Anda di halaman 1dari 3

Nama : M.

Ardhian Bahari (22111302)

Prodi : Rekam Medis dan Informasi Kesehatan

Matkul : Hukum Kesehatan dan Etika Profesi

Refrensi : http://jurnalmka.fk.unand.ac.id/index.php/art/article/view/194

*Resume

 Etika Profesi

Etika profesi di hidang kesehatan memiliki kaitan erat dengan privasi, kepercayaan dan
keamanan (privacy, confidentiality, and security), yang pengertiannya sering campur aduk. Privasi yang
berarti "biarkan saya sendiri", adaiah hak seseorang untuk menahan informasi tentang dirinya sendiri
dari pembukaan ke orang lain. lnijuga berarti hak sesecrang untuk tidak digarrggu oleh pengamatan atau
campur tangan baik dari orang lain, organisasi, atau pun pemerintah. Privasi menuntut acianya
perlindungan terhadap informasi tentang diri seseorang, mengharuskan akuratnyra informasi ini dan
tidak adanya penggunaan atau pembukaan informasi yrang tidak diizinkan.

Nilai-nilai inti professional MIK Profesi manajemen informasi kesehatan (MlK) terdapat nilai-nilai
inti dan tanggung jawab etika uniuk profesional MIK itu sendiri, tim yang bertanggung jawab atas asuhan
pasien, dalam untuk majikan, untuk masyarakat, dan untuk pribadi dan organisasi Profesional MIK
memberikan peiayanan kepada masyarakat; melindungi informasi medis, sosial, dan finansiai;
mempromosikan kerahasiaan: dan me-melihara dan mengamankan informasi kesehatan. Sebagai
anggota tim asuhan kesehatan meningkatkan mutu asuhan, menunjukkan keahlian dan keterampilan,
dan kerjasama dan kolaborasi interdisiplin.

 Tujuan Kode Etika MIK Profesional

MIK wajib menunjukkan tindakan yang melambangkan nilai inti, prinsiP etis, dan Pedoman
etika.Kode etika profesi membuat nilainilai dan prinsip ini sebagai pedoman dalam tingkah laku. Kode
etika ini relevan untuk semua profesional dan mahasiswa MiK, apa Pun fungsi prci-esinya, bragian
tempatnya bekerja, atau masyarakat yang dilayaninya' Kode etika profesi MIK melayani enam tujuan:

1. Menunjukkan nilai-nilai inti yang meruPakan dasar misi MIK'

2. Meringkaskan prinsip luas etika yang mencerminkan nilai-nilai inti profesi Yang digunakan
untuk

pengambilan kePutusan dan tindakan.

3. Membantu Profesional MIK memPeroleh Pertimbangan Yang relevan di saat kewajiban

mengalami konflik atau ketika ketidakPastian etika muncul.

4. Menyediakan prinsip etika yang bisa dianggaP oleh masYarakat umum sebagai tanggung jawab
Profesional.

5. Memberikan sosialisasi prinsip etika MIK bagi Praktisi Yang baru di lapangan. 6. Menyusun
satu

set Pedoman Yang dapat digunakan oleh Profesional MIK untuk menilai aPakah mereka telah

melakukan tindakan yang tidak etis.

Kode etika mencakuP PrinsiP Yang bisa dipaksakan dan daPat Pula memberikan aspirasi.Sampai
sejauh mana prinsip dapat dipaksakan adalah masalah pertimbangan profesi, yang dilaksanakan oleh
orang-orang yang bertanggung jawab untuk mereview tuduhan pelanggaran terhadap prinsipprinsip
etika.

 Hukum Kesehatan

Menurut Leenen H.J.J. Lamintang ilmu kedokteran kadang-kadang harus dihubungkan dengan
usaha dari para dokter untuk membantu orang yang disakiti (Leenen H.J.J Lamintang, 1991: 9-10),.
Dalam hal seperti itu, ternyata pembentukan kode etik profesional secara medis tidak selalu dapat
dihindarkan dari kekejaman, ketidak-manusiawian dan ketidakberhargaan. Demikian juga dalam hal
lain, seperti pada percobaan dengan menggunakan manusia, ternyata hal-hal yang harus dilakukan
oleh para dokter itu tidak selalu ditujukan semata-mata untuk kepentingan pasien. Berkaitan dengan
hal tersebut Anny Retnowati (2006: 5) menjelaskan bahwa adanya gejala seperti itulah yang
mendorong orang untuk berusaha menemukan dasar yuridis bagi kesehatan berkaitan dengan
rekam medis. Lagi pula, perbuatan para pelaksana pelayanan kesehatan itu sebenarnya juga
merupakan perbuatan hukum 148 Yustisia Vol.2 No.2 Mei - Agustus 2013 Politik Hukum dalam
Menata Rekam ... yang mengakibatkan timbulnya hubungan hukum, walaupun hal tersebut
seringkali tidak disadari oleh para pelaksana pelayanan kesehatan pada saat dilakukannya perbuatan
yang bersangkutan. Oleh karena itu perlu ditelusuri pengaturan hukum tentang Rekam Medis dalam
hukum positif Indonesia baik di dalam UU Praktik Kedokteran maupun di dalam Permenkes No.
269/MENKES/ PER/III/2008 tentang Rekam Medis.

