Makalah Bahasa Indonesia
Makalah Bahasa Indonesia
NAMA KELOMPOK :
Susi
Tedy Ependy
PENDAHULUAN
1.2. Metode
Metode pengabdian masyarakat dilaksanakan melalui Webinar Nasional yang diikuti oleh peserta
dalam dan luar negeri. Untuk mengukur tingkat pengetahuan masyarakat mengenai tantangan dan
peluang industri farmasi di era pandemik COVID-19, dilakukan evaluasi pertanyaan (post test) setelah
acara webinar selesai. Bentuk pertanyaan yang diberikan sebanyak 10 pertanyaan dengan topik seputar
tantangan dan peluang industri farmasi Indonesia di era pandemik COVID-19. Analisis data meliputi
data distribusi responden, analisis jumlah pertanyaan yang benar setelah pelaksanaan seminar. Peserta
yang lulus post test dengan nilai minimum 80 akan mendapatkan sertifikat SKP dari organisasi profesi
Ikatan Profesi Apoteker (IAI) Pengurus Daerah Jawa Barat.
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 4 Juli 2020 pukul 09:00-11:30 WIB menggunakan 2
platform, yaitu platform ZOOM dan platform Youtube. Sebanyak 1.400 peserta dengan penyebaran
domisili di berbagai pulau Indonesia mengikuti Webinar melalui platform ZOOM dan sebanyak 200
orang mengikuti Webinar melalui link streaming Youtube. Kegiatan ini dipublikasikan pada media
cetak dan elektronik regional dan nasional.
BAB II
PEMBAHASAN
Farmasi berasal dari kata “PHARMACON” yang berarti obat atau racun. Sedangkan
pengertian farmasi adalah suatu profesi di bidang kesehatan yang meliputi kegiatan-kegiatan
di bidang penemuan, pengembangan, produksi, pengolahan, peracikan, informasi obat dan
distribusi obat.
Ilmu farmasi awalnya berkembang dari para tabib dan pengobatan tradisional yang
berkembang di Yunani, Timur-Tengah, Asia kecil, Cina, dan Wilayah Asia lainnya. Mulanya
“ilmu pengobatan” dimiliki oleh orang tertentu secara turun-temurun dari keluarganya. Di
negara Cina, para tabib mendapatkan ilmunya dari keluarga secara turun-temurun. Itu
gambaran “ilmu farmasi” kuno di Cina.
Sedangkan di Yunani, yang biasanya dianggap sebagai tabib adalah pendeta. Dalam
legenda kuno Yunani, Asclepius, Dewa Pengobatan menugaskan Hygieia untuk meracik
campuran obat yang ia buat. Oleh mmasyarakat Yunani, Hygiea disebut sebagai apoteker
(Inggris : apothecary). Sedangkan di Mesir, praktek farmasi dibagi dalam dua pekerjaan, yaitu
: Yang mengunjungi orang sakit dan yang bekerja di kuil menyiapkan racikan obat.
Buku tentang bahan obat-obatan pertama kali ditulis di Cina sekitar 2735 SM.Para
pengguna awal Cina dikenal pada materia medica adalah Shennong Bencao Jing (Herb-Akar
Klasik Petani Divine), datang kembali ke abad 1. Bahan-bahan tersebut dikumpulkan selama
dinasti Han dan dikaitkan dengan mitos Shennong . Literatur sebelumnya termasuk daftar resep
untuk penyakit tertentu, dicontohkan oleh "Resep untuk 52 Penyakit" manuskrip, ditemukan di
makam Mawangdui, disegel di 168 SM.
Dokter dan apoteker, ilustrasi dari Medicinarius (1505) oleh Hieronymus Brunschwig. Di
dunia Arab pada abad VIII, ilmu farmasi yang dikembangkan oleh para ilmuawan Arab
menyebar luas sampai ke Eropa. Pada masa ini sudah mulai dibedakan peran antara seorang
herbalist dengan kedokteran terjadi pada tahun 1240 ketika Kaisar Frederick II dari Roma
melakukan pemisahan tersebut. Maklumat yang dikeluarkan tentang pemisahan tersebut
menyebutkan bahwa masing-masing ahli ilmu mempunyai keinsyafan, standar etik,
pengetahuan, dan keterampilan sendiri-sendiri yang berbeda dengan ilmu lainnya. Dengan
keluarnya maklumat kaisar ini, maka mulailah sejarah baru perkembangan ilmu farmasi
sebagai ilmu yang berdiri sendiri. Berdasarkan hal tersebut maka lambang Ilmu Farmasi dan
Kedokteran Berbeda. Ilmu Farmasi memakai lambang cawan dililit ular sedangkan kedokteran
tongkat dililit ular.
