Anda di halaman 1dari 53

BUDIDAYA TEBU

Disusun Oleh : Ir. Hery Supriyanto


I. PEMBUKAAN AREAL

1. Jenis Lahan Budidaya Tebu


Terdiri dari :
a. Lahan konversi : areal yang terus menerus di tanami tebu.
b. Lahan Rotasi Pola Timur/Barat : areal ex tembakau yang telah
selesai panen (kutip daun terakhir), langsung cabut pokok
tembakau dan tanah diolah secara mekanisasi selanjutnya
ditanami tebu (Plant Cane).
c. Lahan Rotasi Pola Utara/Selatan : areal ex tembakau yang telah
selesai panen (kutip daun terakhir), parit gandoan dibersihkan
lalu ditanami tebu (Plant Cane).
2. Field Lay Out Budidaya Tebu
Meliputi :
a. Luas daerah Penanaman (DP) = 400- 500 Ha
b. Tiap DP terdiri dari 2 Kapveld atau lebih.
c. luas Kapveld = 200- 250 Ha.
d. Batasan DP/ Kapveld adalah pasar (primer, sekunder,
tertier).
e. Tiap DP terdiri dari beberapa blok, untuk konversi 1 blok : 5-
8 Ha.
f. Dalam 1 blok persyaratannya: varitas tebu sama,masa
tanam sama (selesai 1-2 hari), masa tebang sama (selesai 2-
4 hari).
g. Field Lay Out areal rotasi mengikuti field lay out tembakau.
3. Saluran Drainase
Tujuan :
a. Untuk menurunkan permukaan air tanah.
b. Menghindarkan areal tanaman tergenang
air.
c. Melancarkan aliran air pada areal tanaman.
d. Memperbaiki aerasi tanah, mengaktifkan
mikrobia tanah, sehingga akar tanaman
dapat berkembang dan jumlah tebu roboh
dapat diperkecil.
Jenis Dan Fungsi Saluran Drainase :
a. Parit Primer : parit dibuat disisi jalan utama (primer), yang berfungsi mengalirkan air
ke parit dalam.
b. Parit Sekunder : parit dibuat disisi jalan sekunder, yang berfungsi mengalirkan air ke
parit primer
c. Parit Tertier : parit dibuat disisi jalan tertier yang berfungsi menampung air ke parit
sekunder.
d. Parit Jalur : parit yang dibuat sejajar juringan, berfungsi mengalirkan kelebihan air
ke parit tertier.
e. Parit bohong : parit pembantu yang dibuat pada musim hujan pada daerah yang
rendah, padat dan liat.

Pemeliharaan Drainase
Pelaksanaan :
a. Tanah-tanah yang jatuh disemua jenis parit harus diangkat kembali.
b. Pinggiran-pinggiran sungai, parit besar, parit serong dan lain-lain untuk
pemeliharaan, rumput cukup dibabat sepandas mungkin.
c. Parit alam tidak diperbolehkan ditutup walaupun direncanakan parit baru sebagai
pengganti.
4. Jaringan Jalan

Terdiri dari :
a. Jalan Primer : Jalan utama untuk pengangkut tebu dari Kebun ke Pabrik,
beban yang harus ditahan cukup berat ( > 15 ton ). Sehingga perlu pengerasan
dengan dasar yang kuat. Lebar jalan 10 – 12 meter.
b. Jalan Sekunder : Jalan lalu lintas Traktor, alat pertanian dan angkutan tebu
dari Kebun ke jalan utama. Beban yang harus ditahan cukup berat, sehingga
perlu pengerasan dengan dasar yang kuat. Lebar jalan 6 – 8 meter.
c. Jalan Tertier : Jalan tidak perlu diperkeras dan dipergunakan sebagai “ head land”
tempat pemutaran Traktor. Lebar jalan 4 – 6 meter.
Jalan tetap dipelihara dengan membabat rumput yang ada.
II. PERSIAPAN LAHAN TANAM
(H-56 S/D -28 HARI)
Tujuan :
Mempersiapkan media tumbuh yang optimal bagi tanaman
1. Pembersihan Areal ( H -30 hari )
- Membabat, Merumpuk dan Membakar.
- Membongkar tunggul-tunggul dan gelagah.
- Pembersihan areal harus dilakukan dengan baik agar diperoleh
kualitas/mutu olah tanah yang optimal.
2. Pengolahan Tanah
Tujuan :
a. Memperbaiki sifat fisik tanah.
b. Memperbaiki porositas dan tata udara tanah.
c. Memperbaiki sistem arerasi tanah
d. Menggemburkan tanah.
e. Menekan hama dan penyakit tanaman.
2.1. Pengolahan Tanah 1 x ( Plowing/ Harrowing )
Pelaksanaan :
- Menggunakan Traktor Medium150 HP d engan implement One Way
Disc Plow ( diameter 32”).
- Kedalaman Olah 30-40 cm.
2.2. Sub Soiling Dalam ( Subsoiling Depth )
Pelaksanaan :
- Menggunakan Traktor Medium 150 HP dengan implement Subsoiling
Depth kedalaman lebih kurang 70 cm.
- Jarak antar Shank 1 – 1,5 meter dan jarak antar jalur 80 – 100 cm.
2.3. Pengolahan Tanah 2x (Plowing/Harrowing 2x)
Pelaksanaan :
- Menggunakan Traktor Medium 150 HP dengan implement Offset Disc
Harrow 28 “.
- Kelanjutan dari PH 1x untuk menghancurkan / menghaluskan bongka-
han tanah sehingga tanah menjadi remah atau gembur.
2.4. Pengolahan Tanah tepi parit : dilakukan secara manua.
3. Penjuringan / Kair ( Furrowing )
Tujuan :
- Menyiapkan media / jalur tanam Tebu

