Anda di halaman 1dari 9

TUGAS 1

MIND MAPPING DAN RINGKASAN

“Tugas Pokok Guru BK dan Latar Belakang Pentingnya Mempelajari Pengukuran


dan Penilaian dalam Menyelenggarakan Kegiatan BK”

Dosen Pengampu :

Dr. Nurfarhanah, M.Pd., Kons.

Penulis :

Elvira Linanda Putri (23151051)

S2 PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2024
MIND MAPPING

A. Tugas Pokok Guru Bimbingan dan Konseling/ Konselor

Tugas Pokok Guru


BK

Dimensi Pelaksanaan
Dimensi Perencanaan Dimensi Evaluasi
Layanan BK

menunjukkan landasan
keilmuan pendidikan memahami teori dan melakukan evaluasi
dalam perencanaan praksis BK program BK
layanan BK

menyusun,
mengembangkan, mengimplementasikan menginformasikan
memilih, dan praksis pendidikan hasil evaluasi kepada
mengaplikasikan dalam layanan BK pihak terkait
instrumen BK

membedakan esensi menggunakan hasil


menentukan materi dan layanan BK pada jenis ealuasi untuk
bidang layanan jenjang satuan mengembangkan
pendidikan program BK selanutnya

menentukan jadwal
mengaplikasikan
pelaksanaan layanan
hakikat pelayanan BK
BK

Menurut Ngalim Purwanto (Siwabessy and Pd 2014) pelaksanaan tugas


pokok guru BK adalah pelaksanaan tugas guru BK yang dibebankan kepadanya
berdasarkan tugas pokok yang diatur dalam undang-undang. Dlam peraturan
mengenai konselor yaitu tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi
konselor, dibahas mengenai tugas pokok guru BK. Tugas tersebut digambarkan
dalam tiga dimensi tugas utama beserta indikatornya. Berikut penjelasan dan
rincian dimensi tugas guru BK;

1. Dimensi Perencanaan
Guru BK memiliki tugas untuk;
a. menunjukkan landasan keilmuan pendidikan dalam perencanaan layanan
BK, Menyusun dan mengembangkan instrument, memilih instrumen,
mengaplikasikan dan mengadministrasikan, serta menggunakan hasil
assesment;
b. menentukan materi dan bidang layanan BK berdasar kebutuhan peserta
didik/konseli;
c. menentukan jenis kegiatan layanan dan pendukung sesuai dengan materi dan
bidang layanan BK;
d. menentukan jadwal pelaksanaan layanan BK;
e. dan merencanakan sarana dan biaya pelaksanaan layanan BK.
2. Dimensi Pelaksanaan Layanan BK
Guru BK memiliki pemahaman tentang teori dan praksis BK, persiapan
layanan BK, pelaksanaan layanan BK, dan penilaian keberhasilan layanan BK.
Untuk indikator teori dan praksis BK memiliki delapan deskriptor yaitu;
a. mengimplementasikan prinsip pendidikan dan dimensi pembelajaran dalam
pelayanan BK;
b. mengimplementasikan praksis pendidikan dalam pelayanan BK;
c. dapat membedakan esensi layanan BK pada jalur satuan pendidikan formal,
nonformal dan informal;
d. membedakan esensi layanan BK pada jenis dan jenjang satuan pendidikan
usia dini, dasar dan menengah, serta tinggi;
e. mengaplikasikan hakikat pelayanan BK (tujuan, prinsip, azas, fungsi, dan
landasan);
f. memberi kesempatan kepada peserta didik/konseli memperoleh pelayanan
BK sesuai dengan pertumbuhan fisik dan perkembangan psikologis;
g. memberikan kesempatan kepada peserta didik/konseli memperoleh
pelayanan BK sesuai dengan bakat, minat, dan potensi pribadi;
h. dan memberikan kesempatan kepada peserta didik/konseli memperoleh
pelayanan BK untuk mengembangkan sikap, perilaku dan kebiasaan belajar.

Untuk indikator kedua, persiapan layanan BK memiliki satu deskriptor yaitu


dapat mengaplikasikan dasar-dasar pelayanan BK dalam penyusunan Rencana
Pelaksanaan Layanan (RPL).

Pada indikator ketiga, pelaksanaan layanan BK, memiliki lima deskriptor


yaitu;
a. mengimplementasikan berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung yang
ada dalam RPL (Satlan/Satkung);
b. memfasilitasi pengembangan kehidupan pribadi, sosial, kemampuan belajar
dan perencanaan karir;
c. menerapkan pendekatan/model konseling dalam pelayanan BK;
d. melaksanakan pendekatan kolaboratif dengan pihak terkait dalam pelayanan
BK
e. dan mengelola sarana dan biaya pelaksanaan pelayanan BK.

