting of two factors, namely soil type factor and sea sludge dose
factor. Result. Based on the results of the diversity analysis on all observation variables, the
effect of sea sludge on the growth of aloe vera on peat, alluvial and fmd significantly affected
plant height, width of midrib, weight of midrib, root volume and root length, but not
significantly different on the number of midribs. Conclusion. The use of peat soil types and
the provision of sea sludge in the planting medium were able to increase plant height, weight
of midrib and root length, while 10% sludge was able to increase midrib width and number
of midribs.

Keywords : aloe vera, sea sludge, phytopharmacy

Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. Volume 3. Nomor 1. Januari 2017


431

PENDAHULUAN Lidah buaya merupakan salah satu

Lidah buaya (Aloe vera) komoditas unggulan daerah Kalimantan

merupakan tanaman sukulen atau tanaman Barat, yang memiliki keunggulan

yang banyak mengandung air yang secara komparatif dan kompetitif. Produk lidah

tradisional digunakan untuk penyubur buaya di daerah ini mempunyai ukuran

rambut, penyembuh luka dan perawatan pelepah yang lebih besar jika dibanding

kulit. Namun belakangan ini menjadi dengan daerah lain. Umumnya budidaya

semakin populer karena manfaatnya yang tanaman lidah buaya di Provinsi

semakin luas diketahui yakni sebagai Kalimantan Barat dilakukan pada lahan

sumber penghasil bahan baku untuk aneka gambut. Pertumbuhan lidah buaya di lahan

produk seperti industri makanan, farmasi, gambut cukup baik dengan bagian pelepah

dan kosmetik yang dipanen dapat mencapai 1,5 kg per

Pengembangan tanaman lidah pelepah dan panjang pelepah mencapai 70

buaya di Kalimantan Barat mempunyai cm. Budidaya lidah buaya pada jenis tanah

potensi cukup besar. Penamaman lidah yang lain seperti pada tanah alluvial dan

buaya dapat dilakukan pada berbagai jenis PMK cenderung lebih kecil dibandingkan

tanah. Terdapat tiga jenis tanah yang dengan pruduksi dilahan gambut, hal ini di

mendominasi di Kalimantan Barat yaitu duga disebabkan karena kandungan air

gambut, alluvial, dan podsolik merah- dalam pelepah lidah buaya lebih tinggi

kuning (PMK), Ketiga jenis tanah ini dibandingkan dengan kandungan air pada

memiliki sifat dan karakteristik yang pelepah lidah buaya yang ditanaman pada

berbeda-beda terutama dalam hal jenis tanah alluvial dan PMK, namun

penyediaan unsur hara yang cukup bagi diduga berat kering pelepah lidah buaya

tanaman. yang ditanam pada tanah alluvial dan PMK

cenderung sama dengan berat kering

Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. Volume 3. Nomor 1. Januari 2017


432

pelepah lidah buaya yang ditanaman pada penghilang rasa sakit.). Bob Bowden dan

lahan gambut. Dalam industri farmasi yang Wayne Smith dalam Davis4, dalam

memanfaatkan ekstrak ataupun bahan aktif penelitiannya menunjukkan bahwa daun

yang terdapat dalam lidah buaya, berat lidah buaya bertindak sebagai

kering atau berat padatan lebih penting antiinflamasi dengan menghambat integrin

dibandingkan dengan berat basah. Oleh tertentu

karena itu perlu diteliti apakah tanaman Tanah mineral seperti alluvial dan

lidah buaya yang ditanamam pada PMK mempunyai kandungan mineral jauh

Gambut, alluvial dan PMK mempunyai lebih tinggi dibandingkan dengan gambut,

perbedaan. oleh karena itu diduga kandungan mineral

Lidah buaya secara tradisonal atau kandungan bahan aktif pada tanaman

sering digunakan sebagai bahan obat. lidah buaya yang ditanaman pada tanah

Menurut Yuliani dkk; Simanjuntak; dan mineral juga di duga kadarnya juga lebih

Jatnika dan Saptoningsih1-3, daun lidah tinggi.

