Anda di halaman 1dari 16

BAB II

PENENTUAN INDIKATOR

A. Pengertian Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), indikator adalah sesuatu yg
dapat memberikan atau menjadi petunjuk atau keterangan. Jika dikaitkan
dengan pembelajaran, indikator merupakan petunjuk bagi guru apakah hasil
pembelajaran telah tuntas atau belum. Sederhananya, indikator pencapaian
kompetensi adalah garis-garis besar yang harus dicapai oleh siswa selama
pembelajaran berlangsung. Misalnya, dalam satu pertemuan, siswa harus
mampu menyebutkan nama-nama binatang melata. Maka pembelajaran
dilaksanakan semata-mata agar siswa dapat menyebutkan nama-nama binatang
melata. Ketika siswa sudah mampu menyebutkan nama-nama binatang melata
berarti pembelajaran telah tuntas, sebaliknya jika siswa belum mampu
menyebutkan nama-nama binatang melata, pembelajaran belum tuntas.
Dalam penjelasan yang lain indikator adalah perilaku yang dapat diukur
dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar
tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran (Mulyasa, 2007:139).
Dalam Panduan Pengembangan Indikator (2010: 3) dan Permendiknas Nomor 41
Tahun 2007 juga menyatakan bahwa indikator pencapaian kompetensi (IPK)
adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan
ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata
pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan
kata kerja operasional yang dapat diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap,
dan keterampilan. Indikator pencapaian kompetensi sesuai kurikulum 2013
adalah: (a) perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk kompetensi
dasar (KD) pada kompetensi inti (KI)-3 dan KI-4; dan (b) perilaku yang dapat
diobservasi untuk disimpulkan sebagai pemenuhan KD pada KI-1 dan KI-2, yang
kedua-duanya menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Dengan demikian pada
dasarnya indikator pencapaian kompetensi merupakan penanda pencapaian KD
yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan
karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah
dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/ atau dapat
diobservasi. Jadi, indikator merupakan kompetensi yang harus dicapai oleh siswa
atau dengan kata lain adalah perubahan yang diharapkan yang terjadi pada diri
siswa pada aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan setelah pembelajaran
berlangsung, untuk mengetahuinya dilaksanakan melalui evaluasi, apakah
dilakukan dengan tes lisan, tertulis atau tanya jawab.

B. Penentuan Indikator

Indikator merupakan salah satu komponen penting dalam kegiatan


pembelajaran. Didalam RPP maupun silabus, salah satu komponen yang harus
disusun oleh guru adalah indikator pencapaian kompetensi. Keberadaan
indikator akan menjadi acuan terhadap berhasil atau tidak berhasilnya
pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Oleh karenanya, guru
sangat diharapkan dapat memahami tentang indikator. Dapat dirumuskan bahwa
indikator merupakan kompetensi yang lebih spesifik. Apabila serangkaian
indikator dalam satu Kompetensi Dasar sudah dapat dicapai oleh siswa, berarti
target Kompetensi Dasar tersebut sudah terpenuhi.

Untuk menyusun indikator, perlu diketahui terlebih dahulu syarat-syarat yang


harus dipenuhi, banyak orang menyarankan agar menggunakan metoda SMART.

