Anda di halaman 1dari 13

Herika Nur Setyo Rini/210210204056

ANALISIS KEGAGALAN PAGELARAN SENDRATASIK


UNIT KEGIATAN MAHASISWA KESENIAN SEMBUR
YANG BERJUDUL “DHISA”
Herika Nur Setyo Rini
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Universitas Jember
E-mail: 210210204056@mail.unej.ac.id

ABSTRAK
UKM Kesenian SEMBUR merupakan wadah bagi mahasiswa FKIP Universitas Jember
mengekspresikan diri melalui seni di bidang musik, rupa, dan tari yang diwujudkan dengan adanya
pagelaran. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui manajemen produksi pagelaran dan faktor
pengaruh kegagalan pagelaran seni UKM Kesenian Sembur. Pendekatan dalam penelitian ini yaitu
deskriptif kualitatif dengan metode pengumpulan data meliputiobservasi, wawancara, serta
dokumentasi. Keabsahan data akan diuji menggunakan metode triangulasi sumber. Dari hasil
penelitian, dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen produksi yang dilakukan terbagi ke dalam
dua bagian, yaitu manajemen artistik dan non-artistik yang mana keduanya memiliki peran besar
dalam kelangsungan pagelaran. Namun penyebab kegagalan utama selain manajemen produksi
ialah faktor eksternal yang bersumber dari organisasi serupa yang bergerak pada bidang teater.Perlu
adanya analisa lebih lagi mengenai konsep yang akan dibawakan serta komunikasi yang
ditingkatkan dalam pagelaran setiap sehingga dapat meminimalisir perseteruan antar organisasi
seni..
Kata kunci: kata kunci 1, kata kunci 2, kata kunci 3, kata kunci 4

PENDAHULUAN
Kegiatan mengelola serta mengatur segala kebutuhan ialah kegiatan
keseharian setiap individu yang akan terus berulang, agar segala sesuatu
terlaksana secara baik serta teratur. kegiatan pengelolaan dan mengatur inilah yg
seringkali kita sebut menjadi kegiatan menajemen. semua aktivitas insan baik
secara pribadi juga tidak pribadi mempunyai kaitan menggunakan aktivitas
manajemen. Manajemen dibutuhkan insan dengan tujuan buat melengkapi
seluruh kebutuhan hidupnya agar lebih terstruktur. Demikian juga halnya sebuah
gerombolan seni pertunjukan. buat mempertahankan eksistensinya, gerombolan
seni pertunjukan umumnya mempunyai program kerja menggunakan
menerapkan sistem manejemen eksklusif.
Manajemen produksi berfungsi mempersiapkan segala sesuatu kebutuhan
yang saling terkait dengan suatu pementasan atau pertunjukan, dipimpin oleh
pimpinan produksi yang akan dibantu oleh bagian seperti marketing,
sponsorship, house manager, dan stage manager. Penanggung jawab manajemen
artistik ialah pengarah adegan, yg mengendalikan pemain, penata cahaya, penata
anjung, penata musik, penata gerak, wardrobe dan makeup. (Jazuly 2014,36).
Manajemen tidak hanya diterapkan dalam organisasi seni itu sendiri namun juga
Herika Nur Setyo Rini/210210204056

