PANDUAN PELAKSANAAN
Disusun Oleh:
Dr. Muslihati, S.Ag., M.Pd
Prof. Dr. IM. Hambali, M.Pd
Dr. Diniy Hidayatur R., M.Pd
1
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya
yang telah memberikan kemudahan, kelancaran, dan kekuatan kepada tim pengabdian
dalam menyelesaikan panduan pelatihan ini.Terimakasih saya ucapkan kepada semua pihak
yang turut andil dalam pelaksanaan pengabdian dan penyusunan panduan pelatihan ini,
diantaranya adalah mitra pengabdian yaitu MGBK MTs Se-Kabupaten Malang, LPPM
Universitas Negeri Malang, dan seluruh tim pengabdian.
Semoga dengan adanya panduan pelatihan evaluasi pelaksanaan program
layanan bimbingan dan konseling untuk penguatan etika profesional konselor ini
dapat menjadi salah satu bahan bagi konselor sekolah dalam melaksanakan evaluasi
program BK.
Berbagai upaya telah tim pengabdian lakukan untuk menyajikan panduan ini
secara optimal, namun peneliti menyadari masih terdapat ketidak sempurnaan, oleh karena
itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar menjadi perbaikan bagi
pembaca di masa yang akan datang.
2
SELAMAT BERGABUNG
DALAM PELATIHAN EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM
LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
UNTUK PENGUATAN ETIKA PROFESIONAL KONSELOR
3
DAFTAR ISI
4
PENGANTAR
5
Deskripsi Kegiatan
Pelatihan akan dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan, yakni dua kali
dilaksanakan secara daring (dalam jaringan) dan satu kali dilaksanakan secara
luring. Penjelasan lebih lanjut dapat dilihat pada tabel berikut:
6
evaluasi program
layanan BK di
sekolah masing-
masing
3 Kegiatan 3 120 menit Topik: Etika profesional Dr. Muslihati, S.
(luring) konselor Ag., M. Pd.
Kegiatan:
a. Presentasi hasil
evaluasi oleh peserta
b. Pembahasan hasil
evaluasi
c. Pemberian materi
etika profesional
konselor
MATERI
Konsep Dasar Evaluasi
Guru BK sebagai pendidik memiliki lima tugas pokok yang tercantum
dalam SK Menpan No.84/1993. Tugas pokok itu adalah menyusun program
bimbingan dan konseling, melaksanakan program bimbingan dan konseling,
mengevaluasi program bimbingan dan konseling, menganalisis hasil pelaksanaan
bimbingan dan konseling, dan melaksanakan tindak lanjut dalam program
bimbingan dan konseling terhadap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya.
Selanjutnya pada Permendikbud Nomer 11 Tahun 2014 mengenai bimbingan dan
konseling pada sektor pendidikan dasar dan menengah dijabarkan bahwa guru BK
bertugas dalam melakukan evaluasi program BK guna mengetahui keberhasilan
layanan dan sebagai acuan dalam merevisi maupun mengembangkan program BK
selanjutnya. Adanya program BK di sekolah merupakan sebuah bentuk fasilias
yang diselenggarakan dalam rangka mewujudkan perkembangan peserta didik yang
optimal. Program BK yang telah disusun perlu untuk dievaluasi dan dilakukan
tindak lanjut secara mendalam supaya diketahui seberapa efektif program tersebut.
Berikut ini adalah penjabaran mengenai konsep dasar dari evaluasi program BK.
7
Apa yang dimaksud dengan Evaluasi Program BK?
Program bimbingan dan konseling yang sistematis adalah program yang
pelaksanaannya sesuai dengan rencana, tertata baik sejak perencanaan, pendataan,
implementasi dan evaluasi. Sementara sifat sistemik program bimbingan dan
konseling komprehensif nampak pada beberapa hal seperti, penyusunan program
bimbingan dan konseling diawali dengan needs assesment, layanan bimbingan dan
konseling menjangkau seluruh peserta didik, program bimbingan dan konseling
melibatkan kolaborasi antar profesi dalam satuan pendidikan, evaluasi yang
dilakukan mencakup tiga jenis evaluasi yaitu evaluasi kinerja konselor (counselor
perfomance evaluation), evaluasi program dan evaluasi hasil (result evaluation).