S pecific : Indikator yang dibuat haruslah berfokus pada satu


kemampuan.
M easurable : indikator harus dapat diukur dan dievaluasi.
A chievable : indikator harus bisa diraih atau dicapai oleh siswa.
R eality : indikator harus Nyata dalam prosesnya.
T ime : Perhitungan waktu mencukupi.
Ketika merumuskan indikator, terdapat ketentuan-ketentuan yang perlu
diperhatikan, ketentuan tersebut adalah:
1. Setiap KD dikembangkan sekurang-kurangnya menjadi tiga indikator
2. Keseluruhan indikator memenuhi tuntutan kompetensi yang tertuang
dalam kata kerja yang digunakan dalam KI dan KD.
3. Indikator yang dikembangkan harus menggambarkan hirarki kompetensi
4. Rumusan indikator sekurang-kurangnya mencakup dua aspek, yaitu
tingkat kompetensi dan materi pelajaran
5. Indikator harus mengakomodir karakteristik mata pelajaran sehingga
menggunakan kata kerja operasional yang sesuai.
6. Rumusan indikator dapat dikembangkan menjadi beberapa indikator
penilaian yang mencakup ranak kognitif, afaktif, dan/atau psikomotor
(Panduan Pengembangan Indikator, 2010:10).
Dalam sudut pandang yang lain dalam mengembangkan indikator perlu
mempertimbangkan hal-hal berikut ini.
a. Tuntunan kompetensi yang dapat dilihat melalui kata kerja yang
digunakan dalam KD.
b. Karakteristik mata pelajaran, peserta didik, dan sekolah.
c. Potensi dan kebutuhan peserta didik, masyarakat, dan
lingkungan/daerah.
Dalam mengembangkan pembelajaran dan penilaian, terdapat dua rumusan
indikator.
a. Indikator pencapaian kompetensi yang dikenal sebagai indikator yang
terdapat dalam RPP
b. Indikator penilaian yang digunakan dalam menyusun kisi-kisi dan
menulis soal yang dikenal sebagai indikator soal.

Kemampuan guru dalam memahami ketentuan dalam merumuskan


indikator pencapaian KD akan mengantarkan guru dalam merumuskan indikator
yang benar. Perumusan indikator yang benar akan menjadi tolah ukur dalam
menentukan keberhasilan peserta didik dalam memperoleh komptensi yang
diharapkan.

C. Fungsi Indikator
Indikator memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam
mengembangkan pencapaian kompetensi dasar. Indikator berfungsi
sebagai berikut.

a. Pedoman dalam mengembangkan materi pembelajaran.


Pengembangan materi pembelajaran harus sesuai dengan
indikator yang dikembangkan.
Indikator yang dirumuskan secara cermat dapat memberikan arah
dalam pengembangan materi pembelajaran yang efektif sesuai
dengan karakteristik mata pelajaran, potensi dan kebutuhan
peserta didik, sekolah, serta lingkungan.
b. Pedoman dalam mendesain kegiatan pembelajaran.
Pengembangan desain pembelajaran hendaknya sesuai dengan
dengan indikator yang dikembangkan, karena indikator dapat
memberikan gambaran kegiatan pembelajaran yang efektif untuk
mencapai kompetensi. Indikator yang menuntut kompetensi
dominan pada aspek procedural menunjukkan agar kegiatan
pembelajaran dilakukan tidak dengan strategi ekspositori
melainkan lebih tepat dengan strategi discovery-inquiry.
c. Pedoman dalam mengembangkan bahan ajar.
Bahan ajar perlu dikembangkan oleh guru guna menunjang
pencapaian kompetensi peserta didik. Pemilihan bahan ajar yang
efektif harus sesuai tuntutan indikator sehingga dapat
meningkatkan pencapaian kompetensi secara maksimal.
d. Pedoman dalam merancang dan melaksanakan penilaian hasil
belajar.
Indikator menjadi pedoman dalam merancang, melaksanakan,
dan mengevaluasi hasil belajar. Rancangan penilaian memberikan
acuan dalam menentukan bentuk dan jenis penilaian, serta
pengembangan indicator penilaian.

D. Mekanisme Pengembangan Indikator

Menyikapi tuntutan standar proses, standar penilaian, dan standar


kompetensi, guru dituntut mampu merumuskan indikator. Kegiatan
merumuskan indikator menjadi kewajiban bagi guru agar terlaksana proses
pembelajaran yang efektif dan efesien. Kewajiban ini tertulis pada
Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian bahwa salah
satu kegiatan guru adalah mengembangkan indikator pencapaian KD dan
memilih teknik penilaian yang sesuai. Selanjutnya, dalam Permendiknas Nomor
16 Tahun 2007 tentang Standar Kompetensi Guru Mata Pelajaran, salah satu
kompetensi yang diharapkan dari guru adalah mengembangkan indikator dan
instrumen penilaian.

