Anda di halaman 1dari 130

LAPORAN KULIAH KERJA PRAKTEK

PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BANTEN LAMA - TONJONG


PROVINSI BANTEN STA 0+780 – 1+550

Disusun Oleh

Nama : DHANDI MUHAMMAD YUSUF

NIM 21319009

Nomor KKP :

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SERANG RAYA 2024
PERSETUJUAN

PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BANTEN LAMA - TONJONG


PROVINSI BANTEN STA 0+780 – 1+550

Nama : DHANDI MUHAMMAD YUSUF

NIM : 21319009

Program Studi : TEKNIK SIPIL

Serang,.............Januari, 2024

Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing

Pada tanggal : …………………….

Disahkan Oleh :

Pembimbing Lapangan Pembimbing


PT. Suburo Jayana Indah Cor Kuliah Kerja Praktek

Gugun Subaka TB.Sofwan Hadi, S.Pd.,M.Pd


Pimpinan Cabang Prov. Jabar - Banten NIDN : 0413048605
PENGESAHAN

Kuliah Kerja Praktek Dinyatakan Lulus Setelah Diseminarkan

Program Studi Teknik Sipil

Fakultas Teknik

Universitas Serang Raya (UNSERA)

Tanggal :

Pukul : ...... s/d ....... WIB

Judul : PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BANTEN LAMA


- TONJONG PROVINSI BANTEN STA 0+780 – 1+550

Nama : DHANDI MUHAMMAD YUSUF

NIM : 21319009

Serang, Januari 2024


Penguji

(TB.Sofwan Hadi, S.Pd.,M.Pd)


NIDN : 0413048605
PENGESAHAN
LAPORAN KULIAH KERJA PRAKTEK

PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BANTEN LAMA-TONJONG


PROVINSI BANTEN STA 0+780 – 1+550

Nama : DHANDI MUHAMMAD YUSUF


NIM : 21319009
Program Studi : TEKNIK SIPIL

Disahkan Oleh :

Dekan Ketua Program Studi


Fakultas Teknik Teknik Sipil

Wahyu Oktri Widiarto, ST.,MT TB.Sofwan Hadi, S.Pd.,M.Pd


NIDN : 0405108401 NIDN : 0413048605
PERSEMBAHAN
LAPORAN KKP INI AKU PERSEMBAHKAN KEPADA :

TUHAN YME YANG SELALU KU HARAPKAN KASIH DAN KARUNIA-NYA.

AYAH DAN MAMAH TERCINTA YANG TELAH MEMBERIKAN KASIH SAYANG

MENDIDIK DAN MEMBERIKAN KESEMPATAN KEPADAKU UNTUK BELAJAR

KINI SETELAH MASA PERJUANGAN ITU BERLALU, AKU BERSYUKUR MENJADI


SALAH SATU BIMBINGANMU. SEKALI LAGI KUUCAPKAN TERIMA KASIH
UNTUK SEMUA KRITIKAN DAN TUNTUTAN YANG TELAH DIBERIKAN

SAHABAT, YANG MENCIPTAKAN KETULUSAN, KEJUJURAN,


KEBERANIAN ,KEPERCAYAAN, DAN KESETIAAN

TEMAN, TANPA INSPIRASI, DORONGAN, DAN DUKUNGAN YANG TELAH


KALIAN BERIKAN KEPADA SAYA, SAYA MUNGKIN BUKAN APA-APA SAAT INI

DAN UNTUK SELURUH PIHAK YANG TELAH MEMBANTU DALAM


MENYELESAIKAN LAPORAN KKP INI YANG TIDAK BISA DISEBUTKAN SATU
PERSATU

ABSTRAK
Dhandi Muhammad Yusuf “PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BANTEN LAMA –
TONJONG PROVINSI BANTEN STA 0+780 – 1+550”. Laporan KKP Program Studi
Teknik Sipil Universitas Serang Raya, dibawah bimbingan TB. Sofwan Hadi, S.Pd.,M.Pd,
Januari 2024, X halaman + x + halaman lampiran.
Dengan semakin berkembangnya kemajuan dibidang industri dan perdangangan serta
distribusi barang dan jasa maka semakin bertambah pula kepemilikan kendaraan yang
menyebabkan meningkatnya volume lalu lintas. Dengan meningkatnya perkembangan sektor
perekonomian dan perindustrian, maka akan semakin bertambah kebutuhan sarana dan
prasarana transportasi jalan yang baik, aman, serta mempunyai manfaat untuk masa yang
panjang. Dalam hal meningkatkan pelayanan transportasi terhadap masyarakat, Dinas
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Provinsi Banten pada Proyek Pembangunan Jalan
Banten Lama – Tonjong, Provinsi Banten STA 0+780 – 1+550 yang dilaksanakan oleh PT.
Suburo Jayana Indah Cor dimaksudkan untuk menambah akses jalan yang lebih baik, melihat
kondisi jalan yang kurang mumpuni pada beberapa tempat dan volume kendaraan yang
melintasi jalan tersebut rata-rata kendaraan berat sehingga mengakibatkan jalan sulit untuk
dilewati dan waktu tempuh perjalanan yang semakin lama.
Perencanaan struktur pada Proyek Pembangunan Jalan Banten Lama – Tonjong, Provinsi
Banten STA 0+780 – 1+550, ini menggunakan struktur perkerasan kaku (beton), sehingga
dengan struktur tersebut diharapkan jalan yang dibangun memiliki kekuatan dan usia yang
lebih lama serta mengurangi dana perawatan (maintenance) yang tinggi.
Pelaksanaan proyek harus dilakukan secara profesional dan harus berkoordinasi dengan
berbagai pihak terkait, agar proyek yang dikerjakan sesuai dengan keinginan pemilik (owner)
dan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya.

Kata Kunci : Akses Jalan, Peningkatan Pelayanan, Perkerasan Kaku, Volume Lalu Lintas

KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan karunia dan kasih-Nya

kepada kita sekalian, khususnya kepada penulis, sehingga Laporan KKP dengan judul

“PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BANTEN LAMA -TONJONG PROVINSI

BANTEN STA 0+780 – 1+550” dapat terselesaikan dengan baik.

Didalam penyelesaiannya penulis banyak sekali dibantu oleh beberapa pihak, oleh

karenanya pada kesempatan ini, penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada :

1. Tuhan YME yang selalu memberikan kekuatan dan kesehatan kepada penulis dalam

menyelesaikan laporan KKP ini dengan baik.

2. Untuk Bapa dan Mama tercinta yang tak henti-hentinya memberikan semangat dan

doa kepada penulis.

3. Bapak Dr. H. Abdul Malik, M. Si. sebagai Rektor UNSERA.

4. Bapak Wahyu Oktri Widyarto, ST., MT sebagai Dekan Fakultas Teknik.

5. Bapak Arbi Parianta Lukman, SST., MT sebagai Ketua Program Studi Teknik Sipil.

6. Bapak TB. Sofwan Hadi S.Pd., M.Pd sebagai Dosen Pembimbing.

7. Dinas Pekerjaaan Umum dan Penataan Ruang Provinsi Banten selaku pemilik Proyek

Pembangunan Jalan Banten Lama – Tonjong..

8. Bapak Heru Iswanro, ST. selaku Pejabat Pembuat Komitmen ( Kepala Bidang Bina

Marga DPUPR Provinsi Banten).

9. Bapak Aminudin, ST selaku Konsultan Pengawas PT. Kreasi Tekniktama Konsultan.

10. Bapak Gugun Subaka selaku Kontaktor Pelaksana PT. Suburo Jayana Indah Cor

sekaligus pembimbing lapangan.

11. Seluruh Staf PT. Suburo Jayana Indah Cor yang terlibat dalam proyek pembangunan

Jalan Banten Lama – Tonjong Provinsi Banten.

12. Seluruh Dosen dan Staff Fakultas Teknik Sipil Universitas Serang Raya.
13. Keluarga Besar HIMATSU.

14. Sipil Squad 2019 teman seperjuangan yang selalu memberikan semangat.

Menyadari kodratnya (Penulis) sebagai manusia yang tak pernah luput dari kesalahan

dan kekurangan meyakini terdapat kekurangan ataupun kesalahan didalam Kuliah Kerja

Praktik ini, baik dari segi penulisan maupun penyajiannya. Oleh sebab itu, penulis

mengharapkan saran dan kritik yang membangun sehingga kekurangan maupun kesalahan

tersebut dapat diperbaiki pada penyusunan berikutnya.

Akhir kata dari penulis berharap semoga laporan KKP ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak khususnya penulis.

Serang. Januari 2024

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................iii
PERSEMABAHAN........................................................................................iv
ABSTRAK.......................................................................................................vi
KATA PENGANTAR....................................................................................vii
DAFTAR ISI...................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR......................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG KULIAH KERJA PRAKTEK....................2
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN KULIAH KERJA PRAKTEK.............2
1.3 KEGIATAN KULAH KERJA PRAKTEK......................................3
1.4 LATAR BELAKANG PROYEK......................................................4
1.5 WAKTU PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK...........6
1.6 DATA PROYEK.................................................................................6
1.7 LOKASI PROYEK.............................................................................7

BAB II PRA PELAKSANAAN ....................................................................9


2.1 PELELANGAN...................................................................................9
2.1.1 Pengertian Pelelangan ......................................................................9
2.1.2 Jenis - Jenis Pelelangan................................................................... 11
2.1.3 Proses Pelelengan............................................................................ 13
2.1.4 Pengertian E-Procurement ............................................................. 19
2.1.5 Pelayanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) .......................... 20
2.1.6 Proses Pengadaan Barang/jasa Secara Elektronik (E-procurment)
................................................................................................... 21
2.1.7 Proses Pelelangan di Proyek Jalan Jalan Banten Lama – Tonjong
................................................................................................... 22
2.2 ANALISIS HARGA .................................................................................. 23
2.2.1 Pengertian Analisa Harga Satuan.................................................... 24
2.3 ORGANISASI PROYEK.......................................................................... 25
2.3.1 Pengertian Organisasi Proyek......................................................... 26
2.3.2 Tugas dan Wewenang Tiap Jabatan pada Struktur Organisasi Proyek
................................................................................................... 29

BAB III PELAKSANAAN ...................................................................................33


3.1 SPESIFIKASI TEKNIS BAHAN, ALAT, PENGUJIAN DAN TENAGA KERJA
......................................................................................................................33
3.1.1 Spesifikasi Teknis Bahan ......................................................................... 34
3.1.2 Spesifikasi Alat ........................................................................................ 45
3.1.3 Spesifikasi Alat Pengujian ....................................................................... 56
3.2 SPESIFIKASI TENAGA KERJA ........................................................... 59
3.3 METODE DAN PROSEDUR .................................................................. 61
3.3.1 Pekerjaan Persiapan......................................................................... 62
3.3.2 Pekerjaan Pemadatan Tanah Dasar dan Pengujian
Kelayakan............................................................................................... 62
3.3.3 Pekerjaan Lapis Pondasi Agregat Kelas B (Sub-base) dan Pengujian
Kelayakan......................................................................................... 63
3.3.4 Pengecoran Lantai Kerja (Lean Concrete) dengan B0 dan Pengujian
Kelayakan ........................................................................................ 65
3.3.5 Pemasangan dan Pembongkaran Bekisting Pada Tepi Cor ............. 67
3.3.6 Pemasangan Pembesian dan Pengujian Kelayakan ........................ 67
3.3.7 Pengecoran Beton dengan FS 45 .................................................... 68
3.3.8 Pengujian Kuat Lentur Beton dengan Compression
Machine ................................................................................................. 69
3.3.9 Proses Finishing .............................................................................. 69
3.3.10 Proses Pemasangan Box Culvert .................................................... 70

BAB IV PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN ................................................83


4.1. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PENGAWAS.............................. 85
4.2. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PENGAWAS.............................. 87
4.2.1 Pengendalian Mutu Bahan .............................................................. 88
4.2.2 Pengendalian Peralatan ................................................................... 93
4.2.3 Pengendalian Waktu ....................................................................... 93
4.2.4 Pengendalian Biaya ......................................................................... 94
4.2.5 Pengendalian Dokumen .................................................................. 95
4.2.6 Pengendalian Instalasi dan Pengawasan ......................................... 96
4.2.7 Pengendalian Konstruksi.................................................................. 96
4.2.8 Pengendalian Tenaga Kerja ............................................................ 96
4.2.9 Pengendalian Kesehatan dan Keselamatan Konstruksi (SMKK) ... 97
4.2.10 Perizinan .......................................................................................... 97
4.1.......................................................PEMBAYARAN TERMINAN DAN SERAH TERIMA PEK
.................................................................................................................. 97
4.1.1 Pengertian Termin ............................................................................. 97
4.1.2 Serah Terima Pekerjaan ..................................................................... 98
Daftar Gambar

1.1 Peta Lokasi Proyek....................................................................................... 7


1.2 Peta Lokasi Proyek....................................................................................... 8
1.3 Peta Lokasi Proyek....................................................................................... 8
2.1 Data Pelelangan Proyek Pembangunan Jalan Banten Lama - Tonjong....... 19
2.2 Hasil Evaluasi Lelang Proyek Pembangunan Jalan Banten Lama - Tonjong
............................................................................................................... 21
2.3 Struktur Organisasi kontraktor proyek Jalan dan jembatan ruas Banten Lama –
Tonjong Banten.......................................................................................... 26
2.1 Struktur Organisasi proyek Jalan dan jembatan Banten Lama – Tonjong Banten
............................................................................................................... 26
3.1 Proses Pengecoran FS’45........................................................................... 33
3.2 Proses Pengecoran Lantai Kerja Dengan Mutu K 100.............................. 34
3.3 Besi Tulangan............................................................................................ 35
3.4 Batang Ruji (Dowel).................................................................................. 35
3.5 Tie Bar....................................................................................................... 36
3.6 Wiremesh................................................................................................... 37
3.7 Sengkang.................................................................................................... 37
3.8 Tanah Merah.............................................................................................. 38
3.9 Agregat Kasar Yang Sudah Dihamparkan................................................. 39
3.10 Geotek Wooven (Plastik Cor).................................................................... 40
3.11 Box Culvert 1.00 x 1.00............................................................................. 41
3.12 Box U-Ditch............................................................................................... 42
3.13 Asphalt Sealent.......................................................................................... 43
3.14 Excavator................................................................................................... 45
3.15 Dump truck................................................................................................ 45
3.16 Vibrator Roller........................................................................................... 46
3.17 Mobile Crane............................................................................................. 47
3.18 Motor Grader............................................................................................. 48
3.19 Stamper...................................................................................................... 49
3.20 Bekisting FS’45......................................................................................... 50
3.21 Pengecoran Lean Concrete........................................................................ 50
3.22 Batching Plant............................................................................................ 51
3.23 Concrete Mixer Truck................................................................................ 52
3.24 Vibrator Concrete....................................................................................... 52
3.25 Concrete Cutter.......................................................................................... 53
3.26 Grooving Tool............................................................................................ 53
3.27 Joint Sealant............................................................................................... 54
3.28 California Bearing Ratio (CBR) Test........................................................ 55
3.29 Sand Cone Test.......................................................................................... 56
3.30 Uji Kuat Lentur Beton............................................................................... 56
3.31 Hammer test............................................................................................... 57
3.32 Ilustrasi Pekerjaan Pemadatan Agregat Kelas B........................................ 63
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Kuliah Kerja Praktik


Kuliah Kerja Praktek (KKP) merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh
mahasiswa berupa magang atau observasi di perusahaan atau instansi
pemerintahan secara terbimbing dan terpadu sebagai persyaratan kelulusan
mahasiswa Universitas Serang Raya, dengan memberikan pengalaman bagi
mahasiswa untuk menerapkan dan memperluas wawasan penerapan teori dan
pengetahuan yang telah diterimanya didalam perkualiahan pada kegiatan nyata
dibidang studinya masing-masing.
Tujuan Kuliah Kerja Praktik (KKP) di Suburo Jayana Indah Cor karena
pembangunan jalan Banten Lama – Tonjong ini memudahkan masyarakat
setempat dalam memangkas waktu tempuh dan dilakukannya Kuliah Kerja
Praktek (KKP) agar mahasiswa dapat beradaptasi dengan lingkungan kerja setelah
menyelesaikan pendidikannya serta mendapatkan pengalaman secara factual
dilapangan sebagai terbentuknya tenaga kerja yang professional, yaitu yang
memiliki seperangkat pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang diperlukan
bagi profesinya serta mampu menerap kan dalam kehidupan dunia kerja yang
nyata.
Untuk mendukung kualitas sumber daya manusia, maka Mahasiswa
Teknik Sipil Universitas Serang Raya pada semester VII diwajibkan untuk
melaksanakan Kuliah Kerja Praktek selama minimal 15 kali pelaksanaan pada
proyek pembangunan gedung, jembatan ataupun jalan raya dengan spesifikasi
bangunan yang memenuhi prosedur persyaratan dari kampus. Penempatan
mahasiswa di proyek pembangunan bertujuan untuk mengembangkan dan
menerapkan teori – teori yang didapatkan di bangku kuliah, karena jika hanya
memiliki teori maka akan sulit untuk bersaing di dunia kerja. Oleh karena itu,
Kuliah Kerja Praktek ini diharapkan dapat memberikan pengalaman terjun secara

1
langsung di lapangan kerja proyek pembangunan.
Dalam Kuliah Kerja Praktek ini penulis berkesempatan terjun secara
langsung ke lapangan dan mengamati bagaimana proses pembangunan Jalan
Banten Lama – Tonjong, Serang, Banten. Melalui pelaksanaan Kuliah Kerja
Praktek ini, Mahasiswa diharapkan memiliki pengetahuan dan kemampuan serta
teori maupun praktek dalam bidang Teknik sipil, agar mampu bersaing di dunia
kerja secara professional.

1.2. Maksud dan Tujuan Kuliah Kerja Praktek


Tujuan Kuliah Kerja Praktek ini adalah:
1. Memenuhi salah satu persyaratan mata kuliah Kerja Praktik sebagai
syarat kelulusan Program Studi S1 Teknik Universitas Serang Raya,
2. Memberikan pengalaman kepada mahasiswa/mahasiswi mengenai
dunia kerja yang sesungguhnya,
3. Mengetahui tahapan-tahapan atau proses pekerjaan jalan,
4. Sebagai media untuk mendapatkan pengetahuan mengenai alat, bahan
dan metode kerja di proyek jalan,
5. Sebagai bentuk implementasi dari teori yang sudah diajarkan selama
kuliah berlangsung,
Manfaat Kuliah Kerja Praktek ini adalah:
1. Menambah pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman di lapangan
yang tidak didapat langsung dalam perkuliahan.
2. Menambah pengalaman, memperdalam pengamatan, dan pengenalan
visual secara faktual mengenai kondisi yang ada di lapangan.
3. Mahasiswa dapat memahami berbagai masalah (kasus) yang mungkin
muncul di lapangan dan cara mengatasinya serta memahami kegiatan
yang dilaksanakan di lapangan.
4. Menyesuaikan diri dalam menghadapi lingkungan kerja setelah
menyelesaikan studinya.
5. Menyusun hasil-hasil yang diperoleh selama Kuliah Kerja Praktek
(KKP) dalam bentuk laporan Kuliah Kerja Praktek (KKP).

2
6. Menambah wawasan mengenai proses pembangunan jalan dari awal
sampai akhir.

1.3 Kegiatan Kuliah Kerja Praktek

Setelah tahapan perizinan pada proyek pembangunan Jalan Banten Lama –


Tonjong, Serang, Banten selesai, maka selanjutnya mahasiswa sudah dapat
memulai mengikuti kegiatan di lapangan sebagi berikut :

1. Pekerjaan Tanah Timbunan


a) Loading Muatan Tanah Timbunan sesuai dengan ketinggian yang
bervariasi dan eleveasi sesuai dengan ketinggian tiap sta 0+000 – 1+550
kiri dan kanan.
b) Tanah timbunan akan dileveling dengan motor greder.
c) Setelah itu tanah timbunan akan dileveling dengan Dozer Vibrator.
2. Pekerjaan Oprit atau TPT
a) Pengerukan pada 3,5 m lebar dan tinggi perlevel pengerukan 3 m tahap
pertama dengan excavator.
b) Diketinggian 3 m, penyiapan karung pada lebar 1,5 m dan tinggi 1,9 m
serta penggelaran geotek di atas lapisan sesudah itu digelar tanah
timbunan.
c) Diketinggain 4 m, penyiapan karung pada lebar 1,5 m dan tinggi 1,9 m
serta penggeralaran geotek di atas lapisan sesudah itu digelar tanah
timbunan.
d) Diketinggian 5m, penyiapan karung pada lebar 1,5 m dan tinggi 1,9 m
serta penggeralaran geotek di atas lapisan sesudah itu digelar tanah
timbunan.
e) Dilakukan sedikit lebih turun agar base course tidak terlalu tinggi dan
evalasi ketinggian jalan dengan jembatan sesuai.
3. Pekerjaan Base Course (agregat B)

3
a) Loading base course dengan muatan yang merata ditiap titik yang sesuai
sta.
b) Pemerataan (Leveling) dengan excavator dan motor greder di ketinggian
10 cm
c) Melakukan pemadatan dengan dozer vibrator agar saling mengikat.
d) Melakukan test sand cone untuk menilai ketinggian dan kerapatan base
course sesuai dengan gambar kerja.
4. Pekerjaan Lean Concrete (LC)
a) Bekisting dengan ketinggian sesuai dengan gambar kerja yaitu 10 cm.
b) Pengecoran LC bisa dilakukan kapanpun berbeda dengan Rigid
5. Pekerjaan Rigid
a) Pembesian menggunakan Wiremesh (8D), Sloof (8D), Dowel (32D),
Tiebar (16D).
b) Bekisting dengan ketinggian 25cm sesuai dengan gambar kerja.
c) Pengecoran dilakukan pada sore hari atau malam hari sesuai dengan suhu
yang stabil agar air pada beton tidak cepat menguap dan menyebabkan
cracking.
d) Proses grooving agar adanya gaya gesek
e) Pekerjaan cutting untuk mengetahui ukuran Panjang dan lebar segmen
rigid serta mempermudah melakukan silent aspal.

1.4 Latar Belakang Proyek

Jalan merupakan sarana transportasi darat yang berperan penting dalam


pengembangan potensi suatu wilayah terutama dalam bidang ekonomi, sosial,
politik dan budaya. Sarana trasnportasi darat yang baik harus diiringi dengan
pembangunan yang merata diseluruh wilayah di Indonesia, agar setiap warga
negara merasakan pemerataan pembangunan. Maka dari itu, pembangunan sarana
transportasi darat berupa jalan perlu dilaksanakan dengan baik.
Seiring dengan berkembangnya kemajuan dibidang industri dan
perdangangan serta distribusi barang dan jasa maka semakin bertambah pula

4
kepemilikan kendaraan yang menyebabkan meningkatnya volume lalu lintas.
Tetapi, terkadang peningkatan volume lalu lintas ini tidak diikiuti dengan
meningkatnya kapasitas jalan yang memadai. Dengan meningkatnya
perkembangan sektor perekonomian dan perindustrian, maka akan semakin
bertambah kebutuhan sarana dan prasarana transportasi jalan yang baik, aman,
serta mempunyai manfaat untuk masa yang panjang.
Pembangunan jalan di suatu daerah merupakan hal yang penting bagi
masyarakat untuk mencapai suatu daerah yang ingin dituju. Selain itu, dengan
pembangunan jalan dapat meningkatkan mobilisasi masyarakat. Pembangunan
jalan provinsi merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh pemerintah.
Salah satu jalan provinsi yang ada di Banten yaitu Jl. Tasikardi Banten
Lama, Pamengkang, Kec. Kramatwatu, Kabupaten,serang yang menghubungkan
akses jalan Banten Lama dan Tonjong. Akses penghubung ini tidak nyaman
digunakan dan membuat pengguna merasa terganggu saat melintasinya, karena
kondisi jalan yang tidak sesuai dengan ketentuan jalan, jalan yang sempit hanya
ada dua jalur dan ketika jalan tersebut diguyur hujan selama satu jam saja maka
akan menimbulkan banjir yang cukup dalam, masalah pada jalan ini bukan hanya
kondisi jalan yang sempit saja tetapi juga dengan drainase pada jalan tersebut
yang tidak berjalan dengan baik kondisi jalan ini sama seperti jalan pada jalan
banten lama - tonjong.
Dalam hal meningkatkan pelayanan transportasi terhadap masyarakat,
Pupr Banten pada Proyek pembangunan jalan banten lama - tonjong yang
dilaksanakan oleh PT. Suburo Jayana Indah Cor dimaksudkan untuk
meningkatkan akses jalan yang lebih baik, melihat kondisi jalan yang mengalami
kerusakan pada beberapa tempat dan volume kendaraan yang melintasi jalan
tersebut rata-rata kendaraan berat sehingga mengakibatkan jalan sulit untuk
dilewati dan waktu tempuh perjalanan yang semakin lama. Perencanaan struktur
pada proyek pembangunan jalan banten lama - tonjong ini menggunakan struktur
perkerasan kaku (beton), sehingga dengan struktur tersebut diharapkan jalan yang
dibangun memiliki kekuatan dan usia yang lebih lama serta mengurangi dana
perawatan (maintenance) yang tinggi.