Pelaksanaan :
- Menggunakan Traktor 80 HP atau Traktor Medium 150 HP dengan
implement Furrow 2 row, 3 row maupun 4 row ( tergantung Traktor-
penari knya ).
- Jarak antar row ( PKP ) = 135 cm, dengan kedalaman Furrow 17 – 35 cm
( sesuai kebutuhan tanaman ).
- Untuk kedalaman Furrow 17 cm, maka bibit ditutup tanah setebal 5 cm.
- Untuk kedalaman Furrow 27 cm, maka bibit ditutup tanah setebal 15 cm.
- Untuk kedalaman Furrow 35 cm, maka bibit ditutup tanah setebal 15 cm.
Tanam Tebu Tanpa Pengolahan Tanah ( Areal Pola U/S )

Pelaksanaan :
- Dilakukan di areal bekas tanaman tembakau.
- Selesai kutip/panen terakhir daun tembakau, segera dilakukan
pencabutan pokok.
- Pokok tembakau yang dicabut dikumpulkan dan dibakar.
- Koret liringan dengan bersih dan bebas gulma.
- Menggemburkan tapak bekas tutup kaki tembakau menggunakan
cangkol dan cemplongan di perlebar menjadi lebih kurang 50 cm.
III. TANAM DAN PEMELIHARAAN

1. Tanam
Pelaksanaan :
- Tabur pupuk ( sesuai rekomendasi Risbang Tebu ).

- Bibit bagal berupa stek 2-3 mata diecer dan diletakan di dasar juringan
dengan overlapping 100 % ( doubel stek ) atau singel stek tergantung
varitas dan segera ditutup dengan tanah, pada musim hujan setebal
3- 5 cm, pada musim kemarau 6- 10 cm.

- Jika 1 (satu) minggu setelah tanam tidak ada hujan, tanaman harus
disiram 2x aplikasi selang 1 minggu (musim kemarau Januari s/d Mei).
2. K E P R A S
Pelaksanaan :
- Dilakukan untuk tanamn tebu selesai tebang dalam 1(satu) blok dan
selanjutnya dirawat menjadi tanaman tebu R1 jika dari PC dan R2
jika dari R1.
Tujuan :
- Mencegah tumbuhnya tunas tebu dari ruas di atas permukaan tanah
sehingga tunas tumbuh dari dalam tanah, perakaran tebu menjadi kuat,
tahan kering dan tahan roboh.
- Pertumbuhan tanaman tebu seragam dan jagur.
Tahapan kerja :
- Segera bakar klaras setelah selesai tebang (1- 4 hari).
- Setelah bakar klaras, tunggul tebu diatas permukaan tanah dipotong
dengan
parang babat sampai rata permukaan tanah (pandas).
3. P e m u p u k a n
Tujuan :
- Memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman.
Pelaksanaan :
- Tenaga kerja disiapkan dalam bentuk regu pemupukan yang telah terlatih
dibawah pemimpin 1 orang Mandor/ Kepala Kerja.
- Peralatan yang disediakan: tikar plastik 3x4 m, pisau 1 buah, cangkol 2 –
buah, bendera kuning 1 buah, ember plastik kapasitas 5 Kg sebanyak 20
buah yang telah diberi tanda cat sebagai ukuran dosis.
- Dosis pupuk : Urea = 100 Kg/Ha, Halai= 400 Kg/ Ha, sesuai rekomendasi
Risbang Tebu.
- Tikar pelastik dibentangkan, kemudian tuangkan pupuk urea+Halai sesuai
dosis lalu dicampur/diaduk menggunakan cangkol hingga campuran menja-
di homogen.
- Masing-masing karyawan memasukan pupuk campuran kedalam
ember sesuai dosis per meter juring. Penaburan dilakukan secara
serentak dengan sistem giring. Pemupukan di dalam juringan
- Bendera kuning ditancapkan pada juring terakhir yang selesai dipupuk
dan akan menjadi tanda awal juringan penaburan selanjutnya.
- Selesai di pupuk, letakkan bibit tebu kemudian ditutup tanah.
4. Herbisida Pre Emergence (H+1 s/d +5 hari)

Tujuan :
- Pengendalian gulma agar tanaman tebu bebas gulma.
Pelaksanaan :
- Pelaksanaan herbisida Pre Emergence, pada saat gulma belum berke-
cambah atau maksimum berkecambah 1-2 daun gulma dan tebu belum
tumbuh atau stadium kecambah (bentuk taji).
- Penyemprotan herbisida dilaksanakan pada saat areal kapasitas lapang,
Jika tidak terpenuhi volume air diperbanyak dengan konsentrasi tetap.
- Tidak dibenarkan ada perlakuan selama 2 minggu setelah perlakuan Pre-
Emergence.
- Herbisida yang digunakan : Diuron (3 Kg/ Ha)+ 2.4 D Amine (1,5 L/ Ha)
atau sesuai Rekomendasi Risbang Tebu.
- Jika tersedia herbisida Pre Emergence pada ratoon dapat diaplikasi umur
5- 8 hari setelah kepras.
5. P e n y i s i p a n

Tujuan :
- Menyisip tanaman yang tidak tumbuh pada juringan.
Pelaksanaan :
- Untuk tanaman PC, penyisipan dilaksanakan umur 21- 30 hari
setelah tanam.
- Untuk tanaman Ratoon, penyisipan dilaksanakan umur 5- 14 hari
setelah tanam.
- Dilakukan oleh regu khusus untuk penyisipan.
- Juringan kosong diatas 30 cm wajib dilaksanakan penyisipan.
- Bibit sisip diecer dipinggir petak sesuai kebutuhan.
- Bibit dikelentek, diseleksi dan dipotong 3- 4 mata.
- Bibit diletakan di juringan yang kosong kemudian di tutup tanah.
- Apabila gagal tumbuh, diulangi lagi paling cepat 30 hari setelah sisip pertama
dan diberikan pupuk tambahan.
6. Menyiang 1x
Tujuan :
- Mengendalikan pertumbuhan jasad pengganggu (gulma).
- Mematikan sisa tanaman (tunggul/dongkelan tebu) yang tumbuh
diluar barisan tanaman.