Merumuskan indikator harus merujuk kepada Kompetensi Dasar sesuai


dengan mata pelajaran tertentu. Hasil dari rumusan indikator akan menjadi
dasar dalam mengembangkan bahan ajar, mendesain kegiatan pembelajaran,
dan dan merancang penilaian hasil pembelajaran. Indikator dirumuskan dalam
bentuk kalimat dengan menggunakan kata kerja operasional. Kemudian indikator
harus dimulai dari tingkatan berpikir mudah ke sukar, sederhana ke kompleks,
dekat ke jauh, dan dari konkret ke abstrak (bukan sebaliknya). Rumusan indikator
sekurang-kurangnya mencakup dua hal yaitu tingkat kompetensi dan materi yang
menjadi media pencapaian kompetensi.

Mekanisme Pengembangan Indikator


1. Menganalisis Tingkat Kompetensi dalam KD.
Dalam mengembangkan indikator dari KD langkah yang dapat digunakan
adalah dengan menganalisis tingkat kompetensi yang digunakan pada KD.
Langkah ini dilakukan dengan cara melihat tingkat kompetensi yang terdapat
pada kompetensi dasar. Kriteria yang dapat dilakukan dengan menganalisis kata
kerja operasional (KKO) yang digunakan oleh KD tersebut. Apabila tingkat
kompetensi pada KD sampai pada level C3 (penerapan) maka indikator yang
dikembangkan harus mencapai kompetensi C3. Hal ini untuk memenuhi tututan
minimal dari kompetensi yang dijadikan acuan untuk mencapai standar nasional.
Namun, tidak tertutup kemungkinan bagi pendidik untuk mengembangkan
indikator melebihi kompetensi yang ada pada KD karena sesuai dengan
penetapan SNP bahwa pendidik dan sekolah dapat menyesuaikan kompetensi
yang hendak dicapai berdasarkan potensi anak didik.

Ketika mengembangkan indikator dengan cara ini ada hal yang perlu
diperhatikan yaitu pendidik harus menghindari penggunakaan tingkat
kompetensi yang tumpang tindih. Tingkat kompetensi yang digunakan harus
dilakukan secara hirarkis yaitu mulai dari tingkat kompetensi termudah hingga
tersulit. Maka, jika tingkat kompetensi tersebut harus dimulai dari C1, C2 hingga
C6. Apabila tingkat kompetensi diawali dengan C2, kompetensi berikutnya
sebaiknya ke C3 dan tidak dibenarkan kembali ke C1.

Selain tingkat kompetensi, penggunaan kata kerja menunjukan


penekanan aspek yang diinginkan, mencakup sikap, pengetahuan, serta
keterampilan. Pengembangan indikator harus mengakomodasi kompetensi
sesuai tendensi yang digunakan KD. Jika aspek keterampilan lebih menonjol,
maka indikator yang dirumuskan harus mencapai kemampuan keterampilan yang
diinginkan.

2. Menganalisis Karakteristik Mata Pelajaran, Peserta Didik, dan Sekolah


Pengembangan indikator mempertimbangkan karakteristik mata
pelajaran, peserta didik, dan sekolah karena indikator menjadi acuan dalam
penilaian. Sesuai Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005, karakteristik
penilaian kelompok mata pelajaran adalah sebagai berikut.
Kelompok Mata Pelajaran Mata Pelajaran Aspek yang Dinilai

Agama dan Akhlak Mulia Pendidikan Agama Afektif dan Kognitif

Kewarganegaraan dan Pendidikan


Kepribadian Kewarganegaraan Afektif dan Kognitif

Jasmani Olahraga dan


Kesehatan Penjas Orkes Psikomotorik, Afektif, dan Kognitif

Estetika Seni Budaya Afektif dan Psikomotorik

Afektif, Kognitif, dan/atau


Ilmu Pengetahuan dan Matematika, IPA, IPS Psikomotorik sesuai karakter mata
Teknologi Bahasa, dan TIK. pelajaran

