Cerpen

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 2

Menyesal Dua Kali

Pada tanggal 30 Mei 2019 seorang pemuda pengangguran bernama Aria yang berumur 21
tahun akhirnya terterima kerja di suatu perusahaan game yang sedang melakukan proyeknya,
perusahaan itu bernama Platinum. Aria bekerja di bagian narasi karena di bagian itu kurang
anggota. Bagian narasi dipimpin ketua perempuan yang bernama Hina,umurnya sama dengan
umur Aria,tapi Hina sudah lebih sukses dari Aria,hal itu membuat Aria tidak percaya diri dengan
kemampuannya. Tapi tidak dia sangka,dia selalu di andalkan oleh Hina dan rekan kerjanya.
Namun saat hasil rapat yang diwakili oleh setiap ketua tim keluar,semua terkejut dengan
hasilnya karena proyeknya di batalkan. Hal itu membuat semua karyawan kecewa termasuk
Aria,dan ia merasa bersalah karena merasa kemampuannya masih tidak cukup untuk membantu
perusahaan itu dalam menjalankan proyeknya. Aria pulang dengan penuh kecewa. Ia menyesal
karena dulu dia tidak lanjut ke kuliah karena merasa tidak percaya diri dengan jurusan yang ia
pilih. Saat Aria sampai di rumah ia langsung tidur di kasurnya. “Kak, ayo bangun kak, kamu
sudah terlambat ini.” Ujar adik Aria sambil membangunkan kakaknya. “Terlambat apasih.”
Tanya Aria. “Ya sekolah.” Sahut adiknya. Aria pun langsung melihat kalender.
Aria kebingungan karena saat ia melihat kalender ia berada di tahun 2015 dimana saat itu ia
masih kelas 3 SMA. Tentu saja Aria merasa itu adalah sebuah mimpi,namun ke esokannya ia
bangun tidur,ia masih berada di tahun yang sama. Aria pun merasa bahwa ini benar-benar
merupakan kenyataan. Aria memanfaatkan keadaannya itu untuk memperbaiki kesalahannya
dulu yang ia perbuat saat ingin lulus SMA.
Saat SMA Aria memilih jurusan sastra. Aria mempunyai teman dekat yang bernama Liam. Ia
merupakan teman kebanggan Aria karena Liam memiliki kemampuan untuk menulis naskah
yang bagus. Sedangkan Aria merasa tidak percaya diri dengan kemampuan menulis naskahnya.
Liam juga sangat pintar,dia merupakan slah satu murid terpintar di kelasnya. Tapi Liam berasal
dari keluarga kurang mampu,jadi dia memutuskan untuk sekolah sambil bekerja
Tanggal 22 November,kelas Aria mendapat tugas dari gurunya untuk membuat video yang
berjudul ‘umur’. Video itu harus berdurasi minimal 2 menit dan harus terdiri dari 4 orang yaitu 2
laki-laki dan 2 perempuan dan video itu harus dikumpul dalam 3 hari. Untuk laki-laki Aria tentu
saja meminta Liam untuk bergabung dengannya. Sedangkan untuk perempuan Aria dan Liam
memutuskan unntuk mengajak Tiva dan Lana. Tiva memiliki bakat untuk menggambar dan
Lana memiliki kemampuan acting yang bagus.
Keesokan harinya Aria,Liam,Tiva, dan Lana berkumpul untuk mengerjakan tugasnya. Mereka
memutuskan membuat video tentang seorang ibu rumah tangga yang menunggu suaminya dari
pulang kerjanya. Liam yang bertugas untuk membawa kameranya,tapi dia salah membawa jenis
kameranya. Dia membawa kamera foto sedangkan kamera yang di butuhkan adalah kamera
rekam. “Aagh...kenapa aku bisa salah membawa kamera.” Ujar Liam sambil menggaruk kepala.
“Tidak apa apa Liam…kesalahan itu wajar bagi manusia.” Sahut Aria. “Yasudah, mau
bagaimana lagi, kita lebih baik menyerah karena kita tidak bisa berbuat apa apa lagi.” Ujar Liam
