Abstrak
Latar Belakang. Lidah buaya (Aloe vera) merupakan tanaman sukulen atau tanaman yang
banyak mengandung air yang secara tradisional digunakan untuk penyubur rambut,
penyembuh luka dan perawatan kulit. Namun belakangan ini menjadi semakin populer
karena manfaatnya yang semakin luas diketahui yakni sebagai sumber penghasil bahan baku
untuk aneka produk seperti industri makanan, farmasi, dan kosmetik. Metode. Penelitian ini
menggunakan metode eksperimen lapangan dalam bentuk faktorial dengan pola Rancangan
Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari dua faktor yaitu faktor jenis tanah (T) dan faktor
dosis lumpur laut (L) Hasil. Berdasarkan hasil analisis keragaman pada semua variabel
pengamatan, pengaruh lumpur laut terhadap pertumbuhan tanaman lidah buaya pada tanah
gambut, alluvial dan PMK berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, lebar pelepah, berat
pelepah, volume akar dan panjang akar, namun tidak berbesa nyata terhadap jumlah pelepah.
Kesimpulan. Penggunaan jenis tanah gambut dan pemberian lumpur laut dalam media tanam
mampu meningkatkan tinggi tanaman, berat pelepah dan panjang akar, sedangkan pemberian
lumpur 10% mampu meningkatkan lebar pelepah, dan jumlah pelepah
Background. Aloe vera is a succulent plant or plant that contains lots of water which is
traditionally used for hair fertilizing, wound healing and skin care. But lately it has become
increasingly popular because of its increasingly widely known benefits as a source of raw
materials for various products such as food, pharmaceutical and cosmetics industries.
Method. This study used a field experiment method in factorial form with a randomized block
design (rbd) pattern consisting of two factors, namely soil type factor and sea sludge dose
factor. Result. Based on the results of the diversity analysis on all observation variables, the
effect of sea sludge on the growth of aloe vera on peat, alluvial and fmd significantly affected
plant height, width of midrib, weight of midrib, root volume and root length, but not
significantly different on the number of midribs. Conclusion. The use of peat soil types and
the provision of sea sludge in the planting medium were able to increase plant height, weight
of midrib and root length, while 10% sludge was able to increase midrib width and number
of midribs.
yang banyak mengandung air yang secara komparatif dan kompetitif. Produk lidah
rambut, penyembuh luka dan perawatan pelepah yang lebih besar jika dibanding
kulit. Namun belakangan ini menjadi dengan daerah lain. Umumnya budidaya
semakin luas diketahui yakni sebagai Kalimantan Barat dilakukan pada lahan
sumber penghasil bahan baku untuk aneka gambut. Pertumbuhan lidah buaya di lahan
produk seperti industri makanan, farmasi, gambut cukup baik dengan bagian pelepah
buaya di Kalimantan Barat mempunyai cm. Budidaya lidah buaya pada jenis tanah
potensi cukup besar. Penamaman lidah yang lain seperti pada tanah alluvial dan
buaya dapat dilakukan pada berbagai jenis PMK cenderung lebih kecil dibandingkan
tanah. Terdapat tiga jenis tanah yang dengan pruduksi dilahan gambut, hal ini di
gambut, alluvial, dan podsolik merah- dalam pelepah lidah buaya lebih tinggi
kuning (PMK), Ketiga jenis tanah ini dibandingkan dengan kandungan air pada
memiliki sifat dan karakteristik yang pelepah lidah buaya yang ditanaman pada
berbeda-beda terutama dalam hal jenis tanah alluvial dan PMK, namun
penyediaan unsur hara yang cukup bagi diduga berat kering pelepah lidah buaya
pelepah lidah buaya yang ditanaman pada penghilang rasa sakit.). Bob Bowden dan
lahan gambut. Dalam industri farmasi yang Wayne Smith dalam Davis4, dalam
yang terdapat dalam lidah buaya, berat lidah buaya bertindak sebagai
kering atau berat padatan lebih penting antiinflamasi dengan menghambat integrin
karena itu perlu diteliti apakah tanaman Tanah mineral seperti alluvial dan
lidah buaya yang ditanamam pada PMK mempunyai kandungan mineral jauh