Setiap mata pelajaran memiliki karakteristik tertentu yang membedakan


dari mata pelajaran lainnya. Perbedaan ini menjadi pertimbangan penting dalam
mengembangkan indikator. Karakteristik mata pelajaran bahasa yang terdiri dari
aspek mendengar, membaca, berbicara dan menulis sangat berbeda dengan
mata pelajaran matematika yang dominan pada aspek analisis logis. Guru harus
melakukan kajian mendalam mengenai karakteristik mata pelajaran sebagai
acuan mengembangkan indikator. Karakteristik mata pelajaran dapat dikaji pada
dokumen standar isi masing-masing mata pelajaran.
Pengembangkan indikator memerlukan informasi karakteristik peserta
didik yang unik dan beragam. Peserta didik memiliki keragaman dalam
intelegensi dan gaya belajar. Oleh karena itu indikator selayaknya mampu
mengakomodir keragaman tersebut. Peserta didik dengan karakteristik unik
visual-verbal atau psiko-kinestetik selayaknya diakomodir dengan penilaian yang
sesuai sehingga kompetensi siswa dapat terukur secara proporsional.
Karakteristik sekolah dan daerah menjadi acuan dalam pengembangan
indikator karena target pencapaian sekolah tidak sama. Sekolah kategori tertentu
yang melebihi standar minimal dapat mengembangkan indikator lebih tinggi.
Sekolah dengan keunggulan tertentu juga menjadi pertimbangan dalam
mengembangkan indikator.
3. Menganalisis Kebutuhan dan Potensi
Kebutuhan dan potensi peserta didik, sekolah dan daerah perlu dianalisis
untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam mengembangkan indikator.
Penyelenggaraan pendidikan seharusnya dapat melayani kebutuhan peserta
didik, lingkungan, serta mengembangkan potensi peserta didik secara optimal.
Peserta didik mendapatkan pendidikan sesuai dengan potensi dan kecepatan
belajarnya, termasuk tingkat potensi yang diraihnya.
Indikator juga harus dikembangkan guna mendorong peningkatan mutu
sekolah di masa yang akan datang, sehingga diperlukan informasi hasil analisis
potensi sekolah yang berguna untuk mengembangkan kurikulum melalui
pengembangan indikator.
4. Merumuskan Indikator
Dalam merumuskan indikator perlu diperhatikan beberapa ketentuan
sebagai berikut:
1. Setiap KD dikembangkan sekurang-kurangnya menjadi dua atau tiga
indikator
2. Keseluruhan indikator memenuhi tuntutan kompetensi yang tertuang
dalam kata kerja yang digunakan KD. Indikator harus mencapai
tingkat kompetensi minimal KD dan dapat dikembangkan melebihi
kompetensi minimal sesuai dengan potensi dan kebutuhan peserta
didik.
3. Indikator yang dikembangkan harus menggambarkan hirarki
kompetensi.
4. Rumusan indikator sekurang-kurangnya mencakup dua aspek, yaitu
tingkat kompetensi dan materi pembelajaran.
5. Indikator harus dapat mengakomodir karakteristik mata pelajaran
sehingga menggunakan kata kerja operasional yang sesuai.
6. Indikator harus dapat diukur/diamati
7. Rumusan indikator dapat dikembangkan menjadi beberapa indikator
penilaian yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan/atau
psikomotorik.
5. Mengembangkan Indikator Penilaian
Indikator penilaian merupakan pengembangan lebih lanjut dari indikator
(indikator pencapaian kompetensi). Indikator penilaian perlu dirumuskan untuk
dijadikan pedoman penilaian bagi guru, peserta didik maupun evaluator di
sekolah. Dengan demikian indikator penilaian bersifat terbuka dan dapat diakses
dengan mudah oleh warga sekolah. Setiap penilaian yang dilakukan melalui tes
dan non-tes harus sesuai dengan indikator penilaian.
Indikator penilaian menggunakan kata kerja lebih terukur dibandingkan
dengan indikator (indikator pencapaian kompetensi). Rumusan indikator
penilaian memiliki batasan-batasan tertentu sehingga dapat dikembangkan
menjadi instrumen penilaian dalam bentuk soal, lembar pengamatan, dan atau
penilaian hasil karya atau produk, termasuk penilaian diri.