buaya mengandung vitamin, enzim, Tanah alluvial, PMK, dan gambut pada

protein, karbohidrat, mineral (kalsium, umumnya merupakan tanah yang miskin

natrium, magnesium, seng, besi) dan asam unsur hara dan pH yang rendah, oleh

amino. Selain itu berbagai agen anti karena itu penambahan lumpur laut

inflamasi, di antaranya adalah asam diharapkan dapat meningkat unsuh hara

salisilat indometasin, manosa fosfat, B dan pH tanah.Menurut Sagiman dan

sitosterol, juga komponen lignin, saponin Pujianto dan Suyadi5-6, pemberian lumpur

dan anthaquinone yang terdiri atas aloin, laut dan kapur dapat meningkatkanbasa-

barbaloin, anhtranol, anthracene, aloetic basa dan kejenuhan basa disertai turunnya

acid, aloe emodin merupakan bahan dasar KTK tanah gambut. Kandungan basa-basa

obat yang bersifat sebagai antibiotik dan yang tinggi dan sejumlah unsur hara mikro

Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. Volume 3. Nomor 1. Januari 2017


433

pada lumpur laut akan meningkatkan KB tersebut baru tampak jelas. Melalui batang

tanah, ketersediaan hara dan memperkecil ini akan muncul tunas-tunas yang

pengaruhtoksik dari asam fenolat. selanjutnya berkembang menjadi anakan.

Botani Tanaman Lidah Buaya (Aloe Batang lidah buaya juga dapat

vera). distek guna perbanyakan tanaman selain

Tanaman lidah buaya termasuk untuk peremajaan dengan pemangkasan

keluarga Liliaceae yang diduga habis daun dan batang, juga untuk

mempunyai 4.000 jenis, terbagi dalam 240 memudahkan agar anakan atau tunas baru

marga dan 12 anak suku, Menurut tumbuh dengan cepat.

Sudarto7, penggolongan klasifikasi Daun berbentuk agak cekung di

tanaman dapat dilihat sebagai berikut : bagian atas, berwarna hijau muda, dan

Divisi : Spermatophyta (Tumbuhan biji) mempunyai lapisan lilin tipis di


Subdivisi : Angiospermae (Tumbuhan
permukaan bawah daun. Lidah buaya jenis
berbiji tertutup)
ini memiliki panjang daun 50–80 cm, lebar
Kelas : Monocotyledoneae
10–14 cm, dan tebal 2–3 cm dengan berat
Bangsa : Liliflorae (Liliales)

Suku : Liliaceae pelepah mencapai 0,8–1,5 kg per pelepah.

Genus : Aloe Aloe chinensis hanya mempunyai duri di


Spesies : Aloe vera
bagian tepi daun. pita dengan helaian yang
Tanaman lidah buaya pada
memanjang. Daging daun tebal, tidak
umumnya memiliki batang yang tidak
bertulang, berwarna hijau keabu-abuan
terlalu besar dan relatif pendek, yakni
pada umumnya, bersifat sukulen yang
sekitar 10 cm. Batang tidak kelihatan
banyak mengandung air, getah atau lender
karena tertutup oleh daun-daun yang rapat
(gel) yang mendominasi daun dan
dan sebagian terbenam dalam tanah. Jika
berfungsi sebagai cadangan makanan.
daun atau pelepah lidah buaya telah

dipotong (dipanen) beberapa kali, batang

Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. Volume 3. Nomor 1. Januari 2017


434

Bunga lidah buaya memiliki warna Syarat Tumbuh Lidah Buaya (Aloe

oranye, Berkelamin dua (bisexual) dengan vera)