5
1.5 Waktu Pelaksanaan Kuliah Kerja Praktek
Waktu pelaksanaan Kuliah Kerja Praktek (KKP) adalah selama minimal
15 kali pelaksanaan, terhitung mulai awal bulan November sampai dengan 27
bulan Januari di proyek pembangunan Jalan Banten Lama – Tonjong, Serang,
Banten.

1.6 Data Proyek


1 Nama Proyek : Pembangunan Jalan Banten Lama – Tonjong
2 Lokasi Proyek : Serang – Tonjong (Jl. Tasikardi Banten Lama,
Pamengkang, Kec. Kramatwatu, Kabupaten,
Serang, banten).

3 Pemilik Proyek : APBD Provinsi Banten TA. 2023


4 Tahun Anggaran : APBD 2023
5 Penyedia Anggaran : APBD Provinsi Banten TA. 2023
6 Konsultan Pelaksana : PT. Suburo Jayana Indah Cor
7 Konsultan Perencana : PT. KREASI TEKNIKTAMA KONSULTAN
(supervisi)

8 No Kontrak : 620/137.3/SPK/PJ-BLT/BBM/DPUPR/VII/2023
9 Nilai Kontrak : Rp. 67.119.327.600,00
10 Waktu Pelaksanaan : 161 Hari

6
1.7 Lokasi Proyek
Lokasi proyek berada di Jl. Tasikardi Banten Lama, Pamengkang, Kec.
Kramatwatu, Kabupaten, Serang, banten.

Gambar 1.1 Peta Lokasi Proyek

Sumber : DED PT. Suburo Jayana Indah Cor

7
Gambar 1.2 Peta Lokasi Proyek

Sumber : Google Earth, 2023

Gambar 1.3 Lokasi Proyek

8
Sumber : DED PT. Suburo Jayana Indah Cor, 2023

BAB II
PRA PELAKSANAAN
2.1 Pelelangan
Pada pengadaan dan pelelangan barang/jasa pemerintah terutama dalam
pekerjaan konstruksi, harus dilakukan secermat mungkin. Fungsi dan manfaat
yang diharapkan dari sebuah pengerjaan proyek yang pada nantinya harus bisa
dinikmati masyarakat sipil. Pembiayaan dengan menggunakan sumber dana yang
berasal dari masyarakat (APBN/APBD) harus dapat dipertanggung jawabkan
secara benar dan transparan. Untuk itu perlu adanya peraturan yang mengatur dan
mengikat dari pelaksana pengadaan barang/jasa pemerintah tersebut ( Wahid,
Kuncoro, Wibowo, Nugroho, 2013).
Untuk meminimalisir permasalahan yang ada, maka permerintah telah
berupaya untuk menyelenggarakan pelelangan secara elektronik. Mengacu pada
Keppres nomor 80 tahun 2003 dan kemudian diatur lebih detail lagi pada Perpres
nomor 54 tahun 2010. Maka dari itu diperlukan adanya ‘Kajian Prosedur
Pelelangan Konstruksi Berdasarkan Keppres No. 80 tahun 2003 dan Perpres
No.54 tahun 2010”. Sebagai input data digunakan data yang sudah ada pada LPSE
yang sesuai dengan kedua peraturan yang digunakan sebagai bahan perbandingan
(Wahid, Kuncoro, Wibowo, Nugroho, 2013).

2.1.1 Pengertian Pelelangan


Lelang adalah penjualan barang yang terbuka secara umum baik secara
langsung maupun media elektronik dengan cara penawaran harga secara lisan atau
tertulis yang didahului dengan usaha mengumpulkan peminat (Wahid, Kuncoro,
Wibowo, Nugroho, 2013). Menurut pasal 1 Peraturan Menteri Keuangan Nomor
150/PMK.06/2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
40/PMK.07/2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang, disebutkan: Lelang
adalah penjualan barang yang terbuka untuk umum dengan penawaran harga
secara tertulis dan/atau lisan yang semakin meningkat atau menurun untuk

9
mencapai harga tertinggi yang didahului dengan pengumaman lelang.
Konvensional procurement atau disebut juga pengadaan secara
konvensional yaitu proses pengadaan atau pelelangan yang dilakukan dengan
mempertemukan pihak-pihak yang terkait yang dilakukan secara fisik. Sistem ini
merupakan sistem awal pengadaan pengadaaan yang dilakukan sealma beberapa
tahun yang lalu hingga sekarang. Namun dengan berkembangnya tingkat kegiatan
dan kepentingan, maka sistem ini mulai tidak relevan saat ini (Wahid, Kuncoro,
Wibowo, Nugroho, 2013).
Kelektronik Procurement atau disingkat E-Proc adalah aplikasi untuk
mengelola data pengadaan barang/jasa yang meliputi data pengadaan berbasis
internet yang didesain untuk mencapai suatu proses pengadaan efektif, efisien dan
terintegrasi. Pada awalnya pelaksanaannya berpedoman pada keputusan Menteri
Pekerjaan Umum No.211/KPTS/M/2006 tentang penetapan paket pengadaan
barang/jasa secara elektronik tahun 2006 di lingkungan Departemen Pekerjaan
Umum, menetapkan paket dan proses pengadaan barang/jasa Departemen
Pekerjaan Umum dilaksanakan secara elektronik (Semi E-Procurement Plus)
dengan ketentuan sebagai berikut :
a) Pengadaan Barang/Jasa secara elektronik (E-Procurement) tetap
mengacu pada keputusan Presiden atau Peraturan Presiden tentang
pengadaan barang/jasa pemerintah.
b) Mengikuti tahapan proses pengadaan.
c) Apabila ada perbedaan antara harga penawaran melalui E-
Procurement dan harga yang tercantum pada hard copy maka
penawaran tersebut dinyatakan gugur.
Presiden mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 106 tentang Lembaga
Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP). Lembaga ini merupakan
‘pemekaran’ Pusat Pengadaan yang sebelumnya berada di Bappenas. Dengan
adanya Perpres ini, seluruh tugas menyangkut kebijakan pengadaan barang dan
jasa pemerintah menjadi tanggung jawab LKKP, termasuk di dalamnya
pengembangan dan implementasi electronic government procurement. Dasar
hukum pelaksanaan e-procurement saat ini adalah UU No. 11 Tahun 2008 tentang

10
ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik), Perpres No. 54 Tahun 2010 dan
Peraturan Kepala LKPP No. 1 Tahun 2011 tentang Tata Cara e-Tendering.
Secara umum, e-procurement dapat dilakukan 2 cara yaitu e-tendering dan e-
purchasing (Wahid, Kuncoro, Wibowo, Nugroho, 2013).
Dengan mengetahui setiap informasi yang terdapat dalam dokumen
penawaran peserta lainnya, maka secara tidak langsung para peserta lelang dapat
mengawasi panitia pengadaan barang/jasa dalam melakukan proses evaluasi
dokumen penawaran tersebut. Dengan demikian proses penentuan pemenang
lelang menjadi terbuka dan bebas dari kecurangan. Karena itulah, meskipun tidak
ada kewajiban untuk hadir dalam acara pembukaan penawaran, setiap peserta
lelang selalu berusaha untuk hadir dalam acara tersebut.
Tata cara pembukaan dokumen, siapa saja yang diperkenankan hadir, serta
dokumen apa saja yang harus dibuka pada acara tersebut telah diatur dalam
Peraturan Presiden R.I No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah.
Penggunaan tender pada suatu proyek merupakan salah satu proses untuk
pengadaan kontraktor dalam pelaksanaan pekerjaan. Pelalangan dapat
dilaksanakan setelah semua persiapan pembuatan rencana kerja telah selesai
dikerjakan. Melalui pelelangan diharapkan akan didapat biaya pelaksanaan
seminimal mungkin serta hasil pelaksanaan pekerjaan yang dapat dipertanggung
jawabkan dan tidak merugikan kedua belah pihak.

2.1.2 Jenis – jenis Pelelangan


Jenis – jenis pelelangan berdasarkan kepemilikan dapat dibedakan sebagai
berikut :
a. Proyek Pemerintah
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah adalah kegiatan untuk memperoleh
barang/jasa oleh Kementrian/Lembaga/Satuan Kerja perangkat Daerah/Institusi
lainnya yang prosesnya dimulai dari perncanaan kebutuhan sampai
diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa (Peraturan
Presiden No. 54 Tahun 2010).

11
Pengadaan barang/jasa di Indonesia dilaksanakan sesuai dengan pedoman
Keputusan Presiden RI No. 54 Tahun 2010 beserta perubahan dalam
pelaksanaannya melalui metode pelelangan umum untuk pemilihan/seleksi
penyedia barang/jasa yang terbagi menjadi 5 (lima) metode, yaitu :
1. Pelelangan umum, adalah metode pemilihan penyedia barang/pekerjaan
konstruksi/jasa lainnya untuk semua pekerjaan yang di ikuti oleh semua
penyedia barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang memenuhi
syarat (Perpres No 54 Tahun 2010, pasal 1 No. 23).
2. Pelelangan terbatas, adalah metode pemilihan penyedia pekerjaan
konstruksi untuk pekerjaan konstruksi dengan jumlah penyedia yang
mampu melaksanakan diyakni terbatas dan untuk pekerjaan yang
kompleks (Perpres No 54 Tahun 2010, pasal 1 No. 24).
3. Pemilihan langsung, adalah metode pemilihan penyedia pekerjaan
konstruksi untuk pekerjaan yang bernilai paling tinggi 200.000.000,00
(dua ratus juta rupiah) (Perpres No 54 Tahun 2010, pasal 1 No. 26).
4. Penunjukan langsung, adalah metode pemilihan penyedia barang/jasa
dengan cara menunjuk langsung 1 (satu) penyedia barang/jasa (Perpres
No 54 Tahun 2010, pasal 1 No.31).

b. Proyek Swasta
Ketentuan tender proyek swasta biasanya diatur sendiri oleh masing –
masing pemilik dengan tetap mengacu pada standar kontrak tertentu seperti
misalnya standar Internasional. Pada umumnya dilakukan dengan cara tender
terbatas dengan mengundang beberapa kontraktor yang sudah dikenal.
Perkembangan saat ini, pemilik (owner) mengundang beberapa calon kontraktor
untuk melakukan presentasi kemampuan mereka dalam melaksanakan proyek
yang ditenderkan. Setelah itu owner menilai dan bagi yang lulus akan diundang
untuk mengikuti tender (Gatot Nursetyo, 2016).

2.1.3 Proses Pelelangan


Adapun proses pelelangan adalah sebagai berikut :

12
1. Pengambilan Dokumen Lelang
Pengambilan dokumen lelang harus diteliti kebenarannya dan
kelengakpannya dengan merinci dalam tanda terima dokumen lelang, ini penting
agar dapat dijadikan sebagai dokumen kontrol pada proses internal perusahaan
(Gatot Nursetyo, 2016).
2. Pembentukan Tim Pelaksana Lelang (TPL)
Pembentukan Tim Lelang (TPL) sesuai dengan kebutuhan SDM yang
memiliki kompetensi sesuai dengan keterampilan untuk melakukan kegiatan
estimasi biaya sesuai dengan persyaratan yang berlaku (Gatot Nursetyo, 2016).
3. Mempelajari Dokumen Lelang
Menurut (Gatot Nursetyo, 2016) Pada bagian proses ini merupakan
kegiatan penting dalam upaya memahami dokumen proyek sehingga dapat dibuat
catatan – catatan penting yang perlu dikonfirmasikan pada saat mengikuti
penjelasan/anwazing kantor maupun lapangan berkaitan dengan dokumen –
dokumen sebagai berikut :
a. Bill of Quantity (BQ)
b. Technical Specification (Spesifikasi Teknis)
c. Drawings (Gambar)
d. Agreement, General & Special Condition of Contract (Surat
perjanjian, Spesifikasi umum dan Khusus)
e. Attachments (Lampiran)
f. Addendum
g. Peraturan terkait
4. Anwazing Kantor dan Lapangan
Mengikuti Kegiatan aanwijzing merupakan kegiatan penting dalam rangka
mendapatkan kejelasan terhadap hal – hal sebagai berikut :
a. Kelengkapan dokumen yang perlu dipenuhi
b. Konfirmasi hal – hal yang belum jelas agar persamaan persepsi sama
dengan persepsi sama dengan panitia/owner. Usulan adanya
perubahan terhadap spek, waktu pelaksanaan pekerjaan, dan lain-
lain. Sehingga proyek ini dapat dilaksanakan dengan baik.

13
c. Usulan adanya perubahan terhadap spesifikasi, waktu pelaksanaan,
dll sehingga proyek dapat dilaksanakan dengan baik.
d. Memahami secara akurat kondisi proyek tersebut dibangun berkaitan
dengan hal – hal sebagai berikut :
1. Kondisi lingkungan proyek (sosial dan budaya, medan, kerja, dan
lain – lain)
2. Akses jalan ke proyek
3. Kelayakan jalan logistik dan upaya untuk memperbaiki
4. Keamanan
5. Kondisi tanah
6. Dan lain – lain
5. Mempelajari lebih dalam tentang dokumen lelang
Kegiatan dalam proses ini adalah memahami lebih rinci berkaitan dengan
hal – hal sebagai berikut :
1. Kesesuaian Bill of Quantity (BQ) dengan gambar, spesifikasi dan
dokumen lainnya.
2. Identifikasi lingkup pekerjaan (batasan – batasan dalam paket
proyek)
Kegiatan ini dilakukan dengan mengacu pada Work Breakdown Structure
(WBS) sehingga secara akurat dapat diketahui batasan lingkup pekerjaan yang ada
dalam setiap paket proyek, berkaitan dengan hal – hal sebagai berikut :
1. Rincian Bill of Quantity atau Work Breakdown Structure (paket
pekerjaan)
2. Perhitungan volume pekerjaan
3. Gambar detail
4. Dokumen pengadaan Sub Contractor dan Supplier.
Work Breakdown Structure (WBS) adalah pedoman pengelompokan dari
unsur – unsur proyek yang mengatur dan menetapkan lingkup total dari proyek.
Pekerjaan yang di luar WBS adalah di luar lingkup proyek. Seperti halnya scope
statment, WBS sering kali digunakan untuk mengembangkan atau menjelaskan
pengertian umum dari lingkup proyek (Gatot Nursetyo, 2016).

14
6. Survey Lapangan Detail
Kegiatan ini merupakan kegiatan survey ulang secara mendalam setelah
mempelajari secara mendalam dokumen lelang. Hasil survey ini akan dijadikan
dasar dalam merumuskan metode pelaksanaan pekerjaan, merencanakan site plan,
mengetahui item – item pekerjaan penunjang yang diperlukan seperti perlunya
jembatan sementara, bangunan bantu lainnya, perbaikan jalan akses, dan lain –
lain. Pada survey ini juga dapat dipakai untuk mengklarifikasi data – data tekis
seperti penyelidikan tanah, komposisi material di quary, keberadaan sumber daya
lainnya, seperti alat, tenaga kerja, bahan material alam, termasuk biaya untuk
mendapatkan sumber daya tersebut (upah tenaga, harga satuan, dan lain – lain)
(Gatot Nursetyo, 2016).
7. Perhitungan Volume
Kegiatan ini diperlukan untuk melakukan perhitungan dan pengecekan
perhitungan volume pekerjaan terhadap volume scope yang ada dalam BQ, dan
diperlukan perhitungan volume pekerjaan yang merupakan pekerjaan penunjang
seperti jembatan darurat, jalan kerja, dan lain – lain. Perhitungan volume ini harus
dilakukan secara cermat dan akurat serta tertelusur sesuai WBS yang direncankan
sehingga tidak terjadi kesalahan berupa kurang perhitungan atau duplikasi
perhitungan. Apabila ada perhubahan gambar/spek maka denga mudah dapat
ditelusuri perhitungan mana yang diperlukan koreksi/penyesuaian/hitungan ulang
atas perubahan tersebut. Bila volume pekerjaan ini dihitung oleh banyak personil
harus dapat diidentifikasi siapa yang melakukan hitungan pekerjaan apa, sesuai
gambar/spek yang mana, sehingga saat dikonsolidasi dapat dikompilasi dengan
akurat (Gatot Nursetyo, 2016).
8. Metode Kerja
Metode kerja merupakan kegiatan perumusan metode pelaksanaan
pekerjaan dengan urutan penyusunan sebagai berikut :
1. Definisi pekerjaan
a) Penjelasan tentang pekerjaan
b) Spesifikasi dan volume pekerjaan
2. Lokasi pekerjaan

15
3. Cara kerja/metode kerja
a) Bagaimana cara kerjanya
b) Alat apa saja yang digunakan
c) Bagaimana urutan pekerjaannya (dimulai setelah/sesudah
pekerjaan apa)
4. Kebutuhan sumber daya
5. Waktu yang diperlukan
6. Jadwal pelaksanaan
7. Hal – hal penting yang harus diketahui/diperhatikan
8. Gambar kerja, Pekerjaan yang dibuat secara detail metode kerjanya
adalah yang memiliki kriteria sebagai berikut :
a) Yang memiliki nilai bobot 80% sesuai dengan bobot pareto
b) Yang termasuk dalam lintasan kritis, sesuai dengan hasil
network planning
9. Sub Contractor
Pemilihan pekerjaan yang disub kepada kontraktor lain dilakukan dalam
rangka memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. Memanfaatkan kemampuan penyedia barang/jasa yang lain
b. Mempercepat keuntungan yang diperoleh dari re-engineering
c. Membagi kemungkinan resiko
d. Meningkatkan fokus perusahaan
e. Sumber daya sendiri dapat digunakan untuk kebutuhan – kebutuhan
lainnya
f. Memungkinkan tersedianya dana capital
g. Menciptakan dana segar
h. Mengurangi dan mengendalikan biaya operasional
i. Memperoleh sumber daya yang tidak dimiliki sendiri
j. Memecahkan masalah yang sulit dikendalikan atau dikelola sendiri.
Pemilihan sub contractor/supplier dilakukan dengan selektif agar tujuan
tersebut dapat terpenuhi, dan pengendalian dokumen terhadap pekerjaan yang
dikerjakan oleh pihak ketiga ini merupakan hal yang sangat perlu diperhatikan,
karena kesalahan informasi/dokumen akan membuat kekeliruan dalam

16
menentukan asumsi, sumber daya dan harga pekerjaan (Gatot Nursetyo, 2016).
Kegiatan dalam proses procurements pada proses tender meliputi sebagai berikut :
a. Perencanaan pekerjaan yang akan di sub kontrakkan/rencana pembelian
perencanaan kontrak & pembayaran
b. Pemilihan vendor yang dinominasikan
c. Permintaan penawaran
d. Evaluasi penawaran (termasuk lingkup yang bersesuaian dengan paket
pekerjaan)
e. Penentuan vendor yang dipilih sehingga dokumen dari vendor yang
dipakai untuk penawaran terdokumentasi dengan baik.
10. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Proses yang dibutuhkan untuk mengelola dan memastikan bahwa aktivitas
proyek konstruksi telah ditangani dengan benar sebagai bentuk tindakan
pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya kecelakaan secara ringan
(menyebabkan luka – luka ringan atau parah yang masih dapat disembuhkan tanpa
cacat) maupun yang berat (menyebabkan cacat atau meninggal dunia) yang akan
terjadi baik terhadap karyawan/property yang ada dengan demikian proses –
proses yang dilakukan berupa :
a. Perencanaan K3 (Safety Plan)
b. Penanganan K3
c. Pelaksanaan Administrasi dan Pelaporan
11. Pembuatan Pra Rencana Mutu Proyek
Yang utama dalam kegiatan ini adalah melakukan hal – hal, yaitu:
a. Memahami spesifikasi setiap pekerjaan dan material yang dipakai
b. Memahami persyaratan mutu yang bersesuaian dengan yang sudah
ditetapkan dalam spek, berkaitan dengan upaya untuk melakukan
pemilihan material/metode yang memenuhi syarat
c. Dokumen atas persyaratan yang dipilih menjadi dokumen control dan
didukung oleh data – data yang dapat dipertanggungjawabkan.
12. Plafond Harga Penawaran
Plafond Harga yang didasarkan pada owner estimate merupakan referansi

17
tetapi tidak menjadi patokan, melainkan untuk melakukan evaluasi terhadap harga
yang dibentuk dari perhitungan RAP dan mark-up pusat, kantor cabang proyek
(termasuk biaya pemasaran), serta keuntungan bersih yang direncanakan. Mark-
up juga sudah memperhitungkan adanya resiku kenaikan harga, dan risiko lain
yang diperhitungkan dalam merespon resiko (Gatot Nursetyo, 2016).
13. Proses Komputer
Merupakan proses perhitungan dengan menggunakan computer dan
program yang dapat diandalkan pencariannya sehingga setiap ada perubahan
formulanya terkait satu sama lain. File perhitungan dapat menjamin mana data/file
yang dipakai dan direvisi sehingga mudah ditelusuri bila menggunakan alternatif
– alternatif RAP/RAB (Gatot Nursetyo, 2016).
14. Jaminan Bank, Referensi Bank dan Syarat – syarat Administrasi
Hasil dari perhitungan RAP/RAB draft dapat dipakai sebagai acuan untuk
menentukan besarnya jaminan pelaksanaan proyek sebagai syarat administrasi
yang harus dipenuhi dan dilampirkan dana penawaran. Pengurusan atas jaminan
ini harus memenuhi ketentuan bank dan persyaratan dalam administrasi lelang,
karena dapat menggugurkan penawaran. Pada saat final penawaran besaran dari
jaminan ini dicek kembali apakah sudah sesua dengan ketentuan/persyaratan
lelang yang berlaku (Gatot Nursetyo, 2016).
15. Memperhitungkan Kemampuan Lawan
Perhitungan kemempuan lawan dipakai untuk melakukan evaluasi
terhadap kemungkinan kemenangan tender yang diikuti, dan dapat dipakai sebagai
referensi dalam melakukan keputusan keikut sertaan tender maupun penetapan
harga penawaran yang kompetitif (Gatot Nursetyo, 2016).
16. Perhitungan Mark Up
Perhitungan mark up harus didasarkan pada beban – beban kewajiban yang
harus dipenuhi yang menjadi ketentuan kantor pusat, kantor cabang dan proyek
termasuk biaya pemasaran, serta keuntungan bersih yang direncanakan. Mark up
juga sudah memperhitungkan adanya resiko kenaikan harga, dan resiko lain yang
diperhitungkan dalam merespon resiko (Gatot Nursetyo, 2016).
17. Penyusunan, Pengecekan dan Pemasukan Penawaran

18
Tahapan yang penting pada saat melakukan penyusunan dokumen
penawaran adalah pemenuhan dokumen serta lampiran yang diperlukan dalam
setiap dokumen harus mengikuti ketentuan yang berlaku dan menjadi persyaratan
kelengkapan administrasi (Gatot Nursetyo, 2016).
18. Laporan Hasil Lelang/Tender
Laporan ini dibuat dalam rangka melakukan evaluasi terhadap hasil tender
dan alasan – alasan terukur yang menjadi penyebab kegagalan serta kekuatan yang
menjadi unggulan dalam persaingan, hal ini dapat memberikan pembelajaran
untuk kegiatan tender yang akan datang (Gatot Nursetyo, 2016).
19. Data – data Tetap
Merupakan data – data yang menjadi ketentuan saat menetapkan harga
penawaran/tender sehingga menjadi pertanggung jawaban tim estimating kepada
manajemen perusahaan. Dokumen ini diperlukan sebagai dokumen kontrol (Gatot
Nursetyo, 2016).

2.1.4 Pengertian E-procurement (pengadaan secara elektronik)


Berdasarkan Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 tentang pengadaan
barang/jasa, E-procurement adalah suatu pengadaan barang/jasa yang
dilaksanakan dengan menggunakan teknologi informasi dan transaksi elektronik
sesuai ketentuan perundang – undangan. Tujuan dari proses pengadaan
barang/jasa secara elektronik (E-procurement) ini adalah untuk :
1. Mendukung proses monitoring dan audit
2. Memenuhi kebutuhan akses informasi yang real-time
3. Memperbaiki tingkat efisiensi proses pengadaan
4. Meningkatkan akses pasar dan persaingan usaha yang sehat
5. Memperbaiki transparansi dan akuntabilitas.

