Anda di halaman 1dari 28

1

PANDUAN PELAKSANAAN

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM LAYANAN BIMBINGAN


DAN KONSELING UNTUK PENGUATAN ETIKA PROFESIONAL
KONSELOR MTS MALANG RAYA

Disusun Oleh:
Dr. Muslihati, S.Ag., M.Pd
Prof. Dr. IM. Hambali, M.Pd
Dr. Diniy Hidayatur R., M.Pd

Universitas Negeri Malang


Malang
2023

1
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya
yang telah memberikan kemudahan, kelancaran, dan kekuatan kepada tim pengabdian
dalam menyelesaikan panduan pelatihan ini.Terimakasih saya ucapkan kepada semua pihak
yang turut andil dalam pelaksanaan pengabdian dan penyusunan panduan pelatihan ini,
diantaranya adalah mitra pengabdian yaitu MGBK MTs Se-Kabupaten Malang, LPPM
Universitas Negeri Malang, dan seluruh tim pengabdian.
Semoga dengan adanya panduan pelatihan evaluasi pelaksanaan program
layanan bimbingan dan konseling untuk penguatan etika profesional konselor ini
dapat menjadi salah satu bahan bagi konselor sekolah dalam melaksanakan evaluasi
program BK.
Berbagai upaya telah tim pengabdian lakukan untuk menyajikan panduan ini
secara optimal, namun peneliti menyadari masih terdapat ketidak sempurnaan, oleh karena
itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar menjadi perbaikan bagi
pembaca di masa yang akan datang.

2
SELAMAT BERGABUNG
DALAM PELATIHAN EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM
LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
UNTUK PENGUATAN ETIKA PROFESIONAL KONSELOR

3
DAFTAR ISI

UCAPAN TERIMAKASIH ............................................................................. 2


DAFTAR ISI .................................................................................................... 4
PENGANTAR .................................................................................................. 5
MATERI ........................................................................................................... 7
Konsep Dasar Evaluasi ............................................................................. 7
Teknik-Teknik Evaluasi ............................................................................ 12
Etika Profesional ....................................................................................... 14
LAMPIRAN ..................................................................................................... 19

4
PENGANTAR

Mengapa pelatihan ini diperlukan?


Sebagai sebuah profesi, profesi konselor tentunya memiliki kode etik profesi.
Konselor memiliki cara pandang dan sistem layanan yang harus
dipertanggungjawabkan secara etis. Namun sayangnya, ditemukan beberapa
kecenderungan yang menyebabkan timbulnya perbedaan sistem nilai dan tindakan
konselor. Kecenderungan tersebut sering ditemukan dalam layanan Bimbingan dan
Konseling yang dapat mempengaruhi tindakan dari konselor kepada konseli secara
etis. Hal ini dapat menghambat konselor untuk menjadi profesi yang bermartabat.
Selain itu, terdapat beberapa problematika penerapan etika profesional pada
konselor MTs di Malang Raya. Adanya problematika tersebut dapat berdampak
pada kualitas pelaksanaan program Bimbingan dan Konseling di sekolah. Oleh
karena itu, diperlukan pelatihan evaluasi pelaksanaan program layanan Bimbingan
dan Konseling untuk menguatkan etika profesional konselor MTs Malang Raya.

Apa tujuan pelatihan?


Untuk menguatkan etika profesional konselor MTs Malang Raya, melalui
evaluasi pelaksanaan program Bimbingan dan Konseling dengan menggunakan
strategi case method. Melalui strategi ini, para konselor dituntut mengevaluasi
program yang telah dijalankan secara mandiri. Harapannya konselor dapat
menyadari bahwa selama ini terdapat kesalahan dalam etika profesional yang harus
dijunjung tinggi.

Siapa mitra yang terlibat?


Mitra kegiatan ini adalah MGBK MTs Kab. Malang.

5
Deskripsi Kegiatan
Pelatihan akan dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan, yakni dua kali
dilaksanakan secara daring (dalam jaringan) dan satu kali dilaksanakan secara
luring. Penjelasan lebih lanjut dapat dilihat pada tabel berikut:

No Kegiatan Waktu Materi Pemateri


1 Kegiatan 1 120 menit Topik: Konsep dasar Prof. Dr. IM.
(daring) evaluasi Hambali, M. Pd.
Kegiatan:
a. Pemberian materi
pengertian evaluasi
b. Pemberian materi
manfaat evaluasi
c. Pemberian materi
urgensi evaluasi

2 Kegiatan 2 120 menit Topik: Teknik-teknik Dr. Diniy


(daring) evaluasi dan Hidayatur
pengembangan instrumen Rahman, M. Pd.
evaluasi
Kegiatan:
a. Pemberian materi
teknik-teknik dalam
evaluasi
b. Pemberian materi
pengembangan
instrumen evaluasi
c. Penugasan peserta
untuk
mengembangkan
instrumen evaluasi
dan melakukan