Gambut, alluvial dan PMK mempunyai lebih tinggi dibandingkan dengan gambut,
Lidah buaya secara tradisonal atau kandungan bahan aktif pada tanaman
sering digunakan sebagai bahan obat. lidah buaya yang ditanaman pada tanah
Menurut Yuliani dkk; Simanjuntak; dan mineral juga di duga kadarnya juga lebih
buaya mengandung vitamin, enzim, Tanah alluvial, PMK, dan gambut pada
natrium, magnesium, seng, besi) dan asam unsur hara dan pH yang rendah, oleh
amino. Selain itu berbagai agen anti karena itu penambahan lumpur laut
sitosterol, juga komponen lignin, saponin Pujianto dan Suyadi5-6, pemberian lumpur
dan anthaquinone yang terdiri atas aloin, laut dan kapur dapat meningkatkanbasa-
barbaloin, anhtranol, anthracene, aloetic basa dan kejenuhan basa disertai turunnya
acid, aloe emodin merupakan bahan dasar KTK tanah gambut. Kandungan basa-basa
obat yang bersifat sebagai antibiotik dan yang tinggi dan sejumlah unsur hara mikro
pada lumpur laut akan meningkatkan KB tersebut baru tampak jelas. Melalui batang
tanah, ketersediaan hara dan memperkecil ini akan muncul tunas-tunas yang
Botani Tanaman Lidah Buaya (Aloe Batang lidah buaya juga dapat
keluarga Liliaceae yang diduga habis daun dan batang, juga untuk
mempunyai 4.000 jenis, terbagi dalam 240 memudahkan agar anakan atau tunas baru
tanaman dapat dilihat sebagai berikut : bagian atas, berwarna hijau muda, dan
Bunga lidah buaya memiliki warna Syarat Tumbuh Lidah Buaya (Aloe
ukuran panjang 25–40 mm. Bunga Lidah buaya (Aloe vera) dapat
berukuran kecil, tersusun dalam rangkaian tumbuh subur pada tanah yang memiliki
berbentuk tandan. Bunga berbentuk seperti struktur gembur dan banyak mengandung
lonceng, terletak di ujung atas suatu bahan organik, dengan sistem perakaran
tangkai yang keluar dari ketiak daun dan yang dangkal dan tahan terhadap kondisi
cm dan cukup kokoh atau keras sehingga yang baik tanaman lidah buaya harus di
Akar tanaman lidah buaya 1.500 meter di atas permukaan laut dengan
umumnya berupa akar serabut yang drainase yang cukup baik. Suhu optimum
bagian bawah tanaman. Akar tidak tumbuh 16º–33º C dan curah hujan 1.000–3.000
ke arah bawah seperti halnya akar tunjang, mm pertahun dengan musim kering agak
akar berkisar antara 50–100 cm. Namun ini tumbuh baik di daerah bertanah gambut
menurut Wahjono dan Koesnandar (2002) yang pH-nya rendah. Pemberian pupuk
panjang akar mencapai 30–40 cm yang kandang dan abu menyebabkan tanaman
tanaman mudah roboh karena akar tidak Meskipun demikian, pH ideal untuk
cukup kuat untuk menahan beban daun tanaman lidah buaya adalah berkisar antara
atau pelepah lidah buaya yang cukup 4,5–6, pH optimum 5,5. Tanah gambut
bedengan dengan jarak antar galangan ± kering tak balik (irreversible drying)
75 cm, lebar galangan 1 meter untuk setiap yang diakibatkan oleh pengeringan yang
2 jalur tanaman sehingga sirkulasi air dan berlebihan sehingga koloid gambut
udara selalu dalam keadaan baik untuk menjadi rusak dan gambut berubah sifat
besar atau keseluruhan terdiri dari bahan Lumpur laut merupakan hasil
organik yaitu sisa-sisa tanaman yang telah endapan yang terakumulasi di lapisan
mati, yang disebabkan karena lingkungan bagian bawah air pada garis pantai. Hasil
yang selalu basah terendam air, sehingga endapan ini merupakan sedimen bahan
pada keadaan demikian tidak mineral yang berasal dari hasil erosi di
pelapukan secara normal atau sempurna10. maupun hasil abrasi pantai dan diangkut
Menurut Sarief dari segi fisik arus laut kemudian diendapakan pada
tanah gambut memiliki sifat antara lain: garis pantai. Lumpur laut mengandung
besar, kemampuan menyerap hara yang yang dapat menurunkan kemasam tanah
tinggi dengan kohesi dan plastisitas yang gambut. Penggunaan lumpur laut dapat
sangat rendah. Tanah gambut memiliki menyebabkan turunnya KTK gambut dan
bobot kering, porositas total antara 75% Kejenuhan Basa. Peningkatan KB karena
sampai 95%. Gambut mempunyai sifat KTK menurun dan basa-basa meningkat.