2.1.5 Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE)


Sistem LPSE ini merupakan suatu sistem yang dikembangkan oleh LKPP,
dimana LKPP sendiri merupakan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah yang merupakan lembaga pemerintah Non Departemen yang berada di

19
bawah dan bertanggung jawab kepada presiden dan dibentuk berdasarkan Perpres
No 106 Tahun 2007. LKPP adalah lembaga pemerintah satu – satunya yang
bertugas melaksanakan pengembangan dan perumusan kebijakan pengadaan
barang/jasa pemerintah. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, LKPP
dikoordinasikan oleh Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional. Dan
sekarang ini kemudahan – kemudahan dalam mengikuti kegiatan pengadaan
barang dan jasa sudah dikembangkan oleh LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang Jasa Pemerintah) melalui penerapan system e-procurement dan e-catalog
yang berada dalam satu system yaitu LPSE (Layanan Pengadaan Secara
Elektronik) yang mana system LPSE ini jika sudah mendaftar maka sudah
dipastikan dapat mengikuti kegiatan pengadaan barang dan jasa di seluruh
Indonesia ( pengaribuan, safuan, musa, 2022).
LPSE dibangun dengan sistem real-time dan transparan agar dapat
dipantau oleh masyarakat luas. Pengadaan barang/jasa secara elektronik seperti ini
akan meningkatkan transparansi dan akuntabilitas, akses pasar, serta persaingan
usaha yang sehat. Tingkat efisiensi proses pengadaan pun membaik serta
mendukung proses monitoring dan audit yang transparan pengaribuan, safuan,
musa, 2022).
Pelaksanaan pelelangan pada proyek “Pembangunan Jalan Banten Lama -
Tonjong” menggunakan metode pelelangan umum, yang dilakukan secara terbuka
dengan pengumuman resmi sehingga pihak-pihak terkait yang berminat dan
memenuhi kualifikasi dapat mengikuti proses pelelangan seperti yang ditunjukkan
pada gambar 2.1 tentang metode pelaksaan pelelangan pada proyek kali ini.

20
Gambar 2.1 Data Pelelangan Proyek Pembangunan Jalan Banten Lama -

Tonjong

Sumber : datalpse Provinsi Banten, 2023

2.1.6 Proses Pengadaan Barang/Jasa Secara Elektronik (E-procurement)


Dalam proses pengadaan barang/jasa secara elektronik diperlukan suatu
perencanaan yang matang agar tercipta proses pelaksanaan pengadaan barang/jasa
yang sesuai dengan aturan yang berlaku. Adapun proses pengadaan barang/jasa
berdasarkan Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 adalah sebagai berikut :
1. Persiapan Pengadaan
a. PA/KPA menyusun dokumen rencana pengadaan barang/jasa dan akan
menjadi bagian dari Rencana Kerja Anggaran (RKA). Kegiatan
penyusunan rencana pengadaan meliputi :
1. Identifikasi dan analisis kebutuhan
2. Penyusunan dan penetapan rencana penganggaran
3. Penetapan kebijakan umum
4. Penyusunan Kerangka Acuan Kerja (KAK)
b. Hasil RKA akan dibahas dan ditetapkan di DPR/DPRD

21
c. PPK mengundang ULP untuk mengkaji ulang RUP yang telah diajukan
PA dan disahkan oleh DPR/DPRD guna menetapkan rencana
pelaksanaan pengadaan barang/jasa yang meliputi, pemaketan
pekerjaan, metode pemilihan penyedia, spesifikasi teknis, HPS (Harga
Perkiraan Sendiri) dan rancangan kontrak.

2.1.7 Proses pelelangan di proyek pembangunan Jalan Banten Lama -


Tonjong
Jenis pelelangan pada proyek pembangunan jalan banten lama - tonjong ini
adalah jenis pelalangan milik provinsi dengan cara pembukaan dokumen
penawarannya secara terbuka, dimana dokumen penawaran yang masuk terbuka
dibacakan di depan seluruh peserta tender, bahkan kadang – kadang para peserta
tidak saling mengetahui siapa pesaingnya. Ketentuan mengenai tender proyek
milik provinsi biasanya diawasi oleh Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
(PUPR). Meskipun demikian, ketentuan tersebut mengacu pada standar kontrak
tertentu.
Tender/pelelangan pada proyek pembangunan jalan banten lama - tonjong
ini menggunakan Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE), karena
tender/pelelangannya dilakukan dengan cara pelalangan mengundang beberapa
kontraktor yang sudah dikenal. Dalam memilih kontraktor yang diundang,
PEMPROV sebagai pemilik (owner) terlebih dahulu mengundang beberapa calon
kontraktor untuk melakukan presentasi tentang kemampuan mereka dalam
melaksanakan proyek yang akan dilelangkan. Yang pada akhirnya PEMPROV
mempercayakan proyek pembangunan jalan banten lama - tonjong ini kepada PT.
Suburo Jayana Indah Cor sebagai kontraktor pelaksananya.
Dibawah ini merupakan hasil evaluasi lelang pada proyek Pembangunan
Jalan Banten Lama - Tonjong dengan jumlah perusahaan yang berhasil masuk
tahap evaluasi lelang ini sebanyak 5 (lima) perusahaan yang ditunjukkan pada
gambar 2.2.

22
Gambar 2.2 Hasil Evaluasi Lelang Proyek Pembangunan Jalan Banten Lama -
Tonjong
Sumber : datalpse Provinsi Banten, 2023

2.2 Analisa Harga Satuan


Estimasi biaya memegang peran penting dalam penyelenggaraan proyek
konstruksi, estimasi biaya digunakan untuk mengetahui anggaran biaya yang
dibutuhkan dalam pembangunan suatu proyek. Dalam menyusun anggaran biaya
diperlukan pedoman untuk menentukan Harga Satuan Bahan dan Harga Satuan
Upah Tenaga Kerja, berupa Pedoman Analisa Harga Satuan Pekerja (AHSP)
untuk penawaran protek kontruksi maupun pengendalian biaya dalam pelaksanaan
pekerjaan (Pranata, Widiyanto, Proboyo, Indriani. Santoso, 2020).
Terdapat 2 Pedoman Analisa Harga Satuan Konstruksi di Indonesia yang
berlaku, yaitu "Pedoman Analisis Harga Satuan Pekerja Bidang Pekerjaan
Umum" No. 11/PRT/M/2013 diterbitkan oleh Kementrian Pekerjaan Umum
Tahun 2013 dan "Analisis Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum" No.
28/PRT/M/2016 diterbitkan oleh Kementrian Pekerja Umum Tahun 2016
(Pranata, Widiyanto, Proboyo, Indriani. Santoso, 2020).

2.2.1 Pengertian Analisa Harga Satuan

23
Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas kegiatan pembangunan
gedung dan bangunan di bidang konstruksi, diperlukan suatu sarana dasar
perhitungan harga satuan yaitu Analisa Biaya Konstruksi (ABK). Analisa biaya
konstruksi adalah suatu cara perhitungan harga satuan pekerjaan konstruksi, yang
dijabarkan dalam perkalian indeks bahan bangunan dan upah kerja dengan harga
bahan bangunan dan upah kerja dengan harga bahan bangunan dan standar
pengupahan pekerja, untuk menyelesaikan per-satuan pekerjaan konstruksi.
Analisa biaya konstruksi yang selama ini dikenal yaitu analisa BOW. Analisa
Burgerlijke Openbare Werken (BOW) ialah suatu ketentuan dan ketetapan umum
yang ditetapkan Dir. BOW tanggal 28 Febuari 1921 No 5372 A pada zaman
pemerintahan belanda (Fatchur Roehman, 2011).
Agar lebih luas cakupannya, maka pada tahun 2002 SNI dikaji kembali
untuk disempurnakan dengan sasaran lebih luas yaitu bangunan gedung dan
perumahan. Pelaksanaan pembangunan yang dimaksud adalah pihak-pihak yang
terkait dalam pembangunan gedung dan perumahan yaitu para perencana,
konsultan, kontraktor maupun perseorangan dalam memperkirakan biaya
bangunan. Selain itu analisa SNI dapat dipergunakan oleh pemerintah pusat
maupun daerah dalam mengefisienkan dana pembangunan yang dialokasikan
(Fatchur Roehman, 2011).
Prinsip pada metode SNI yaitu perhitungan harga satuan pekerjaan berlaku
untuk seluruh Indonesia, berdasarkan harga satuan bahan, harga satuan upah kerja
dan harga satuan alat sesuai dengan kondisi setempat. Spesifikasi dan cara
pengerjaan setiap jenis pekerjaan disesuaikan dengan standar spesifikasi teknis
pekerjaan yang telah dibakukan. Kemudian dalam pelaksanaan perhitungan satuan
pekerjaan harus didasarkan pada gambar teknis dan rencana kerja serta syarat –
syarat yang berlaku (RKS). Perhitungan indeks bahan telah ditambahkan toleransi
sebesar 15 % - 20 %, dimana didalamnya termasuk angka susut, yang besarnya
tergantung dari jenis bahan dan komposisi. Jam kerja efektif untuk pekerja
diperhitungkan 5 jam perhari. Prinsip perhitungan harga satuan pekerjaan dengan
metode SNI hampir sama dengan perhitungan dengan metode BOW, akan tetapi
terdapat perbedaan dengan metode BOW yaitu besarnya nilai koefisien bahan dan

24
upah tenaga kerja (Fatchur Roehman, 2011).

REKAPITULASI
DAFTAR KUANTITAS DAN HARGA
Paket: PEMBANGUNAN JALAN BANTEN LAMA - TONJONG

No.
Jumlah Harga
Divis Uraian
Pekerjaan (Rupiah)
i
1 UMUM 611,331,143,87
2 DRAINASE 217,474,663,65
3 PEKERJAAN TANAH DAN GEOSINTETIK 7,927,589,390,45
4 PEKERJAAN PREVENTIF -
5 PEKERJAAN BERBUTIR 8,236,291,547,70
6 PEKERASAN ASPAL -
7 STRUKTUR 43,403,360,990,07
8 REHABILITASI JEMBATAN -
9 PEKERJAAN HARIAN DAN PEKERJAAN LAIN- LAIN 71,814,966,96
10 PEKERJAAN PEMELIHARAAN RUTIN

(A) Jumlah Harga Pekerjaan ( termasuk Biaya Umum dan Kuntungannya ) 60,367,862,702,70
(B) Pajak Pertambahan Nilai (PPN) = 11% x (A) 6,651,464,897,30
(C) Jumlah TOTAL HARGA PEKERJAAN = (A) + (B) 67,119,327,600,00
67,119,327,600,00

Terbilang : Enam Puluh Tujuh Miliyar Seratus Sembilan Belas Juta Tiga Ratus Dua Puluh Tujuh Ribu
Enam Ratus Rupiah

Tabel 2.1 Rekapitulasi Biaya Proyek Pembangunan jalan Banten Lama –


Tonjong

Sumber : Dokumentasi PT. Suburo Jaya Indah Cor

2.3 Organisasi Proyek


Manajemen proyek terdiri dari struktur organisasi dan sitem informasi.

25
Organisasi ditetapkan oleh manajemn puncak (top manajemen) dan ditetapkan
pula hubungan antara anggota tim proyek dan manajer proyek. Salah satu struktur
yang sering dipakai adalah struktur organisasi yang bersifat fungsional, di mana
struktur organisasi dikelompokkan menurut area fungsi spesifik (Hanif, 2013).
Dalam organisasi proyek kontruksi, permasalahan yang timbul adalah sebagai
berikut :
1. Faktor – faktor internal yang mempengaruhi kualitas tenaga kerja
pada perusahaan kontruksi,
2. Upaya – upaya yang dilakukan tentang struktur organisasi proyek
yang tidak jelas dalam penempatan tenaga kerja dilapangan.

2.3.1 Pengertian Organisasi Proyek

Organisasi merupakan sekelompok orang yang berkerja sama untuk


mencapai suatu tujuan tertentu, sedangkan struktur organisasi adalah kerangka
antar hubungan dari orang – orang atau unit – unit organisasi yang masing –
masing memiliki tugas, tanggung jawab dan wewenang tertentu. Struktur
organisasi harus menunjukkan satuan – satuan organisasi dan garis wewenang
sehingga terlihat jelas batasan – batasan tugas, wewenang dan tanggung jawab
dari setiap personil dalam organisasi. Dengan demikian diharapkan adanya suatu
kejelasan arah dan koordinasi untuk mencapai tujuan perusahaan (Hanif, 2013).

Gambaran suatu organisasi proyek yang rinci dan banyak digunakan


memiliki struktur yang terdiri dari unsur – unsur seperti pada :

1. Manajer teknik, bertugas memimpin unit teknik dan berwenang mengelola


perencanaan teknik dan pengendalian. Pengelolaan perencanaan meliputi
kegiatan – kegiatan :
a. Metode pelaksanaan
b. Gambar kerja
c. Jadwal pelaksanaan, jadwal pengadaan bahan, jadwal penyediaan
peralatan dan jadwal pemenuhan tenaga kerja
d. Perencanaan pengendalian mutu

26
e. Perencanaan arus kas
f. Keselamatan dan kesehatan kerja
2. Manajer operasional lapangan, bertugas memimpin unit pelaksanaan lapangan
dengan kewenangan :
a. Melaksanakan pekerjaan sesuai perencanaan teknis dan keuangan yang
disiapkan oleh unit teknik
b. Mengkoordinasikan kepala pelaksana dalam mengendalikan dan
mengontrol pekerjaan para mandor dan sub kontraktor
c. Mengendalikan dan melatih keterampilan staff, tukang dan mandor
d. Melakukan penilaian kemampuan sesuai dengan standar yang
ditetapkan
3. Manajer administrasi lapangan, bertugas memimpin unit administrasi proyek,
mengelola keuangan, akuntansi dan pembukuan, urusan umum dan SDM
proyek, dengan kewenangan :
a. Menyiapkan urusan administrasi penagihan kepada pemilik proyek
b. Melakukan pencatatan transaksi
c. Melakukan verifikasi seluruh dokumen transaksi pembayaran
d. Mengurus masalah perpajakan, asuransi, dll.

Berikut adalah bagan struktur organisasi proyek dan struktur organisasi


kontraktor pada pembangunan Jalan Banten Lama - Tonjong.

27
Struktur Organisasi Kontraktor

Owner
Dinas Pekerjaan
Umum dan
Perumahan
Rakyat

Konsultan
Pengawas Kontraktor
Pelaksana
PT. Kreasi
Tekniktama PT. Suburo Jayana
Konsultan Indah Cor

Gambar 2.3 Struktur Organisasi kontraktor proyek Jalan dan jembatan Banten
Lama – Tonjong Banten
Sumber : Data Proyek

STRUKTUR ORGANISASI PROYEK

PROJECT MANAGER
IMAN FIRMAN,S.T
28

SITE MANAGER
Gambar 2.2 Struktur Organisasi Proyek.

Sumber : Dokumentasi PT. Suburo Jayana Indah Cor

2.3.2 Tugas dan Wewenang Tiap Jabatan Pada Struktur Organisasi Proyek
1. Pemilik proyek (owner)
Pemilik proyek/pemberi tugas/pengguna jasa adalah orang/badan yang
memiliki proyek dan memberikan pekerjaan atau menyuruh memberikan
pekerjaan kepada pihak penyedia jasa dan yang membayar biaya pekerjaan
tersebut. Pengguna jasa dapat berupa perseorang, badan/lembaga/instansi
pemerintah maupun swasta (Wulfram I. Ervianto, 2011). Hak dan kewajiban
pengguna jasa adalah :
1) Menunjuk penyedia jasa (konsultant dan kontraktor),
2) Meminta laporan secara periodik mengenai pelaksanaan pekerjaan
yang telah dilakukan oleh penyedia jasa,
3) Memberikan fasilitas baik berupa sarana dan prasarana yang
dibutuhkan oleh pihak penyedia jasa untuk kelancaran pekerjaan,

29
4) Menyediakan dana dan kemudian membayar kepada pihak penyedia
jasa sejumlah biaya yang diperlukan untuk mewujudkan sebuah
bangunan,
5) Ikut mengawasi jalannya pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan
dengan cara menempatkan atau menunjuk suatu badan atau orang
untuk bertindak atas nama pemilik,
6) Mengesahkan perubahan dalam pekerjaan (bila terjadi),
7) Menerima dan mengesahkan pekerjaan yang tehal selesai
dilaksanakan oleh penyedia jasa jika produknya telah sesuai dengan
apa yang dikehendaki.
Wewenang pemberi tugas adalah :
1) Memberitahukan hasil lelang secara tertulis kepada masing – masing
kontraktor
2) Dapat mengambil ahli pekerjaan secara sepihak dengan cara
memberitahukan secara tertulis kepada kontraktor jika terjadi hal –
hal di luar kontrak yang ditetapkan.
2. Konsultan Perencana
Konsultan perencana adalah orang/badan yang membuat perencanaan
bangunan secara lengkap baik bidang arsitektur, sipil dan bidang lain yang
melekat erat membentuk sebuah sistem bangunan. Konsultan perencana dapat
berupa perseorangan berbadan hukum yang bergerak dalam bidang perencanaan
pekerjaan bangunan (Wulfram I. Ervianto, 2011). Hak dan kewajiban konsultan
perencana adalah :
1) Membuat perencanaan secara lengkap yang terdiri dari gambar
rencana, rencana kerja dan syarat-syarat, hitungan struktur, rencana
anggaran biaya,
2) Memberikan usulan serta pertimbangan kepada pengguna jasa dan
pihak kontraktor tentang pelaksanaan pekerjaan,
3) Memberikan jawaban dan penjelasan kepada kontraktor tentang hal
– hal yang kurang jelas dalam gambar rencana, rencana kerja dan
syarat – syarat,

30
4) Membuat gambar revisi bila terjadi perubahan perencanaan,
5) Menghadiri rapat koordinasi pengelolaan proyek.
3. Konsultan Pengawas
Konsultan pengawas adalah orang/badan yang ditunjuk pengguna jasa
untuk membantu dalam pengelolaan pelaksanaan pekerjaan pembanguan mulai
awal hingga berakhirnya pekerjaan tersebut (Wulfram I. Ervianto, 2011). Hak dan
kewajiban konsultan pengawas adalah :
1) Menyelesaikan pelaksanaan pekerjaan dalam waktu yang telah
ditetapkan,
2) Membimbing dan mengadakan pengawasan secara periodik dalam
pelaksanaan pekerjaan,
3) Melakukan perhitungan presentasi pekerjaan,
4) Mengkoordinasikan dan mengandalikan kegiatan konstruksi serta
aliran informasi antara berbagai bidang agar pelaksanaan pekerjaan
berjalan lancar,
5) Menghindari kesalahan yang mungkin terjadi sedini mungkin serta
menghindari pembengkakan biaya,
6) Mengatasi dan memecahkan persoalan yang timbil di lapangan agar
dicapai hasil akhir sesuai kualitas, kuantitas serta waktu pelaksanaan
yang telah ditetapkan,
7) Menerima atau menolak material/peralatan yang didatangkan
kontraktor,
8) Menghentikan sementara bila terjadi penyimpangan dari peraturan
yang berlaku,
9) Menyusun laporan kemajuan pekerjaan (harian, mingguan, bulanan),
10) Meyiapkan dan menghitung adanya kemungkinan pekerjaan
tambah/kurang.

4. Kontraktor
Kontraktor adalah orang/badan yang menerima pekerjaan dan
menyelenggarakan pelaksanaan pekerjaan sesuai biaya yang telah ditetapkan

31
berdasarkan gambar rencana dan peraturan serta syarat – syarat yang ditetapkan.
Kontraktor dapat berupa perusahaan perseorangan yang berbadan hukum atau
sebuah badan hukum yang bergeraj dalam pelaksanaan pekerjaan (Wulfram I.
Ervianto, 2011). Hak dan kewajiban kontraktor adalah :
1) Melaksanakan pekerjaan sesuai gambar rencana, peraturan dan
syarat – syarat, risalah penjelasan pekerjaan (aanvullings) dan syarat
– syarat tambahan yang telah ditetapkan oleh pengguna jasa,
2) Membuat gambar – gambar pelaksanaan yang disahkan oleh
konsultan pengawas sebagai wakil dari pengguna jasa,
3) Menyediakan alat keselamatan kerja seperti yang diwajibkan dalam
peraturan untuk menjaga keselamatan pekerja dan masyarakat,
4) Membuat laporan hasil pekerjaan berupa laporan harian, mingguan,
dan bulanan,
5) Menyerahkan seluruh atau sebagian pekerjaan yang telah
diselesaikannya sesuai ketetapan yang berlaku

BAB III

PELAKSANAAN

3.1 SPESIFIKASI TEKNIS BAHAN, ALAT, PENGUJIAN DAN


TENAGA KERJA
Penggunaan alat-alat berat untuk pembuatan konstruksi jalan perlu
diperhatikan jenis konstruksi jalan, alat-alat berat yang dipakai, pengetahuan
tentang kapasitas dan kemampuan alat berat agar memenuhi syarat penggunaan
yaitu tidak menimbulkan pemborosan tenaga kerja, modal produktivitas serta
memenuhi kebutuhan peralatan kerja. Dalam proses pembangunan jalan tersebut,
pemakaian alat berat sangatlah diperlukan dalam mempercepat proses

32
pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan target yang telah ditentukan dan bagaimana
caranya menggunakan alat-alat berat secara efisien, cermat dan tepat waktu. Agar
kegiatan tersebut bisa selesai sesuai waktu yang sudah direncanakan (Donald
Donny Supit, 2020).
. Keduanya tergantung pada perencanaan yang cermat terhadap metode
pelaksanaan, penggunaan alat dan penjadwalan. Pemilihan peralatan yang tepat
memegang peran yang sangat penting. Peralatan dianggap memiliki kapasitas
tinggi bila peralatan tersebut menghasilkan produksi yang tinggi atau optimal
tetapi dengan biaya yang rendah. Alat konstruksi atau sering juga disebut dengan
alat berat menurut (Asiyanto, 2008), merupakan alat yang sengaja
diciptakan/didesain untuk dapat melaksanakan salah satu fungsi/kegiatan proses
konstruksi yang sifatnya berat bila dikerjakan oleh tenaga manusia, seperti :
menggali, memuat, mengangkut, memindahkan, mencampur, menghamparkan
dan memadatkan dengan cara mudah, cepat, hemat dan aman.

3.1.1 Spesifikasi Teknis Bahan


Pengendalian Mutu (Quality Control, QC) merupakan proses memeriksa
mutu hasil produk atau jasa pelayanan tertentu dari penyedia jasa untuk
menentukan apakah hasil-hasil tersebut memenuhi standar mutu terkait yang
dipersyaratkan di dalam spesifikasi teknis, memperbaiki kesalahan-kesalahan atas
mutu yang diperoleh lebih rendah serta cara-cara mengidentifikasi untuk
menghilangkan sebab-sebab produk atau kinerja jasa pelayanan yang tidak
memenuhi syarat. Proses pemeriksanaan dan persetujuan penolakan mutu produk
atau kinerja jasa pelayanan tertentu ini dilakukan oleh Manajer Kendali Mutu
(QCM) yang disiapkan oleh penyedia jasa mengontrol dan menjamin secara
internal mutu hasil pelaksanaan pekerjaan konstruksi oleh wakil Penyedia Jasa
(General Superintendent/GS) sesuai yang dipersyaratkan di dalam spesifikasi
teknis ini. Laporan hasil QC dari QCM disampaikan kepada penyedia jasa dengan
tebusan kepada pengawas pekerjaan (Spesifikasi Umum Bina Marga, 2018).
Jaminan Mutu (Quality Assurance, QA) merupakan proses mengevaluasi
prosedur standar dan instruksi kerja seluruh produk atau jasa pelayanan, yang

33
dievaluasi oleh Pengawas Pekarjaaan untuk dapat menjamin bahwa mutu hasil
pekerjaan yang dilaksanakan oleh Penyedia Jasa dapat diterima atau ditolak
sebagai dasar persetujuan pembayaran pekerjaan yang memenuhi syarat kontrak
(Spesifikasi Umum Bina Marga, 2018).
Rencana Pengendalian Mutu (QC Plan) harus tersusun sebagaimana
program ISO 9001:2015/SNI ISO 9001:2015 (meskipun registrasi ISO tidak
diperlukan), dan dapat menunjukkan pemahaman dan komitmen Penyedia Jasa
terhadap tujuh prinsip manajemen mutu dari ISO. Sebagai bagian dari Program
Mutu Penyediaan Jasa yang disyaratkan dalam syarat-syarat kontrak, Penyedia
Jasa harus bertanggung jawab atas semua Pengendalian Mutu selama pelaksanaan
pekerjaan. Pekerjaan Pengendalian Mutu (QC) termasuk memantau, menginspeksi
dan menguji cara, metoda, bahan, kecakapan-kerja, proses produk dari semua
aspek pekerjaan sebagaimana diperlukan untuk memastikan kesesuaian dengan
persyaratan kontrak (Spesifikasi Umum Bina Marga, 2018). Berikut merupakan
spesifikasi material dan alat-alat berat yang digunakan pada pembangunan jalan
banten lama – tonjong :

A. Beton Ready Mix


Beton ready mix adalah beton segar yang belum mengalami proses
pengikatan dan perkerasan yang diproduksi di batchin plant dengan penambahan
bahan kimia (admixture), tergantung jenis beton yang dipesan, kemudian dikirim
ke lapangan dengan menggunakan truk mixer. Beton ready mix diproduksi
dipabrik dibawah pengawasan menggunakan sistem operasi komputer, untuk
memastikan beton ready mix sampai dilapangan masih dalam keadaan plastis
(Jawat, Sutarja, Nadiasa, 2014).
Oleh karena itu pada proyek Pembangunan Jalan Banten Lama-Tonjong,
Jl. Tasikardi Banten Lama, Pamengkang, Kec. Kramatwatu, ini akhirnya memilih
PT. Suburo Jayana Indah Cor untuk beton ready mix yang digunakan untuk
pekerjaan jalan ini. Adapun mutu beton yang digunakan untuk beton kurus (lean
concrete) adalah K-100 atau B0 dan untuk beton bertulang (Rigid) adalah FS’45.