dipergunakan dengan tujuan menarik sponsor serta penonton. Sadar akan


besarnya imbas sponsor dan respon penonton menjadi bagian krusial dari
pertunjukan sebab sebuah karya dapat diukur tingkat keberhasilannya melalui
apresisasi penonton serta bentuk kerjasama dengan sponsor.
Unit kegiatan mahasiswa kesenian(ukmk) sembur adalah organisasi
mahasiswa seni yang berasal dari prodi pendidikan guru sekolah dasar, fakultas
keguruan dan ilmu pendidikan universitas jember Kabupaten jember, Provinsi
jawa timur, berdiri sejak tahun 2018. Dalam berproses ukmk sembur selalu
mencari cara atau metode untuk produktif dalam memproduksi karya dengan
memanfaatkan kearifan lokal, untuk memudahkan kegiatan tersebut penerapan
menejemen pada setiap proses pengembangan karya membuat ukmk sembur
bertahan dan eksis sampai sekarang. Salah satu pengaplikasian seni yang
dilakukan secara rutin setiap tahunnya melalui kegiatan pagelaran.
Memproduksi karya pertunjukan utamanya pagelaran sendratasik tentu
tidaklah mudah, beberapa cara membutuhkan cara agar pengelolaan pertunjukan
dapat berjalan dengan lancar, maka dari itu menerapkan menajemen seni
pertunjukan sebaik mungkin untuk menghasilkan karya yang berkualitas, hal ini
bertujuan agar mengurangi resiko kegegalan pertunjukan, menghemat biaya dan
mengefisienkan waktu. Seluruh sumber daya manusia yang yang dimiliki oleh
ukmk sembur dibagi dalam setiap divisi dan diketuai oleh individu lebih
berpengalaman dibidangnya dan mengayomi anggota yang lebih muda.
Pagelaran sendratasik yang berjudul dhisa diangkat dari cerita rakyat desa
blimbing kabupaten bondowoso. Cerita rakyat tersebut mengisahkan tentang
perjalanan terbentuknya desa blimbing dengan pengaruh budaya yang dibawa
oleh seorang patih dari kerajaan blambangan yang biasa disebut Juk Seng. Sesuai
dengan judul, pertunjukan ini ditampilkan dengan menyatukan penampilan seni
drama, musik, tari, dan rupa.
Berdasarkan pemaparan latar belakang yang telah dijelaskan, peneliti
memiliki tujuan melakukan penelitian ini untuk mengetahui dan menjelaskan
bagaimana bentuk kegagalan Manajemen produksi pada pagelaran sendratasik
dhisa Unit kegiatan mahasiswa kesenian(ukmk) sembur yang berasal dari prodi
pendidikan guru sekolah dasar, fakultas keguruan dan ilmu pendidikan
universitas jember Kabupaten jember, Provinsi jawa timur.
Beberapa kajian pustaka terkait dengan penelitian ini yaitu
1. Seni Pertunjukan
Seni pertunjukan ialah aktualisasi diri perasaan insan yg diungkapkan
melalui aneka macam media, diantaranya melalui gerak, lagu atau acting, suara
atau bunyi, sudah menyandang berbagai macam fungsi (Hadi 45, 2012). Seni
pertunjukan bisa pula didefensisikan sebagai seni persembahan dan pertunjukan
budaya dalam bahasa Indonesia, sedangkan performing art atau cultural
Herika Nur Setyo Rini/210210204056

performance pada bahasa Inggris. Secara garis besar bergagai macam


pelembagaan fungsi seni pertunjukan menurut Y. Sumandiyo Hadi mencakup
anatara lain:
• Sebagai sebagai suatu alat peyembuhan atau terapi.
• Sebagai suatu bentuk ritual yang berkaitan dengan percayaan atau religi;
• Dapat difungsikan sebagai ekspresi artistik-estetis itu sendiri (Hadi
45,2012).
• Sebagai suatu alat pendidikan.
• Sebagai suatu hiburan maupun penguat pergaulan sosial.

2. Manajemen
Sebagian pendepat berkata kata manajemen berasal dari Inggris, tetapi bagi
Fawarti Gendra Nu dalam bukunya yang bertajuk “Tata Kelola Festival Seni
Pertunjukan” menjabarkan kata manajemen yang berasal dari bahasa Perancis
kuno yaitu ménagement, yang mempunyai makna seni melaksanaan serta
mengendalikan, kata manajemen bisa jadi pula berasal dari Italia managgiare
yang berarti mengatur, sedangkan dari bahasa latin yaitu manus yang berarti
tangan. Bahasa perancis kemudian mengadopsi kata ini dari bahasa Inggris
menjadi management, yang mempunyai makna seni melakukan serta
mengendalikan ( Nata Utami 4, 2018). Manajemen merupakan perancanaan,
pengorganisasian, pengarahan, serta pengendalian aktivitas anggota organisasi
dalam upaya menggapai upaya tujuan dengan menggunaan sumber energi yang
terdapat.( Nata Utami 3, 2018).