6
evaluasi program
layanan BK di
sekolah masing-
masing
3 Kegiatan 3 120 menit Topik: Etika profesional Dr. Muslihati, S.
(luring) konselor Ag., M. Pd.
Kegiatan:
a. Presentasi hasil
evaluasi oleh peserta
b. Pembahasan hasil
evaluasi
c. Pemberian materi
etika profesional
konselor

MATERI
Konsep Dasar Evaluasi
Guru BK sebagai pendidik memiliki lima tugas pokok yang tercantum
dalam SK Menpan No.84/1993. Tugas pokok itu adalah menyusun program
bimbingan dan konseling, melaksanakan program bimbingan dan konseling,
mengevaluasi program bimbingan dan konseling, menganalisis hasil pelaksanaan
bimbingan dan konseling, dan melaksanakan tindak lanjut dalam program
bimbingan dan konseling terhadap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya.
Selanjutnya pada Permendikbud Nomer 11 Tahun 2014 mengenai bimbingan dan
konseling pada sektor pendidikan dasar dan menengah dijabarkan bahwa guru BK
bertugas dalam melakukan evaluasi program BK guna mengetahui keberhasilan
layanan dan sebagai acuan dalam merevisi maupun mengembangkan program BK
selanjutnya. Adanya program BK di sekolah merupakan sebuah bentuk fasilias
yang diselenggarakan dalam rangka mewujudkan perkembangan peserta didik yang
optimal. Program BK yang telah disusun perlu untuk dievaluasi dan dilakukan
tindak lanjut secara mendalam supaya diketahui seberapa efektif program tersebut.
Berikut ini adalah penjabaran mengenai konsep dasar dari evaluasi program BK.

7
Apa yang dimaksud dengan Evaluasi Program BK?
Program bimbingan dan konseling yang sistematis adalah program yang
pelaksanaannya sesuai dengan rencana, tertata baik sejak perencanaan, pendataan,
implementasi dan evaluasi. Sementara sifat sistemik program bimbingan dan
konseling komprehensif nampak pada beberapa hal seperti, penyusunan program
bimbingan dan konseling diawali dengan needs assesment, layanan bimbingan dan
konseling menjangkau seluruh peserta didik, program bimbingan dan konseling
melibatkan kolaborasi antar profesi dalam satuan pendidikan, evaluasi yang
dilakukan mencakup tiga jenis evaluasi yaitu evaluasi kinerja konselor (counselor
perfomance evaluation), evaluasi program dan evaluasi hasil (result evaluation).
Evaluasi program BK merupakan upaya dalam meningkatkan kualitas
program BK melalui sebuah penilaian atas efisiensi dan efektivitas pelaksanaan
layanan BK yang berguna untuk memutuskan kelayakan program yang telah
dirancang dan diimplementasikan di sekolah (Asni & Ilahi, 2022). Evaluasi
program bimbingan dan konseling adalah segala tindakan dan proses dalam
menentukan derajat kualitas kemajuan kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan
program bimbingan dan konseling di sekolah dengan mengacu pada kriteria atau
patokan tertentu sesuai dengan program bimbingan dan konseling yang
dilaksanakan. Tujuan evaluasi adalah untuk menentukan nilai suatu program,
berbagai kegiatan di dalam program, dan para staff yang terlibat dalam program
tersebut, untuk kemudian mengambil keputusan atau tindakan-tindakan di masa
mendatang. Selain itu evaluasi program bermanfaat bagi pengambil keputusan
untuk menentukan apakah program akan dihentikan, diperbaiki, dimodifikasi,
diperluas atau ditingkatkan

Kenapa Evaluasi Program BK perlu dilaksanakan?


Evaluasi program BK merupakan kegiatan yang penting untuk dilaksanakan
disektor pendidikan terutama sekolah, karena melalui pelaksanaan evaluasi
program BK, tim BK bisa menjadikan hasil evaluasi sebagai bahan acuan dalam
mengetahui sejauh mana program BK yang sudah guru BK rancang dan
implementasikan (Musyofah et al., 2021). Tiga alasan yang mendasari evaluasi

8
program BK perlu untuk dilaksanakan, pertama evaluasi program BK akan
menyokong pertumbuhan kurikulum sekolah untuk lebih sesuai dengan kebutuhan
peserta didik, kemudian evaluasi akan membantu para guru dan staf sekolah dalam
memperbaiki tata cara mengajar peserta didik di kelas, dan tentunya memungkinkan
program BK untuk berfungsi secara lebih efektif.
Kegiatan evaluasi sangat bermanfaat terhadap suatu program BK yang
sedang berlangsung. Evaluasi yang dilakukan dapat berguna dalam mengetahui
komponen program yang belum terealisasi dan menganalisis setiap masalah yang
muncul saat pelaksanaan bimbingan karir dengan demikian dapat diperbaiki dan
dilaksanakan pada pelaksanaan layanan berikutnya. Disisi lain, pada hasil evaluasi
suatu program dapat mengetahui kegagalan atau keberhasilan suatu program
didalam mewujudkan sebuah tujuan yang hendak dicapai dan melalui kegiatan
tersebut dapat diambil suatu keputusan. Sedangkan evaluasi pada program
bimbingan karir juga bermanfaat untuk siswa karena dapat digunakan sebagai
pedoman dalam mengembangkan layanan yang lebih baik guna menunjang karir
siswa kearah yang optimal.