34
Gambar 3.1 Proses Pengecoran FS’45

Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023

Gambar 3.2 Proses Pengecoran Lantai Kerja Dengan Mutu K 100


Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023

B. Baja Tulangan
Beton tidak dapat menahan gaya tarik melebihi nilai tertentu tanpa
mengalami retak-retak. Untuk itu, agar beton dapat bekerja dengan baik dalam
suatu sistem struktur, perlu dibantu dengan memberinya perkuatan penulangan

35
yang terutama akan mengemban tugas menahan gaya tarik yang akan timbul
didalam struktur. Agar dapat belangsung lekatan erat antar baja tulangan beton,
selain BJTP (batang polos berpenampang bulat) juga digunakan BJTD (batang
deformasian) yaitu batang tulangan baja yang permukaannya dikasarkan secara
khusus, diberi sirip teratur dengan pola tertentu, atau batang tulangan yang dipilin
pada proses produksinya. Pola permukaan yang dikasarkan atau pola sirip sangat
beragam tergantung pada mesin giling atau cetak (Gatot Setya Budi, 2011)
Penggunaan baja tulangan pada Pembangunan Jalan Banten Lama-
Tonjong, Jl. Tasikardi Banten Lama, Pamengkang, Kec. Kramatwatu, adalah
untuk menahan gaya tekan pada kendaraan yang bermuatan cukup besar, memikul
beban tarik yang terjadi pada beton, dan digunakannya dowel agar apabila terjadi
kerusakan pada beton dapat di perbaiki dengan cara di bongkar per segmen.
Pemasangan tulangan dan pembesian pada Pembangunan Jalan Banten Lama-
Tonjong, Jl. Tasikardi Banten Lama, diantaranya:

Gambar 3.3 Besi Tulangan


Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023

a. Batang Ruji (Dowel)


Batang ruji (dowel) adalah sepotong baja polos lurus yang dipasang pada
setiap jenis sambungan melintang dengan maksud sebagai sistem penyalur beban,

36
sehingga pelat yang diberdampingan dapat bekerja sama tanpa terjadi perbedaan
penurunan yang berarti (Pd T 14, 2003). Dowel berfungsi sebagai penyalur beban
pada sambungan yang dipasanag dengan separuh panjang terikat. Besi dowel atau
bar dowel adalah batang baja pendek yang menyediakan sambungan mekanis
antara slab tanpa membatasi gerakan sendi horisontal. Pada pekerjaan ini besi
yang di gunakan diameter 32 (Polos) dengan panjang +/- 60 cm.

Gambar 3.4 Batang Ruji (Dowel)


Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023
b. Besi Tie Bar
Tie bar adalah sepotong baja ulir yang dipasang pada sambungan
memanjang dengan maksud untuk mengikat pelat agar tidak bergerak horizontal
(Pd T 14, 2003). Tie bar menggunakan baja ulir untuk menjaga tepi atau ujung-
ujung pelat beton yang berdampingan tetap pada kontak yang baik antara satu
dengan yang lain dan membantu terjadinya ikatan yang sempurna antar
sambungan. Pada pekerjaan ini tie bar yang digunakan berdiameter 16 (ulir)
dengan panjang +/- 80 cm.

Gambar 3.5 Tie Bar


Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023

37
c. Besi Wiremesh
Wiremesh adalah jaringan kawat las yang memiliki kualitas tinggi.
Keuntungan dari menggunakan wiremesh adalah proses konstruksi lebih cepat,
kualitas bangunan bisa lebih baik serta meminimalisir biaya karena harga tulangan
selalu naik setiap periode (Nabila Fairuz, Abdullah, Mahlil, 2023). Kabel-kabel
atau wire yang berpotongan ini biasanya disambung dengan pengelasan agar
saling terikat sempurna dan kokoh. Pada pekerjaan ini besi yang di gunakan
diameter 8 (ulir) dengan panjang antar wiremesh +/- 20 cm, dengan panjang dan
lebar di sesuaikan dengan keadaan lapangan.

Gambar 3.6 Wiremesh


Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023
d. Sengkang
Sengkang merupakan dudukan yang dibentuk sedemikuan rupa yang
terbuat dari besi tulangan, plastik atau banhhan lainnya yang berfungsi sebagai
dudukan tulangan arah memanjang dan melintang (Pd T 14, 2003). terbuat dari
batang tulangan, kawat baja atau jaring kawat baja las polos atau deform. Pada
pekerjaan ini besi yang di gunakan diameter 8 (Polos) dengan panjang +/- 74 cm.
dan jumlah 20 buah dalam satu segmen.

38
Gambar 3.7 Sengkang
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023
C. Tanah Merah
Tanah Merah/Lempung adalah jenis tanah yang mengandung partikel
mineral tertentu yang memerikan plastisitas dalam tanah ketika dicampur dengan
air (Reymondo, Sarle, Hendri, 2021). untuk penggunaan tanah dasar pada
Pembangunan Jalan Banten Lama-Tonjong, Jl. Tasikardi Banten Lama, yang
panjangnya ±1.55 km dan tidak memerlukan tanah merah dalam jumlah yang
banyak. karena, tanah asli di lokasi merupakan tanah merah.
Tanah dasar merupakan bagian yang sangat penting, karena dasar akan
mendukung seluruh beban lalu lintas/beban konstruksi dari atasnya. Tanah lunak
mempunyai daya dukung rendah, salah satu tanah lunak yaitu di pamengkang
kecamatan kramatwatu, merupakan tanah yang bermasalah, dapat dilihat pada
tanahnya yang tidak stabil (Reymondo, Sarle, Hendri, 2021).
Penggunaan tanah merah pada pembangunan jalan Banten Lama –
Tonjong, Jl. Tasikardi Banten Lama, ini digunakan sebagai daya dukung
perkuatan base course. Dengan ketinggian yang bervariasi menyesuaikan Detail
Engineering Design (DED), untuk ketinggian yang tertinggi yaitu 5,87 m.

39
Gambar 3.8 Tanah Merah
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023
D. Agregat Kelas B (Untuk Badan Jalan)
Lapisan pondasi bawah atau disebut agregat lapis pondasi kelas B
didefinisikan sebagai bagian perkerasan yang terletak antara lapis permukaan
dengan lapis pondasi atas yang berfungsi untuk perkerasan yang menahan beban
roda, sebagai perletakan terhadap lapis permukaan, lapis peresapan agar air tanah
tidak terkumpul di pondasi, lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari
tanah dasar naik ke lapis pondasi atas (Fadhillah, Veranita, Febrianti 2022), serta
sebagai bantalan untuk apisan permukaan dan lapisan peresapan untuk lapisan
pondasi bawah. Proses pengangkutan agregat menggunakan dump truck lalu
penghamparan agregat menggunakan motor grader dengan tebal maksimum +-15
cm, dan dipadatkan menggunakan vibro roller.

40
Gambar 3.9 Agregat Kasar Yang Sudah Dihamparkan
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023

E. Geotek Wooven (Plastik Cor)

Geotek Wooven (Plastik Cor) memiliki kegunaan yang penting untuk


aplikasi pelapis lantai di atas tanah / slab on ground. plastik cor sendiri memiliki
fungsi yaitu untuk menahan agar air semen tidak keluar karena merembes
kedalam tanah selain itu plastik cor sebagai lantai kerja mempunyai biaya lebih
murah dibanding lantai kerja menggunakan screed atau cor beton berkualitas
rendah dan juga waktu pemasangannya lebih cepat karena tinggal
menghamparkannya saja ke lantai (Dewangga Andya Mahendra Putra, 2023).

Gambar 3.10 Geotek Wooven (Plastik Cor)


Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023

F. Box Culvert (Gorong-gorong)


Box Culvert (gorong-gorong) ideal untuk aliran di mana head hidrolik

41
terbatas. Box culvert (gorong-gorong) dapat dikonfigurasi untuk memberikan
dampak yang lebih kecil pada ketinggian air di hulu dan kecepatan aliran di hilir
daripada struktur pipa yang setara. Box culvert (gorong-gorong) dapat ditemukan
dalam berbagai jenis bentuk dan tingginya tergantung pada rentang (Hanifah
Zahra, 2023). Ukuran box culvert disesuaikan dengan kebutuhan lapangan, pada
proyek penanganan banjir ruas Banten Lama-Tonjong ini menggunakan ukuran
BC 1.00 x 1.00 ; BC 0.60 x 0.60. Berikut merupakan fungsi box culvert :
1. mengaliri air di bawah infrastruktur transportasi atau bangunan, mencegah
genangan air atau banjir saat terjadi hujan deras atau banjir saat terjadi hujan
deras atau air mengalir dengan debit tinggi.
2. Pengaturan aliran air untuk mengarahkan aliran air dari satu tempat ke tempat
lain dengan menghindari erosi dan kerusakan lingkungan sekitarnya.
3. Pengontrolan erosi : struktur ini membantu mengontrol erosi tanah di sekitar
area konstruksi dan mengurangi resiko longsor.
4. Pemasangan saluran kabel dan pipa : box culvert juga digunakan untuk
melindungi dan menyembuyikan instalasi kabel dan pipa di bawah jalan atau
jalur rel.

Gambar 3.11 Box Culvert 1.00 x 1.00


Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023

42
G. Box U-Ditch (Saluran Drainase)
U-Ditch adalah beton pracetak yang diperuntuknan sebagai saluran, baik
untuk saluran drainase maupun saluran irigasi, ketinggian saluran terbuka ini
dapat bervariasi mengikuti kebutuhan di lapangan atau elevasi saluran yang
diinginkan ( trenggonowati, ferdinant, ulfah, kurniawan, dewantari, sonda,
wulandari, bahauddin, mubarak, 2023)
U-Ditch dipasangkan dikedalaman 30,7 cm disamping rigid (FS-45) dan
lebar 10 m per pemasangan untuk saluran air (drainase). U-Ditch sebagai material
konstruksi ini memiliki banyak keuntungan dalam pemakaian karena durabilitas
hingga efisiensi biaya yang murah dan u-ditch yang digunakan adalah 0.30 x 0.30
cm . Terdapat dua tipe U-Ditch yaitu :
1. Light Duty
Tipe ini digunakan sebagai penutup yang dijadikan jalan atau pijakan
(pejalan kaki)
2. Heavy Duty
Kegunaan tipe jenis ini digunakan untuk dilalui oleh kendaraan atau alat
beban berat lainnya.

Gambar 3.12 Box U-Ditch

43
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2023

H. Asphaltic Sealent
Bahan joint sealent umumnya digunakan suatu bahan yang bersifat plastis
yang dipasang pada celah sambungan muai, guna mencegah masuknya benda-
benda asing ke dalam celah (Pd T 14 2003). Asphaltic Plug, pada Pembangunan
Jalan Banten Lama-Tonjong, Jl. Tasikardi Banten Lama, untuk Joint Sealant
Beton menggunakan tipe plastomer, yang dapat digunakan untuk mengisi
sambungan atau joint sealent pada perkerasan beton. Joint sealent tipe ini terdiri
dari campran plastomer, dengan atau tanpa penggunaan elastomer supaya
campuran dapat bersifat adhesif. Joint sealent ini harus mempunyai kekentalan
yang seragam, sehingga pada saat penuangan tidak terjadi gelembung udara
(Leksmi Ningsih ,2009).

Gambar 3.13 Asphalt Sealent


Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2023
3.1.2 Spesifikasi Alat

44
Dalam kamus besar bahasa indonesia sepesifikasi adalah perincian tentang
rencana, jika dikaitkan dengan sebuah produk maka dapat diartikan sebagai
perincian tentang rencana dari sebuah produk. Dalam industri jasa konstruksi
produk yang dihasilkan adalah bangunan fisik, yang terdiri dari berbagai
komponen utama bangunan (fondasi, sloof, kolom, balok, plat) dan komponen
arsitekturalnya (dinding, kusen, plafon, lampu, penutup lantai dan lainnya).
Komponen bangunan utama maupun arsitektural proses produksi dilakukan
setelah terjadi kesepakatan antar pengguna jasa dan penyedia jasa dalam batasan
biaya, waktu dan mutu yang telah ditetapkan. Tiga batasan inilah yang kemudian
dikenal dengan triple constrain dalam proyek konstruksi. (Wulfram I. Ervianto,
2008)

Ketepatan dalam pemilihan alat berat akan memperlancar jalannya proyek.


Penggunaan peralatan yang kurang optimal hanya akan membuat biaya dari
pekerjaan cut & fill bertambah besar dan juga keterlambatan penyelesaian proyek
dapat terjadi, sehingga membuat pekerjaan konstruksi mengeluarkan biaya yang
tidak seharusnya dikeluarkan. Dengan demikian perencanaan pemilihan alat berat
harus dilakukan dengan cermat agar efektifitas penggunaan alat berat yang
optimal dengan biaya yang minimal dan waktu yang dicapai sesuai dengan
perencanaan (Turalaki, Tjakra, Inkiriwang, 2008)

Peralatan yang digunakan dalam Proyek Pembangunan Jalan Banten


Lama-Tonjong, Jl. Tasikardi dengan sistem sewa dan milik contohnya adalah
Tandem Roller, Dump Truck, Excavator,Truck Mixer, dan yang lain-lainya serta
ada beberapa alat yang dimiliki oleh pihak Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan
Ruang dan pihak Kontraktor sendiri. Adapun peralatan yang digunakan
berdasarkan fungsinya masing-masing diantaranya adalah sebagai berikut:

A. Alat Pemindah Tanah Mekanis


a. Excavator
Excavator adalah alat dari golongan shovel yang khusus dibuat untuk
menggali material di bawah permukaan tanah atau di bawah tempat kedudukan
alatnya dibawah permukaan, misalnya parit, lobang untuk basement, lahan untuk

45
pekerjaan jalan dan lain-lain. Besarnya kubikasi galian tanah yang akan
dikerjakan menjadi landasan yang kuat kenapa alat konstruksi excavator
dibutuhkan untuk proyek (Simanjuntak, Ferrari, 2013). Serta Proyek
Pembangunan Jalan Banten Lama-Tonjong, Jl. Tasikardi Banten Lama,
Pamengkang, Kec. Kramatwatu, excavator digunakan untuk :
1. Menggali tanah.
2. Memindahkan tanah.
3. Perataan tanah.
4. Membersihkan lahan.
5. Pemasangan U-Ditch.
6. Memindahkan air pada saluran yang akan dipasang box culvert.

Gambar 3.14 Excavator


Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023
b. Dump truck

46
Dump truck merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan material
hasil galian dari lokasi quary ke lokasi proyek. Alat tersebut biasanya digunakan
untuk mengangkut material lepas (loose material) baik berupa pasir,
gravel/kerikil, tanah, dan material lainnya yang digunakan di dunia konstruksi dan
pertambangan ( fauzi, Dani, 2021).. Dump truck yang digunakan dalam proyek
Pembangunan Jalan Banten Lama-Tonjong, Jl. Tasikardi Banten Lama, , hanya
untuk mengangkut agregat kasar dan batu kali.

Gambar 3.15 Dump truck


Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023

c. Vibratory Roller
Dengan alat ini, jenis material seperti pasir, kerikil, dan batuan pecah dapat
dipadatkan dengan lebih baik karena alat ini memberikan tekanan dan getaran
terhadap material di bawahnya. Dengan adanya getaran maka partikel yang lebih
kecil mengisi rongga di antara partikel-partikel yang lebih besar. Dengan adanya
tekanan statis maka tanah akan padat dengan kekosongan minimum (Susy Fatena
Rostiyanti, 2008). dalam pembangunan jalan banten lama - tonjong ini
menggunakan vibrator tipe SAKAI SV-500.

47
Gambar 3.16 Vibrator Roller
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023
d. Mobile Crane
Alat pengangkutan vertikal atau alat pengangkat yang biasa digunakan di
dalam proyek konstruksi adalah crane. Cara kerja crane sebagai alat angkat adalah
dengan mengangkat secara vertikal material yang akan dipindahkan,
memindahkan secara horisontal, kemudian menurunkan material di tempat yang
diinginkan. Crane juga dapat dipakai untuk penggalian dan pemasangan tiang.
Tentu saja untuk kedua pekerjaan ini alat (attachment) yang dipasangkan akan
berbeda. Sebagi contoh untuk penggalian maka attachment nya adalah dragline
dan clamshell (Susy Fatena Rostiyanti, 2008)
Definisi dari pekerjaan lifting ialah proses mengangkat, atau
memposisikan peralatan, komponen, atau material dengan menggunakan lifting
device, yaitu crane, karekan/hoists, chain falls, dongkrak/jacks, sistem
pendingkrak/jacking systems, strand lift system, gin poles, derek/derricks,
monorail hoist, gantry crane (Agust Harry Widodo Putro, Oei Fuk Jin, Djoko
Wilopo, 2022). Untuk pembangunan jalan banten lama – tonjong ini
menggunakan mobile crane Kobelco BM500 dengan daya angkat 50 Ton dan
Kobelco 7055-3F dengan daya angkat 55 Ton. Dalam pengoperasian ini mobile
crane harus memperhatikan daya angkat dan kondisi tanah untuk mengontrol
beban agar seimbang, karenanya digunakan batu scrop/batu belah yang berukuran
5-10 cm sebagai pijakan mobile crane.

48
Gambar 3.17 Mobile Crane
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023

e. Motor Grader
Motor grader adalah type peralatan yang dipakai dalam berbagai variasi
dalam pekerjaan konstruksi (grading). Kemampuan ini akibat dari gerakan-
gerakan yang fleksibel yang dipunyainya terhadap blade dan roda-roda ban,
keserbagunaannya ini diperbesar dengan perlengkapan-perlengkapan lainnya yang
ada pada motor grader, seperti :
1. Scarifer teeth (ripper dalam bentuk kecil penggaruk) dipasang di
bagian depan blade dan dapat dikendalikan secara tersendiri,
2. Pavement widener (untuk mengatur penghamparan),
3. Elevating grader unit (alat pengatur grading).
Pada pembuatan jalan, penggunaan dasar dari motor grader dalam
membentuk permukaan dan final grading, tidak hanya permukaannya saja tetapi
juga bahu dan taludnya sekaligus. Juga grader dapat menggali saluran drainase
sepanjang jalan dalam bentuk V misalnya, atau bentuk lainnya (Rochmanhadi,
1992).

49
Gambar 3.18 Motor Grader
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023

f. Stamper
Stemper kuda atau Stamping Rammer, ialah alat mesin yang dipergunakan
untuk pemadatan tanah. Fungsinya untuk membantu mempercepat proses
pemadatan tanah timbun maupun pemadatan tanah asli dengan system impact atau
daya tekan sehingga mendapatkan struktur tanah atau aspal yang padat (Naufal
Fikri Firmansyah, 2020).

Gambar 3.19 Stamper


Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023

50
B. Alat Pengecoran
a. Bekisting
Bekisting merupakan suatu sarana pembantu untuk mencetak beton dengan
ukuran, rupa ataupun posisi serta aligment yang dikehendaki. Bekisting terdiri dari
beberapa bagian yang dirangkai menjadi satu kesatuan konstruksi tertentu dengan
system yang praktis. Artinya sesuai dengan sifatnya hanya merupakan strukstur
sementara yang mendukung beratnya sendiri dan berat beton basah (Abdul Muis &
Trijeti, 2013). Pada dasarnya konstruksi bekisting memiliki tiga hal fungsi, antara
lain :
1. Menentukan bentuk dari konstruksi beton yang dibuat.
2. Memikul dengan aman beban yang ditimbulkan oleh spesi beton serta beban
luar lainnya yang enyebabkan perubahan bentuk pada beton. Namun,
perubahan ini tidak melampaui batas toleransi yang diteteapkan.
3. Bekisting harus dapat dengan mudah dipasang, dilepas dan dipindahkan
supaya dapat mempermudah proses produksi beton masal dalam ukuran yang
sama.

Penggunaan bekisting pada konstruksi harus mudah dikerjakan dan mudah


pula untuk dibongkar serta tidak mudah rusak sehingga dapat dipakai berulang
kali. Ukuran bekisting pada Proyek Pembangunan Jalan Banten Lama-Tonjong,
ini mempunyai panjang 5m/segmen dengan tinggi 10 cm untuk lantai kerja (lean
concrete) dan 25 cm untuk FS, ukuran bekisting telah disesuaikan oleh konsultan
perencana.

Gambar 3.20 Bekisting FS’45

51
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023

Gambar 3.21 Pengecoran Lean Concrete


Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023
b. Batching Plant
Batching plant merupakan tempat dimana campuran beton diaduk,
dipanaskan, dan dicampur. Ada dua macam plant yaitu batching plant dan drum
mix plant. Ada beberapa komponen dari batching plant, yaitu cold feed system
atau cold bin, drum dryer (drum pengering), hot elevator (elevator panas), screen
(saringan), hot bin( penampungan) dan pugmill mixer. Fungsi dari cold bin adalah
untuk tempat penyimpanan agregat dan mengatur aliran agregat pada saat
pencampuran. Alat ini terdapat pada batching plant maupun drum mix plant. Alat
ini mempunyai beberapa tempat penyimpanan seperti storage bin. Beberapa jeni
cold bin mempunyai saringan di bagian pintu yang berfungsi untuk menyaring
agregat yang tidak sesuai ukurannya (susy Fatena Rostiyanti, 2008).
Pada Proyek Pembangunan Jalan di Banten Lama-Tonjong ini batching
plant menggunakan jasa PT. Bangun Beton, PT. Sedulur Beton, PT. Triyas
Bangun Perkasa, dengan tipe yang digunakan dry mixed yang berfungsi
menimbang saja, pengadukan beton ready mix dilakukan pada concrete mixer
truck. Semua material yang akan diaduk sebelumnya ditimbang sesuai mix design
dengan memperhitungkan kandungan air dalam material, baik dalam agregat kasar
maupun halus (pasir).

52
Gambar 3.22 Batching Plant
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023

c. Concrete Mixer Truck


Concrete Mixer Truck mempunyai kemampuan untuk mengaduk juga
mempunyai kelebihan karena dapat mengangkut beton hasil pengadukan ke lokasi
yang diinginkan. Metode kerja alat ini adalah pertama memasukkan agregat,
semen dan bahan aditif yang telah tercampur dari batching plant ke dalam drum
yang terletak di atas truk. Air ditambahkan pada saat pengadukan akan dimulai
(susy Fatena Rostiyanti, 2008). Satu mobil molen tersebut berisikan sekitar 5-6m3
beton ready mix.

Gambar 3.23 Concrete Mixer Truck


Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023

53
d. Vibratory
Vibrator concrete adalah salah satu alat yang digunakan saat pengecoran
dimana alat ini berfungsi untuk pemadatan beton yang dituangkan dalam
bekisting, dimana hal ini ditunjukan untuk mengeluarkan kandungan udara yang
terjebak dalam air (Zainuddin, Syafaruddin, Indrayadi, 2018).

Gambar 3.24 Vibrator Concrete


Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023

e. Concrete cutter
Concrete Cutter (pemotong permukaan lantai beton dan aspal). Cutting
beton berfungsi untuk memotong permukaan lapangan beton menjadi kotak-kotak
untuk mengontrol agar saat terjadi muai dan susut beton permukaan tetap stabil
dan rapi. Proses cutting dilakukan pada permukaan tepat diatas dowel dengan
jarak 12 jam setelah proses pengecoran dan tidak melebihi 18 jam, proses cutting
dilakukan sampai kedalaman 75 mm (Dewangga Andya Mahendra Putra, 2023)

54
Gambar 3.25 Concrete Cutter
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023

f. Alat Texture (Grooving Tool)


Pembuatan alur (Grooving) pada beton dilakukan secara manual setelah
beton dalam keadaan setengah mengeras, jarak garis alur grooving yaitu 2 cm.
pembuatan alur (grooving) dimaksudkan agar permukaan beton tidak licin ketika
dilewati kendaraan (Yolla Destiara, 2021).