3. Fungsi Manajemen
Menurut George R Terry tahun 1960 (dalam Jazuly 2014,12) merumuskan
fungsi dasar manajemen yang meliputi yaitu: Perancanaan (planning),
Pengorganisasian (organizing), penggerakan (actuanting), dan Pengawasan atau
evaluasi (controling). Sehingga fingsi manajemen menjadi bagian terpenting
dalam menyukseskan pertunjukan atau pementasan dengan baik.

4. Manajemen Seni Pertunjukan.


Manajemen seni pertunjukan dipecah jadi 2 bagian manajemen artistik,
serta manajemen non artistik. Penanggung jawab manajemen Artistik merupakan
sutradara, yang mengatur pemain, penata sinar, penata panggung, penata musik,
penata gerak, wardrob serta makeup. Manajemen non artistik hendak
mempersiapkan seluruh suatu kebutuhan yang berhubungan dengan pertunjukan,
dipandu oleh pimpinan penciptaan yang hendak dibantu oleh bagian semacam
marketing, sponsorship, house manager, serta stage manager.( Jazuly 2014, 36)
Herika Nur Setyo Rini/210210204056

Keberadaan suatu pagelaran berkaitan erat dengan kehidupan seni


pertunjukan serta organisasi kesenian yang mengaitkan kerja komunal.
Pertumbuhan serta kelangsungan hidup organisasi kesenian sangat tergantung
pada keadaan area warga selaku pendukung utamanya, sehingga tiap pergantian
dalam area warga bawa pengaruh pula terhadap keberadaan komunitas. Kala
pergantian jadi konsekuensi sesuatu “masa”, hingga sepatutnya pergantian
tersebut bisa dijadikan suatu kebermanfaatan yang dihasilkan umat manusia
dalam warga. Tetapi pergantian yang terjalin malah kerap tidak- dapat bersinergi
dengan kehidupan seni pertunjukan ataupun organisasi kesenian, sehingga
bermacam pergelaran saat ini sudah hadapi pergantian wujud kala wajib
merambah serta bersentuhan terhadap seni popular.
kegiatan pagelaran sendratasik diselenggarakan oleh organisasi mahasiswa
dapat menjadi ajang Pendidikan dan Pengembangan Kreativitas Mahasiswa,
Pengenalan Seni dan Budaya, Pemberdayaan dan Pengembangan Bakat
Mahasiswa, Peningkatan Solidaritas dan Kebersamaan, serta pengkomunikasian
Isu atau Pesan Tertentu.

5. Faktor kegagalan Manajemen Seni Pertunjukan.


Terdapat banyak sekali faktor penyebab yang dapat menjadi alas an
terjadinya kegagalan dalam menejemen seni pertunjukan. Menurut Judith Balfe,
seorang penulis buku tentang manajemen seni pertunjukan, menekankan
pentingnya pengelolaan risiko. Menurutnya, kegagalan dapat disebabkan oleh
ketidakmampuan mengidentifikasi, menilai, dan mengelola risiko yang terkait
dengan produksi seni pertunjukan. Secara umum seni pertunjukan memiliki
tantangan dan kompleksitas tersendiri dalam prosesnya, berikut beberapa faktor
penyebab kegagalan manajemen seni pertunjukan:
A. Kurangnya Perencanaan yang Matang
Kegagalan perencanaan yang baik dapat menyebabkan berbagai
masalah, termasuk penundaan, kekurangan anggaran, dan
ketidakpastian dalam pelaksanaan pertunjukan. Rencana yang matang
melibatkan perhitungan yang akurat mengenai anggaran, waktu,
sumber daya manusia, dan logistik.

