Anda di halaman 1dari 5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORITIS

A. KAJIAN PUSTAKA
Setelah melakukan penelitian tentang bagaimana eksitensi Jamu Bu
Waryati pada masa Pandemi sekarang ini terdapat hasil yang dapat diambil
bahwa hal tersebut tidak memengaruhi menurunnya peminat. Dari beberapa
referensi oleh beberapa peneliti terdahulu yang sebelum-sebelumnya juga
pernah melakukan penelitian yang menyangkut tema yang sama, dapat
memberi pengajaran dalam sistem-sistem pengembangan lebih lanjut.“Jamu
sebagai pilihan perawatan kesehatan tradisional di tengah era modernisasi
dan pandemi dunia medis” Oleh Atik Triatnawati pada Tahun 2020 dalam
penelitian ini dapat dinyatakan, bahwa sebenarnya jamu sebagai pilihan
perawatan kesehatan yang masih diminati sampai sekarang ini disetujui oleh
beberapa banyak pihak yang tidak jarang memandang medis modern barat
sebagai pusat. Maka dari itu untuk mendapat alasan masih dipilihnya jamu
memperoleh pemahaman terkait keputusan etnis dalam memengaruhi pilihan
untuk mengonsumsinya.
Selanjutnya dalam tesis yang kedua yang berjudul “Mempertahankan
Eksitensi Jamu Tradisional melalui desain Pengemasan dan Pemasaran”
Oleh Harsa Wara Prabawa dan Andhin Dyas Fitriani pada Tahun 2020 bahwa
di tengah keberhasilan tersebut masih banyak kendala yang dihadapi oleh
industri jamu nasional. Membanjirnya produk jamu impor menjadi salah satu
masalah yang dengan mudah ditemukan di pasar dalam negeri memberikan
dampak yang rentan terhadap persaingan dan citra jamu terutama bagi industri
skala kecil dan termasuk permasalahan internal. Dari sisi pengemasan, sudah
cukup awam bahwa sebagian penjual jamu tradisional yang menggunakan
botol plastik bekas sebagai media penyimpanan jamu tradisionalnya, padahal
peruntukan botol air mineral termasuk dispossible, yakni tidak boleh
digunakan ulang setelah isi minuman habis.
Selanjutnya terdapat tesis yang menyangkut juga dengan eksitensi
jamu yang disusun oleh Agustina Melani pada Tahun 2019 dengan judul
“Mempertahankan eksitensi jamu di Era Disrupsi III” menyumpulkan
bahwa bisnis ini sudah berusia 100 tahun lebih, juga terus berinovasi
mengembangkan, memasarkan dalam membuat produknya. Meski demikian,
bisnis jamu juga merupakan sesuatu yang menantang dan menarik. Bisnis ini
menjadi tantangan di industri jamu yang disebutnya bagian dari persepsi.
Pihaknya ingin mengubah persepsi jamu kepada generasi muda menjadi hal
positif.
Kemudian terdapat tesis yang berjudul “Eksitensi Jamu di Kelurahan
KotaBaru Kecamatan Pontianak Selatan” Oleh Desti Kartika pada Tahun
2018 yang menyimpulkan tentang terdapat faktor internal dan eksternal yang
mempengaruhinya seperti adanya Kepercayaan masyarakat pada jamu
tradisional Harganya yang merakyat. Efek samping jamu tidak sekeras obat
kimia, persaingan dalam pemasaran jamu tradisional sehingga mampu
mengembangkan kemampuan akal, keterampilan dan rasa sehingga harus
dilestarikan.
B. KERANGKA TEORITIS
1. Eksitensi
Menurut Purwodaminto (1996:221) eksitensi memiliki arti adanya
atau keberadaan. Keberadaan yang dimaksud dapat berupa sesuatu yang
berwujud benda baik bersifat konkret maupun abstrak. Benda yang konkret
dapat berupa materi atau zat, sedangkan yang abstrak salah satu contohnya
adalah proses pembelajaran. Eksitensi dalam komunitas mempunyai kekuatan
yang aktif untuk memberikan respon terhadap manusia, baik secara individu
atau kelompok.
Menurut Hadi (2003:88), eksitensi berasal dari kata eksis yang berarti
ada. Kaitannya dengan perubahan, eksitensi dapat diartikan untuk
menciptakan kesenangan saja, tetapi dibalik itu mengandung maksud yang
baik yang bersifat pribadi sosial maupun yang lain. Faktor-faktor yang
mempengaruhi eksitensi meliputi faktor yang menyebabkan eksis dan tidak
eksis. Alvianto (2012:19)
Eksistensialisme merupakan aliran yang melihat manusia pada
eksistensinya, yakni sejauh mana keberadaannya diakui oleh masyarakat
sekitarnya. Semakin diakui, maka semakin eksis ia. Aliran ini tidak
memperhitungkan materi beserta atribut yang dimiliki seseorang sebagai nilai
kemanusiaan. Abraham Maslow mengatakan bahwa, pengakuan tentang
eksistensi sebagai kebutuhan tertinggi manusia, jauh melampaui kebutuhan
rasa aman, kebutuhan sandang, pangan, dan papan.