Gambar 3.26 Grooving Tool


Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2020

C. Alat Pendukung
Alat pendukung adalah alat yang digunakan untuk memenuhi kegiatan
konstruksi dan menjadi pendukung kelancaran setiap kerjaan yang dilaksanakan
agar aman nyaman, dan efektif. Adapun alat-alat yang digunakan saat
dilaksanakannya proyek antara lain :
a. Alat Joint Sealant Beton

Alat Joint Sealant Beton, digunakan dengan cara manual dimana petukang
mengisi celah cutting antara celah memanjang dan melintang dengan aspal yang
dicampur dengan pertalite dan sudah dipanaskan menggunakan api menyala, lalu

55
di aplikasikan menggunakan kaleng yang sudah dibentuk. Jenis sealent yang
digunakan adalah laston lapis aus (AC-WC) dan lastos lapis antara (AC-BC) serta

menggunakan campuran aspal emulsi.

Gambar 3.27 Joint Sealant


Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023

3.1.3 Spesifikasi Alat Pengujian

a. California Bearing Ratio (CBR) Test

Test California Bearing Ratio (CBR) merupakan standar tes untuk


mengetahui kekuatan tanah. Pemakaian Dynamic Cone Penetrometer (DCP)
sebagai alat ukur penetrasi di lapangan untuk mendapat nilai California Bearing
Ratio (CBR) tanah dasar, keberadannya sangat membantu sekali terutama dalam
survey teknik pada perencanaan rekonstruksi. Alat ini banyak keistimewaan
dibanding alat-alat penetrasi yang ada. Tes CBR ini mempunyai kekurangan yang
relatif lebih banyak dibandingkan dengan tes DCP (Helmi, Aprianto, Vivi, 2016).

Nilai CBR digunakan sebagai dasar perencanaan perkerasan timbunan


jalan, besarnya tergantung dari kelas jalan yang dikehendaki. Semakin tinggi nilai
CBR, menunjukan kondisi tanah dasar semakin baik. Jika tanah asli mempunyai
nilai CBR rendah, maka konstruksi jalan akan cepat rusak. (Nilai CBR pada
pemadatan tanah dasar ini yaitu >5%).

56
Gambar 3.28 California Bearing Ratio (CBR) Test
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023
b. Pengujian Sand Cone
Sand cone test bertujuan untuk memeriksa kepadatan dilapangan pada
lapisan tanah atau lapisan perkerasan yang telah dipadatkan. Memperoleh
stabilitas tanah dan memperbaiki sifat-sifat teknisnya. Dengan mengetahui
kepadatan dari suatu tanah dilapangan secara langsung dengan membandingkan
berat isi kering lapangan dengan berat isi kering pada laboratorium. Daya
pemadatan ini tergantung pada kadar air, meskipun digunakan energi yang sama,
nilai kepadatan yang diperoleh akan berbeda-beda. Pada kadar air yang cukup
rendah, tanah sukar dipadatkan, sedangkan pada kadar air yang cukup tinggi nilai
kepadatannya akan menurun. Sampai suatu kadar air tinggi sekali hingga air tidak
dapat dikeluarkan dengan pemadatan. Kadar air dimana tanah mencapai kedaan
yang paling padat disebut kadar air optimum (Ratna, Jupriah, Darline, 2021).

Gambar 3.29 Sand Cone Test

57
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023

c. Pengujian Kuat Lentur Beton


Kuat Lentur adalah besarnya nilai kuat tarik langsung dari benda uji beton
berbentuk balok yang diperoleh dari hasil pembebanan benda uji tersebut yang
diletakan mendatar di atas permukaan meja penekan mesin uji lentur atau juga
didefinisikan sebagai hasil bagi antar momen lentur terhadap momen inersia balok
beton. Pengujian kuat lentur beton ringan pada penelitian ini menggunakan benda
uji berbentuk balok yang berukuran 150 x 150 x 450 mm dengan jumlah 3 benda
uji tiap satu sampel. Jumlah sampel tersebut dipakai berdasarkan peraturan SNI
03-2823-1992 (Purnawan, Agus, Kunto, 2014) .

Gambar 3.30 Uji Kuat Lentur Beton


Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023

d. Hammer Test
Hammer test suatu alat pemeriksaan mutu beton tanpa merusak beton (non
destructiv test), dimana metode pengujian ini dilakukan dengan memberikan
beban impact (tumbukan) pada permukaan beton dengan menggunakan energi
yang besarnya tertentu, adapun jarak pantulan yang timbul dari massa tersebut
pada saat terjadi tumbukan dengan permukaan beton benda uji dapat memberikan
indikasi kekerasan. Secara umum alat ini biasa digunakan untuk memeriksa
keseragaman kualitas beton pada struktur dan mendapatkan perkiraan kuat tekan
beton (Muhammad, Darlina, Husni, 2021).

58
Gambar 3.31 Hammer test
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023

3.2 SPESIFIKASI TENAGA KERJA

Dalam pelaksanaan proyek konstruksi, suatu perencanaan dalam hal waktu


dan biaya sangat diperlukan untuk mengerjakan pekerjaan konstruksi, baik
ataupun buruknya suatu perencanaan proyek konstruksi sangat berpengaruh pada
pelaksanaan proyek konstruksi dilapangan. Perencanaan proyek konstruksi
berfungsi sebagai alat kontrol dalam pelaksanaan proyek dilapangan agar
memudahkan dalam pengawasan dan pengaturan tenaga kerja dilapangan,
khususnya dalam hal pengawasan tenaga kerja, dan pengadaan material di proyek.
Salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya produktivitas pekerjaan adalah
jumlah tenaga kerja, namun jumlah tenaga kerja perharinya perlu dibatasi
berdasarkan kuantitas pekerjaan dan ongkos pekerjaan proyek tersebut. Dengan
demikian estimasi ongkos pekerjaan perlu diketahui dari jumlah tenaga kerja yang
mengerjakan suatu pekerjaan. Perhitungan estimasi material juga diperlukan agar
dalam pelaksanaan pekerjaan, penggunaan material menjadi efisien dan efektif
(Rivo, Pingkan, Jermias, 2022).

Jumlah tenaga kerja dan material yang tidak diketahui akan


mengakibatkan pembengkakan biaya dikarenakan pembelian bahan material
bangunan yang tidak sesuai dengan volume pekerjaan, upah pekerja yang tidak
terkontrol, pengadaan peralatan atau barang yang tidak sesuai dengan spesifikasi,
tidak adanya penjadwalan proyek sehingga terjadinya keterlambatan pekerjaan
dan berbagai dampak lainnya. Namum, jumlah tenaga kerja per harinya perlu

59
dibatasi berdasarkan kuantitas pekerjaan, keahlian pekerja dan ongkos pekerjaan
proyek tersebut (Rivo, Pingkan, Jermias, 2022).

Pada pelaksanaan Proyek Pembangunan Jalan Banten Lama-Tonjong, Jl.


Tasikardi Banten Lama, Pamengkang, Kec. Kramatwatu, tenaga kerja sangat
diperlukan karena membantu proses pembangunan dan dapat mengefisiensikan
waktu yang sudah disepakati yaitu ±161 hari kalender. Untuk Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) untuk tenaga kerja di proyek ini sudah diperhatikan
dengan cara sebelum melaksanakan pekerjaan semua tenaga kerja berkumpul
untuk diberi arahan baik pekerjaan maupun tentang kemananan dan keselematan
oleh pihak kontraktor selaku pelaksana proyek, karena memang K3 merupakan
salah satu syarat pada pelaksanaan sebuah proyek dan bagian dari safety proyek.
Namun ada beberapa hal yang tidak dilakukan oleh para tenaga kerja, salah
satunya adalah tidak lengkapnya atribut keselamatan yang digunakan pada saat
dilapangan. Dalam pelaksanaan pekerjaan, tenaga kerja dibagi menjadi bebrapa
bagian, yaitu :

a. Tenaga Kerja Ahli, adalah pegawai yang ditempatkan dalam pekerjaan proyek
yang sedang berlangsung. Memegang peranan penting terhadap sistem
koordinasi dan sistem manajemen dengan tenaga kerja lainya untuk
menghasilkan prestasi yang baik dalam melaksanakan pekerjaan. Meliputi
tenaga pelaksana yang tingkat pendidikannya tinggi, dan memiliki pengalaman
dibidang masing-masing.
b. Mandor, harus bisa membaca gambar konstruksi, dapat membuat perhitungan
ringan, dapat membedakan kualitas bahan bangunan yang akan digunakan, dan
mengawasi pekerjaan tenaga kerja di bawahnya.
c. Tenaga Tukang, harus ahli dalam bidangnya berdasarkan pengalaman dan cara
kerja yang sederhana. Tukang dalam proyek dibagi menjadi lima bagian yaitu
tukang besi, tukang batu, tukang kayu, tukang las dan tukang listrik. Dengan
salah satu contoh yaitu tukang besi yang mengurusi segala sesuatu yang
berhubungan dengan pembesian/pemasangan tulangan.

60
d. Tenaga Kasar, memerlukan kondisi fisik yang kuat dan sehat untuk
pengangkutan/pemasangan bahan material, alat dan pekerjaan lainya.
e. Tenaga Keamanan, bertugas menjaga keamanan lokasi proyek dari berbagai
macam gangguan yang akan terjadi nantinya.

3.3 METODE DAN PROSEDUR


Metode konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan pelaksanaan konstruksi
yang mengikuti prosedur serta telah dirancang sesuai dengan pengetahuan atau
standar yang telah diuji cobakan. Cara atau metoda tersebut tidak terlepas dari
penggunaan teknologi sebagai pendukung dan mempercepat proses pembuatan
suatu bangunan, agar kegiatan pembangunan dapat berjalan sebagaimana
mestinya sesuai dengan yang diharapkan dan lebih ekonomis dalam biaya
pemakaian bahan (Marcelino, Jantje, Jermias, 2019)

Pemilihan suatu metode sangat penting dalam pelaksanaan suatu proyek


konstruksi karena metode pelaksanaan yang tepat dapat memberikan hasil yang
maksimal terutama jika ditinjau dari segi biaya maupun waktu. Salah satu usaha
yang dilakukan oleh pengelola proyek adalah mengganti cara – cara konvensional
menjadi lebih modern, yaitu dengan cara penerapan metode diluar lokasi (offsite
construction) (Dianita, Roselina, Marsudi, Martono, Suparman, 2022).

3.3.1 Pekerjaan Persiapan

Pekerjaan persiapan proyek adalah melaksanakan perkerjaan untuk


menyiapkan beberapa hal – hal yang harus di persiapkan. Pada umumnya setiap
proyek mempunyai rencana pelaksanaan dan jadwal pelaksanaan tertentu, kapan
pelaksanaan proyek tersebut harus dimulai, kapan proyek tersebut harus
diselesaikan, bagaimana proyek tersebut akan dikerjakan, serta bagaimana
penyediaan sumber dayanya. Pembuatan rencana suatu proyek konstruksi selalu

61
mengacu pada perkiraan yang ada pada saat rencana pembangunan jadwal
tersebut dibuat, karena itu masalah dapat timbul apabila ada ketidak sesuaian
antara rencana yang telah dibuat dengan pelaksanaannya. Sehingga dampak yang
sering terjadi adalah keterlambatan waktu pelaksanaan proyek yang disertai
dengan meningkatnya biaya pelaksanaan proyek (Ricky Setiawan & Arief
Firmanto, 2018). Dalam langkah awal dimulainya proyek seperti :

1. Pembersihan lokasi proyek,


2. Pembuatan pagar pengaman,
3. Direksi keet & pembuatan gudang,
4. Pengadaan alat,
5. Pemetaan as bangunan dan elevasi permukaan tanah terhadap peil
bangunan,
6. Mobilisasi & demobilisasi keamanan setempat,
7. Pemasangan papan bouwplank,

3.3.2 Pekerjaan Pemadatan Tanah Dasar dan Pengujian Kelayakan

Pemadatan tanah dasar ini dilakukan agar tanah ketika di gunakan tidak
menghasilkan geseran atau pergerakan, yang dimana prosesnya dimulai dari :

1. Sebelum melakukan pekerjaan harus dibuat dahulu request dan


diserahkan kepada direksi untuk disetujui
2. Pemasangan rambu-rambu keamanan dan perlengkapan APD untuk
pekerja
3. Menyerahkan daftar peralatan yang akan digunakan
4. Menentukan lokasi yang akan lakukan pekerjaan, kemudian
malaksanakan pengukuran dan pemasangan patok – patok pengarah
galian/kemiringan untuk menjadi acuan saat pelaksanaan pekerjaan
5. Penggalian dilakukan dengan menggunakan Excavator dan dengan
alat manual, kedalaman sesuai elevasi dan dimensi yang ada dalam
gambar rencana

62
6. Selanjutnya Excavator menuangkan hasil galian kedalam dump
truck.
7. Dump truck membuang material hasil galian keluar lokasi pekerjaan.
8. Hasil galian dirapihkan Sekelompok pekerja
9. Dilanjutkan dengan proses pemadatan sesuai dengan syarat dalam
spesifikasi Teknik
10. Sasaran Mutu Kuantitas, kualitas, dan dimensi Sesuai dengan
persyaratan teknis yang di gunakan
11. Waktu pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan jadwal pekerjaan.
Setelah pelaksanaan pekerjaan ini dilakukan pengetesan kepadatan
lapangan dengan test CBR untuk mengetahui kepadatan yang diisyaratkan dalam
spesifikasi teknik.

3.3.3 Pekerjaan Lapis Pondasi Agregat Kelas B (Subbase) dan Pengujian


Kelayakan

Agregat kelas B ialah agregat yang biasa digunakan untuk badan jalan.
Dan pekerjaan ini dimulai ketika subgrade/tanah dasar sudah terhampar dan
pekerjaannya selesai. Dilanjutkan dengan pekerjaan lapis pondasi menggunakan
agregat kelas B, yang dimana prosesnya dimulai dari :

1. Sebelum melakukan pekerjaan harus dibuat dahulu request dan


diserahkan kepada direksi untuk disetujui
2. Terlebih dahulu mempersiapkan gambar design dari data-data awal
yang diambil pada saat joint survey dan gambar design lokasi ini
diajukan dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan terlebih dahulu yaitu
dengan gambar penampang melintang yang menunjukkan elevasi
permukaan tiap titik dan Menyiapkan tenaga peralatan yang
diperlukan sesuai dengan volume pekerjaanPengadaan material
Agregat Kelas B sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan

63
3. Sebelum material didatangkan kelapangan diadakan pengujian
sample material terlebih dahulu untuk mendapatkan persetujuan
direksi, setelah pengujian material telah disetujui oleh Direksi dan
kemudian dituangkan ke dalam report hasil investigasi dan menjadi
pegangan untuk pelaksanaan pengiriman material untuk pekerjaan.
4. Pasang patok yang diperlukan sebagai acuan untuk menentukan
panjang, lebar dan ketebalan agregat yang akan dihampar.
Persiapkan penerangan yang cukup apabila pelaksanaan dilakukan
pada malam hari.
5. Angkat aggregate klas B dari stok material dengan menggunakan
dump truk 6~8 M3 kelokasi pekerjaan
6. Pastikan bahwa lokasi yang akan dihampar agregat kelas B sudah
bersih dari sampah organik atau kotoran, kemudian material agregat
kelas B digelar dengan ketebalan sesuai rencana dan dipadatkan
dengan vibrator roller.
7. Bersihkan material yang tercecer melebihi lebar badan jalan yang
ditentukan dengan mengunakan cara manual dan memakai alat
berupa sekop.

64
Gambar 3.32 Ilustrasi Pekerjaan Pemadatan Agregat Kelas B

Sumber : Data PT. Suburo Jayana Indah Cor

8. Selama pemadatan dibasahi dengan air agar terjaga kadar air


pemadatan yang disyaratkan sesuai petunjuk dan arahan dari direksi
dan pengawas pekerjaan.
9. Surveyor akan melakukan tindakan cek ketebalan agregat dan
laboratorium akan melakukan tes kepadatan.
10. Pelaporan dan pengambilan dokumentasi selama proses pelaksanaan
pekerjaan sebagai bahan untuk pelaporan kemajuan prestasi
pekerjaan.
11. Sasaran Mutu Kuantitas, kualitas, dan dimensi Sesuai dengan
persyaratan teknis yang di gunakan
12. Waktu pelaksanaan pekerjaan Sesuai dengan Jadwal

Setelah pelaksanaan pekerjaan ini dilakukan pengetesan kepadatan


lapangan dengan test sandcone untuk mengetahui kepadatan yang diisyaratkan
dalam spesifikasi teknik.

3.3.4 Pengecoran Lantai Kerja (Lean Concrete) dengan B0 dan Pengujian


Kelayakan

Lantai kerja merupakan pekerjaan yang biasa dilakukan dalam konstruksi


bangunan dengan lingkup dan kondisi lingkungan yang cukup kompleks.
Pekerkjaan lean concrete menggunakan beton B0 atau setara dengan K-350
dengan ketebalan 10 cm untuk keperluan levelling supaya keseragaman tebal
rigid pavement dapat dicapai. Proses pekerjaan pada LC ini sebagai berikut :

1. Sebelum melakukan pekerjaan harus dibuat request dan diserahkan


kepada direksi untuk disetujui
2. Menyerahkan Persetujuan hasil uji material dan JMF kepada
konsutan pengawas dan Direksi

65
3. Pemasangan rambu-rambu kerja dan rambu-rambu keselamatan
kerja
4. Menentukan Lokasi yang akan di lakukan pekerjaan dan persiapan
badan jalan yang akan di kerjakan
5. Instal Bekisting
a) Setelah dilakukan pengukuran oleh tim surveyor.
b) Instal profil Begisting ,
6. Pengecoran
a) Pemesanan Beton untuk lapis pondasi dicampur dan dikirim
dari Batching Plant sampai ke lokasi pekerjaan
b) Setelah beton sampai di lokasi pekerjaan di lakukan tes slump
sesuai dengan ketentuaan spesifikasi yang di minta
c) Beton diratakan menggunakan alat bantu setelah setting
langsung di grooving dengan merata
d) Setelah proses perataan dengan alat bantu diperoleh beton yang
padat sehingga tidak terjadi keropos.
e) Di lakukan proses penjidaran Pekerjaan ini dilakukan untuk
menguji kerataan permukaan beton. Dilakukan dengan
mengetok jidar alumunium diatas permukaan beton. Jika ada
permukaan yang bergelombang maka ditambah adukan
Kembali
7. Curing Compound
a) Curring beton menggunakan Water tanker
b) Perawatan beton setelah sampai umur tercapai. Dengan
menutup permukaan beton dengan karung goni yang dibasah
dengan water tanker. Hal ini,untuk mencegah retak rambut
beton akibat susut yang terlalu cepat.
8. sasaran Mutu Kuantitas, kualitas, dan dimensi Sesuai dengan
persyaratan teknis yang di gunakan
9. Waktu pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan Jadwal

66
3.3.5 Pemasangan dan Pembongkaran Bekisting Pada Tepi Cor

Pemasangan dan pembongkaran ini dilakukan pada saat proses LC dan FS,
atau pondasi bawah dan permukaan secara manual, ketika beton segar (beton
ready mix) sudah mengeras. Untuk pemasangan bekisting prosesnya sebagai
berikut :

1. Pembuatan jalur atau lahan untuk dipasangnya bekisting.


2. Disusunnya bekisting dengan patok besi dan diikat dengan kawat
besi.

Sedangkan untuk pembongkaran hanya pelepasan kawat lalu ditariknya


patok agar bekisting terlepas.

3.3.6 Pemasangan Pembesian dan Pengujian Kelayakan

Pekerjaan pembesian merupakan bagian dari pekerjaan struktur. Pekerjaan


ini memegang peranan pentingdari aspek kualitas pelaksanaan mengingat fungsi
besi tulangan yang penting dalam kekuatan struktur.

Fungsi pembesian untuk jalan beton ini ialah untuk menahan gaya tarik,
gaya geser, dan momen torsi yang timbul akhirat beban yang bekerja pada
konstruksi beton tersebut. Pekerjaan pembesian prosesnya sebagai berikut :

1. Setelah dilakukan pengukuran oleh tim surveyor dengan waterpass.


2. Pemasangan bekisting dan sudah dilapisi oleh Bond Breaker
(Plastik) pada sisi jalan.
3. Pemasangan balok agar sesuai dengan kemiringan.
4. Pemasangan wiremesh, pemasangan ceker ayam sebanyak 20 buah
untuk satu segmen, dan pemasangan dowel sebanyak 9 buah.
5. Tapi sebelumnya, dowel dilapisi pelumas terlebih dahulu untuk
setengah bagiannya.

67
6. Pabrikasi dan perakitan baja tulangan untuk tulangan Perkerasan
beton dan dipasang dengan jarak 5 meter sebagai penanda
persegmen perkerasan beton

Setelah pelaksanaan pekerjaan ini dilakukan pengecekan untuk


mengetahui jumlah unit kelompok pembesian dan ketinggian FS’45 yang
diisyaratkan dalam spesifikasi teknik.

3.3.7 Pengecoran Beton dengan Fs 45

pekerjaan pengecoran adalah pekerjaan penuangan beton segar ke dalam


cetakan suatu elemen struktur yang telah dipanggil besi tulangan. Sebeulum
melakukan pengecoran hal-hal penting yang perlu diperhatikan adalah :

1. Pemesanan Beton Fs'45 dicampur dan dikirim dari Batching Plant


sampai ke lokasi pekerjaan, Apabila campuran beton diangkut
dengan alat angkut yang tidak bergerak (non-agitating), jangka
waktu terhitung mulai semen dimasukkan ke dalam mesin pengaduk
hingga selesai pengangkutan ke lokasi pengecoran tidak boleh
melebihi 45 menit untuk beton normal dan tidak boleh melebihi 30
menit untuk beton yang memiliki sifat mengeras lebih cepat atau
temperatur beton ≥ 30℃ . Apabila menggunakan truck mixer atau
truck agitator maka jangka waktu tersebut dapat diijinkan hingga 60
menit untuk beton normal tetapi harus lebih pendek lagi untuk beton
yang mengeras lebih cepat atau temperatur beton ≥ 30℃
2. Setelah beton sampai di lokasi pekerjaan di lakukan tes slump sesuai
dengan ketentuaan spesifikasi yang di minta
3. Kemudian baru Beton dituangkan perlahan-lahan sesuai ketebalan
yang direncanakan. Perhatikan cuaca & suhu karena beton cepat
keras

68
4. Setelah proses perataan penggetaran beton dengan alat concrete
Vibrator agar diperoleh beton yang padat sehingga tidak terjadi
keropos.
5. Penyelesaian, perataan dan perapihan oleh sekelompok pekerja Di
lakukan proses penjidaran Pekerjaan ini dilakukan untuk menguji
kerataan permukaan beton. Dilakukan dengan mengetok jidar
alumunium diatas permukaan beton. Jika ada permukaan yang
bergelombang maka ditambah adukan kembali

3.3.8 Pengujian Kuat Lentur Beton dengan Compression Machine

Pengujian dilakukan untuk memastikan beton sesuai dengan ketentuan


atau tidak. Dengan menggunakan alat dari lab, diuji oleh tenaga ahli. Dengan
menguji beton yang berusia 7-28 hari. prosesnya sebagai berikut :

1. Dikeluarkannya benda uji hasil rendaman dari kolam air.


2. Dipisahkan mana yang 7 hari, 14 hari dan 28 hari.
3. Lalu diujinya benda uji, diletakan dibawah beban yang ada di alat
penguji.
4. Lalu dihidupkannya alat, dan diamkan sampai benda uji terbelah.
5. Lalu dicatat hasil ujinya yang selanjutnya nanti akan di rekapitulasi
hasilnya.

