Anda di halaman 1dari 4

Nama : Ryan aditya putra umagap

Nim : P07120122036
Tingkat : 2A Keperawatan
Tugas : KMB II

PEMERIKSAAN KESADARAN SECARA KUALITATIF DAN


KUANTITATIF (GCS)

Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon seseorang terhadap
Rangsangan dari lingkungan, tingkat kesadarankesadaran dibedakan menjadi:
1. Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya,
dapat menjawab Semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya..
2. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan
sekitarnya, Sikapnya acuh tak acuh.
3. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak,
berteriakteriak,berhalusinasi, kadang berhayal.
4. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor
yang Lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang
(mudah Dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban
verbal.
5. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon
terhadap Nyeri.
6. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap
rangsangan Apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah,
mungkin juga tidak ada respon Pupil terhadap cahaya).
Perubahan tingkat kesadaran dapat diakibatkan dari berbagai faktor, termasuk
perubahan Dalam lingkungan kimia otak seperti keracunan, kekurangan oksigen karena
berkurangnya Aliran darah ke otak, dan tekanan berlebihan di dalam rongga tulang
kepala.Adanya defisit Tingkat kesadaran memberi kesan adanya hemiparese serebral
atau sistem aktivitas reticular Mengalami injuri. Penurunan tingkat kesadaran
berhubungan dengan peningkatan angka Morbiditas (kecacatan) dan mortalitas
(kematian). Jadi sangat penting dalam mengukur status Neurologikal dan medis pasien.
Tingkat kesadaran ini
bisa dijadikan salah satu bagian dari vital Sign.
Penyebab Penurunan Kesadaran
Penurunan tingkat kesadaran mengindikasikan difisit fungsi otak. Tingkat kesadaran
dapat Menurun ketika otak mengalami kekurangan oksigen (hipoksia); kekurangan aliran
darah (seperti pada keadaan syok); penyakit metabolic seperti diabetes mellitus (koma
ketoasidosis) : pada keadaan hipo atau hipernatremia; dehidrasi, asidosis, alkalosis;
pengaruh obat-obatan, Alkohol, keracunan: hipertermia, hipotermia, peningkatan
tekanan intrakranial (karena Perdarahan, stroke, tomor otak); infeksi (encephalitis);
epilepsi.
Mengukur Tingkat Kesadaran
Salah satu cara untuk mengukur tingkat kesadaran dengan hasil seobjektif
mungkin adalah Menggunakan GCS (Glasgow Coma Scale), GCS dipakai untuk
menentukan derajat cidera Kepala. Reflek membuka mata, respon verbal, dan motorik
diukur dan hasil pengukuran Dijumlahkan jika kurang dari 13, makan dikatakan
seseorang mengalami cidera kepala, yang Menunjukan adanya penurunan kesadaran.
Metode lain adalah menggunakan sistem AVPU, dimana pasien diperiksa apakah
sadar Baik (alert), berespon dengan kata-kata (verbal), hanya berespon jika dirangsang
nyeri (pain), Atau pasien tidak sadar sehingga tidak berespon baik verbal maupun
diberi rangsang nyeri (unresponsive). Ada metoda lain yang lebih sederhana dan lebih
mudah dari GCS dengan hasil Yang kurang lebih sama akuratnya, yaitu skala ACDU,
pasien diperiksa kesadarannya apakah Baik (alertness), bingung / kacau (confusion),
mudah tertidur (drowsiness), dan tidak ada Respon (unresponsiveness).
Pemeriksaan GCS
GCS (Glasgow Coma Scale) yaitu skala yang digunakan untuk menilai tingkat
kesadaran Pasien, (apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak) dengan menilai
respon pasien terhadap Rangsangan yang diberikan. Respon pasien yang perlu
diperhatikan mencakup 3 hal yaitu reaksi Membuka mata, bicara dan motorik. Hasil
pemeriksaan dinyatakan dalam derajat (score) Dengan rentang angka 1-6 tergantung
responnya.