Pelaksanaan :
- Dilakukan pada umur 30-35 hari setelah tanam.
- Menyiang dilakukan dengan menggunakan cangkul/koret.
- Membersihkan gulma dijuringan dan antar barisan Tebu.
7. Bumbun Manual
Tujuan :
- Menutup alur pupuk.
- Menggemburkan tanah sehingga akar tanaman dapat berkembang.
- Mematikan sisa tanaman (tunggul/dongkelan Tebu) yang tumbuh diluar
barisan tanaman.
- Mengendalikan pertumbuhan gulma.

Pelaksanaan :
- Dilakukan pada umur 35-40 hari setelah tanam pada areal tanam
Rotasi U/S.
- Dengan menggunkan cangkul , tanah antar juringan digemburkan , dinaik
kan ke arah barisan tanaman.
8. Menyiang 2x
Tujuan :
- Mematikan sisa tanaman (tunggul/dongkelan Tebu) yang tumbuh
diluar barisan tanaman.
- Mengendalikan pertumbuhan gulma.
Pelaksanaan :
- Dengan menggunakan cangkul/koret.
- Membersihkan gulma dijuringan dan antar barisan.

9. Herbisida Post Emergence+ 2.4 D Amina.


Tujuan :
- Mengendalikan dan menjamin tanaman Tebu bebas gulma.
Pelaksanaan :
- Kebutuhan 1 Ha, volume air 200 liter dengan Nozzele Poly zet biru.
- Larutan herbisida diencerkan lebih dulu pada ember isi 10 liter.
- Tuangkan 50% volume herbisida kedalam ember, masukan air bersih
(tidak dibenarkan menggunakan air parit) sedikit demi sedikit sampai
pertengahan ember sambil diaduk. Tuangkan lagi sisa herbisida berupa
cairan kedalam suspensi herbisida sambil diaduk.
- Isi drum (ukuran 200 L) dengan air ¼ bagian, tuangkan campuran herbisida
didalam ember kedalam drum. Tambahkan air sedikit demi sedikit sambil
diaduk hingga drum penuh dan homogen.
- Masukkan kedalam knapsack sprayer (pompa solo) 15 liter.
- Penyemprotan dilakukan secara beregu sesuai ancak borong dan terarah
pada sasaran diantara barisan tanaman.
- Bahan herbisida yang dapat digunakan : Isoprofil Amina Glifosat (Kombat)
120/240 AS dengan dosis 3,0 Ltr/Ha + 1 Ltr/Ha 2.4 D Amine (Lindomin) atau
sesuai rekomendasi Risbang Tebu (baik bahan Herbisida maupun dosis).
10. Pemeliharaan Mekanis
Cultivasi tanaman tebu harus sudah selesai paling lambat 2 bulan setelah
tanam (kepras).
a. Interrow
Tujuan :
- Menekan/memberantas gulma secara mekanis.
- Memperbaiki sifat fisik tanah, infiltrasi dan perkolasi air dalam tanah.
- Menjaga ketinggian muka air tanah agar tanah selalu berada pada
“ kapasitas lapang”.
Pelaksanaan :
- Dilakukan pada umur 35-40 hari setelah tanam.
- Menutup alur pupuk pada tanaman ratoon.
- Alat yang digunakan TRB + implement interrower.
- Untuk tanaman Ratoon, Konversi dan Rotasi pola T/B pekerjaan ini
dimulai dengan memasukkan implement di parit U/S kemudian menerus
kan ke jalur antar juringan.
- Lahan yang akan diolah dalam kondisi kapasitas lapang (tidak basah/
tergenang).
b. Sub Soiling
Tujuan :
- Memecah lapisan atas dari permukaan tanah.
- Memutus perakaran lama Tebu di dalam tanah.
Pelaksanaan :
- Tanam Ratoon pola T/B dilaksanakan pada umur 1-4 hari setelah kepras.
- Pelaksanaannya harus selesai paling lambat seminggu setelah kepras.
- Pekerjaan dimulai dengan memasukkan implement di parit U/S diteruskan
kejalur antar juringan dengan kedalaman ± 20 cm.
- Alat yang digunakan TRB + implement Sub Soiler.
11. K l e n t e k
Tujuan :
- Memperbaiki sirkulasi udara dan kebersihan kebun.
- Memperbanyak sinar matahari masuk mengenai batang Tebu.
- Mencegah/mengurangi Tebu roboh.
- Mencegah serangan hama/penyakit.
- Meningkatkan kualitas tebangan.
Pelaksanaan :
- Dilakukan pada umur 170-180 hari setelah tanam dan pada umur 210-
220 hari setelah tanam untuk klentek 2x namun hanya 30% dari luas
areal (Selektif).
- Daun di klentek pada tanaman kelopak daun sudah membuka 50%.
- Batang tebu dibersihkan sampai pangkal permukaan tanah, termasuk
membersihkan gulma yang merambat dan gulma lainnya.
- Setelah batang dibersihkan sampai pangkal, daun-daun kering disusun
diantara juringan dan yang berada pada aluran dipinggir jalan agar ditarik
masuk kedalam kebun, untuk mencegah kebakaran.
12. Pengendalian Hama dan Penyakit.
A. H a m a
a. Hama Penggerek Batang Raksasa (Phragmataecia castaneae)
Ciri-ciri serangan :
- Pada jaringan pelepah daun terdapat gerekan larva baru menetas,
hingga daun menjadi kuning dan layu.
- Terdapat lorong gerekan pada ruas muda maupun tua dari satu ruas
bersambungan.
- Pada serangan berat, tanaman mati pucuk dan batang bagian bawah
menjadi busuk.
- Terdapat lubang tempat keluarnya pupa, sering disertai dengan kulit
kepompong yang menyembul keluar (ngengat sudah keluar).
- Ngengat tertarik pada cahaya, kerusakan banyak terjadi dipinggir
kebun dekat jalan raya.
Pencegahan :
- Seleksi bibit yang bebas hama penggerek.
- Menanam jenis tanaman Tebu yang memiliki resistensi terhadap hama penggerek’
- Sanitasi areal tanaman terhadap tanaman inang terutama tanaman gelagah.
b. Hama Penggerek Batang Bergaris (Chilo auricillus Dudgeon)
Ciri-ciri serangan :
- Bercak-bercak transparan pada daun.
- Lubang-lubang pada ruas yang berhubungan dengan lorong gerek
tidak beraturan dalam batang.
- Lubang keluar ngengat berbentuk oval (bulat telur).
- Jarang menyebabkan mati pucuk, kecuali pada tanaman muda.