Perkembangan ilmu farmasi kemudian menyebar hampir ke seluruh dunia. Mulai
Inggris, Amerika Serikat, dan Eropa Barat. Sekolah Tinggi Farmasi yang pertama didirikan di
Philadelphia, Amerika Serikat pada tahun 1821 (sekarang sekolah tersebut bernama
Philadelphia College of Pharmacy and Science). Setelah itu, mulailah era baru ilmu farmasi
dengan bermunculannya sekolah-sekolah tinggi dan fakultas-fakultas di universitas.
Peran organisasi keprofesian atau keilmuwan juga ditentukan perkembangan ilmu
farmasi. Sekarang ini banyak sekali organisasi ahli farmasi baik lingkup nasional maupun
internasional. Di Inggris, organisasi profesi pertama kali didirikan pada tahun 1841 dengan
nama “The Pharmaceutical Society of Great Britain”. Sedangkan, di Amerika Serikat menyusul
11 tahun kemudian dengan nama “American Pharmaceutical Association”. Organisasi
internasionalnya akhirnya didirikan pada tahun 1910 dengan nama “Federation
International Pharmaceutical”.
Sejarah industri farmasi modern dimulai 1897 ketika Felix Hoffman menemukan cara
menambahkan dua atom ekstra karbon dan lima atom ekstra karbon dan lima atom ekstra
hidrogen ke adlam sari pati kulit kayu willow. Hasil penemuannya ini dikenal dengan nama
Aspirin, yang akhirnya menyebabkan lahirnya perusahaan industri farmasi modern di dunia,
yaitu Bayer. Selanjutnya, perkembangan (R & D) pasca Perang Dunia I. Kemudian, pada
Perang Dunia II para pakar berusaha menemukan obat-obatan secara massal, seperti obat TBC,
hormaon steroid, dan kontrasepsi serta antipsikotika.
Sejak saat itulah, dunia farmasi terus berkembang dengan didukung oleh berbagai
penemuan di bidang lain, misalnya penggunaan bioteknologi. Sekolah-sekolah farmasi saat ini
hampir dijumpai di seluruh dunia. Kiblat perkembangan ilmu, kalau boleh kita sebut, memang
Amerika Serikat dan Jerman (karena di sanalah industri obat pertama berdiri).
Perkembangan farmasi boleh dibilang dimulai ketika berdirinya pabrik kina di Bandung pada
tahun 1896. Kemudian, terus berjalan sampai sekitar tahun 1950 di mana pemerintah
mengimpor produk farmasi jadi ke Indoneisa. Perusahaan-perusahaan lokal pun bermunculan,
tercatat ada Kimia Farma, Indofarma, Biofarma, dan lainnya. Di dunia pendidikan sendiri,
sekolah tinggi atau fakultas farmasi juga dibuka di berbagai kota.
Berikut ini perkembangan dunia farmasi mulai dari zaman pra sejarah.
1. Zaman Prasejarah
Farmasi telah ada sejak pemikiran manusia mulai berkembang meski dalam bentuk
yang sangat sederhana. Manusia purba belajar dengan menggunakan insting dan observasi
terhadap burung-burung dan hewan-hewan buas. Mereka juga memanfaatkan air dingin, daun,
kotoran, dan lumpur. Dengan berbagai usaha yang bersifat coba-coba, manusia purba
mempelajari berbagai hal untuk menolong sesamanya. Dalam waktu singkat, mereka dapat
menggunakan pengetahuannya dan bermanfaat bagi orang lain. Meskipun menggunakan
metode yang masih kasar, beberapa obat masa kini berasal dari sumber-sumber yang telah
digunakan oleh nenek moyang kita tersebut.
Babylon, permata bagi Mesopotamia kuno, sering disebut juga sebagai tempat
munculnya peradaban manusia, adalah yang pertama menemukan dan melaksanakan praktek
peracikan obat. Para ahli penyembuh ketika itu (sekitar 2600 SM) melaksanakan tiga peran
berbeda secara bersamaan sebagai agamawan, dokter, dan apoteker. Naskah-naskah medik
ditulis di atas tablet tablet tanah liat yang berisikan gejala-gejala penyakit, resep dan cara
peracikan obat, dan juga doa-doa. Orang-orang babylon telah berhasil menemukan hal-hal
penting dalam upaya penyembuhan penyakit yang pada masa sekarang dikenal dengan
farmasetik modern, ilmu kedokteran, serta kegiatan-kegiatan spiritual.