B. Anggaran yang Tidak Memadai atau Tidak Efisien


Ketidakcukupan anggaran atau penggunaan anggaran yang tidak
efisien dapat mengakibatkan keterbatasan sumber daya untuk produksi
seni pertunjukan. Kurangnya dana dapat membatasi kualitas produksi
dan menghambat kemampuan untuk menarik bakat dan penonton.

C. Ketidakmampuan Mengatasi Tantangan Teknis:


Herika Nur Setyo Rini/210210204056

Tantangan teknis, seperti masalah teknis panggung, peralatan


yang rusak, atau kurangnya pemahaman terhadap teknologi, dapat
menyebabkan kegagalan dalam penyelenggaraan pertunjukan.
Keterampilan teknis yang kurang dari staf produksi atau manajer
dapat mengakibatkan ketidakmampuan menangani masalah teknis
yang muncul.

D. Komunikasi yang Tidak Efektif:


Kurangnya komunikasi yang efektif antara berbagai pihak
terlibat dalam produksi, termasuk produser, sutradara, desainer, dan
pemeran, dapat menyebabkan kesalahpahaman dan ketidaksepakatan.
Kesalahan komunikasi dapat berdampak pada pelaksanaan
pertunjukan dan kualitas hasil akhir.

E. Manajemen Bakat yang Tidak Tepat:


Kegagalan dalam merekrut, mengelola, dan memotivasi bakat,
seperti aktor, musisi, dan penari, dapat memengaruhi kualitas
pertunjukan. Konflik antar anggota tim atau masalah terkait
manajemen bakat dapat merusak atmosfer produksi.

F. Tidak Memahami Audiens dan Pasar:


Kurangnya pemahaman terhadap selera dan preferensi audiens
dapat menyebabkan kurangnya daya tarik pertunjukan. Gagal
memasarkan pertunjukan dengan baik juga dapat menyebabkan
rendahnya minat penonton.

G. Tidak Mampu Mengatasi Perubahan Mendadak:


Pertunjukan seni seringkali melibatkan perubahan mendadak
atau situasi tak terduga. Kegagalan dalam mengatasi perubahan ini
dengan cepat dan efektif dapat memengaruhi jalannya pertunjukan.

H. Ketidakmampuan Mengelola Risiko dengan Baik:


Tidak adanya identifikasi dan manajemen risiko yang tepat
dapat menyebabkan masalah yang tidak terduga dan dapat merugikan
produksi seni pertunjukan.

Mengelola seni pertunjukan membutuhkan perhatian khusus terhadap


detail, perencanaan yang matang, dan kemampuan untuk mengatasi tantangan
yang muncul selama proses produksi. Kegagalan dalam beberapa aspek tersebut
dapat berkontribusi pada kegagalan keseluruhan produksi seni pertunjukan.
Herika Nur Setyo Rini/210210204056

METODE (Font Times New Roman; Size 14 - Bold)

Pada penelitian Manajemen Produksi Seni Pertunjukan Sendratasik Pada UKM


Kesenian Sembur menggunakan pendekatan dekriptif kualitatif. Penelitian ini
dilaksanakan pada satu tempat, yaitu di lingkungan kampus universitas jember
dimana tempat ini merupakan tempat produksi sekaligus pementasan. Wawancara
dilakukan terhadap beberapa anggota tetap UKM Kesenian Sembur selaku pelaku
yang terlibat langsung dalam proses pertunjukan.

Metode pengumpulan informasi yang digunakan dalam riset ini ialah atara lain;
metode observasi( pengamatan secara langsung), wawancara, serta yang terkahir
merupakan riset dokumentasi. Sehabis informasi terkumpul berikutnya
mempraktikkan metode keabsahan informasi setelah itu diuji kreadibilitasnya
dengan menggunaan metode triangulasi sumber.

