Anda di halaman 1dari 19

UJI INSTRUMEN PENELITIAN

 Disusun oleh :
 Ayu Amelia (190611100161)
 Jihan Nabilah (190611100178)
 Irdania Luthfi Lailiyah (190611100179)
 Wardatun Nafisah (190611100194)
 Prisma Ramdhania Pasha (190421628832)
Pengertian instrumen

Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 203) menyatakan bahwa, “instrumen adalah alat
bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan
data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Menurut
Suharsimi (2012: 40-51) alat adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk
mempermudah seseorang dalam melaksanakan tugas atau mencapai tujuan secara
lebih efektif dan efisien”.

Jadi dapat ditarik kesimpulan Instrumen penelitian Merupakan


sebuah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data atau
informasi yang bermanfaat untuk menjawab permasalahan
penelitian. Instrumen sebagai alat pada waktu penelitian yang
menggunakan suatu metode.
Pengertian penelitian kuantitatif
penelitian kuantitatif adalah aktivitas pengumpulan dan analisis data
yang bersifat angka atau numerik. Dimana proses ini bisa dipakai untuk
memperoleh pola, prediksi, rata-rata, uji keterkaitan sebab akibat dan
generalisasi hasil

Cara mengambil data dalam instrumen

1. Instrumen Tes dan Inventori 3. Instrumen Lembar Observasi

2. Instrumen Angket atau


4. Instrumen Dokumen
Kuesioner
Langkah Menyusun Instrumen
Dalam menyusun instrument terdapat 6 langkah, antara lain:
• Mengidentifikasi variabel-variabel yang diteliti.
• Menjabarkan variabel menjadi dimensi-dimensi.
• Mencari indikator dari setiap dimensi.
• Mendeskripsikan kisi-kisi isntrumen.
• Merumuaskan item-item pertanyaan atau pernyataan instrumen.
• Petunjukan pengisian instrumen.
Konsep dan karakteristik validitas.

Pengertian validitas
Azwar (1987: 173) menyatakan bahwa
validitas berasal dari kata validity yang
mempunyai arti sejauh mana ketepatan
dan kecermatan suatu instrumen
pengukur (tes) dalam melakukan fungsi Konsep validitas tes dapat
ukurnya. Suatu tes dikatakan memiliki dibedakan atas tiga macam yaitu
validitas yang tinggi apabila alat tersebut validitas isi (content validity),
menjalankan fungsi ukur secara tepat atau validitas konstruk (construct
memberikan hasil ukur yang sesuai validity), dan validitas empiris atau
dengan maksud dilakukannya validitas kriteria.
pengukuran tersebut. Artinya hasil ukur
dari pengukuran tersebut merupakan
besaran yang mencerminkan secara tepat
fakta atau keadaan sesungguhnya dari apa
yang diukur
Jenis-Jenis Validitas
1. Validitas Wajah (Face Validity)
Validitas wajah merujuk kepada kesesuaian antara penampilan luar alat ukur dan atribut-atribut variabel yang ingin diukur.
2. Validitas Isi (Content Validity)
Validitas isi merujuk kepada kesesuaian hasil pengukuran variabel yang diteliti oleh sebuah alat ukur dengan isi (konten) dari
variabel tersebut sebagaimana yang dimaksudkan oleh peneliti.
3. Validitas Konkuren (Concurrent Validity)
Istilah „validitas konkuren‟ digunakan untuk merujuk proses validasi tes baru dengan menghubungkannya dengan beberapa sumber
informasi yang tersedia yang mungkin telah diperoleh segera sebelum atau segera setelah tes baru diberikan.
4. Validitas Konstruk (Construct Validity)
Validitas konstruk suatu tes adalah sejauh mana tes tersebut dapat dikatakan mengukur suatu konstruk atau sifat teoretis. Validitas
konstruk ini merujuk kepada kesesuaian antara hasil pengukuran alat ukur dengan konsep teoritis tentang variabel yang diteliti.
5. Validitas Prediktif (Predictive Validity)
Validitas prediktif dari suatu tes mengacu pada kapasitas prediksi suatu tes. Validitas ini mengacu pada keefektifan suatu tes dalam
memprediksi hasil masa depan di area tertentu.
6. Validitas Kriteria (Criterion Validity)
Validitas kriteria merujuk kepada kesesuaian antara hasil pengukuran sebuah alat ukur dengan alat ukur ideal tentang variabel yang
diteliti.
Menentukan
KoefisienValiditas

Validasi Silang
Metode Korelasi
(Correlation Method) (Cross Validation)
Metode Korelasi (Correlation Method)