Contoh pengembangan indikator pada rana kognitif

Mengingat
Mengingat adalah memanggil kembali pengetahuan yang telah tersimpan
dalam memori . mengingat menggunakan memori untuk menggugah
kembali definisi , fakta , atau daftar
, atau informasi yang dipelajari sebelumnya.
Contoh Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Menuliskan ulang data
2. Menyebutkan kembali definisi….
3. Menyusun langkah-langkah kegiatan observasi…
4. Mendeskripsikan konsep ….. dalam diskusi
5. Menuliskan informasi kembali hasil….
Memahami
Memahami artinya mengembangkan atau merumuskan makna melalui
berbagai jenis fungsi baik lisan maupun tulisan seperti menafsirkan ,
mencontohkan , mengklasifikasi, meringkas, menyimpulkan ,
membandingkan , atau menjelaskan.
Contoh Indikator pencapaian kompetensi:
1. Menafsirkan data yang terdapat dalam tabel….
2. .Menentukan contoh penerapan konsep…..
3. Memilih langkah-langkah yang paling tepat ……
4. Meringkas materi hasil telah….………
Menerapkan
Menerapkan prosedur tertentu yang merujuk pada materi pelajaran
telah dipelajari sehingga menghasilkan produk-produk tertentu pula,
seperti, model, karya, materi presentasi, melakukan wawancara, atau
simulasi.
Contoh indikator pencapaian kompetensi
1. Menggunakan data sebagai sebagai dasar argumentasi…..
2. Menyajikan diagram hubungan data hasil pengamatan ……
3. Memperbaiki langkah-langkah kegiatan….
4. Menghimpun materi dalam presentasi….
5. Melakukan wawancara….
6. Mempresentasikan langkah kerja dalam mempraktikan….
7. Mensimulasikan cara kerja……
Menganalisis
Menganalisis adalah mengurai konsep, prosedur, komponen ke dalam beberapa
bagian. Menganalisis dapat berupa mengurai sesuatu untuk mengenali
bagaimana bagian-bagiannya berhubungan satu sama lain.
Mengidentifikasi berhubungan antarkomponen dalam struktur
keseluruhan dalam mecapai tujuan.
Kegiatan menganalisis bisa juga merupakan proses mental dalam
membedakan, mengorganisir, menghubungkan , serta membedakan
antara komponen dalam satu kesatuan fakta. Kemampuan analisis
diperlukan dalam survei, menyusun grafik, membaca grafik, membuat
atau membaca diagram, serta mempresentasikan diagram.
Contoh IPK
1. Mengidentifikasi komponen yang membentuk….
2. Medeskripsikan hubungan fungsional komponen untuk …..
3. Men kekuatan dan kelemahan pada….
4. Mengubungkan data-data untuk membuat kesimpulan…
5. Mengidentifikasi besarnya peran… dalam…
Mengevaluasi
Mengevaluasi merupakan proses menentukan nilai sesuatu berdasarkan
kriteria atau standar. Dengan menilai, mengukur, atau mengkritisi kita
dapat mengetahui tingkat pencapaian yang dapat dinyatakan dengan
belum memenuhi, memenuhi, atau melebihi kriteria yang telah
ditentukan. Dengan bersandar pada data siswa dapat menentukan baik
buruknya sesuatu. Produk dari evaluasi dapat berupa nilai pencapaian,
kritik, rekomendasi, atau laporan.
Dengan menguasai kegaitan evaluasi siswa dapat melakukan perubahan.
Kegiatan mengevaluasi menentukan ide untuk membuat baru sehingga
karya sebelumnya menjadi dasar untuk mencipatakan sesuatu yang baru
dalam berkreasi.
Contoh IPK
1. Membandingkan prilaku yang seharusnya dengan yang
senyatanya untuk …..
2. Menilai ketercapaian…… berdasarkan kriteria…..
3. Menentukan kekuatan ….. untuk dikembangkan menjadi…
4. Mengidentifikasi kelemahan pada…. sebagai bahan perbaikan.
Berkreasi
Berkreasi atau mencipta adalah proses menghubungkan antar elemen
secara bersama-sama untuk membentuk satu kesatuan utuh dan
fungsional. Mereorganisasi unsur ke dalam pola baru atau struktur yang
berbeda. Mengembangkan cara atau strategi baru melalui
pengembangan perencanaan sehingga menghasilkan sesuatu yang
berbeda dari sebelumnya. Menempatkan atau menggunakan bagian
secara bersama-sama dengan cara yang baru, atau mensintesis bagian
menjadi sesuatu yang baru dan berbeda dalam mengembangkan produk .
Proses ini merupakan proses mental tertinggi dalam taksonomi.
Contoh indikator pencapaian kompetensi siswa dapat
1. Mengintegrasi data yang diperoleh dari hasil observasi untuk
menyusun….
2. Merumuskan proposal……
3. Meninjau ulang pelalksanaan kegiatan…. Untuk melakukan
perbaikan proses…..
4. Mendisain model….. yang baru berdasarkan contoh yang sudah
ada.
5. Mengevaluasi produk tahun lalu untuk dasar pengembangan
pelaksanaan inovasi….