3.3.9 Proses finishing (perataan, cutting, sealent)

Setelah beton dituang dan diratakan selanjutnya dilakukan pekerjaan


finishing. Pada pekerjaan banyak sekali yang dilakukan seperti :

1. Perataan jalan beton yang sudang dituang menggunakan alat perata


kayu yang berfungsi untuk menghaluskan permukaan jalan, dan
apabila permukaan jalan sudah rata selanjutnya jalan diberikan
texture/garis yang disebut grooving. Jika sudah maka diarea tersebut

69
diberikan tanda atau pemasangan garis peringatan agar tidak ada
yang melewati jalurnya.
2. Lalu setelah jalan ini keras/kering selanjutnya dilakukan proses
cutting, dimana cutting ini ialah proses pemisahan/pemotongan
antara garis melintang dan memanjang. Dilakukan untuk
menghindari adanya retak memanjang maupun melintang ketika
seringnya dilewati oleh kendaraan, dimana jika terjadi kerusakan
hanya berada di segmen itu sendiri. Pelaksanaan nya menggunakan
alat yang namanya cutter concrete dan dilakukan oleh satu orang
tenaga ahli.
3. Setelah cutting ialah proses sealent, dimana proses sealent ini ialah
penutupan hasil cutting agar terhindarnya air masuk berlebih dan
bahan/zat lainnya yang dapat merusak jalan. Bahan untuk pekerjaan
sealent ini ialah aspal dan bahan bakar, dengan menggunakan alat
manual seperi aspal yang dipanaskan di drum menggunakan bara api
dibawahnya dan kaleng kecil yang digunakan untuk menuangkan
aspal.
4. Pada tahap selanjutnya beton tetap di siram agar tidak adanya
keretakan akibat suhu pans yang sangat tinggi.

3.3.10 Proses Pemasangan Box Culvert

Pekerjaan pemasangan box culvert merupakan bagian yang paling penting


dari pekerjaan proyek ini. Pemasangan box culvert adalah guna untuk menangani
debit air yang cukup besar sehingga tidak akan atau kecil kemungkinan terjadi
banjir atau genangan air yg mengganggu lalu lintas. Pekerjaan pemasangan box
culvert diuraikan sebagai berikut :

1. Sebelum melakukan pekerjaan harus dibuat dahulu request dan


diserahkan kepada direksi untuk disetujui.

70
2. Mengajukan terlebih dahulu mengajukan JMF dan JMD Gorong –
Gorong Kotak beton bertulang kepada Direksi untuk di setujui dan
baru kemudian membuat pesanan sesuai kebutuhan
3. Pemasangan tanda elevasi dasar saluran sesuai hasil pengukuran.
4. Penggalian pada lokasi sesuai rencana dengan menggunakan
excavator dan alat bantu dengan kedalam dan dimensi lebar galian
sesuai dengan bowplank yang sudah ditentukan;
5. Setelah Pekerjaan penggalian selesai dan dipadatkan, persiapan serta
podasi gorong-gorong dan pemasangan bahan landasan sebagai
lantai kerja;
6. Mobiliasi material Gorong – gorong kotak ke lokasi pekerjaan dan
langsung dilakukan pemasangan secara mekanik dan dirapikan
secara manual, penempatan Gorong – gorong kotak selalu di cek
untuk kemiringan dan aliran arah air penempatan gorong – gorong
dengan cara mengangkat dengan excavator atau crane kemudian
lidah sambungan diletakkan dihilir lalu dimasukkan sepenuhnya
sesuai arah kelandaian;
7. Patikan sambungan antara satu dengan yang lain terpasang
rapat/berkaitan
8. Kemudian lakukan penimbunan, pemadatan disekeliling dan diatas
gorong-gorong tersebut.
9. Perapihan pekerjaan dibantu oleh pekerja dengan cara manual
menggunakan alat bantu
10. Sasaran Mutu Kuantitas, kualitas, dan dimensi Sesuai dengan
persyaratan teknis yang di gunakan
11. Waktu pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan jadwal pekerjaan.

71
BAB IV

PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

Pengendalian pelaksanaan proyek konstruksi adalah untuk dapat

mengetahui apakah pelaksanaan sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan

atau untuk dapat mengetahui kejadian yang terjadi setiap dilakukan kontrol

(check). Sehingga dapat diambil suatu tindakan (action) agar proyek dapat

dilaksanakan sesuai perencanaan (I Ketut Nudja S, 2018).

Seperti diketahui bahwa bagi kontraktor, pengendalian biaya merupakan

jantungnya kegiatan, kerena dari usaha inilah perusahaan dapat memperoleh laba

dan menghindari risiko, sehingga kelangsungan hidup perusahaan dapat

dipertahankan, dan bahkan dapat dikembangkan. Jadi, para staf strategi dalam

operasional pelaksanaan proyek dan terutama Manajer Proyeknya, dalam

melakukan pengendalian proyek harus dengan "jiwa wirausaha" atau semangat

kewirausahaan, sehingga nilai kerja yang ditunjukan, yaitu, cara kerja dan hasil

kerja, bukan "kepintaran berbicara" ( I Ketut Nudja S, 2018 ).

Pengawasan (supervising) adalah penyedia jasa orang perseorang atau

badan usaha yang dinyatakan ahli yang profesional di bidang pengawasan jasa

konstruksi yang mampu melaksanakan pekerjaan pengawasan konstruksi sampai

selesai dan diserahterimakan (Tomigolung, sumajouw, tarore, 2013).

Pengendalian (controlling) adalah proses penetapan atas apa yang telah

dicapai, evaluasi kinerja dan langkah perbaikan bila diperlukan. Instrumen

pengendalian yang biasa digunakan dalam proyek konstruksi adalah diagram batas

beserta kurva "S" (Wulfram I. Ervianto, 2011)

72
Konsultan pengawas konstruksi adalah orang/badan yang ditunjuk

pengguna jasa untuk membantu dalam pengelolaan pelaksanaan pekerjaan

pembangunan mulai awal hingga berakhirnya pekerjaan tersebut ( Ida Ayu Putu

Sri Mahapatni, 2019). Konsultan pengawas konstruksi mulai bertugas sejak

ditetapkan berdasarkan surat perintah kerja pengawasan sampai dengan

penyerahan kedua pekerjaan oleh pemborong. Konsultan pengawas konstruksi

dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab secara kontraktual kepada

pemimpin proyek/bagian proyek. Pengawasan dan pengendalian pada proyek

pembangunan jalan banten lama - tonjong. Selaku pihak owner Pemprov Banten

adalah pemilik proyek, pihak Konsultan Pengawas adalah PT. Kreasi Tekniktama

Konsultan dan Pihak Pelaksana adalah PT. . Suburo Jayana Indah Cor.

Hak dan kewajiban konsultan pengawas adalah :

1. Menyelesaikan pelaksanan pekerjaan dalam waktu yang telah ditetapkan,

2. Membimbing dan mengadakan pengawasan secara periodik dalam pelaksanaan

pekerjaan,

3. Melakukan perhitungan prestasi pekerjaan,

4. Mengkoordinasi dan mengendalikan kegiatan konstruksi serta aliran informasi

antara berbagai bidang agar pelaksanaan pekerjaan berjalan lancar,

5. Menghindari kesalahan yang mungkin terjadi sedini mungkin serta menghidari

pembengkakan biaya,

6. Mengatasi dan memecahkan persoalan yang timbul di lapangan agar dicapai

hasil akhir sesuai kualitas, kuantitas serta waktu pelaksanaan yang telah

ditetapkan,

73
7. Menerima atau menolak material/peralatan yang didatangkan kontraktor,

8. Menghentikan sementara bila terjadi penyimpangan dari peraturan yang

berlaku,

9. Menyusun laporan kemajuan pekerjaan (harian, mingguan, bulanan)

10. Menyiapkan dan menghitung adanya kemungkinan pekerjaan

tambah/kurang.

Dan dalam proyek pembangunan jalan banten lama - tonjong ini proses

pengendalian dan pengawasan ini dilakukan oleh pihak owner Pemprov Banten

selaku pemilik proyek dan PT. Kreasi Tekniktama Konsultan selaku Konsultan

Pengawas.

4.1 TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PENGAWAS

Pengawas konstruksi adalah penyedia jasa orang/perseorang atau badan

usaha yang dinyatakan ahli yang profesional di bidang pengawasan jasa

konstruksi yang mampu melaksanakan pekerjaan pengawasan konstruksi sampai

selesai dan diserahteimakan (Marthin D. J. Sumajouw, Huibert Tarore, 2013). Di

Indonesia, penyelanggaraan jalan terbagi atas tiga kewenangan yaitu pemerintah

pusat yang berwenang yaitu pemerintah pusat yang berwenang dalam

penyelenggaraan jalan nasional dan jalan tol, pemerintah daerah provinsi yang

berwenang dalam penyelenggaraan jalan provinsi dan pemerintah daerah

kabupaten/kota yang berwenang dalam penyelenggaraan jalan kabupaten/kota.

Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 70 tahun 2012

tentang perubahan kedua atas Peraturan No. 54 tahun 2010 tentang pengadaan

74
barang/jasa pemerintah, jasa konsultasi adalah perusahaan jasa layanan

profesional yang membutuhkan keahlian tertentu diberbagai bidang keilmuan

yang mengeutamakan adalnya olah pikir. Adapun tugas pengawas pada proyek ini

adalah sebagai berikut :

a. Memeriksa hasil pengujian mutu terhadap bahan dan atau hasil suatu pekerjaan

kontraktor dan memberikan penolakan atau persetujuan atas hasil pengujian

mutu tersebut.

b. Memberikan persetujuan atau penolakan terhadap penyelesaian suatu

pekerjaan.

c. Menolak bahan yang cacat atau tidak memenuhi spesifikasi dan

memerintahkan penghentian atau menunda setiap pekerjaan yang sedang

dikerjakan secara tidak layak teknis.

d. Memperhatikan waktu pelaksanaan pekerjaan yang diajukan kontraktor agar

agar dapat dicapai jadwal yang direncanakan.

e. Memberikan kuantitas rencana dan hasil pekerjaan serta memberikan hasil

pemeriksaannya kepada Project Engginer dan kontraktor untuk selanjutnya

dapat diproses untuk pengajuan sertifikat atau laporan kemajuan.

f. Melakukan perubahan-perubahan minor gambar rencana atas keadaan lapangan

sejauh tidak mengubah substansi desain itu sendiri.

g. Mengusulakan desain kepada pemberi tugas melalui Project Director.

h. Memberikan rekomendasi, diminta ataupun tidak diminta, kepada Project

Director usulan suatu perubahan pekerjaan dilapangan .

75
i. Mengendalikan administrasi teknis lapangan dan penyelesaian pekerjaan yang

memuaskan.

Pada pelaksanaan proyek pembangunan jalan banten lama - tonjong yang

menjadi konsultan pengawas adalah PT. Kreasi Tekniktama Konsultan. Konsultan

pengawas biasa diadakan dalam pada proyek pembangunan berskala besar seperti

proyek jalan kali ini yang merupakan proyek jalan nasional, dalam hal ini ada

kaitannya dalam hal Manajemen Konstruksi (MK) namun perbedaannya adalah

Manajemen Konstruksi (MK) mengelola jalannya proyek dari mulai perencanaan,

pelaksanaan sampai berakhirnya proyek sedangkan konsultan pengawas hanya

bertugas mengawasi jalannya pelaksanaan proyek saja. Dalam realitanya di

lapangan diperlukan kerjasama yang baik antara konsultan pengawas dengan

kontraktor agar saling melengkapi dalam pelaksanaan pembangunan sehingga

tidak ada pihak yang dirugikan. Adapun tugas dari konsultan pengawas dalam

suatu proyek konstruksi adalah sebagai berikut :

a. pedoman pelaksanaan pembangunan proyek.

b. Menyelenggarakan administrasi umum mengenai pelaksanaan kontrak kerja.

c. Melaksanakan pengawasan secara rutin dalam perjalanan pelaksanaan proyek.

d. Menertibkan laporan prestasi pekerjaan proyek untuk dapat dilihat olah pemilik

proyek.

e. Konsultan pengawas memberikan saran atau pertimbangan kepada pemilik

proyek maupun kontraktor dalam proyek pelaksanaan pekerjaan.

76
f. Mengoreksi dan menyetujui gambar shop drawing yang diajukan kontraktor

sebagai Memilih dan memberikan persetujuan mengenai tipe dan merek yang

diusulkan oleh kontraktor agar sesuai dengan harapan pemili proyek namun

tetap berpedoman dengan kontrak kerja konstruksi yang dibuat sebelumnya.

4.2 PENGENDALIAN

Pengendalian adalah serangkaian kegiatan manajemen yang dimaksudkan

untuk menjamin agar suatu program atau kegiatan yang dilaksanakan sesuai

dengan perencanaan yang ditetapkan ( Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

No.39 Tahun 2006, pasal 1). Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan

bahwa Pengendalian adalah usaha yang sistematis untuk menentukan standar yang

sesuai sasaran dan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi,

membandingkan pelaksanaan dengan standar, menganalisis kemungkinan

penyimpangan, kemudian melakukan tindakan koreksi yang agar sumber daya

dapat digunakan secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai sasaran dan

tujuan. Dan beberapa hal yang ditinjau dalam pengendalian proyek ini, antara

lain :

4.2.1 Pengendalian Mutu Bahan

Manajemen mutu merupakan alternatif pola/sistem teknik pengelolaan

dalam proses pembangunan industri konstruksi yang memadukan tahap-tahap

proses pembangunan menjadi satu kesatuan/keterpaduan. Penerapan sistem

manajemen mutu dilakukan agar dapat menghasilkan produk/jasa yang bermutu

untuk memenuhi harapan pemilik proyek dan juga menjaga keunggulan bersaing

77
dalam bidang proyek konstruksi (Novrita Manabung, Arietides K. T. Dundu,

Deane R. O. Walangitan, 2018). Bahan-bahan yang di uji proyek proyek

pembangunan jalan banten lama – tonjong, yaitu:

A. Beton

Beton adalah bahan konstruksi yang berbasis perekat semen, dan

agregatnya berupa : pasir dan batu (kerikil). Beton juga dapat didefinisikan

sebagai pencampuran bahan-bahan agregat halus dan kasar yaitu pasir, kerikil,

batu atau bahan semacamnya dengan menambahkan bahan perekat semen dan air

sebagai bahan pembantu proses pembekuan atau proses kimia selama proses

pengerasan berlangsung. Beton pada umumnya di gunakan untuk konstruksi

rumah, gedung, jembatan, jalan, dan lain-lain. Agregat merupakan bahan pengisi

utama dalam campuran beton maupun adukan, kualitas beton dapat di ketahui

melalui perencanaan dan pengawasan yang lebih baik dan teliti terhadap bahan-

bahan yang akan di pakai (Herdiansyah, Mekar Ria Pangaribuan,2019)

Sebelum pelaksanaan pengecoran, terlebih dahulu dilakukan pengambilan

sempel campuran beton untuk diuji dengan metode slump test. Campuran beton

juga dilakukan pengujian terhadap kuat tekan beton (compression test) yaitu

dengan cylinder test. Dalam proyek pembangunan jalan banten lama - tonjong

pelaksanaan pembuatan benda uji dilakukan oleh penyedia beton ready mix, yaitu

PT. Bangun Beton, PT. Sedulur Beton, PT. Triyas Bangun Perkasa.

 Slump test

78
Slump test merupakan sebuah metode atau uji empiris yang digunakan

untuk menentukan konsistensi atau kelecakan dari adukan beton segar (fresh

concrete). Uji slump dapat menunjukkan kekurangan, kelebihan atau kecukupan

air yang digunakan untuk membuat beton. Semakin tinggi nilai slump maka

tingkat kelacakan beton semakin tinggi, namun akan mempengaruhi kualitas

beton menjadi rendah. Pengujian slump dilakukan menggunakan alat berbentuk

kerucut dan berlubang pada kedua sisi ujungnya, yang disebut kerucut Abrams.

Dimensi bagian bawah berdiameter 20 cm, pada bagian atas berdiameter 10 cm

dan tinggi 30 cm (Agustinus Sungsang, Nana Patria, Fikri Haikal, 2022)

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kadar air beton yang

berhubungan dengan mutu beton. Proyek pembangunan jalan banten lama -

tonjong, slump yang disyaratkan yaitu 12 ± 2 untuk lantai kerja (LC) dan 5 ± 2

untuk beton bertulang (FS). Pengujian dilakukan dengan mengunakan kerucut

Abrams.

1. Letakan cetakan diatas plat

2. Isi 1/3 cetakan dengan beton segar, padatkan dengan bantuan logam sampai

merata dengan cara menusuknya. Lapisan ini penusukan bagian tepi dilakuakan

dengan besi sesuai dengan dinding cetakan. Pastikan besi menyentuh dasar.

Lakukan 25-30 x tusukan.

3. Isi 1/3 bagian berikutnya (menjadi terisi 2/3) dengan hal yang sama sebanyak

25-30 x tusukan. Pastikan besi menyentuh lapisan pertama.

4. Isi 1/3 akhir seperti nomer 3.

79
5. Setelah selesai dipadatkan, ratakan permukaan benda uji, tunggu kira-kira ½

menit. Sambil menunggu bersihkan kelebihan beton diluar cetakan dan diplat.

6. Cetakan diangkat tegak lurus keatas.

7. Ukur niai slump dengan kerucut disebelahnya dengan perbandingan tinggi rata-

rata benda uji.

8. Toleransi nilai slump dari beton segar 5± 2 cm untuk FS-45 dan LC 12± 2.

9. Jika nilai slump sesuai dengan standar, maka beton dapa digunakan.

Gambar 4.1 Pengujian Slump Test Beton FS 45


Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023

 Tes Uji Kuat Tekan dan Lentur Beton

Kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan luas, yang menyebabkan

benda uji beton hancur bila dibebani gaya tekan tertentu oleh mesin tekan (SNI

03-1974:1990). Benda uji yang digunakan sebagai pengujian kuat tekan beton

berbentuk silinder dengan tinggi 30 cm dan diameter 15 cm

Tes uji kuat tekan ini bertujuan untuk mengetahui kuat tekan maksimum

yang dapat diterima oleh beton sampai mengalami kehancuran. Cara pengujian :

80
1. Menyiapkan cetakan silinder ukuran 15 x 30 dan cetakan beam.

2. Cetakan silinder dan cetakan beam diletakan pada plat atau baja yang telah

dibersihkan dan sisi dalam diolesi minyak pelumas seperlunya untuk

mempermudah pelepasan beton dari cetakan.

3. Memasukan adukan beton yang dipakai pada pengujian slump test kedalam

cetakan yang dibagi dalam tiga lapis yang sama, lalu menusuk-nusuk beton

segar sebanyak 25 kali tiap lapisan.

4. Meratakan bagian atas dan berikan tanggal pembuatan.

5. Mendiamkan selama 24 jam lalu rendam dalam air (curing) selama waktu

tertentu, kemudian dites dengan mesin compressor untuk dilakuakan

pengetesan beton.

Gambar 4.2 Proses Pengujian Beton Benda Uji Balok

81
Gambar 4.3 Proses Pengujian Benda Uji Silinder
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023
B. Box Culvert

Box Culvert (gorong-gorong) ideal untuk aliran di mana head hidrolik

terbatas. Box culvert (gorong-gorong) dapat dikonfigurasi untuk memberikan

dampak yang lebih kecil pada ketinggian air di hulu dan kecepatan aliran di hilir

daripada struktur pipa yang setara. Box culvert (gorong-gorong) dapat ditemukan

dalam berbagai jenis bentuk dan tingginya tergantung pada rentang (Hanifah

Zahra, 2023). Ukuran box culvert disesuaikan dengan kebutuhan lapangan, pada

proyek penanganan banjir ruas Banten Lama-Tonjong ini menggunakan ukuran

BC 1.00 x 1.00 ; BC 0.60 x 0.60.

Sama halnya seperti beton, pemasangan u-ditch dan box culvert terlebih

dahulu harus dilakukan pengujian hammer test. Sesuai dengan Standar Nasional

Indonesia SNI ASTM C805:2012 metode uji angka pantul beton keras arti dan

kegunaan dari metode pengujian ini adalah sebagai berikut :

1. Dapat digunakan untuk menilai keseragaman beton di lapangan.

2. Dapat digunakan untuk memperkirakan kekuatan beton.

3. Untuk campuran beton yang diketahui, metode yang digunakan untuk

memperoleh permukaan bidang uji (tipe bahan cetakan dan tipe penyelesaian

akhir atau finishing) dan kedalaman karbonasi.

4. Pengujian harus dilakukan dengan palu pantul yang sama apabila hendak

membandingkan hasil.

82
5. Jika digunakan lebih dari satu pantul, pengujian dilakukan pada sejumlah

permukaan beton tipikal sehingga dapat digunakan untuk menentukan besarnya

perbedaan angka pantul .

6. Metode uji ini tidak dapat digunakan sebagai dasar penerimaan atau penolakan

betun karena ketidakpastian yang tersirat dalam perkiraan kekuatan.

Cara penggunaan Hammer Test adalah sebagai berikut :

1. Alat schmidt rebound hammer dipegang dengan kuat dan tegap.

2. Posisi palu tegak lurus dengan permukaan media yang akan diuji.

3. Tekan alat secara perlahan mengahap kearah permukaan medan ujung sampai

palu menumbuk hulu palu.

4. Setelah menumbuk, tahan tekanan dan jika perlu kunci hulu pada posisinya,

dengan cara menekan tombol pada bagian sisi.

5. Lihat angka hasil pengujian pada alat lalu dicatat.

6. Lakukan 9 titik bacaan pada setiap daerah pengujian dengan jarak masing-

masing titik bacaan tidak boleh lebih kecil dari 25 mm.

7. Selalu cek permukaan media pengujian, jika benturan palu menghancurkan

beton sebab adanya rongga udara didalamnya maka dibatalkan. Lakukan

pengujian pada titik bacaan yang lain.

83
Gambar 4.4 Pengujian Box Culvert

Gambar 4.5 Pengujian Box Culvert Dengan Arah 0°


Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023
4.2.2 Pengendalian peralatan

Peralatan konstruksi merupakan sebuah perkerjaan yang memiliki peranan

yang sangat penting. Penggunaan peralatan konstruksi yang kurang tepat dan

tidak sesuai dengan situasi dilapangan akan mengakibatkan rendahnya produksi,

tidak tercapainya target sesuai jadwal yang telah ditentukan, atau kerugian akibat

perbaikan yang tidak semestinya tejadi (Maharani Kurnia Putri, Widi Hartono,

Sugiyarto, 2020)

4.2.3 Pengendalian Waktu

Pengendalian waktu merupakan suatu bagian yang terpenting dalam

pelaksanaan proyek konstruksi agar proyek tersebut dapat sesuai dengan

penjadwalan yang sudah direncanakan. Pengendalian waktu dapat dilakukan

dengan melihat kinerja pelaksanaan proyek yang telah berlangsung pelaksanaan

84
suatu proyek dapat mengalami keterlambatan, percepatan, ataupun tepat waktu

sesuai dengan penjadwalan rencana proyek (Vendie Abma, 2016).

Perencanaan waktu pendawalan terdiri dari langkah-langkah

memperkirakan penyelesaian satu proyek dengan sumber daya yang diperlukan

dalam suatu proyek. Kurva S merupakan salah satu metode perencanaan dan

pengendalian waktu proyek yang banyak digunakan dalam perencanaan dan

monitoring schedule pelaksanaan proyek. Hampir semua proyek pemerintah

maupun swasta mensyaratkan dan menggunakan kurva s. kurva s merupakan

gambaran yang menjelaskan tentang keseluruhan jenis pekerjaan volume tentang

keseluruhan jenis pekerjaan dalam satuan waktu dan ordinatnya adalah jumlah

persentase kegiatan pada garis waktu. (Miftah Fauza, Nia Kartika, 2020).

85
Gambar 4.6 Kurva S (Lampiran 2)
Sumber : Dokumen PT.Suburo Jayana Indah Cor, 2023

4.2.4 Pengendalian Biaya

Biaya merupakan salah satu aspek penting dalam kegiatan usaha dan

industri konstruksi. Kontraktor yang tidak mempunyai pemahaman tentang

komponen biaya akan meningkatkan resiko terhadap kegagalan. Sebagai suatu

bidang usaha yang dikategorikan beresioko tinggi, keberhasilan kegiatan

konstruksi tentunya sangat peka terhadap perubahan biaya, dan hal ini menjadi

sangat penting untuk diperhatikan oleh pelaku di bidang usaha tersebut. Dalam

kondisi tersebut, maka kemampuan dan keberhasilan para kontraktor untuk

bertahan dalam industri yang ketat persaingannya ini sangat tergantung pada

sebaik apa mereka mampu mengatasi ketidakpastian, khusunya dalam aspek biaya

(Fajar Sri Handayani, Sugiyarto, AB Kusuma Wardani, 2016).

Pengendalian biaya memiliki kerangka kerja yang dipengaruhi oleh 4

faktor yaitu Work Breakdown Strukture (WBS), pengekodean biaya (Cost Code)

dan Earned Value Concept. Kerangka kerja tersebut sangat berpengaruh dalam

pelaksanaan proyek. Apabila penyusunan kerangka kerja tersebut sudah dibuat

dengan baik dan benar maka proyek yang dikerjakan dapat dilakukan dengan

lebih sistematis dan mudah diatur (Fajar Sri Handayani, Sugiyarto, AB Kusuma

Wardani, 2016).