Pencegahan :
- Seleksi bibit yang bebas hama penggerek.
- Menanam tanaman Tebu yang resisten terhadap hama.
- Sanitasi areal tanaman terhadap tanaman inang terutama gelagah.
Pengendalian Hayati :
- Pelepasan parasitoid yang dapat menyerang penggerek secara alami
di Kebun diantaranya : Isotima javentis, Stenobracon deesae, Rhaconotus
scirpophagae dan R. roslinensis.
Pengendalian Kimiawi :
Carbofuran, merk dagang Furadan 3G (Carbofuran 3%).
Cara aplikasi :
- Menaburkan/membenamkan dalam tanah dengan membuat alur
sepanjang juringan tanaman berjarak 10-12 cm dari barisan tanaman
dan segera ditutup tanah. Dilakukan saat Tebu berumur 3-5 bulan,
persentase serangan diatas 5%.
Metidation, merk dagang Supracide 40 EC.
Cara aplikasi :
- Penyemprotan insektisida pada daun dan batang, dilakukan dengan
interval 2 mingguan saat Tebu berumur 3 bulan atau persentase serangan
diatas 5%.
Profenofos, merk dagang Curacron 500 EC.
Cara aplikasi :
- Sama dengan Metidation.
c. Penggerek Batang Bergaris (Chilo sacchariphagus).
Ciri-ciri serangan :
- Bercak bercak transparan memanjang tidak beraturan didaun.
- Ulat masuk lewat pelepah dan batang Tebu, kadang menyebabkan mati
pucuk.
- Lubang gerek dalam batang dan lubang keluar tidak beraturan.
- Ulat putih kekuningan, 4 garis membujur dengan bintik bintik hitam.
- Ngengat 1,2-1,8 cm, sayap depan coklat terang-coklat kusam, sayap
belakang jantan putih-coklat terang, betina putih sutra.
Pengendalian :
- Sama dengan pengendalian hama Penggerek Batang Berkilat.

d. Penggerek Pucuk Tebu (Scirpophaga excerptalis)


Ciri-ciri serangan :
- Deretan lubang gerekan melintang pada helaian daun, serangan lanjut akan
menyebabkan mati pucuk.
- Ulat muda putih, ulat dewasa putih kekuningan.
-Sayap ngengat/kupu putih sutra. Seberkas rambut merah orange
diujung abdomen ngengat betina.
- Kelompok telur dipermukaan bawah daun tertutup rambut-rambut
coklat kekuningan.
Pengendalian Kimiawi :
- Fipronil, merek dagang Curacron 500 EC.
Cara aplikasi :
- Menabur dan membenamkan dalam tanah dengan membuat alur
sepanjang juringan tanaman berjarak 10-12 cm dari barisan tanaman
dan segera ditutup tanah. Dilakukan saat Tebu berumur 3-5 bulan, per-
sentase serangan diatas 5%.
e. Penggerek Jambon (Sesamia inferens).
Ciri-ciri serangan :
- Penyebab mati pucuk pada tunas terutama dikebun Tebu dekat sawah.
- Ulat merah keunguan atau jambon dipunggung dan putih dibagian bawah
Kapsul kepala merah orange, spirakel berwarna gelap.
- Panjang ngengat 0,7-1,4 cm , kepala, toraks dan sayap depan coklat kekuningan.
- Hama utama pada tanaman Padi dan Jagung.
Pengendalian :
- Sama dengan pengendalian Hama Penggerek Batang Berkilat (Chilo-
auricillus).
f. Penggerek Abu-abu (Tetramoera schistaceana).
Ciri-ciri serangan :
- Gejala serangan pada Tebu muda menyerupai serangan penggerek jenis
lainnya.
- Ulat menyerang tanaman muda dan menyebabkan mati pucuk.
- Ulat kuning kelabu, bergerak lincah.
- Pada Tebu beruas, larva menggerek disekitar mata atau gelang akar tetapi
hanya dipermukaan batang, tidak masuk hingga keruas/batang.
Pengendalian :
- Sama dengan pengendalian Hama Penggerek Batang Berkilat(Chilo-
auricillus).
B. Penyakit
a. Penyakit Mosaik
Penyakit ini disebabkan oleh virus.
Gejala:
- Pada helaian daun timbul noda-noda chlorosis dan garis-garis berwarna
hijau muda atau kekuningan, searah dengan berkas pembuluh.
- Pada umumnya panjang noda beberapa kali lipat dari lebarnya.
- Gejala tersebut paling jelas terlihat pada daun muda, kadang-kadang
ada pewarnaan merah pada daun tua.
Cara penularan :
- Melalui bibit yang berasal dari tanaman berpenyakit mosaik.
- Ditularkan oleh kutu jagung Rhopalosiphum maidis, dari tanaman
sakit ke tanaman sehat.
Pengendalian :
- Penanaman varitas Tebu tahan mosaik.
- Penggunaan bibit Sehat.
- Kebun bebas dari rerumputan yang merupakan tanaman inang virus maupun kutu jagung.
b. Penyakit Pembuluh (Ratoon Stunting Disease).
Penyebab : bakteri Clavibacter xyli sp

Cara penularan :
- Melalui bibit yang berasal dari tanaman yang berpenyakit pembuluh.
- Melalui nira batang tanaman sakit yang menempel pada pisau pemotong
bibit atau alat lainnya.