3. Farmasi pada Masa Cina Kuno
Kefarmasian di Cina menurut legenda pertama kali dikembangkan oleh Shen Nung
(sekitar 2000 SM). Seorang kepala suku yang telah mencari dan menginvestigasi khasiat obat
dari ratusan herbal. Beliau diyakini mencobakan beberapa herbal tersebut terhadap dirinya
sendiri, serta menulis Pen T-Sao pertama, tulisan tentang herbal-herbal asli yang berisikan 365
jenis obat-obatan. Sesuatu yang masih dipuja oleh orang cina asli penghasil obat sebagai wujud
perlindungan Tuhan untuk mereka. Shen Nung secara menakjubkan menguji beberapa herbal,
kulit kayu, dan akar yang diperoleh dari ladang, rawa-rawa, dan hutan yang masih dikenal
dalam bidang kefarmasian hingga kini. Menggunakan background “Pa Kua”, suatu simbol
matematis dari penciptaan dan kehidupan. Tanaman-tanaman obat yang ditemukan oleh Shen
Nung antara lain podophyllum, rhubarb, ginseng, stramonium, kulit kayu cinnamon, dan
jugaseperti yang berada di tangan bocah pada gambar, ma huang, atau disebut juga ephedra.
4. Papyrus Ebers
Praktek pengobatan di Mesir telah berlangsung sejak tahun 2900 SM dan mereka juga
diketahui memiliki catatan formula obat fenomenal, Papyrus Ebers, yang dibuat sejak 1500
SM. Papyrus Ebers tersebut memuat sekitar 800 formula dan 700 macam obat-obatan. Pusat
farmasi di Negara Mesir kuno diselenggarakan oleh dua orang pejabat negara yang bertindak
sebagai Ahli Farmasi di suatu ruangan yang disebut sebagai “Rumah Kehidupan”. Dengan
seting kira-kira seperti gambar ini, Papyrus Ebers didiktekan oleh seorang ahli farmasi
mengenai prosedur formulasi yang sedang dikerjakan.
Theoprastus (sekitar 300 SM) adalah sosok ilmuan Yunani kuno ternama yang dikenal
sebagai filosof besar dan ahli dalam ilmu alam dan disebut-sebut sebagai Bapak Botani.
Berbagai observasi dan pengamatan yang dilakukannya mengenai medis dan herbal merupakan
suatu pencerahan bagi pemahaman manusia. Beliau bertindak sebagai pengajar bagi
sekumpulan siswa yang mempunyai minat yang sama dengannya.
Mithridates VI adalah seorang raja negeri Pontus (sekitar 100 SM) yang senantiasa
bertempur melawan kekaisaran Romawi. Beliau adalah ilmuan toksikologi yang menemukan
tidak hanya tentang berbagai jenis racun, namun juga bagaimana mencegah dan mengobati efek
racun. Mithridates VI tanpa banyak pertimbangan menggunakan tubuhnya sendiri dan juga
tubuh para tahanan sebagai "kelinci percobaan" dalam mengujicoba berbagai racun dan
antiracun. tampak dalam gambar, di belakang Mithridates terletak rhizotomists, offering fresh,
flowering aconite, ginger,dan gentian. Dan di kanan bawah gambar terletak dua buah wadah
biang sampanye. Formula yang diramu Mithridates yang paling terkenal adalah suatu
panantidotal yang populer digunakan selama kurang lebih seribu tahun yang dikenal dengan
Mithridatum.
Orang-orang masa lampau telah mempelajari manfaat dari merek dagang yang merupakan
identitas suatu barang yang digunakan untuk meraih konsumen. salah satu therapeutic agent
yang memakai merek dagang adalah Terra Sigillata (cap Bumi), suatu tablet tanah liat yang
berasal dari pulau Mediteranean di Lemnos sebelum tahun 500 SM. setiap tahunnya tanah liat
digali di terowongan Lemnian dihadiri oleh pemerintah dan pendeta-pendeta. tanah liat
dicuci, disuling, dan digulung dengan ketebalan tertentu, tanah liat itu dibentuk seperti
pastilles dan diberi cap oleh para pendeta wanita, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari.