Bagaimana Prosedur Evaluasi Program BK?


Prosedur pelaksanaan evaluasi program bimbingan karir di sekolah dapat
berpedoman pada langkah-langkah yang disusun Mashudi (2015) dengan
penjelasan sebagai berikut.
a. Tahap Persiapan
Tahap persiapan adalah kegiatan penyusuan kisi-kisi evaluasi dan tahap ini
memerlukan beberapa prosedur yang harus dilakukan diantarannya ialah (1)
menetapan aspek-aspek yang akan dievaluai, (2) menetapkan kriteria keberhasilan
evaluasi program bimbingan karir, (3) menetapkan alat dan instrumen untuk
pelaksanaan evaluasi, (4) menetapkan prosedur untuk pelaksanaan evaluasi, (5)
menetapkan tim evaluasi yang bisa terdiri dari guru BK, kepala sekolah, dan lain-
lain.
b. Tahap mempersiapkan alat dan instrumen evaluasi yang akan digunakan
Untuk isntrumen evaluasi dapat dikembangkan oleh tim evaluasi yang
mengacu pada kriteria dalam POP BK.

9
c. Tahap pelaksanaan kegiatan evaluasi
Proses ini seorang evaluator melaksanakan evaluasi sesuai dengan jadwal
yang telah ditentukan.
d. Tahap analisis hasil evaluasi
Proses ini dilakukan dengan menganalisis hasil evaluasi dengan mengolah
data sesuai dengan jenis data dan instrumen yang digunakan.
e. Tahap menafsirkan dan pelaporan hasil evaluasi.
Dalam proses ini dilakukan perbandingan hasil dengan kriteria keberhasilan lalu
diinterpretasi menggunakan kode tertentu yang selanjutnya dilaporkan dan
dijadikan bahan acuan dalam memperbaiki dan mengembangkan program BK ke
arah yang lebih baik.

Apa saja Model Evaluasi Program BK?


Pelaksanaan evaluasi program bimbingan dan konseling dapat
menggunakan beberapa model yaitu CIPP, Discrepancy, & Accountability Bridge
Counseling Program Evaluation Model. Penjelasan dari masing-masing model
ialah sebagai berikut.
Model CIPP
Model CIPP (Context, Input, Process, and Product) dikemukakan pertama
kali oleh Stufflebeam yang didalamnya mencangkup evaluasi context, input,
process dan product. Model ini dimulai pada akhir 1960 untuk membantu
meningkatkan dan mencapai akuntabilitas proyek-proyek sekolah di Amerika
terutama menjadi kunci untuk meningkatkan pengajaran dan pembelajaran di
sekolah-sekolah. CIPP merupakan model evaluasi yang memiliki suatu kerangka
kerja komprehensif untuk melakukan evaluasi-evaluasi formatif dan summative
atas program-program, proyek-proyek, personil, produksi-produksi, organisasi-
organisasi dan sistem-sistem evaluasi. Selain itu, CIPP merupakan model yang
sering digunakan para evaluator pendidikan, karena model ini objektif dan efektif
dalam cara pandangnya terhadap suatu program. Model CIPP adalah model
evaluasi yang memandang program yang dievaluasi sebagai sebuah sistem dengan
kata lain harus menganalisis program yang berdasarkan komponen-komponennya
(Budiman et al., 2022).

10
Discrepancy Evaluation Model (DEM)
Kata discrepancy memiliki arti kesenjangan, dan discrepancy evaluation
model pertama kali dikembangkan oleh Malcolm Provus (1971) yang menonjolkan
gap implementasi program. Discrepancy Evaluation Model berfokus pada
perbandingan hasil evaluasi dengan standar yang telah ditentukan, kemudian hasil
evaluasi digunakan sebagai pengambilan kebijakan mengenai program yang
dilakukan. Model evaluasi discrepancy adalah model pemanfaatan yang telah diuji
dan umum diterima untuk digunakan dalam mengevaluasi program akademik,
sehingga dapat dikatakan model evaluasi tersebut tepat digunakan dalam bidang
pendidikan dan pembelajaran termasuk program BK. Penggunaan discrepancy
evaluation model dalam bidang BK tentunya bertujuan untuk mengetahui tingkat
kesenjangan antara standar yang telah ditentukan dengan performa aktual
pelaksanaan program BK.
Karakteristik dari discrepancy evaluation model adalah untuk (a)
menyetujui standar (yang digunakan untuk tujuan), (b) menentukan apakah ada
perbedaan antara kinerja dari beberapa aspek program dan standar yang ditetapkan
untuk kinerja, dan (b) menggunakan informasi tentang perbedaan untuk
memutuskan apakah akan memperbaiki, mempertahankan, atau menghentikan
program atau beberapa aspeknya. Adapun kesenjangan yang dapat dievaluasi dalam
discrepancy evaluation model adalah (a) kesenjangan perencanaan dengan
pelaksanaan program, (b) kesenjangan prediksi dan perolehan yang didapat dalam
program, (c) kesenjangan antara kemampuan dengan kemampuan yang standar, (d)
kesenjangan tujuan dan hasil yang dicapai, (e) kesenjangan hipotesis dengan
perubahan program, dan (f) kesenjangan sistem yang berubah-ubah (Mustafa,
2021).