yang murung. “Aku tidak akan mudah menyerah,karena mudah menyerah itulah yang
membuatku melakukan kesalahan besar sehingga aku menyesal.” Jawab Aria dalam hatinya.
Karena sebelumnya dia menyerah untuk membuat videonya. Sehingga Aria,Liam,Tiva, dan
Lana tidak mendapatkan nilai. “Tenang saja, aku punya ide.” Kata Aria. “Ide apa?.” Sahut Liam.
“Kita bisa memoto gerakan-gerakan dari Lana yang ber acting sebagai ibu rumah tangga,lalu
mengumpulkannya menjadi satu sehingga akan tampak seperti video.” Jawab Aria. “Yasudah,
ayo kita coba saja idemu itu. Tapi biarkan aku untuk membuat naskahnya dulu.” Ujar Liam.
Saat Aria,Tiva, dan Lana menunggu naskah dari Liam. Mereka memikirkan ide bagaimana cara
untuk memoto adegannya satu-satu. Setelah naskah dari Liam selesai,mereka mulai
mengerjakannya hingga selesai. Untungnya saat potongan foto-foto itu dikumpulkan menjadi
satu,akan menjadi video. Keesokan harinya,video mereka di tayangkan di kelas. Video mereka
menjadi yang peringkat kedua dari seluruh kelas jurusan sastra. Mereka menduduki peringkat
dua karena konsep cerita mereka bagus dan cara membuatnya kreatif. Namun,tetap saja yang di
minta adalah video bukan kumpulan potongan-potongan foto menjadi satu seperti video. Dan
video yang berperingkat pertama yang di umumkan oleh gurunya adalah video buatan anak
teladan di sekolah itu yaitu Hina. “Hahhh…itukan ketua tim perusahaan game Platinum yang
dulu aku bekerja disana.” Dalam hati Aria yang terkejut. Liam pun meminta maaf kembali
karena dirinya salah membawa kamera yang membuat mereka hanya mendapatkan peringkat
kedua. Namun,Aria,Tiva, dan Lana memaafkan perbuatan dari Liam dan mereka bersyukur
karena mendapatkan peringkat kedua.
Tanggal 15 Januari 2016. Liam sudah tidak masuk sekolah 1 minggu lebih dan itu membuat
teman-temannya bingung. “Kok Liam belakangan ini sering gak masuk ya?.” Tanya Lana. “Iya
ya kenapa sih Liam?.” Sahut Tiva. “Liam lagi kerja sampingan buat cari duit untuk membiayai
kuliahnya sendiri, soalnya dia dari keluarga kurang mampu.” Jawab Aria. “Kasian banget dia,
gimana kalo kita bantu dia?.” Kata Lana. “Gimana kalo kita ngebuat game? Penghasilannya
cukup lo buat biaya Liam kuliah.” Sahut Aria. “Boleh, aku setuju sih dengan idemu.” Kata Lana.
“Yaudah, aku juga setuju, nanti kita ajak Liam.”
Keesokan harinya mereka mengajak Liam untuk membuat game. Liam pun setuju dengan
rencana teman-temannya yang berusaha untuk membantunya. Mereka pun membagi tugasnya
masing-masing. Tiva tugasnya adalah membuat karakter dalam game. Dan tugas Lana adalah
untuk mengisi suara dan music dalam game karena Lana selain bisa acting dia juga jago
menyanyi. Tugas Liam tentu saja sebagai penulis cetita gamenya. Sedangkan tugas Aria sebagai
pemimpin yang mengatur semuanya untuk mengerjakan tugasnya. Liam,Tiva, dan Lana pun
mengerjakan tugasnya sebelum deadline mereka yaitu tanggal 1 Februari.
Mereka pun berhasil mengejar deadline tapi hal tak terduga terjadi. Liam tidak akan
melanjutkan kuliahnya, karena dia akan fokus untuk bekerja saja. Hal itu membuat semua
terkejut,terutama Aria. Dia merasa gagal membuat Liam kuliah. Aria pun merasa bersalah
kecewa dengan dirinya sendiri.

Anda mungkin juga menyukai