𝑵𝜮𝑿𝒀 − 𝜮𝑿 𝜮𝒀
𝒓=
√ 𝑵𝜮𝑿2 − 𝜮𝑿 2 𝑵𝜮𝒀2 − 𝜮𝒀 2

Keterangan :
r = Indeks validitas,
X = Nilai mentah dalam tes X Dari tersebut dapat ditarik
N = Ukuran sampel, kesimpulan yaitu :
Y = Nilai mentah dalam tes Y - apabila pada hasil perhitungan r
XY = Jumlah hasil perkalian tiap skor X
hitung > r tabel maka instrumen
dikalikan skor Y yang sesuai tersebut adalah valid,
- juga apabila r hitung < r tabel maka
instrumen tersebut tidak valid
Validasi Silang (Cross
Validation)

Validasi silang merupakan metode yang digunakan untuk


memperkirakan kesalahan prediksi untuk evaluasi kinerja model.
Validasi silang menunjukkan proses memvalidasi tes dengan
menggunakan sampel populasi yang berbeda dari sampel yang
distandarkan sebelumnya.
Konsep reliabilitas

 Reliabilitas merupakan ketepatan alat penilaian dalam menilai apa yang akan
dinilainya (Sudjana, 2004).
 Reliabilitas mengacu pada konsistensi dari pengukuran, yaitu seberapa stabil
skor dari sebuah tes atau hasil penilaian lainnya dari satu pengukuran ke
pengukuran lainnya.
 Jika alat penilaian tersebut dapat mengukur hasil penilaian secara konsisten,
maka alat penilaian tersebut reliable. Keandalan (reabilitas) dari alat penilaian
tersebut mengacu pada sejauh mana hasil penilaian yang diperoleh bebas dari
adanya kesalahan pengukuran.
Faktor – faktor yang Mempengaruhi Reliabilitas
 Panjang tes / Jumlah butir tes (Length of the test)
Terdapat korelasi positif antara jumlah item dalam tes dan reliabilitas tes. Semakin banyak jumlah item tes
terisi, maka semakin besar juga reliabilitasnya. Semakin banyak pilihan jawaban dalam soal maka akan
meningkatkan reliabilitas dari tes tersebut.
 Homogenitas soal tes
Soal yang memiliki homogenitas tinggi akan cenderung mengarah pada tingginya tingkat reliabilitas. Misalnya
tes untuk mengukur kemampuan bahasa dan fisika. Tes fisika akan menghasilkan reliabilitas yang lebih tinggi
dari tes bahasa. Hal ini karena dari segi kemampuan penyelesaian soal fisika lebih homogen dari pengetahuan
bahasa.
 Heterogenitas kelompok
Reliabilitas suatu tes akan lebih banyak jika tes tersebut diberikan kepada kelompok yang sifatnya heterogen.
Semakin heterogen suatu kelompok dalam pengerjaan tes, maka semakin tinggi koefisien dari reliabilitasnya.
 Kondisi pengujian (Testing Condition)
Kondisi fisik ujian dan faktor lingkungan di sekitar peserta tes mempengaruhi reliabilitas tes. Kondisi
pengujian yang seragam, maka reliabilitasnya semakin tinggi.
 Kesalahan menebak dan kebetulan (Guessing and chance errors)
Peserta tes yang menebak akan dapat mengurangi reliabilitas. Apabila terdapat
banyak kesempatan untuk menebak, maka pengujian tersebut akan menghasilkan
hasil yang kurang reliable.
 Instruksi tes (test instructions)
Jika peserta tes kurang memahami instruksi dengan baik, maka kemungkinan
mereka akan menjawab salah dan ini akan menghambat reliabilitas tes.
 Item soal yang terlalu mudah atau terlalu sulit
Item soal dengan tingkat kesukaran sedang, cenderung lebih reliable dibanding
dengan soal yang terlalu mudah atau terlalu sulit.
American Psychological Association (APA) memperkenalkan beberapa metode yang
digunakan untuk mengestimasi reliabilitas. Metodenya serupa karena melibatkan korelasi
dua set skor yang diperoleh dari prosedur penilaian yang sama atau dari bentuk yang setara
dari prosedur yang sama.
1. Metode Test-retest (Test-retest Method)
Perhitungan dengan rumus korelasi product moment (Korelasi Pearson) :

𝑁 𝑋𝑌 − ( 𝑋 ( 𝑌
𝑟=
(𝑁 𝑋2 − 𝑋 2 (𝑁 𝑌2 − 𝑌 2

∑XY = Jumlah perkalian X dan Y


∑X² = Jumlah kuadrat X
∑Y² = Jumlah kuadrat Y
N = Banyak pasangan nilai
Keterbatasan dalam Metode test-retest :