Accountability Bridge Counseling Program Evaluation Model


Konselor sekolah yang profesional melaporkan bagaimana siswa
memperoleh keuntungan sebagai hasil dari program layanan konseling di sekolah.

11
Konselor sekolah yang profesional menggunakan data untuk menunjukkan
pengaruh program layanan konseling dalam peningkatan sekolah dan prestasi
siswa. Konselor sekolah profesional melakukan audit program konseling di sekolah
sebagai petunjuk pelaksanaan tindakan di masa depan.
Salah satu model evaluasi program layanan konseling adalah model
jembatan akuntabilitas. Model evaluasi program jembatan akuntabilitas
dikembangkan oleh Astramovich dan Coker dan merupakan kerangka kerja yang
dikembangkan supaya dapat membantu memfasilitasi keduanya yaitu melakukan
evaluasi program dan mengkomunikasikan hasil. Model jembatan akuntabilitas
dirancang untuk membantu konselor sekolah dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
penilaian terhadap efektivitas dan dampak dari layanan mereka (Nanda & Saputra,
2015).

Teknik-teknik Evaluasi
Pelaksanaan evaluasi program BK selain menerapkan model-model diatas,
bisa menggunakan teknik bantuan diantaranya adalah wawancara, observasi, dan
penyebaran instrument evaluasi.
Wawancara
Wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang
dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan
muka, dan dengan arah tujuan yang terlah ditentukan. Komunikasi dalam
wawancara tersebut dilakukan dengan dialog (Tanya jawab) secara lisan, baik
langsung maupun tidak langsung (menggunakan alat komunikasi). Wawancara
dalam konsep evaluasi program BK dilaksanakan kepada seluruh anggota sekolah
baik itu Kepala sekolah, Guru mata pelajaran, Wali Kelas, tenada pendidik di
sekola, dan siswa yang mana akan memberikan gambaran yang jelas mengenai
program BK yang sudah dilaksanakan.

Obervasi
Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang
dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis

12
terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan. Tujuan
dari observasi adala mengumpulkan data dan inforamsi mengenai suatu fenomena,
baik yang berupa peristiwa maupun tindakan, baik dalam situasi yang
sesungguhnya maupun dalam situasi buatan.
Angket/Kuisioner
Pada dasarnya, angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh
orang yang akan diukur (responden). Adapun tujuan penggunaan angket atau
kuesioner dalam proses pembelajaran terutama adalah untuk memperoleh data
mengenai latar belakang peserta didik sebagai salah satu bahan dalam menganalisis
tingkah laku dan proses belajar mereka.

Pengembangan Instrumen Evaluasi


Guru Bimbingan dan Konseling dapat mengembangkan instrumen evaluasi
dengan menggunakan model evaluasi discrepancy atau model evaluasi
kesenjangan. Standar dan kriteria evaluasi yang digunakan adalah standar yang
ditetapkan oleh ABKIN (Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia), yang
diadaptasi dari The South Carolina Guidance and Counseling Program Model
(Rex, 2008). Adapun langkah-langkah pengembangan instrumen evaluasi program
layanan Bimbingan dan Konseling adalah sebagai berikut:
1. Tentukan komponen layanan Bimbingan dan Konseling yang akan dievaluasi
2. Tentukan kriteria-kriteria yang akan dievaluasi berdasarkan “Standar dan
kriteria evaluasi ABKIN”
3. Tentukan pilihan jawaban yang akan digunakan
4. Susunlah instrumen dengan format sebagai berikut:
Komponen layanan:
Perlu
Sangat
No Kriteria adanya Memuaskan
memuaskan
peningkatan

5. Contoh:
Komponen layanan: Layanan Dasar

13
Perlu
Sangat
No Kriteria adanya Memuaskan
memuaskan
peningkatan
1 Konselor menyiapkan
inventori angket
kebutuhan siswa
terhadap layanan
bimbingan pribadi,
sosial, belajar, karir
2 Konselor menyiapkan
topik-topik yang akan
disajikan dalam
layanan bimbingan
pribadi, sosial, belajar,
karir
3 Dst…