Permenkes No. 269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis Permenkes ini merupakan


implementasi dari ketentuan Pasal 47 ayat (3) UUPK. Tentang pengertian rekam medis dapat disimak
pada Pasal 1 angka 1, 6 dan 7. Pasal 1 angka 1 menentukan bahwa rekam medis adalah berkas yang
berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan
pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Catatan adalah tulisan yang dibuat oleh dokter
atau dokter gigi tentang segala tindakan yang dilakukan kepada pasien dalam rangka pemberian
pelayanan kesehatan (Pasal 1 angka 6). Sedangkan dokumen adalah catatan dokter, dokter gigi,
dan/atau tenaga kesehatan tertentu, laporan hasil Yustisia Vol.2 No.2 Mei - Agustus 2013 Politik
Hukum dalam Menata Rekam ... 149 pemeriksaan penunjang, catatan obeservasi dan pengobatan
harian dan semua rekaman, baik berupa foto radiology, gambar pencitraan (imaging), dan rekaman
elektro diagnosis (Pasal 1 angka 7). Jenis dan isi rekam medis diatur pada Pasal 2, 3, dan 4. Di dalam
Pasal 2 ayat (1) ditentukan bahwa rekam medis harus dibuat secara tertulis, lengkap dan jelas atau
secara elektornik. Isi rekam medis dijelaskan secara rinci di Pasal 3 yang dibedakan berdasarkan jenis
pasien, yaitu rekam medis untuk pasien rawat jalan (Pasal 3 ayat {1}), rekam medis untuk pasien
rawat inap dan perawatan satu hari (Pasal 3 ayat {2}), rekam medis untuk pasien gawat darurat
(Pasal 3 ayat {3}), dan rekam medis untuk pasien dalam keadaan bencana (Pasal 3 ayat{4}). Pasal 4
ayat (1) menentukan bahwa ringkasan pulang (discharge summary) sebagaimana diatur dalam Pasal
3 ayat (2) harus dibuat oleh dokter atau dokter gigi yang melakukan perawatan pasien.

Pasal 4 ayat (2) menentukan bahwa isi ringkasan pulang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sekurang-kurangnya memuat:

a. identitas pasien;
b. diagnosis masuk dan indikasi pasien dirawat;
c. ringkasan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang, diagnosis akhir, pengobatan dan tindak
lanjut; dan
d. nama dan tanda tangan dokter atau dokter gigi yang memberikan pelayanan kesehatan. Tata
cara penyelenggaraan rekam medis diatur pada Pasal 5, 6 dan 7. Pasal 5 ayat (1) menentukan
bahwa setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat
rekam medis.

Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dibuat segera dan dilengkapi setelah
pasien menerima pelayanan (Pasal 5 ayat {2}). Pembuatan rekam medis sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dilaksanakan melalui pencatatan dan pendokumentasian hasil pemeriksaan, pengobatan,
tindakan, dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien (Pasal 5 ayat {3}). Setiap pencatatan ke
dalam rekam medis harus dibubuhi nama, waktu dan tanda tangan dokter, dokter gigi atau tenaga
kesehatan tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan secara langsung (Pasal 5 ayat {4}). Dalam hal
terjadi kesalahan dalam melakukan pencatatan pada rekam medis dapat dilakukan pembetulan (Pasal 5
ayat {5}). Pembetulan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) hanya dapat dilakukan dengan cara
pencoretan tanpa menghilangkan catatan yang dibetulkan dan dibubuhi paraf dokter, dokter gigi atau
tenaga kesehatan tertentu yang bersangkutan (Pasal 5 ayat {6}). Pasal 6 menentukan bahwa dokter,
dokter gigi dan/atau tenaga kesehatan tertentu bertanggungjawab atas catatan dan/ atau dokumen yang
dibuat pada rekam medis. Sedangkan di dalam Pasal 7 ditentukan bahwa sarana pelayanan kesehatan
wajib menyediakan fasilitas yang diperlukan dalam rangka penyelengaraan rekam medis. Tentang
penyimpanan, pemusnahan, dan kerahasiaan rekam medis diatur dalam Pasal 8, 9 10 dan 11. Pasal 8
ayat (1) menentukan bahwa rekam medis pasien rawat inap di rumah sakit wajib disimpan sekurang-
kurangnya untuk jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung dari tanggal terakhir pasien berobat atau
dipulangkan. Setelah batas waktu 5 (lima) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampaui, rekam
medis dapat dimusnahkan, kecuali ringkasan pulang dan tindakan medik (Pasal 8 ayat {2}). Ringkasan
pulang dan persetujuan tindakan medik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus disimpan untuk
jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terhitung dari tanggal dibuatnya ringkasan tersebut (Pasal 5 ayat {3}).
Penyimpanan rekam medis dan ringkasan pulang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan oleh
petugas yang ditunjuk oleh pimpinan sarana pelayanan kesehatan (Pasal 5 ayat {4}).

Anda mungkin juga menyukai