 Kondisi pengujian selama test dan retest dapat bervariasi yang


mengakibatkan ketidakstabilan skor.
 Jika jarak test dan retest terlalu cepat, peserta dapat mengingat jawaban dari
test pertama yang dapat meningkatkan skor.
 Jika jarak test dan retest terlalu lama (panjang), pembelajaran tambahan
atau perubahan karakteristik individu juga dapat mempengaruhi skor dan
dapat menurutkan reliabilitas dari test tersebut.
2. Metode Bentuk Paralel (Equivalent Form Method)
 Metode bentuk ekuivalen untuk menetapkan reliabilitas banyak digunakan dalam
uji instrument. Hal ini karena sebagian besar tes standar, dua atau lebih bentuk
soal tersedia. Jika dua bentuk soal tersedia dengan format hampir sama, maka
reliabilitasnya tinggi. Namun jika dua bentuk soal tersedia dengan format tidak
sama, maka reliabilitasnya rendah.

 Perhitungan dengan rumus korelasi product moment (Korelasi Pearson) :


𝑁 𝑋𝑌−( 𝑋 ( 𝑌
𝑟=
(𝑁 𝑋2− 𝑋 2 (𝑁 𝑌2− 𝑌 2

 ∑XY = Jumlah perkalian X dan Y


 ∑X² = Jumlah kuadrat X
 ∑Y² = Jumlah kuadrat Y
 N = Banyak pasangan nilai
Keterbatasan dalam Equivalent Form Method :
 1. Konstruksi bentuk tes setara terlalu sulit dibandingkan dengan yang lain,
karena harus menyusun dua seri tes
 2. Terdapat kemungkinan bahwa efek ingatan atau efek latihan pada saat
mengerjakan bentuk tes kedua.
 3. Kondisi pengujian saat memberikan dua bentuk test mungkin berbeda dan
peserta test mungkin tidak dalam keadaan fisik, mental atau emosional yang
sama pada saat pengerjaan.
3. Split Half Reliability Rumus Spearman Brown

Split Half Reliability adalah teknik pengujian reliabilitas instrument dengan cara
membaginya menjadi dua bagian. Indeks reliabilitas dicerminkan dari korelasi antara dua
bagian instrument. Pengujian relibilitas dalam hal ini menggunakan teknik belah dua (split
half) yang dianalisis dengan rumus Spearman Brown.

2𝑟ℎℎ
𝑟SB =
1 + 𝑟ℎℎ

rhh = koefisien korelasi Pearson


4. Kuder-Richardson (KR) Method
Terdapat dua jenis formula KR yaitu Kuder Richardson formula 20 (KR-20)
atau Cronbach Alpha dan Kuder Richardson formula 21 (KR-21). Instrumen
yang diujikan dapat dikatakan reliabel jika r11 ≥ 0,7.
2
𝑘 S𝑡 − 𝑝.𝑞
Formula KR-20 yaitu: 𝑟11 = 2
(𝑘−1 S𝑡

𝑘 𝑀𝑡 (𝑘−𝑀𝑡
Formula KR-21 yaitu : 𝑟11 = (𝑘−1
1− 𝑘.S2𝑡
 k = jumlah item dalam instrument
 p = proporsi subjek yang menjawab benar pada item
 q=1–p
( 𝑋𝑡 2
𝑋𝑡 2 −
 S𝑡2 = 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛s Total S𝑡2 = 𝑛
𝑛
 n = jumlah responden
𝑋𝑡
 Mt = Mean skor total Mt = 𝑛
5. Antar Rater (Inter-rater Reliability) dengan SPSS

Pendekatan ini dipakai untuk menilai kesepakatan antar rater dalam menilai suatu individu. Dengan
demikian reliabilitas tersebut melekat pada skor yang diberikan, bukan pada alat ukurnya.
• Ada dua teknik untuk estimasi reliabilitas antar rater yang dapat digunakan,
yakni dengan koefisien Kappa dari Cohen dan Intraclass Correlation
Coefficients (ICC).
• Koefisien kappa cocok digunakan saat:
•- Rater yang dipakai hanya dua rater
•- Skor hasil penilaiannya bersifat kategori dan hanya dua kategori
• Intraclass Correlation Coefficients (ICC) cocok digunakan saat:
•- Rater yang dipakai banyak, lebih dari dua
•- Skor hasil penilaiannya bersifat kontinum

Anda mungkin juga menyukai