Eksistensi bukan hanya berarti “ada” atau “berada” seperti “ada” atau
“beradanya” barang lain, akan tetapi eksistensi sebagai pengertian khusus
hanya untuk manusia, yakni berada secara khusus manusia. Manusia yang
dalam keberadaannya itu sadar akan dirinya sedang berada, berada di dunia
dan menghadapi dunia, sebagai subjek yang menghadapi objek, bersatu
dengan realitas sekitarnya
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia , eksistensi adalah
keberadaan, kehadiran, yang mengandung umur bertahan. Sedangkan dalam
kamus, eksistensi berasal dari bahasa latin Exitere disusundari ex yang artinya
keuar dan sistere yang artinya tampil atau muncul. Terdapat beberapa
pengertian tentang eksistensi yang dijelaskan menjadi empat pengertin.
Pertama, eksistensi adalah apa yang ada. Kedua, eksistensi adalah apa yang
memiliki aktualitas. Ketiga, eksistensi adalah segala sesuatu yang dialami dan
menekankan bahwa sesuatu itu ada. Keempat, eksistensi adalah
kesempurnaan.
Rollo May juga mengatakan, eksistensialisme lebih menekankan
eksistensi dari pada esensi. Ini menunjukan bahwa tidak ada kebenaran atau
realitas, kecuali kita berpartisipasi di dalamnya. Sebagai sutau proses yang
dinamis, suatu, menjadi atau mengada. Ini sesuai dengan asal kata eksistensi
itu sendiri, yakni existetre, yang artimya keluar dari, melampaui atau
mengatasi. Jadi eksistensi tidak bersifat kaku dan terhenti, melainkan lentur
atau kenyal dan mengalami perkembangan tergantung pada kemampuan
dalam mengaktualisasikan potensi-potensinya.
2. Jamu Tradisional
Definisi jamu atau obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang
berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian
(galenik) atau campuran bahan tersebut yang secara turun temurun telah
digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (Yuliarti, 2008: 4).
Jamu sendiri merupakan warisan budaya bangsa yang sudah digunakan secara
turun menurun. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
globalisasi kemudian menjadikan jamu mulai berkembang. Beberapa faktor
pendorong terjadinya peningkatan penggunaan jamu sebagai obat tradisional
adalah adanya harapan hidup yang lebih panjang pada saat meningkatnya
prevalensi penyakit-penyakit kronis, adanya kegagalan penggunaan dan efek
samping obat-obat kimia, serta semakin luasnya akses informasi mengenai
obat tradisional di seluruh dunia (Prabawani, 2017).
Indonesia sendiri sebenarnya memiliki keunggulan dalam hal
pengembangan jamu dengan 9.600 jenis tanaman obat yang dapat digunakan
sebagai bahan dasar jamu (Muslimin, et al., 2009). Inilah yang menjadikan
jamu begitu dikenal sebagai produk asli Indonesia dan telah dikenal hingga ke
manca negara (Neubauer, 2012). Nama “Jamu” sendiri merupakan istilah
yang digunakan oleh orang-orang jawa, untuk menyebutkan pengobatan
herbal. Pengobatan herbal merupakan pengobatan yang tidak menggunakan
bahan kimia sintetik yang additive, karena jamu berasal dari tradisi yang
sangat tua di Jawa serta masih eksis dalam waktu yang sangat lama sebelum
ilmu farmasi modern memasuki Indonesia. Pada resep pembuatan jamu,
beberapa formula berumur sangat tua, dan saat ini masih digunakan dengan
khasiat penyembuhan penyakit dengan baik (Alona, 2003).
3. Pandemi
World Health Organization (WHO) menetapkan tentang virus corona atau
yang biasa disebut dengan COVID 19 yang menjadi pandemi karena virus ini
telah menyebar ke berbagai negara bahkan sudah mendunia. WHO
mengartikan pandemi sebagai suatu kondisi populasi pada dunia dan
berpotensi menjadikan jatuh dan sakit. Pandemi sendiri adalah wabah yang
berjangkit secara bersamaan dmana-mana yang menyebar luas. Pandemi
COVID 19 ini juga berdampak dari berbagai sektor kehidupan seperti
ekonomi, sosial dan juga pendidikan. (Hendra Irawan, 2020).
Pandemi adalah wabah penyakit yang menyebar sangat cepat kepada
orang-orang dan terjadi hampir di seluruh daerah di dunia, mencakup
jangkauan yang sangat luas, serta melintasi batas internasional (Masrul,
2020). Corona virus merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan
penyakit pada manusia dan hewan. Pada manusia biasanya menyebabkan
penyakit infeksi saluran pernapasan, mulai flu biasa hingga penyakit yang
serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Sindrom
Pernafasan Akut Berat/ Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Coronavirus jenis baru yang ditemukan pada manusia sejak kejadian luar
biasa muncul di Wuhan Cina, pada Desember 2019, kemudian diberi nama
Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-COV2), dan
menyebabkan penyakit Coronavirus Disease-2019 (COVID-19).
Pandemi menurut KBBI dimaknai sebagai wabah yang berjangkit
serempak dimana-mana meliputi daerah geografi yang luas. Wabah penyakit
yang masuk dalam kategori pandemi adalah penyakit menular dan memiliki
garis infeksi berkelanjutan. Maka, jika ada kasus terjadi dibeberapa negara
lainnya selain negara asal, akan tetap digolongkan sebagai pandemi. Covid-19
(Coronavirus Disease 2019) adalah penyakit yang disebabkan oleh jenis
coronavirus baru yaitu sars-Cov-2, yang dilaporkan pertama kali di Wuhan
Tiongkok pada tanggal 31 Desember 2019.3 Pandemi Covid-19 bisa diartikan
sebagai wabah yang menyebar secara luas dan serempak yang disebabkan
oleh jenis Corona Virus yang menyerang tubuh manusia.

Anda mungkin juga menyukai