sungai dan lumpur laut dapat Lumpur laut yang digunakan adalah
menurunkan asam-asam fenolat pada laumpur laut yang berasal dari desa Kijing
sesuai perlakuan
METODE d. Pupuk
Komplek UNTAN jalan Reformasi di Pupuk Urea (45% N), pupuk SP-36 (36%
wilayah Kelurahan Bangka Belitung Darat P2O5), pupuk KCL (60% K2O) merupakan
Kecamatan Pontianak Tenggara Kota pupuk dasar yang diberikan dengan dosis
Pontianak Propinsi Kalimantan Barat. sesuai dengan anjuran, yaitu pupuk Urea
dari tanggal April sampai Oktober 2017. gr/tanaman, dan pupuk KCL 10
1. Bahan g/tanaman.
pendederan. Bibit dipilih dari yang Polybag yang digunakan berwarna hitam
b. Tanah
Alat yang digunakan dalam yaitu t1l0, t1l1, t1l2 , t2l0 t2l1, t2l2, t3l0, t3
penelitian ini adalah meteran, cangkul, arit,
l1, dan t32, dengan ulangan sebanyak 3
pisau, timbangan analitik, gunting,
kali dan 3 sampel tanaman per perlakuan.
kantong plastik, kantong kertas, label,
Sehingga terdapat 81 tanaman.
ember, penggaris, oven, kamera dan alat
Pelaksanaan Penelitian
tulis menulis.
1. Persiapan Media Tanam
Rancangan Penelitian
Tanah yang digunakan untuk
Penelitian ini menggunakan
penelitian ini adalah tanah gambut, tanah
metode eksperimen lapangan dalam bentuk
alluvial, dan tanah PMK. Tanah-tanah
faktorial dengan pola Rancangan Acak
tersebut dibersihkan dari sampah serta
Kelompok (RAK) yang terdiri dari dua
sisa-sisa tanaman, diayak dengan
faktor yaitu faktor jenis tanah (T) dan
menggunakan ayakan kawat. Kemudian
faktor dosis lumpur laut (L)
tanah tersebut dimasukkan ke dalam
Perlakuan yang dimaksud adalah
polybag sebanyak 5 kg/polybag pada tanah
sebagai berikut :
gambut dan sebanyak 8 kg/polybag pada
1. Faktor Jenis Tanah (T) :
tanah alluvial dan PMK.