Pengendalian :
- Penanaman bibit sehat, yang dapat diperoleh dengan cara perawatan
air panas 50 derajat C selama 2 jam terhadap bibit tebu KBN atau KBI.
- Desinfeksi pisau pemotong bibit tebu dan alat lainnya dengan larutan
Lysol 20 % atau desinfektan lain.
c. Penyakit Blendok.
Penyebab : Bakteri Xanthomonas albilineans.
Gejala serangan :
- Pada helaian daun terjadi satu garis atau jalur clorotis searah tulang daun.
dan ibu tulang daun ke tepi daun. Kemudian diikuti mengeringnya seba-
gian atau seluruh jalur.
- Pada serangan parah dapat tumbuh siwilan-siwilan dan akhirnya tanaman
mengering lalu mati.
Cara penularan :
- Melalui bibit yang berasal dari tanaman yang berpenyakit blendok.
- Melalui pisau pemotong bibit atau alat lainnya.
Pengendalian :
- Penanaman varietas Tebu yang tahan blendok.
- Penggunaan bibit dari tanaman sehat.
- Desinfeksi pisau pemotong bibit Tebu dengan larutan Lysol 15-20 % atau
larutan desinfektan lain.
d. Penyakit Luka Api.
Penyebab : Cendawan Ustilago scitaminea.
Gejala serangan :
- Bentuk daun bulat memanjang menyerupai cambuk, berwarna hitam
berukuran lebih kurang sebesar pensil.
- Pada cambuk tersebut menempel berjuta-juta cendawan.
- Pada infeksi awal pertubuhan tanaman Tebu menyerupai rumput,
daun kecil, sempit, batang kecil dan memanjang.
Cara penularan :
- Melalui bibit yang berasal dari tanaman berpenyakit luka api.
- Melalui spora yang terbang oleh angin, air, tebu giling, pekerja, alat
tranportasi atau alat pertanian.
Pencegahan :
- Penanaman varietas Tebu tahan penyakit.
- Pemusnahan rumpun Tebu berpenyakit luka api, Tebu yang terserang
agar dibongkar dan dibakar.
- Merendam bibit dalam larutan Bayleton 250 EC, 2 ml/liter
air selama 2 jam dapat melindungi tanaman sampai umur
6 bulan.
- Tidak membawa tanaman sakit ke lain daerah yang belum
terserang.
e. Penyakit Daun Hangus.
Penyebaba : Cendawan Stagonospora sacchari.
Gejala serangan :
- Pada daun terdapat suatu bentuk elips memanjang dikeli-
lingi oleh suatu warna kuning, sering saling bersambung
bagian tengah kemudian mengering.
- Pada cuaca kering daun-daun terlihat seperti terbakar.
Penularan :
- Melalui spora cendawan yang disebarkan air atau hujan dan angin.
Pengendalian :
- penggunaan varietas tebu tahan.
f. Penyakit Pokkahboeng.
Penyebab : Cendawan Gibberella moniliformis.
Gejala serangan :
- Pb1 : Hanya gejala-gejala daun khlorose dengan atau tidak dengan kerutan
daun dan dengan atau tidak dengan noda-noda merah.
- Pb2 : Pertumbuhan terlambat karena serangan Pb. Pelepah daun tidak
tumbuh sempurna. Ruas-ruas pendek, kadang-kadang bengkok dan
ada luka yang menyerupai tangga.
- Pb3 : Mati karena Pb terdapat ciri-ciri Pb2 titik tumbuhnya kering, batang
memperlihatkan puncak yang meruncing.
Cara penularan :
- Melalui spora yang terbawa oleh angin, air hujan, Tebu giling, pekerja, alat
pertanian atau alat transport.
Pengendalian :
- Penggunaan varietas tahan.
- Sanitasi kebun, guna menekan perkembangan cendawan penyebab penyakit.
- Penggunaan fungisida belum dianjurkan karena tidak ekonomis.
g. Penyakit noda kuning.
Gejala serangan :
- Pada daun muda timbul noda-noda yang berwarna kuning, kemudian
berubah menjadi kuning segar.
- Selanjutnya di dalam noda-noda tersebut timbul titik-titik atau garis yang
berwarna merah kadang-kadang sebagian atau seluruhnya noda itu ber-
warna merah darah.
- Warna noda hanya jelas kelihatan pada bagian atas dari daun.
- Noda-noda tidak mengering lebih dahulu dari bagian daun sehat.
Cara penularan :
- Melalui spora yang cepat berkembang di dataran tinggi yang lembab.
Pengendalain:
- Mengganti varietas Tebu yang peka dengan varietas tahan.
- Sanitasi kebun antara lain dengan pengelentekan daun tua sehingga kelem
baban berkurang dan perkembangan cendawan dapat ditekan.
- Penggunaan fungisida belum dianjurkan karena tidak ekonomis.
h. Penyakit Karat.
Penyebab : Puccinia kuehnil dan Puccinia melanochepala.
Gejala serangan :
- Pada daun terlihat garis-garis pendek membujur yang mula-mula berwar-
na jingga kemudian berubah menjadi coklat.
- Garis-garis coklat ini dapat dilihat dengan pada kedua sisi daun,
sedang pada sisi bawah terbentuk tonjolan-tonjolan yang terasa kasar
kalau diraba (seperti benda yang berkarat).
Cara penularan :
- Spora cendawan yang berasal dari daun tua yang sakit dapat menyerang
varietas yang peka sejak umur 2 bulan di daerah dataran tinggi yang lem-
bab atau lahan bekas rawa.
Pengendalian :
- Mengganti varietas peka dengan varietas yang lebih tahan.
- Sanitasi kebun.
- Pemberantasan secara kimia belum dianjurkan, karena secara ekonomis tidak
menguntungkan.
IV. P E M B I B I T A N
1. Tujuan :
- Memenuhi kebutuhan bibit sesuai komposisi varietas akan ditanam.
- Memperbanyak varietas unggul baru, dan seleksi terhadap varietas
unggul lokal/setempat.
- Seleksi bibit agar diperoleh bibit yang murni, sehat serta bebas dari hama
dan penyakit.
2. Syarat-syarat Lokasi Kebun Pembibitan
- Letak strategis dipinggir jalan untuk memudahkan angkutan bibit, saprodi,
tebang serta dekat sumber air jika diperlukan penyiraman.
- Lahan subur dengan solum dalam, tidak bertekstur berat, tidak ada lapi-
san kedap air sampai kedalaman 50 cm dan drainase baik.
- Dekat areal Tebu Giling, agar biaya angkutan murah.
- Lahan bebas hama dan penyakit.
3. Jenjang Pembibitan
a. Kebun Bibit Pokok Utama (KBPU), diselenggarakan Pusat Penelitian Gula
Indonesia (P3GI) di Pasuruan atau kebun percobaan P3GI yang ditempatkan
di beberapa Pabrik Gula. Bibit kebun KBPU berasal dari stek batang maupun
Kultur jaringan. Penangkaran tergantung varietas untuk kebun bibit selanjutnya.
Misal : varietas BZ 134 penangkaran 1 : 5, untuk varietas Kidang Kencana ,
varietas Seri BM penangkaran 1 : 8. KBPU ditanam pada bulan Juli s/d-
Oktober setiap tahun.
b. Kebun Bibit Pokok (KBP), diselenggarakan oleh Risbang Tebu sebagai
penyediaan bahan tanaman bagi kebun KBN . KBP menggunakan ber-
asal dari KBPU wilayah kerja Pabrik Gula. Penangkaran tergantung vae-
ritas untuk kebun bibit selanjutnya. KBP ditanam pada bulan Januari s/d
Maret.
c. Kebun Bibit Nenek (KBN), diselenggarakan oleh Risbang Tebu sebagai
penyediaan bahan tanaman bagi kebun KBI. Bibit berasal dari KBP, pena-
ngkaran tergantung jenis varietas untuk kebun bibit selanjutnya.
KBN ditanam pada bulan Juli s/d Agustus.
d. Kebun Bibit Induk (KBI), diselenggarakan oleh Risbang Tebu sebagai penye-
diaan bahan tanaman bagi Tebu KBD. Penangkaran tergantung jenis varie-
tas untuk bibit selanjutnya. Tanaman KBI agar lebih diperhatikan karena
ditanam pada musim kemarau yaitu bulan Januari s/d Februari.
e. Kebun Bibit Datar (KBD), dilaksanakan oleh kebun sendiri sebagai penyediaan
bibit kebun Tebu Giling (TG). Lokasi KBD diusahakan dekat areal Tebu Giling.
penangkaran tergantung jenis varietas untuk kebun TG, KBD untuk kebun sendiri
dilakukan oleh Asisten kebun. KBD ditanam pada bulan Juli s/d September.
4. Penangkaran Bibit (sudah termasuk sisip 10%).
- Varietas BZ 134 penangkaran 1:5 (overlaps 100%, Double Row), setara
dengan 12.000 batang/ Ha untu k bibit umur 6-7 bulan.
- Varietas seri BM, varietas Kidang Kencana penangkaran 1:8 (Single Row)
setara dengan 6500-7500 batang/ Ha.