Lalu tablet-tablet itu didistribusikan secara komersial.
8. Dioscorides
Dengan adanya berbagai pencapaian dalam dunia ilmu pengetahuan serta
perkembangan yang memotivasi banyak orang melakukan observasi atau studi intensif oleh
para saintis, penelitian menjadi kian penting bagi kebutuhan perdagangan dan bagi
perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri. Pedanios Dioscorides (abad pertama masehi),
adalah saintis yang telah berkontribusi dalam bidang kefarmasian. Untuk mempelajari Materia
Medica, Beliau melakukan kerjasama dengan tentara romawi di seluruh dunia. Dia mencatat
hasil-hasil observasi, menyampaikan tentang cara yang baik dalam mengumpulkan,
menyimpan, dan menggunakan obat-obatan. Berbagai uji coba yang telah dilakukannya terus
digunakan sampai pada abad keenam.
9. Galen
Galen adalah sosok dari masa lalu yang sampai sekarang masih sangat dihormati oleh
profesi farmasi dan kedokteran. Galen (tahun 130-200 M)merupakan pakar praktisi dan
pendidikan farmasi dan kedokteran di Roma. metode yang diterapkannya dalam menyiapkan
dan meracik obat telah digunakan di dunia barat selama 1500 tahun, dan namanya sendiri telah
diasosiasikan dengan metode peracikannya yang dikenal dengan galenika. Beliau adalah
penemu dari formula krim dingin, yang secara esensial adalah sama dengan krim yang kita
kenal sekarang. banyak prosedur-prosedur yang ditemukan Galen masih digunakan di
laboratorium peracikan modern masa kini.
10. Hipocrates
Sejak masa Hipocrates (460-370 SM) yang dikenal sebagai “Bapak Ilmu
Kedokteran”, belum dikenal adanya profesi Farmasi. Seorang dokter yang mendignosis
penyakit, juga sekaligus merupakan seorang “Apoteker” yang menyiapkan obat. Semakin lama
masalah penyediaan obat semakin rumit, baik formula maupun pembuatannya, sehingga
dibutuhkan adanya suatu keahlian tersendiri. Pada tahun 1240 M, Raja Jerman Frederick II
memerintahkan pemisahan secara resmi antara Farmasi dan Kedokteran dalam dekritnya yang
terkenal “Two Silices”. Dari sejarah ini, satu hal yang perlu direnungkan adalah bahwa akar
ilmu farmasi dan ilmu kedokteran adalah sama.
Dampak revolusi industri merambah dunia farmasi dengan timbulnya industri-industri
obat, sehingga terpisahlah kegiatan farmasi di bidang industri obat dan di bidang
“penyedia/peracik” obat (=apotek). Dalam hal ini keahlian kefarmasian jauh lebih dibutuhkan
di sebuah industri farmasi dari pada apotek. Dapat dikatakan bahwa farmasi identik dengan
teknologi pembuatan obat.
Pendidikan farmasi berkembang seiring dengan pola perkembangan teknologi agar
mampu menghasilkan produk obat yang memenuhi persyaratan dan sesuai dengan kebutuhan.
Kurikulum pendidikan bidang farmasi disusun lebih ke arah teknologi pembuatan obat untuk
menunjang keberhasilan para anak didiknya dalam melaksanakan tugas profesinya.
Dilihat dari sisi pendidikan Farmasi, di Indonesia mayoritas farmasi belum merupakan
bidang tersendiri melainkan termasuk dalam bidang MIPA (Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam) yang merupakan kelompok ilmu murni (basic science) sehingga lulusan S1-nya pun
bukandisebut Sarjana Farmasi melainkan Sarjana Sains.
Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia (1997) dalam “informasi jabatan untuk
standar kompetensi kerja” menyebutkan jabatan Ahli Teknik Kimia Farmasi, (yang tergolong
sektor kesehatan) bagi jabatan yang berhubungan erat dengan obat-obatan, dengan persyaratan
: pendidikan Sarjana Teknik Farmasi.
Buku Pharmaceutical handbook menyatakan bahwa farmasi merupakan bidang yang
menyangkut semua aspek obat, meliputi : isolasi/sintesis, pembuatan, pengendalian, distribusi
dan penggunaan.