t1 = Tanah Gambut
Tanah yang telah dimasukkan ke polybag
t2 = Tanah Alluvial
selanjutnya diberi kapur dolomit dengan
t3= Tanah PMK
mencampurkannya bersama dengan tanah
2. Faktor Dosis Lumpur Laut (L) :
lalu diinkubasi. Kegiatan ini dilakukan 2
l0 = tanpa Lumpur Laut
minggu sebelum tanam lalu dilakukan
l1 = 5 % Lumpur Laut
pengukuran pH tanah. Pengolahan Lahan
l2 = 10 % Lumpur Laut
2. Pemberian Abu
dalam setiap lubang tanam, kemudian penyakit segera dibuang agar tidak
dan pupuk KCl 10 g/tanaman sebagai Akar, Pertambahan Jumlah Pelepah, Berat
pupuk dasar diberikan dengan dosis sesuai Basah Pelepah, Lebar pelepah dan berat
a. Pembuangan anakan, pada umur 2 meliputi Suhu Udara (oC) dan Kelembaban
bulan setelah tanam biasanya tanaman (%) dan Curah Hujan (mm/bulan)
Yij = Respon perlakuan yang diukur l2t3, l0t1, l1t3, dan l0t3, perlakuan l2t1
Rk = Pengaruh aditif taraf ke-k dari l0t1, l1t3, l0t3 dan l0t2, namun berbeda
Ai = Pengaruh aditif taraf ke-i dari dan l2t2. Perlakuan l1t2 berbeda nyata
Mj = Pengaruh aditif taraf ke-j dari tidak berbeda nyata dengan perlakuan l1t1,
faktor jenis tanah dan taraf ke-j Berdasarkan uji BNJ dapat dilihat
∑ijk = Pengaruh galat percobaan pada terhadap perlakuan l2t3, l1t3, l2t1, l1t2,
ulangan ke-k dengan kombinasi l2t2, l1t1, l0t1 namun tidak berbeda nyata
pemangkasan akar bibit (1, 2) terhadap perlakuan l1t3, l2t1, l1t2, l2t2,
Berdasarkan uji BNJ dapat dilihat bahwa perlakuan l0t2 berbeda nyata
bahwa, perlakuan l0t2 berbeda nyata terhadap perlakuan l1t3, l1t1, l2t1, l2t3,
terhadap perlakuan l2t1, l1t1, l1t2, l2t2, l1t3, l1t2, l2t2, l0t1, namun tidak berbeda
l1t3, l2t3, l0t1, namun tidak berbeda nyata nyata terhadap perlakuan l0t3. Perlakuan
terhadap perlakuan l0t3. Perlakuan l2t1 l1t3 berbeda nyata terhadap perlakuan l0t3
berbeda nyata terhadap perlakuan l1t3, dan l0t2 namun tidak berbeda nyata pada
l2t3, l0t1, l0t3 dan l0t2, namun tidak perlakuan l1t1, l2t1, l2t3, ll1t2, l2t2, l0t1.
berbeda nyata terhadap perlakuan l1t1, l1t2 Perlakuan l1t2 berbeda nyata terhadap
dan l2t2. Perlakuan l1t1 berbeda nyata perlakuan l0t2, namun tidak berbeda nyata
terhadap perlakuan l0t1, l0t3, dan l0t2 terhadap perlakaun, l1t3, l1t1, l2t1, l2t3,
Perlakuan l1t3 berbeda nyata terhadap Berdasarkan uji BNJ dapat dilihat
perlakuan l0t3, l0t2, l2t2 namun tidak bahwa perlakuan l0t2 berbeda terhadap
berbeda nyata terhadap perlakuan l1t1, l2t1 l2t2 l1t1 l0t1 l1t3 l1t2 l0t3 dan l2t2.