5. Kriteria Bibit Yang Baik.
- Asal bibit dari varietas unggul yang direkomendasi P3GI dan Risbang Tebu
umur bibit 6-7 bulan.
- Pertumbuhan batang atau ruas normal, batang kerdil dan ruas yang meng-
alami stagnasi harus dibuang.
- Bebas hama dan penyakit.
- Varietas murni, tidak tercampur dengan varietas lain.
- Kandungan air bibit cukup (mata tidak kering/keriput).
6. Tebang Bibit.
- Tebang bibit hanya untuk kebutuhan 1 hari penanaman.
- Tebang bibit harus rata permukaan tanah.
- Pucuk di potong pada titik tumbuh , dikumpulkan dan diikat dengan daun pucuk.
- Bibit yang telah ditebang tidak boleh ditunda penanamannya lebih dari 24 jam.
7. Pengangkutan Bibit.
- Diangkut dengan traktor trailer, truk, dump truk.
- Selama dalam pengangkutan bibit dapat mengalami kerusakan mekanis
akibat gesekan. Klentek dilakukan sewaktu memotong bibit lonjoran
menjadi stek diareal penanaman sekaligus seleksi bibit.
- Tebu bibit dinaikkan keatas angkutan disusun dengan susunan pertama,
pangkal ketemu pangkal ditengah dengan arah melintang. Susunan kedua
pucuk ketemu pucuk ditengah arah melintang dan susunan selanjutnya
berselang seling.
8. Seleksi Varietas.
- Seleksi I, dilakukan saat tanaman umur 2 bulan, bibit yang tidak normal
dan varietas tercampur dilakukan pembuangan rumpun-rumpun campu-
ran, dibongkar dan dikeluarkan dari areal. Tanaman yang masih diragukan
identitasnya diberi tanda dengan tali rafia dibatang tanaman untuk diseleksi
tahap berikutnya.
- Seleksi II, dilakukan saat tanaman umutr 4 bulan, tanaman sudah membentuk
2-4 ruas. Caranya sama dengan seleksi I.
- Seleksi III, dilakukan saat penebangan bibit tanaman berumur 5,5 bulan, telah
terbentu lebih dari 4 ruas, rumpun campuran yang berlainan varitas dapat di
ketahui dengan jelas.
IV. TEBANG DAN ANGKUT TEBU
Tahapan kerja :
1. Persiapan Sebelum Tebang.
a. Mempersiapkan Jalan:
- Perawatan jalan dengan menutup lubang memakai sertu dan grader.
- Mengalirkan air tergenang.
b. Mempersiapkan Titi:
- Mengganti titi yang rusak pada jalan-jalan blok yang akan ditebang.
c. Membuka parit-parit untuk mengalirkan air yang tergenang dilapangan.
d. Membuat rencana tebang:
- Rencana tebang dipetakan yang mencakup tanggal mulai tebang dan
selesai tebang.
- Pada peta rencana tebang blok diberi warna sesuai dengan rencana
bulan tebang.
2. Penentuan Blok Tebangan.
a. Hasil uji kemasakan Tebu:
- Uji kemasakan Tebu dilakukan menggunakan Hand Refractometer untuk
mengetahui nilai Brix.
- Pengujian ini dilakukan pada batang daun +5, jika nilai brix pucuk >17,
maka Tebu dapat ditebang dan diperkuat Hasil Analisa Kemasakan Tebu
oleh Risbang Tebu untuk memberikan gambaran: Rendemen sementara,
Faktor Kemasakan dan Prioritas Tebang.
b. Umur Tanaman : PC = 11-12 bulan, Ratoon = 10-11 bulan.
c. Gejala visual : daun menyeluruh telah menguning dan mengipas, ruas
pucuk memendek.
d. Faktor serangan hama terutama HPBR .
e. Tanaman Tebu yang dominan berbunga dan Tebu roboh.
f. Tebu terbakar prioritas ditebang lebih dahulu dan harus segera dikirim
ke Pabrik untuk digiling dalam waktu 24 jam agar inversi gula dapat di
hindari.
3. Kriteria Tebangan :
a. Bersih : Bersih dari kotoran klaras, sogolan, pucuk serta Tebu mati.
Toleransi maksimum trash < 5%.
b. Segar : Waktu tebang hingga tebu diangkut ke Pabrik < 24 jam.
c. Masak : Tanaman berumur 10-12 bulan menurut tingkat tanaman,
varietas, kesehatan tanaman dan hasil uji kemasakan.
d. Pandas : Tunggul hasil tebangan < 5 cm dari permukaan tanah.
e. Volume : Sesuai dengan target harian.
4. Sistem Penebangan.
Ada 2 cara penebangan yaitu:
a. Sistem Mekanis :
Menggunakan mesin tebang (Cane Havester, Cane Thumper, dll) hanya
dilakukan pada kondisi areal tertentu dan mendesak.
b. Sistem Manual :
- Parang yang digunakan parang tebang yang disiapkan tenaga tebang.
- Sistem Tebang “ Cut and Go “.
- Buka juringan dilakukan sebelum tebang untuk memudahkan tebangan
dan kontrol.
- Tebangan sesuai kriteria tebangan diatas.
- Mengikat pada 2 tempat (pangkal dan pucuk).
- Menumpuk sistem 3:1, artinya tebangan dari setiap 3 juringan ditumpuk
pada 1 juringan yang telah dibersihkan.
- Pola kerja : Tebu yang ditebang “Green Cane” (Tebu segar/tidak dibakar)
kecuali force mayor.
- Hasil tebangan tebu dan sudah diikat dipanggul dan muat ke truk
dengan menggunakan tenaga manusia atau alat mekanis (Bell Cane –
Loader) . Muat Bell harus terlebih dahulu ditumpuk dan tempat tumpukan
dibersihkan.
d. Pola Tebangan Hamparan, tuntas Blok per Blok paling lambat 4 hari
selesai.
e. Cara pelaksanaan tebang Tebu:
Blok Kecil :
- Penebangan 1 blok selesai dalam 4 hari.
- Hari ke 7 : Bakar klaras.
- Hari ke 8 : Kepras.
Blok Besar (Luas >5 Ha).
- Blok dibagi 2, tahap I = 2,50 Ha diselesaikan tebangan lalu kepras dan
dilanjutkan tahap II = 2,50 Ha. Setiap tahap harus selesai 4 hari.
- Hari ke 7 : Bakar klaras.
- Hari ke 8 : Kepras.
f. Tenaga Kerja Tebang : dipersiapkan secara swakelola oleh Asisten DP dan Mandor
Kapveld, diikat dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertyentu (PKWT).
5. Angkutan Tebu Giling.
Beberapa ketentuan armada angkutan Tebu Giling :
a. Angkutan Tebu Giling harus terdaftar dikantor Kebun (No. Polisi dan
Fotocopy STNK). Buat Surat Perjanjian Pekerjaan Pemborong.
b. Setiap angkutan Tebu Giling harus dilengkapi tali sling 3 dan sling 1
(sling 4) kecuali tippler.
c. Setiap hari kebun harus menentukan/mengatur armada angkutan Tebu
Giling yang menuang Tebu dengan sistem Hillo atau lantai dengan menu-
lis kode H (Hilo), L (Lantai) pada masing-masing SPB. Perbandingan 60:40.
e. Kapasitas Hilo Pabrik maksimum 14 ton, apabila lebih maka angkutan
harus bongkar sendiri.
6. Denda/Sanksi.
a. Tebu yang telah ditebang max 24 jam harus sudah diangkut ke Pabrik, kecuali
force major. Apabila Tebu tidak terangkat dalam1x24 jam maka akan dikenakan
sanksi pemberlakuan tarif 75% dari tarif angkutan per ton.
b. Hari Minggu/Libur Mitra Kerja wajib mengangkat Tebu hasil tebangan ke pabrik.
Jika Tebu tidak terangkat akan dikenakan sanksi pemberlakuan tarif 75% dari
tarif angkutan per ton dari jumlah tebu yang tidak terangkat.
7. Kriteria Penolakan Tebu Masuk Pabrik :
a. Jika kadar trash > 20%.
b. Jika secara visual Tebu yang diangkut Truk kondisinya kotor diperkira-
kan 50% dari berat terdiri dari Tebu layu, Tebu berjamur, Tebu kering
dan Tebu sogolan.
8. Analisa Trash :
a. Analisa kadar trash dilaksanakan oleh Tim Quality Control dibawah
kendali Risbang Tebu.
b. Tugas Analisa Trush adalah :
- Mencatat data sampel dari timbangan.
- Mengambil dan menurunkan sampel.
- Menimbang sampel Bruto.
- Membersihkan dan menimbang sampel netto.
- Merekap data analisa, untuk dikirim ke Kebun dan SBU Tebu.
• c. Kriteria analisa trash :
- Sogolan : Tebu muda yang panjangnya < 1,50 m, warna pucat.
- Tebu Mati : Tebu telah mengering rusak dan busuk.
- Pucuk : Batang teratas dari batang Tebu dengan kriteria 5 daun dari
dari titik tumbuh yang berwarna putih/ pucat.
- Klaras : Daun-daun yang telah mengering.
d. Pengambilan Sampel :
Analisa Trash dilakukan sistem sampel dengan mengambil 1 ikatan
(pilih yang paling kotor) dari muatan Tebu di Truk.
e. Perhitungan Analisa Trash :