ukuran panjang 25–40 mm. Bunga Lidah buaya (Aloe vera) dapat

berukuran kecil, tersusun dalam rangkaian tumbuh subur pada tanah yang memiliki

berbentuk tandan. Bunga berbentuk seperti struktur gembur dan banyak mengandung

lonceng, terletak di ujung atas suatu bahan organik, dengan sistem perakaran

tangkai yang keluar dari ketiak daun dan yang dangkal dan tahan terhadap kondisi

bercabang. Panjang tangkai antara 50–100 kekeringan. Untuk memperoleh produksi

cm dan cukup kokoh atau keras sehingga yang baik tanaman lidah buaya harus di

tidak mudah patah. tanam pada ketingggian tempat antara 0–

Akar tanaman lidah buaya 1.500 meter di atas permukaan laut dengan

umumnya berupa akar serabut yang drainase yang cukup baik. Suhu optimum

pendek dan tumbuh menyebar di batang untuk pertumbuhannya berkisar antara

bagian bawah tanaman. Akar tidak tumbuh 16º–33º C dan curah hujan 1.000–3.000

ke arah bawah seperti halnya akar tunjang, mm pertahun dengan musim kering agak

tetapi tumbuh ke arah samping. Panjang panjang8. Di Kalimantan Barat, tanaman

akar berkisar antara 50–100 cm. Namun ini tumbuh baik di daerah bertanah gambut

menurut Wahjono dan Koesnandar (2002) yang pH-nya rendah. Pemberian pupuk

panjang akar mencapai 30–40 cm yang kandang dan abu menyebabkan tanaman

tumbuh lateral sehingga kadang-kadang memberikan hasil yang cukup baik.

tanaman mudah roboh karena akar tidak Meskipun demikian, pH ideal untuk

cukup kuat untuk menahan beban daun tanaman lidah buaya adalah berkisar antara

atau pelepah lidah buaya yang cukup 4,5–6, pH optimum 5,5. Tanah gambut

berat8. dapat ditanami lidah buaya dengan

membuat galangan-galangan kecil atau

Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. Volume 3. Nomor 1. Januari 2017


435

bedengan dengan jarak antar galangan ± kering tak balik (irreversible drying)

75 cm, lebar galangan 1 meter untuk setiap yang diakibatkan oleh pengeringan yang

2 jalur tanaman sehingga sirkulasi air dan berlebihan sehingga koloid gambut

udara selalu dalam keadaan baik untuk menjadi rusak dan gambut berubah sifat

tanaman9. seperti arang sehingga tidak mampu lagi

Tanah Gambut menyerap hara dan menahan air11-12.

Tanah gambut adalah tanah Peranan Lumpur Laut Terhadap

hidromorfik yang bahan asalnya sebagian Kesuburan Tanah dan Tanaman

besar atau keseluruhan terdiri dari bahan Lumpur laut merupakan hasil

organik yaitu sisa-sisa tanaman yang telah endapan yang terakumulasi di lapisan

mati, yang disebabkan karena lingkungan bagian bawah air pada garis pantai. Hasil

yang selalu basah terendam air, sehingga endapan ini merupakan sedimen bahan

pada keadaan demikian tidak mineral yang berasal dari hasil erosi di

memungkinkan terjadinya proses daratan diangkut oleh aliran sungai

pelapukan secara normal atau sempurna10. maupun hasil abrasi pantai dan diangkut

Menurut Sarief dari segi fisik arus laut kemudian diendapakan pada

tanah gambut memiliki sifat antara lain: garis pantai. Lumpur laut mengandung

mempunyai kapasitas menahan air yang sejumlah basa-basa tinggi terutama Na

besar, kemampuan menyerap hara yang yang dapat menurunkan kemasam tanah

tinggi dengan kohesi dan plastisitas yang gambut. Penggunaan lumpur laut dapat

sangat rendah. Tanah gambut memiliki menyebabkan turunnya KTK gambut dan

kadar air yang tinggi dan kapasitas meningkatnya basa-basa yang

memegang air 15 sampai 30 kali dari dicerminkan dengan peningkatan

bobot kering, porositas total antara 75% Kejenuhan Basa. Peningkatan KB karena

sampai 95%. Gambut mempunyai sifat KTK menurun dan basa-basa meningkat.

Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. Volume 3. Nomor 1. Januari 2017