Keberadaan pertunjukan ludruk Irama Budaya ialah fenomena sosial yang terjalin
dalam kehidupan komunitas seni pertunjukan. Pertunjukan merupakan aktivitas
komunikasi selaku muara kekaryaan komunitas kesenian, sehingga buat menguasai
bermacam fenomena digunakan pendekatan manajemen penciptaan pergelaran
selaku sistem pengelolaan dalam pementasan. Buat mendalami manajemen dibalik
aktivitas menciptakan kekaryaan tersebut, riset difokuskan lewat peranan
kepemimpinan dalam komunitas seni pertunjukan.

Dalam memperoleh data lapangan, penelitian menggunakan:


1) observasi untuk mengamati beberapa partisipan maupun memahami fenomena
yang berhubungan secara langsung maupun tidak langsung terhadap pertunjukan,
serta memiliki hubungan dengan objek maupun subjek penelitian.
2) wawancara terhadap informan untuk me-ngumpulkan data yang merujuk fokus
atau rumusan penelitian
3) Studi kepustakaan dan dokomen untuk mendapatkan data-data referensi yang
berhubungan kehidupan kelompok ludruk Irama Budaya ketika awal-mula
didirikan.

Menurut Emzir tahun 2012, tugas analisis menafsirkan serta membuat arti materi-
materi yang sudah dikumpulkan bisa timbul selaku tugas monumental kala seorang
buat awal kalinya ikut serta dalam proyek riset. Untuk penemuan hasil riset tentang
penyebab kegagalan pementasan, aktivitas yang dicoba merupakan
mengklasifikasikan sampai berikan arti terhadap hasil pengamatan, wawancara,
pencatatan, serta perekaman yang sudah diperoleh dari pengumpulan informasi
Herika Nur Setyo Rini/210210204056

bermacam data tentang fenomena- fenomena yang terjalin selaku objek riset.

Menurut Lincoln dan Guba, sedikitnya terdapat empat standar atau kriteria utama
untuk menjamin keabsahan data hasil penelitian kualitatif, yaitu:
a) standar kredibilitas,
b) standar transferabilitas,
c) standar dependabilitas, dan
d) standar konfirmabilitas

Dalam penelitian ini, keabsahan data difokuskan pada standar kredibilitas. Dengan
kata lain, hal ini bertujuan untuk menghasilkan data hasil penelitian kualitatif
dengan tingkat kepercayaan tinggi sesuai fakta dilapangan. Informasi yang digali
melalui subjek atau partisipan yang diteliti. Penelitian tentang kegagalan
manajemen produksi sendratasik pagelaran yang berjudul Dhisa, didasari melalui
validasi data melalui triangulasi untuk mengutamakan efektivitas proses dan hasil
yang diinginkan. Triangulasi dilakukan dengan menguji proses dan hasil metode
yang diguna-kan sudah berjalan baik. Proses triangulasi dilakukan terus menerus
sepanjang proses mengumpulkan data maupun analisis data, sampai peneliti merasa
yakin tidak ada lagi perbedaanperbedaan, dan tidak ada yang perlu dikonfirmasikan
kepada para informan yang didapatkan dari dalam maupun luar UKM Kesenian
Sembur

PEMBAHASAN

Profil UKM Kesenian Sembur


Unit kegiatan mahasiswa atau yang biasa disebut UKM merupakan salah
satu wujud dukungan universitas jember kepada para mahasiswa khususnya di
fakultas keguruan dan ilmu pendidikan. UKM Kesenian Sembur merupakan
organisasi mahasiswa yang berdiri dan disahkan oleh kampus sejak tahun 2018.
Sebagai wadah untuk mengekspresikan rasa, rama, dan raga mahasiswa di bidang
kesenian, ukm kesenian sembur terdiri dari tiga divisi yaitu musik, tari, dan rupa.
Hal tersebut jelas terlihat pada logo ukm kesenian sembur yang mengandung
unsur gabungan dari ketiga divisi tersebut.
Setiap tahun, ukm kesenian sembur mengadakan open recruitment bagi
mahasiswa baru di fakultas ilmu keguruan dan pendidikaan yang berminat di
bidang kesenian dan ingin berproses bersama. Sebelum mereka diresmikan
sebagai anggota resmi, mahasiswa baru yang mendaftar akan mendapatkan
Herika Nur Setyo Rini/210210204056