Etika Profesional Konselor


Etika profesi merupakan rambu-rambu yang telah disepakati bersama bagi
sekelompok pekerja dalam menunaikan tugas-tugasnya, agar berjalan sesuai
dengan rambu-rambu yang ada dan terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Etika profesi sangat bermanfaat untuk dapat menjaga martabat atau kehormatan
suatu profesi berkaitan dengan pengontrolan dan penilaian terhadap penerapan
keahlian profesionalnya sekaligus untuk melindungi masyarakat dari
penyalahgunaan keahlian dari kelompok profesi tersebut. Kumpulan atau kompilasi
etika profesi dinamakan kode etik. Berikut merupakan kode etik profesi Bimbingan
dan Konseling yang disadur dari Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia
(ABKIN) (2018):

1. Praktik Pelayanan Secara Umum


a. Dinamika Pelayanan
(1) Konselor wajib membantu konseli sesuai dengan kesepakatan antara
keduanya.
(2) Jika dirasa perlu, konseli berhak mengakhiri hubungan dengan konselor,
meskipun proses konseling belum mencapai hasil konkrit.
(3) Konselor tidak melanjutkan hubungan bila konseli tidak memperoleh

14
manfaat dari layanan yang sudah/sedang dilaksanakan.
(4) Untuk kepentingan pelayanan lebih lanjut, konselor membuat catatan
ringkas tentang kegiatan layanan yang telah dilaksanakan dengan
sepenuhnya menerapkan asas kerahasiaan.
b. Hubungan Konselor dengan Konseli
(1) Konselor wajib menghormati harkat, martabat, integritas dan keyakinan
konseli.
(2) Konselor wajib menempatkan kepentingan konseli di atas kepentingan
pribadi konselor.
(3) Konselor tidak diperkenankan melakukan diskriminasi atas dasar suku,
bangsa, ras, agama, atau status sosial dan gender terhadap konseli.
(4) Konselor tidak diperkenankan memaksa untuk melaksanakan pelayanan
terhadap seseorang tanpa izin dari pihak yang bersangkutan.
(5) Konselor wajib memberikan pelayanan kepada siapapun yang
memerlukannya, terlebih-lebih dalam keadaan darurat atau banyak orang
menghendakinya.
(6) Konselor wajib memberikan pelayanan hingga tuntas sebagaimana
diperlukan oleh konseli, termasuk kepada orang yang tidak mampu
membayar.
(7) Konselor wajib menjelaskan kepada konseli tujuan konseling, sifat
hubungan yang sedang dibina dan tanggung jawab konselor serta konseli
masing-masing dalam hubungan profesional konseling.
(8) Konselor wajib memperhatikan kondisi konseli ketika kegiatan layanan
berlangsung.
(9) Konselor tidak diperbolehkan memberikan bantuan profesional konseling
kepada anggota keluarga dan atau orang-orang yang memiliki hubungan
dekat dan bisa merusak hubungan profesional kedua belah pihak.

2. Praktik pada Unit Kelembagaan

15
Dalam berpraktik pada unit kelembagaan tertentu, seperti satuan
pendidikan, lembaga kedinasan (negeri/swasta), lingkungan kerja
(perusahaan/industri), atau lembaga sosial kemasyarakatan:
a. Konselor memahami visi, misi, tujuan, pola kerja dan nilai-nilai yang
berlaku di lembaga yang dimaksud, dengan ketentuan:
(1) Apabila visi, misi, tujuan, pola kerja dan nilai-nilai lembaga sesuai dengan
visi dan misi serta nilai-nilai bimbingan dan konseling, konselor atau guru
bimbingan dan konseling dianggap layak untuk berkerja di lembaga yang
dimaksud.
(2) Apabila visi, misi, tujuan, pola kerja dan nilai-nilai yang ada di lembaga
tersebut tidak sesuai dengan visi, misi serta nilai-nilai pelayanan bimbingan
dan konseling, konselor dianggap tidak layak bekerja di lembaga tersebut.
b. Konselor menjunjung dan mengimplementasikan visi, misi, tujuan, pola
kerja dan nilai-nilai yang berlaku di lembaga yang dimaksud melalui
pelayanan bimbingan dan konseling.
c. Konselor memberikan pelayanan kepada seluruh konseli yang menjadi
tanggung jawabnya di lembaga tempat bekerja konseli di luar lembaga
pelayanannya yang secara sukarela meminta konselor memberikan
pelayanan, dengan menerapkan segenap kaidah, kode etik profesional
pelayanan konseling.

3. Praktik Mandiri
Dalam praktik mandiri berlaku ketentuan sebagai berikut.
a. Konselor wajib memperoleh izin praktik atau lisensi dari organisasi profesi
bimbingan dan konseling, yaitu Asosiasi Bimbingan dan Konseling
Indonesia (ABKIN).
b. Konselor memberikan pelayanan profesional kepada seluruh warga
masyarakat yang memerlukan bantuan dengan menerapkan segenap kaidah
praktik dan kode etik bimbingan dan konseling Indonesia.