E. Kata Kerja Operasional (KKO)


Dalam pembelajaran sekarang sudah diperkenalkan Taksonomi
Bloom revisi, contoh kata kerja operasional (KKO) yang dapat digunakan dalam
menuliskan indikator tertera pada tabel berikut.

Tabel 2.1 Kata Kerja Operasional Ranah Kognitif


Mengingat Memahami Menerapkan Menganalisis Mengevaluasi Mengkreasi
Mengenali menafsirkan melaksanakan Menguraikan memutuskan merancang

mengingat meringkas menggunakan membandingkan memilih membangun

kembali mengklasifikasik menjalankan mengorganisir mengkritik merencanakan


an
membaca malakukan menyusun ulang menilai memproduksi
membandingka
menyebutkan n mempraktikkan mengubah menguji menemukan
struktur
mengurutkan menjelaskan memilih membenarkan membaharui
mengkerangkaka
menjelaskan menjabarkan menyususn n menyalahkan menyempurna
an
mengidentifikasi menghubungka memulai menyusun outline merekomendasi
n kan memperkuat
menamai menyelesaikan mengintegrasikan
mengeneralisasi memperindah
menempatkan mendeteksi membedakan
kan
menggubah
mengulangi mentabulansi menyamakan
mengkonstruks
menuliskan menghitung

Tabel 2.2 Kata Kerja operasional Afektif


Menerima Merespon Menghargai Mengorganisasikan Mengkarakterisasi
Berdasarkan Nilai-nilai