pembekalan melalui diklat ruang maupun diklat lapang. Diklat ruang lebih fokus
kepada teori yang bertujuan untuk memperkenalkan kepada mahasiswa baru
bagaimana Sejarah terbentuknya ukm kesenian sembur, filosofi nama dan logo,
serta siapa saja anggota keluarga ukm kesenian sembur. Sedangkan diklat lapang
merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk lebih mengenal ukm kesenian lain
yang berada di universitas jember.
Ukm kesenian sembur kerap kali mengangkat budaya kearifan lokal yang
sudah jarang diangkat dalam suatu seni pertunjukan. Konsistensi dalam muatan
nilai–nilai hidup yang dituangkan dalam sebuah karya menjadi misi tersendiri oleh
Ukm kesenian sembur. Pementasan Ukm kesenian sembur memiliki makna atau
nilai-nilai yang dapat memberikan manfaat dan memberikan pengetahuan
berdampak pada masyarkat. Sebuah karya tidaklah hanya sebatas gerakan atau
suara tanpa makna dan nilai. Semua harus memiliki pesan yang tentunya
memberikan makna baik untuk penikmat seni.
Kegiatan yang telah diprogramkan diharapkan menjadi daya rangsang bagi
generasi muda untuk berani mengeksplor kekuatan sebuah kearifan lokal dan
mudah mengasah kreativitas.
Dari berbagai program kerja yang ada, pagelaran merupakan kegiatan yang
disakralkan oleh ukm kesenian sembur. Program kerja yang melibatkan seluruh
anggota lama maupun baru ini memiliki makna yang mendalam dalam
pengaplikasiannya. Seluruh divisi baik tari, rupa, maupun musik akan
mengerahkan kemampuannya untuk memberikan persembahan terbaiknya dalam
mewujudkan pagelaran.

Struktur kepengurusan
Menjalankan suatu organisasi tidaklah mudah dan membutuhkan banyak
tenaga dalam prosesnya. Untuk mencapai terwujudnya kegiatan sesuai denga napa
yang diinginkan perlu diadakannya structural kepengurusan dalam suatu
organisasi. Ukm kesenian sembur sendiri, memiliki struktur kepengurusan yang
terdiri dari pengurus inti dan pengurus harian. Pengurus inti terdiri dari ketua
umum, sekertaris, dan bendahara, sedangkan pengurus harian terdiri dari
Herika Nur Setyo Rini/210210204056

koordinator bidang (musik, tari, dan rupa), infokom (informasi dan komunikasi),
hubungan masyarakat (internal dan eksternal), serta perlengkapan. Struktur
kepengurusan yang diterapkan ukm kesenian sembur tergolong sederhana namun
sejauh ini masih dirasa cukup khususnya menurut para anggota. Untuk gambaran
lebih jelasnya, berikut bagan struktur kepengurusan ukm kesenian sembur periode
2023.

Anggota
Herika Nur Setyo Rini/210210204056

Gambar: 1 Bagan Struktur Kepengurusan UKM Kesenian Sembur Periode 2023

Manajemen produksi
Berdasarkan hasil observasi manajemen produksi yang diterpakan ukm kesenian
sembur dalam pagelaran sendratasik berjudul Dhisa sesuai dengan teori yang
dipaparkan oleh M. Jazuly dimana manejemen seni pertunjukan dibagi menjadi dua
bagian manajemen artistik, dan manajemen non artistik, dimana didalamnya telah
terbagi setiap divisi yang dikendalikan oleh sutradara dan pimpinan produksi. Hal
ini dilakukan agar jelasnya pembagian tugas dan alur kerja lebih terarah.
Implementasi fungsi manajemen juga diterapkan untuk menjaga sistem prodoksi
pertunjukan, digunakanlah penerapan fungsi manajemen yang diungkapkan oleh
George R Terry pada buku “Manajemen Seni Pertunjukan Edisi 2” oleh M Jazuly.
Dimana inti dari teori tersebut diutamakan merencanakan, mengerjakan, dan
mengevaluasi, agar seluruh kegiatan yang ada pada ukm kesenian sembur dapat
mencapai tujuan efisen dan efektif. Efektif yang berarti dapat menghasilkan karya
yang baik sesuai dengan tujuan awal perancaan, sedangkan efisien berarti
menggunakan tenaga dan biaya tanpa adanya penyimpangan dan secara rasional.