Evaluasi program BK merupakan upaya dalam meningkatkan kualitas
program BK melalui sebuah penilaian atas efisiensi dan efektivitas pelaksanaan
layanan BK yang berguna untuk memutuskan kelayakan program yang telah
dirancang dan diimplementasikan di sekolah (Asni & Ilahi, 2022). Evaluasi
program bimbingan dan konseling adalah segala tindakan dan proses dalam
menentukan derajat kualitas kemajuan kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan
program bimbingan dan konseling di sekolah dengan mengacu pada kriteria atau
patokan tertentu sesuai dengan program bimbingan dan konseling yang
dilaksanakan. Tujuan evaluasi adalah untuk menentukan nilai suatu program,
berbagai kegiatan di dalam program, dan para staff yang terlibat dalam program
tersebut, untuk kemudian mengambil keputusan atau tindakan-tindakan di masa
mendatang. Selain itu evaluasi program bermanfaat bagi pengambil keputusan
untuk menentukan apakah program akan dihentikan, diperbaiki, dimodifikasi,
diperluas atau ditingkatkan
8
program BK perlu untuk dilaksanakan, pertama evaluasi program BK akan
menyokong pertumbuhan kurikulum sekolah untuk lebih sesuai dengan kebutuhan
peserta didik, kemudian evaluasi akan membantu para guru dan staf sekolah dalam
memperbaiki tata cara mengajar peserta didik di kelas, dan tentunya memungkinkan
program BK untuk berfungsi secara lebih efektif.
Kegiatan evaluasi sangat bermanfaat terhadap suatu program BK yang
sedang berlangsung. Evaluasi yang dilakukan dapat berguna dalam mengetahui
komponen program yang belum terealisasi dan menganalisis setiap masalah yang
muncul saat pelaksanaan bimbingan karir dengan demikian dapat diperbaiki dan
dilaksanakan pada pelaksanaan layanan berikutnya. Disisi lain, pada hasil evaluasi
suatu program dapat mengetahui kegagalan atau keberhasilan suatu program
didalam mewujudkan sebuah tujuan yang hendak dicapai dan melalui kegiatan
tersebut dapat diambil suatu keputusan. Sedangkan evaluasi pada program
bimbingan karir juga bermanfaat untuk siswa karena dapat digunakan sebagai
pedoman dalam mengembangkan layanan yang lebih baik guna menunjang karir
siswa kearah yang optimal.
9
c. Tahap pelaksanaan kegiatan evaluasi
Proses ini seorang evaluator melaksanakan evaluasi sesuai dengan jadwal
yang telah ditentukan.
d. Tahap analisis hasil evaluasi
Proses ini dilakukan dengan menganalisis hasil evaluasi dengan mengolah
data sesuai dengan jenis data dan instrumen yang digunakan.
e. Tahap menafsirkan dan pelaporan hasil evaluasi.
Dalam proses ini dilakukan perbandingan hasil dengan kriteria keberhasilan lalu
diinterpretasi menggunakan kode tertentu yang selanjutnya dilaporkan dan
dijadikan bahan acuan dalam memperbaiki dan mengembangkan program BK ke
arah yang lebih baik.