mengikuti mengompromikan mengasumsikan mengubah membiasakan

menganut menyenangi meyakini menata mengubah perilaku

mematuhi menyambut meyakinkan mengklasifikasikan berakhlak mulia

meminati mendukung memperjelas mengombinasikan mempengaruhi

menyetujui memprakarsai mempertahankan mengkualifikasi

menampilkan mengimani membangun melayani

melaporkan menekankan membentuk membuktikan


pendapat
memilih menyumbang memecahkan
mengatakan memadukan

memilah mengelola

menegosiasi

Tabel 2.3 Kata Kerja Operasional Ranah Psikomotorik


Meniru Manipulasi Presisi Artikulasi Naturalisasi

Menyalin kembali membuat menunjukkan Membangun Mendesain

Mengikuti membangun melengkapi Mangatasi Menentukan

Mereplikasi melakukan menunjukkan Menggabungkan Mengelola

Mengulangi melaksanakan menyempurnakan Koordinat Menciptakan

Mematuhi menerapkan mengkalibrasi Mengintegrasikan

mengendalikan Beradaptasi

Mengembangkan

Merumuskan

Memodifikasi

Latihan
1. Diskusikan dalam kelompok, manakah yang lebih baik bahwa indikator
dirumuskan oleh seorang guru atau oleh kelompok atau tim?
2. Kerjakan dalam kelompok, banyak komponen yang harus diperhatikan
ketika mengembangan indikator, berikan 10 contoh rumusan hasil
pengembangan indikator pada rana kognitif dan keterampilan dengan
memperhatikan komponen-komponen pengembangan tersebut.
3. Kerjakan dalam kelompok, analisis perbedaan indikator pencapaian
kompetensi dan indikator penilaian.
Rangkuman
Kegiatan merumuskan indikator menjadi kewajiban bagi guru agar
terlaksana proses pembelajaran yang efektif dan efesien.
Indikator pencapaian kompetensi merupakan penanda pencapaian KD
yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur mencakup
pengetahuan, sikap dan keterampilan. Indikator pencapaian kompetensi
dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan
pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang
terukur dan/ atau dapat diobservasi.
Indikator berfungsi sebagai: (1) Pedoman dalam mengembangkan materi
pembelajaran; (2) Pedoman dalam mendesain kegiatan pembelajaran; (3)
Pedoman dalam mengembangkan bahan ajar; (4) Pedoman dalam merancang
dan melaksanakan penilaian hasil belajar.
Dalam merumuskan indikator perlu diperhatikan beberapa ketentuan
sebagai berikut: (1) Setiap KD dikembangkan sekurang-kurangnya menjadi dua
atau tiga indicator; (2) Keseluruhan indikator memenuhi tuntutan kompetensi
yang tertuang dalam kata kerja yang digunakan KD; (3) Indikator yang
dikembangkan harus menggambarkan hirarki kompetensi; (4) Rumusan indikator
sekurang-kurangnya mencakup dua aspek, yaitu tingkat kompetensi dan materi
pembelajaran; (5) Indikator harus dapat mengakomodir karakteristik mata
pelajaran sehingga menggunakan kata kerja operasional yang sesuai; (6)
Indikator harus dapat diukur/diamati; (7) Rumusan indikator dapat
dikembangkan menjadi beberapa indikator penilaian yang mencakup ranah
kognitif, afektif, dan/atau psikomotorik.
Indikator penilaian merupakan pengembangan lebih lanjut dari indikator
(indikator pencapaian kompetensi). Indikator penilaian perlu dirumuskan untuk
dijadikan pedoman penilaian bagi guru, peserta didik maupun evaluator di
sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Pujiastuti, A. Winduono,Y. Susilowati, F. Kadar. Lisdiana, A. Materi Pelatihan Guru


Implementasi Kurikulum 2013 tahun 2015. Badan Pengembangan
Sumber daya Manusia Pendidikan dan kebudayaan dan Penjaminan
Mutu pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2015

http://www.unco.edu/cetl/sir/stating_outcome/documents/Krathwohl.pdf

http://thesecondprinciple.com/teaching-essentials/beyond-bloom-cognitive-
taxonomy-revised/

Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Indikator

Depdiknas. 2010. Panduan Pengembangan Indikator. Jakarta: BNSP


PP Nomor 19 Tahun 2005. Standar Nasional Pendidikan.
Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007. Standar Penilaian.
Permendiknas Nomor 41. Tahun 2007. Standar Proses.
Permendikbud Nomor 65. Tahun 2013. Standar Proses.

Anda mungkin juga menyukai