86
Work Breakdown Strukture (WBS) adalah susunan pekerjaan lengkap

selama perkembangan dan pelaksanaan proyek. Biasanya bentuk WBS seperti

piramida dan menggambarkan aktivitas pekerjaan. Pada susunan WBS terdapat

level-level pekerjaan dimana semakin ke bawah levelnya makin naik dan

menggambarkan pekerjanan yang lebih spesifik daripada level diatasnya. Susunan

WBS tidak selalu sama untuk tiap proyek yang dikerjakan. Fajar Sri Handayani,

Sugiyarto, AB Kusuma Wardani, 2016.

REKAPITULASI
DAFTAR KUANTITAS DAN HARGA
Paket: PEMBANGUNAN JALAN BANTEN LAMA - TONJONG

No.
Jumlah Harga
Divis Uraian
Pekerjaan (Rupiah)
i
1 UMUM 611,331,143,87
2 DRAINASE 217,474,663,65
3 PEKERJAAN TANAH DAN GEOSINTETIK 7,927,589,390,45
4 PEKERJAAN PREVENTIF -
5 PEKERJAAN BERBUTIR 8,236,291,547,70
6 PEKERASAN ASPAL -
7 STRUKTUR 43,403,360,990,07
8 REHABILITASI JEMBATAN -
9 PEKERJAAN HARIAN DAN PEKERJAAN LAIN- LAIN 71,814,966,96
10 PEKERJAAN PEMELIHARAAN RUTIN

(A) Jumlah Harga Pekerjaan ( termasuk Biaya Umum dan Kuntungannya ) 60,367,862,702,70
(B) Pajak Pertambahan Nilai (PPN) = 11% x (A) 6,651,464,897,30
(C) Jumlah TOTAL HARGA PEKERJAAN = (A) + (B) 67,119,327,600,00
67,119,327,600,00

Terbilang : Enam Puluh Tujuh Miliyar Seratus Sembilan Belas Juta Tiga Ratus Dua Puluh Tujuh Ribu
Enam Ratus Rupiah

Tabel 4.7 Rekapitulasi Daftar Kuantitas Dan Harga


Sumber : Dokumen PT. Suburo Jayana Indah Cor, 2023

87
4.2.5 Pengendalian Instalasi dan Pengawasan

Konsultan pengawas merupakan badan usaha yang bergerak di bidang

pengawasan pelaksanaan konstruksi yang berfungsi sebagai wakil atau mediator

dari pemilik proyek, dimana konsultan pengawas bertugas dalam menjalankan

komunikasi, konsultasi, kontrol dan pengandalian dengan pihak kontraktor.

Konsultan pengawas memiliki peranan yang sangat penting dalam membantu

pemilik proyek dan utamanya dari segi pengawasan terhadap pelaksanaan

konstruksi, baik dari aspek SDM, alat, material, biaya, waktu, mutu, dan K3. (I

komang Alit Astrawan Putra, Juniada Pagehgiri, I Putu Gede Ariyanta, 2021).

Pengendalian instalasi dan pengawasan adalah tanggung jawab kontraktor

utama yaitu PT. KREASI TEKNIKTAMA KONSULTAN. Owner telah

memberikan tanggung jawab instalasi dan pengawasan kepada kontraktor utama.

Walaupun demikian owner tetap melakukan pengawasan terhadap kerja

kontraktor utama.

4.2.6 Pengendalian Konstruksi

Pengendalian dalam proyek konstruksi pada umumnya menyangkut tiga

aspek utama, yaitu : biaya, waktu dan SDM. Untuk proyek-proyek yang relatif

besar dengan logika ketergantungan yang cukup kompleks, perencanaan dan

88
pengendalian menjadi rumit. Umumnya pada suatu proyek selalu terjadi

penyimpangan baik terhadap biaya maupun terhadap waktu, untuk itu diperlukan

suatu metode yang tepat agar parameter yang di kontrol benar-benar efisien dan

dapat menunjukkan dengan tepat kondisi proyek. Pengendalian pada umumnya

dilakukan agar pekerjaan dapat dilaksanakan dengan efisien. Oleh karena itu

diperlukan analisis yang memerlukan suatu sistem pengendalian biaya dan jadwal

terpadu agar parameter yang di kontrol benar-benar efisien dan dapat

menunjukkan dengan tepat kondisi proyek (H. Tarore, G. Y. Malingkas, D.R.O.

Walangitan, 2012)

4.2.7 Pengendalian Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah setiap orang mampu melakukan pekerjaan guna

menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri

maupun untuk masyarakat (undang-undang republik indonesia No. 13 Tahun

2003 pasal 1). Pada proyek pembangunan jalan banten lama - tonjong seluruh

pengadaan tenaga kerja dilakukan dengan sistem mandor.

4.2.8 Pengendalian Kesehatan dan Keselamatan Konstruksi (SMKK)

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan faktor yang sangat

penting untuk diperhatikan karena seseorang yang mengalami sakit atau

kecelakaan dalam bekerja akan berdampak pada diri, keluarga dan lingkungannya.

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan masalah yang kompleks pada suatu

proyek konstruksi. Kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja umumnya

89
disebabkan oleh faktor manajemen, disamping faktor manusia dan teknis. Tingkat

pengetahuan, pemahaman, perilaku, kesadaran, sikap dan tindakan masyarakat

pekerja dalam upaya penanggulangan masalah keselamatan kerja masih sangat

rendah dan belum ditempatkan sebagai suatu kebutuhan pokok bagi peningkatan

kesejahteraan secara menyeluruh termasuk peningkatan produktivitas kerja

(Jajang Atmaja, Enita Suardi, Monika Natalia, Zulfira Mirani, Marta Popi

Alpina, 2018).

Sistem pengendalian keselamtan dan kesehatan kerja bertujuan mencegah,

mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero accident).

Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan

kerja dan penyakit akibat kerja yang menghabiskan banyak biaya (cost)

perusahaan, melainkan harus dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang

yang memberi keuntungan yang berlimpah pada masa yang akan datang (Jajang

Atmaja, Enita Suardi, Monika Natalia, Zulfira Mirani, Marta Popi Alpina, 2018).

4.3 PEMBAYARAN TERMINAN DAN SERAH TERIMA PEKERJAAN

4.3.1 Pengertian Termin

Termin (progress billings) adalah jumlah yang ditagih untuk pekerjaan yang

dilakukan dalam suatu kontrak baik yang telah dibayar ataupun yang belum

dibayar oleh pemberi kerja (PSAK No. 34). Pembayaran sistem termin terbagi

menjadi 4 (empat) tahap yang dibayar sesuai dengan perkembangan atau progres

proyek. Sebelum memulai proyek, pelaksana bisa mengajukan Down Payment

(DP) atau uang muka sebesar 20% - 30% dari nilai kontrak. Setelah menerima

90
uang muka dan mendapatkan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) maka pekerjaan

akan dimulai. Pada saat pekerjaan sudah mencapai 50% pembayaran harus

dilakukan dengan jumlah yang dibayarkan sebesar 30%. Pembayaran berikutnya

sebesar 20% harus dibayarkan saat pekerjaan telah mencapai 80%. Setelah

pekerjaan benar-benar selesai, sisa pembayaran sebesar 20% dapat dibayarkan.

Pembayaran/Penagihan selanjutnya dapat dilakukan setelah progres dilapangan

mencapai 100% dari nilai kontrak dan juga setelah dilakukan PHO yaitu

pengecekan kembali pekerjaan dilapangan yang dilakukan oleh tim Badan

Pemeriksaan dan Pengecekan Hasil Pekerjaa (BP2HP) pembayaran hanya

dibayarkan sebesar 95% dari nilai kontrak dan untuk pembayaran/penagihan 5%

bisa dicairkan setelah serah terima pekerjaan dan dalam masa pemeliharaan.

A. Sistem Pembayaran Proyek Pembangunan Jalan Banten Lama - Tonjong.

Pada proyek pembangunan jalan banten lama - tonjong, sistem

pembayarannya dilakukan dengan pembayaran tetmin yang sesuai dengan

penjelasan diatas. Dimana proses pembayaran pertamanya yaitu uang muka

sebesar 20 % - 30%, lalu tagihan atau MC (Manual Chek) pertama sebesar

32.71%, kedua sebesar 20,32%, ketiga 15,67%, keempat pada saat proyek sudah

100% selesai sebesar 26,30%. Dan untuk 5% ditagihkan ketika sudah serah terima

pekerjaan dan dalam masa pemeliharaan.

Besarnya presentasi pekerjaan yang ditagihkan dihitung bersama antara

pihak 1,2 dan 3. Dan untuk waktu pengihan tergantung dari permintaan kontraktor

sesuai dengan kebutuhan dilapangan, tetapi biasa dilakukan pada akhir bulan atau

91
pertanggal 25. Sedangkan untuk PHO jika pekerjaan/volume keseluruhan sudah

100% maka akan dibayar 100% tetapi jika tidak/belum sesuai dengan persentasi

maka pembayaran akan di potong/denda sesuai volume yang belum selesai.

4.3.2 Serah Terima Pekerjaan

Serah terima pekerjaan adalah proses penyerahan hasil pekerjaan yang

telah diselesaikan oleh kontraktor dan sekaligus penerimaan oleh pemimpin

proyek/pemimpin bagian proyek/kepala satuan kerja selaku pemilik proyek.

Sesuai ketentuan kontrak, salah satu kewajiban penyedia jasa adalah menyerahkan

hasil pekerjaan sesuai dengan jadwal penyerahan pekerjaan yang telah ditetapkan

kepada pengguna jasa. Pengajuan permintaan penyerahan pertama hasil pekerjaan

dapat dilakukan oleh penyedia jasa apabila pekerjaan telah terselesaikan 100%.

Pihak-pihak yang terkait dalam proses PHO adalah Kontraktor, Direksi

Teknis, Pemimpin Proyek, Panitia Penerima Pekerjaan.

1. Kontraktor Segera setelah kontraktor menyelesaikan pekerjaan fisik

dengan ketentuan pekerjaan aspal, bahu jalan dan jembatan selesai 100%,

kontraktor melapor sekaligus dapat mengajukan permintaan secara tertulis

untuk serah terima sementara kepada pengguna jasa/direksi pekerjaan

dengan tembusan kepada direksi teknis. Sesuai ketentuan Keppres

80/2003, pengajuan oleh kontraktor dapat diajukan setelah pekerjaan

selesai 100%.

92
2. Direksi Teknik Setelah menerima tembusan surat permohonan kontraktor,

direksi teknik harus melakukan pemeriksaan pendahuluan paling lambat 5

(lima) hari setelah menerima surat permohonan tersebut dan

melaporkannya secara tertulis kepada direksi pekerjaan/pemimpin proyek

dan memberitahukan tanggal atau hari penyelesaian pekerjaan secara

keseluruhan. Dalam laporan tersebut disampaikan kepada direksi

pekerjaan/pemimpin proyek:

a. Daftar cacat dan kekurangan (list of defects and deficiensies), jika

ada.

b. Rekomendasi tanggal peyelesaian pekerjaan sebagai tanggal

tentatif pekerjaan selesai sekaligus sebagai tanggal tentatif

penyerahan pekerjaan pertama.

3. Pengguna Jasa, Pengguna jasa membentuk panitia penilai pekerjaan selesai

sudah dibentuk setelah berkonsultasi dengan atasan langsungnya. Dan

paling lambat 7 (tujuh) hari setelah menerima surat dari direksi teknik,

pengguna jasa memerintahkan kepada panitia penerima pekerjaan untuk

melakukan penilaian terhadap hasil pekerjaan.

4. Panitia Penerima Pekerjaan dengan dibantu oleh kontraktor, konsultan dan

pihak proyek meneliti laporan pendahuluan yang dibuat oleh direksi teknik

dan menetapkan tanggal rencana pemeriksaan ke lapangan. Berdasarkan

berita acara penilaian hasil pekerjaan selesai, pengguna jasa/direksi

pekerjaan memutuskan bahwa pekerjaan telah selesai/atau memuaskan dan

setelah diadakan pengujian maka selambat-lambatnya dalam waktu 6

93
(enam) hari setelah dilakukan kunjungan PHO, Panitia Penerima Pekerjaan

akan mengeluarkan berita acara serah terima pertama dan sejak tanggal

diterimanya pekerjaan yang dinyatakan dalam berita acara PHO, masa

pemeliharaan dimulai selama sebagaimana dinyatakan dalam dokumen

kontrak. Dengan demikian dalam berita acara penyerahan pekerjaan

pertama (PHO) terdapat 2 (dua) tanggal yakni:

a) Tanggal berita acara penyerahan pekerjaan pertama.

b) Tanggal definitif penyerahan pekerjaan pertama. Selain itu dalam

berita acara penyerahan pekerjaan pertama juga harus

dincantumkan tanggal rencana penyerahan pekerjaan akhir (final

hand-over/FHO).

Setelah penyerahan pekerjaan pertama, direksi pekerjaan akan membayar

100% dari nilai kontrak dan kontraktor harus menyerahkan jaminan pelaksanaan

sebesar 5% dari nilai kontrak dan kontraktor wajib memelihara hasil pekerjaan

selama masa pemeliharaan (maintence program) sehingga kondisi hasil pekerjaan

tetap berada seperti pada penyerahan akhir pekerjaan (final hand over/FHO).

94
BAB V

TUGAS KHUSUS

5.1 Perhitungan Kuat Tekan Lentur Balok


1. Pengertian Umum Beton
Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang
lain, agregat halus, agregat kasar dan air dengan atau tanpa bahan tambah
membentuk massa padat (SNI 03-2834-1993). Sifat-sifat beton perlu diketahui
untuk mendapatkan mutu beton yang diharapkan sesuai tuntutan konstruksi dan
umur bangunan yang bersangkutan. Pada saat segar atau sesaat setelah dicetak,
beton bersifat plastis dan mudah dibentuk. (H. Tanudjaja, R. S. Windah ,2015)
2. Lampiran Pengujian 7 Hari Fast Track

Kode Tanggal Umur Berat Jarak Dimensi Penampang Beban Tegangan UM


No (hari) (kg) Bentang Patah (KN) Lentur ± (N/
Cor Uji (mm) b' (mm) h' (mm) (N/ mm²)
mm²)
1 TM PT.SJIC FS-
20-Jul-2321-Aug-32 33,0 450,0 150,6 150,8 37,15 4,88 0,04
45 GP 20-07- 23
23
2 TM PT.SJIC FS-
20-Jul-2321-Aug-32 32,0 450,0 151,3 150,1 40,78 5,38 0,04

95
45 GP 20-07- 23
23
3 TM PT.SJIC FS-
20-Jul-2321-Aug-32 34,0 450,0 150,4 150,7 38,40 5,06 0,04
45 GP 20-07- 23
23
4 TM PT.SJIC FS-
20-Jul-2321-Aug-32 33,0 450,0 150,3 150,4 38,21 5,06 0,04
45 GP 20-07- 23
23

5 TM PT.SJIC FS-
11-Aug- 21-Aug-10 31,0 450,0 151,9 150,5 36,96 4,87 0,04
45 7D GBP 23 23
11-08-23
6 TM PT.SJIC FS-
11-Aug- 21-Aug-10 30,8 450,0 150,8 150,4 37,25 4,88 0,04
45 7D GBP 23 23
11-08-23
7 TM PT.SJIC FS-
11-Aug- 21-Aug-10 31,4 450,0 150,6 150,3 37,92 5,01 0,04
45 7D GBP 23 23
11-08-23
8 TM PT.SJIC FS-
11-Aug- 21-Aug-10 31,6 450,0 150,3 150,3 38,21 5,06 0,04
45 7D GBP 23 23
11-08-23

1. Benda Uji No.1 TM PT.SJIC FS-45 GP 20-07-23


3 Pa
Rumus perhitungan patahan 1/3 bagian tepi bentang , R= 2
bd

Maksimum Beban = 37,15 N


Jarak rata-rata antara retakan = 50,23mm
2
Rata lebar benda uji = 150 mm.
2
Rata ketinggain benda uji = 50 mm

96
3 x 37 ,15 x 50 , 2
R= 2 = 0,014 Mpa
150 x 50

2. Benda Uji No.2 TM PT.SJIC FS-45 GP 20-07-23


3 Pa
Rumus perhitungan patahan 1/3 bagian tepi bentang , R= 2
bd

Maksimum Beban = 40,73 N


Jarak rata-rata antara retakan = 50,23 mm
2
Rata lebar benda uji = 150 mm.
2
Rata ketinggain benda uji = 50 mm
3 x 40 , 73 x 50 ,23
R= 2 = 0,016 Mpa
150 x 50

3. Benda Uji No.3 TM PT.SJIC FS-45 GP 20-07-23


3 Pa
Rumus perhitungan patahan 1/3 bagian tepi bentang , R= 2
bd

Maksimum Beban = 38,40 N


Jarak rata-rata antara retakan = 50,183 mm
2
Rata lebar benda uji = 150 mm.
2
Rata ketinggain benda uji = 50 mm
3 x 38 , 40 x 50,183
R= 2 = 0,015 Mpa
150 x 50

4. Benda Uji No.4 TM PT.SJIC FS-45 GP 20-07-23

97
3 Pa
Rumus perhitungan patahan 1/3 bagian tepi bentang , R= 2
bd

Maksimum Beban = 36,96 N


Jarak rata-rata antara retakan = 50,116 mm
2
Rata lebar benda uji = 150 mm.
2
Rata ketinggain benda uji = 50 mm
3 x 38 , 21 x 50,116
R= 2 = 0,015 Mpa
150 x 50

5. Benda Uji No.5 TM PT.SJIC FS-45 7D GBP 11-08-23


3 Pa
Rumus perhitungan patahan 1/3 bagian tepi bentang , R= 2
bd

Maksimum Beban = 36,96 N


Jarak rata-rata antara retakan = 50,4 mm
2
Rata lebar benda uji = 150 mm.
2
Rata ketinggain benda uji = 50 mm
3 x 38 , 21 x 50 , 4
R= 2 = 0,015 Mpa
150 x 50

6. Benda Uji No.6 TM PT.SJIC FS-45 7D GBP 11-08-23


3 Pa
Rumus perhitungan patahan 1/3 bagian tepi bentang , R= 2
bd

Maksimum Beban = 37,25 N


Jarak rata-rata antara retakan = 50,2 mm
2
Rata lebar benda uji = 150 mm.
2
Rata ketinggain benda uji = 50 mm
3 x 37 ,25 x 50 ,2
R= 2 = 0,014 Mpa
150 x 50

98
7. Benda Uji No.7 TM PT.SJIC FS-45 7D GBP 11-08-23
3 Pa
Rumus perhitungan patahan 1/3 bagian tepi bentang , R= 2
bd

Maksimum Beban = 37,92 N


Jarak rata-rata antara retakan = 50,15 mm
2
Rata lebar benda uji = 150 mm.
2
Rata ketinggain benda uji = 50 mm
3 x 37 ,92 x 50 ,15
R= 2 = 0,015 Mpa
150 x 50

8. Benda Uji No.6 TM PT.SJIC FS-45 7D GBP 11-08-23


3 Pa
Rumus perhitungan patahan 1/3 bagian tepi bentang , R= 2
bd

Maksimum Beban = 38,21 N


Jarak rata-rata antara retakan = 50,1 mm
2
Rata lebar benda uji = 150 mm.
2
Rata ketinggain benda uji = 50 mm
3 x 38 , 21 x 50 , 1
R= 2 = 0,015 Mpa
150 x 50

5.2 Perhitungan Volume dan Kebutuhan Coran per m3


5.2.1 Rigid FS-45 ()

No. STA Panjang Lebar Tinggi


1 0+780 – 0+800 20 m 9 x 9 Per Jalur 25 cm
2 0+800 – 0+825 25 m 9 x 9 Per Jalur 25 cm
3 0+825 – 0+850 25 m 9 x 9 Per Jalur 25 cm
4 0+850 – 0+875 25 m 9 x 9 Per Jalur 25 cm

99
5 0+875 – 0+900 25 m 9 x 9 Per Jalur 25 cm
6 0+900 – 0+925 25 m 9 x 9 Per Jalur 25 cm
7 0+925 – 0+950 25 m 9 x 9 Per Jalur 25 cm
8 0+950 – 0+975 25 m 9 x 9 Per Jalur 25 cm
9 0+975 – 0+989 14,81 m 9 x 9 Per Jalur 25 cm
10 1+075 – 1+048,5 27 m 9 x 9 Per Jalur 25 cm
11 1+075 – 1+100 25 m 9 x 9 Per Jalur 25 cm
12 1+100 – 1+125 25 m 9 x 9 Per Jalur 25 cm
13 1+125 – 1+150 25 m 9 x 9 Per Jalur 25 cm
14 1+150 – 1+175 25 m 9 x 9 Per Jalur 25 cm
15 1+175 – 1+200 25 m 9 x 9 Per Jalur 25 cm
16 1+200 – 1+225 25 m 9 x 9 Per Jalur 25 cm
17 1+225 – 1+250 25 m 9 x 9 Per Jalur 25 cm
18 1+250 – 1+275 25 m 9 x 9 Per Jalur 25 cm
19 1+275 – 1+300 25 m 9 x 9 Per Jalur 25 cm
20 1+300 – 1+325 25 m 9 x 9 Per Jalur 25 cm
21 1+325 – 1+350 25 m 9 x 9 Per Jalur 25 cm
22 1+350 – 1+375 25 m 9 x 9 Per Jalur 25 cm
23 1+375 – 1+400 25 m 9 x 9 Per Jalur 25 cm
24 1+400 – 1+425 25 m 9 x 9 Per Jalur 25 cm
25 1+425 – 1+450 25 m 9 x 9 Per Jalur 25 cm
26 1+450 – 1+475 25 m 9 x 9 Per Jalur 25 cm
27 1+475 – 1+500 25 m 9 x 9 Per Jalur 25 cm
28 1+500 – 1+525 25 m 9 x 9 Per Jalur 25 cm
29 1+525 – 1+550 25 m 9 x 9 Per Jalur 25 cm

1. STA 0+780 – 0+800


Rumus Volume coran = Panjang rigid (m) x lebar rigid (m) x tinggi rigid (m)
Volume coran per m3 = 20 x 18 x 0,25 = 90 m3

100
Rumus Volume Truck mixing coran m3 = Volume Truck mixing (m) x tinggi (m) x
lebar (m)

Volume Truck Mixing coran m3 = 6 : 0,25 : 3 = 8 m3

Sehingga dibutuhkan Truck mixing berjumlah 15 dalam pengecoran rigid

2. STA 0+800 – 0+825


Rumus Volume coran = Panjang rigid (m) x lebar rigid (m) x tinggi rigid (m)
Volume coran per m3 = 25 x 18 x 0,25 = 112,5 m3
Rumus Volume Truck mixing coran m3 = Volume Truck mixing (m) x tinggi (m)
x lebar (m)
Volume Truck Mixing coran m3 = 6 : 0,25 : 3 = 8 m3
Sehingga dibutuhkan Truck mixing berjumlah 18,75 dibulatkan 19 karena
lebih 0,75 m3 pengecoran rigid

3. STA 0+825 – 0+850


Rumus Volume coran = Panjang rigid (m) x lebar rigid (m) x tinggi rigid (m)
Volume coran per m3 = 25 x 18 x 0,25 = 112,5 m3
Rumus Volume Truck mixing coran m3 = Volume Truck mixing (m) x tinggi (m)
x lebar (m)
Volume Truck Mixing coran m3 = 6 : 0,25 : 3 = 8 m3
Sehingga dibutuhkan Truck mixing berjumlah 18,75 dibulatkan 19 karena
lebih 0,75 m3 pengecoran rigid

4. STA 0+850 – 0+875


Rumus Volume coran = Panjang rigid (m) x lebar rigid (m) x tinggi rigid (m)
Volume coran per m3 = 25 x 18 x 0,25 = 112,5 m3
Rumus Volume Truck mixing coran m3 = Volume Truck mixing (m) x tinggi (m)
x lebar (m)
Volume Truck Mixing coran m3 = 6 : 0,25 : 3 = 8 m3

101
Sehingga dibutuhkan Truck mixing berjumlah 18,75 dibulatkan 19 karena
lebih 0,75 m3 pengecoran rigid
5. STA 0+875 – 0+900
Rumus Volume coran = Panjang rigid (m) x lebar rigid (m) x tinggi rigid (m)
Volume coran per m3 = 25 x 18 x 0,25 = 112,5 m3
Rumus Volume Truck mixing coran m3 = Volume Truck mixing (m) x tinggi (m)
x lebar (m)
Volume Truck Mixing coran m3 = 6 : 0,25 : 3 = 8 m3
Sehingga dibutuhkan Truck mixing berjumlah 18,75 dibulatkan 19 karena
lebih 0,75 m3 pengecoran rigid

