Anda di halaman 1dari 2

3.

1 Metode Penelitian
Penelitian ini akan menggunakan metode RAK (Rancangan Acak Kelompok) dengan
memanfaatkan limbah sludge biogas yang belum terpakai sebagai pupuk untuk tanaman jagung.
Selanjutnya, pertumbuhan tanaman jagung akan diamati dengan menggunakan tiga metode
pengaplikasian slude biogas, yaitu dikubur, disebar pada permukaan tanah, dan dicampur dengan
tanah. Pengamatan dilakukan dengan membandingkan hasil dari pengaplikasian tersebut yang
diulang sebanyak tiga kali dengan perlakuan kontrol tanpa pemberian sludge biogas. Berikut ini
merupakan kombinasi perlakuan yang digunakan dalam penelitian.

Tabel 1 Kombinasi perlakuan


Faktor Perlakuan D1 D2 Kontrol
A1 A1D1 A1D2 Ulangan 1
A2 A2D1 A2D2 Ulangan 2
A3 A3D1 A3D2 Ulangan 3
Keterangan:
1. A : Aplikasi sludge biogas
 A1 = Disebar pada permukaan tanah
Sludge diaplikasikan dengan cara disebar pada permukaan tanah dengan lebar 8-
15 cm.
 A2 = Diaduk/dicampur
Sludge diaduk atau dicampur dengan tanah dengan kedalaman 10-15 cm dan
lebar 8-10 cm.
 A3 = Dikubur
Sludge dikubur pada tanah dengan kedalaman 10-15 cm dan lebar 8-10 cm.

2. D : Dosis sludge biogas


 D1 = 20 ton/ha
Petakan lahan yang digunakan adalah ukuran 5,5 cm × 4 cm = 22 m 2. Untuk
mengaplikasikan sludge dalam 1 ha lahan sebesar 20 ton, maka akan digunakan
sludge sebanyak 44 kg/plot. Dalam petakan lahan terdapat 10 alur, sehingga setiap
alur mendapatkan sludge sebanyak 4,4 kg. Adapun dalam pengaplikasiannya,
setiap alur akan diberikan sludge sebanyak 5 kg, sehingga kebutuhan total sludge
dalam tiap petakan adalah sebanyak 50 kg.
 D2 = 30 ton/ha
Petakan lahan yang digunakan adalah ukuran 5,5 cm × 4 cm = 22 m 2. Untuk
mengaplikasikan sludge dalam 1 ha lahan sebesar 30 ton, maka akan digunakan
sludge sebanyak 66 kg/plot. Dalam petakan lahan terdapat 10 alur, sehingga setiap
alur mendapatkan sludge sebanyak 6,6 kg. Adapun dalam pengaplikasiannya,
setiap alur akan diberikan sludge sebanyak 7 kg, sehingga kebutuhan total sludge
dalam tiap petakan adalah sebanyak 70 kg.

3.2 Pelaksanaan Penelitian


3.2.1 Persiapan Lahan
Persiapan lahan sebagai media tanam untuk tanaman jagung adalah mengolah
tanah primer dan sekunder dengan menggunakan bajak, lalu merotari tanah untuk
mencapai konsistensi homogen yang cocok sebagai media tumbuh untuk jagung.
3.2.2 Pembuatan Petakan Lahan atau Plot
Ukuran petakan lahan yang digunakan adalah 5,5 m × 4 m × 25 cm. Penelitian
ini membutuhkan jumlah petakan yang sebanyak 21 petakan dengan 18 petakan
digunakan sebagai perlakuan pengaplikasian sludge biogas dengan cara disebar pada
permukaan, diaduk atau dicampur, dan dikubur, sedangkan 3 petakan lainnya
digunakan sebagai kontrol. Setiap petakan memiliki 90 lubang untuk menanam biji
jagung dengan ukuran 40 cm × 50 cm.

3.2.3 Pengaplikasian Sludge


Pengaplikasian sludge dilakukan setelah lahan sudah dilakukan pengolahan dan
berbentuk petakan atau lot. Kemudian, sludge tersebut akan diaplikasikan pada setiap
dengan tiga metode pemupukan yang berbeda. Metode yang digunakan dalam
pengaplikasian, yaitu:
a. Disebar (A1)
b. Diaduk atau dicampur (A2)
c. Dikubur (A3)

3.2.4 Pengairan/irigasi
Pengairan untuk tanaman jagung di petakan diambil dari sumber air di sekitar
lahan dan dipompa ke sistem irigasi. Jalur irigasi dibuat menggunakan peralatan
cangkul dengan mengelilingi petakan untuk memastikan air tersebar merata ke
tanaman. Pengairan pertama dilakukan sebelum menanam biji jagung, kemudian
dilanjutkan setiap 3 hari sekali setelah penanaman hingga proses perkecambahan
selesai. Setelah itu, pengairan dapat dilakukan setiap 1 minggu sekali.

3.2.5 Penanaman
Langkah selanjutnya adalah menanam benih jagung pada petakan lahan yang
telah disiapkan dengan ukuran 40 cm × 50 cm. Adapun langkah-langkah dalam
penanaman jagung, yaitu pembuatan lubang tanam, pengisian biji, dan penutupan
lubang.

3.2.6 Langkah Penelitian


Perkembangan perkecambahan tanaman jagung diamati setiap 3 hari sekali hingga
perkecambahan tanaman jagung tumbuh sepenuhnya. Setelah itu, dilakukan
pengamatan setiap seminggu sekali untuk mengukur diameter batang, jumlah daun,
dan tinggi tanaman hingga munculnya bunga (fase vegetatif selesai). Selanjutnya,
pengukuran generatif dilakukan setiap seminggu sekali untuk menghitung jumlah
bunga.

Anda mungkin juga menyukai