10
Discrepancy Evaluation Model (DEM)
Kata discrepancy memiliki arti kesenjangan, dan discrepancy evaluation
model pertama kali dikembangkan oleh Malcolm Provus (1971) yang menonjolkan
gap implementasi program. Discrepancy Evaluation Model berfokus pada
perbandingan hasil evaluasi dengan standar yang telah ditentukan, kemudian hasil
evaluasi digunakan sebagai pengambilan kebijakan mengenai program yang
dilakukan. Model evaluasi discrepancy adalah model pemanfaatan yang telah diuji
dan umum diterima untuk digunakan dalam mengevaluasi program akademik,
sehingga dapat dikatakan model evaluasi tersebut tepat digunakan dalam bidang
pendidikan dan pembelajaran termasuk program BK. Penggunaan discrepancy
evaluation model dalam bidang BK tentunya bertujuan untuk mengetahui tingkat
kesenjangan antara standar yang telah ditentukan dengan performa aktual
pelaksanaan program BK.
Karakteristik dari discrepancy evaluation model adalah untuk (a)
menyetujui standar (yang digunakan untuk tujuan), (b) menentukan apakah ada
perbedaan antara kinerja dari beberapa aspek program dan standar yang ditetapkan
untuk kinerja, dan (b) menggunakan informasi tentang perbedaan untuk
memutuskan apakah akan memperbaiki, mempertahankan, atau menghentikan
program atau beberapa aspeknya. Adapun kesenjangan yang dapat dievaluasi dalam
discrepancy evaluation model adalah (a) kesenjangan perencanaan dengan
pelaksanaan program, (b) kesenjangan prediksi dan perolehan yang didapat dalam
program, (c) kesenjangan antara kemampuan dengan kemampuan yang standar, (d)
kesenjangan tujuan dan hasil yang dicapai, (e) kesenjangan hipotesis dengan
perubahan program, dan (f) kesenjangan sistem yang berubah-ubah (Mustafa,
2021).
11
Konselor sekolah yang profesional menggunakan data untuk menunjukkan
pengaruh program layanan konseling dalam peningkatan sekolah dan prestasi
siswa. Konselor sekolah profesional melakukan audit program konseling di sekolah
sebagai petunjuk pelaksanaan tindakan di masa depan.
Salah satu model evaluasi program layanan konseling adalah model
jembatan akuntabilitas. Model evaluasi program jembatan akuntabilitas
dikembangkan oleh Astramovich dan Coker dan merupakan kerangka kerja yang
dikembangkan supaya dapat membantu memfasilitasi keduanya yaitu melakukan
evaluasi program dan mengkomunikasikan hasil. Model jembatan akuntabilitas
dirancang untuk membantu konselor sekolah dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
penilaian terhadap efektivitas dan dampak dari layanan mereka (Nanda & Saputra,
2015).
Teknik-teknik Evaluasi
Pelaksanaan evaluasi program BK selain menerapkan model-model diatas,
bisa menggunakan teknik bantuan diantaranya adalah wawancara, observasi, dan
penyebaran instrument evaluasi.
Wawancara
Wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang
dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan
muka, dan dengan arah tujuan yang terlah ditentukan. Komunikasi dalam
wawancara tersebut dilakukan dengan dialog (Tanya jawab) secara lisan, baik
langsung maupun tidak langsung (menggunakan alat komunikasi). Wawancara
dalam konsep evaluasi program BK dilaksanakan kepada seluruh anggota sekolah
baik itu Kepala sekolah, Guru mata pelajaran, Wali Kelas, tenada pendidik di
sekola, dan siswa yang mana akan memberikan gambaran yang jelas mengenai
program BK yang sudah dilaksanakan.
Obervasi
Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang
dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis
12
terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan. Tujuan
dari observasi adala mengumpulkan data dan inforamsi mengenai suatu fenomena,
baik yang berupa peristiwa maupun tindakan, baik dalam situasi yang
sesungguhnya maupun dalam situasi buatan.
Angket/Kuisioner
Pada dasarnya, angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh
orang yang akan diukur (responden). Adapun tujuan penggunaan angket atau
kuesioner dalam proses pembelajaran terutama adalah untuk memperoleh data
mengenai latar belakang peserta didik sebagai salah satu bahan dalam menganalisis
tingkah laku dan proses belajar mereka.