Eye (respon membuka mata):


(4): spontan. (3); dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata).
(2): dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya menekan kuku
jari) (1): tidak ada respon

Verbal (respon verbal):


(5): orientasi baik. (4): bingung, berbicara mengacau (sering bertanya berulang-
ulang) disorientasi tempat dan Waktu. (3): kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi
kata-kata masih jelas, namun tidak dalam satu Kalimat. Misalnya “aduh..., bapak...”)
(2): suara tanpa arti (mengerang). (1): tidak ada respon Motor (respon motorik):
(6): mengikuti perintah. (5): melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus
saat diberi rangsang nyeri)
(4): withdraws (menghindar / menarik extremitas atau tubuh menjauhi stimulus saat
diberi Rangsang nyeri). (3): flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku
diatas dada & kaki extensi saat Diberi rangsang nyeri). (2): extensi abnormal (tangan
satu atau keduanya extensi di sisi tubuh, dengan jari mengepal & kaki extensi saat
diberi rangsang nyeri).
(1): tidak ada respon.
Motor (respon motorik);
(6): mengikuti perintah. (5): melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus Saat
diberi rangsang nyeri). (4): withdraws (menghindar / menarik extremitas atau tubuh
Menjauhi stimulus saat diberi rangsang nyeri). (3): flexi abnormal (tangan satu atau
Keduanya posisi kaku diatas dada & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri). (2):
extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh, dengan jari Mengepal
& kaki extensi saat diberi rangsang nyeri). (1): tidak ada respon.

Hasil pemeriksaan tingkat kesadaran berdasarkan GCS disajikan dalam simbol


E.V.M. selanutnya nilai-nilai dijumlahkan. Nilai GCS yang tertinggi adalah 15 yaitu
E4V5M6 dan terendah adalah 3 yaitu EIVIMI. Jika dihubungkan dengan kasus trauma
kapitis Maka didapatkan hasil:
GCS: 14-15-CKR (cidera kepala ringan)
GCS:9-13CKS (cidera kepala sedang)
GCS:3-8-CKB (cidera kepala berat)

Tingkat Kesadaran Kualitatif & Kuantitatif (GCS) Klien

Tingkat kesadaran klien adalah pengukuran dari kesadaran dan respon klien
terhadap Rangsangan dari lingkungan eksternal. Pengukuran tingkat kesadaran terbagi
atas 2 macam, Pengukuran tingkat kesadaran kualitatif dan kuantitatif yang menggunakan
Glasgow Coma Scale.

1. Tingkat Kesadaran Kualitatif:

a. COMPOS MENTIS
Yaitu sadar sepenuhnya, baik terhadap dirinya maupun terhadap
lingkungannya, Klien dapat menjawab pertanyaan pemeriksa dengan
baik.
b. APATIS
Keadaan di mana klien tampak segan dan acuk tak acuh
terhadap lingkungannya.
c. DELIRIUM
Yaitu penurunan kesadaran disertai kekacauan motorik dan siklus tidur
bangun yang Terganggu. Klien tampak gaduh gelisah, kacau, disorientasi
dan meronta-ronta.
d. SOMNOLEN (Letergia, Obtundasi, Hipersomnia)
Yaitu keadaan mengantuk yang masih dapat pulih bila dirangsang, tetapi
bila Rangsang berhenti, klien akan tertidur kembali.
e. SOPOR (Stupor)
Keadaan mengantuk yang dalam, Klien masih dapat dibangunkan dengan
rangsang Yang kuat, misalnya rangsang nyeri, tetapi klien tidak
terbangun sempuma dan tidak Dapat memberikan jawaban verbal yang
baik.
f. SEMI-KOMA (koma ringan)
Yaitu penurunan kesadaran yang tidak memberikan respons terhadap
rangsang Verbal, dan tidak dapat dibangunkan sama sekali, tetapi
refleks (kornea, pupil) masih Baik. Respons terhadap rangsang nyeri
tidak adekuat.
g. KOMA
Yaitu penurunan kesadaran yang sangat dalam, tidak ada
gerakan spontan dan tidak Ada respons terhadap rangsang nyeri.

2. Tingkat Kesadaran Kualitatif (Glasgow Coma Scale):

GCS (Glasgow Coma Scale) adalah skala yang digunakan untuk


menilai tingkat Kesadaran secara kuantitatif pada klien dengan menilai
respon pasien terhadap rangsangan Yang diberikan.

Respon pasien yang perlu diperhatikan mencakup 3 hal yaitu reaksi


membuka mata, Bicara dan motorik. Hasil pemeriksaan dinyatakan
dalam derajat (skor).

Anda mungkin juga menyukai