6. STA 0+900 – 0+925


Rumus Volume coran = Panjang rigid (m) x lebar rigid (m) x tinggi rigid (m)
Volume coran per m3 = 25 x 18 x 0,25 = 112,5 m3
Rumus Volume Truck mixing coran m3 = Volume Truck mixing (m) x tinggi (m)
x lebar (m)
Volume Truck Mixing coran m3 = 6 : 0,25 : 3 = 8 m3
Sehingga dibutuhkan Truck mixing berjumlah 18,75 dibulatkan 19 karena
lebih 0,75 m3 pengecoran rigid

7. STA 0+925 – 0+950


Rumus Volume coran = Panjang rigid (m) x lebar rigid (m) x tinggi rigid (m)
Volume coran per m3 = 25 x 18 x 0,25 = 112,5 m3
Rumus Volume Truck mixing coran m3 = Volume Truck mixing (m) x tinggi (m)
x lebar (m)
Volume Truck Mixing coran m3 = 6 : 0,25 : 3 = 8 m3
Sehingga dibutuhkan Truck mixing berjumlah 18,75 dibulatkan 19 karena
lebih 0,75 m3 pengecoran rigid

8. STA 0+950 – 0+975


Rumus Volume coran = Panjang rigid (m) x lebar rigid (m) x tinggi rigid (m)

102
Volume coran per m3 = 25 x 18 x 0,25 = 112,5 m3
Rumus Volume Truck mixing coran m3 = Volume Truck mixing (m) x tinggi (m)
x lebar (m)
Volume Truck Mixing coran m3 = 6 : 0,25 : 3 = 8 m3
Sehingga dibutuhkan Truck mixing berjumlah 18,75 dibulatkan 19 karena
lebih 0,75 m3 pengecoran rigid

9. STA 0+975 – 0+989


Rumus Volume coran = Panjang rigid (m) x lebar rigid (m) x tinggi rigid (m)
Volume coran per m3 = 14 x 18 x 0,25 = 63 m3
Rumus Volume Truck mixing coran m3 = Volume Truck mixing (m) x tinggi (m)
x lebar (m)
Volume Truck Mixing coran m3 = 6 : 0,25 : 3 = 8 m3
Sehingga dibutuhkan Truck mixing berjumlah 10,5 dibulatkan 11 karena
lebih 0,5 m3 pengecoran rigid

10. STA 1+048,5 – 1+075


Rumus Volume coran = Panjang rigid (m) x lebar rigid (m) x tinggi rigid (m)
Volume coran per m3 = 26,5 x 18 x 0,25 = 119,25 m3
Rumus Volume Truck mixing coran m3 = Volume Truck mixing (m) x tinggi (m)
x lebar (m)
Volume Truck Mixing coran m3 = 6 : 0,25 : 3 = 8 m3
Sehingga dibutuhkan Truck mixing berjumlah 19,875 dibulatkan 20
karena lebih 0,875 m3 pengecoran rigid

11. STA 1+075 – 1+100


Rumus Volume coran = Panjang rigid (m) x lebar rigid (m) x tinggi rigid (m)
Volume coran per m3 = 25 x 18 x 0,25 = 112,5 m3

103
Rumus Volume Truck mixing coran m3 = Volume Truck mixing (m) x tinggi (m)
x lebar (m)
Volume Truck Mixing coran m3 = 6 : 0,25 : 3 = 8 m3
Sehingga dibutuhkan Truck mixing berjumlah 18,75 dibulatkan 19 karena
lebih 0,75 m3 pengecoran rigid

12. STA 1+100 – 1+125


Rumus Volume coran = Panjang rigid (m) x lebar rigid (m) x tinggi rigid (m)
Volume coran per m3 = 25 x 18 x 0,25 = 112,5 m3
Rumus Volume Truck mixing coran m3 = Volume Truck mixing (m) x tinggi (m)
x lebar (m)
Volume Truck Mixing coran m3 = 6 : 0,25 : 3 = 8 m3
Sehingga dibutuhkan Truck mixing berjumlah 18,75 dibulatkan 19 karena
lebih 0,75 m3 pengecoran rigid

13. STA 1+125 – 1+150


Rumus Volume coran = Panjang rigid (m) x lebar rigid (m) x tinggi rigid (m)
Volume coran per m3 = 25 x 18 x 0,25 = 112,5 m3
Rumus Volume Truck mixing coran m3 = Volume Truck mixing (m) x tinggi (m)
x lebar (m)
Volume Truck Mixing coran m3 = 6 : 0,25 : 3 = 8 m3
Sehingga dibutuhkan Truck mixing berjumlah 18,75 dibulatkan 19 karena
lebih 0,75 m3 pengecoran rigid

14. STA 1+150 – 1+175


Rumus Volume coran = Panjang rigid (m) x lebar rigid (m) x tinggi rigid (m)
Volume coran per m3 = 25 x 18 x 0,25 = 112,5 m3
Rumus Volume Truck mixing coran m3 = Volume Truck mixing (m) x tinggi (m)
x lebar (m)
Volume Truck Mixing coran m3 = 6 : 0,25 : 3 = 8 m3

104
Sehingga dibutuhkan Truck mixing berjumlah 18,75 dibulatkan 19 karena
lebih 0,75 m3 pengecoran rigid

15. STA 1+175 – 1+200


Rumus Volume coran = Panjang rigid (m) x lebar rigid (m) x tinggi rigid (m)
Volume coran per m3 = 25 x 18 x 0,25 = 112,5 m3
Rumus Volume Truck mixing coran m3 = Volume Truck mixing (m) x tinggi (m)
x lebar (m)
Volume Truck Mixing coran m3 = 6 : 0,25 : 3 = 8 m3
Sehingga dibutuhkan Truck mixing berjumlah 18,75 dibulatkan 19 karena
lebih 0,75 m3 pengecoran rigid

16. STA 1+200 – 1+225


Rumus Volume coran = Panjang rigid (m) x lebar rigid (m) x tinggi rigid (m)
Volume coran per m3 = 25 x 18 x 0,25 = 112,5 m3
Rumus Volume Truck mixing coran m3 = Volume Truck mixing (m) x tinggi (m)
x lebar (m)
Volume Truck Mixing coran m3 = 6 : 0,25 : 3 = 8 m3
Sehingga dibutuhkan Truck mixing berjumlah 18,75 dibulatkan 19 karena
lebih 0,75 m3 pengecoran rigid

17. STA 1+225 – 1+250


Rumus Volume coran = Panjang rigid (m) x lebar rigid (m) x tinggi rigid (m)
Volume coran per m3 = 25 x 18 x 0,25 = 112,5 m3
Rumus Volume Truck mixing coran m3 = Volume Truck mixing (m) x tinggi (m)
x lebar (m)
Volume Truck Mixing coran m3 = 6 : 0,25 : 3 = 8 m3
Sehingga dibutuhkan Truck mixing berjumlah 18,75 dibulatkan 19 karena
lebih 0,75 m3 pengecoran rigid

18. STA 1+250 – 1+275

105
Rumus Volume coran = Panjang rigid (m) x lebar rigid (m) x tinggi rigid (m)
Volume coran per m3 = 25 x 18 x 0,25 = 112,5 m3
Rumus Volume Truck mixing coran m3 = Volume Truck mixing (m) x tinggi (m)
x lebar (m)
Volume Truck Mixing coran m3 = 6 : 0,25 : 3 = 8 m3
Sehingga dibutuhkan Truck mixing berjumlah 18,75 dibulatkan 19 karena
lebih 0,75 m3 pengecoran rigid

19. STA 1+275 – 1+300


Rumus Volume coran = Panjang rigid (m) x lebar rigid (m) x tinggi rigid (m)
Volume coran per m3 = 25 x 18 x 0,25 = 112,5 m3
Rumus Volume Truck mixing coran m3 = Volume Truck mixing (m) x tinggi (m)
x lebar (m)
Volume Truck Mixing coran m3 = 6 : 0,25 : 3 = 8 m3
Sehingga dibutuhkan Truck mixing berjumlah 18,75 dibulatkan 19 karena
lebih 0,75 m3 pengecoran rigid

20. STA 1+300 – 1+325


Rumus Volume coran = Panjang rigid (m) x lebar rigid (m) x tinggi rigid (m)
Volume coran per m3 = 25 x 18 x 0,25 = 112,5 m3
Rumus Volume Truck mixing coran m3 = Volume Truck mixing (m) x tinggi (m)
x lebar (m)
Volume Truck Mixing coran m3 = 6 : 0,25 : 3 = 8 m3
Sehingga dibutuhkan Truck mixing berjumlah 18,75 dibulatkan 19 karena
lebih 0,75 m3 pengecoran rigid

21. STA 1+325 – 1+350


Rumus Volume coran = Panjang rigid (m) x lebar rigid (m) x tinggi rigid (m)
Volume coran per m3 = 25 x 18 x 0,25 = 112,5 m3
Rumus Volume Truck mixing coran m3 = Volume Truck mixing (m) x tinggi (m)
x lebar (m)

106
Volume Truck Mixing coran m3 = 6 : 0,25 : 3 = 8 m3
Sehingga dibutuhkan Truck mixing berjumlah 18,75 dibulatkan 19 karena
lebih 0,75 m3 pengecoran rigid

22. STA 1+350 – 1+375


Rumus Volume coran = Panjang rigid (m) x lebar rigid (m) x tinggi rigid (m)
Volume coran per m3 = 25 x 18 x 0,25 = 112,5 m3
Rumus Volume Truck mixing coran m3 = Volume Truck mixing (m) x tinggi (m)
x lebar (m)
Volume Truck Mixing coran m3 = 6 : 0,25 : 3 = 8 m3
Sehingga dibutuhkan Truck mixing berjumlah 18,75 dibulatkan 19 karena
lebih 0,75 m3 pengecoran rigid

23. STA 1+375 – 1+400


Rumus Volume coran = Panjang rigid (m) x lebar rigid (m) x tinggi rigid (m)
Volume coran per m3 = 25 x 18 x 0,25 = 112,5 m3
Rumus Volume Truck mixing coran m3 = Volume Truck mixing (m) x tinggi (m)
x lebar (m)
Volume Truck Mixing coran m3 = 6 : 0,25 : 3 = 8 m3
Sehingga dibutuhkan Truck mixing berjumlah 18,75 dibulatkan 19 karena
lebih 0,75 m3 pengecoran rigid

24. STA 1+400 – 1+425


Rumus Volume coran = Panjang rigid (m) x lebar rigid (m) x tinggi rigid (m)
Volume coran per m3 = 25 x 18 x 0,25 = 112,5 m3
Rumus Volume Truck mixing coran m3 = Volume Truck mixing (m) x tinggi (m)
x lebar (m)
Volume Truck Mixing coran m3 = 6 : 0,25 : 3 = 8 m3
Sehingga dibutuhkan Truck mixing berjumlah 18,75 dibulatkan 19 karena
lebih 0,75 m3 pengecoran rigid

107
25. STA 1+425 – 1+450
Rumus Volume coran = Panjang rigid (m) x lebar rigid (m) x tinggi rigid (m)
Volume coran per m3 = 25 x 18 x 0,25 = 112,5 m3
Rumus Volume Truck mixing coran m3 = Volume Truck mixing (m) x tinggi (m)
x lebar (m)
Volume Truck Mixing coran m3 = 6 : 0,25 : 3 = 8 m3
Sehingga dibutuhkan Truck mixing berjumlah 18,75 dibulatkan 19 karena
lebih 0,75 m3 pengecoran rigid

26. STA 1+450 – 1+475


Rumus Volume coran = Panjang rigid (m) x lebar rigid (m) x tinggi rigid (m)
Volume coran per m3 = 25 x 18 x 0,25 = 112,5 m3
Rumus Volume Truck mixing coran m3 = Volume Truck mixing (m) x tinggi (m)
x lebar (m)
Volume Truck Mixing coran m3 = 6 : 0,25 : 3 = 8 m3
Sehingga dibutuhkan Truck mixing berjumlah 18,75 dibulatkan 19 karena
lebih 0,75 m3 pengecoran rigid

27. STA 1+475 – 1+500


Rumus Volume coran = Panjang rigid (m) x lebar rigid (m) x tinggi rigid (m)
Volume coran per m3 = 25 x 18 x 0,25 = 112,5 m3
Rumus Volume Truck mixing coran m3 = Volume Truck mixing (m) x tinggi (m)
x lebar (m)
Volume Truck Mixing coran m3 = 6 : 0,25 : 3 = 8 m3
Sehingga dibutuhkan Truck mixing berjumlah 18,75 dibulatkan 19 karena
lebih 0,75 m3 pengecoran rigid

28. STA 1+500 – 1+525


Rumus Volume coran = Panjang rigid (m) x lebar rigid (m) x tinggi rigid (m)
Volume coran per m3 = 25 x 18 x 0,25 = 112,5 m3

108
Rumus Volume Truck mixing coran m3 = Volume Truck mixing (m) x tinggi (m)
x lebar (m)
Volume Truck Mixing coran m3 = 6 : 0,25 : 3 = 8 m3
Sehingga dibutuhkan Truck mixing berjumlah 18,75 dibulatkan 19 karena
lebih 0,75 m3 pengecoran rigid

29. STA 1+525 – 1+550


Rumus Volume coran = Panjang rigid (m) x lebar rigid (m) x tinggi rigid (m)
Volume coran per m3 = 25 x 18 x 0,25 = 112,5 m3
Rumus Volume Truck mixing coran m3 = Volume Truck mixing (m) x tinggi (m)
x lebar (m)
Volume Truck Mixing coran m3 = 6 : 0,25 : 3 = 8 m3
Sehingga dibutuhkan Truck mixing berjumlah 18,75 dibulatkan 19 karena
lebih 0,75 m3 pengecoran rigid

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Permasalahan di Proyek


Pada pelaksanaan pembangunan jalan tersebut tentunya sudah melalui
perencanaan, petunjuk teknis dan prosedur yang sudah ditentukan. Petunjuk teknis
tersebut berisi pedoman untuk membuat perencanaan awal, yang di dalamnya
terdapat aturan seperti spesifikasi bahan dan material, tenaga kerja serta peralatan
yang digunakan. Mengenai petunjuk teknis ini yang berwenang dan bertanggung
jawab adalah pengawas dengan mengawal dan memantau mulai dari pengendalian

109
biaya, mutu dan waktu yang telah dilaksanakan pada proyek tersebut, apakah
sudah sesuai dengan perencanaan atau belum. Selain itu pengawas juga berhak
memeriksa apakah kebutuhan material yang digunakan sudah memenuhi
spesifikasi yang diinginkan, jika ada material yang tidak memenuhi spesifikasi
maka pengawas berhak menolak dan mengembalikan material tersebut kepada
supplier, karena penggunaan material yang tidak sesuai dengan perencanaan akan
menghasilkan cacat pada hasil pekerjaan.
Pengawasan proyek yang dilaksanakan pada pembangunan jalan banten
lama - tonjong ini PT. Suburo Jayana Indah Cor menggunakan jasa pengawas
lapangan, sehingga pengawasan yang ada di proyek tersebut sepenuhnya oleh PT.
Kreasi Tekniktama Konsultan, dimana supervisor di sini bertanggung jawab atas
kelancaran jalannya pekerjaan di lapangan, sehingga dapat memberikan laporan
dan pertanggung jawaban atas pekerjaan yang mereka lakukan kepada atasan.
Tetapi setelah melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Praktek di proyek
pembangunan jalan banten lama - tonjong, penulis menemukan dan melihat
beberapa permasalahan yang ada di proyek tersebut, antara lain yaitu :

6.1.1 Permasalahan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


Yang menjadi sorotan pertama kali saat penulis melaksanakan praktek di
proyek pembangunan jalan banten lama - tonjong adalah banyaknya pekerja yang
mengabaikan keadaan lapangan yang licin dan akses yang kecil karena
pembangunan jalan bertahap dan tanah merah yang mudah menjadi lumpur.
bahkan penulis beberapa kali melihat ada alat berat amblas dan tanah yang tidak
stabil sehingga membahayakan pekerjaan.

110
Gambar 6.1 Truk ambles.
Sumber : Dokumentasi Lapangan.

Gambar 6.2 Dozer Vibrator ambles


Sumber : Dokumentasi Lapangan
Pada proyek tersebut sebenarnya sudah ada peringatan terkati lapangan
pekerjaan yang rawan lumpur dan akses yang minim karena pekerjaan jalan
sedang dikerjakan, setelah penulis menanyakan kepada bagian pengawas

111
lapangannya mengatakan bahwa kebanyakan para pekerja menghiraukan
peringatan dikarenakan menurut mereka cuaca yang awal baik-baik saja sehingga
mereka tidak memindahkan alat berat ke tempat aman dan untuk truck itu karena
lalai dalam membongkat muatan dimedian. Hal ini tentu saja sangat beresiko
untuk keselamatan para pekerja di proyek tersebut dan dapat merugikan pihak
pelaksana jika terjadi kecelakaan kerja.

6.1.2 Permasalahan Cuaca


Faktor perubahan cuaca adalah kondisi alam yang tidak bisa diprediksi
secara tepat. Cuaca buruk dapat menyebabkan terhambatnya pelaksanaan proyek.
Karena pelaksanaan proyek tersebut pada bulan November sampai dengan bulan
Desember, terkadang terjadi hujan, pada saat yang tidak dapat diprediksi sehingga
menyebabkan penundaan pelaksanaan pekerjaan karena alasan faktor keamanan
maupun untuk menghidari penurunan mutu bahan dan penimbunan tanah longsor.
Cuaca yang tidak dapat diprediksi ini dapat menyebabkan masalah bagi
pelaksanaan pekerjaan proyek tersebut. Misalnya ketika pekerjaan penimbunan
tanah yang harus menunggu hujan reda karena jika penimbunan tanah dilakukan
ketika turun hujan maka akan menyebabkan penurunan tanah timbunan (erosi)
dari hasil pekerjaan tersebut. Sedangkan jika penimbunan tanah dilakukan pada
saat cuaca tidak menentu membuat pekerjaan dalam proyek harus dipercepat
dalam melakukan Leveling tanah timbunan dan pengecoran. Cuaca yang baik
untuk pengecoran adalah pada saat cuaca cerah tidak hujan dan tidak panas sekali.
Sebenarnya proses penimbunan tanah baik dilakukan untuk memperkuat struktur
jalan, tetapi di lokasi proyek tersebut para warga menolak adanya proses
penimbunan tanah yang longsor sebagian, karena itu pekerjaan drainase dan
Tembok Penahan Tanah (TPT) mulai dipercepat untuk dikerjakan.

112
Gambar 6.3 Tanah Timbunan Longsor (erosi)
Sumber : Dokumentasi Pribadi

6.1.3 Permasalahan Keterlambatan Material


Keterlambatan kedatangan material/bahan di proyek tersebut termasuk
permasalahan yang sering terjadi. Faktor penyebab keterlambatan material antara
lain kemacetan yang sering terjadi di kota Serang dan lokasi proyek tersebut
cukup sering terjadi kemacetan karena ruas jalan yang ada di depannya cukup
sempit. Material/bahan yang sering terlambat adalah beton ready-mix, sehingga
truck mixer tidak dapat datang dengan tepat, dan proses pengecoran tidak dapat
continue karena antara truck mixer yang satu dengan yang lainnya datang dengan
selisih waktu yang cukup lama, sehingga akan mempengaruhi kualitas dari beton
tersebut.

6.1.4 Permasalahan Tenaga Kerja


Tenaga kerja merupakan unsur penting dalam pelaksanaan suatu proyek,
karena pengaruhnya cukup besar terhadap biaya dan waktu penyelesaian suatu
pekerjaan. Tanpa adanya pekerja maka sebuah proyek pembangunan tidak dapat
berjalan. Akan tetapi dalam setiap proyek pembangunan tidak selalu sesuai
rencana, terkadang ada hal-hal yang dapat menghambat dalam proses

113
pelaksanaan. Seperti jumlah tenaga kerja, terkadang permasalahan dalam hal
jumlah tenaga kerja juga dapat menjadi hambatan dalam pekerjaan. Apabila hanya
sedikit tenaga kerja atau bahkan tidak ada pekerja yang bekerja maka proyek
pembangunan akan terhambat.
Pada proyek tahap 2 ini jumlah tenaga kerja hanya sedikit, sehingga pada
saat pelaksanaan ada keterlambatan. Contohnya pada saat pekerjaan tanah
timbunan yang dapat diselesaikan dalam 2 hari tetapi karena kurangnya tenaga
kerja maka pekerjaan tanah timbunan didapatkan 4 hari.

6.1.5 Permasalahan Koordinasi


Permasalahan koordinasi pada umumnya sering terjadi di setiap proyek
pembangunan karena adanya perbedaan pendapat. Tetapi koordinasi pada intinya
harus selalu dilakukan dengan sebaik-baiknya antara sesama pihak terkait di
dalamnya demi kelancaran proyek. Pada proyek ini, penulis sering melihat adanya
perbedaan pendapat antar supervisor yang satu dengan yang lainnya, sehingga
menimbulkan miss komunikasi dan koordinasi antar tenaga kerjanya menjadi
terganggu dan tidak ada keselarasan dalam menjalankan tanggung jawabnya di
lapangan.

6.1.6 Permasalahan Gangguan Lingkungan


Permasalahan antara proyek dengan masyarakat sekitar sudah sering
terjadi, dikarenakan menurut masyarakat sekitar adanya pembangunan di sekitar
pemukiman mereka menimbulkan kebisingan yang cukup mengganggu. Dimana
pelaksanaan proyek ini terpaksan harus mengalah demi kenyamanan masyarakat
sekitar, seperti tidak adanya pekerjaan yang dilakukan pada malam hari. Karena
dulu pada saat awal pembangunan, pernah melakukan pengecoran pada malam
hari dan truck mixer dihadang oleh masyarakat sekitar sehingga tidak dapat masuk
ke lokasi proyek.

114
BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang diperoleh penulis selama melaksanakan
Kuliah Kerja Praktek di proyek pembangunan jalan banten lama - tonjong, penulis
mendapatkan ilmu praktek yang bermanfaat dalam hal di lapangan serta dapat
membandingkan teori yang didapat di perkuliahan dengan kondisi kenyataan di
lapangan. Selama mengikuti proses pekerjaan pada proyek ini, penulis juga
mendapatkan tambahan masukan mengenai cara kerja di lapangan, pengalaman
para tenaga ahli dan pengetahuan yang baru, terutama dalam hal - hal/kendala -
kendala yang berpotensi muncul di lapangan maupun mengenai manajemen
proyeknya.
Kesimpulan yang dapat diambil adalah :
1. Proyek pembangunan jalan banten lama - tonjong ini dibangun untuk
meningkatkan fasilitas pelayanan akses berupa jalan baru yang mempercepat
ke arah tonjong, sehingga diharapkan dapat memudahkan akses dan
menjamin keselamatan dalam berkendara untuk masyarakat khususnya di
banten lama.
2. Tahapan pelaksanaan pekerjaan proyek ini meliputi pelelangan, pekerjaan
persiapan, pekerjaan tanah, pekerjaan struktur, pekerjaan jembatan dan
pekerjaan finishing.
3. Keterlambatan material merupakan salah satu permasalahan pada proyek
pembangunan jalan banten lama - tonjong. Keterlambatan material ini
disebabkan kurangnya komunikasi antara pihak kontraktor pelaksana dengan
pihak supplier mengenai keadaan di lokasi proyek.
4. Kurangnya kesadaran pekerja mengenai pentingnya Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3). Sehingga tidak sedikit pekerja yang diberi teguran
oleh bagian pengawas lapangan.

115
1.1 Saran
Dari pengamatan yang telah dilakukan dalam pelaksanaan proyek
pembangunan jalan banten lama - tonjong ini terdapat beberapa permasalahan
yang dapat mengganggu perkerjaan dan kelancaran proyek. Adapun saran - saran
yang mungkin bisa memajukan proyek ini adalah sebagai berikut :
1. Mulai dari kedisiplinan dan ketegasan pengawas (dalam hal ini adalah
supervisor lapangan) harus dibenahi agar dalam pelaksanaan pekerjaan
proyek bisa diawasi dengan baik/intensif untuk terhindar dari penyimpangan
yang menyalahi aturan pada pekerjaan di lapangan.
2. Dibutuhkan perawatan rutin terhadap alat – alat yang digunakan agar
produktivitas alat berfungsi semaksimal mungkin.
3. Hal - hal yang berkaitan dengan Kesalamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
diperlukan perhatian khusus untuk menghindari kecelakaan kerja di lokasi
proyek. Misalnya dengan memberikan punishment yang tegas kepada pekerja
yang melanggar aturan K3 agar para pekerja lebih sadar akan pentingnya
keselamatan pekerjaan.

116
117

Anda mungkin juga menyukai