436

Penambahan kation-kation dari lumpur c. Lumpur laut

sungai dan lumpur laut dapat Lumpur laut yang digunakan adalah

menurunkan asam-asam fenolat pada laumpur laut yang berasal dari desa Kijing

gambut13. Kabupaten Mempawah dengan dosis

sesuai perlakuan

METODE d. Pupuk

Penelitian ini dilaksanakan di Pupuk yang digunakan adalah

Komplek UNTAN jalan Reformasi di Pupuk Urea (45% N), pupuk SP-36 (36%

wilayah Kelurahan Bangka Belitung Darat P2O5), pupuk KCL (60% K2O) merupakan

Kecamatan Pontianak Tenggara Kota pupuk dasar yang diberikan dengan dosis

Pontianak Propinsi Kalimantan Barat. sesuai dengan anjuran, yaitu pupuk Urea

Lama penelitian selama 6 bulan terhitung dengan dosis 20 g/tanaman, SP-36 20

dari tanggal April sampai Oktober 2017. gr/tanaman, dan pupuk KCL 10

1. Bahan g/tanaman.

Bahan yang digunakan dalam e. Kapur

penelitian ini adalah : Kapur yang digunakan adalah

a. Bibit kapur dolomit dengan rumus kimia

Bibit yang digunakan dalam CaMg(CO3)2, diberikan 2 minggu sebelum

penelitian ini adalah tanaman lidah buaya tanam

yang berumur 4 bulan yang berasal dari d. Polybag

pendederan. Bibit dipilih dari yang Polybag yang digunakan berwarna hitam

mempunyai 5 sampai 6 pelepah. dengan ukuran 40 x 50 cm.

b. Tanah

Tanah yang digunakan ini yaitu

tanah gambut, alluvial, dan PMK.

Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. Volume 3. Nomor 1. Januari 2017


437

Alat Penelitian Terdapat 12 kombinasi perlakuan

Alat yang digunakan dalam yaitu t1l0, t1l1, t1l2 , t2l0 t2l1, t2l2, t3l0, t3
penelitian ini adalah meteran, cangkul, arit,
l1, dan t32, dengan ulangan sebanyak 3
pisau, timbangan analitik, gunting,
kali dan 3 sampel tanaman per perlakuan.
kantong plastik, kantong kertas, label,
Sehingga terdapat 81 tanaman.
ember, penggaris, oven, kamera dan alat
Pelaksanaan Penelitian
tulis menulis.
1. Persiapan Media Tanam
Rancangan Penelitian
Tanah yang digunakan untuk
Penelitian ini menggunakan
penelitian ini adalah tanah gambut, tanah
metode eksperimen lapangan dalam bentuk
alluvial, dan tanah PMK. Tanah-tanah
faktorial dengan pola Rancangan Acak
tersebut dibersihkan dari sampah serta
Kelompok (RAK) yang terdiri dari dua
sisa-sisa tanaman, diayak dengan
faktor yaitu faktor jenis tanah (T) dan
menggunakan ayakan kawat. Kemudian
faktor dosis lumpur laut (L)
tanah tersebut dimasukkan ke dalam
Perlakuan yang dimaksud adalah
polybag sebanyak 5 kg/polybag pada tanah
sebagai berikut :
gambut dan sebanyak 8 kg/polybag pada
1. Faktor Jenis Tanah (T) :
tanah alluvial dan PMK.
t1 = Tanah Gambut
Tanah yang telah dimasukkan ke polybag
t2 = Tanah Alluvial
selanjutnya diberi kapur dolomit dengan
t3= Tanah PMK
mencampurkannya bersama dengan tanah
2. Faktor Dosis Lumpur Laut (L) :
lalu diinkubasi. Kegiatan ini dilakukan 2
l0 = tanpa Lumpur Laut
minggu sebelum tanam lalu dilakukan
l1 = 5 % Lumpur Laut
pengukuran pH tanah. Pengolahan Lahan
l2 = 10 % Lumpur Laut
2. Pemberian Abu

Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. Volume 3. Nomor 1. Januari 2017


438

Pemberian abu dilakukan 1 minggu d. Pengendalian hama dan penyakit

sebelum tanam dengan dosis 1.809 dilakukan pada tanaman yang

g/tanaman dengan cara dicampur merata terserang. Tanaman yang terserang

dalam setiap lubang tanam, kemudian penyakit segera dibuang agar tidak

dilakukan inkubasi selama 1 minggu menularkan ke tanaman lain.