5. Contoh:
Komponen layanan: Layanan Dasar
13
Perlu
Sangat
No Kriteria adanya Memuaskan
memuaskan
peningkatan
1 Konselor menyiapkan
inventori angket
kebutuhan siswa
terhadap layanan
bimbingan pribadi,
sosial, belajar, karir
2 Konselor menyiapkan
topik-topik yang akan
disajikan dalam
layanan bimbingan
pribadi, sosial, belajar,
karir
3 Dst…
14
manfaat dari layanan yang sudah/sedang dilaksanakan.
(4) Untuk kepentingan pelayanan lebih lanjut, konselor membuat catatan
ringkas tentang kegiatan layanan yang telah dilaksanakan dengan
sepenuhnya menerapkan asas kerahasiaan.
b. Hubungan Konselor dengan Konseli
(1) Konselor wajib menghormati harkat, martabat, integritas dan keyakinan
konseli.
(2) Konselor wajib menempatkan kepentingan konseli di atas kepentingan
pribadi konselor.
(3) Konselor tidak diperkenankan melakukan diskriminasi atas dasar suku,
bangsa, ras, agama, atau status sosial dan gender terhadap konseli.
(4) Konselor tidak diperkenankan memaksa untuk melaksanakan pelayanan
terhadap seseorang tanpa izin dari pihak yang bersangkutan.
(5) Konselor wajib memberikan pelayanan kepada siapapun yang
memerlukannya, terlebih-lebih dalam keadaan darurat atau banyak orang
menghendakinya.
(6) Konselor wajib memberikan pelayanan hingga tuntas sebagaimana
diperlukan oleh konseli, termasuk kepada orang yang tidak mampu
membayar.
(7) Konselor wajib menjelaskan kepada konseli tujuan konseling, sifat
hubungan yang sedang dibina dan tanggung jawab konselor serta konseli
masing-masing dalam hubungan profesional konseling.
(8) Konselor wajib memperhatikan kondisi konseli ketika kegiatan layanan
berlangsung.
(9) Konselor tidak diperbolehkan memberikan bantuan profesional konseling
kepada anggota keluarga dan atau orang-orang yang memiliki hubungan
dekat dan bisa merusak hubungan profesional kedua belah pihak.
15
Dalam berpraktik pada unit kelembagaan tertentu, seperti satuan
pendidikan, lembaga kedinasan (negeri/swasta), lingkungan kerja
(perusahaan/industri), atau lembaga sosial kemasyarakatan:
a. Konselor memahami visi, misi, tujuan, pola kerja dan nilai-nilai yang
berlaku di lembaga yang dimaksud, dengan ketentuan:
(1) Apabila visi, misi, tujuan, pola kerja dan nilai-nilai lembaga sesuai dengan
visi dan misi serta nilai-nilai bimbingan dan konseling, konselor atau guru
bimbingan dan konseling dianggap layak untuk berkerja di lembaga yang
dimaksud.
(2) Apabila visi, misi, tujuan, pola kerja dan nilai-nilai yang ada di lembaga
tersebut tidak sesuai dengan visi, misi serta nilai-nilai pelayanan bimbingan
dan konseling, konselor dianggap tidak layak bekerja di lembaga tersebut.
b. Konselor menjunjung dan mengimplementasikan visi, misi, tujuan, pola
kerja dan nilai-nilai yang berlaku di lembaga yang dimaksud melalui
pelayanan bimbingan dan konseling.
c. Konselor memberikan pelayanan kepada seluruh konseli yang menjadi
tanggung jawabnya di lembaga tempat bekerja konseli di luar lembaga
pelayanannya yang secara sukarela meminta konselor memberikan
pelayanan, dengan menerapkan segenap kaidah, kode etik profesional
pelayanan konseling.