4. Dukungan Sejawat Profesional Konselor


a. Berkenaan dengan status konselor atau guru bimbingan dan konseling yang

16
bekerja pada unit kelembagaan dan praktik mandiri, semua pelaku
pelayanan bimbingan dan konseling harus saling menghormati dan
mendukung dan berkolaborasi dalam proses pembantuan.
b. Jika dikehendaki oleh pihak-pihak terkait, sejawat konselor dengan senang
hati dan sekuat tenaga secara profesional membantu rekan yang bekerja
pada unit kelembagaan dan praktik mandiri yang membutuhkan bantuan.

5. Informasi dan Riset


a. Penyimpanan Informasi dan Penggunaan
(1) Catatan tentang diri konseli seperti: hasil wawancara, testing, surat-
menyurat, rekaman dan data lain merupakan informasi yang bersifat rahasia
dan hanya boleh dipergunakan untuk kepentingan konseli.
(2) Penggunaan data atau informasi tersebut pada butir (1), dimungkinkan
untuk keperluan riset atau pendidikan calon konselor atau guru bimbingan
dan konseling, sepanjang identitas individu atau kelompok yang dilayani
dirahasiakan atau jikalau digunakan harus atas izin individu atau kelompok
yang dilayani.
(3) Penyampaian informasi tentang konseli kepada keluarganya atau anggota
profesi yang sama atau profesi lain membutuhkan persetujuan konseli yang
bersangkutan dan kepentingan konseli tidak dirugikan.
(4) Informasi profesional hanya boleh disampaikan kepada orang yang mampu
dan berwenang menafsirkan dan menggunakannya.
b. Riset
Dalam melakukan riset, konselor atau guru bimbingan dan konseling harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
(1) Dalam melakukan riset terhadap manusia, wajib dihindari hal yang
merugikan subjek yang diteliti.
(2) Dalam melaporkan hasil riset, identitas subjek penelitian wajib dijaga
kerahasiannya.
(3) Penggunaan hasil-hasil riset bimbingan dan konseling harus dipergunakan
sepenuhnya untuk kepentingan mengembangkan ilmu terapan bimbingan
dan konseling serta untuk kemaslahatan setinggi-tingginya bagi subjek

17
layanan bimbingan dan konseling.

6. Penggunaan Instrumen Assesmen


a. Suatu jenis assesmen (tes dan non-tes) hanya bisa diaplikasikan oleh
konselor atau guru bimbingan dan konseling yang berwenang menggunakan
dan menafsirkan hasilnya.
(1) Assesmen dilakukan bila diperlukan data yang lebih luas tentang kondisi
diri atau karakteristik kepribadian konseli untuk kepentingan pelayanan.
(2) Konselor memberikan hasil assesmen kepada konseli dan orang tua untuk
kepentingan pelayanan.
(3) Penggunaan assesmen wajib mengikuti pedoman atau petunjuk yang
berlaku bagi assesmen yang dimaksud.
(4) Data hasil assesmen wajib diintegrasikan ke dalam himpunan data dan/atau
dengan informasi dari sumber lain untuk konseli yang sama.
(5) Hasil assesmen hanya dapat diberitahukan kepada pihak lain sejauh ada
hubungannya dengan usaha bantuan terhadap konseli dan tidak
menimbulkan kerugian baginya

18
LAMPIRAN
INSTRUMEN PRE-TEST
INSTRUMEN PELAKSANAAN EVALUASI PROGRAM LAYANAN
BIMBINGAN DAN KONSELING UNTUK PENGUATAN ETIKA
PROFESIONAL KONSELOR

Nama :
Jenis Kelamin :
Usia :
Lama Menjadi Konselor :
Asal Sekolah :

Instrumen ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman peserta pelatihan


terkait persiapan rangkaian kegiatan evaluasi dalam program bimbingan dan
konseling di sekolah. Diharapkan peserta pelatihan dapat mengisi pernyataan dan
pertanyaan di bawah ini sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
A. Pernyataan
Anda dapat menjawab dengan memberi nilai dengan cara melingkari antara
1 sampai 4 yang mengacu pada ketentuan berikut:
1. Sangat Tidak Setuju 2. Tidak Setuju 3. Setuju 4. Sangat Setuju

No Pernyataan Jawaban
1. Saya mengetahui urgensi dari pelaksanaan evaluasi 1 2 3 4
program bimbingan dan konseling di sekolah
2. Saya mengetahui aspek - aspek apa saja yang perlu 1 2 3 4
dilakukan evaluasi khususnya dalam pelaksanaan
layanan bimbingan dan konseling di sekolah
3. Saya mengetahui berbagai jenis evaluasi program 1 2 3 4
bimbingan dan konseling yang dapat
diimplementasikan di sekolah
4. Saya menggunakan suatu pendekatan khsusus 1 2 3 4
dalam melakukan evaluasi program bimbingan dan
konseling di sekolah
5. Saya melakukan evaluasi program pada layanan 1 2 3 4
dasar
6. Saya mengetahui berbagai layanan yang terdapat 1 2 3 4
pada komponen layanan dasar
7. Saya melakukan evaluasi program pada layanan 1 2 3 4
responsif
8. Saya mengetahui berbagai layanan yang terdapat 1 2 3 4
pada komponen layanan responsif
9. Saya melakukan evaluasi program pada layanan 1 2 3 4
perencanaan individu