3. Perlakuan bibit 6. Panen

Perlakuan bibit dilakukan dengan Panen dilakukan pada saat tanaman

pemangkasan akar dan tanpa berumur 4 bulan setelah tanam. Caranya

pemangkasan. pangkal pelepah dipotong menggunakan

4. Penanaman dan Pemupukan pisau tajam yang dimulai dari pelepah

Bibit tanaman yang berasal dari daun bagian bawah.

pendederan langsung dipindahkan ke ke

dalam polybag. Pupuk Urea dengan dosis Variabel Pengamatan

20 g/tanaman, Pupuk SP-36 20 g/tanaman, Panjang Pelepah, Panjang Akar, Volume

dan pupuk KCl 10 g/tanaman sebagai Akar, Pertambahan Jumlah Pelepah, Berat

pupuk dasar diberikan dengan dosis sesuai Basah Pelepah, Lebar pelepah dan berat

anjuran. Pupuk dasar diberikan dengan kering tanaman.

cara mencampurkan secara merata. Selain itu dilakukan pula

5. Pemeliharaan pengamatan pendukung penelitian,

a. Pembuangan anakan, pada umur 2 meliputi Suhu Udara (oC) dan Kelembaban

bulan setelah tanam biasanya tanaman (%) dan Curah Hujan (mm/bulan)

sudah mengeluarkan anakan. Anakan ini Analisis Statistik

harus dipisahkan, jika dibiarkan Menurut Gaspersz (1991) model

pertumbuhan induk menjadi terhambat dan matematika untuk metode eksperimen

kerdil. lapangan dalam bentuk faktorial dengan

Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. Volume 3. Nomor 1. Januari 2017


439

pola Rancangan Acak Kelompok (RAK) HASIL

adalah sebagai berikut : Tinggi Tanaman (cm)

Yij = µ + Rk + Ai + Mj + Amij + Berdasarkan uji BNJ dapat dilihat

∑ijk bahwa, perlakuan l0t2 berbeda nyata

Keterangan: terhadap perlakuan l2t1, l1t2, l1t1, l2t2,

Yij = Respon perlakuan yang diukur l2t3, l0t1, l1t3, dan l0t3, perlakuan l2t1

µ = Nilai rata-rata sebenarnya berbeda nyata terhadap perlakuan l2t3,

Rk = Pengaruh aditif taraf ke-k dari l0t1, l1t3, l0t3 dan l0t2, namun berbeda

ulangan / blok tidak nyata terhadap perlakuan l1t2, l1t1,

Ai = Pengaruh aditif taraf ke-i dari dan l2t2. Perlakuan l1t2 berbeda nyata

faktorjenis tanah terhadap perlakuan l0t3 dan l0t2 namun

Mj = Pengaruh aditif taraf ke-j dari tidak berbeda nyata dengan perlakuan l1t1,

faktor dosis lumpur laut l2t2, l2t3l0t1 dan l1t3.

Amij = Pengaruh interaksi taraf ke-i Lebar Pelepah (cm)

faktor jenis tanah dan taraf ke-j Berdasarkan uji BNJ dapat dilihat

faktor dosis lumpur laut bahwa, perlakuan l0t2 berbeda nyata

∑ijk = Pengaruh galat percobaan pada terhadap perlakuan l2t3, l1t3, l2t1, l1t2,

ulangan ke-k dengan kombinasi l2t2, l1t1, l0t1 namun tidak berbeda nyata

perlakuan ij terhadap perlakuan l0t3. Perlakuan l2t3

k = taraf ulangan (1, 2, 3) berbeda nyata terhadap perlakuan l0t1, l0t3

i = taraf perlakuan faktor dan l0t2, namun tidak berbeda nyata

pemangkasan akar bibit (1, 2) terhadap perlakuan l1t3, l2t1, l1t2, l2t2,

j = taraf perlakuan faktor dan l1t1.

pemupukan CuSO4 (1, 2, 3, 4)

Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. Volume 3. Nomor 1. Januari 2017


440

Jumlah Pelepah. l1t2, l2t2, namun tidak berbeda nyata pada

Rata-rata Jumlah Pelepah tanaman perlakuan l1t3, l2t3.

lidah buaya berpengaruh tidak nyata Volume Akar (cm3)

Berat Pelepah (gram) Berdasarkan uji BNJ dapat dilihat

Berdasarkan uji BNJ dapat dilihat bahwa perlakuan l0t2 berbeda nyata

bahwa, perlakuan l0t2 berbeda nyata terhadap perlakuan l1t3, l1t1, l2t1, l2t3,

terhadap perlakuan l2t1, l1t1, l1t2, l2t2, l1t3, l1t2, l2t2, l0t1, namun tidak berbeda

l1t3, l2t3, l0t1, namun tidak berbeda nyata nyata terhadap perlakuan l0t3. Perlakuan

terhadap perlakuan l0t3. Perlakuan l2t1 l1t3 berbeda nyata terhadap perlakuan l0t3

berbeda nyata terhadap perlakuan l1t3, dan l0t2 namun tidak berbeda nyata pada

l2t3, l0t1, l0t3 dan l0t2, namun tidak perlakuan l1t1, l2t1, l2t3, ll1t2, l2t2, l0t1.