Pada indikator keempat, penilaian keberhasilan layanan BK, memiliki satu


deskriptor yaitu melakukan penilaian proses dan hasil pelayanan BK.

3. Dimensi Evaluasi
Pada aspek ini, Guru BK memiliki tugas untuk melakukan evaluasi program
BK dimana harus mampu melakukan evaluasi program BK; Guru BK dapat
menginformasikan hasil evaluasi program BK kepada pihak terkait;
menggunakan hasil evaluasi untuk mengembangkan program BK selanjutnya.
Tugas kedua yaitu pelaporan dan tindak lanjut layanan BK dengan empat
indikator yaitu menyusun laporan pelaksanaan program (Lapelprog)
berdasarkan hasil evaluasi program BK; menentukan arah profesi (peran dan
fungsi Guru BK/ Konselor); merancang dan melaksanakan penelitian dalam BK;
dan memanfaatkan hasil penelitian dalam BK.

B. Pengukuran dan Penilaian dalam BK


1. Pengukuran dalam Bimbingan dan Konseling
Pengukuran dapat didefinisikan sebagai proses sistematis untuk
mengevaluasi dan membedakan apa yang sedang diukur. Pengukuran disesuaikan
dengan aturan tertentu. Aturan yang berbeda memerlukan skala dan metrik yang
berbeda. Saat memproses dan menganalisis data, kami sangat memperhatikan sifat
skala pengukuran yang digunakan. Pemilihan peralatan statistik yang digunakan
dalam operasi matematika dan pengolahan data pada dasarnya memiliki
persyaratan tertentu dalam hal skala pengukuran datanya. Ketidaksesuaian antara
skala Pengukuran yang dilakukan menggunakan operasi matematika/peralatan
statistik dapat menghasilkan kesimpulan yang bias dan tidak akurat/relevan
(Junaidi 2015 dalam
Menurut Hill dalam A. Muri Yusuf (2005:11) pengukuran adalah
pemberian angka pada sifat-sifat suatu benda, peristiwa, atau orang menurut
kaidah. Ada pula ahli yang menyatakan bahwa pengukuran dapat pula diartikan
sebagai proses dimana informasi tentang sifat-sifat atau ciri-ciri suatu benda
ditentukan dan dibedakan. Menurut Nachmias and Nachmias dalam A. Muri
Yusuf (2005:11) Pengukuran dapat dipandang sebagai prosedur di mana
seseorang menambahkan angka pada sifat empiris (variabel) sesuai aturan.
Dari pendapat ahli di atas disimpulkan bahwa pengukuran merupakan
prosedur atau proses meng“angka”kan suatu objek berdasarkan aturan tertentu.
Menurut A. Muri Yusuf (2005:11) Ada tiga konsep yang perlu diperhatikan:
a. Angka atau simbol yang dapat diolah secara statistik atau dimanipulasi
secara sistematis, seperti 1,2,3 dan seterusnya.
b. Penerapan
Ini berarti bahwa angka atau simbol itu diterapkan terhadap objek atau
kejadian tertentu yang dimaksudkan.
c. Aturan
Aturan ini dimaksudkan sebagai patokan tentang benar/tidaknya tindakan
yang dilakukan atau sesuatu kejadian atau objek yang dikuasai seseorang.

Lebih lanjut A. Muri Yusuf dalam (Asmita and Fitriani 2022) menjelaskan
hasil pengukuran akan ditentukan oleh kecanggihan alat ukur instrument yang
dipakai, pengadminsitrasian, yang tepat serta pengolahan data menurut pola yang
sebenarnya berdasarkan patokan yang disepakati. Hasil pengukuran itu berupa
angka atau simbol lain yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya.
Sehubungan dengan itu ada tiga langkah yang perlu dilalui dalam melaksanakan
pengukuran.

a. Mengidentfikasi dan merumuskan atribut atau kualitas yang diukur


b. Menentukan seperangkat operasi yang dapat digunakan untuk mengukur
atribut tersebut.
c. Menetapkan seperangkat prosedur atau definisi untk menterjemahkan hasil
pengukuran dalam pernyataan kuantitatif.