Silverman dan Lee (1974) dalam bukunya, “Pills, Profits and Politics”, menyatakan bahwa :
1. Pharmacist lah yang memegang peranan penting dalam membantu dokter menuliskan resep
rasional. Membanu melihat bahwa obat yang tepat, pada waktu yang tepat, dalam jumlah yang
benar, membuat pasien tahu mengenai “bagaimana,kapan,mengapa” penggunaan obat baik
dengan atau tanpa resep dokter.
2. Pharmacist lah yang sangat handal dan terlatih serta pakart dalam hal produk/produksi obat
yang memiliki kesempatan yang paling besar untuk mengikuti perkembangan terakhir dalam
bidang obat, yang dapat melayani baik dokter maupun pasien, sebagai “penasehat” yang
berpengalaman.
3. Pharmacist lah yang meupakan posisi kunci dalam mencegah penggunaan obat yang salah,
penyalahgunaan obat dan penulisan resep yang irrasional. Sedangkan Herfindal dalam bukunya
“Clinical Pharmacy and Therapeutics” (1992) menyatakan bahwa Pharmacist harus
memberikan “Therapeutic Judgement” dari pada hanya sebagai sumber informasi obat.
Di Inggris, sejak tahun 1962, dimulai suatu era baru dalam pendidikan farmasi, karena
pendidikan farmasi yang semula menjadi bagian dari MIPA, berubah menjadi suatu bidang
yang berdiri sendiri secara utuh.rofesi farmasi berkembang ke arah “patient oriented”,
memuculkan berkembangnya Ward Pharmacy (farmasi bangsal) atau Clinical Pharmacy
(Farmasi klinik).
Di USA telah disadari sejak tahun 1963 bahwa masyarakat dan profesional lain
memerlukan informasi obat tang seharusnya datang dari para apoteker. Temuan tahun 1975
mengungkapkan pernyataan para dokter bahwa apoteker merupakan informasi obat yang
“parah”, tidak mampu memenuhi kebutuhan para dokter akan informasi obat Apoteker yang
berkualits dinilai amat jarang/langka, bahkan dikatakan bahwa dibandingkan dengan
apotekeer, medical representatif dari industri farmasi justru lebih merupakan sumber informasi
obat bagi para dokter.
12. Menjelang abad ke-20 Penelitian farmasi awal mulai banyak dilakukan :
Karl Wilhelm (1742-1786) seorang ahli farmasi swiss berhasil menemukan zat kimia seperti
asam laktat, asam sitrat, asam oksalat, asam tartrat dan asam arsenat.
Scheele juga berhasil mengidentifikasi gliserin, menemukan cara baru membuat calomel, dan
asam benzoat serta menemukan oksigen.
Friedrick seturner merupakan ahli farmasi jerman (1783-1841) berhasil mengisolasi morpin
dari opium, pada tahun 1805, seturner juga menganjurkan suatu seri isolasi dari tumbuhan
lainnya juga.
Joseph Caventou (1795-1877) dan joseph pelletier (1788-1842) menggabungkan keahlian
mereka dalam mengisolasi kina dan sinkonin dari sinkona.
Joseph pelletier (1788-1842) dan pirre robiquet (1780-1840) mengisolasi kafein dan robiquet
sendiri memisahkan kodeina dari opium. secara metode satu persatu zat kimia diisolasi dari
tanaman, serta diidentifikasi sebagai zat yang bertanggung jawab terhadap aktifitas medis
tanamannnya. dieropa abad ke18 dan 19 M mereka berdua sangat dihargai karna
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari hasil Webinar diketahui permasalahan yang terjadi di farmasi industri dan upaya webinar ini
untuk memberikan jawaban dari salah satu permasalahan masyarakat akibat pandemic COVID-19
sudah tercapai.
3.2.1. Ilmu farmasi awalnya berkembang dari para tabib dan pengobatan tradisional yang berkembang
di Yunani, Timur-Tengah, Asia kecil, Cina, dan Wilayah Asia lainnya.
3.2.2. Perkembangan farmasi diantaranya Zaman Prasejarah, Farmasi pada Masa Babylonia Kuno,
Farmasi pada Masa Cina Kuno, Papyrus Ebers, Bapak Botani: Theophrastus, Sang
Toksikolog: Mithridates VI, Terra Silgillata: Merek Obat Pertama, Dioscorides, Galen, Damian
dan Cosmas, Hipocrates, dan perkembangan terakhir adalah timbulnya konsep
“Pharmaceutical Care”.