berbeda nyata terhadap perlakuan l1t1, l1t2 Perlakuan l1t2 berbeda nyata terhadap

dan l2t2. Perlakuan l1t1 berbeda nyata perlakuan l0t2, namun tidak berbeda nyata

terhadap perlakuan l0t1, l0t3, dan l0t2 terhadap perlakaun, l1t3, l1t1, l2t1, l2t3,

namun tidak berbeda nyata terhadap l1t2, l2t2, l0t1,l0t3.

perlakuan l2t1, l1t2 l2t2, dan l2t3. Panjang Akar (cm).

Perlakuan l1t3 berbeda nyata terhadap Berdasarkan uji BNJ dapat dilihat

perlakuan l0t3, l0t2, l2t2 namun tidak bahwa perlakuan l0t2 berbeda terhadap

berbeda nyata terhadap perlakuan l1t1, l2t1 l2t2 l1t1 l0t1 l1t3 l1t2 l0t3 dan l2t2.

l1t2, l2t2, l2t3 dan l0t1. Perlakuan l2t3 Perlakuan l2t1 berbeda terhadap l1t2, l0t3,

berbeda nyata terhadap perlakuan l0t3, l2t2, l0t2 namun tidak berbeda terhadap

l0t2, l2t1 namun tidak berbeda nyata l2t3, l1t1, l0t1, l1t3. Perlakuan l2t3

terhadap perlakuan l1t1, l1t2, l2t2, l1t3dan berbeda terhadap l0t2, namun tidak

l0t1. Perlakuan l0t1 berbeda nyata berbeda terhadap l2t1, l2t3, l1t1, l0t1, l1t3,

terhadap perlakuan l0t3, l0t2, l2t1, l1t1, l1t2, l0t3 dan l2t2. Perlakuan L1 T2

Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. Volume 3. Nomor 1. Januari 2017


441

berbeda terhadap L0 T2, L2 T1, l2t3, l1t1, berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah

l0t1, l1t3. Perlakuan l0t3 berbeda terhadap pelepah. Perlakuan yang paling mencolok

l0t2 l2t1, namun tidak berbeda terhadap dari perlakuan yang lainnya adalah

l2t3, l1t1, l0t1, l1t3 l1t2, l0t3. penggunaan jenis tanah gambut dengan

dosis lumpur 10%.

PEMBAHASAN Pada tinggi tanaman lidah buaya

Pertumbuhan berhubungan perlakuan jenis tanah gambut dengan dosis

dengan perkembangan beberapa organ lumpur laut 10% memiliki tinggi tertinggi

yang spesifik atau organ tanaman secara yaitu 97,86 cm dan jenis tanah alluvial

keseluruhan. Pertumbuhan ini dapat diukur dengan dosis 0% lumpur laut memiliki

melalui pendekatan pengukuran bobot tinggi terendah yaitu 54,68 cm.

kering, luas daun, tinggi tanaman, diameter Penggunaan jenis tanah gambut dengan

batang dan sebagainya14. Selanjutnya, lumpur laut 10% berbeda nyata dengan

Harjadi (1980) menyatakan bahwa penggunaan jenis tanah alluvial lumpur

pertumbuhan tanaman ditunjukkan oleh laut 0%, tanah PMK lumpur laut 0%, tanah

pertambahan ukuran seperti tinggi PMK lumpur laut 5%.

tanaman, diameter batang, luas daun dan Pada variabel pengamatan lebar

bobot kering, yang sifatnya tidak dapat pelepah perlakuan tanah PMK lumpur laut

balik15. 10% memiliki rata-rata lebar pelepah

Hasil penelitian menunjukkan tertinggi yaitu 9,34 cm berpengaruh tidak

bahwa perlakuan jenis tanah dan dosis nyata dengan perlakuan jenis tanah gambut

lumpur laut pada tanaman lidah buaya lumpur 10,%, tanah gambut lumpur 5%

berpengaruh nyata terhadap tinggi namun berbeda nyata dengan perlakuan

tanaman, lebar pelepah, berat pelepah, jenis tanah alluvial tanpa lumpur yang

volume akar dan panjang akar.. Perlakuan memiliki nilai terendah 5,26 cm.

Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. Volume 3. Nomor 1. Januari 2017


442

Pada Variabel pengamatan 10%, tanah alluvial lumpur 5% tanah

jumlah pelepah berpengaruh tidak nyata. alluvial lumpur 10% dan tanah gambut

Perlakuan jenis tanah alluvial lumpur laut tanpa lumpur, namun berbeda nyata

5% memiliki jumlah pelepah tertinggi terhadap perlakuan tanah alluvial tanpa

yaitu 15,11 pelepah, sedangkan perlakuan lumpur yang memiliki volume akar

jenis tanah PMK lumpur laut 10% terendah 5,06 cm3 dan perlakuan tanah

memiliki jumlah pelepah rata-rata 9,22 PMK tanpa lumpur.

pelepah. Variabel pengamatan panjang

Pada variabel berat pelepah akar perlakuan tanah gambut lumpur 10%

perlakuan jenis tanah gambut lumpur laut memiliki panjang akar tertinggi yaitu

10% memiliki berat tertinggi yaitu 57,82 cm, sedangkan panjang akar

1273,89 gram berbeda nyata dengan terpendek pada perlakuan jenis tanah

perlakuan jenis tanah alluvial dengan tanpa alluvial tanpa lumpur yaitu 20,32 cm.

pemberian lumpur. perlakuan jenis tanah Perlakuan tanah gambut lumpur 10%

gambut lumpur laut 10% berbeda nyata berbeda nyata dengan perlakuan tanah

dengan perlakuan jenis tanah alluvial tanpa alluvial tanpa lumpur namun berbeda tidak

lumpur, tanah PMK lumpur tanpa lumpur, nyata dengan semua perlakuan yang ada.

tanah gambut tanpa lumpur, tanah alluvial Tanah gambut mengandung

lumpur 10%, tanah PMK lumpur 10%. mikoriza yang banyak yang dapat

Pada variabel volume akar, membuat struktur tanah menjadi gembur.

perlakuan tanah PMK lumpur laut 5% Karena tanaman lidah buaya memiliki akar

memiliki volume akar tertinggi yaitu 33,44 serabut maka akar akan lebih cepat

cm3, tidak berbeda nyataa dengan jenis berkembang di tanah yang berstruktur

tanah gambut lumpur 5%, tanah gambut gembur. Tanah gambut asal rizosfer nenas

lumpur lumpur 10% tanah PMK lumpur memiliki propagul alami mikoriza yang

Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. Volume 3. Nomor 1. Januari 2017


443

potensial untuk dikembangkan dan tidak berbesa nyata terhadap jumlah

diaplikasikan pada tanaman lidah buaya di pelepah.

tanah gambut16.

Perlakuan pada jenis tanah gambut KESIMPULAN

mampu meningkatkan lebar pelepah, Penggunaan jenis tanah gambut

panjang pelepah, bobot basah pelepah dan dan pemberian lumpur laut dalam media

bobot kering pelepah yang disebabkan tanam mampu meningkatkan tinggi

oleh adanya mikoriza dalam tanah gambut. tanaman, berat pelepah dan panjang akar,

Pemberian lumpur laut juga mampu sedangkan pemberian lumpur 10% mampu

meningkatkan pertumbuhan yang lebih meningkatkan lebar pelepah, dan jumlah

baik pada tanaman lidah buaya. Lumpur pelepah. Penelitian ini merupakan dasar

laut yang diberikan mampu meningkatkan untuk peningkatan kuantitas dan kualitas

pertumbuhan pada tinggi tanaman, lebar lidah buaya yang dapat dipergunakan

pelepah, lebar pelepah, berat pelepah dan sebagai obat.