3. Praktik Mandiri
Dalam praktik mandiri berlaku ketentuan sebagai berikut.
a. Konselor wajib memperoleh izin praktik atau lisensi dari organisasi profesi
bimbingan dan konseling, yaitu Asosiasi Bimbingan dan Konseling
Indonesia (ABKIN).
b. Konselor memberikan pelayanan profesional kepada seluruh warga
masyarakat yang memerlukan bantuan dengan menerapkan segenap kaidah
praktik dan kode etik bimbingan dan konseling Indonesia.
16
bekerja pada unit kelembagaan dan praktik mandiri, semua pelaku
pelayanan bimbingan dan konseling harus saling menghormati dan
mendukung dan berkolaborasi dalam proses pembantuan.
b. Jika dikehendaki oleh pihak-pihak terkait, sejawat konselor dengan senang
hati dan sekuat tenaga secara profesional membantu rekan yang bekerja
pada unit kelembagaan dan praktik mandiri yang membutuhkan bantuan.
17
layanan bimbingan dan konseling.
18
LAMPIRAN
INSTRUMEN PRE-TEST
INSTRUMEN PELAKSANAAN EVALUASI PROGRAM LAYANAN
BIMBINGAN DAN KONSELING UNTUK PENGUATAN ETIKA
PROFESIONAL KONSELOR
Nama :
Jenis Kelamin :
Usia :
Lama Menjadi Konselor :
Asal Sekolah :
No Pernyataan Jawaban
1. Saya mengetahui urgensi dari pelaksanaan evaluasi 1 2 3 4
program bimbingan dan konseling di sekolah
2. Saya mengetahui aspek - aspek apa saja yang perlu 1 2 3 4
dilakukan evaluasi khususnya dalam pelaksanaan
layanan bimbingan dan konseling di sekolah
3. Saya mengetahui berbagai jenis evaluasi program 1 2 3 4
bimbingan dan konseling yang dapat
diimplementasikan di sekolah
4. Saya menggunakan suatu pendekatan khsusus 1 2 3 4
dalam melakukan evaluasi program bimbingan dan
konseling di sekolah
5. Saya melakukan evaluasi program pada layanan 1 2 3 4
dasar
6. Saya mengetahui berbagai layanan yang terdapat 1 2 3 4
pada komponen layanan dasar
7. Saya melakukan evaluasi program pada layanan 1 2 3 4
responsif
8. Saya mengetahui berbagai layanan yang terdapat 1 2 3 4
pada komponen layanan responsif
9. Saya melakukan evaluasi program pada layanan 1 2 3 4
perencanaan individu
19
10. Saya mengetahui berbagai layanan yang terdapat 1 2 3 4
pada komponen perencanaan individu
11. Saya melakukan evaluasi program pada layanan 1 2 3 4
dukungan sistem
12. Saya mengetahui berbagai layanan yang terdapat 1 2 3 4
pada komponen dukungan sistem
13. Hasil dari evaluasi yang telah dilakukan digunakan 1 2 3 4
sebagai dasar perbaikan program dalam tahun
berikutnya
14. Saya melaporkan hasil evaluasi program pada guru 1 2 3 4
dan pimpinan di sekolah
B. Pertanyaan
1. Apa yang bapak/ibu ketahui tentang evaluasi dalam bidang bimbingan dan
konseling?
7. Menurut bapak/ ibu, kendala apa saja yang pernah dialami dalam melakukan
evaluasi program bimbingan dan konseling?