Manajemen artistik merupakan wilayah yang dikendalikan langsung oleh sutradara


membawahi pemain, penata cahaya, penata panggung, penata musik, penata gerak,
penata kostum dan penata rias. Kekuatan sutradara dalam mengatur sebuah
pertunjukan akan sangat terlihat ketika pertunjukan sedang berlangsung. sutradara
melakukan riset untuk mengembangkan gagasannya menjadi sebuah alur cerita
agar memudahkan pembuatan naskah. Sutradara pada pagelaran sendratasik
berjudul dhisa tidak hanya melalui referensi secara online namun juga dengan
observasi dan wawancara secara langsung ke desa belimbing kecamatan klabang
kabupaten bondowoso. Hal tersebut dilakukan sutradara untuk membuat naskah
yang tidak menyalahi budaya lokal desa belimbing. Sehingga cerita yang dibuat
tidak menyeleweng dari nilai sosial di desa belimbing. Selain itu, sutradara juga
menambah wawasan terkait referensi penokohan yang hendak ditampilkan.

Setelah informasi dirasa cukup, sutradara yang telah menyelesaikan naskahnya


akan beranjak pada proses pemilihan pemain sesuai dengan kebutuhan peran.
Penuh pertimbangan, sutradara akan memilih pemeran sesuai kebutuhan naskah.
Olah rasa dan olah tubuh akan dilakukan pada awal Latihan, hal ini dilakukan agar
pemain lebih mempersiapkan tubuh, dan mendalami karakter ketika naskah telah
dibagi oleh sutradara. Latihan dilakukan secara bertahap, setelah pemeran
memahami penokohan atau karakternya akan dilakukan Latihan perbabak. Tak
hanya pemeran, naskah juga disampaikan kepada seluruh anggota divisi untuk
Herika Nur Setyo Rini/210210204056

mempersiapkan kelengkapan pementasan seperti penata musik, kostum, penata rias


dan penata panggung. Setelah pola pertunjukan mulai terlihat jelas, sutradara akan
memimpin Latihan gabungan bagi seluruh pemeran dan pemain. Alur dan porsi
penjadwalan latihan semakin ditingkatkan seiring berjalannya waktu, namun tetap
menyesuaikan kondisi dan tidak mengesampingkan stamina pemain maupun
pemeran.

Manajemen nonartistik berperan penting dalam mempersiapkan bagian-bagian


yang berada diluar pertunjukan seperti, bagian administrasi produksi, keuangan,
pemasaran, konsumsi, publikasi, dan beberapa hal lainya diluar aspek pertunjukan
lainnya. Sumber dana utama ukm kesenian sembur masih dibawah dana fakultas,
sehingga perlu mengadakan pengajuan secara administratif. Pengajuan dana tidak
dapat menjadi jaminan untuk pencairan dana secara tepat waktu, sehingga perlu
juga dilakukan back up plan dengan mencari sponsor. Sementara untuk pemasaran,
dilakukan publikasi via Instagram maupun whatsapp dan menggandeng media
partner.