panjang akar. Pemberian lumpur laut

dalam penelitian ini mampu mengurangi


DAFTAR PUSTAKA
1. Yuliani S, Winarti C Marwati.T. 1994.
penggunaan pupuk anorganik. Manfaat Lidah Buaya dalam Perawatan
Kesehatan dan Kecantikan, Prosiding
Berdasarkan hasil analisis Simposium Penelitian Bahan Obat Alami
VIII . Hal 258-268
keragaman pada semua variabel 2. Simanjuntak M. 1996. Botani Lidah
Buaya, Bogor. Soepardi, G. 1983. Sifat
dan Ciri Tanah. Institut Pertanian Bogor.
pengamatan, pengaruh lumpur laut Bogor.
3. Jatnika A. dan Saptoningsih. 2009.
terhadap pertumbuhan tanaman lidah Meraup Laba dari Lidah Buaya.. Jakarta:
Agro Media Pustaka. Hal 1-26
4. Davis, R.H. 2000. The Conductor
buaya pada tanah gambut, alluvial dan Orchestra Concept Of Aloe Vera. Aloe
Vera and inflamation. Available from :
PMK berpengaruh nyata terhadap tinggi http://wholeleaf.com.
Aloevera@wholeleaf.com. Diakses
tanaman, lebar pelepah, berat pelepah, Januari 2011.
5. Sagiman, S. dan Pujianto. 1994. Lumpur
laut sebagai pembenah gambut untuk
volume akar dan panjang akar, namun produksi tanaman kedelai. Seminar
nasional 25 tahun Pemanfaatan Gambut

Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. Volume 3. Nomor 1. Januari 2017


444

dan Pengembangan Kawasan Pasang


Surut. BPPT. Jakarta. 14-15 Des. 1994.
6. Suyadi. 1995. Influence of coastal
sediment and lime on peat chemical
properties in relation to soybean
cultivation. Thesis for Master of Science
in Agriculture. Institute of Agronomy in
the tropics Faculty of Agriculture Georg-
August-University-Gotingen, Germany.
S
7. Sudarto, Y. 1997. Lidah Buaya. Kanisius.
Yogyakarta
8. Wahjono, E dan Koesnandar. 2002.
Mengebunkan Lidah Buaya Secara
Intensif.AgroMedia Pustaka. Jakarta
9. Dinas Urusan Tanaman Pangan. 2010.
Profil Agribisnis LidahBuaya di Kota
Pontianak. Pontianak.
10. Yoseph. 1984. Potensi Tanah Gambut
Bagi Tanaman Perkebunan. Terjemahan;
Pangudijatno. Balai Penelitian
Perkebunan Departemen Perkebunan.
Bogor.
11. Sarief, S.E. 1986. Kesuburan dan
Pemupukan Tanah Pertanian. Penerbit
Pustaka Buana. Jakarta.
12. Subagyo, H., D.S. Marsoedi, dan A.S.
Karama. 1996. Prospek pengembangan
lahan gambut untuk pertanian. Seminar
Pengembangan Teknologi Berwawasan
Lingkungan Untuk Pertanian Pada Lahan
Gambut. Institut Pertanian Bogor. Bogor,
26 September 1996.
13. Sabiham, S. 1993. Pemanfaatan lumpur
laut daerah pasang surut sebagai salah
satu alternatif dalam menurunkan gas
metana dan asam fenol pada gambut
tebal. pp. 267-280. Dalam: S. Triutomo,
B. Setiadi, B. Nurachman, D. Mulyono,
E. Nursahid dan Kasiran (eds.), Prosiding
Seminar Nasional Gambut II. Jakarta, 14-
15 Januari, 1993.
14. Hakim, N., Y. Nyakpa, A. M. Lubis,
S.G.Nugroho, M.A. Diha, G. B. Hong
dan H. H. Barley. 1986. Dasar- Dasar
lmu Tanah. Fakultas Pertanian
Universitas Lampung, Bandar Lampung.
15. Haryadi, S. S. 1980. Pengantar
Agronomi. Gramedia, Jakarta.
16. Sasli. I, Sudirman.w, Sudrajat, Yadi. S,
Sudarso. 2008. Perbaikan Pertumbuhan
dan Kualitas Tanaman Lidah Buaya di
Tanah Gambut Dengan Aplikasi
Mikoriza Arbuskula dan Pemupukan.
Fakultas Pertanian Universitas
Tanjungpura. Pontianak.

Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. Volume 3. Nomor 1. Januari 2017

Anda mungkin juga menyukai