20
INSTRUMEN POST-TEST
INSTRUMEN PELAKSANAAN EVALUASI PROGRAM LAYANAN
BIMBINGAN DAN KONSELING UNTUK PENGUATAN ETIKA
PROFESIONAL KONSELOR
Nama :
Jenis Kelamin :
Usia :
Lama Menjadi Konselor :
Asal Sekolah :
No Pernyataan Jawaban
1. Saya mengetahui urgensi dari pelaksanaan 1 2 3 4
evaluasi program bimbingan dan konseling di
sekolah
2. Saya mengetahui aspek - aspek apa saja yang 1 2 3 4
perlu dilakukan evaluasi khususnya dalam
pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di
sekolah
3. Saya mengetahui berbagai jenis evaluasi 1 2 3 4
program bimbingan dan konseling yang dapat
diimplementasikan di sekolah
4. Saya menggunakan suatu pendekatan khsusus 1 2 3 4
dalam melakukan evaluasi program bimbingan
dan konseling di sekolah
5. Saya melakukan evaluasi program pada layanan 1 2 3 4
dasar
6. Saya mengetahui berbagai layanan yang terdapat 1 2 3 4
pada komponen layanan dasar
7. Saya melakukan evaluasi program pada layanan 1 2 3 4
responsif
8. Saya mengetahui berbagai layanan yang terdapat 1 2 3 4
pada komponen layanan responsif
9. Saya melakukan evaluasi program pada layanan 1 2 3 4
perencanaan individu
21
10. Saya mengetahui berbagai layanan yang terdapat 1 2 3 4
pada komponen perencanaan individu
11. Saya melakukan evaluasi program pada layanan 1 2 3 4
dukungan sistem
12. Saya mengetahui berbagai layanan yang terdapat 1 2 3 4
pada komponen dukungan sistem
13. Hasil dari evaluasi yang telah dilakukan 1 2 3 4
digunakan sebagai dasar perbaikan program
dalam tahun berikutnya
14. Saya melaporkan hasil evaluasi program pada 1 2 3 4
guru dan pimpinan di sekolah
B. Pertanyaan
1. Apa yang di maksud dengan evaluasi program BK dan kegunaannya?
3. Menurut bapak/ ibu, apa saja hambatan dalam melaksanakan evaluasi program
bimbingan dan konseling?
4. Menurut bapak/ ibu, bagaimana cara yang perlu dilakukan oleh konselor
sekeolah agar proses evaluasi program bimbingan dan konseling dapat
terlaksana dengan baik?
5. Materi yang disampaikan dalam pelatihan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
saat ini
a. Iya b. tidak
22
8. Hasil pelaksanaan pelatihan meningkatkan pemahaman saya terhadap siswa
a. Iya b. tidak
10. Ada saja dampak yang bapak/ ibu rasakan setelah mengikuti program
pelatihan ini?
23
STANDAR DAN KRITERIA EVALUASI KONSELOR PROFESIONAL
ABKIN
24
Standar 4: Konselor sekolah professional mengimplementasikan komponen
dukungan system melalui manajemen program bimbingan efektif
dan dukungan dari program bimbingan lainnya.
Kriteria 8: Konselor sekolah professional memberikan program bimbingan
komprehensif dan seimbang komponennya bersama dengan staf sekolah lainnya.
Kriteria 9: Konselor sekolah professional memberikan dukungan terhadap
program sekolah lainnya.
Standar 5: Konselor sekolah professional menggunakan kemampuan
komunikasi dan interaksi professional dengan masyarakat
sekolah.
Kriteria 10: Konselor sekolah professional memperlihatkan hubungan
interpersonal positif dengan semua siswa.
Kriteria 11: Konselor sekolah professional memperlihatkan hubungan
interpersonal yang positif dengan staf pendidikan.
Kriteria 12: Konselor sekolah professional memperlihatkan hubungan
interpersonal yang positif dengan orangtua dan tokoh masyatakat sekitar sekolah.
Standar 6: Konselor sekolah professional memegang tanggungjawab
profesional.
Kriteria 13: Konselor sekolah professional menunjukkan komitmen untuk selalu
menumbuhkan profesionalitasnya.
Kriteria 14: Konselor sekolah professional mengembangkan kebiasaan kerja
professional dan penuh tanggung jawab.
Kriteria 15: Konselor sekolah professional mengikuti standard dan pedoman etis
dan legal professional, meningkatkan hubungan interpersonal dengan
memperhatikan ragam budaya dan kebijakan sekolah.
25
DAFTAR RUJUKAN
26
27