l1t2, l2t2, l2t3 dan l0t1. Perlakuan l2t3 Perlakuan l2t1 berbeda terhadap l1t2, l0t3,
berbeda nyata terhadap perlakuan l0t3, l2t2, l0t2 namun tidak berbeda terhadap
l0t2, l2t1 namun tidak berbeda nyata l2t3, l1t1, l0t1, l1t3. Perlakuan l2t3
terhadap perlakuan l1t1, l1t2, l2t2, l1t3dan berbeda terhadap l0t2, namun tidak
l0t1. Perlakuan l0t1 berbeda nyata berbeda terhadap l2t1, l2t3, l1t1, l0t1, l1t3,
terhadap perlakuan l0t3, l0t2, l2t1, l1t1, l1t2, l0t3 dan l2t2. Perlakuan L1 T2
berbeda terhadap L0 T2, L2 T1, l2t3, l1t1, berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah
l0t1, l1t3. Perlakuan l0t3 berbeda terhadap pelepah. Perlakuan yang paling mencolok
l0t2 l2t1, namun tidak berbeda terhadap dari perlakuan yang lainnya adalah
l2t3, l1t1, l0t1, l1t3 l1t2, l0t3. penggunaan jenis tanah gambut dengan
dengan perkembangan beberapa organ lumpur laut 10% memiliki tinggi tertinggi
yang spesifik atau organ tanaman secara yaitu 97,86 cm dan jenis tanah alluvial
keseluruhan. Pertumbuhan ini dapat diukur dengan dosis 0% lumpur laut memiliki
kering, luas daun, tinggi tanaman, diameter Penggunaan jenis tanah gambut dengan
batang dan sebagainya14. Selanjutnya, lumpur laut 10% berbeda nyata dengan
pertumbuhan tanaman ditunjukkan oleh laut 0%, tanah PMK lumpur laut 0%, tanah
tanaman, diameter batang, luas daun dan Pada variabel pengamatan lebar
bobot kering, yang sifatnya tidak dapat pelepah perlakuan tanah PMK lumpur laut
bahwa perlakuan jenis tanah dan dosis nyata dengan perlakuan jenis tanah gambut
lumpur laut pada tanaman lidah buaya lumpur 10,%, tanah gambut lumpur 5%
tanaman, lebar pelepah, berat pelepah, jenis tanah alluvial tanpa lumpur yang
volume akar dan panjang akar.. Perlakuan memiliki nilai terendah 5,26 cm.
jumlah pelepah berpengaruh tidak nyata. alluvial lumpur 10% dan tanah gambut
Perlakuan jenis tanah alluvial lumpur laut tanpa lumpur, namun berbeda nyata
yaitu 15,11 pelepah, sedangkan perlakuan lumpur yang memiliki volume akar
jenis tanah PMK lumpur laut 10% terendah 5,06 cm3 dan perlakuan tanah
Pada variabel berat pelepah akar perlakuan tanah gambut lumpur 10%
perlakuan jenis tanah gambut lumpur laut memiliki panjang akar tertinggi yaitu
10% memiliki berat tertinggi yaitu 57,82 cm, sedangkan panjang akar
1273,89 gram berbeda nyata dengan terpendek pada perlakuan jenis tanah
perlakuan jenis tanah alluvial dengan tanpa alluvial tanpa lumpur yaitu 20,32 cm.
pemberian lumpur. perlakuan jenis tanah Perlakuan tanah gambut lumpur 10%
gambut lumpur laut 10% berbeda nyata berbeda nyata dengan perlakuan tanah
dengan perlakuan jenis tanah alluvial tanpa alluvial tanpa lumpur namun berbeda tidak
lumpur, tanah PMK lumpur tanpa lumpur, nyata dengan semua perlakuan yang ada.
lumpur 10%, tanah PMK lumpur 10%. mikoriza yang banyak yang dapat
perlakuan tanah PMK lumpur laut 5% Karena tanaman lidah buaya memiliki akar
memiliki volume akar tertinggi yaitu 33,44 serabut maka akar akan lebih cepat
cm3, tidak berbeda nyataa dengan jenis berkembang di tanah yang berstruktur
tanah gambut lumpur 5%, tanah gambut gembur. Tanah gambut asal rizosfer nenas
lumpur lumpur 10% tanah PMK lumpur memiliki propagul alami mikoriza yang
tanah gambut16.
panjang pelepah, bobot basah pelepah dan dan pemberian lumpur laut dalam media
oleh adanya mikoriza dalam tanah gambut. tanaman, berat pelepah dan panjang akar,
Pemberian lumpur laut juga mampu sedangkan pemberian lumpur 10% mampu
baik pada tanaman lidah buaya. Lumpur pelepah. Penelitian ini merupakan dasar
laut yang diberikan mampu meningkatkan untuk peningkatan kuantitas dan kualitas
pertumbuhan pada tinggi tanaman, lebar lidah buaya yang dapat dipergunakan