19
10. Saya mengetahui berbagai layanan yang terdapat 1 2 3 4
pada komponen perencanaan individu
11. Saya melakukan evaluasi program pada layanan 1 2 3 4
dukungan sistem
12. Saya mengetahui berbagai layanan yang terdapat 1 2 3 4
pada komponen dukungan sistem
13. Hasil dari evaluasi yang telah dilakukan digunakan 1 2 3 4
sebagai dasar perbaikan program dalam tahun
berikutnya
14. Saya melaporkan hasil evaluasi program pada guru 1 2 3 4
dan pimpinan di sekolah

B. Pertanyaan
1. Apa yang bapak/ibu ketahui tentang evaluasi dalam bidang bimbingan dan
konseling?

2. Kapan bapak/ ibu melakukan evaluasi layanan yang telah dilakukan?

3. Sebutkan masing-masing layanan yang terdapat pada komponen layanan


dasar!

4. Sebutkan masing-masing layanan yang terdapat pada komponen layanan


responsif!

5. Sebutkan masing-masing layanan yang terdapat pada komponen layanan


perencanaan individu!

6. Sebutkan masing-masing layanan yang terdapat pada komponen layanan


dukungan sistem!

7. Menurut bapak/ ibu, kendala apa saja yang pernah dialami dalam melakukan
evaluasi program bimbingan dan konseling?

20
INSTRUMEN POST-TEST
INSTRUMEN PELAKSANAAN EVALUASI PROGRAM LAYANAN
BIMBINGAN DAN KONSELING UNTUK PENGUATAN ETIKA
PROFESIONAL KONSELOR

Nama :
Jenis Kelamin :
Usia :
Lama Menjadi Konselor :
Asal Sekolah :

Instrumen ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman peserta pelatihan


terkait persiapan rangkaian kegiatan evaluasi dalam program bimbingan dan
konseling di sekolah. Diharapkan peserta pelatihan dapat mengisi pernyataan dan
pertanyaan di bawah ini sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
A. Pernyataan
Anda dapat menjawab dengan memberi nilai dengan cara melingkari antara
1 sampai 4 yang mengacu pada ketentuan berikut:
1. Sangat Tidak Setuju 2. Tidak Setuju 3. Setuju 4. Sangat Setuju

No Pernyataan Jawaban
1. Saya mengetahui urgensi dari pelaksanaan 1 2 3 4
evaluasi program bimbingan dan konseling di
sekolah
2. Saya mengetahui aspek - aspek apa saja yang 1 2 3 4
perlu dilakukan evaluasi khususnya dalam
pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di
sekolah
3. Saya mengetahui berbagai jenis evaluasi 1 2 3 4
program bimbingan dan konseling yang dapat
diimplementasikan di sekolah
4. Saya menggunakan suatu pendekatan khsusus 1 2 3 4
dalam melakukan evaluasi program bimbingan
dan konseling di sekolah
5. Saya melakukan evaluasi program pada layanan 1 2 3 4
dasar
6. Saya mengetahui berbagai layanan yang terdapat 1 2 3 4
pada komponen layanan dasar
7. Saya melakukan evaluasi program pada layanan 1 2 3 4
responsif
8. Saya mengetahui berbagai layanan yang terdapat 1 2 3 4
pada komponen layanan responsif
9. Saya melakukan evaluasi program pada layanan 1 2 3 4
perencanaan individu

21
10. Saya mengetahui berbagai layanan yang terdapat 1 2 3 4
pada komponen perencanaan individu
11. Saya melakukan evaluasi program pada layanan 1 2 3 4
dukungan sistem
12. Saya mengetahui berbagai layanan yang terdapat 1 2 3 4
pada komponen dukungan sistem
13. Hasil dari evaluasi yang telah dilakukan 1 2 3 4
digunakan sebagai dasar perbaikan program
dalam tahun berikutnya
14. Saya melaporkan hasil evaluasi program pada 1 2 3 4
guru dan pimpinan di sekolah

B. Pertanyaan
1. Apa yang di maksud dengan evaluasi program BK dan kegunaannya?

2. Apa saja macam-macam pendekatan yang dapat digunakan dalam evaluasi


program bimbingan dan konseling

3. Menurut bapak/ ibu, apa saja hambatan dalam melaksanakan evaluasi program
bimbingan dan konseling?

4. Menurut bapak/ ibu, bagaimana cara yang perlu dilakukan oleh konselor
sekeolah agar proses evaluasi program bimbingan dan konseling dapat
terlaksana dengan baik?