% Trash = × 100%
d. Sanksi Trash :
Sanksi Trash dikenakan kepada Kepala Tebang, Karyawan Tebang dan
Mandor Panen dengan Kategori :
- Kategori I : Jika % trash < 5 %
- Kategori II : Jika % trash 5% - 10%
- Kategori III : Jika % trash > 10%.
Sanksi berupa penyesuaian upah tebang, insentif penebang, Kepala
Tebang dan insentif Mandor Panen. (Sesuai Ketetapan Direksi)
IV. TAKSASI PRODUKSI
•  
1. Tujuan :
- Mengetahui estimasi produksi Tebu yang akan digiling.
- Taksasi hari giling dan perencanaan pemasaran hasil gula.
2. C a r a :
- Taksasi produksi dilaksanakan pada blok Tebu yang sudah diklentek
minimal umur 6 bulan.
- Panjang juring sampel minimal 1000 meter (2%).
- Jumlah juring yang diamati minimal 5 juring disesuaikan dengan panjang
juring yang ada.
- Lima juring pertama dan 5 juring terakhir tidak boleh dijadikan sampel.
- Letak juring sampel berada pada juring sisa yang ada setelah dikurangi
dengan 5 juring pertama dan 5 juring terakhir.
3. Perhitungan/Pengukuran pada juring sampel.
a. Jumlah Batang Produktif
- Batang Tebu yang masih hidup, layak giling tidak termasuk sogolan dan
rebung.
- Batang produktif dihitung pada setiap juring sampel, dari ujung juring pertama
sampai ujung juring terakhir.