Kegagalan Manajemen produksi


Manajemen artistik dan nonartistik yang telah diterapkan dalam proses persiapan
pagelaran UKM Kesenian Sembur sesuai dan tidak menjadi faktor utama terjadinya
kegagalan pementasan. Adanya konflik dengan pihak eksternal yaitu organisasi
kesenian yang bergerak dibidang teater membuat UKM Kesenian Sembur tidak
dapat mengangkat pertunjukan sendratasik. Perbedaan ideologi, pemahaman, dan
sudut pandang mengharuskan UKM Kesenian Sembur untuk tidak melanjutkan
pementasan. Namun dengan adanya semangat seni dan penuh pertimbangan,
anggota sepakat untuk merombak segala konsep dan tema agar kegiatan pagelaran
dapat tetap dilaksanakan. Singkatnya waktu yang tersisa menjadikan
ketidakmaksimalan pada penampilan. Minimnya persiapan menjadi faktor utama
banyaknya kesalahan yang terjadi dalam perealisasian kegiatan.

KESIMPULAN
Berdasarkan deskripsi hasil penelitian pada UKM Kesenian Sembur
mengenai “Kegagalan Manajemen Produksi pagelaran sendratasik berjudul
“Dhisa”, maka model produksi tersebut mengacu pada fungsi manajemen yang
meliputi, Planning (perencanaan) melakukan tahapan riset, pemilihan tema,
pembuatan naskah, pemilihan pemain. Organizing (pengorganisasian)
pembentukan kepanitiaan dengan menentukan setiap divisi agar pembagian tugas
dapat terlihat lebih jelas. Actuanting (pelaksanaan) kegiatan ini dilakukan secara
Herika Nur Setyo Rini/210210204056

bertahap seperti, proses pembuatan naskah, pembuatan jadwal latihan, proses


latihan rutin, sampai pelaksanaan kegiatan peryunjukan. Controling (pengawasan)
secara berkala oleh sutradara yang akan dilakukan pada saat latihan, pemilihan
tempat pementasan, melakukan evaluasi hingga sampai hari pertunjukan
berlangsung.
UKM Kesenian Sembur memiliki potensi untuk menciptakan karya yang
jauh lebih baik lagi, namun disatu sisi masih terdapat beberapa batasan yang tidak
bisa dilewati dalam menciptakan suatu karya. Demi mewujudkan lingkungan yang
tetap nyaman dan tidak meng

KEPUSTAKAAN (Font Times New Roman; Size 14 - Bold)

Kepustakaan diutamakan dari sumber jurnal terbaru (80%) terbitan 10


tahun terakhir.
Contoh kepustakaan:
Artikel Jurnal
Pranoto, Iwan. 2020.” The Ceramics of Singkawang: Dayak Kanayatn’s
Cultural Perceptions in Kalimantan Barat”. MUDRA Jurnal Seni Budaya.
Volume 35, Nomor 1, Februari 2020: 103 – 111.
Buku
Rohidi, Tjeptjep Rohendi. 2011. Metodologi Penelitian Seni. Semarang: Cipta
Prima Nusantara.

Bunga Rampai
Agung, Satria. (2020). Digital Content: Video as Research. In Handbook of The
Arts in Qualitative Research. Singapore: Sage Publication.
Skripsi, Thesis, Disertasi, dan Laporan Penelitian
Manda, M. (2020). Estetika Musik Pelajar Kota Palangka Raya. Universitas
Palangka Raya
Audio/Video
Andin, Jimi O. (2018). Tari Mandau. Diky Record.

Informan
Doni, Purnama. (2020). Pengrajin Rotan Desa Pangkalan Lada, Kabupaten
Kota Waringin Barat.
Pustaka Laman
Wohlstetter, P. (2010). Organizing for Successful School-Based Management.
Retrieved February 5, 2014, from
http://www.ascd.org/readingroom/books/wohlstetter9 books.html
Herika Nur Setyo Rini/210210204056

Penulisan keseluruhan artikel menggunakan font Times New Roman Ukuran 12-Regular (atau
miring sesuai dengan bahasa yang digunakan). Baris pertama tiap paragraf menjorok ke dalam
sebesar 8 mm. Spasi yang digunakan sebesar 1,5 spasi.
Jumlah halaman artikel minimal 7 halaman

Anda mungkin juga menyukai