5. Materi yang disampaikan dalam pelatihan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
saat ini
a. Iya b. tidak

6. Pelaksanaan pelatihan efektif dan menyenangkan


a. Iya b. tidak

7. Media yang digunakan mendukung pemahaman mengenai materi yang


disampaikan
a. Iya b. tidak

22
8. Hasil pelaksanaan pelatihan meningkatkan pemahaman saya terhadap siswa
a. Iya b. tidak

9. Pelatihan memberikan dampak yang signifikan terhadap pemahaman dan


kompetensi saya sebagai guru dalam konteks merdeka belajar
a. Iya b. tidak

10. Ada saja dampak yang bapak/ ibu rasakan setelah mengikuti program
pelatihan ini?

23
STANDAR DAN KRITERIA EVALUASI KONSELOR PROFESIONAL
ABKIN

Standar 1: Konselor professional menerapkan komponen layanan dasar


dengan menggunakan keterampilan pembelajaran dan
perencanaan sesi-sesi kelompok terstruktur bagi semua siswa.
Kriteria 1: Konselor sekolah professional mengajarkan unit-unit bimbingan
secara efektif.
Kriteria 2: Konselor sekolah professional mendorong keterlibatan staf sekolah
untuk mengimlementasikan layanan dasar secara efektif.
Standar 2: Konselor sekolah professional mengimplementasikan komponen
perencanaan individual melalui membimbing siswa secara
individual atau kelompok serta orangtua mereka melalui
pengembangan perencanaan pendidikan dan karier.
Kriteria 3: Konselor sekolah profesional dalam berkolaborasi dengan orangtua
membantu siswa-siswa untuk merumuskan tujuan dan mengembangkan
keterampilan perencanaan.
Kriteria 4: Konselor sekolah professional menunjukkan interpretasi yang akurat
dan tepat terhadap data asesmen serta memberikan informasi yang relevan dan tidak
bias.
Standar 3: Konselor sekolah professional menerapkan komponen pelayanan
responsif melalui menggunakan keterampilan konseling,
individual dan kelompok, konsultasi, dan referral.
Kriteria 5: Konselor sekolah professional mengkonseling siswa secara individual
dan kelompok yang teridentifikasi kebutuhan dan masalahnya dan memerlukan
bantuan.
Kriteria 6: Konselor sekolah professional berkonsultasi secara efektif
dengan orangtua, guru, wali kelas, pimpinan sekolah, dan individu lain yang
relevan.
Kriteria 7: Konselor sekolah professional menerapkan proses alih tangan dalam
berkolaborasi dengan orangtua, pimpinan sekolah, guru, dan personil sekolah
lainnya.

24
Standar 4: Konselor sekolah professional mengimplementasikan komponen
dukungan system melalui manajemen program bimbingan efektif
dan dukungan dari program bimbingan lainnya.
Kriteria 8: Konselor sekolah professional memberikan program bimbingan
komprehensif dan seimbang komponennya bersama dengan staf sekolah lainnya.
Kriteria 9: Konselor sekolah professional memberikan dukungan terhadap
program sekolah lainnya.
Standar 5: Konselor sekolah professional menggunakan kemampuan
komunikasi dan interaksi professional dengan masyarakat
sekolah.
Kriteria 10: Konselor sekolah professional memperlihatkan hubungan
interpersonal positif dengan semua siswa.
Kriteria 11: Konselor sekolah professional memperlihatkan hubungan
interpersonal yang positif dengan staf pendidikan.
Kriteria 12: Konselor sekolah professional memperlihatkan hubungan
interpersonal yang positif dengan orangtua dan tokoh masyatakat sekitar sekolah.
Standar 6: Konselor sekolah professional memegang tanggungjawab
profesional.
Kriteria 13: Konselor sekolah professional menunjukkan komitmen untuk selalu
menumbuhkan profesionalitasnya.
Kriteria 14: Konselor sekolah professional mengembangkan kebiasaan kerja
professional dan penuh tanggung jawab.
Kriteria 15: Konselor sekolah professional mengikuti standard dan pedoman etis
dan legal professional, meningkatkan hubungan interpersonal dengan
memperhatikan ragam budaya dan kebijakan sekolah.

25
DAFTAR RUJUKAN

Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN). (2018). Kode Etik


Bimbingan dan Konseling Indonesia.
Handaka, I. B. (2015). Studi Deskriptif Tentang Model Evaluasi Pelaksanaan
Program Bimbingan Dan Konseling Di Sma Negeri Di Kabupaten Bantul.
Jurnal Konseling Gusjigang, 1(2). https://doi.org/10.24176/jkg.v1i2.408
Rex, J. (2008). The South Carolina Comprehensive Developmental Guidance and
Counseling Program Model. Columbia, South Carolina.

26
27

Anda mungkin juga menyukai