Dalam bimbingan dan konseling kegiatan mengukur sangat sering


dilakukan oleh pihak-pihak terkait. Dari pengertian yang telah dipaparkan di atas
maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud pengukuran dalam bimbingan dan
konseling adalah kegiatan mengumpulkan data yang berkenaan dengan pelayanan
bimbingan dan konseling kepada sasaran-sasaran tertentu di mana data tersebut
berbentuk kuantitatif/angka. Sebagai contoh ketika Guru Pembimbing memberikan
tes psikologis kepada siswa kemudian diperoleh angka-angka berkenaan dengan tes
yang telah dilakukannya.

2. Penilaian dalam Bimbingan dan Konseling


Nana Sudjana dalam Amirah Diniaty (2012:28) menjelaskan sebelum tahun
1930 penilaian dan pengukuran merupakan dua hal yang tidak terpisah, satu
dengan yang lainnya sering dikacaukan. Kata penilaian pada saat itu jarang
terdengar dan bila sekali-kali dikaitkan dengan kata pengukuran, sehingga timbul
istilah pengukuran dan penilaian. Kegiatan pengukuran dan penilaian waktu itu
bersifat kuantitatif, dan lebih banyak diarahkan pada upaya memeriksa perbedaan-
perbedaan individual.
Assessment atau penilaian merupakan salah satu kegiatan pengukuran.
Dalam konteks bimbingan dan konseling, assessment yaitu mengukur suatu
proses konseling yang harus dilakukan konselor sebelum, selama dan setelah
konseling tersebut dilaksanakan/ berlangsung. Assessment merupakan salah satu
bagian terpenting dalam seluruh kegiatan yang ada dalam konseling (baik
konseling kelompok maupun konseling individual). Karena itulah assessment
dalam bimbingan dan konseling merupakan bagian yang terintegral dengan proses
terapi maupun semua kegiatan bimbingan dan konseling itu sendiri. Assesment
dilakukan untuk menggali dinamika dan faktor penentu yang mendasari
munculnya masalah.
Assessment merupakan kegiatan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan/ kompetensi yang dimiliki oleh konseli dalam memecahkan masalah.
Assessment yang dikembangkan adalah assessment yang baku dan meliputi
beberapa aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor dalam kompetensi dengan
menggunakan indikator-indikator yang ditetapkan dan dikembangkan konselor.
Assessment yang diberikan kepada konseli merupakan pengembangan dari area
kompetensi dasar pada diri konseli yang akan dinilai, yang kemudian akan
dijabarkan dalam bentuk indikator-indikator. Pada umumnya assessment
bimbingan dan konseling dapat dilakukan dalam bentuk laporan diri, performance
test, tes psikologis, observasi, wawancara, dan sebagainya.
Assessment memberikan informasi lebih komprehensif dan lengkap dari
pada pengukuran, sebab tidak menggunakan instrument tes saja tetapi dapat
digunakan instrumen non tes. Dalam pengukuran pengumpulan informasi lebih
menekankan pada data kuantitatif atau data yang dapat dikuantifikasikan,
sedangkan dalam assessment pengumpulan informasi mencakup kualitas orang
atau suatu objek atau kejadian yang berkaitan dengan orang.
Dalam bidang pendidikan, assessment menurut A. Muri Yusuf (2005:13)
dapat diartikan sebagai prosedur pengumpulan informasi yang dapat digunakan
untuk pengambilan keputusan tentang kebijakan dalam bidang pendidikan,
program, mutu, input, dan proses pendidikan, serta penguasaan peserta didik
terhadap semua hal yang dibelajarkan kepadanya. Assessment dapat dilakukan
terhadap objek, kejadian atau peristiwa pendidikan, kualitas dan kuantitas peserta
didik, guru, kepala sekolah dan kelompok fungsional lainnya.
DAFTAR RUJUKAN.

A.Muri Yusuf. 2005. Evaluasi Pendidikan. Padang. Universitas Negeri Padang.

Amirah Diniaty. 2012. Evaluasi Bimbingan dan Konseling. Pekanbaru. Zanafa

Publishing.

Asmita, Wenda, and Wahidah Fitriani. 2022. “Studi Literatur: Konsep Dasar
Pengukuran.” Jurnal Mahasiswa BK An-Nur : Berbeda, Bermakna, Mulia
8(3):217–26.

Siwabessy, Dra Louise, and M. Pd. 2014. “GURU BIMBINGAN DAN


KONSELING SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI SE-JAKARTA
PUSAT.” 146–52.

Anda mungkin juga menyukai