Jumlah Batang Produktif =


b. Tinggi Batang.
- Diasumsikan rata-rata umur tebu ditebang 10 bulan.
- Dari setiap juring sampel, diambil satu rumpun Tebu untuk dijadikan
sampel pengukuran. Diukur tinggi batang dari pangkal batang diper-
mukaan tanah sampai ruas ke 5 dari pucuk untuk semua batang pro-
duktif yang ada pada satu rumpun sampel.
- Perkiraan pertambahan panjang batang ditentukan sebagai berikut :
Jika pertumbuhan normal, ruas Tebu teratas masih tanpak normal,
perhitungannya :
1. Umur 6 - 8 bulan : pertambahan 20 cm/bulan
2. Umur > 8 - 10 bulan : pertambahan 10 cm/bulan
3. Jika pertumbuhan tidak normal, ruas tampak mengecil dan memendek,
maka dianggap tidak ada lagi pertambahan panjang batang sehingga data tinggi
batang hasil pengukuran saat itu digunakan sebagai panjang batang saat tebang.
• Bobot
c.   batang per meter
- Dari setiap juring sampel, dipotong tepat pada permukaan tanah
sebanyak 3 batang tebu dari satu rumpun yang dijadikan sampel
pengukuran. Batang diambil yang terpanjang, sedang, dan
terpendek. Batang yang akan diukur/ditimbang, dipotong pada ruas
yang ke lima dari pucuk.
- Seluruh batang yang telah dipotong, diukur panjangnya, kemudian
seluruhnya ditimbang.

Bobot Tebu Per meter =


d. Keadaan Visual.
Perlu diperiksa keadaan visual tanaman sebagai berikut :
1. Pertumbuhan Tebu
2. Hama Penyakit
3. Drainase
4. Homogenitas Tanaman
5. Pertumbuhan Gulma
e. Taksasi Hitungan
TP = Taksasi Produksi
MJ = Jumlah meter juring/Ha
PB = Panjang batang layak ditebang (hasil perhitungan)
B = Rata-rata bobot tebu/meter (hasil penimbangan)
JBP = Jumlah batang produktif per meter juring
TB = Tinggi batang saat pengukuran
PR = Estimasi pertambahan panjang batang

TP = MJ × JBP × (TB + PR) × B (Ton/Ha)

f. Taksasi Terkoreksi
Untuk mendapat gambaran produksi yang lebih realistis, taksasi hitungan bila dipandang perlu dapat
dikoreksi dengan dugaan visual, sehingga diperoleh taksasi terkoreksi (disertai penjelasan).
Daftar Bacaan

1. Wiwit Budi Widyasari Rekomendasi Pengendalian


OPT Tebu Di wilayah PTPN-II, Pusat Penelitian
Perkebunan Gula Indonesia Pasuruan
2. Anonim (2015) Kultur Tehnis Tanaman Tebu PTP
Nusantara-II Tanjung Morawa
3. Anonim (2013) Pengolahan Tanah & Mekanisme Tebu
Sei Semayang PTP Nusantara II Tanjung Morawa
4. Anonim (2016) Laporan Pengawalan Peningkatan
Produktivitas & Efisiesi Bidang Tanaman Tebu PT. Indo
Code Surya Consultans & Designers

Anda mungkin juga menyukai